Nurul Nadzifah E3 Kinetika Reaksi
Nurul Nadzifah E3 Kinetika Reaksi
Judul Percobaan
KINETIKA REAKSI
Mengetahui,
Ka. Laboratorium Kimia, Asisten,
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan kita tidak lepas dari yang namanya reaksi, ada reaksi yang berlangsung cepat
dan ada pula reaksi yang lambat. Contoh reaksi yang berlangsung cepat seperti kembang api
dan pembakaran gas elpiji, dan ada pula reaksi yang berlangsung lambat seperti saat besi
berkarat. Dalam ilmu kimia banyak perubahan-perubahan yang terjadi dalam reaksi kimia dan
selanjutnya dikaji dalam berbagai ilmu-ilmu cabangnya untuk mengetahui lebih spesifik
Kinetika reaksi adalah cabang ilmu kimia yang mempelajari mengenai laju reaksi secara
kuantitatif termasuk di dalamnya pengukuran laju reaksi dan variabel-variabel pada laju reaksi
yaitu, konsentrasi, suhu, luas permukaan dan katalis terutama untuk reaksi lambat, di mana
Kinetika menerangkan 2 hal yaitu mekanisme reaksi dan laju reaksi ialah bagaimana laju
bergantung pada konsentrasi reaktan dan mengetahui mekanisme suatu reaksi berdasarkan
pengetahuan tentang laju reaksi yang diperoleh dari eksperimen. Untuk mencari kinetika reaksi
dapat dicari dengan perhitungan waktu dan konsentrasi .Persamaan laju reaksi ditentukan
berdasarkan konsentrasi awal setiap zat dipangkatkan orde reaksinya. Nilai orde reaksi tak
selalu sama dengan koefisien reaksi zat yang bersangkutan, karena orde reaksi merupakan
Berdasarkan dengan uraian di atas maka dilakukan percobaan yang berjudul “Kinetika Reaksi”.
Tujuan dilakukannya percobaan tersebut adalah agar para mahasiswa/(i) mengetahui lebih
lanjut mengenai kinetika reaksi. Selain itu mengapa praktikum ini sangat penting karena kita
dapat mengetahui faktor yang mempengaruhi kinetika reaksi secara langsung, serta praktikum
C. Tujuan
1. Mahasiswa diharapkan mampu memahami pengaruh suhu dan konsentrasi pada kinetika
reaksi
2. Mahasiswa diharapkan mampu memahami tetapan kinetika reaksi dan orde reaksi sistem
Tempat : Online
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Laju Reaksi Kinetika kimia mempelajari laju berlangsungnya reaksi kimia dan
energi yang berhubungan dengan proses tersebut, serta mekanisme berlangsungnya reaksi.
Mekanisme reaksi adalah serangkaian reaksi tahap demi tahap yang terjadi berturut-turut
selama proses perubahan reaktan menjadi produk, atau urutan langkah-langkah reaksi menuju
Reaksi-reaksi kimia yang terjadi dalam sistem berlangsung dengan laju reaksi yang berbeda-
beda. Seberapa cepat suatu reaksi kimia terjadi menjadi bahasan dalam kinetika reaksi, yaitu
bila perubahan konsentrasi dari suatu komponen kimia dipengaruhi oleh waktu. Laju reaksi
akibat perubahan konsentrasi (dC) terhadap perubahan waktu (dt) dapat dinyatakan sebagai
+d[C]/dt atau -d[C]/dt, nilai d[C]/dt dapat dinyatakan dalam mol.L-1. S-1. Laju reaksi merupakan
fungsi dari berbagai variabel reaksi, seperti jumlah molekul yang bereaksi, suhu, dan
Reaksi kimia ada yang berlangsung sangat cepat dan ada pula berlangsung sangat lambat.
