RME 3012
Oleh :
Mengetahui,
Direktur
Politeknik Negeri Malang
”ELEMEN MESIN I”
Mengetahui:
Direktur
Elemen Mesin i
Konstruksi Sambungan
BAB I
KONSTRUKSI SAMBUNGAN
Dalam konstruksi mesin dikenal bermacam-macam cara penyambungan antara
dua komponen atau lebih. Pemilihan metode dan jenis sambungan tersebut,
didasarkan pada:
kondisi pembebanan dari konstruksi;
maksud perakitannya.
Jenis sambungan yang umum digunakan dalam konstruksi mesin ada 9
(sembilan) macam, yaitu:
1. Sambungan Lem;
2. Sambungan Solder;
3. Sambungan Paku Keling;
4. Sambungan Las;
5. Sambungan Baut;
6. Sambungan Pin;
7. Sambungan Kerucut;
8. Sambungan Baji;
9. Sambungan Susut.
9. Sambungan Susut
Berdasarkan sifat dan fungsinya, jenis sambungan di atas dapat digolongkan
menjadi dua macam, yaitu:
a. Sambungan tetap;
b. Sambungan tidak tetap.
Elemen Mesin 1
Konstruksi Sambungan
Sambungan tetap adalah sambungan yang tidak bisa terlepas tanpa adanya
perusakan dari komponen penyambung atau komponen yang disambung.
Termasuk dalam sambungan tetap:
1. Sambungan Lem;
2. Sambungan Solder;
3. Sambungan Paku Keling;
4. Sambungan Las;
5. Sambungan Susut.
Sambungan lem adalah sambungan antara beberapa komponen yang sama atau
berbeda, baik logam atau non-logam, melalui perekatan permukaan dengan
menggunakan bahan perekat yang sesuai. Sambungan lem termasuk
sambungan tetap.
Konstruksi yang menggunakan sambungan lem memiliki keuntungan sebagai
berikut:
Dapat menyambung material yang sama ataupun berbeda;
Pemanasan, pengerasan, dan oksidasi tidak berpengaruh pada material;
Tidak ada atau sedikit tegangan termal pada material akibat distorsi panas;
Sambungannya padat, tidak ada rongga, dan terisolasi;
Tidak kerusakan permukaan;
Tidak kontak korosi;
Tidak ada pengurangan penampang komponen akibat lubang, seperti pada
sambungan baut atau sambungan paku keling, sehingga jauh lebih ringan;
Sambungan komponen bebas takik;
Elemen Mesin 2
Konstruksi Sambungan
Untuk material non-logam seperti kardus, kertas, kulit, karet, kayu, perekatan
telah lama berhasil dengan baik. Berdasarkan perkembangan material perekat
yang digunakan dan teknologi perekatan yang semakin maju, penggunaan
sambungan lem pada material logam juga semakin luas dibandingkan
sambungan paku keling, las, dan solder. Perbedaan dengan jenis sambungan
lain, sambungan lem memiliki ketahanan panas dan kekuatan bahan perekat
yang lebih rendah dibandingkan dengan komponen yang disambung. Aplikasi
sambungan lem pada konstruksi adalah meliputi seluruh bidang teknik (teknik
mesin, otomotif, aerospace engineering, teknik elektro, dan lain-lain). Terutama
pada industri dengan volume produksi yang besar, sambungan lem pada logam
dapat memberikan keuntungan secara ekonomi yang berlipat.
Gambar 1.2 menjelaskan aplikasi sambungan lem pada berbagai macam
konstruksi, misalnya pada sambungan pipa (Gambar 1.2a – c), panel laminasi
kayu (Gambar 1.2d), papan komposit (Gambar 1.2e), sambungan lem pada
sayap depan pesawat (Gambar 1.2f), sambungan lem pada penguat tangki
(Gambar 1.2g), sambungan lem pada lapisan sepatu rem (Gambar 1.2h),
Sambungan lem pada profil untuk penguatan lambung pesawat (Gambar 1.2i).
Elemen Mesin 3
Konstruksi Sambungan
Pada sambungan lem digunakan bahan perekat dengan kualitas tinggi, seperti
epoxyd- atau phenol-resin (lihat Tabel 1.2).
Bahan perekat dibedakan berdasarkan jumlah komponennya:
Elemen Mesin 4
Konstruksi Sambungan
1. Bahan perekat satu komponen, yaitu bahan perekat yang dapat mengeras
dengan sendirinya, sehingga dapat diperlukan memegang komponen yang
disambung;
2. Bahan perekat dua komponen, yaitu bahan perekat yang terdiri dari resin
dan pengeras. Dalam penggunaannya kedua komponen harus dicampur.
Bahan perekat dibedakan berdasarkan suhu pengelupasannya:
1. Bahan perekat, yang dapat terkelupas pada suhu kamar atau suhu
pemanasan tertentu (lihat Tabel 1.2);
2. Bahan perekat, yang hanya terkelupas pada suhu pemanasan tertentu.
khususnya jika diinginkan konstruksi ringan. Sambungan ini banyak digunakan
pada penyambungan logam-logam ringan. Pada konstruksi pesawat terbang,
dijumpai sambungan lem pada sayap, badan, baling-baling, dan sayap
helikopter. Bentuk konstruksi sandwich merupakan contoh khas konstruksi
sambungan lem. Aplikasi
Elemen Mesin 5
Konstruksi Sambungan
a) b)
Gambar 1.3 Beban F dan Momen Puntir M
Hal yang harus dihindari pada sambungan lem adalah terjadinya pembebanan
tarik. Untuk itu, perlu dibuat desain dengan benar. Contoh desain yang
disarankan seperti pada Tabel 1.1.
Pada Gambar 1.3a menggambarkan sambungan lem yang menahan beban F
dan mengakibatkan terjadinya tegangan geser (g terjadi):
F F
g terjadi
A b lU
Dimana:
g terjadi = tegangan geser yang terjadi (N/mm 2);
F = beban (N);
A = luas penampang yang menahan (mm 2) = b lU (mm2);
b = lebar sambungan (mm);
lU = panjang sambungan (mm).
Elemen Mesin 6
Konstruksi Sambungan
Tegangan geser yang terjadi (g terjadi) selanjutnya dibandingkan dengan tegangan
geser bahan lem (g lem) dan menghasilkan faktor keamanan (S):
g lem g lem
S atau g izin
g terjadi S
Elemen Mesin 7
Konstruksi Sambungan
Perbandingan
Suhu Waktu
Cara Perekatan No. Bahan Perekat Basis Kimia Pabrik Pembuat Campuran Keterangan
(ºC) (Jam)
Pengerasan
Elemen Mesin 8
Konstruksi Sambungan
Perbandingan
Suhu Waktu
Cara Perekatan No. Bahan Perekat Basis Kimia Pabrik Pembuat Campuran Keterangan
(ºC) (Jam)
Pengerasan
7. Araldit AT 1 Epoxydresin CIBA AG, Perekat 110 28 Bentuk tersedia: tepung, logam,
Wehr/Baden komponen 200 0,5 keramik, gelas, plastik dikeraskan
tunggal 250 0,12 B: Alu/Alu : 35 ...57
Baja/Baja: 50...55
Logam,
Epoxyd- CIBA AG,
Perekatan Panas
9. Hidux 1233 100:80 145 0,6 B: Alu/Alu : 20, 10 sampai 200ºC
Phenolresin Wehr/Baden
Suhu ketahanan sampai 200ºC
Elemen Mesin 9
Konstruksi Sambungan
Elemen Mesin 11
Konstruksi Sambungan
Elemen Mesin 12
Konstruksi Sambungan
a)
b)
Gambar 1.5 Beban Tarik F dan Momen Puntir M
Seperti halnya sambungan lem, sambungan solder sebaiknya dihindarkan
terhadap terjadinya pembebanan tarik. Untuk itu, perlu dibuat desain dengan
benar. Contoh desain yang disarankan seperti pada Tabel 1.3.
