Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH PENGELOLAAN LIMBAH CAIR

“Macam-Macam Metode Pembuangan Tinja”

Dosen Pembimbing :
Syarifuddin, Skm, M.Kes
Zulfia Maharani, ST, M. Si
Disusun oleh :
 Azizah Berlianti P21335118012
 Hani Nurkhofifah P21335118022
 Hisyam Fadhlurrahman A P21335118024
 Novi Febriyani P21335118045
 Wardha Ainiyyah P21335118071
 Winamutiara Putri P21335118073
 Siti Alifah Ulfia P21335118065

Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Jakarta II F3, Jl. Hang Jebat III No. 8,
RT 4/ RW.8, Gunung, Kby. Baru, Kota. Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota
Jakarta 12120
A. PRIVY METHOD
Wagner & lanoix (1958, hlm. 39-40) mengelompokkan teknik pembuangan
tinja kedalam dua kategori, yakni teknik yang menggunakan sistem jamban (privy
method) dan teknik yang menggunakan sistem aliran air (water carried method).

Teknik Pembuangan Tinja dengan Sistem Jamban


Terdapat tiga kelompok teknik pembuangan tinja dengan system jamban yaitu :
1. Teknik menggunakan jamban tipe utama
2. Teknik menggunakan jamban tipe yang kurang dianjurkan dan,
3. teknik menggunakan jamban untuk situasi khusus.

1. Teknik yang Menggunakan Jamban Tipe Utama


Dua jenis jamban tipe utama yang paling memenuhi ketujuh persyaratan di atas
adalah jamban cubluk dan jamban air.

 Jamban Cubluk
Jamban cubluk digunakan secara luas di Negara barat termasuk Eropa, dan
Negara di Afrika, serta Timur Tengah. Dengan perhatian sedikit pada penempatan dan
konstruksi, jenis jamban itu tidak akan mencemari tanah ataupun mengontaminasi air
permukaan serta air tanah. Tinja tidak akan dapat dicapai lalat apabila lubang jamban
selalu tertutup. Bahkan, meskipun lubang dibiarkan terbuka, masalah lalat tidak
terlalu gawat karena lalat tidak tertarik pada lubang dan permukaan yang gelap.
Ruamah amaban yang baik akan membantu mencegah masuknya sinar matahari ke
dalam lubang. Dengan jamban cubluk, tidak akan terjadi penanganan langsung tinja.
Bau dapat diabaikan dan tinja biasanya tidak terlihat. Jamabancubluk mudah
direncanakan, digunakan, dan tidak memerlukan pengoperasian, Masa penggunaan
bervariasi, dari 5 sampai 15 tahun, tergantung pada kapsitas lubang dan penggunaan
bahan pembersih yang dimasukkan ke dalamnya. Keuntungan yang utama dari jenis
jamban itu adalah dapat dibuat dengan biaya rendah, dapat dibuat di setiap tempat di
dunia, dapat dibuat dengan bahan yang tersedia. Jenis jamban itu mempunyaisedikit
kelemahan, tapi dapat berperan utama dalam pencegahanpenyakit yang disebarkan
melalui tinja.
Jamban cubluk, seperti yang dapat dilihat pada gamabar 4.5, terdiri dari
lubang dalam tanah yang digali dengan tanah, dilengkapi dengan lantai tempat
jongkok, dan dibuat rumah jamban diatasnya. Lubang berfungsi untuk mengisolasi
dan menyimpan tinja manusia sedemikian rupa sehingga bakteri yang berbahaya tidak
dapat berpindah ke inang yang baru. Lubang biasanya berbentuk bulat atau bujur
sangkar untuk instalasi jambankeluarga, dan empat persegi panjang jamaban umum.
Lubang mempunyai diameter atau panjang bervariasi, dari 90 samapai 120 cm.
Jamban umum dengan lubang berbentuk empat persegi panjang, biasanya berukuran
lebar 90-100 cm, dan panjangnya tergantung pada jumlah lubang pemasukan tinja.
Kedalaman lubang sekitar 2,5 meter, tetapim dapat bervariasi dari 1,8 meter sampai 5
meter.
Penentuan volume dan ukuran lubang jamban untuk periode penggunaan
tertentu perlu memperhatikan tipe lubang yang dipakai : apakah lubang basah yang
menembus permukaan air tanah atau lubang kering yang toidak menembus
permukaan air tanah. Volume dan kedalaman lubanmg jamban dan luas penamapang
melintang 0,8361 m2, untuk satu keluarga yang terdiri dari 5 orang, dapat dilihat
dibawah ini. Tabel 4.1 untuk jamban dengan lubang basah dan table 4.2 untuk jamban
dengan lubagn kering.
Pada tanah yang mudah runtuh, dinding lubang perlu diperkuat dengan
pasangan bata, batu kali, atau anyaman bamboo. Lantai jamban harus dibuat dari
bahan yang kuat, tahan lama, kedap air denganpermukaan yangkeras,atau disusunan
kayu yang diisi dengan campuran semen. Rumah jamban perlu dibuat dengan
memperhatikan persyataratan menyangkut factor ukuran,ventilasi, penmcahayaan,
serta kebersihan. Bahan untuk rumah jamban disesuaikan denganbiaya yang tersedia.
Dindingnya dapat dibuat dari pasangan bata, kayu, atau bamboo. Atapnya dapat
dibuat dari seng, genting, sirap atau ilalang.