Perkaratan besi adalah salah satu contoh reaksi yang berlangsung lambat, sedangkan reaksi
ledakan dan reaksi nyala kembang api merupakan contoh reaksi yang berlangsung cepat. Cepat
lambatnya suatu reaksi kimia harus diungkapkan secara kuantitatif dan terukur. Laju reaksi
secara kuantitatif diungkapkan melalui besarnya perubahan reaktan atau produknya terhadap
waktu. Dalam waktu tertentu, reaksi yang menghasilkan produk yang banyak artinya reaksi
tersebut berlangsung cepat, sedangkan yang menghasilkan produk sedikit dapat diartikan
sebagai reaksi yang berlangsung lambat. Berdasarkan berkurangnya reaktan dan bertambahnya
5
produk reaksi, maka laju reaksi dimaknai sebagai laju penurunan reaktan (pereaksi) atau laju
bertambahnya produk (hasil reaksi). Secara umum, laju reaksi diartikan sebagai besarnya
perubahan reaksi persatuan waktu. Reaksi dalam larutan, besarnya perubahan dihitung dalam
satuan molaritas (M) dan waktu dalam detik atau sekon (s). Satuan laju reaksi dalam larutan
a. Mekanisme Reaksi
Mekanisme reaksi merupakan kumpulan dari beberapa langkah/step reaksi yang membentuk
reaksi keseluruhan. Setiap langkah dari mekanisme reaksi disebut sebagai reaksi elementer dan
secara keseluruhan membentuk mekanisme reaksi, dimana mekanisme reaksi terdiri dari
beberapa reaksi sederhana. Suatu reaksi elementer memberikan informasi suatu proses pada
tingkat molekul, dapat pula dinyatakan sebagai molekularitas reaksi. Molekularitas diperoleh
dari jumlah spesi terlibat dalam reaksi yang datang bersamaan membentuk keadaan kritis,
keadaan transisi. Umumnya, reaksi elementer adalah bermolekul satu (mono molecular) atau
terjadi dari tiga molekul, terutama antara beberapa atom atau molekul kecil dalam fase gas.
Reaksi larutan dapat terjadi, tetapi sebenarnya adalah reaksi antara dua molekul. Laju reaksi
elementer sebanding dengan konsentrasi reaktan yang memulai reaksi (Suarsa, 2017: 8-9).
Menurut (Widjajanti, 2007: 3-5) ada beberapa faktor yang mempengaruhi laju reaksi yaitu,
sebagai berikut:
Umumnya laju reaksi pada temperatur tetap lebih sering dinyatakan sebagai laju perubahan
konsentrasi komponen-komponen dalam sistem, sehingga dapat dikatakan bahwa laju reaksi
bergantung pada konsentrasi pereaksi atau hasil reaksi. Ketergantungan laju reaksi pada
6
konsentrasi pereaksi atau hasil reaksi diungkapkan sebagai persamaan laju reaksi atau hukum
laju, meskipun demikian sebenarnya kita tidak dapat meramalkan persamaan laju suatu reaksi
Pernahkah kamu membandingkan kecepatan melarut antara serbuk gula yang halus dalam air
dengan kecepatan melarut bongkahan gula dalam air?, hasil pengamatan memperlihatkan
bahwa kecepatan melarut serbuk gula dalam air lebih cepat dibandingkan kecepatan melarutkan
bongkahan gula. Mengapa demikian Pada zat padat yang bereaksi adalah atom-atom atau
molekul-molekul yang terdapat pada permukaannya, sedangkan atom atau molekul yang
terdapat pada bagian sebelah dalam tertutup dari luar, sehingga tidak bisa bereaksi. Banyaknya
‘muka’ yang berada di bagian sebelah luar disebut sebagai luas permukaan. Makin luas
permukaan zat pereaksi, maka peluang untuk bereaksi akan makin besar sehingga laju reaksinya
Laju reaksi merupakan fungsi dari tetapan laju reaksi, sedangkan tetapan laju reaksi bergantung
terhadap temperatur, hubungan ini dijelaskan melalui persamaan Arhenius. Mengapa makin
tinggi temperatur, dapat meningkatkan laju reaksi ? Hal ini disebabkan peningkatan temperatur
akan mempertinggi gerakan molekul. Semakin banyak molekul yang bergerak dengan
kecepatan rata-rata tinggi akan memperbesar peluang terjadinya tumbukan efektif, yaitu
tumbukan yang mencapai energi pengaktifan, sehingga laju reaksi akan meningkat.
