Anda di halaman 1dari 6

1.

1 Latar Belakang
Dinamika hidup manusia sebagai makhluk berakal dan makhluk sosial seringkali
mengakibatkan perubahan pada lingkungan kehidupan manusia. yang berdampak kembali pada
kehidupan kita sehari – hari. Dari beberapa isu global kontemporer, kita ambil tiga contoh isu global
yang dalam pandangan kami perlu ditindaklanjuti, yakni korupsi, covid19, dan narkoba.
1.2 Korupsi
Berdasarkan data dari Transparancy International, hingga 25 Maret 2021, indeks persepsi
korupsi Indonesia untuk tahun 2020 mengalami penurunan. Dalam hal indeks persepsi korupsi,
peringkat Indonesia pada tahun 2020 turun menjadi 102 dari 180 negara yang dinilai padahal pada tahun
2019, Indonesia berada di posisi 85. Hal ini menjadi alarm bagi pemberantasan korupsi di Indonesia.
Dari sisi ekonomi, kerugian akibat korupsi mencapai Rp 56,7 T. Lantas, kenapa Indeks Persepsi
Korupsi di tahun 2020 mengalami penurunan ? Menurut Wawan Suyatmiko, Peneliti dari Tranparency
National Indonesia, dari 9 indikator yang dipakai untuk mengukur indeks persepsi korupsi, 5 indikator
mengalami penurunan, 3 indikator mengalami stagnan, dan 1 indikator mengalami peningkatan.
Indikator yang mengalami penurunan antara lain Political Risk Service (korupsi dalam sistem
politik, pembayaran khusus dan suap ekspor-impor dan hubungan mencurigakan antara politikus dan
pebisnis), yang turun dari 58 pada 2019 menjadi 50 pada 2020; IMD World Competitiveness Yearbook
(suap dan korupsi dalam sistem politik) turun dari 48 pada 2019 menjadi 43 pada 2020; Global Insight
Country Risk Ratings (risiko individu/perusahaan dalam menghadapi praktik korupsi dan suap untuk
menjalankan bisnis) turun 13 poin dari 47 pada 2019 menjadi 35 pada 2020; Political and Economic
Risk Consultancy (PERC) Asia Risk Guide turun dari 35 pada 2019 menjadi 32 pada 2020; dan Varieties
of Democracy (kedalaman korupsi politik, korupsi politik di eksekutif, legislatif, dan yudikatif, korupsi
di birokrasi, korupsi besar dan kecil yang mempengaruhi kebijakan publik) turun dari 28 pada 2019
menjadi 26 pada 2020.
Indonesian Corruption Watch (ICW) menilai turunnya nilai Indeks Persepsi Korupsi Indonesia
akibat orientasi Pemerintah Indonesia merumuskan kebijakan antirasuah tidak jelas. Salah satu buktinya
ialah adanya revisi Undang – Undang Nomor 30 Tahun 2002 (UU No.30 Tahun 2002) menjadi UU
Nomor 19 Tahun 2019 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi. ICW menilai revisi UU tersebut telah
melemahkan KPK dalam dua tahun terakhir, setidaknya dari sisi penindakan.

