Anda di halaman 1dari 33

KINETIKA REAKSI

Laporan Praktikum Kimia Dasar


Diajukan untuk Memenuhi Syarat Lulus Mata Kuliah Kimia Dasar pada Prodi
Pendidikan Biologi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
UIN Alauddin Makassar

Praktikan : NURUL NADZIFAH


NIM : 20500120030
Prodi : Pendidikan Biologi
Gol./Klp : E3
Tgl Praktek : 15 November 2020
Asisten : Ahmad Hatim

LABORATORIUM KIMIA FAK. TARBIYAH DAN KEGURUAN


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) ALAUDDIN MAKASSAR
SEMESTER GANJIL TA 2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR

Judul Percobaan

KINETIKA REAKSI

disusun dan diajukan oleh:

Nama : Nurul Nadzifah


NIM : 20500120030
Prodi : Pendidikan Biologi
Gol. / Klp : E3

telah diperiksa dan disetujui


serta dinyatakan memenuhi syarat/ACC.

Mengetahui,
Ka. Laboratorium Kimia, Asisten,

Dr. H. Muhammad Qaddafi, S.Si., M. Si Ahmad Hatim


NIP 19760802 200501 1 004 NIM 20500119068

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kehidupan kita tidak lepas dari yang namanya reaksi, ada reaksi yang berlangsung cepat

dan ada pula reaksi yang lambat. Contoh reaksi yang berlangsung cepat seperti kembang api

dan pembakaran gas elpiji, dan ada pula reaksi yang berlangsung lambat seperti saat besi

berkarat. Dalam ilmu kimia banyak perubahan-perubahan yang terjadi dalam reaksi kimia dan

selanjutnya dikaji dalam berbagai ilmu-ilmu cabangnya untuk mengetahui lebih spesifik

mengenai hal tersebut.

Kinetika reaksi adalah cabang ilmu kimia yang mempelajari mengenai laju reaksi secara

kuantitatif termasuk di dalamnya pengukuran laju reaksi dan variabel-variabel pada laju reaksi

yaitu, konsentrasi, suhu, luas permukaan dan katalis terutama untuk reaksi lambat, di mana

waktu reaksi mempengaruhi besarnya konversi serta mekanisme berlangsungnya reaksi.

Kinetika menerangkan 2 hal yaitu mekanisme reaksi dan laju reaksi ialah bagaimana laju

bergantung pada konsentrasi reaktan dan mengetahui mekanisme suatu reaksi berdasarkan

pengetahuan tentang laju reaksi yang diperoleh dari eksperimen. Untuk mencari kinetika reaksi

dapat dicari dengan perhitungan waktu dan konsentrasi .Persamaan laju reaksi ditentukan

berdasarkan konsentrasi awal setiap zat dipangkatkan orde reaksinya. Nilai orde reaksi tak

selalu sama dengan koefisien reaksi zat yang bersangkutan, karena orde reaksi merupakan

penjumlahan dari orde reaksi setiap zat bereaksi.

Berdasarkan dengan uraian di atas maka dilakukan percobaan yang berjudul “Kinetika Reaksi”.

Tujuan dilakukannya percobaan tersebut adalah agar para mahasiswa/(i) mengetahui lebih

lanjut mengenai kinetika reaksi. Selain itu mengapa praktikum ini sangat penting karena kita

dapat mengetahui faktor yang mempengaruhi kinetika reaksi secara langsung, serta praktikum

ini juga merupakan syarat kelulusan mata kuliah kimia dasar.


3
B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada percobaan ini sebagai berikut:

1. Apakah konsentrasi mempengaruhi kinetika reaksi?

2. Apakah suhu mempengaruhi kinetika reaksi?

C. Tujuan

Tujuan percobaan ini sebagai berikut:

1. Mahasiswa diharapkan mampu memahami pengaruh suhu dan konsentrasi pada kinetika

reaksi

2. Mahasiswa diharapkan mampu memahami tetapan kinetika reaksi dan orde reaksi sistem

H2SO4 1M dan Na2S2O3

D. Waktu dan Tempat

Waktu dan tempat diadakannya kegiatan percobaan ini sebagai berikut:

Hari/tanggal : Minggu/15 November 2020

Waktu : 08.45 s. d 10.00 WITA

Tempat : Online

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Kinetika Reaksi

Pengertian Laju Reaksi Kinetika kimia mempelajari laju berlangsungnya reaksi kimia dan

energi yang berhubungan dengan proses tersebut, serta mekanisme berlangsungnya reaksi.

Mekanisme reaksi adalah serangkaian reaksi tahap demi tahap yang terjadi berturut-turut

selama proses perubahan reaktan menjadi produk, atau urutan langkah-langkah reaksi menuju

tersusunnya reaksi total (Kristianingrum, 2003: 1).