Pada Gambar 1.5a menggambarkan sambungan solder yang menahan beban F
dan mengakibatkan terjadinya tegangan geser (g terjadi):
F F
g terjadi
A b lU
Elemen Mesin 13
Konstruksi Sambungan
Dimana:
g terjadi = tegangan geser yang terjadi (N/mm 2);
F = beban (N);
A = luas penampang yang menahan (mm 2) = b lU (mm2);
b = lebar sambungan (mm);
lU = panjang sambungan (mm).
Tegangan geser yang terjadi (g terjadi) selanjutnya dibandingkan dengan tegangan
geser solder (g solder) dan menghasilkan faktor keamanan (S):
g solder g solder
S atau g izin
g terjadi S
Elemen Mesin 14
Konstruksi Sambungan
Elemen Mesin 15
Konstruksi Sambungan
Elemen Mesin 16
Konstruksi Sambungan
1.3.2 Bentuk
Material paku keling pada umumnya digunakan U St 36-1 dan untuk konstruksi
khusus yang menggunakan baja kelas tinggi seperti St 52-1 digunakan paku
keling dengan material RSt 44-2. Proses pembentukan paku keling untuk
diameter di bawah 10 mm menggunakan pemukulan dingin, sedang untuk
diameter di atas 10 mm, menggunakan proses pembentukan melalui
pemanasan. Pada paku keling yang terlalu panjang memungkinkan terjadinya
Elemen Mesin 17
Konstruksi Sambungan
d1 = 10 – 36 QSt 32-3
124 Konstruksi baja
d2 = 1,6 d1 QSt 36-3
QSt 32-3
Paku keling QSt 36-3
setengah bola d1 = 1 – 8 A2, A4 Konstruksi logam
660
d2 = 1,75 d1 SF-Cu Konstruksi kendaraan
CuZn 37
Al 99,5
d1 = 10 – 36 QSt 32-3
302 Konstruksi baja
= 75º, 60º, 45º QSt 36-3
QSt 32-3
Paku keling tirus QSt 36-3
d1 = 1 – 8 A2, A4 Konstruksi logam
661
d2 = 1,75 d1 SF-Cu Konstruksi kendaraan
CuZn 37
Al 99,5
QSt 32-3
Portal, perlengkapan,
QSt 36-3
Paku keling d1 = 1,6 – 6 permukaan lantai, jalan
662 SF-Cu
cembung d2 = 2 d1 setapak, permukaan bergerigi,
CuZn 37
penampilan yang menarik
Al 99,5
QSt 32-3
Keling dinding luar pada
QSt 36-3
Paku keling d1 = 1,4 – 6 konstruksi kendaraan dan
674 SF-Cu
bulatan datar d2 = 2,25 d1 pesawat, perlengkapan, pelat
CuZn 37
halus, plastik, kardus
Al 99,5
Elemen Mesin 18
Konstruksi Sambungan
QSt 32-3
Paku keling tirus
d1 = 3 – 5 QSt 36-3 Untuk sabuk/belt dari kulit,
rata (paku keling 675
d2 = 2,75 d1 SF-Cu kain, dan plastik, ikat pinggang
sabuk)
Al 99,5
QSt 32-3
Paku keling
QSt 36-3 Untuk menyambung material
berlubang d1 = 1,6 – 10
6791 SF-Cu yang sensitif, pengerjaannya
setengah dengan d2 = 2 d1
CuZn 37 murah dengan mesin jahit
kepala bulat rata
Al 99,5
QSt 32-3
Paku keling
QSt 36-3 Untuk menyambung material
berlubang d1 = 1,6 – 10
6792 SF-Cu yang sensitif, pengerjaannya
setengah dengan d2 = 2 d1
CuZn 37 murah dengan mesin jahit
kepala tirus
Al 99,5
Untuk menyambung logam
Paku keling
dengan kulit, plastik, kertas,
berlubang dua sisi USt 3
7331 d1 = 2 – 6 dan lain-lain dan untuk
Form A: terbuka CuZn 37F30
menyambung logam yang
Form B: tertutup
sensitif
Al/AlA,
ENISO
AlA/AlA Untuk menyambung
15975
AlA/St, komponen-komponen, dimana
s/d
Paku keling buntu Cu/St, Cu/Br, pada satu sisi tidak tembus,
15984 d1 = 2,4 – 6,4
dengan takikan Cu/SSt, cepat, tidak pengerjaan lagi.
d2 = 2,1 d1
patah NiCu/St, Untuk komponen berongga,
16582
NiCu/SSt, konstruksi pelat, kendaraan,
s/d
A2/A2, logam, aluminium.
16585
A2/SSt, St/St
USt 3
Paku keling
St 4 Untuk menyambung logam
berlubang d1 = 1,5 – 6
7339 Al 99 W8 dengan material yang sensitif
(dari pelat yang
CuZn 37 F30 (kulit, karet, keramik, dan
dipres)
SF-Cu F22 sebagainya), karena hanya
membutuhkan kekuatan yang
Paku keling pipa St 35 rendah, elektroteknik,
berkepala d1 = 1 – 10 Al 99,5 konstruksi pelat, komponen
7340
Form A: rata CuZn 37 F37 berongga.
Form B: bulat SF-Cu F25
Elemen Mesin 19
Konstruksi Sambungan
D = 1,6 dn
s2
R = 0,8 dn
D
a = 1,5 dn (baik)
Jarak antara paku keling (e)
e
Untuk sambungan kawah:
e = 2,5 . dn (paku kecil)
e = 2,2 . dn (paku besar)
Alat tempa (die)
Untuk konstruksi baja :
e = (3 ÷ 2,5) . dn
Gambar 1.8 Dimensi Paku Keling
Tabel 1.5 Dimensi Paku Keling pada Konstruksi Baja dan Logam Ringan
Pada konstruksi baja, diameter lubang sama dengan d + 1 mm, sedang pada
konstruksi logam ringan, diameter lubang sama dengan d + 0,1 ... 0,2 mm.
Kerusakan paku keling dapat dibedakan seperti berikut:
a. terjadinya geser pada paku keling
Elemen Mesin 20
Konstruksi Sambungan
a. F Paku tergunting
Bila beban F yang bekerja cukup besar dan bahan pelat tahan terhadap tarikan tersebut,
tetapi bahan paku keling yang kurang kuat, maka paku keling akan putus akibat tergeser.
b. F Jika beban F besar, maka tegangan yang terjadi tepat pada penampang pelat pada sisi
paku keling akan lebih besar. Hal ini akibat adanya lubang paku keling, sehingga luas
penampang pada bagian ini lebih kecil.
Jika tegangan yang terjadi ini lebih besar dari pada tegangan bahan pelat, maka pelat
akan robek.
F
c. F Ujung pelat yang terlalu pendek pada konstruksi sambungan paku keling dapat
mengakibatkan mudah lentur akibat gaya F yang bekerja, sehingga lubang dari paku
keling akan melebar.
Elemen Mesin 21
Konstruksi Sambungan
d. F Robekan pada pelat dapat terjadi sebagai akibat dari tegangan geser yang terjadi lebih
besar dari tegangan geser yang diizinkan dari bahan pelat.
F
e. F Ujung pelat di belakang paku keling pecah. Hal ini kemungkinan akibat pada saat
pemotongan pelat atau pada saat pembuatan lubang paku keling terjadi kerusakan kecil
pada bagian pelat tersebut, sehingga saat terkena gaya F akan menjadi lebih parah.
F
f. F F
Akibat beban yang tidak sentris pada sistem sambungan paku
keling tunggal mengakibatkan pelat melengkung.
Untuk menghindari hal ini, maka tebal pelat dan jarak antara paku
keling harus disesuaikan.
Gambar 1.9 Kerusakan Paku Keling
Metode Penyambungan dengan Paku Keling
a.
F
Sistem sambungan ini mengakibatkan terjadinya tegangan bengkok dan
F tegangan geser pada paku keling.
Sistem sambungan dua pelat kurang sesuai untuk sambungan kawah,
karena pelat terkena tegangan tekan.
b. F F b. dan c. Sistem sambungan tiga pelat. Pada sistem ini akan terjadi
tegangan geser pada paku keling dan tegangan tekan pada pelat.
c. F
F
d. Sambungan siku/sudut jika menggunakan paku keling.
