Anda di halaman 1dari 11

4Kelompok 8

Aprilia Ade Kartini 2043700239


Dede Suhendar 2043700238
Hernamirah 2043700233
IvonAimang 2043700100
RiniSundari 2043700096

STUDI KASUS Asma /PPOK


Seorang pasien pria berusia 60 tahun dengan tinggi badan 165 cm dan berat badan 75 kg dengan
Scr 2,2 mg/dl, Na= 145 mEq/L, K= 5.0 mEq/L, Ca = 1.9 mmol/L, Ureum = 50 mg/dl, HB= 11
mg/dl, Uric acid = 15 mg/L, Leukosit= 8000/mm3, PO2 =95%, SaO2 = 95%, PH darah= 7.38,
HCO3 =22 mEq/L,
Riwayat Penyakit Sebelumnya ; PPOK sejak 1 tahun yang lalu, hipertensi
Riwayat Penyakit Sekarang: pasien sering sesak nafas
Riwayat Penyakit keluarga: Ayah meninggal karena stroke, Ibu meninggal karena komplikasi
Diabetes dan Asam urat
Obat yang sedang digunakan; Amlodipin 10 mg sekali sehari

Pemeriksaan Vital Sign


Tekanan Darah ; 150/90 mmHg
T (suhu) ; 37 C
Nadi ; 85/menit
Pernafasan ; 30/menit

Pertanyaan

1. Jelaskan pengobatan yang perlu diberikan ke pasien PPOK?


2. Apakah pasien perlu ditambah obat yang lain?
3. Apakah perbedaan PPOK dan asma?
4. Bagaimana perbedaan pengobatan asma dan PPOK?
5. Jelaskan patofisiologi dan etiologi PPOK?
6. Dari nilai lab diatas manakah yang tidak normal?
7. Jelaskan konseling yang harus diberikan pada pasien diatas!
8. Jelaskan S-O-A-P untuk pasien di atas!

Jawaban:
 Data Pasien :
Usia 60 thn
Tinggi Badan 165 cm
Berat Badan 75 kg
Jenis Kelamin Pria

 Hasil Lab
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Koreksi
Scr 2,2 mg/dl 1,5 mg/dl Tinggi
Na 145 mEq/L 135-145 mEq/L Normal
K 5.0 mEq/L 3,5 – 5,0 mEq/L Normal
Ca 1.9 mmol/L 2,12 – 2,62 mmol/L Rendah
Ureum 50 mg/dl 8 - 24 mg/dl Tinggi
HB 11 mg/dl 13-17mg/dL Rendah
Uric acid 15 mg/L 7,0 – 7,2 mg/L Tinggi
Leukosit 8000/mm3 5000 – 10.000 /mm3 Normal
PO2 95% 80 – 100 % Normal
SaO2 95% 94 – 100 % Normal
PH darah 7.38 7,38 – 7,42 Normal
HCO3 22 mEq/L 22 – 28 mEq/L Normal

 Pemeriksaan Vital Sign


Pemeriksaan Hasil NilaiNormal Koreksi
Tekanan Darah 150/90 mmHg 120 / 80 mmHg Tinggi
T (suhu) 37 C 36,5 – 37,5 °c Normal
Nadi 85/menit 60 – 100 /menit Normal
Pernafasan 30/menit 12 – 20 x/menit Cepat

 Riwayat Pasien
Riwayat Penyakit Sebelumnya PPOK sejak 1 tahun yang lalu, hipertensi

Riwayat Penyakit Sekarang Pasien sering sesak nafas

Riwayat Penyakit keluarga Ayah meninggal karena stroke, Ibu meninggal karena
komplikasi Diabetes dan Asam urat
1. Jelaskan pengobatan yang perlu diberikan ke pasien PPOK?
Jawaban :

Terapi non farmakologi:

 Menghentikan kebiasaan merokok


 Rehabilitasi paru-paru secara komperhensif dengan olah raga dan latihan pernafasan
 Perbaikan nutrisi
 Tidak ada obat yang dapat menunda memburuknya fungsi paru jika pasien tidak
berhenti merokok
 Edukasi dalam pengelolaan jangka panjang pada PPOK stabil

Terapi farmakologi:
Kelompok A
 Semua pasien diberi terapi bronkodilator berdasarkan efeknya terhadap sesak napas, bisa berupa
bronkodilator kerja singkat atau kerja panjang.
 Terapi bisa dilanjutkan jika ditemukan manfaat simtomatik.