 Jamban Air
Jamban air merupakan modifikasi jamban yang menggunakan tangki
pembusukan, yang bersal dari amerika serikat kira-kira sembilan puluh tahun yang
lalu. Kini jenis jamban itu banyak digunakan di Negara-negara Afrika, Timur Tengah,
dan Asia Tenggara. Apabila tangkinya kedap air,maka tanah, air tanah, serta air
permukaan tidak akan terkontaminasi. Lalat tidak akan tertarik pada isi tangki, tidak
bau, ataupun kondisi yang tidak sedap dipandang. Jenis jamban itu dapat diabangun
dekat ruma. Tinja dan Lumpur bersama-sama dengan batu, batang kayu, kain bekas,
dan sampah lain yang mungkin terbuang kedalamnya akan tertumpuk dalam tangki.
Sudah barang tentu, benda itu harus dihilangkan pada periode tertentu. Apabila
kapasitas tangki cukup besar, penanganan isi tangkidapat diusahakanminimum.
Jamban air memerlukan penambahan airsetiap hari agar dapat beroperasi sebagaimana
mestinya. Air itu biasanya berasal dari air yang digunakan untuk membersihkan aus
dan untuk membersihkan lanatai amban, serta pipa atau corong pem,asukan tinja.
Jenis jamban ini memerlukan sedikit pemeliharaan dan merupakan jenis instalasi
yang permanent. Jamban ini lebih mahal pembuatannya dibandingkan jamban cubluk.
Jamban air terdiri dari sebuah tangki berisi air, didalamnya terdapat pipa
pemasukan tinja yang tergantung pada lantai jamban (lihat gambar 4.6) tinja dan air
seni jatuh melalui pipa pemasukan ke dalam tangki dan mengalami dekomposisi
anaerobic, seperti pada tangki pembusukan. Lumpur hasil dekomposisi, yang hanya
mengandung sekitar 25 % dari volume tinja yang dimasukkan, akan terakumulasi
dalam tangki dan harus dipindahkan secara berkala.
Ukuran tangki jamban air bervariasi sesuai dengan jumlah orang yang akan
menggunakan. Kapasitas tangki untuk jamban air keluarga sebaiknya tidak kurang
dari 1 m3 untuk periode pengurasan enam tahun atau lebih. Untuk jamban umum,
kapasias tangki dapat dibuat dengan pedoman angka 115 liter per orang dikalikan
jumlah maksimum pemakai. Kedalaman cairan dalam tangki dapat dibuat 1,0 dan 1,5
meter. Efluen limpahan daridari tangki yang potensial mengandung bakteri pathogen
serta telur cacing parasit harus diresapkan ke dalam tanah melalui sumur atau p[arit
peresapan.

 Jamban Leher Angsa


Jamban leher angsa atau jamban tuang siram yang menggunakan sekat air
bukanlah jenis instalasi pembuangan tinja yang tersendiri, melainkan lebih merupakan
modifikasi yang penting dari slab atau lantai jamban biasa. Lanatai atau sekat air
dapat dipasang diatas tangki air atau jamban air. Apabila digunakan dan
dipeliharasecara semestinya, sekat air akan mencegah masuknya lalat kedalam lubang
dank el;uarnya bau. Perangkap kecil pada sekat air tidak akan menahan tisu atau
pembersih yang dibuang di dalamnya. Lantai dengan sekat air digunakan secara luas
di kawasan Asia Tenggara yang kebanyakanpenduduknya menggunakan air sebagai
bahan pembersih anus.
Jamban leher angsa terdiri dari lantai beton biasa yang dilengkapileher angsa,
seperti terlihat pada gambar 4.7. Sl;ab itu dapat langsung dipasang diatas lubang
galian, lubang hasil pengeboran, atau tangki pembusukan. Satu sampai tiga liter air
cukup untuk menggelontorkantinja kedalam lubang. Dengan adanya sekat air pada
leher angsa, lalat tidakdapat mencapai bahan yang terdapat dari lubang itu.

2. Teknik Menggunakan Jamban Tipe yang Kurang Dianjurkan


Jamban bor (bored-hole latrine), jamban keranjang (bucket latrine), jamban
parit (trench latrine), dan jamban gantung (overhung privy) kurang dianjurkan
penggunaannya kaerena berbagai resiko pencemaran dan penularan penyakit yang
ditimbulkannya.
 Jamban Bor (bored-hole latrine)

Jamban bor merupakan variasi dari jamban cubluk yang lubangnya dibuat
denganm cara dibor. Lubangnya mempunyai penampang melintang yang lebih kecil,
dengan diameter sama denagan diameter mata bor yang bdigunakan (10-30 cm) dan
lebih dalam. Dengan demikian, kapasitasnya jauh lebih kecil daripada jamban cubluk
biasa dan masa pengguinaannya pun lebih pendek. Karena kedalamannya m,encapai 6
m, lubang akan menembus air tanah dan mudah mencemarinya. Jamban itu tidak
mencemari tanah dan air permukaan, dan mencegah penanganan tinja segar. Bahaya
lalat meningkat karena terjadi pencemaran dipermukaaan dinding lubang bagianatas
tepat dibawah lubang. Keruntuhan dinding lubang bagian atas yang tepat dibawah
lubang. Keruntuhan dinding lubang sering menjadi masalah yang gawat pada jamban
bor. Jamban bor mudah dan murah pembuatannyaapabila tersedia peralatan yang
diperlukan. Jamban itu diguanakan secara luas di banyak wilayah di dunia, terutama
di Timur Tengah dan Asia Tenggara. Jamban bor merupakan variasi dari cubluk,
perbedaannya hanya penampang melintang lubangnya lebih kecil.
 Jamban Keranjang (Bucket Latrine)