Elemen Mesin 22
Konstruksi Sambungan
m = 1,5 d
b. Sobek diantara dua paku keling
d2
F1 FN N
4
2. Melalui beban geser pada batang paku keling, diperoleh gaya yang
membebani setiap paku keling:
Elemen Mesin 23
Konstruksi Sambungan
d2
F2 s
4
3. Total gaya yang membebani setiap paku keling:
d2
F F1 F2 (N S )
4 .
Jenis pembebanan:
1. Beban geser pada kepala paku keling;
2. Beban geser pada batang paku keling;
3. Beban tarik pada batang paku keling;
4. Beban tekan pada landasan kepala paku keling;
5. Beban tekan pada permukaan lubang;
Elemen Mesin 24
Konstruksi Sambungan
Gambar 1.12 Tegangan tarik dan macam susunan paku keling lap joint
Elemen Mesin 25
Konstruksi Sambungan
Elemen Mesin 26
Konstruksi Sambungan
Elemen Mesin 27
Konstruksi Sambungan
Elemen Mesin 28
Konstruksi Sambungan
Elemen Mesin 29
Konstruksi Sambungan
Elemen Mesin 30
Konstruksi Sambungan
Elemen Mesin 31
Konstruksi Sambungan
Dimana:
σt terjadi = tegangan tekan yang terjadi pada permukaan lubang (N/mm 2);
F = beban (N);
A = luas penampang menahan (mm 2);
d = diameter batang paku keling (mm);
t = tebal pelat (mm).
Elemen Mesin 32
Konstruksi Sambungan
Elemen Mesin 33
Konstruksi Sambungan
2) Terjadi beban geser pada paku keling arah kebawah karena beban , yang
besarnya sama untuk setiap paku keling
P = beban
Ps = beban yang ditanggung setiap paku keling
e = jarak beban ke pusat berat
c
c a2 b2
a
Elemen Mesin 34
Konstruksi Sambungan
dan
5) Menghitung besarnya gaya resultan antara gaya geser kebawah akibat beban
dengan gaya geser akibat beban momen pada masing-masing paku keling
Elemen Mesin 35
Konstruksi Sambungan
Elemen Mesin 36
Konstruksi Sambungan
2. Terjadi beban geser pada paku keling arah kebawah karena beban , yang
besarnya sama untuk setiap paku keling
Elemen Mesin 37
Konstruksi Sambungan
Elemen Mesin 38
Konstruksi Sambungan
Elemen Mesin 39
Konstruksi Sambungan
Jumlah paku keling adalah kekuatan tarik maksimum sambungan Pt, dibagi
oleh Ps atau Pc diambil yg nilainya kecil.
Baris 2-2
Baris 3-3
Elemen Mesin 40
Konstruksi Sambungan
Contoh Soal:
Diketahui: suatu konstruksi dengan lebar plat lebar b = 350 mm dan tebalnya
t = 20 mm, dengan penjepit ganda. Tegangan t = 90N/mm2; = 60 N/mm2;
dan c = 150 N/mm2
Penyelesaian
1. Perhitungan diameter paku keling
Elemen Mesin 41
Konstruksi Sambungan
Baris 2-2
+ 1 Ps
Baris 3-3
+ 3 Ps
Baris 4-4
+ 6 Ps
Elemen Mesin 42
Konstruksi Sambungan
Diambil nilai yang terkecil dari Pt1, Pt2, Pt3, Pt4, Ps dan Pc dibagi dengan
tegangan plat P
Tegangan plat tanpa paku keling
1 2 3
Dengan jumlah paku yang sama 9 buah paku keling, ternyata di susun dengan
model lozenge joint lebih efisien jika dibandingkan dengan susunan model baris
3x3
Elemen Mesin 43
Konstruksi Sambungan
1.4.1 Penggunaan
Berdasarkan fungsi utamanya, baut dibedakan menjadi baut pengikat dan baut
penggerak. Fungsi utama baut adalah:
Pengubah beban, artinya mengubah beban keliling yang kecil menjadi
beban aksial yang besar, seperti transmisi pada roda gigi cacing;
Pengubah gerakan, artinya mengubah gerakan keliling yang besar menjadi
gerakan aksial yang kecil, seperti ulir penggerak pada mikrometer.
Sambungan baut adalah jenis sambungan yang paling banyak digunakan dalam
elemen mesin. Tujuan penggunaan sambungan baut adalah sebagai berikut:
1. sebagai baut pengikat untuk sambungan yang dapat disambung/dilepas;
2. sebagai baut pengencang untuk proses pengencang (baut pengencang);
3. sebagai baut penutup untuk menutup lubang, misalnya lubang
pembuangan oli;
4. sebagai baut landasan untuk melandasi atau mengatur keausan atau
kelonggaran;
5. sebagai baut pengukur untuk mengukur jarak, seperti pada mikrometer;
6. sebagai pemindah gaya untuk mengubah gaya yang kecil menjadi gaya
yang memanjang yang besar, seperti pada mesin pres;
7. sebagai baut penggerak untuk mengubah gerakan berputar menjadi
gerakan memanjang, seperti pada ulir pengarah atau mengubah gerakan
memanjang menjadi gerakan berputar, seperti pada ulir pengebor;
8. sebagai baut diferensial untuk menghasilkan lintasan yang kecil dalam
putaran yang besar.
Beberapa kekurangan dalam penggunaan sambungan baut dan perlu
diperhatikan dalam proses perancangan mesin adalah sebagai berikut:
Pada baut pengencang, momen pengencangan, ketahanan pengencangan
sangat perlu diperhatikan, dan pengaruh takikan pada ulir;
Pada baut penggerak memiliki efisiensi yang rendah, keausan sisi luar ulir,
kelonggoran ulir, dan kerusakan ulir.
Pembuatan alur ulir dapat dilakukan dengan tanpa pemotongan yaitu proses
pengerolan atau pengepresan alur ulir dan pencetakan kepala baut. Proses snei
Elemen Mesin 44
Konstruksi Sambungan
dilakukan dengan pemutaran atau penggilingan, desnei dengan suatu profil gigi
penggerus putaran tinggi atau digerinda dengan batu gerinda berprofil.
Elemen Mesin 45
Konstruksi Sambungan
Baut khusus merupakan baut yang dibutuhkan untuk tujuan tertentu. Pada
pembebanan dinamis digunakan baut elastis. Untuk pelat baja tipis dan plastik
digunakan baut pelat. Pembuatan ulir dalam (tapping) dilakukan langsung oleh
sekrupnya sendiri. Dalam beberapa aplikasi digunakan juga kepala mur dan baut
silindris yang untuk pengunciannya digunakan sisi yang diratakan atau lubang
radial, alur memanjang atau gerigi (mur berlubang melintang, mur beralur, dan
sebagainya). Beberapa bentuk khusus lainnya adalah baut penutup, baut
pengunci, baut angker, dan lain-lain. Macam-macam baut standar dapat dilihat
pada Tabel 1.6.
Tabel 1.6 Macam-macam Baut Standar
DIN 601, 960, 931 DIN 558, 933, 961 DIN 601, 7990 DIN 561 DIN 564 DIN 609, 610, 7968
d. Baut segi enam e. Baut segi enam dengan f. Baut pas segi enam
a. Baut segi enam b. Baut segi enam c. Baut segi enam dan mur dengan tap ujung panjang
DIN 912 DIN 6912 DIN 84 DIN 88 DIN 7988 DIN 7971
m. Baut stud n. Baut sekrup o. Baut stud p. Stud ulir beralur q. Baut poros beralur r. Stud ulir inbus
DIN 910, 7604 DIN 906 DIN 464 DIN 14579
2) Mur
Mur yang sering digunakan adalah mur yang sudah distandarkan, seperti pada
Tabel 1.7. Mur khusus merupakan mur dibutuhkan untuk tujuan tertentu,
misalnya mur yang digunakan untuk meningkatkan kekuatan dinamis dari
sambungan baut. Mur bentuk khusus lainnya adalah mur plat jepit (untuk
pengamanan), mur kapsul untuk baut elastis, mur spindel, dan sebagainya.