Kelompok B
 Terapi awal bronkodilator kerja panjang karena lebih unggul disbanding bronkodilator kerja
singkat.
 Tidak ada bukti rekomendasi salah satu bronkodilator kerja panjang untuk terapi awal gejala.
Pemilihan obat tergantung persepsi pasien.
 Jika sesak napas menetap dengan monoterapi, direkomendasikan menggunakan dua
bronkodilator.
 Untuk sesak napas berat, dapat direkomendasikan terapi awal menggunakan dua bronkodialtor.
 Jika penambahan bronkodilator kedua tidak memperbaiki gejala, terapi dapat dikembalikan ke
bronkodilator tunggal,pada kelompok ini sebaiknya diperiksa kemungkinan komorbiditas yang
dapat menambah gejala dan mempengaruhi prognosis.

Kelompok C
 Terapi awal bronkodilator kerja panjang tunggal. LAMA (long acting muscarinic antagonist)
lebih unggul disbanding LABA (long acting beta-2 agonist) dalam mencegah eksaserbasi,
sehingga LAMA lebih direkomendasikan untuk terapi awal kelompok ini.
 Penambahan bronkodilator kerja panjang kedua (LABA/LAMA) atau kombinasi LABA dengan
corticosteroid inhalasi (ICS) dapat bermanfaat pada pasien dengan eksaserbasi menetap.
Mengingat ICS dapat meningkatkan risiko pneumonia,pilihan utama adalah kombinasi
LABA/LAMA.

Kelompok D
Direkomendasikan terapi awal menggunakan kombinasi LABA/LAMA karena:
 Studi menunjukkan LABA/LAMA lebih unggul dibanding obat tunggal.LAMA lebih dipilih
untuk mencegah eksaserbasi dibandingkan dengan LABA.
 Kombinasi LABA/LAMA lebih tunggul dibanding kombinasi LABA/ICS dalam mencegah
eksaserbasi.
 Pasien kelompok D mempunyai risiko pneumonia lebih tinggi jika mendapat terapi ICS. Pada
beberapa pasien, pilihan pertama untuk terapi awal adalah kombinasi LABA/ICS, seperti pada
riwayat dan/ atau penemuan yang menunjukkan tumpang tindih antara asma dengan PPOK.
Tingginya eosinofil darah juga dipertimbangkan sebagai parameter yang mendukung penggunaan
ICS, meskipun masih diperdebatkan

Macam - macam bronkodilator :


 Golongan antikolinergik

Digunakan pada derajat ringan sampai berat, disamping sebagai bronkodilator juga mengurangi
sekresi lendir ( maksimal 4 kali perhari ).
 Golongan agonis 𝛽2

Bentuk inhaler digunakan untuk mengatasi sesak, peningkatan jumlah penggunaan dapat sebagai
monitor timbulnya eksaserbasi. Sebagai obat pemeliharaan sebaiknya digunakan bentuk tablet yang
berefek panjang. Bentuk nebuliser dapat digunakan untuk mengatasi eksaserbasi akut, tidak
dianjurkan untuk penggunaan jangka panjang. Bentuk injeksi subkutan atau drip untuk mengatasi
eksaserbasi berat.