Reaksi-reaksi kimia yang terjadi dalam sistem berlangsung dengan laju reaksi yang berbeda-

beda. Seberapa cepat suatu reaksi kimia terjadi menjadi bahasan dalam kinetika reaksi, yaitu

bila perubahan konsentrasi dari suatu komponen kimia dipengaruhi oleh waktu. Laju reaksi

akibat perubahan konsentrasi (dC) terhadap perubahan waktu (dt) dapat dinyatakan sebagai

+d[C]/dt atau -d[C]/dt, nilai d[C]/dt dapat dinyatakan dalam mol.L-1. S-1. Laju reaksi merupakan

fungsi dari berbagai variabel reaksi, seperti jumlah molekul yang bereaksi, suhu, dan

keberadaan katalis (Kusnandar, 2019: 23).

B. Pengertian Laju Reaksi

Reaksi kimia ada yang berlangsung sangat cepat dan ada pula berlangsung sangat lambat.

Perkaratan besi adalah salah satu contoh reaksi yang berlangsung lambat, sedangkan reaksi

ledakan dan reaksi nyala kembang api merupakan contoh reaksi yang berlangsung cepat. Cepat

lambatnya suatu reaksi kimia harus diungkapkan secara kuantitatif dan terukur. Laju reaksi

secara kuantitatif diungkapkan melalui besarnya perubahan reaktan atau produknya terhadap

waktu. Dalam waktu tertentu, reaksi yang menghasilkan produk yang banyak artinya reaksi

tersebut berlangsung cepat, sedangkan yang menghasilkan produk sedikit dapat diartikan

sebagai reaksi yang berlangsung lambat. Berdasarkan berkurangnya reaktan dan bertambahnya

5
produk reaksi, maka laju reaksi dimaknai sebagai laju penurunan reaktan (pereaksi) atau laju

bertambahnya produk (hasil reaksi). Secara umum, laju reaksi diartikan sebagai besarnya

perubahan reaksi persatuan waktu. Reaksi dalam larutan, besarnya perubahan dihitung dalam

satuan molaritas (M) dan waktu dalam detik atau sekon (s). Satuan laju reaksi dalam larutan

adalah M.s-1 (Rusman, 2019: 2-4).

a. Mekanisme Reaksi

Mekanisme reaksi merupakan kumpulan dari beberapa langkah/step reaksi yang membentuk

reaksi keseluruhan. Setiap langkah dari mekanisme reaksi disebut sebagai reaksi elementer dan

secara keseluruhan membentuk mekanisme reaksi, dimana mekanisme reaksi terdiri dari

beberapa reaksi sederhana. Suatu reaksi elementer memberikan informasi suatu proses pada

tingkat molekul, dapat pula dinyatakan sebagai molekularitas reaksi. Molekularitas diperoleh

dari jumlah spesi terlibat dalam reaksi yang datang bersamaan membentuk keadaan kritis,

keadaan transisi. Umumnya, reaksi elementer adalah bermolekul satu (mono molecular) atau

bermolekul dua (bimolecular), tergantung pada keterlibatannya dalam reaksi. Kadang-kadang

terjadi dari tiga molekul, terutama antara beberapa atom atau molekul kecil dalam fase gas.

Reaksi larutan dapat terjadi, tetapi sebenarnya adalah reaksi antara dua molekul. Laju reaksi

elementer sebanding dengan konsentrasi reaktan yang memulai reaksi (Suarsa, 2017: 8-9).

b. Faktor yang mempengaruhi laju reaksi

Menurut (Widjajanti, 2007: 3-5) ada beberapa faktor yang mempengaruhi laju reaksi yaitu,

sebagai berikut:

1) Pengaruh konsentrasi reaktan terhadap laju reaksi

Umumnya laju reaksi pada temperatur tetap lebih sering dinyatakan sebagai laju perubahan

konsentrasi komponen-komponen dalam sistem, sehingga dapat dikatakan bahwa laju reaksi

bergantung pada konsentrasi pereaksi atau hasil reaksi. Ketergantungan laju reaksi pada

6
konsentrasi pereaksi atau hasil reaksi diungkapkan sebagai persamaan laju reaksi atau hukum

laju, meskipun demikian sebenarnya kita tidak dapat meramalkan persamaan laju suatu reaksi

hanya dari persamaan reaksinya (konsentrasi komponennya) saja.

2) Pengaruh luas permukaan pereaksi terhadap laju reaksi

Pernahkah kamu membandingkan kecepatan melarut antara serbuk gula yang halus dalam air

dengan kecepatan melarut bongkahan gula dalam air?, hasil pengamatan memperlihatkan

bahwa kecepatan melarut serbuk gula dalam air lebih cepat dibandingkan kecepatan melarutkan

bongkahan gula. Mengapa demikian Pada zat padat yang bereaksi adalah atom-atom atau

molekul-molekul yang terdapat pada permukaannya, sedangkan atom atau molekul yang

terdapat pada bagian sebelah dalam tertutup dari luar, sehingga tidak bisa bereaksi. Banyaknya

‘muka’ yang berada di bagian sebelah luar disebut sebagai luas permukaan. Makin luas

permukaan zat pereaksi, maka peluang untuk bereaksi akan makin besar sehingga laju reaksinya

juga akan makin cepat.