Macam-macam mur dapat dilihat pada Tabel 1.7.
Elemen Mesin 46
Konstruksi Sambungan
a. Mur segi enam b. Mur segi enam (tipis) c. Mur mahkota d. Mur mahkota (>M12) e. Mur tutup f. Mur segi empat
DIN 548, 1816 DIN 1804 DIN 315 DIN ISO 582 DIN 928 DIN 929
3) Pengaman
Pengaman dibutuhkan untuk mengamankan sambungan baut terhadap
kemungkinan kendor atau lepas dengan sendirinya. Pengaman yang paling
sederhana dan handal adalah pemanfaatan gesekan dalam ulir dan gesekan
pada landasan kepala mur atau kepala baut. Pada baut pengencang tidak akan
terjadi pengendoran, selama pada proses pemasangan ditegangkan dengan
benar sesuai dengan besar momen pengencangan yang telah distandarkan.
Pengaman baut seperti pada Gambar 1.17 terdiri dari:
a) Mur mahkota dengan alur melintang;
b) Pelat pengaman;
c) Kawat pengaman;
d) Ring pegas;
e) Pelat pegas;
f) Pelat gerigi;
g) Dudukan kerucut (meningkatkan gesekan);
h) Mur yang mengamankan sendiri;
i) Mur kontra, j) Mur pengaman;
k) Ring pengaman plastik.
Elemen Mesin 47
Konstruksi Sambungan
Dimana:
= sudut kenaikan
P =kenaikan (pitch)
Ulir sebuah baut dapat dibentuk dengan arah ke kiri (ulir kiri), arah ke kanan (ulir
kanan), atau memiliki beberapa buah alur (ulir ganda, ulir tripel, dan seterusnya).
Bentuk (potongan melintang) sebuah ulir yang dinamakn profil ulir dapat berupa
segitia (ulir segitiga), trapesium (ulir trapesium), segiempat (ulir segiempat),
setengah lingkaran (ulir bulat), mata gergaji (ulir gergaji), dan sebagainya.
Berdasarkan besar kenaikan (pitch), ulir dapat dibedakan pula menjadi ulir kasar
dan ulir halus. Ulir halus banyak digunakan pada pipa dan poros dan ditetapkan
tinggi ulir h3 dengan kenaikan P yang berhubungan dengan sudut kenaikan
adalah kecil. Sedang ulir beralur lebih dari satu, banyak digunakan untuk ulir
penggerak, untuk mendapatkan efisiensi dan kenaikan P yang besar.
Elemen Mesin 48
Konstruksi Sambungan
b
sudut kecil : pergeseran (jarak) besar c
- Cocok untuk baut pengikatan, gaya aksial besar;
- Pengaturan halus (pegerakan putaran besar sudut besar : pergeseran (jarak) kecil
menghasilkan gerakan aksial kecil); - Cocok untuk baut penggerak, batang cacing;
- Efisiensi rendah, self-locking. - Efisiensi tinggi, tidak ada self-locking.
Gambar 1.18 Garis ulir dan penggulungannya dengan kenaikan P h dan sudut
kenaikan . a) Ulir umum; b) ulir tunggal; c) ulir beralur banyak (ulir
tripel dengan pembagi (lead) P sama, dan kenaikan (pitch) Ph)
1.4.4 Penerusan Gaya dan Efisiensi
Pada ulir datar dengan sudut sisi = 0º seperti pada Gambar 1.19 diberikan
sebuah gaya memanjang F dan gaya keliling F U pada ulir dengan diameter sisi
d2. Akibat gesekan, maka dapat diperoleh gaya resultan F R pada arah normal
P
(tegak lurus bidang) dan FU F tan , dengan tan .
(2 π d2)
Pada perhitungan gesekan dengan angka koefisien gesek tan , maka akan
mulai terjadinya gerakan, jika resultan gaya F R pada sudut gesekan terhadap
normal meningkat. Maka:
FU F tan( ) , (+) untuk menaikkan beban, (-) untuk menurunkan beban.
Elemen Mesin 49
Konstruksi Sambungan
tan
tan '
serta ' , maka untuk gaya gesek selalu arahnya ke
cos( 2 ) cos( 2 )
bawah ke sisi ulir yang ditentukan oleh gaya yang bekerja. Pada ulir runcing,
pada kondisi yang sama, gaya gesek selalu lebih besar dari pada ulir datar,
sehingga ulir runcing hanya digunakan untuk baut pengencang.
Maka besarnya:
d2 d
FU F tan( ' ) dan untuk momen putarnya MT FU F tan( ' ) 2 .
2 2
Gaya gesek arahnya selalu berlawanan dengan arah gaya, (+) menunjukkan
pengencangan baut (pengangkatan beban), (-) menunjukkan pengendoran baut
(penurunan beban).
a b c d
Gerakan Naik + Turun Naik Turun Diam
Kondisi tidak ada self-locking self-locking
Gaya Dorong FU atau FS FU FS -FU (gaya pengendoran)
Efisiensi =1 WH F P WA Fu d2
s H
WA Fu d2 WH Fs PH
tan tan( )
tan( ) tan
Diam (= angka koefisien gesek statis)
Gambar 1.19 Gaya-gaya pada baut dengan ulir datar (F S = gaya memanjang, Ph
= kenaikan, FU = gaya keliling, panjang lintasan = d2 , W H = kerja
pengangkatan, W A = kerja pemutaran; pada ujung ulir ’ sebagai
pengganti ; tan (koefisien gesek dinamis); 0 tan0
(koefisien gesek statis).
Efisiensi adalah perbandingan antara pemakaian terhadap pengeluaran. Efisiensi
dari gerakan baut dan mur besarnya:
tan
Pada perubahan momen putar menjadi gaya memanjang:
tan( ' )
Elemen Mesin 50
Konstruksi Sambungan
tan( ' )
Pada perubahan gaya memanjang menjadi momen putar:
tan
Self-locking (penghentian sendiri) adalah merupakan tujuan dari sebuah baut
pengencang, jika gaya memanjang F tidak dapat menimbulkan momen putar, jika
FU F tan( ' ) 0 , yaitu ' dan ' 0 atau 0,5 . Pada baut metris
Bahan
Baja/baja 0,22 0,25
Baja/perunggu 0,20
Besi tuang/perunggu 0,15
Besi tuang/besi tuang 0,15
Untuk gesekan licin antara baja/baja besarnya = 0,1.
Pada sambungan baut umumnya digunakan = 0,25, sehingga :
tan = 0,25 = arc tan 0,25 = 14 40'
Elemen Mesin 51
Konstruksi Sambungan
MG = MT MA FV
d2
2
tan( ' )
dA
2
A
(+) untuk momen pengencangan total MGA;
(-) untuk momen pengendoran total MGL (MGL < 0).
Untuk baut standar dengan = 60º, momen pengencangan dapat
disederhanakan menjadi:
MGA = FV 0,16 P 0,5 'd2 0,5 A dA
Nilai ’ dan A berfluktuasi antara 0,008 – 0,4, sesuai permukaan luar dan
pelumasannya.
1.4.6 Pembebanan Baut
1) Baut dengan beban memanjang
Pada dasarnya, baut tidak boleh mengalami pemuaian, sehingga pada
sambungan baut tidak boleh dibebani lebih dari batas elastisnya. Alur ulir
berfungsi sebagai takikan untuk mempertinggi beban statis dan menurunkan
pembebanan dinamis.
Besarnya penampang tegangan, yaitu penampang yang menahan beban adalah:
2
d2 d3 2
AS = ds
4 2 4
Elemen Mesin 52
Konstruksi Sambungan
Vdiizinkan 0,9 S , pada ulir halus Vdiizinkan 0,8 0,2 atau Vdiizinkan 0,8 S .
a) Baut pas,
b) Baut tembus,
c) Baut tembus dan tabung belah.