 Kombinasi antikolinergik dan agonis beta – 2

Kombinasi kedua golongan obat ini akan memperkuat efek bronkodilatasi, karena keduanya
mempunyai tempat kerja yang berbeda. Disamping itu penggunaan obat kombinasi lebih sederhana
dan mempermudah penderita.
 Golongan xantin

Dalam bentuk lepas lambat sebagai pengobatan pemeliharaan jangka panjang, terutama pada derajat
sedang dan berat. Bentuk tablet biasa atau puyer untuk mengatasi sesak ( pelega napas ), bentuk
suntikan bolus atau drip untuk mengatasi eksaserbasi akut.
b) Antiinflamasi

Digunakan bila terjadi eksaserbasi akut dalam bentuk oral atau injeksi intravena, berfungsi menekan
inflamasi yang terjadi, dipilih golongan metilprednisolon atau prednison. Bentuk inhalasi sebagai
terapi jangka panjang diberikan bila terbukti uji kortikosteroid positif yaitu terdapat perbaikan VEP1
pascabronkodilator meningkat > 20% dan minimal 250 mg.
c) Antibiotika

Hanya diberikan bila terdapat infeksi. Antibiotik yang digunakan :


 Lini 1: amoksisillin, makrolida
 Lini II: amoksisillin asam klavulanat, sefalosporin, kuinolon, makrolid baru
Perawatan dirumah sakit dapat dipilih:
 Amoksilin dan klavulanat
 Sefalosporin generasi II & III injeksi
 Kuinolon per oral

ditambah dengan yang anti pseudomonas


 Aminoglikose per injeksi
 Kuinolon per injeksi
 Sefalosporin generasi IV per injeksi
d) Antioksidan

Dapat mengurangi eksaserbasi dan memperbaiki kualiti hidup, digunakan N - asetilsistein. Dapat
diberikan pada PPOK dengan eksaserbasi yang sering, tidak dianjurkan sebagai pemberian yang rutin
e) Mukolitik

Hanya diberikan terutama pada eksaserbasi akut karena akan mempercepat perbaikan eksaserbasi,
terutama pada bronkitis kronik dengan sputum yang viscous. Mengurangi eksaserbasi pada PPOK
bronkitis kronik, tetapi tidak dianjurkan sebagai pemberian rutin.
f) Antitusif

2. Apakah pasien perlu ditambah obat yang lain?


Jawaban :

perlu adanya tambahan obat berupa kombinasi bronkodilator dan kortikosteroid. Karena
bronkodilator obat yang meningkatkan FEV1 dan/atau memperbaiki variabel spirometri
lainnya dengan mempengaruhi tonus otot polos jalan napas dan memperbaiki aliran udara
ekspirasi, yang mencerminkan pelebaran jalan napas daripada perubahan elastisitas paru.
Contoh obat : salbutamol, teofilin
sedangkan kortikosteroid bertujuan mengobati inflamasi lokal pada saluran nafas dan
parenkin paru. Pemberian kortikosteroid ini dapat mengurangi lama perawatan,
meningkatkan fungsi paru dan oksigenasi, serta menurunkan angka kekambuhan
contoh : methylprednisolone
dan tambahan Antibiotik golongan makrolida (termasuk erythromisin, clarithroisin, dan
azithromisin) mengambat RNA pengikat protein dengan berikatan dengan subunit 50S
ribosom bakteri.
3. Apakah perbedaan PPOK dan asma?
Jawaban :

 Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit umum, dapat dicegah dan diobati
yang ditandai dengan gejala pernapasan persisten dan keterbatasan aliran udara yang
disebabkan karena kelainan saluran napas dan/atau alveolus. PPOK biasanya disebabkan oleh
paparan signifikan terhadap partikel atau gas berbahaya. Hambatan jalan napas pada PPOK
disebabkan oleh obstruksi saluran napas kecil (obstruksi bronkiolitis) dan kerusakan parenkim
paru (emfisema).
 Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran napas yang melibatkan banyak sel dan
elemennya. Inflamasi kronik menyebabkan peningkatan hiperesponsif jalan napas yang
menimbulkan gejala episodik berulang berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat dan
batukbatuk terutama malam dan atau dini hari. Episodik tersebut berhubungan dengan
obstruksi jalan napas yang luas, bervariasi dan seringkali bersifat reversibel dengan atau tanpa
pengobatan.