1.3 Covid 19
Berdasarkan data dari Satgas Covid 19, jumlah kasus Covid 19 di Indonesia hingga 26 Maret
2021 sudah mencapai 1.487.541 kasus terkonfirmasi alias ada pertambahan 4.982 kasus dari hari
sebelumnya, yakni 1.482.559. Jumlah kematian akibat Covid 19 hingga 26 Maret 2021 menjadi 40.116
jiwa alias ada pertambahan 81 kasus kematian dari hari sebelumnya, yakni 40.081. Kendati demikian,
masih ada harapan karena jumlah kasus sembuh hingga 26 Maret 2021 menjadi 1.322.878 dibandingkan
dengan jumlah total kesembuhan per 25 Maret 2021 yang mencapai 1.317.199. Kerugian akibat wabah
Covid-19 ditaksir mencapai Rp 320 T. Jika dilihat dari sebaran per wilayah, maka DKI Jakarta
menempati urutan tertinggi dengan angka 1.354 kasus, disusul oleh Jawa Barat dengan 476 kasus, lalu
Jawa Timur dengan 275 kasus, dan Banten dengan 220 kasus.
Lantas kenapa jumlah kasus Covid 19 semakin hari semakin ada ?
Salah satu penyebabnya berhubungan dengan pengumpulan data, yakni keterlambatan
verifikasi data atau dengan kata lain ada gap dan delay antara pusat, terutama kementerian kesehatan,
dengan daerah. Keterlambatan verifikasi data bisa oleh keterbatasan kapasitas insitusi terkait
pengumpulan informasi yang penting dan relevan. Sampai – sampai memberikan kesan pemerintah
tidak transaparan dalam pemberian informasi terkait Covid 19. Sebab lainnya ialah naiknya jumlah
orang atau spesimen yang diperiksa dan meningkatnya mobilitas warga. Keterlambatan pengananan,
seperti yang disampaikan oleh dr.Pompini, disebabkan oleh sulitnya pasien dalam mengakses layanan
kesehatan (karena sistem rujukan yang bermasalah) Menurunnya kepatuhan warga akan protokol
kesehatan juga menjadi sebab naiknya kasus covid 19. Pada periode Oktober - Desember 2020,
kepatuhan memakai masker rata-rata diatas 70%, untuk menjaga jarak dan menjauhi kerumunan berada
di atas angka 60%. Sedangkan pada Desember 2020, kepatuhan memakai masker berada di angka 55%
(turun 28%) dari yang sebelumnya 70 %. Untuk menjaga jarak dan menghindari kerumunan turun ke
angka 39% (turun 20%) dari yang sebelumnya 47%.
1.4 Narkoba
Peredaran gelap narkotika semakin meningkat dalam kurun waktu 3 bulan ini. Sebanyak 3,6
juta orang menjadi korban penyalahgunaan narkoba. Meningkatnya jumlah barang bukti yang diperoleh
saat penangkapan sudah menjadi indikator akan bahaya narkotika. Seperti yang disampaikan oleh
Kepala Badan Narkotika Nasional, Komjen Pol Petrus Reinhard Golose, barang bukti sabu yang disita
selama kurun waktu 3 bulan ini telah meningkat 70,19 % menjadi 808,68 kg dibandingkan dengan tahun
2020, yakni 1.152,2 kg. Untuk barang bukti berupa ganja, sampai bulan Maret ini, tercatat sebanyak
3.462,75 kg. Kerugian akibat peredaran gelap narkotika ini ialah Rp 8,4 T.
Adanya peningkatan ini disebabkan oleh, salah satunya, drug abuse from home. Drug abuse
from home merupakan implikasi dari pandemi Covid-19 yang ternyata juga berpengaruh pada
perubahan psikis dan perilaku masyarakat akibat tekanan ekonomi bahkan kesehatan. Jika perubahan
psikis dan perilaku masyarakat membentuk permintaan untuk pasar gelap narkoba, para pengedar akan
menawarkan barang terlarang tersebut kepada pembelinya. Riset penelitian yang dilakukan oleh BNN
menunjukan bahwa pada umumnya penyalahgunaan narkoba didominasi oleh pemilik usia produktif,
antara 11 s.d 24 tahun, yang tingkat penyalahgunaannya mencapai 97%.
2. Teknik Tapisan Isu
1. Teknik Tapisan Isu

Isu global yang kita hadapi dewasa ini sangatlah banyak, namun kemampuan kita untuk
memecahkan isu tersebut terbatas. Perlu adanya teknik untuk mengecek apakah isu tersebut termasuk
ke dalam kriteria isu yang berkualitas atau tidak. Alat bantu penetapan kriteria isu yang berkualitas
banyak jenisnya, salah satunya adalah menggunakan teknik tapisan dengan menetapkan rentang
penilaian pada kriteria: Urgency, Seriousness, dan Growth yang disingkat dengan USG dengan rentang
nilai satu sampai 5. Isu global yang akan kita tapis pada pembahasan ini yaitu isu korupsi, pandemi
covid, dan narkoba.

Isu Urgency Seriousness Growth Total Prioritas


Korupsi 1 3 2 6 III
Covid 5 5 5 15 I
Narkoba 1 4 3 8 II
Kriteria rentang penilaian:

Nilai Urgency Makna Seriousness Makna Growth Makna


Kriteria Kriteria Kriteria
5 Sangat Jumlah kasus Sangat Serius Jumlah Sangat Cepat Kenaikan
Penting > 1 juta kerugian Memburuk jumlah
terhadap kasus
negara >100 sangat
T tinggi
4 Penting Jumlah kasus Serius Jumlah Cepat Kenaikan
500.000 – 1 kerugian Memburuk jumlah
juta terhadap kasus
negara 80 - tinggi
100 T
3 Cukup Jumlah kasus Cukup Serius Jumlah Cukup Cepat Kenaikan
Penting 100.000- kerugian Memburuk jumlah
500.000 terhadap kasus
negara 60-80 cukup
T tinggi
2 Kurang Jumlah kasus Kurang Serius Jumlah Kurang Cepat Kenaikan
Penting 50.000- kerugian Memburuk jumlah
100.000 terhadap kasus
negara 40-60 kurang
T tinggi
1 Tidak Jumlah kasus Tidak Serius Jumlah Tidak Cepat Kenaikan
Penting <50.000 kerugian Memburuk jumlah
terhadap kasus
negara <40 T tidak
tinggi
Menurut teknik tapisan di atas, isu pandemik covid memiliki nilai tertinggi dikarenakan
memiliki poin yang tinggi dinilai dari Urgency, Seriousness dan Growthnya. Kesimpulannya isu ini
perlu menjadi prioritas utama untuk dituntaskan karena menyangkut kepentingan seluruh umat manusia.