Jamban keranjang, atau jamban kotak, atau jamban kaleng banyak banyak
digunakan pada masa lalu di Eropa, Amerika, Australia, dan masih digunakan di
banyak negara di Afrika, Asia Tenggara, dan Pasifik Barat. Namun penggunaannya
semakin berkurang. Meskipun secara teoritis dan dan dengan pengawasan yang
efisien jamban keranjang dapat digunakan secara higienis, pengalaman dimana-mana
menunjukkan bahwa pada kenyataannya tidaklah demikian. Sistem jamban keranjang
biasanya menarik lalat dalam jumlah yang sangat besar, tidak dilokasi jambannya,
tetapi disepanjang perjalanan ke tempat pembuangan. Penggunaan jamban keranjang
sangat memungkinkan penanganan tinja segar. Akibat pengguaan jenis jamban itu,
selalu ada bahaya teradi pencemaran tanah, air permukaan, dan air tanah. Penggunaan
jenis amban itu biasanya menimbulkan bau serta pemandangan yang tidak sedap.
Meskipun biaya awal penggunaan jamban keranjang tidak mahal, namun biaya
operasinya, setelah beberapa tahun, menjadikannya type instalasi yang paling mahal.
Jamban itu hanya dianjurkan pemakaiannya di daerah yang menggunakan tinja sebagi
puppuk tanaman. Meskipun demikian, didaerah itu tetap harus dikembangkan
penggunaan jamban kompos.
 Jamban Parit (trench latrine)
Jamban parit biasanya digunakan dibeberapa daerah di Afrika, di daerah
perkemahan, dan dalam keadaan darurat. Jenis jamban itr dapat diguinakan secara
saniter atau tidak sangat saniter, tergantung pada kepatuhan pemakai pada ketentuan
yang harus diperhatikan atau dilaksanakannya. Penggunaan jamban pariat sering
mengakibatkan pelanggaran standar dasar sanitasi, terutama yang berhubungan
dengan pencegahan pencemran tanah, pemberantasan lalat, dan pencaegahan
pencapaian tinja oleh hewan. Karena berpotensi menimbulkan berbagai kerigian,
jamban parit tiidak dianjurkan untuk digunakan.

Lubang diatas tanah yang digunakan pada jamban parit biasanya berbentruk
bujur sangkar dengan ukuran 30 X 30 cm dan kedalaman 40 cm. Tanah hasil galian
ditumpuk diserkitar lubang. Diharpkan pemakai mau melemparkan tanah itu untuk
menutup tinjan yang telah dibuangnya.

 Jamban Gantung (overhung privy)


Jamban gantung sering digunakan didaerah yang sering atau secara berkala
tertutup air, terutama air laut, atau didaerah pasang surut. Teknik ini diterapkan
diperkampungan nelayan dipinggir pantai, deibeberapa Negara di Asia Tenggara dan
Pasifik Barat, dan dibeberapa tempat lainnya. Kriteria pembuangan t5inja saniter
seperti yang disebutkan diatas tidak diterapkan secara taat asas. Faktor terpentitng
yang harus deperhatrikan adalah kadar garam air penerima, kedalamannya, dan
derajat pengenceran yang mungkin tercapai. Jenis jamban itu hanya dapat
dipertimbangkan penggunaannya sebagai pilihan terakhir pada keadaan yang tidak
biasa.
Apabial jamban gantung akan digunakan, hendaknya dipenuhi ketrentuan
saebagi berikut :
1. Air penerima mengandung kadar garam yang cukup sepanjang tahuin untuk
mencegah penggunaannya oleh manusia.
2. Jamban dipsang diatas kedalaman air sedemikan rupa sehingga dasar tidak
akan pernah kelihatan pada musim kering atau pasang surut.
3. Upayakan memilih tempat yang menauhkan bahan padat mengapung dari
lokasi permukiman, dan tempat yang memungkinkan trerjadinya pengenceran.
4. Aliran arus air sebesar 14 liter per detik per keluarga untuk memungkinkan
pengenceran secara memadai.
5. Jalan atau jembatan menuju kerumah jamban harus dibuat aman bagi orang
dewasa dan anak-anak.