4. Bagaimana perbedaan pengobatan asma dan PPOK?


Jawaban :

Pengobatan PPOK
- SABA/SAMA
- LABA/SAMA
- LABA+LAMA+ICS
- LABA + LAMA+ICS + reflumilast/ azitrromicin (ketika ada infeksi).
Untuk PPOK Penambahan Antibiotik

Guidline pengobatan ASMA


Pengobatan Asma
- SABA
- LABA + ICS ( Low dose)
- LABA + ICS ( peningkatan dose)
- LABA + ICS Meningkat + LTRA + THEOFILIN
- LABA + ICS dose Maximal+Omelizumab

Untuk Alergi atau Anhistamin


Generasi 1: CTM (Chlorpheniramine), Diphenhidramin
MK : memblok H1
Efek Samping: Sedasi
Generasi 2: Ceterizine, Loratadin
MK: memblok H1
Efek samping : tidak memnimbulkan sedasi

- Untuk ASMA digunakan penambahan LTRA pada saat LABA di stage 3 tidak
mempan dan perlu di tambahkan Theofilin.
- Digunakan Omelizumab jika LABA + ICS pada dosis maximal sudah tidak mempan.
- Antihistamin pada sedasi rendah obat
1. Cromolin
2. Ceterizine
3. Loratadine
Ketiga obat diatas tidak memiliki efek Sedasi pada saat berkendaraan
- Untuk Antihistamin sedasi Tinggi
1. CTM (Chlorpheniramine), Diphenhidramin, dipenhidrat
Obat diatas memiliki efek samping mengantung ( pada saat istirahat)
- Salbutamol oral VS salbutamol Inhaler
1. Salbutamol oral tidak aman buat ibu hamil dan mempengaruhi kerja jantung
2. Salbutamol inhaler aman ketika diberikan pada ibu hamil karena langsung bekerja
pada paru-paru dan tidak mempengaruhi kerja jantung.

5. Jelaskan patofisiologi dan etiologi PPOK?


ETIOLOGI PPOK
 Asap Rokok
Penyebab utama dari PPOK adalah asap rokok, baik karena dihisap sendiri secara
langsung (perokok aktif) maupun karena menghisap asap rokok orang lain (perokok
pasif). Asap rokok dapat menekan sistem pertahan saluran napas, paralisis pada silia dan
penurunan aktivitas makrofag alveolus, dan produksi mukus yang berlebihan sehingga
terjadi obstruksi saluran napas.
 Polusi Udara

Berbagai macam debu, zat kimia, dan serta dalam lingkungan kerja mempunyai pengaruh
merugikan pada sistem pernapasan. Selain itu hasil sampingan bahan bakar seperti minyak
tanah, batu bara, kayu bakar, dan diesel dapat menjadi faktor resiko PPOK.
 Infeksi Saluran Napas Bawah Berulang