7
Gambar di atas adalah hubungan antara distribusi energi molekul pada dua temperatur
berbeda. Nampak bahwa jumlah molekul yang mencapai energi pengaktifan pada kondisi T 2
Peningkatan produk hasil reaksi yang dilakukan melalui peningkatan temperatur, kadang-
kadang tidak efektif, karena mungkin saja hasil yang diharapkan tidak stabil pada temperatur
tinggi. Beberapa penemuan pada awal abad 19 menunjukkan ada sejumlah reaksi yang
kecepatan reaksinya dipengaruhi oleh adanya substansi yang tidak mengalami perubahan
sampai akhir proses, contohnya konversi pati menjadi gula yang dipengaruhi oleh asam, atau
dekomposisi amoniak dan alkohol dengan adanya logam platinum Substansi tersebut oleh
Berzelius ( 1836) disebut sebagai katalisator. Oswald (1902) mendefinisikan katalis sebagai
suatu substansi yang mengubah laju suatu reaksi kimia tanpa terdapat sebagai produk akhir
reaksi. Walaupun menurut definisi jumlah katalisator tidak berubah pada akhir reaksi, tetapi
tidak berlaku anggapan bahwa katalisator tidak mengawali jalannya reaksi selama reaksi
berlangsung. Katalisator akan mengawali penggabungan senyawa kimia, akan terbentuk suatu
kompleks antara substansi tersebut dengan katalisator. Kompleksnya yang terbentuk hanya
merupakan bentuk hasil antara yang akan terurai kembali menjadi produk reaksi dan molekul
katalisator. Katalisator tidak mengalami perubahan pada akhir reaksi, karena itu tidak
memberikan energi ke dalam sistem, tetapi katalis akan memberikan mekanisme reaksi
alternatif dengan energi pengaktifan yang lebih rendah dibandingkan dengan reaksi tanpa
8
c. Reaksi Elementer dan Non Elementer
1. Reaksi Elementer
Untuk reaksi elementer, molekuleritas (uni-, bi-, tri-) sama dengan orde reaksi (satu, dua atau
unimolekuler A
bimolekuler A+B
termolekuler A+B+C
Reaksi bimokuler:
H + Br2 HBr + Br
Artinya satu atom H tertentu akan menyerang molekul Br 2 tertentu, menghasilkan moleku HBr
Jika tidak ada keterkaitan langsung antara persamaan stoikiometri dengan persamaan kecepatan
reaksinya. Hal ini dapat dijelaskan dari sebuah konsep dasar bahwa sebuah reaksi (atau
transformasi) kimia tunggal yang teramati dalam laboratorium sebenarnya merupakan hasil
atau akibat keseluruhan dari sejumlah tahap atau proses molekuler (Kholisah, 2007: 1-2).
9
BAB III
METODOLOGI
A. Alat
4. Mixer 1 unit
B. Bahan
1. H2O 25 mL
2. Na2O2H3 (1 M) 41 mL
3. H2SO4 (1 M) 41 mL
10
C. Cara Kerja
Cara kerjanya, pipet 1 ml Na2S2O masukkan ke dalam gelas ukur lalu tuang ke dalam tabung
reaksi yang berkode 1. Selanjutnya pipet 2 ml Na2S2O3 masukkan ke dalam gelas ukur dan
tuang ke dalam tabung reaksi yang berkode 2 serta lakukan hak yang sama pada tabung yang
berkode 3, 4 dan 5 dengan volume berturut-turut 3 ml, 4 ml dan 5 ml. Lalu tabung yang lain
diisi dengan masing-masing 5 ml H2SO4 lalu tuang ke dalam tabung reaksi yang berkode 5 dan
seterusnya, sehingga diperoleh volume di dalam tabung reaksi dengan tingkat volume yang
sama. Langkah selanjutnya ialah tabung reaksi yang berisi Na2S2O3 yang lain diisi dengan