3 Teknik Yang Menggunakan Jamban Untuk Situasi Khusus


Bebeapa jenis jamban yang cocock untuk siyuasi khusus adalah jamban
kompos, jamban kimia, jamban kolam, dan jamban gas bio.
 Kakus Kompos
Kakus kompos digunakan didaerah yang penduduknya suka memmbuat
kompos dari campuran tinja dan sampah organic (jerami, limbah dapur, potongan
rumput dan sebagainya) dijamban yang digunakannya. Untuk membuatnya,
diperlukan dua atau lebih lubang sehingga biayanya lebih besar ari pada jamban biasa.
Bila dibuatr dan dioprasikan tidak secara semestinya, jamban itru dapat menarik lalat
yang akan bertelur pada bahan isian. Masalah bau dapat timbul dari penggunaan
jamban kompos. Jamban kompos mudah pembuatannya, tetapi memerlukan
pengoperasia dan pemeliharaan. Karena lubang digunakan secara bergantian,
penanganan bahan isian dapat diusahakan seminimal mungkin dan dilakukan setelah
selesaiu proses dekomposisi dan penyusutan oleh bakteri anaerob. Produk akhir sperti
humus bersifat stabil, aman, dan merupakan pupuk tanaman yang baik.
Prosedur pembuatan dan pengoperasian kakus kompos adalah sebagai berikut :
1. Galilah lubang sesuai dengan ukuran yang diperlukan. Dasar lubang harus
selalu diatas permukaan air tanah.
2. Sebelum slab atau lantai diletakkan diatsanya, tutuplah dasr lubang setinggi 50
cm dengan potongan rumput, daun-daunan yang kecil, sampah daun, kertas,
dan sebagainya. Namun, tidak boleh memasukkan sampah kering seperti
kaleng, logam, dan botol kaca kedalamnya.
3. Tempatkanlah slab dan rumah jamban sedemikian rupa dapat dipindahkan
sedemikian rupa sehingga dapat dipindahkan secara berkala ke tempat lain.
4. Selain tinja manusia, masukkanlah juga sampah daun-daunan yang dihasilkan
setiap hari kedalam lubang, kemudian kotoran sapi, kuda, kambing, ayam, atau
babi, tanah atau jerami yang terkena rembesan air seni. Bahan yang tersebut
terakhir penting, karena iar seni kaya akan nitrogen nutrient utama bagi
tanaman.
5. Kurang lebih seminggu sekali masukkanlah kedalam lubang beberapa
kilogram guntingan rumput dan daun-daunan yang bertekstur halus. Setelah
beberapa kali mencoba kuta dapat memperoleh bahan campuran dalam lubang
yang dapat menghasilkan pupuk yang bagus.
6. Apabila isi lubang telah mencapai ketinggian 50 cm dibawah permukaan
tanah, galilah sebuah lubang baru pada jarak 1,5 sampai 2 m dari lubang itu
slab serta rumah jamban dipindahkan keatasnya. Lubang pertama ditutup,
pertama tama dengan guntingan rumput dan daun-daunan setinggi 15 cm,
kemudian tanah setebal 35 cm.
7. Apabila lubang ke dua penuh, lubang pertama dibuka dan komposnya
dikeluarkan. Kompos bersifat stabil dan akan menjadi pupuk bagus yang dapat
segera digunakan dikebuin atau disimpan.

Volume lubang tergantung pada kebutuhan akan pupuk dan jumlah orang yang
akan menggunakan jamban. Proporsi volume tenja yang dapat ditambahkan pada
volume sampah, agar pembuatan kompos berlangsung memuaskan, kira-kira 1:5.

 Jamban Kimia
Jamban kimia merupakan instalasi pembuangan tinja yang efisien dan
memenuhi criteria jamban saniter tersebut diatas, kecuali satu yaitu berhubungan
dengan biaya. Teknik pembuangan tinjadengan jamban kimia dapat dikatakan mahal,
biaya awal maupun pengoperasiannya. Keuntungan utamadari jamban kimia adalah
dapat ditempatkan di dalam rumah. Jamban itu sering digunakan di rumah dan
sekolah di daerah yang tingkat ekonominya memungkinkan, serta pada sarana
transportasi jarak jauh, baik darat, laut, maupun udara.
Seperti dilihat pada gambar 4.13, jamban kimia terdiri dari sebuah tangki
logam yang berisi larutan soda kaustik. Tempat duduk atau tempat jongkok dengan
penutupnya ditempatkan langsung diatas tangki. Tangki dilengkapi dengan pipa
ventilasi yang ujungnya menjorok sampai ke atas atap rumah. Tangki dibuat dari
campuran baja khusus yang tahan korosi dan mempunyai kapasitas kira-kira 500 liter
air yntuk setiap tempat duduk atau tempat jongkok. Larutan soda kaustik yang
dimasukkan tersusun dari 11,3 kg soda kaustik dilarutkan dalam 50 liter air untuk
setiap tempat duduk atau tempat jongkok. Tinja yang tertampung dalam tangki akan
dicairkan dan disterilkan oleh bahan kimia itu, yang akan menghancurkan pula bakteri
pathogen dan telur cacing. Untuk memudahkan pengoperasiannya, tangki biasanya
dilengkapi dengan pengaduk yang akan membantu menghancurkan bahan padat dan
mempercepat penghancurannya oleh bahan kimia. Setelah beberapa bulan
penggunaan, bahan kimia yang telah digunakan serta cairan yang dihasilkan dibuang
atau dialirkan keluar, dan dipindahkan ke kolam pembuangan rembes air. Untuk
sarana transportasi kapal, pesawat udara, kereta api, bus, dan sebagainya, jamban
kimia dapat dibuat dengan kapsitas kira-kira 40 liter agar dapat dipindah-pindahkan.