 Hipereaktivitas Bronkus

 Defisiensi antitripsin alfa-1, umumnya jarang terdapat di indonesia

Patofisiologi PPOK
Hambatan aliran udara merupakan perubahan fisiologi utama pada PPOK
yangdiakibatkan oleh adanya perubahan yang khas pada saluran nafas bagian proksimal,
perifer, parenkim dan vaskularisasi paru yang dikarenakan adanya suatu inflamasi yang
kronik dan perubahan struktural pada paru. Terjadinya peningkatan penebalan pada
saluran nafas kecil dengan peningkatan formasi folikel limfoid dan deposisi kolagen
dalam dinding luar salurannafas mengakibatkan restriksi pembukaan jalan nafas. Lumen
saluran nafas kecil berkurangakibat penebalan mukosa yang mengandung eksudat
inflamasi, yang meningkat sesuai berat sakit.
Dalam keadaan normal radikal bebas dan antioksidan berada dalam keadaan
seimbang.Apabila terjadi gangguan keseimbangan maka akan terjadi kerusakan di paru.
Radikal bebasmempunyai peranan besar menimbulkan kerusakan sel dan menjadi dasar
dari berbagai macam penyakit paru
Pengaruh gas polutan dapat menyebabkan stress oksidan, selanjutnya akan
menyebabkanterjadinya peroksidasi lipid. Peroksidasi lipid selanjutnya akan
menimbulkan kerusakan sel daninflamasi. Proses inflamasi akan mengaktifkan sel
makrofag alveolar, aktivasi sel tersebut akanmenyebabkan dilepaskannya faktor
kemotataktik neutrofil seperti interleukin 8 dan leukotrienB4,tumuor necrosis factor
(TNF),monocyte chemotactic peptide(MCP)-1 danreactive oxygen species(ROS). Faktor-
faktor tersebut akan merangsang neutrofil melepaskan protease yang akanmerusak
jaringan ikat parenkim paru sehingga timbul kerusakan dinding alveolar danhipersekresi
mukus. Rangsangan sel epitel akan menyebabkan dilepaskannya limfosit
CD8,selanjutnya terjadi kerusakan seperti proses inflamasi. Pada keadaan normal
terdapatkeseimbangan antara oksidan dan antioksidan. Enzim NADPH yang ada
dipermukaan makrofagdan neutrophil akan mentransfer satu elektron ke molekul oksigen
menjadi anion superoksidadengan bantuan enzim superoksid dismutase. Zat hidrogen
peroksida (H2O2) yang toksik akandiubah menjadi OH dengan menerima elektron dari
ion feri menjadi ion fero, ion fero denganhalida akan diubah menjadi anion hipohalida
(HOCl).
Pengaruh radikal bebas yang berasal dari polusi udara dapat menginduksi batuk
kronissehingga percabangan bronkus lebih mudah terinfeksi.Penurunan fungsi paru
terjadi sekunder setelah perubahan struktur saluran napas. Kerusakan struktur berupa
destruksi alveol yangmenuju ke arah emfisema karena produksi radikal bebas yang
berlebihan oleh leukosit dan polusidan asap rokok

6. Dari nilai lab diatas manakah yang tidak normal?


Pemeriksaa Hasil Nilai Normal Koreksi
n
Scr 2,2 mg/dl 1,5 mg/dl Tinggi
Ca 1.9 mmol/L 2,12 – 2,62 mmol/L Rendah
Ureum 50 mg/dl 8 - 24 mg/dl Tinggi
HB 11 mg/dl 13-17mg/dL Rendah
Uric acid 15 mg/L 7,0 – 7,2 mg/L Tinggi

7. Jelaskan konseling yang harus diberikan pada pasien diatas!


Karena pasien menderita PPOK dan Hipertensi yaitu memberikan edukasi untuk pasien
dengan keluarganya tentang penyakit yang diderita pasien, seperti penyebab penyakit ,
faktor pemberat dari penyakit , gejala dan terapi obat-obtan sehingga pasien dapat
mencegah agar tidak terjadinya komplikasi.

8. Jelaskan S-O-A-P untuk pasien di atas!

Subject Objective Assesment Plan


- Pasien Scr : 2,2 mg/dl - Ada gejala - Memberikan
mengeluhkan Na : 145 mEq/L tidak ada obat obat
sesak nafas K : 5,0 mEq/L (pasien salbutamol
- Pasien memiliki Ca : 1,9 mmol/L mengalami tablet 4 mg 3
riwayat PPOK Ureum : 50 mg/l sesak nafas) X sehari
- Mengkonsumsi HB : 11 mg/l - Hipertensi - Lanjutkan
obat amlodipin Uric acid : 15 mg/l meminum obat
Leukosit : 8000 mm3 amlodipin
PO2 : 95%
SaO2 : 95%
Ph darah : 7,38
HCO3 : 22 mEq/l