aquades, yaitu 1 ml aquades kedalam tabung reaksi berkode 2, 2 ml aquades ke dalam tabung
reaksi berkode 3, 3 ml aquades ke dalam tabung reaksi berkode 4 dan 4 ml aquades ke dalam
tabung reaksi berkode 5. Tabung reaksi berkode 1 yang berisi 5 ml Na2S2O3 tidak ditambahkan
aquades karena volumenya sudah seimbang, sehingga kelima tabung reaksi Na2S2O3 memiliki
volume yang sama yaitu 5 ml. Kemudian homogenkan cairan. Selanjutnya letakkan tabung
Na2S2O3 yang berkode 1 ke depan titik hitam lalu tuangkan H2SO4 sambil menekan stopwatch,
catat waktu yang dibutuhkan sampai titik hitam tidak terlihat. Lakukan hal yang sama pada ke
Cara kerjanya, pipet 1 ml H2SO4 masukkan ke dalam gelas ukur lalu tuang ke dalam tabung
reaksi yang berkode 1. Selanjutnya pipet 2 ml H2SO4 masukkan ke dalam gelas ukur dan tuang
ke dalam tabung reaksi yang berkode 2 serta lakukan hak yang sama pada tabung yang berkode
3, 4 dan 5 dengan volume berturut-turut 3 ml, 4 ml dan 5 ml. Lalu tabung yang lain di isi dengan
masing-masing 5 ml Na2S2O3 lalu tuang ke dalam tabung reaksi yang berkode 5 dan seterusnya,
11
sehingga diperoleh volume di dalam tabung reaksi dengan tingkat volume yang sama. Langkah
selanjutnya ialah tabung reaksi yang berisi H2SO4 yang lain diisi dengan aquades, yaitu 1 ml
aquades kedalam tabung reaksi berkode 2, 2 ml aquades ke dalam tabung reaksi berkode 3, 3
ml aquades ke dalam tabung reaksi berkode 4 dan 4 ml aquades ke dalam tabung reaksi berkode
5. Tabung reaksi berkode 1 yang berisi 5 ml H2SO4 tidak ditambahkan aquades karena
volumenya sudah seimbang, sehingga kelima tabung reaksi H2SO4 memiliki volume yang sama
yaitu 5 ml. Kemudian homogenkan cairan. Selanjutnya letakkan tabung H2SO4 yang berkode 1
ke depan titik hitam lalu tuangkan Na2S2O3 sambil menekan stopwatch, catat waktu yang
dibutuhkan sampai titik hitam tidak terlihat. Lakukan hal yang sama pada ke empat tabung
3. Pengaruh Suhu
Langkah pertama yaitu pipet 1 ml Na2S2O3 ke dalam 5 tabung reaksi dan tambahkan 4 ml
aquades ke dalamnya. Selanjutnya pipet 1 ml H2SO4 ke dalam 5 tabung reaksi yang berbeda
dan tambah kan 4 ml aquades ke dalamnya. Setelah itu homogenkan seluruh larutan tersebut.
Setiap tabung diberikan kode. Langkah selanjutnya ialah tabung yang berkode 40 di panaskan
ke atas hot plate dan ukur suhunya hingga sampai 40 oC, lalu tuang H2SO4 ke dalam tabung
Na2S2O3 dan catat waktu hingga titik hitam tidak terlihat. Ulangi hal yang sama tetapi suhu
12
BAB IV
3. Pengaruh Suhu
Volume H2SO4 1 M = 1 mL
Volume Na2S2O3 1 M = 1 mL
Volume H2O = 4 mL
4. Perubahan warna
13
Warna larutan H2SO4 dan Na2S2O3 sebelum pencampuran adalah tak berwarna (bening). Seperti
yang terlihat pada gambar di bawah ini larutan H2SO4 dan Na2S2O3 sebelum pencampuran pada
masing-masing tabung reaksi tak berwarna (bening).
Warna larutan setelah pencampuran adalah putih kekuningan. Larutan dengan konsentrasi
tinggi akan menghasilkan intensitas warna campuran yang lebih kuning.