Elemen Mesin 53
Konstruksi Sambungan
F F
g g izin dan 1 1izin
A mi n dsn
Dimana:
n = jumlah baut;
mi = jumlah patahan.
0,2 900 N / mm 2 . Untuk bagian konstruksi dari St 37 dengan baut kualitas 4.6
dan pembebanan H, DIN 1050, 1izin 280 N / mm 2 dan untuk bagian konstruksi
dari St 52 dengan baut kualitas 5.6, g izin 0,5 1izin .
Tabung belah dan stud pas juga dapat meneruskan gaya melintang, sehingga
memerlukan baut tembus yang ringan saja.
Elemen Mesin 54
Konstruksi Sambungan
Baru 3.6 4.6 4.8 5.6 5.8 6.6 6.8 6.9 8.8
Kelas kekuatan baut
Saat ini 4A 4D 4S 5D 5S 6D 6S 6G 8G
≤ M16 > M16
Kekuatan tarik σB N/mm2 330 400 420 500 520 600 600 600 800 830
Batas elastis σS N/mm2 190 240 320 300 400 360 480 - - -
0,2 Batas elastis N/mm2 - - - - - - 640 660
Perpanjangan patah % 25 22 14 20 10 16 8 12 12 12
C35 C35 C35
S185 S235
Material baut E295 E295 C45
9S2 9S20
35S20 10S20 34Cr4
Kelas kekuatan Mur 4 5 6 8
Tegangan percobaan (σZL) 1) N/mm2 5202) 520 – 6303) 600 600 – 7203) 600 800 – 9203)
C35 C35 C35
S235
Material mur E295 E295 C45
9S20
35S20
1) Tegangan percobaan σZL merupakan besarnya tegangan tarik terbesar baut, yang dipasangkan
dengan murnya, ketika kemampuan pembebanan sambungan dapat terjamin hingga batas
pembebanan pada baut, dengan kata lain pada pasangan baut yang masih rapat tersebut murnya
mengalami kerusakan;
2) untuk M 16 . . .M39;
3) tergantung pada diameter baut.
Elemen Mesin 55
Konstruksi Sambungan
Persamaan momen
Elemen Mesin 56
Konstruksi Sambungan
Persamaan momen
Elemen Mesin 57
Konstruksi Sambungan
Persamaan momen
Contoh perhitungan
Elemen Mesin 58
Konstruksi Sambungan
Persamaan momen
1.4.9 Beban kombinasi geser dan tarik karena momen dan geser karena
torsi
Beban yang ditahan oleh baut adalah geser kebawah oleh beban W
terbagi sama rata untuk setiap baut dan beban tarik ke depan karena beban
momen W dikalikan jaraknya L= 300 dan beban geser karena momen W x e.
Elemen Mesin 59
Konstruksi Sambungan
e
Geser ke bawah
Elemen Mesin 60
Konstruksi Sambungan
Elemen Mesin 61
Poros dan Pasak
Jenis Kampuh1) Simbol dan Gambar2) Jenis Kampuh1) Simbol dan Gambar2) Jenis Kampuh1) Simbol dan Gambar2)
Kampuh Kampuh
Kampuh U
Flens ganda J-ganda
Kampuh Kampuh
Kampuh I
U-ganda Muka datar
Kampuh
Kampuh V Kampuh HV
Titik atau garis
Kampuh Kampuh
Kampuh K
Sisi kaku Sudut tampak
Kampuh
Kampuh X Kampuh HY Sudut tak
tampak
Kampuh Kampuh
Kampuh Y
HY-ganda Sudut ganda
Kampuh Kampuh
Kampuh J
Y-ganda Sudut siku
Pada sambungan diratakan Pada sambungan diratakan Kampuh kepala terbalik Kampuh sudut kontinyu
panjang. Pada volume yang lebih kecil (a 2 l) memiliki luas penampang yang
menahan sebesar (a l) .
2. Komponen lebih baik dibuat dari bentuk profil, pelat, atau bentuk potongan
yang dipotong menggunakan api. Bentuk yang rumit dilas secara terpisah dan
skrap diusahakan seminim mungkin.
Elemen Mesin 63
Poros dan Pasak
Penampang kampuh t l t l t l t l
v1 1),5) 0,5 0,7 0,9 0,5
Jenis Kampuh HV dgn rusuk HV tanpa rusuk K dgn rusuk K tanpa rusuk
Kampuh T
(K dan HV) Gambar
Penampang kampuh a l a l s l s l
v1 1),5) 0,4 0,6 0,5 0,7
Elemen Mesin 64
Poros dan Pasak
Jenis Kampuh Rata Rata ganda V V fillet Butt weld with root
Kampuh sudut
Gambar
Penampang kampuh a l 2 a l a l a l s l
v1 1),5) 0,22 0,3 0,3 0,45 0,5
Elemen Mesin 65
Poros dan Pasak
kampuh temu, kampuh T lebih murah. Pada beban dinamis biasany digunakan
kampu dengan permukaan cekung. Ketahanan jenis kampuh sudut satu sisi
sangat rendah.
Tabel 1.7 Tabel Bentuk Kampuh dan Tinggi (a) dan Panjang Kampuh (l)
No. Jenis Kampuh Gambar Tinggi kampuh (a) dan panjang kampuh (l)
a = t1
Kampuh HY-ganda t1
3.
(K dengan leher) c 5
3 mm
Tinggi kampuh a adalah Kampuh satu sisi:
tinggi dari segitiga sama amax 0,7 t1
kaki.
Kampuh ganda:
4. Kampuh sudut (fillet) Untuk aluminium:
a ≤ 0,7. t1 amax 0,5 t1
Dimana:
amin tmax 0,5 mm 3 mm
Arah gaya:
t2 ke t3 a = t2, untuk t2 < t3
6. Kampuh tiga pelat t1 ke t2 atau t3 a=c
7. Kampuh temu
Kampuh sudut dgn. dahi l = b, jika tidak ada kawah yang bebas, selain itu l = b – 2a
Elemen Mesin 66
Poros dan Pasak
Rumah buffer:
Hindari pemborosan material sekrap.
Drum tali:
Penghematan dengan membatasi pemotongan, jumlah
kampuh las dan sirip. Kampuh ganda hanya untuk beban
berat
Sambungan kotak:
Hindari mengelas pada sambungan fitting. Las bagian dalam,
hanya untuk beban berat. Tebal flens digunakan ukuran
sebelum dikerjakan, dengan toleransi ± 2 mm untuk panjang
sampai 1 m dan ± 4 mm untuk panjang lebih dari 1 m.
Roda gigi:
Pada rodagigi yang besar, pengelasan lebih murah dibanding
tempa atau pemesinan.
Flens poros:
Pada flens yang besar, pengelasan lebih murah dibanding
tempa atau pemesinan.
Dapat dilakukan penghematan melalui:
Pemotongan dengan api (flame cutting);
Penggunaan baja profil;
Pembengkokan dengan radius.
Roda gigi:
Rim dirol tanpa kampuh. Rusuk diperlukan hanya pada roda
gigi miring.
Elemen Mesin 67
Poros dan Pasak
Tangki:
Kampuh memanjang dibuat bergeser (zig-zag).
Tangki:
Kampuh pada sudut tangki sangat berbahaya, perlu
dihindarkan.
Sambungan pipa.
Elemen Mesin 68
Poros dan Pasak
1) Sambungan Temu
Sebuah alur las berbentuk V tunggal dibebani gaya tarik sebesar F. Gambar 1.26
menunjukkan dua buah pelat yang dilas dengan sambungan temu menerima
beban tarik. Pada kampuh las akan terjadi tegangan tarik (σt) sebesar:
F F
s
F F
l
F
F
s
Elemen Mesin 69
Poros dan Pasak
a=s
0,707 a
a=s
rus ak ges er
F F
g
A 2 0,707 a l
Dimana:
g = tegangan tarik yang terjadi (N/mm 2);
F = gaya tarik (N);
s = tebal pelat (mm);
l = panjang kampuh (mm).