 Jamban Kolam
Jamban kolam banyak dijumpai diberbagai daerah di Indonesia, terutama di
daerah yang penduduknya banyak mengusahakan kolam tambak ikan. Orang yang
menggunakan jamban itu memanfaatkan tinja yang dibuangnya secara langsung untuk
makanan ikan yang dilpeliharanya. Terjadi kontroversi dalam pemakaian jenis jamban
itu karena satu sisi usaha ternak ikan dapat ditunjang dengan teknik pembuangan tinja
itu. Nmaun, disisi lain jelas pencemaran bakteriologis pada air permukaan yang
mengandung resiko besar terjadinya penularan penyakit melalui tinja dan air, dari
penderita kepada orang yang sehat. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI menyatakan
bahwa tidak ada resiko gangguan kesehatan bagi orang yang mengkonsumsi ikan
dipelihara di kolam yang ada jambannya, asalkan ikan dimasak terlebih dahulu
sebelum dikonsumsi. Di daerah yang banyak menggunakan jamban kolam,
penggunaan jamban kolam, penggunaan uamban kolam, penggunaan air kolam dan
air sungai yang tercemar secara langsung untuk keperluan sehari-hari harus dibuang.
Apabila jamban kolam akan digunakan, ketentuan berikut harus diperhatikan
dan dilaksanakan.
1. Air kolam tidak boleh digunakan untuk keperluan sehari-hari, seperti mandi,
cuci, dan minum.
2. Kolam harus selalu penuh dengan air.
3. Kolam harus cukup luas, selalu mendapat sinar matahari dan tidak terdapat
pohon rindang di dekatnya.
4. Letak jamban harus demikian rupa sehingga tinja selalu jatuh di air.
5. Ikan yang diperoleh dari kolam tersebut tidak boleh dimakan mentah atau
setengah masak.
6. Aman dalam pemakaian.
7. Tidak terdapat sumber air minum yang terletak di bawah kolam atau yang
sejajar dengan jarak kurang dari 15 meter.
8. Tidak terdapat tanaman yang tumbuh di atas permukaan air kolam.

 Jamban Gasbio
Jamban gasbio merupakan instalasi pembuangan tinja yang m,emberikan
keuntungan ganda. Apabila dibuat, dioperasikan, dan dipelihara sebagai mana
mestinya dengan memperhatikan persyaratan sanitasi pembuangan tinja,
teknikpembuangan tinja itu mencegah penularan penyakit saluran pencernaan. Selain
itu, teknik yang sama akan menghasilkan dua bahan yang bermanfaat, yakni gas bio
yang dapat digunakan sebagai bahan kabar dan kompos yang berguna untuk
menyuburkan tanaman. Sejak tahun 1945, jenis jamban itu telah dibangun di Aljazair,
Prancis, Jerman, Italia, India, dan di berbagai Negara lain untuk menghasilkan gas
metan dan humus dari dekomposisi sampah dan kotoran hewan dari kebun (Gotaas,
1956, hlm. 171). Dalam penanggulangan krisi energi, terutama yang berasal dari
bahan baker minyak, pembuangan tinja ini diharapkan dapat dijadikan sumber energi
alternative yang potensial di masa mendatang.

Seperti dapat dilihat pada Gambar 4.14, jamban gas bio terdiri dari rumah
jamban, tangki pencerna, penampung gas, dan system perpipaanuntuk menyalurkan
gas bio dari tangki pencerna ke penampungan gas dan dari penampungan gas ke
tempat pemakaian gas (kompor, alat penerangan, dan sebagainya). Ke dalam tangki
pencerna, setiap hari dimasukkan tinja, sampah organic yang berupa sampah daun,
dan kotoran kandang. Dlam tangki pencerna, bahan isian yang merupakan campuran
bahan organic akan mengalami dekomposisi secara anaerob dan menghasilkan gas
bio. Gas bio adalah campuran bernagai gas yang dihasilkan dari suatu proses
fermentasi bahan organic oleh bakteri dalam keadaan tanpa oksigen. Secara umum
komposisi gas bio terdiri dari metan (CH 4) 54-70%, karbon dioksida(CO2) 27-45%,
nitrogen (N2) 0,5-3%, karbon monoksida (CO) 0,1%, dan sedikit hydrogen sulfide
(H2S). Satu meter kubik gas bio mengandung nilai kalori yang setara dengan nilai
kalori yang dihasilkan oleh 1,1 liter alcohol, 0,8 liter bensin, 0,6 liter minyak mentah,
1,5 m3 gas kota, 1,4 kg arang, atau 2,2 kilowatt-jam energi listrik.
Ketika membuat jamban gas bio, upayakan tidak terjadi kebocoran ke udara
luar, baik pada konstruksi tangki pencerna maupun system perpipaan dan penampung
gas, sedemikian rupa sehingga semua gas bio yang dihasilkan dapat tertampung dalam
penampung gas, dan termanfaatkan secara optimum.