B. Reaksi
Na2S2O3 + 3H2SO4 3H2O + Na2SO4 + 4SO2
14
C. Pengolahan data dan analisis data
Pada pengaruh ini, larutan Na2S2O3 1M di pipet dengan volume yang berbeda, lalu dicukupkan
totalnya menjadi 5 mL (V2). Sehingga konsentrasinya berubah menjadi 0,8M. Nilai ini
V1 x M1 = V2 x M2
𝑉1 𝑥 𝑀1
M2 = 𝑉2
4 𝑚𝐿 𝑥 1𝑀
M2 = 5 𝑚𝐿
M2 = 0,8M
totalnya menjadi 5 mL (V2). Sehingga konsentrasinya berubah menjadi 0,6M. Nilai ini
V1 x M1 = V2 x M2
15
𝑉1 𝑥 𝑀1
M2 = 𝑉2
3 𝑚𝐿 𝑥 1𝑀
M2 = 5 𝑚𝐿
M2 = 0,6M
totalnya menjadi 5 mL (V2). Sehingga konsentrasinya berubah menjadi 0,6M. Nilai ini
V1 x M1 = V2 x M2
𝑉1 𝑥 𝑀1
M2 = 𝑉2
2 𝑚𝐿 𝑥 1𝑀
M2 =
5 𝑚𝐿
M2 = 0,4M
totalnya menjadi 5 mL (V2). Sehingga konsentrasinya berubah menjadi 0,6M. Nilai ini
V1 x M1 = V2 x M2
𝑉1 𝑥 𝑀1
M2 = 𝑉2
1 𝑚𝐿 𝑥 1𝑀
M2 = 5 𝑚𝐿
M2 = 0,2M
16
Langkah selanjutnya ialah mengkonversi nilai T yang diperoleh menjadi nilai 1/T, yaitu 1 di
bagi nilai T. sehingga diperoleh data 1/sebagaimana ditampilkan di dalam tabel. Melengkapi
tabel pengamatan dengan memasukkan nilai konsentrasi Na2S2O3 dan nilai 1/T, sehingga
Sumbu X Sumbu Y
Na2S2O3 1 M H2O T (detik) Konsentrasi
1/T
Na2S2O3
5 mL 0 mL 4,75 1M 0,21
4 mL 1 mL 6,62 0,8 M 0,15
3 mL 2 mL 8,40 0,6 M 0,12
2 mL 3 mL 13,25 0,4 M 0,08
1 mL 4 mL 38,26 0,2 M 0,03
Grafik hubungan konsentrasi Na2S2O3 (sebagai sumbu X) dengan nilai 1/T (sebagai sumbu Y)
0.15
1/T
0.1
0.05
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
Konsetrasi Na2S2O3
Pada pengaruh ini larutan H2SO4 1M di pipet dengan volume yang berbeda, lalu dicukupkan
totalnya menjadi 5 mL (V2). Sehingga konsentrasinya berubah menjadi 0,8M. Nilai ini
V1 x M1 = V2 x M2
𝑉1 𝑥 𝑀1
M2 = 𝑉2
4 𝑚𝐿 𝑥 1𝑀
M2 = 5 𝑚𝐿
M2 = 0,8M
totalnya menjadi 5 mL (V2). Sehingga konsentrasinya berubah menjadi 0,6M. Nilai ini
18
V1 x M1 = V2 x M2
𝑉1 𝑥 𝑀1
M2 = 𝑉2
3 𝑚𝐿 𝑥 1𝑀
M2 = 5 𝑚𝐿
M2 = 0,6M
totalnya menjadi 5 mL (V2). Sehingga konsentrasinya berubah menjadi 0,6M. Nilai ini
V1 x M1 = V2 x M2
𝑉1 𝑥 𝑀1
M2 = 𝑉2
2 𝑚𝐿 𝑥 1𝑀
M2 = 5 𝑚𝐿
M2 = 0,4M
V1 x M1 = V2 x M2
𝑉1 𝑥 𝑀1
M2 =
𝑉2
19
1 𝑚𝐿 𝑥 1𝑀
M2 = 5 𝑚𝐿
M2 = 0,2M
Langkah selanjutnya adalah mengkonversi nilai T yang diperoleh menjadi nilai 1/T, yaitu 1
dibagi nilai T. Sehingga diperoleh data 1/T sebagaimana ditampilkan pada tabel.