3) Pengaruh temperatur terhadap laju reaksi

Laju reaksi merupakan fungsi dari tetapan laju reaksi, sedangkan tetapan laju reaksi bergantung

terhadap temperatur, hubungan ini dijelaskan melalui persamaan Arhenius. Mengapa makin

tinggi temperatur, dapat meningkatkan laju reaksi ? Hal ini disebabkan peningkatan temperatur

akan mempertinggi gerakan molekul. Semakin banyak molekul yang bergerak dengan

kecepatan rata-rata tinggi akan memperbesar peluang terjadinya tumbukan efektif, yaitu

tumbukan yang mencapai energi pengaktifan, sehingga laju reaksi akan meningkat.

7
Gambar di atas adalah hubungan antara distribusi energi molekul pada dua temperatur

berbeda. Nampak bahwa jumlah molekul yang mencapai energi pengaktifan pada kondisi T 2

lebih besar dibandingkan dengan pada temperatur T 1.

4) Pengaruh katalisator terhadap laju reaksi

Peningkatan produk hasil reaksi yang dilakukan melalui peningkatan temperatur, kadang-

kadang tidak efektif, karena mungkin saja hasil yang diharapkan tidak stabil pada temperatur

tinggi. Beberapa penemuan pada awal abad 19 menunjukkan ada sejumlah reaksi yang

kecepatan reaksinya dipengaruhi oleh adanya substansi yang tidak mengalami perubahan

sampai akhir proses, contohnya konversi pati menjadi gula yang dipengaruhi oleh asam, atau

dekomposisi amoniak dan alkohol dengan adanya logam platinum Substansi tersebut oleh

Berzelius ( 1836) disebut sebagai katalisator. Oswald (1902) mendefinisikan katalis sebagai

suatu substansi yang mengubah laju suatu reaksi kimia tanpa terdapat sebagai produk akhir

reaksi. Walaupun menurut definisi jumlah katalisator tidak berubah pada akhir reaksi, tetapi

tidak berlaku anggapan bahwa katalisator tidak mengawali jalannya reaksi selama reaksi

berlangsung. Katalisator akan mengawali penggabungan senyawa kimia, akan terbentuk suatu

kompleks antara substansi tersebut dengan katalisator. Kompleksnya yang terbentuk hanya

merupakan bentuk hasil antara yang akan terurai kembali menjadi produk reaksi dan molekul

katalisator. Katalisator tidak mengalami perubahan pada akhir reaksi, karena itu tidak

memberikan energi ke dalam sistem, tetapi katalis akan memberikan mekanisme reaksi

alternatif dengan energi pengaktifan yang lebih rendah dibandingkan dengan reaksi tanpa

katalis, sehingga adanya katalis akan meningkatkan laju reaksi.

8
c. Reaksi Elementer dan Non Elementer

Berikut adalah reaksi elementer dan nonelementer:

1. Reaksi Elementer

Untuk reaksi elementer, molekuleritas (uni-, bi-, tri-) sama dengan orde reaksi (satu, dua atau

tiga), tetapi tidak sama artinya dalam hukum laju keseluruhan.

unimolekuler A

bimolekuler A+B

termolekuler A+B+C

Reaksi bimokuler:

H + Br2  HBr + Br

Artinya satu atom H tertentu akan menyerang molekul Br 2 tertentu, menghasilkan moleku HBr

dan Br (Tahir, 2018: 8).

2. Reaksi Non Elementer

Jika tidak ada keterkaitan langsung antara persamaan stoikiometri dengan persamaan kecepatan

reaksinya. Hal ini dapat dijelaskan dari sebuah konsep dasar bahwa sebuah reaksi (atau

transformasi) kimia tunggal yang teramati dalam laboratorium sebenarnya merupakan hasil

atau akibat keseluruhan dari sejumlah tahap atau proses molekuler (Kholisah, 2007: 1-2).

9
BAB III

METODOLOGI

A. Alat

Alat yang digunakan pada percobaan ini sebagai berikut:

1. Gelas Kimia 1 buah

2. Gelas Ukur 3 buah

3. Hot Plate 1 unit

4. Mixer 1 unit

5. Pipet Tetes 8 buah

6. Rak Tabung 3 buah

7. Sikat Tabung 2 buah

8. Stopwatch (hp) 1 unit

9. Tabung Reaksi 30 buah

10. Termometer 1 unit

B. Bahan

Bahan yang digunakan pada percobaan ini sebagai berikut:

1. H2O 25 mL

2. Na2O2H3 (1 M) 41 mL

3. H2SO4 (1 M) 41 mL

10
C. Cara Kerja

Cara kerja pada percobaan ini sebagai berikut:

1. Pengaruh Konsentrasi Na2S2O3

Cara kerjanya, pipet 1 ml Na2S2O masukkan ke dalam gelas ukur lalu tuang ke dalam tabung

reaksi yang berkode 1. Selanjutnya pipet 2 ml Na2S2O3 masukkan ke dalam gelas ukur dan

tuang ke dalam tabung reaksi yang berkode 2 serta lakukan hak yang sama pada tabung yang

berkode 3, 4 dan 5 dengan volume berturut-turut 3 ml, 4 ml dan 5 ml. Lalu tabung yang lain

diisi dengan masing-masing 5 ml H2SO4 lalu tuang ke dalam tabung reaksi yang berkode 5 dan

seterusnya, sehingga diperoleh volume di dalam tabung reaksi dengan tingkat volume yang

sama. Langkah selanjutnya ialah tabung reaksi yang berisi Na2S2O3 yang lain diisi dengan

aquades, yaitu 1 ml aquades kedalam tabung reaksi berkode 2, 2 ml aquades ke dalam tabung

reaksi berkode 3, 3 ml aquades ke dalam tabung reaksi berkode 4 dan 4 ml aquades ke dalam

tabung reaksi berkode 5. Tabung reaksi berkode 1 yang berisi 5 ml Na2S2O3 tidak ditambahkan

aquades karena volumenya sudah seimbang, sehingga kelima tabung reaksi Na2S2O3 memiliki

volume yang sama yaitu 5 ml. Kemudian homogenkan cairan. Selanjutnya letakkan tabung

Na2S2O3 yang berkode 1 ke depan titik hitam lalu tuangkan H2SO4 sambil menekan stopwatch,

catat waktu yang dibutuhkan sampai titik hitam tidak terlihat. Lakukan hal yang sama pada ke

empat tabung Na2S2O3 serta tetap mencatat waktunya.

2. Pengaruh Konsentrasi H2SO4

Cara kerjanya, pipet 1 ml H2SO4 masukkan ke dalam gelas ukur lalu tuang ke dalam tabung

reaksi yang berkode 1. Selanjutnya pipet 2 ml H2SO4 masukkan ke dalam gelas ukur dan tuang

ke dalam tabung reaksi yang berkode 2 serta lakukan hak yang sama pada tabung yang berkode

3, 4 dan 5 dengan volume berturut-turut 3 ml, 4 ml dan 5 ml. Lalu tabung yang lain di isi dengan

masing-masing 5 ml Na2S2O3 lalu tuang ke dalam tabung reaksi yang berkode 5 dan seterusnya,

11
sehingga diperoleh volume di dalam tabung reaksi dengan tingkat volume yang sama. Langkah

selanjutnya ialah tabung reaksi yang berisi H2SO4 yang lain diisi dengan aquades, yaitu 1 ml

aquades kedalam tabung reaksi berkode 2, 2 ml aquades ke dalam tabung reaksi berkode 3, 3

ml aquades ke dalam tabung reaksi berkode 4 dan 4 ml aquades ke dalam tabung reaksi berkode

5. Tabung reaksi berkode 1 yang berisi 5 ml H2SO4 tidak ditambahkan aquades karena

volumenya sudah seimbang, sehingga kelima tabung reaksi H2SO4 memiliki volume yang sama

yaitu 5 ml. Kemudian homogenkan cairan. Selanjutnya letakkan tabung H2SO4 yang berkode 1

ke depan titik hitam lalu tuangkan Na2S2O3 sambil menekan stopwatch, catat waktu yang

dibutuhkan sampai titik hitam tidak terlihat. Lakukan hal yang sama pada ke empat tabung

H2SO4 serta tetap mencatat waktunya.

3. Pengaruh Suhu

Langkah pertama yaitu pipet 1 ml Na2S2O3 ke dalam 5 tabung reaksi dan tambahkan 4 ml

aquades ke dalamnya. Selanjutnya pipet 1 ml H2SO4 ke dalam 5 tabung reaksi yang berbeda

dan tambah kan 4 ml aquades ke dalamnya. Setelah itu homogenkan seluruh larutan tersebut.

Setiap tabung diberikan kode. Langkah selanjutnya ialah tabung yang berkode 40 di panaskan

ke atas hot plate dan ukur suhunya hingga sampai 40 oC, lalu tuang H2SO4 ke dalam tabung

Na2S2O3 dan catat waktu hingga titik hitam tidak terlihat. Ulangi hal yang sama tetapi suhu

yang berbeda yaitu 50oC, 60oC, 70oC, dan 80oC.

12
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Data Hasil Pengamatan

Data dan hasil pengamatan percobaan ini sebagai berikut:

1. Pengaruh Konsentrasi Na2S2O3


H2SO4 1 M Na2S2O3 1 M H2O T (detik)
5 mL 5 mL 0 mL 4,75
5 mL 4 mL 1 mL 6,62
5 mL 3 mL 2 mL 8,40
5 mL 2 mL 3 mL 13,25
5 mL 1 mL 4 mL 38,26

2. Pengaruh Konsentrasi H2SO4


Na2S2O3 1 M H2SO4 1 M H2O T (detik)
5 mL 5 mL 0 mL 4,68
5 mL 4 mL 1 mL 4,88
5 mL 3 mL 2 mL 5,47
5 mL 2 mL 3 mL 5,75
5 mL 1 mL 4 mL 5,91

3. Pengaruh Suhu
Volume H2SO4 1 M = 1 mL

Volume Na2S2O3 1 M = 1 mL

Volume H2O = 4 mL

No Suhu (0C) T (detik)


1 80 13,41
2 70 15,91
3 60 18,34
4 50 20,30
5 40 23,24

4. Perubahan warna
13
Warna larutan H2SO4 dan Na2S2O3 sebelum pencampuran adalah tak berwarna (bening). Seperti
yang terlihat pada gambar di bawah ini larutan H2SO4 dan Na2S2O3 sebelum pencampuran pada
masing-masing tabung reaksi tak berwarna (bening).