3) Sambungan T (T joint)
Dua buah pelat yang dilas tegak lurus sama lain dan menerima beban F sejajar
dengan panjang kampuh pada jarak tertentu dari lokasi kampuh (Gambar 1.28).
Pada kampuh las tersebut terjadi tegangan geser (g) secara langsung dan
tegangan bengkok (σb), sehingga tegangan total dapat dihitung seperti berikut:
l
F
a
s
Elemen Mesin 70
Poros dan Pasak
Bila dua buah pelat yang dilas tegak lurus sama lain, menerima beban tarik
sebesar F sejajar sumbu dan momen M (Gambar 1.29), maka pada kampuh las
tersebut terjadi tegangan geser total (total) seperti berikut:
M F
a
s
Elemen Mesin 71
Poros dan Pasak
Dimana:
A 2 a l ;
a l2 l
W 2 A ;
6 6
A = luas penampang yang menahan beban geser (mm 2);
W = Momen tahanan bengkok (mm 3).
Bila sebuah profil bulat pejal dilas tegak lurus pada pelat dengan sambungan T,
menerima momen puntir Mt (Gambar 1.30), maka pada kampuh las tersebut
terjadi tegangan geser total (total) seperti berikut:
Mt
d
Elemen Mesin 72
Poros dan Pasak
Total momen
Persamaan momen
Elemen Mesin 73
Poros dan Pasak
Panjang las
Perhitungan momen
Elemen Mesin 74
Poros dan Pasak
Tegangan kombinasi
Elemen Mesin 75
Poros dan Pasak
Perhitungan momen
Tegangan geser
Elemen Mesin 76
Poros dan Pasak
Elemen Mesin 77
Poros dan Pasak
Geser kombinasi
Elemen Mesin 78
Poros dan Pasak
Geser kombinasi
Elemen Mesin 79
Poros dan Pasak
Elemen Mesin 80
Poros dan Pasak
BAB II
POROS DAN PASAK
2.1 Poros
Poros adalah bagian dari mesin yang berputar yang dipergunakan untuk
memindahkan daya dari satu mesin ke mesin yang lain. Daya yang dipindahkan
poros diakibatkan oleh adanya gaya-gaya tangensial dan resultan torsi atau
momen puntir yang bekerja pada poros dan memungkinkan daya tersebut dapat
dipindahkan ke beberapa mesin yang disambungkan pada poros tersebut. Untuk
memindahkan daya dari satu poros ke poros yang lain diperlukan beberapa
komponen seperti pulley, roda gigi, sabuk/belt, rantai dan sebagainya.
Komponen ini dipasangkan pada poros, sehingga dapat mengakibatkan momen
bengkok pada poros. Dengan kata lain bahwa poros yang digunakan untuk
memindahkan momen torsi juga akan menerima momen bengkok. Komponen-
komponen tersebut dipasang pada poros dengan bantuan pasak/key atau juga
spline, sehingga pada poros harus dibuat alur-alur sebagai tempatnya. Menurut
pembebanannya, poros yang digunakan untuk memindahkan daya
diklasifikasikan menjadi:
1- Poros Transmisi. Poros ini menerima beban puntir dan bengkok.
Pemindahan daya pada poros ini menggunakan kopling, pulley-belt, roda
gigi, rantai sproket, dan lain-lain. Poros jenis ini digunakan untuk
memindahkan daya dari sumber daya menuju mesin-mesin yang menyerap
daya. Ukuran standard dari poros transmisi :
25 mm hingga 60 mm dengan 5 mm sleps.
60 mm hingga ll0 mm dengan 10 mm sleps.
110 mm hingga 140 mm dengan 15 mm sleps.
140 mm hingga 500 mm dengan 20 mm sleps.
2- Spindel. Poros ini menerima beban utama berupa momen puntir. Dimensi
spindel pendek, banyak digunakan pada mesin perkakas. Pengerjaan poros
ini harus presisi dan deformasi yang diizinkan sangat kecil;
Elemen Mesin 81
Poros dan Pasak
3- Gandar (Axle). Poros ini berbentuk serupa dengan poros, tetapi merupakan
komponen mesin yang tidak ikut berputar (stasioner) dan jika dipergunakan
untuk transmisi hanya akan menerima momen bengkok saja. Poros ini
digunakan pada roda kereta api;
4- Poros. Poros yang digunakan untuk memindahkan daya dari mesin
penggerak ke peralatan yang lain. Poros ikut berputar, sehingga selain
menerima beban bengkok juga beban puntir;
5- Poros Fleksibel. Poros yang digunakan memindahkan dua mekanisme,
dimana porosnya berputar dan membentuk sudut satu sama lain. Daya yang
dipindahkan biasanya kecil.
Hal penting yang perlu diperhatikan dalam perancangan poros adalah sebagai
berikut:
a. Kekuatan poros. Poros harus dirancang untuk kuat menahan beban yang
terjadi. Pada umumnya poros menerima berupa: momen puntir, momen
bengkok, kombinasi momen bengkok dan momen puntir, atau beban aksial
dan kombinasi momen torsi dan momen bengkok. Selain itu, pengaruh
tegangan konsentrasi akibat bentuk poros bertingkat dan adanya alur
pasak harus dipertimbangkan dengan baik.
b. Kekakuan poros. Kekakuan poros harus diperhatikan dan disesuaikan
dengan jenis mekanisme yang ada. Selain kekuatan yang cukup, defleksi
atau puntiran yang terjadi dapat menimbulkan terjadinya getaran. Hal ini
dapat mengakibatkan kerusakan yang serius pada konstruksi.
c. Putaran kritis. Poros yang terkena beban dan mengalami defleksi, jika
berputar pada kecepatan putar tertentu, dapat mengakibatkan getaran
yang serius. Putaran ini disebut putaran kritis. Untuk itu, poros harus
dirancang sebaik mungkin, hingga putaran kerjanya tidak diperbolehkan
sama dengan putaran kritis.
d. Tahan korosi. Poros yang digunakan pada turbin air, turbin uap, dan
pompa harus dirancang supaya tahan terhadap korosi akibat kavitasi.
Material yang digunakan untuk poros biasanya mild steel. Akan tetapi bila
diperlukan kekuatan yang tinggi, dapat digunakan baja paduan seperti baja
Elemen Mesin 82
Poros dan Pasak
nickel, baja chrom atau baja chrom vanadium. Pada umumnya sebuah poros
dibentuk dengan proses pengerolan panas (hot rolling) dan proses pengerjaan
akhir (finishing) pada ukuran yang sesuai dengan proses cold drawing seperti
dengan mesin bubut (turning) dan mesin gerinda (grinding). Pengerjaan poros
dengan proses cold drawing hasilnya akan lebih kuat dari pada hot rolling (tetapi
memiliki tegangan sisa/residual yang lebih tinggi). Tegangan sisa/residual ini
dapat menyebabkan distorsi pada poros ketika dikerjakan dengan mesin,
terutama bila dipotong untuk tempat slot atau pasak. Poros dengan diameter
lebih besar biasanya dikerjakan dengan forging/tempa, kemudian dibubut dengan
menggunakan mesin bubut. Tegangan yang umum terjadi pada poros adalah:
1. Tegangan geser akibat momen torsi yang dipindahkan;
2. Tegangan bengkok (karena beban tarik/tekan) akibat berat dari komponen-
komponen seperti pulley, roda gigi, atau akibat berat poros sendiri;
3. Kombinasi dari momen torsi dan momen bengkok.
Besarnya tegangan izin poros transmisi yang menerima beban tarik/tekan atau
geser secara global dapat diperkirakan seperti berikut. Perkiraan ini harus
diperiksa kembali sesuai dengan jenis material yang digunakan, jenis beban
yang bekerja, proses pengerjaan, dan bentuk/desain yang dipilih.
Untuk beban tarik atau tekan dapat diambil:
a. 112 N/mm2 untuk poros tanpa pengurangan untuk alur pasak;
b. 84 N/mm2 untuk poros dengan pengurangan untuk alur pasak.