B. WATER CARRIED METHOD


Metode ini memenuhi semua criteria sanitasi dan keindahan bagi sarana
pembuangan tinja. Dengan metode itu, kontaminasi tanah dan air permukaan dapat
dihindari. Buangan yang potensial berbahaya diupayakan untuk tidak dicapai oleh
lalat, tikus dan hewan peliharaan. Dengan demikian mekanisme penularan penyakit
saluran pencernaan dapat dicegah.
Berbagai metode dapat digunakan untuk membuang limbah cair metode itu mencakup
:
a) Pembuangan dengan pengenceran di badan air yang besar
b) Penggunaan kolam pembuangan
c) Penggunaan sumur peresapan
d) Penggunaan system tangki pembusukan yang terdiri dari tangki pengendapan
ruang tunggal atau ruang ganda, diikuti bidang irigasi bawah tanah, parit
penyaring, pasir penyaring, dan penyaring tetes.
A. Pembuangan Dengan Sistem Pengenceran
Bila disuatu wilayah terdapat badan air permukaan yang besar seperti laut,
telaga dan sungai besar, limbah cair dari perumahan atau dari masyarakat dapat
dibuang ke badan air itu secara langsung atau setelah melalui pengolahan pada
tangki pembusukan. Dalam hal ini, pipa pemasukan limbah cair ke badan air harus
bermuara pada satu titik yang benar benar berada dibawah permukaan air atau air
laut yang terendah, atau biasanya didekat dasar badan air penerima. Hal ini untuk
menjamin pengenceran secara sempurna limbah cair yang dihasilkan pada musim
panas, atau limbah lebih ringan yang biasanya akan naik dan tersebar keseluruh
badan air pelarut.
B. Penggunaan Kolam Buangan
Kolam pembuangan merupakan lobang tertutup yang menerima buangan
limbah cair pasar. Kolam buangan dapat berupa tipe kedap air atau tipe rembes
air. Kolam pembuangan kedap air digunakan untuk menampung limbah cair yang
harus dipindahkan secara berkala, kira kira setiap 6 bulan. Tipe yang rembes air
digali sampai kelapisan tanah yang rembes air agar limbah cair yang masuk
kedalam nya meresap kedalam tanah. Bahan padat yang tertahan pada kolam
pembuangan akan berakumulasi dalam lubang dan secara berangsur angsur akan
menutup pori pori tanah.
Kolam pembuangan harus ditempatkan lebih rendah dari sumur, yaitu dengan
jarak minimum 15 meter untuk mencegah pencemaran bakteriologis pada sumur.
Untuk mencegah pencemaran kimiawi, jarak antara sumur dan kolam
pembuangan yang terletak lebih tinggi tidak boleh kurang dari 45 meter. Kolam
pembuangan tipe rembes air harus ditempatkan sekurang-kurngnya pada jarak 6 m
di luar fondasi rumah. Dinas Kesehatan tidak mengizinkan pembuatan kolam
pembuangan di daerah yang padat penduduknya karena di daerah padat ini sumur
digunakan sebagai sumber penyediaan air minum.
C. Penggunaan Sumur Peresapan
Sumur peresapan menerima efluen dari jamban air, kolam pembuangan dan
tangki pembusukan dan meresapkannya ke dalam tanah. sumur peresapan dapat
juga dibuat pada ujung terendah dari saluran peresapan efluen di bawah
permukaan tanah untuk menangkap efluen tangki pembusukan yang tidak meresap
di sepanjang saluran.
Penempatan sumur peresapan harus hati hati. Sumur peresapan harus
ditempatkan pada tanah yang lebih rendah, sekurang kurangnya pada jarak 15
meter dari sumber air minum dan sumur. Sama halnya dengan kolam
pembuangan, pembuatan sumur resapan biasanya tidak diizinkan oleh petugas
kesehatan di daerah yang padat penduduknya karena air tanahnya digunakan
untuk keperluan rumah tangga.
D. Penggunaan Sistem Tangki Resapan
Tangki pembusukan merupakan unit sarana yang paling bermanfaat dan
memuaskan di antara unit sarana pembuangan tinja dan limbah cair lain yang
menggunakan system aliran air, yang digunakan untuk untuk menangani buangan
dari rumah perorangan, kelompok kecil rumah, atau kantor yang terletak diluar
jangkauan system saluran limbah cair kota praja. Unit sarana itu terdiri dari
sebuah tangki pengendapan yang tertutup. Limbah cair kasar dimasukkan
kedalamnya melalui saluran limbah cair bangunan. Proses yang terjadi didalam
tangki pembusukan merupakan pengolahan tahap pertama, sedangkan yang terjadi
di bidang peresapan efluen merupakan pengolahan tahap kedua. Perlu di catat
bahwa semua limbah cair, termasuk yang berasal dari kamar mandi dan dapur,
dapat dimasukkan ke dalam tangki pembusukan tanpa membahayakan proses
normal yang terjadi. Penelitian terakhir menunjukkan bahwa bertentangan dengan
keyakinan sebelumnya, limbah cair rumah tangga yang tidak mengandung tinja
dapat dan harus dibuang ke tangki pembusukan.
1. Penangkap Lemak
Limbah cair dari dapur besar, seperti dapur hotel, rumah sakit, dan
kantor, kemungkinan mengandung banyak lemak yang dapat masuk ke tangki
pembusukan bersama sama dengan efluen dan dapat menyumbat pori pori
media penyaringan pada bidang peresapan. Dalam keadaan demikian, bak
penangkap atau perangkap lemak dapat dipasang diluar gedung, pada saluran
limbah cair gedung. Penangkap lemak itu berupa tangki pengapungan kecil
dengan inlet yang masuk kebawah permukaan cairan, dan outlet yang
ujungnya dipasang di dekat dasar. Pengoperasian penangkap lemak
berdasarkan prinsip bahwa limbah cair yang masuk lebih panas daripada