Warna larutan setelah pencampuran adalah putih kekuningan. Larutan dengan konsentrasi
tinggi akan menghasilkan intensitas warna campuran yang lebih kuning.

B. Reaksi
Na2S2O3 + 3H2SO4  3H2O + Na2SO4 + 4SO2

14
C. Pengolahan data dan analisis data

Pengolahan data dan analisis data percobaan sebagai berikut:

1. Pengaruh konsentrasi Na2S2O3

Pada pengaruh ini, larutan Na2S2O3 1M di pipet dengan volume yang berbeda, lalu dicukupkan

volumenya dengan penambahan aquades sehingga konsentrasi larutan Na2S2O3 menjadi

berkurang (semakin encer). Konsentrasi Na2S2O3 setelah penambahan aquades sebagaimana

dijabarkan sebagai berikut:

- Na2S2O3 1M di pipet 5 ml, dan tidak ditambahkan aquades. Sehingga konsentrasinya

tidak berubah, yaitu 1M.

- Na2S2O3 1M (M1) di pipet 4 ml (V1), ditambahkan aquades 1 mL sehingga volume

totalnya menjadi 5 mL (V2). Sehingga konsentrasinya berubah menjadi 0,8M. Nilai ini

diperoleh berdasarkan perhitungan sebagai berikut:

V1 x M1 = V2 x M2

𝑉1 𝑥 𝑀1
M2 = 𝑉2

4 𝑚𝐿 𝑥 1𝑀
M2 = 5 𝑚𝐿

M2 = 0,8M

- Na2S2O3 1M (M1) di pipet 3 ml (V1), ditambahkan aquades 2 mL sehingga volume

totalnya menjadi 5 mL (V2). Sehingga konsentrasinya berubah menjadi 0,6M. Nilai ini

diperoleh berdasarkan perhitungan sebagai berikut:

V1 x M1 = V2 x M2

15
𝑉1 𝑥 𝑀1
M2 = 𝑉2

3 𝑚𝐿 𝑥 1𝑀
M2 = 5 𝑚𝐿

M2 = 0,6M

- Na2S2O3 1M (M1) di pipet 2 ml (V1), ditambahkan aquades 3 mL sehingga volume

totalnya menjadi 5 mL (V2). Sehingga konsentrasinya berubah menjadi 0,6M. Nilai ini

diperoleh berdasarkan perhitungan sebagai berikut:

V1 x M1 = V2 x M2

𝑉1 𝑥 𝑀1
M2 = 𝑉2

2 𝑚𝐿 𝑥 1𝑀
M2 =
5 𝑚𝐿

M2 = 0,4M

- Na2S2O3 1M (M1) di pipet 1 ml (V1), ditambahkan aquades 4 mL sehingga volume

totalnya menjadi 5 mL (V2). Sehingga konsentrasinya berubah menjadi 0,6M. Nilai ini

diperoleh dari perhitungan berdasarkan sebagai berikut:

V1 x M1 = V2 x M2

𝑉1 𝑥 𝑀1
M2 = 𝑉2

1 𝑚𝐿 𝑥 1𝑀
M2 = 5 𝑚𝐿

M2 = 0,2M

16
Langkah selanjutnya ialah mengkonversi nilai T yang diperoleh menjadi nilai 1/T, yaitu 1 di

bagi nilai T. sehingga diperoleh data 1/sebagaimana ditampilkan di dalam tabel. Melengkapi

tabel pengamatan dengan memasukkan nilai konsentrasi Na2S2O3 dan nilai 1/T, sehingga

diperoleh data sebagai berikut:

Sumbu X Sumbu Y
Na2S2O3 1 M H2O T (detik) Konsentrasi
1/T
Na2S2O3
5 mL 0 mL 4,75 1M 0,21
4 mL 1 mL 6,62 0,8 M 0,15
3 mL 2 mL 8,40 0,6 M 0,12
2 mL 3 mL 13,25 0,4 M 0,08
1 mL 4 mL 38,26 0,2 M 0,03

Grafik hubungan konsentrasi Na2S2O3 (sebagai sumbu X) dengan nilai 1/T (sebagai sumbu Y)

sebagaimana diperlihatkan di bawah ini:

Grafik Hubungan Konsentrasi Na2S2O3 dengan


1/T
0.25
y = 0.215x - 0.011
R² = 0.9898
0.2

0.15
1/T

0.1

0.05

0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
Konsetrasi Na2S2O3

Berdasarkan hasil regresi linier, maka diperoleh persamaan:


Y = 0,215X – 0,011
Nilai ini selanjutnya di konversi ke dalam persamaan percobaan sehingga diperoleh:
17
1/T = 0,215[Na2S2O3] – 0,011
Selanjutnya diperoleh kecepatan reaksi berdasarkan pengaruh Na2S2O3 adalah
V = [Na2S2O3]0,215 – 0,011
Berdasarkan persamaan ini maka semakin tinggi konsentrasi Na2S2O3 maka semakin cepat
pula laju reaksinya.