Untuk poros tertentu tegangan tarik yang diizinkan dapat diambil 60% dari
tegangan elastisnya, tetapi tidak boleh lebih dari 36% tegangan tarik maksimum.
Tegangan geser yang diizinkan dapat diambil sebagai berikut:
a. 56 N/mm2 untuk poros tanpa pengurangan untuk alur pasak;
b. 42 N/mm2 untuk poros dengan pengurangan untuk alur pasak.
Untuk poros tertentu tegangan geser yang diizinkan dapat diambil 30% dari
tegangan elastisnya, tetapi tidak boleh lebih dari 18% tegangan tarik maksimum.
2 Mt n F V M n
P t
33000 12 33000 63000
atau
P
Mt 63000 (lb in)
n
Dimana:
P = Daya yang ditransmisikan (HP);
Mt = Momen puntir yang terjadi (Nmm);
n = Putaran poros (rpm);
F = Gaya keliling (lb);
V = Kecepatan (fpm).
Apabila momen puntir Mt (lb in) ditransmisikan melalui sebuah poros dengan
diameter dp (in), poros akan menerima tegangan puntir p (psi) sebesar:
Mt Mt 5,1 Mt
p
Wt dp
3
dp3
16
Dalam perancangan poros, tegangan puntir yang terjadi pada poros harus lebih
kecil dari pada tegangan puntir bahan poros yang digunakan, sehingga:
5,1 Mt
izin
dp3
atau
5,1 Mt
dp 3
izin
Elemen Mesin 84
Poros dan Pasak
Pada umumnya poros mentransmisikan daya melalui pulley-belt, roda gigi, atau
rantai/sproket. Untuk itu, poros yang demikian akan menerima beban lentur dan
beban puntir. Beben geser akibat momen puntir dan beban lentur akibar gaya-
gaya yang bekerja pada transmisi. Untuk bahan poros yang ductile (ulet) dapat
digunakan teori tegangan geser maksimum dari Teori Tresca:
2
2 4 2
maks x 2
2 2
Untuk poros dengan penampang bulat pejal yang menerima beban statis:
32 Mb 16 Mt
x dan t , sehingga
dp3 dp3
maks
16 Mb 2 16 Mt 2
dp3 dp3
16 Mb 2 16 Mt 2
yield
dp3 dp3 2
10,2
dp 3 Mb2 M2t
yield
Dimana:
σx = Tegangan bengkok yang terjadi (Psi);
p = Tegangan puntir yang terjadi (Psi);
Mb = Momen bengkok yang terjadi (lb in);
Mt = Momen puntir yang terjadi (lb in);
σyield = Tegangan luluh bahan poros (Psi);
V = Faktor keamanan.
Untuk poros berlubang:
Elemen Mesin 85
Poros dan Pasak
16 yield
Mb2 M2t
d 4 2
d3o 1 i
o
d
Dimana:
σm = Tegangan rata-rata untuk bengkok atau tarik (Psi);
σbatas = Tegangan batas untuk bengkok atau tarik (Psi);
σyield = Tegangan luluh dari bahan poros (Psi);
σe = Batas ketahanan bengkok/tarik dari bahan poros (Psi);
1
= CR CS CD
K f Sn
Dimana:
1e = batas ketahanan dari material
CR = faktor beban
CD = faktor ukuran
CS = faktor pengerjaan permukaan
Elemen Mesin 86
Poros dan Pasak
3) Poros dengan Beban Momen Bengkok dan Puntir (Teori Energi Distorsi)
Menurut teori Energi Distorsi pada teori kegagalan untuk tegangan dua dimensi
adalah:
2
yield
12 1 2 22
σ1 dan σ2 adalah tegangan utama, bila diterapkan pada tegangan uniaksial,
yield
2x 3 2
Jika disubstitusikan, menjadi:
2 2
yield yield
m batas 3 m yield batas
e e
Sehingga diameter poros dapat dihitung:
2 2
32 yield 3
dp 3 Mm Mbatas Mt m yield Mt batas
yield e 4 e
4) Poros dengan Beban Berulang dan Kejut
Apabila selama poros bekerja menerim beban bengkok dan beban kejut, seperti
pada mesin pres dan mesin roll, maka pada perancangannya harus dimasukkan
faktor pengaruh kelelahan akibat beban yang berulang. Faktor K m untuk momen
bengkok dan Kt untuk momen puntir. Pada poros dengan beban bengkok tetap
besarnya Km = 1,5, untuk tumbukan ringan Km = 1,5 – 2,0, untuk tumbukan berat
Km = 2,0 – 3,0. Dengan demikian persamaan yang dipakai adalah:
a. Teori Tegangan Geser Maksimum:
Elemen Mesin 87
Poros dan Pasak
2 2
0,5 yield 16 yield
K m Mb m Mb batas K t Mt m yield Mt batas
dp
3
e e
Poros yang selalu bekerja pada putaran tinggi, dalam perancangannya harus
dipertimbangkan terhadap terjadinya putaran kritis. Putaran kerja dari mesin,
harus dirancang berada di bawah atau di atas putarn kritisnya. Secara umum
dapat diperhitungkan bahwa putaran kerja poros maksimum tidak boleh melebihi
80 % putaran kritisnya. Perhitungan putana kritis pada poros dengah dengan dua
tumpuan, digunakan persamaan Rayleigh:
W1 Y1 W2 Y2 W3 Y3 ..... Wm Ym
nc 187,7
W1 Y12 W2 Y22 W3 Y 32 ..... W m2 Ym2
Dimana:
nc = putaran kritis (rpm);
Wm = berat masa yang berputar pada titik m (lb);
Ym = defleksi yang terjadi pada masa W m (in).
Elemen Mesin 88
Poros dan Pasak
Dimana:
= defleksi sudut (º);
Mt = Momen puntir yang terjadi (lb in);
L = panjang poros (in);
dp = diameter poros (in);
G = modulus geser bahan poros (lb/in 2).
Elemen Mesin 89
Poros dan Pasak
Contoh soal 1
Sebuah poros lurus yang berputar pada 200 rpm digunakan untuk memindahkan
daya sebesar 25 hp. Poros ini terbuat dari mild steel yang memiliki tegangan
geser izin 420 kg/cm 2.
Tentukan diameter poros tersebut jika momen bengkok yang terjadi pada poros
diabaikan !
Penyelesaian:
Elemen Mesin 90
Poros dan Pasak
Contoh soal 2
Tentukan besar diameter poros pejal yang digunakan untuk memindahkan daya
sebesar 25 hp pada putaran 200 rpm. Tegangan geser maksimum untuk steel
sebagai bahan poros 3600 kg/cm 2, sedangkan faktor keamanan 8 !
Tentukan pula dimensi dari poros jika untuk menggantikan poros di atas digu-
nakan sebuah poros berlubang (hollow shaft) dan diketahui perbandingan di-
ameter dalam di dan diameter luar d o adalah 0,5 (di = 0,5 . do) !
Penyelesaian :
16 T 3 16 8950 3
d=3 101,3 4,66 cm 5,0 cm.
s 450
d4 di4 d 1
T= s ( o ) s d3o (1 ( i )4 ) 450 d3o (1 ( )4 )
16 do 16 do 16 2
Sehingga:
16 T 16 8950
do = 3 108 4,75 cm 5,0 cm.
3 1 4 3 1 4
450 (1 ( ) ) 450 (1 ( ) )
2 2
di = 0,5 do 0,5 5,0 = 2,5 cm
Elemen Mesin 91
Poros dan Pasak
60 106
Trata rata = 39 788 Nm = 39 788 000 Nmm.
2 240
Jadi:
Tmaks . = 1,2 39 788 000 = 47 745 000 Nmm.
Perhitungan diameter poros:
Tmaks . = s d3
16
Elemen Mesin 92
Poros dan Pasak
M b d4 di4 d
= , sehingga M = b ( o ) b d3o (1 ( i )4 )
do 32 do 32 do
(do4 di4 )
64 2
Dengan menggunakan persamaan di atas dan perbandingan antara diameter
dalam di dan diameter luar d o akan diperoleh dimensi dari poros berlubang.