Pemeriksaan vital
Tekanan darah : 150/90 mmhg
T (suhu) : 370C
Nadi : 85 / menit
Pernafasan : 30/menit

Pembahasan =

 Asam urat tinggi, asam urat normalnya 3,4-7 ini 15, hb rendah/ anemia,
 PELAJARI anemia ada berapa, adayg disebabkan kekurangan eritropoetin, asam folat , vit b
komplek,
 ureum tinggi, kalium normal, natrium normal , kalsium rendah, saturasi oksigen normal 95
persen.
 Beda saturasi dan po2 adalah
Saturasi=berapa banyak / persen hemoglobin yg disaturasikan dgn oksigen, dia akan sebanding
dengan jumlah yang teriikat dengan hemoglobin. oksigen yang ada di hemoglobin, range 95- 100
Po2 = banyaknya oksigen yg ada di dalam plasma, oksigen yg ada pada plasma darah,
Inijuga terjadi pada pasien covid 19, hipoksia ketika saturasi oksigen kurang dari 94/95 %
 CARI Nilai GFR pakai conckroft =140-usia x berat badan/72 x scr, kalo wanita dikali 0,85
140-60 X 75 /72X2,2 =37.879,STAGE 3 HAMPIR KE 4
 Serum creatinin tinggi, tanda tanda ureum tinggi pasien akan merasakan mual, nanti dokter
akan mendiagnosa pasien ketika pasien itu mual apakah diakibatkan asam lambung tinggi atau
ureum tinggi,nanti aka nada 2 diagnosa.kalo dilihat dari sign dan simptomp pasien pasti mual,
selain mual juga merasakan gatal-gatal di seluruh tubuh.
 Tugas CARI struktur hemoglobin,dari situ kita bisa lihat ada asam folat disana, vit b12 yang
dibutuhkan disana dan jenis jenis anemia, nanti untuk mengetahui pasien anemia tdk hanya
dari hemoglobin tpi dri mcv,mch dan mchc. Juga CARI nilai normalnya berapa mcv , mch dan
mchc.
 Asam urat tinggi.