Sumbu X Sumbu Y
H2SO4 1 M H2 O T (detik) Konsentrasi
1/T
Na2S2O3
5 mL 0 mL 4,68 1M 0,21
4 mL 1 mL 4,88 0,8 M 0,20
3 mL 2 mL 5,47 0,6 M 0,18
2 mL 3 mL 5,75 0,4 M 0,17
1 mL 4 mL 5,91 0,2 M 0,17
Grafik hubungan antara Konsentrasi H2SO4 (sebagai sumbu X) dengan nilai 1/T (sebagai
0.15
1/T
0.1
0.05
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
Konsentrasi H2SO4
3. Pengaruh Suhu
Pada pengaruh ini larutan H2SO4 1M dan larutan Na2S2O3 di pipet masing-masing 1 mL saja
V1 x M1 = V2 x M2
𝑉1 𝑥 𝑀1
M2 = 𝑉2
1 𝑚𝐿 𝑥 1𝑀
M2 = 5 𝑚𝐿
M2 = 0,2M
Langkah selanjutnya adalah mengubah satuan suhu derajat celsius menjadi kelvin dengan
menambahkannya dengan angka 273. Lalu mengubah nilai K tersebut menjadi 1/K sehingga
Sumbu X Sumbu Y
Suhu Suhu K T (detik) 1/T
1/K Log 1/T
40 313 13,41 0,074571 0,003195 -1,13
50 323 15,91 0,062854 0,003096 -1,20
60 333 18,34 0,054526 0,003003 -1,26
70 343 20,30 0,049261 0,002915 -1,31
80 353 23,24 0,043029 0,002833 -1,37
21
Grafik hubungan antara 1/K (sebagai sumbu X) dengan nilai log 1/T (sebagai sumbu Y)
0
Grafik Hubungan 1/K dengan Log 1/T
0.0028 0.00285 0.0029 0.00295 0.003 0.00305 0.0031 0.00315 0.0032 0.00325
-0.2
-0.4
-0.6
-0.8
y = 652.08x - 3.2157
-1 R² = 0.9986
-1.2
-1.4
-1.6
22
D. Dokumentasi
23
Gambar 4. 3 Percobaan 3 Pengaruh Suhu
E. Pembahasan
Pada percobaan ini dilakukan dengan 3 kali percobaan yaitu pengaruh konsentrasi pada
Na2S2O3, pengaruh konsentrasi pada H2SO4 dan pengaruh suhu. Cara kerjanya, pipet 1 ml
Na2S2O3 masukkan ke dalam gelas ukur lalu tuang ke dalam tabung reaksi yang berkode 1.
Selanjutnya pipet 2 ml Na2S2O3 masukkan ke dalam gelas ukur dan tuang ke dalam tabung
reaksi yang berkode 2 serta lakukan hak yang sama pada tabung yang berkode 3, 4 dan 5 dengan
volume berturut-turut 3 ml, 4 ml dan 5 ml. Lalu tabung yang lain di isi dengan masing-masing
5 ml H2SO4 lalu tuang ke dalam tabung reaksi yang berkode 5 dan seterusnya, sehingga
diperoleh volume di dalam tabung reaksi dengan tingkat volume yang sama. Langkah
selanjutnya ialah tabung reaksi yang berisi Na2S2O3 yang lain diisi dengan aquades, yaitu 1 ml
aquades ke dalam tabung reaksi berkode 2, 2 ml aquades ke dalam tabung reaksi berkode 3, 3
ml aquades ke dalam tabung reaksi berkode 4 dan 4 ml aquades ke dalam tabung reaksi berkode
5. Tabung reaksi berkode 1 yang berisi 5 ml Na2S2O3 tidak ditambahkan aquades karena
volumenya sudah seimbang, sehingga kelima tabung reaksi Na2S2O3 memiliki volume yang
sama yaitu 5 ml. Kemudian homogenkan cairan. Selanjutnya letakkan tabung Na2S2O3 yang
berkode 1 ke depan titik hitam lalu tuangkan H2SO4 sambil menekan stopwatch, catat waktu
24
yang dibutuhkan sampai titik hitam tidak terlihat. Lakukan hal yang sama pada ke empat tabung
Na2S2O3 serta tetap mencatat waktunya. Dan pada percobaan kedua cara kerjanya tetap sama
tetapi volume H2SO4 yang berbeda yaitu berturut-turut 1 ml, 2ml, 3ml, 4ml, dan 5 ml.