3. MIND MAPPING

• Relasi Korupsi
• Kebijakan Pemerintah
• Revisi UU
• Turunnya 5 indikator
dari indeks persepsi
korupsi

4. Rekomendasi Upaya Pencegahan Atau Antisipasi Atau Penyelesaian Terhadap Covid 19

1. Percepat Penanganan dan Mempermudah Akses dan Regulasi Pengobatan

Guna mempercepat pengobatan dan pencegahan penularan yang lebih luas, pemerintah harus
menerapkan kebijakan at all cost seperti pengadaan alat kesehatan penunjang pemeriksaan, ruang
isolasi, dan Alat Pelindung Diri (APD). Pemerintah perlu menggratiskan biaya pemeriksaan baik
yang terbukti maupun tidak, ataupun hal-hal yang bersifat pencegahan seperti pembagian masker
murah dan sebagainya. Produksi dan distribusi masker dapar dikoordinasikan dengan masyarakat
untuk memperoleh manfaat multiplier sekaligus meningkatkan perekonomian lewat UMKM

2. Membentuk Benteng Pencegahan Penularan COVID 19

Dengan menyiagakan pemerintahan tingkat desa untuk menjadi benteng pencegahan penularan
COVID-19 yang mandiri yang bertugas menelusuri kontak dari pasien yang sudah terinfeksi tingkat
keberhasilannya bergantung dari peran serta masyarakat, mulai dari RT/RW, desa, kelurahan,
kecamatan, hingga dinas kesehatan dibantu aparat setempat
3. Transparansi Perpu Covid 19

Pemerintah, melalui Gugus Tugas COVID-19 di tingkat pusat dan daerah untuk
menginformasikan secara berkala kepada publik, setiap tanggal 1 di setiap bulannya mengenai
rincian penggunaan anggaran yang digunakan untuk penanganan COVID-19 dan pemulihan
ekonomi nasional. Sekurang-kurangnya mencakup penggunaan anggaran untuk belanja
kesehatan, perlindungan sosial, dan insentif pajak/ pemulihan ekonomi. Seluruh
kementerian/lembaga/instansi pemerintah, baik di pusat maupun daerah untuk secara berkala
menginformasikan kepada publik melalui situs resmi masing-masing instansi, mengenai
perubahan anggaran yang diperuntukkan untuk penanganan COVID-19 dan pemulihan ekonomi.

4. Sanksi Tegas Bagi Pelanggar Protokol Kesehatan

Definisi sanksi sosial harus jelas, sebab dalam banyak kasus pelanggaran protokol kesehatan,
hukuman sosial tergantung kreatifitas aparat pelaksana. Peraturan sanksi sosial perlu diatur secara
rigid, sehingga tidak menimbulkan multitafsir dalam implementasi di lapangan

4.1 Peran sebagai ASN sekaligus warga negara Indonesia dalam pencegahan COVID 19 :

1. Penyesuaian Sistem Kerja

ASN yang bekerja di rumah (WFH) harus berada di rumah/tempat tinggal masing-masing
kecuali dalam keadaan mendesak (terkait ketersediaan pangan, kesehatan, keselamatan diri dan
keluarga serta harus melaporkannya kepada atasan langsung). Meskipun harus bekerja dirumah
tidak mengurangi tanggung jawab dan pekerjaan yang dilakukan

2. Perketat Protokol Kesehatan dan Edukasi

Penerapan protokol kesehatan ketika melakukan aktivitas diluar rumah yaitu penggunaan
masker, mencuci tangan, jaga jarak, dan desinfeksi Edukasi door to door terkait perilaku hidup
bersih dan sehat (PHBS) serta menggalakkan gerakan #dirumahaja di media sosial, disertai dengan
bahu membahu mengingatkan keluarga, tetangga agar disiplin menaati protokol

3. Crowdfunding dan Relawan Digital

Ikut berpartisipasi dalam penggalangan dana yang dimaksudkan untuk beragam tujuan,
misalnya membeli Alat Perlindungan Diri (APD) para tenaga medis, penyediaan tempat singgah
untuk tenaga medis, hingga bantuan pangan untuk masyarakat yang terdampak krisis akibat wabah
ini. Mendedikasikan diri untuk menyediakan informasi terpercaya seputar COVID-19 di Indonesia
melalui situs dan media sosial bersama dengan relawan dari orang yang berlatar belakang medis,
edukasi,sains, riset, dan teknologi . Kesimpangsiuran informasi dan banyaknya hoaks yang beredar
menjadi dasar dari pentingnya kegiatan ini

Anda mungkin juga menyukai