cairan yang sudah ada dalam bak dan didinginkan oleh nya. Akibatnnya,
kandungan lemak akan membeku dan naik ke permukaan, yang nantinya akan
diambil secara berkala. Oleh karena itu, penangkap lemak harus dibuat
sedemikian rupa untuk mempermudah pemeriksaan dan pembersihan.
Penangkap lemak tidak perlu dibuat untuk penanganan limbah cair dari
perumahan atau instalasi kecil lainnya.
2. Saluran Limbah Cair Bangunan
Saluran limbah cair bangunan adalah bagian dari perpipaan horizontal
dari sitem drainase bangunan yang membentang mmulai dari satu titik yang
berjarak 1,5 m di luar sisi dalam pondasi tembok bangunan rumah sampai ke
sambungan saluran limbah cair umum atau unit pengolahan limbah cair
perorangan (tangki pembusukan, kolam pembuangan atau tipe sarana
pembuangan lainnya). Saluran limbah cair bangunan dapat dibuat dari beton
atau tanah liat yang di glasir dengan diameter minimum 15 cm, atau besi cor
dengan diameter minimum 10 cm. kemiringan minimum 1%, bila mungkin
diusahakan 2%. Kemiringan pada saat saluran memasuki tangki pembusukan
minimum 2%. Semua sambungan harus kedap air dan dilindungi dari
kerusakan akibat akar tumbuh tumbuhan.
3. Tangki Pembusukan
Kapasitas tangki pembusukan ditentukan dengan mempertimbangkan
faktor berikut.
a. Volume aliran limbah cair rata rata per hari.
b. Waktu penahanan, 1 3 hari, biasanya 24 jam.
c. Volume ruang penyimpanan lumpur yang cukup besar, untuk pengurasan
setiap 2 3 tahun.
Volume aliran limbah cair rata rata per hari tergantung pada konsumsi
air rata rata didaerah yang bersangkutan. Pada umumnya, daerah pedesaan
lebih rendah daripada daerah perkotaan. Untuk daerah pedesaan, angka
volume aliran limbah cair rata rata per hari sebesar 100 liter / orang. Untuk
tangki pembusukan perumahan yang terdiri dari satu ruangan, kapasitas efektif
sebaiknya tidak kurang dari 1900 liter
4. Tangki Ruang Ganda
Tangki pembusukan rumah tangga dengan tangki ruang ganda yang
direncanakan dengan semestinya mempunyai kinerja sama atau bahkan lebih
baik daripada tangki ruang tunggal dengan kapasitas sama, terutama pada
tangki kecil. Pengaruh fluktuasi aliran dan aliran balik mengurangi efisiensi
proses pengolahan primer pada tangki pembusukan kecil ruang tunggal. Oleh
karena itu, tangki pembusukan rumah tangga kecil, yang melayani kurang dari
20 sampai 25 orang, sebaiknya menggunakan dua ruangan. Dalam hal ini,
bagian ruang inlet harus mempunyai kapasitas setengah sampai dua pertiga
kapasitas tangki, dan untuk instalasi kecil, kapasitas cairan pada bagian ruang
inlet tidak boleh kurang dari 1900 lliter.
Untuk tangki besar, yang melayani lebih dari 20 sampai 25 orang,
kebutuhan untuk membagi ruang tangki pembusukan tergantung pada derajat
pengolaahan yang dipersyaratkan oleh pejabat kesehatan setempat dan derajat
permeabilitas tanah. Hasil penelitian itu menyatakan tidak banyak keuntungan
yang dicapai dengan pembagian ruang tangki pembusukan, dan tangki ruang
tunggal yang direncanakan dengan baik akan menghasilkan efisiensi
penghilangan bahan padat tersuspensi lebih dari 60%.
5. Pengaturan Outlet dan Inlet
Kedalam pemasukan inlet dan outlet ke dalam cairan tangki sangat
penting karena akan mempengaruhi volume ruang bebas dan akumulasi
lumpur. Untuk memperoleh hasil yang baik, outlet harus masuk ke bawah
permukaan sampai 40% dari kedalaman cairan. Pada tangki horizontal dan
berbentuk silinder, angka tersebut harus dikurangi menjadi 35%. Penahan inlet
atau tee harus masuk sedalam 30 cm dibawah permukaan air. Pemasangan
inlet dan outlet harus harus menjamin adanya ventilasi yang bebas pada
seluruh tangki, pipa inlet, dan pipa outlet. Inlet serta outlet harus muncul
sekurang kurangnya 15 cm di atas garis air, dan harus menyisakan sekurang
kurangnya 2,5 cm ruang bebas di bawah tutup tangki untuk keperluan
ventilasi. Penahan biasanya ditempatkkan pada jarak cm dari pipa inlet dan
outlet, dan ujung ujungnya ditempelkan pada dinding tangki. Masuknya pipa
inlet harus pada ketingggian 2,5 cm 7,5 cm di atas permukaan air.
Penghubungan dua ruangan sebaiknya dilakukan dengan menggunakan
dengan menggunakan pipa L yang ujung bawahnya tidak lebih rendah dari
ujung bawah outlet.
6. Bentuk Tangki
Bentuk tangki penting karena berpengaruh pada kecepatan aliran yang
melaluinya, kedalaman akumulasi lumpur, dan ada atau tidaknya sudut mati.
Tangki menjadi kecil yang menimbulkan aliran langsung dari inlet ke outlet,
dan mempersingkat waktu penahan. Tangki yang terlalu dangkal
menyebabkan ruang bebas lumpur menjadi terlalu kecil dan penampang
melintang efektif tangki terkurangi. Tangki yang terlalu lebar membentuk
kantung mati dalam ukuran yang besar di sudut sudut tangki karena gerakan
air menjadi kecil. Tangki yang terlalu sempit meningkatkan kecepatan aliran
dan mengurangi efisiensi sedimentasi. Menurut hasil penelitian, tidak ada
perbedaan kinerja antara tangki berbentuk empat persegi panjang dengan
tangki berbentuk silinder yang besarnya dan kapasitas penampungan