2. Pengaruh Konsentrasi H2SO4

Pada pengaruh ini larutan H2SO4 1M di pipet dengan volume yang berbeda, lalu dicukupkan

volumenya dengan penambahan aquades sehingga konsentrasi larutan H2SO4 menjadi

berkurang (semakin encer). Konsentrasi H2SO4 setelah penambahan aquades sebagaimana

dijabarkan sebagai berikut:

- H2SO4 1M di pipet 5 ml, dan tidak ditambahkan aquades. Sehingga konsentrasinya

tidak berubah yaitu 1M.

- H2SO4 1M (M1) di pipet 4 ml (V1), ditambahkan aquadest 1 mL sehingga volume

totalnya menjadi 5 mL (V2). Sehingga konsentrasinya berubah menjadi 0,8M. Nilai ini

diperoleh berdasarkan perhitungan sebagai berikut:

V1 x M1 = V2 x M2

𝑉1 𝑥 𝑀1
M2 = 𝑉2

4 𝑚𝐿 𝑥 1𝑀
M2 = 5 𝑚𝐿

M2 = 0,8M

- H2SO4 1M (M1) di pipet 3 ml (V1), ditambahkan aquadest 2 mL sehingga volume

totalnya menjadi 5 mL (V2). Sehingga konsentrasinya berubah menjadi 0,6M. Nilai ini

diperoleh berdasarkan perhitungan sebagai berikut:

18
V1 x M1 = V2 x M2

𝑉1 𝑥 𝑀1
M2 = 𝑉2

3 𝑚𝐿 𝑥 1𝑀
M2 = 5 𝑚𝐿

M2 = 0,6M

- H2SO4 1M (M1) di pipet 2 ml (V1), ditambahkan aquadest 3 mL sehingga volume

totalnya menjadi 5 mL (V2). Sehingga konsentrasinya berubah menjadi 0,6M. Nilai ini

diperoleh berdasarkan perhitungan sebagai berikut:

V1 x M1 = V2 x M2

𝑉1 𝑥 𝑀1
M2 = 𝑉2

2 𝑚𝐿 𝑥 1𝑀
M2 = 5 𝑚𝐿

M2 = 0,4M

- H2SO4 1M (M1) di pipet 1 ml (V1), ditambahkan aquadest 4 mL sehingga volume

totalnya menjadi 5 mL (V2). Sehingga konsentrasinya berubah menjadi 0,6M. ini

diperoleh berdasarkan perhitungan sebagai berikut:

V1 x M1 = V2 x M2

𝑉1 𝑥 𝑀1
M2 =
𝑉2

19
1 𝑚𝐿 𝑥 1𝑀
M2 = 5 𝑚𝐿

M2 = 0,2M

Langkah selanjutnya adalah mengkonversi nilai T yang diperoleh menjadi nilai 1/T, yaitu 1

dibagi nilai T. Sehingga diperoleh data 1/T sebagaimana ditampilkan pada tabel.

Sumbu X Sumbu Y
H2SO4 1 M H2 O T (detik) Konsentrasi
1/T
Na2S2O3
5 mL 0 mL 4,68 1M 0,21
4 mL 1 mL 4,88 0,8 M 0,20
3 mL 2 mL 5,47 0,6 M 0,18
2 mL 3 mL 5,75 0,4 M 0,17
1 mL 4 mL 5,91 0,2 M 0,17

Grafik hubungan antara Konsentrasi H2SO4 (sebagai sumbu X) dengan nilai 1/T (sebagai

sumbu Y) sebagaimana diperlihatkan di bawah ini:

Garfik Hubungan Konsentrasi H2SO4 dengan


1/T
0.25
y = 0,055x + 0,153
R² = 0,9167
0.2

0.15
1/T

0.1

0.05

0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
Konsentrasi H2SO4

Berdasarkan hasil regresi linier, maka diperoleh persamaan:


Y = 0,055X + 0,153
Nilai ini selanjutnya dikonversi ke persamaan percobaan, sehingga diperoleh:
1/T = 0,055[H2SO4] + 0,153
Sehingga diperoleh kecepatan reaksi berdasarkan pengaruh konsentrasinya H2SO4 adalah
20
V = [H2SO4]0,055 + 0,153
Berdasarkan persamaan ini semakin tinggi konsentrasi H2SO4 maka semakin cepat pula
laju reaksinya.