Selanjutnya pada percobaan ketiga, langkah pertama yang dilakukan yaitu pipet 1 ml Na2S2O3
H2SO4 ke dalam 5 tabung reaksi yang berbeda dan tambah kan 4 ml aquades ke dalamnya.
Setelah itu homogenkan seluruh larutan tersebut. Setiap tabung diberikan kode. Langkah
selanjutnya ialah tabung yang berkode 40 di panaskan ke atas hot plate dan ukur suhunya hingga
sampai 40oC, lalu tuang H2SO4 ke dalam tabung Na2S2O3 dan catat waktu hingga titik hitam
tidak terlihat. Ulangi hal yang sama tetapi suhu yang berbeda yaitu 50 oC, 60oC, 70oC, dan 80oC.
Setelah percobaan dilakukan kita dapat melihat perbedaan sebelum dan sesudah pencampuran,
Warna larutan H2SO4 dan Na2S2O3 sebelum pencampuran adalah tak berwarna (bening).
Sedangkan Warna larutan setelah pencampuran adalah putih kekuningan. Larutan dengan
konsentrasi tinggi akan menghasilkan intensitas warna campuran yang lebih kuning.
Kemudian dilakukan pengolahan data dan analisis data pada percobaan pengaruh konsentrasi
Na2S2O3, pengaruh konsentrasi H2SO4, dan pengaruh suhu. Pada percobaan pengaruh
konsentrasi Na2S2O3, didapatkan konsentrasi yang berbeda-beda pada volume Na2S2O3 yang
beda juga yaitu 1M, 0,8 M, 0,6 M, 0,4 M dan 0,2 M. Setelah data diperoleh maka dibuatlah g
grafik hubungan antara Konsentrasi H2SO4 (sebagai sumbu X) dengan nilai 1/T (sebagai
sumbu Y). Pada pengaruh konsentrasi H2SO4, didapatkan konsentrasi yang berbeda juga yaitu
1 M, , 0,8 M, 0,6 M, 0,4 M dan 0,2 M. Sama dengan percobaan pertama yaitu dibuatkan grafik
hubungan. Pada pengaruh suhu konsentrasi H2SO4 1M dan Na2S2O3 1M setelah penambahan
aquadest sebanyak 4 mL, menyebabkan konsentrasinya berubah menjadi 0,2 M. Begitu pula
25
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
1. Diharapkan pada saat praktikum (online) dilakukan semua persiapan sudah selesai dalam
artian aplikasi yang digunakan dapat menampung seluruh praktikan, karena pada saat
praktikum tadi ada beberapa teman yang tidak ikut dikarenakan kapasitas aplikasi
terbatas.
2. Diharapkan pada saat praktikum seluruh praktikan disuruh untuk berpakaian rapi
26
DAFTAR PUSTAKA
Kusnandar, Feri, 2019: 23, Kimia Pangan Komponen Makro. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara
Rusman, 2019: 2-4, Kinetika Kimia. Banda Aceh: Syiah Kuala University
Suarsa, Wayan, 2017: 8, Jurnal Teori Tumbukan Pada Laju Reaksi Kimia. Denpasar:
Universitas Udayana
Kholisah, Diyar, 2007: 1-2, Jurnal Interpretasi Molekuler. Penerbit: Word Press
Tahir, Iqmal, 2018: 1-2, jurnal Mekanisme Reaksi. Lab. Kimia Fisika UGM: Yogyakarta
27
Kristianingrum, Susila, 2003:1, Jurnal Kinetika Kimia. Sleman: UNY
28
Kusnandar, Feri, 2019: 23, Kimia Pangan Komponen Makro. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara
29
Rusman, 2019: 2-4, Kinetika Kimia. Banda Aceh: Syiah Kuala University
30
Suarsa, Wayan, 2017: 8, Jurnal Teori Tumbukan Pada Laju Reaksi Kimia. Denpasar:
Universitas Udayana
31
Widjajanti, Endang, 2007: 3-5, Kinetika Reaksi. Yogyakarta: UNY
32
Tahir, Iqmal, 2018: 1-2, jurnal Mekanisme Reaksi. Lab. Kimia Fisika UGM: Yogyakarta
Kholisah, Diyar, 2007: 1-2, Jurnal Interpretasi Molekuler. Penerbit: Word Press
33