 Riwayat pasien blm pernah menderita asam urat, hanya ppok sejak satu tahun lalu dan
hipertensi. penyebab dari ppok adalah merokok, beda dengan asma, kalo asma karena alergi
bersifat reversible, bisa seperti orang normal klo asma tdk kambuh. Klo ppok progresivnya akan
selalu memburuk kalo tidak dipertahankan, krena ada inflamasi pada bagian bronkusnya, tanda-
tandanya sesak nafas, batuk , dan berlendir di dada.kalopun batuknya tidak ada,dia merasakan
sesak nafas da nada seperti lendir di dadanya. Selain rokok disebabka juga paparan zat kimia/
polusi.
 PASIEN DIKATEGORIKAN ASAM URAT AKUT, KRN BELUM PERANH MENDERITA. LINI SATU
NSAID, LINI KE2 KOLKISIN . KRONIS=ALUPURINOL/URIKOSIK. DIBERIKAN AKUT DLU,
NSAID/kolkisin. Kalo nsid hatu hati kondisi lambung pasien, DICEK KONDISI LAMBUNG
PASIEN.
 CARI obat asam urat akut dan asam urat kronis
Obat yang dipakai untuk artritis gout akut ialah kolkisin, obat antiinflamasi non-steroid atau
kortikosteroid. Ada tiga pilihan
obat untuk artritis gout akut, yaitu NSAID, kolkisin,
kortikosteroid, Obat golongan NSAID yang di-rekomendasikan
sebagai lini pertama pada kondisi artritis gout akut adalah
indometasin, naproxen, dan sulindak. Ketiga obat tersebut
dapat menimbulkan efek samping serius pada saluran cerna,
ginjal, dan perdarahan saluran cerna. Obat golongan
cyclooxigenase 2 inhibitor (COX 2 inhibitor) seperti celecoxib
merupakan pilihan pada penderita artritis gout dengan
masalah pada saluran cerna
KRONIS = ALUPURINOL, FEBOXOSTAT
 Sudah punya riwayat penyakit keluarga
 PASIEN UREUM TINGGI sehingga sudah mengalami kerusakan ginjal,tandanya MUAL DAN
GATAL, DIBERI NSAID akan membuat keadaan PASIEN BURUK KARENA nsaid juga BIKIN MUAL.
Tetap diberikan namun NSAID DIBERIKAN LANSO dulu /SETELAH MAKAN/ LANGSUNG diberikan
KOLKISIN. Prinsipnya kalo pasien masih asam urat akut diberikan asam urat AKUT DLU BARU
KRONIS
 Ppok obatnya adalah bronkodilator, ppok respon terhadap steroid/mtilprednisolon sangat
rendah disbanding asma, kalo asma respon steroid tinggi,
 Lihat table pengobatan asma dan ppok
 Kalo dilihatpasienini dalam keadaan asma dalam keadaan normal/terkontrol krena sdh
mengalami ppok sejak setahun lalu, dilihat dari saturasi oksigen normal artinya ppok terkontrol
dengan baik, pasien sering sesak nafas karena gangguan ginjal. Karena kalo pasien ginjal
menyebbakan gangguan jantung, menyebabka gang pernapasan dan memperberat ppok pasien.
Sesaknafas selain karena ppok juga karena ureum tinggi, serum kreatinij tiggi, sehingga ini harus
diperbaiki terlebih dahulu.
 Kalo ureum nya tinggi pasiti, pasien mengalami edema maka yg dibutuhkan furosemide, kalo
tizidasam uratnya makin tinggi, furosemide diberikan bersaan dengan obat asam urat [pasien =
nsaid/kolkisin. Klo diberikan nsid, diberikan ppi 30 menit- makan lalu nsid, lalu obat ppok untuk
keadaan mild/ sedang. Lanjutkan obat hipertensi
 Kalium normal,ginjalnya mengalami kerusaakan. obat hipertensi yg gagal ginjal kalo obat ht
hyperkalemia memperberat kerja ginjal pasien, dapat diberikan ccb contohnya amlodipine
 Lalu anemia, di kelompok nanti ada makrositik, normositik, mikrositik. Dilihat darimcv,
mch,mchc. iron defisiensi talasemi itu tanda tandamikrositik
 Obat mual diberikan ppi/ obat asidosis =kalsium karbonat/ nhco3. Asidodis karena ph darah
pasien asam karena ureum tinggi.
 Antibiotik makrolida dapat menyebabkan prolonged quity, menyebabkangangguan jantung jika
diberikan janngka panjang.

Kesimpulan
Bagaimana rumus concroft gold
Bagaimana asam urat akt dan kronis, obat apa saja yg boleh diberikan ketika pasien gagal ginjal
atau tidak
Obat mana yang bisa menyebabkan asam urat, ketika pasien edema apa obatnya,
Obat-obat ynag menyebabkan hyperkalemia apakah bisa diberikan atau tidak
Untuk asma dan ppok manakah yang bisa kita berikan steroid dan mana yg jelek responnya
terhadap steroid. Ppok jelek responnya terhadap steroid, maka pilihannya apa, mulai dari ringan
sedang dan berat.berat pasti membutuhkan antibiotik pernafasan biasanya azitromisin yang
merupakan antibiotik makrolida. Antibiotik makrolida/ quiniolom dapat menyebabkan
prolonged quity, menyebabkangangguan jantung jika diberikan janngka panjang.
Untuk asma , bersifat reversible sedangkan ppok bersifat ireversibel
Asma pilihan utama steroid, karena good respon terhadap steroid

Anda mungkin juga menyukai