3. Pengaruh Suhu

Pada pengaruh ini larutan H2SO4 1M dan larutan Na2S2O3 di pipet masing-masing 1 mL saja

dan dicukupkan volumenya menjadi 5 mL.

Konsentrasi H2SO4 1M dan Na2S2O3 1M setelah penambahan aquadest sebanyak 4 mL,

menyebabkan konsentrasinya berubah menjadi 0,2 M. Nilai ini diperoleh berdasarkan

perhitungan sebagai berikut:

V1 x M1 = V2 x M2

𝑉1 𝑥 𝑀1
M2 = 𝑉2

1 𝑚𝐿 𝑥 1𝑀
M2 = 5 𝑚𝐿

M2 = 0,2M

Langkah selanjutnya adalah mengubah satuan suhu derajat celsius menjadi kelvin dengan

menambahkannya dengan angka 273. Lalu mengubah nilai K tersebut menjadi 1/K sehingga

diperoleh data 1/K sebagaimana terlihat pada tabel di bawah ini.

Sumbu X Sumbu Y
Suhu Suhu K T (detik) 1/T
1/K Log 1/T
40 313 13,41 0,074571 0,003195 -1,13
50 323 15,91 0,062854 0,003096 -1,20
60 333 18,34 0,054526 0,003003 -1,26
70 343 20,30 0,049261 0,002915 -1,31
80 353 23,24 0,043029 0,002833 -1,37

21
Grafik hubungan antara 1/K (sebagai sumbu X) dengan nilai log 1/T (sebagai sumbu Y)

sebagaimana diperlihatkan di bawah ini:

0
Grafik Hubungan 1/K dengan Log 1/T
0.0028 0.00285 0.0029 0.00295 0.003 0.00305 0.0031 0.00315 0.0032 0.00325
-0.2

-0.4

-0.6

-0.8
y = 652.08x - 3.2157
-1 R² = 0.9986

-1.2

-1.4

-1.6

Berdasarkan hasil regresi linier, maka diperoleh persamaan:


Y = 652,08X - 3,2157
Berdasarkan persamaan ini maka semakin tinggi suhu maka semakin cepat pula laju
reaksinya.

22
D. Dokumentasi

Dokumentasi pada percobaan ini sebagai berikut:

Gambar 4. 1 Percobaan 1 Pengaruh konsentrasi Natrium Tio Sulfat

Gambar 4. 2 Percobaan 2 Pengaruh konsentrasi Asam Sulfat

23
Gambar 4. 3 Percobaan 3 Pengaruh Suhu

E. Pembahasan

Pada percobaan ini dilakukan dengan 3 kali percobaan yaitu pengaruh konsentrasi pada

Na2S2O3, pengaruh konsentrasi pada H2SO4 dan pengaruh suhu. Cara kerjanya, pipet 1 ml

Na2S2O3 masukkan ke dalam gelas ukur lalu tuang ke dalam tabung reaksi yang berkode 1.

Selanjutnya pipet 2 ml Na2S2O3 masukkan ke dalam gelas ukur dan tuang ke dalam tabung

reaksi yang berkode 2 serta lakukan hak yang sama pada tabung yang berkode 3, 4 dan 5 dengan

volume berturut-turut 3 ml, 4 ml dan 5 ml. Lalu tabung yang lain di isi dengan masing-masing

5 ml H2SO4 lalu tuang ke dalam tabung reaksi yang berkode 5 dan seterusnya, sehingga

diperoleh volume di dalam tabung reaksi dengan tingkat volume yang sama. Langkah

selanjutnya ialah tabung reaksi yang berisi Na2S2O3 yang lain diisi dengan aquades, yaitu 1 ml

aquades ke dalam tabung reaksi berkode 2, 2 ml aquades ke dalam tabung reaksi berkode 3, 3

ml aquades ke dalam tabung reaksi berkode 4 dan 4 ml aquades ke dalam tabung reaksi berkode

5. Tabung reaksi berkode 1 yang berisi 5 ml Na2S2O3 tidak ditambahkan aquades karena

volumenya sudah seimbang, sehingga kelima tabung reaksi Na2S2O3 memiliki volume yang

sama yaitu 5 ml. Kemudian homogenkan cairan. Selanjutnya letakkan tabung Na2S2O3 yang

berkode 1 ke depan titik hitam lalu tuangkan H2SO4 sambil menekan stopwatch, catat waktu
24
yang dibutuhkan sampai titik hitam tidak terlihat. Lakukan hal yang sama pada ke empat tabung

Na2S2O3 serta tetap mencatat waktunya. Dan pada percobaan kedua cara kerjanya tetap sama

tetapi volume H2SO4 yang berbeda yaitu berturut-turut 1 ml, 2ml, 3ml, 4ml, dan 5 ml.

Selanjutnya pada percobaan ketiga, langkah pertama yang dilakukan yaitu pipet 1 ml Na2S2O3

ke dalam 5 tabung reaksi dan tambahkan 4 ml aquades ke dalamnya. Selanjutnya pipet 1 ml

H2SO4 ke dalam 5 tabung reaksi yang berbeda dan tambah kan 4 ml aquades ke dalamnya.