lumpurnya sama. Tangki berbentuk empat persegi panjang harus dibuat
dengan panjang dua sampai tiga kali lebar tangki, kedalaman cairan 1,2 1,7 m.
Ruang bebas di atas permukaan air biasanya di buat setinggi 30 cm.
7. Penempatan Tangki
Tangki pembusukan harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga
memudahkan penyaluran limbah cair dari rumah ke system pembuangan
efluen. Apabila system pembuangan efluen menggunakan system saluran
bawah tanah, lokasi tangki harus menjamin tersedianya tanah yang cukup luas
untuk pembuangan efluen, peletakan saluran dengan kemiringan cukup, dan
kedalaman setiap titik maksimum 75 cm. Tangki tidak boleh tertanam dalam
tanah lebih dari cm karena perlu dilakukan pemeriksaan secara berkala.
Lubang pemeriksa harus dibuat sampai ke permukaan tanah, namun harus
dicegah masuknya air permukaan dan air hujan ke dalam tangki. Tangki harus
ditempatkan lebih rendah dan pada jarak sekurang kurangnya 15 meter dari
sumur dan sumber penyediaan air bersih lain karena ada kemungkinan terjadi
kebocoran, terutama di sekitar pipa inlet dan outlet.
8. Konstruksi Tangki
Tangki biasanya dibuat dari beton yang menjamin dan kerapatan air
yang memadai. Dasar dan tutup tangki dibuat dari beton. Dinding dibuat dari
pasangan batu bata, batu pecah, atau blok semen, dengan spasi dan plesteran
sisi dalam tangki dari campuran semen dan pasir (1:3). Campuran beton
yang digunakan harus terdiri dari semen, pasir, kerikil (1:2:4) dengan
kandungan 23 liter air per sak (43 kg) semen. Dinding dan tulang beton
memadai. Ukuran lubang pemeriksa yang berbentuk bujur sangkar panjang
sisinya minimum 50 cm dan untuk yang berbentuk bulat diameter 61 cm.
9. Pembuangan Tangki
Efluen tangki pembusukan tidak boleh dibuang ke saluran terbuka atau
dibuang ke atas tanah untuk mengairi tanaman atau ke kolam ikan tanpa izin
pejabat kesehatan setempat. Untuk daerah pedesaan dan masyarakat kecil,
metode yang dapat dipilih untuk mengolah dan membuang efluen terbatas
pada :
a. Metode pengenceran;
b. Metode yang menggunakan sumur peresapan;
c. Metode yang menggunakan saluran peresapan;
d. Metode yang menggunakan parit penyaring;
e. Metode yang menggunakan pasir peyaring; dan
f. Metode yang menggunakan penyaring tetes.
Untuk menentukan metode yang paling cocok untuk kondisi khusus
daerah, perlu diketahui :
a. Sifat tanah;
b. Kedalaman permukaan air tanah;
c. Tingkat permeabilitas tanah;
d. Jarak system pembuangan efluen dari sumur dan sumber penyediaan air
lain;
e. Volume dan kecepatan aliran air permukaan yang ada untuk pengenceran
(di sungai, kolam, dan badan air lain);
f. Penggunaan air permukaan (untuk penyediaan air, memancing, mandi,
dan sebagainya);
g. Luas tanah yang tersedia untuk pembuangan efluen;
h. Jarak antar rumah;
i. Kecenderungan arah angin;
j. Tanaman penutup yang ada di tanah; dan
k. Kemungkinan perluasan system pada masa yang akan datang.
E. Pembuangan Efluen Melalui Saluran Peresapan
Metode ini dilakukan dengan meresapkan efluen ke lapisan atas tanah melalui
pipa pipa saluran dengan sambungan terbuka, yang ditempatkan pada parit dan
ditutup. Dengan cara ini, efluen dibersihkan oleh aktivitas bakteri saprofitik
aerobic dalam tanah dan merembeskan nya ke dalam tanah.
Namun metode ini tidak dapat digunakan pada :
1. Tanah yang tidak berpori;
2. Tanah yang permukaan air tanahnya dapat naik sampai 1,2 meter dari
permukaan tanah;
3. Tanah yang mengandung resiko bahaya pencemaran sumber penyediaan
air;
4. Tanah yang terdiri dari tanah liat kedap; dan
5. Tanah yang lembab.
F. Bak Pembagi
Bak pembagi adalah bagian dari system pembuangan efluen yang menjamin
terbaginya efluen dari tangki pembusukan secara merata ke saluran peresapan.
Bak ini juga dapat berfungsi sebagai bak pemeriksa, untuk mengetahui banyaknya
bahan padat tersuspensi pada efluen dan adanya pembagian yang merata dari
efluen.
G. Saluran Peresapan
Saluran peresapan biasanya dibuat dari pipa berujung datar dengan diameter
10 cm dan panjang cm, dapat juga digunakan pipa yang satu ujungnya rata dan
ujung lainnya melengkung. Pipa harus dipasang secara bersambungan pada
saluran dengan jarak 0,6 1,2 cm supaya efluen dapat keluar dari pipa. Kedalaman
pipa dalam tanah cm. Kemiringan saluran tidak boleh terlalu kecil atau terlalu
besar. Biasanya digunakan kemiringan 0,16 0,32% atau 16,66 33,32 cm per 100 m
dengan kemiringan maksimum 5%.
Luas dasar parit yang diperlukan harus dihitung dengan memperhatikan
besarnya angka peresapan dan angka kebutuhan luas bidang peresapan. Parit tidak
boleh terlalu panjang. Panjang maksimum yang dianjurkan adalah 30 m. parit
harus diletakkan lurus. Saluran peresapan harus diletakkan dengan jarak minimum
7,5 m dari pohon besar untuk menghindari hambatan aliran akibat masuknya air
ke dalam pipa. Oleh karena itu, tanah di atas bidang peresapan tidak boleh di
tanami pepohonan. Tanaman yang boleh ditanam di atasnya hanya rumput yang
berakar pendek.
Daftar Pustaka

https://id.scribd.com/document/377952096/Teknik-Pembuangan-Tinja

Anda mungkin juga menyukai