Setelah itu homogenkan seluruh larutan tersebut. Setiap tabung diberikan kode. Langkah

selanjutnya ialah tabung yang berkode 40 di panaskan ke atas hot plate dan ukur suhunya hingga

sampai 40oC, lalu tuang H2SO4 ke dalam tabung Na2S2O3 dan catat waktu hingga titik hitam

tidak terlihat. Ulangi hal yang sama tetapi suhu yang berbeda yaitu 50 oC, 60oC, 70oC, dan 80oC.

Setelah percobaan dilakukan kita dapat melihat perbedaan sebelum dan sesudah pencampuran,

Warna larutan H2SO4 dan Na2S2O3 sebelum pencampuran adalah tak berwarna (bening).

Sedangkan Warna larutan setelah pencampuran adalah putih kekuningan. Larutan dengan

konsentrasi tinggi akan menghasilkan intensitas warna campuran yang lebih kuning.

Kemudian dilakukan pengolahan data dan analisis data pada percobaan pengaruh konsentrasi

Na2S2O3, pengaruh konsentrasi H2SO4, dan pengaruh suhu. Pada percobaan pengaruh

konsentrasi Na2S2O3, didapatkan konsentrasi yang berbeda-beda pada volume Na2S2O3 yang

beda juga yaitu 1M, 0,8 M, 0,6 M, 0,4 M dan 0,2 M. Setelah data diperoleh maka dibuatlah g

grafik hubungan antara Konsentrasi H2SO4 (sebagai sumbu X) dengan nilai 1/T (sebagai

sumbu Y). Pada pengaruh konsentrasi H2SO4, didapatkan konsentrasi yang berbeda juga yaitu

1 M, , 0,8 M, 0,6 M, 0,4 M dan 0,2 M. Sama dengan percobaan pertama yaitu dibuatkan grafik

hubungan. Pada pengaruh suhu konsentrasi H2SO4 1M dan Na2S2O3 1M setelah penambahan

aquadest sebanyak 4 mL, menyebabkan konsentrasinya berubah menjadi 0,2 M. Begitu pula

dengan percobaan sebelumnya setelah diperoleh data dibuatkan grafik hubungan.

25
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang didapatkan dari percobaan ini sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui apakah konsentrasi mempengaruhi kinetika reaksi dilakukan percobaan

dengan mereaksikan Na2S2O3 dan H2SO4

2. Untuk mengetahui apakah suhu mempengaruhi kinetika reaksi dilakukan percobaan

pengaruh suhu terhadap Na2S2O3 dan H2SO4

B. Saran

Saran yang dapat saya sampaikan setelah percobaan ini adalah:

1. Diharapkan pada saat praktikum (online) dilakukan semua persiapan sudah selesai dalam

artian aplikasi yang digunakan dapat menampung seluruh praktikan, karena pada saat

praktikum tadi ada beberapa teman yang tidak ikut dikarenakan kapasitas aplikasi

terbatas.

2. Diharapkan pada saat praktikum seluruh praktikan disuruh untuk berpakaian rapi

walaupun praktikum dilaksanakan secara online.

26
DAFTAR PUSTAKA

Kristianingrum, Susila, 2003:1, Jurnal Kinetika Kimia. Sleman: UNY

Kusnandar, Feri, 2019: 23, Kimia Pangan Komponen Makro. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara

Rusman, 2019: 2-4, Kinetika Kimia. Banda Aceh: Syiah Kuala University

Widjajanti, Endang, 2007: 3-5, Kinetika Reaksi. Yogyakarta: UNY

Suarsa, Wayan, 2017: 8, Jurnal Teori Tumbukan Pada Laju Reaksi Kimia. Denpasar:

Universitas Udayana

Kholisah, Diyar, 2007: 1-2, Jurnal Interpretasi Molekuler. Penerbit: Word Press

Tahir, Iqmal, 2018: 1-2, jurnal Mekanisme Reaksi. Lab. Kimia Fisika UGM: Yogyakarta

27
Kristianingrum, Susila, 2003:1, Jurnal Kinetika Kimia. Sleman: UNY

28
Kusnandar, Feri, 2019: 23, Kimia Pangan Komponen Makro. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara

29
Rusman, 2019: 2-4, Kinetika Kimia. Banda Aceh: Syiah Kuala University

30
Suarsa, Wayan, 2017: 8, Jurnal Teori Tumbukan Pada Laju Reaksi Kimia. Denpasar:

Universitas Udayana

31
Widjajanti, Endang, 2007: 3-5, Kinetika Reaksi. Yogyakarta: UNY

32
Tahir, Iqmal, 2018: 1-2, jurnal Mekanisme Reaksi. Lab. Kimia Fisika UGM: Yogyakarta

Kholisah, Diyar, 2007: 1-2, Jurnal Interpretasi Molekuler. Penerbit: Word Press

33

Anda mungkin juga menyukai