Elemen Mesin 93
Poros dan Pasak
Contoh soal 4
Sepasang roda pada sebuah gerbong kereta api menerima beban 5 ton di setiap
roda pada axlenya. Jarak antara roda dari ujung axle tersebut 10 cm. Jarak
antara kedua rel 140 cm.
Tentukan besar diameter axle tempat memasang roda, bila tegangan dari bahan
tidak boleh melebihi 1000 kg/cm 2 !
Penyelesaian:
5 ton 5 ton
10 cm 140 cm 10 cm
A C D B
RC RD
Gambar 2.1 Poros dengan beban bengkok
Elemen Mesin 94
Poros dan Pasak
1 32 M 2 16 T 2
s maks. = ( ) 4( )
2 d 3
d3
16
b maks. = M2 T 2
d 3
Atau:
s maks. d3 = M2 T 2
16
Elemen Mesin 95
Poros dan Pasak
1 1 32 M 32 M 2 16 T 2
b maks. = b ( 21 b )2 (s )2 ( 21 ) ( )
2 2 d3 d3 d3
32 1
( (M M2 T 2 ))
d 3 2
1
b maks. d3 = (M M2 T 2 )
32 2
1
Faktor ( (M M2 T 2 )) dinamakan momen bengkok ekivalen dan biasanya
2
dinyatakan dengan Me. Me ini diasumsikan sebagai momen bengkok yang
bekerja sendiri dan mengakibatkan tegangan tarik atau tegangan tekan (b) yang
sama seperti momen bengkok sebenarnya. Dengan pembatasan tegangan
normal maksimum (b maks.) sama dengan tegangan bengkok yang diizinkan (b
izin) dari bahan poros, maka persamaan di atas menjadi:
1
Me = (M M2 T 2 ) b d3
2 32
Dengan persamaan di atas, maka diameter poros dapat dihitung.
Catatan :
1. Jika digunakan poros berlubang (hollow shaft), maka persamaan ii sampai
v dapat ditulis sebagai berikut :
Te = T 2 M2 s d3o (1 k 4 )
16
1
Me = (M M2 T 2 ) b d3o (1 k 4 )
2 32
Dimana :
di
k=
do
2. Untuk pemilihan diameter poros dari hasil perhitungan kedua teori
tersebut di atas diambil harga yang terbesar (harga yang lebih aman).
Elemen Mesin 96
Poros dan Pasak
Contoh soal 5
Sebuah poros berpenampang bulat pejal menerima beban momen bengkok
sebesar 30 000 kgcm dan momen torsi l00 000 kgcm.
Poros ini dibuat dari baja karbon yang mempunyai tegangan tarik maksimum
7000 kg/cm2 dan tegangan geser maksimum 5000 kg/cm 2.
Jika faktor keamanan diambil 6, tentukan diameter poros tersebut !
Penyelesaian:
10,44 104 16 3
d=3 638 8,6 cm.
833,3
Elemen Mesin 97
Poros dan Pasak
6,72 104 32 3
d=3 586,6 8,37 cm.
1166,67
Elemen Mesin 98
Poros dan Pasak
Contoh soal 6
Sebuah roda gigi yang dipasang pada poros dengan ditumpu pada dua buah
bantalan seperti terlihat pada Gambar 2.2.
Diameter roda gigi 12,5 cm. Daya yang dipindahkan 5 pk pada kecepatan putar
120 rpm. Bahan poros mempunyai tegangan geser yang diizinkan sebesar 420
kg/cm2. Tentukan diameter poros tersebut !
Penyelesaian :
Roda gigi
Poros
125 cm
10 cm 10 cm
F = 477,6 kg
Elemen Mesin 99
Poros dan Pasak
4232 16 3
d=3 51,4 3,7 cm 4,0 cm.
420
Contoh soal 7
Sebuah poros dibuat dari mild steel digunakan untuk memindahkan daya se-
besar 120 hp pada putaran 300 rpm. Panjang poros adalah 3 m. Poros ini juga
menerima beban dari dua buah pulley yang masing-masing mempunyai berat
150 kg dan bekerja pada jarak 1 m dari masing-masing ujungnya.
Jika harga tegangan yang diizinkan digunakan sebagai dasar perhitungan
kekuatan, tentukan diameter poros yang sesuai !
Penyelesaian:
150 kg 150 kg
A C D B
1m 1m 1m
RA RB
Gambar 2.4 Free Body Diagram
Perhitungan besar diameter poros d: Te = s d3
16
Telah diketahui bahwa: s = 600 kg/cm2, sehingga 32 330 = 600 d3
16
Jadi:
32 330 16 3
d=3 274,4 6,49 cm 6,5 cm.
600
400
W S1 S2
Gambar 2.5 Pembebanan pada Poros
Momen torsi yang dipindahkan oleh poros :
T = (S1 S2 ) R (5400 - 1800) 750 = 2 700 000 Nmm.
Dengan asumsi bahwa berat poros diabaikan, gaya total pada arah vertikal yang
bekerja pada pulley:
W = S1 S2 5400 + 1800 = 7200 N.
Perhitungan diameter poros d: Te = s d3 .
16
Sehingga:
3,95 106 = s d3
16
Jadi :
3,95 106 16 3
d=3 479 000 78,2 mm 80 mm.
42
S1 0,24
log =
S2 2,3
S1
= 2,126
S2
S1 2,250
S2 = 1060 N.
2,126 2,126
S3 S1
= 2,126
S4 S2
S3 = 2,126 S 4
3310 0,3
RBV = 993 N.
1
R AV = 3310 - 993 = 2317 N.
4955 0,8
RBH = 3064 N.
1
R AH = 4955 - 3064 = 991N.
Telah diketahui bahwa: Te = s d3 , maka:
16
Te 16 3 892 103 16 3
d=3 = 108 103 47,6 mm.
s 42
C D S5
A B
0,3 m 0,2 m S4
1m S1 S2
a. Diagram ruang
b. Diagram momen torsi
3310 N
RAV RB V
4955 N
d. Diagram beban horizontal
RAH RB V
817,2
756
g. Diagram resultan momen bengkok
854,6 10 2 32 3
d=3 138,1 103 51,7 mm.
63
Dari kedua harga hasil perhitungan di atas diambil harga yang terbesar, jadi :
d = 51,7 mm 55,0 mm.
Contoh soal 10
Sebuah poros didukung oleh bantalan A dan B yang berjarak 80 cm. Sebuah
roda gigi lurus dengan = 20° mempunyai diameter pitch 60 cm terletak 20cm di
sebelah kanan dari bantalan kiri (bantalan A) dan sebuah pulley dengan diameter
70 cm terletak 25 cm di sebelah kiri dari bantalan kanan (bantalan B).
Roda gigi digerakkan oleh sebuah pinion dengan gaya tangensial ke bawah,
sedang pulley digunakan untuk menggerakkan belt mendatar dengan sudut
kontak 180°. Pulley yang berfungsi sebagai roda gila ini mempunyai berat 200
kg. Tegangan belt maksimum 300 kg dan perbandingan tegangan 3:1. Hitung
besar momen bengkok maksimum yang terjadi dan diameter poros yang
diperlukan, jika tegangan geser poros yang diizinkan 400 kg/cm 2!
Penyelesaian:
WC cos 20°
WC
20°
Beban normal ini dapat diuraikan menurut arah vertikal dan horizontal seperti
berikut ini :
Komponen vertikal dari W C merupakan beban vertikal pada poros di C :
WCV = WC cos 20 248,3 cos 20 = 233,3 kg.
3. Resultan momen bengkok yang terjadi akibat beban vertikal dan beban
horizontal:
Resultan momen pada titik C:
2
MC = MCV MCH
2
4750 2 37722 6064 kgcm.
Telah diketahui bahwa: Te = s d3 , maka 11 300 = 400 d3
16 16
11 300 16 3
Jadi: d = 3 = 143,8 5,5 cm.
400
D WCV
S1
A C B WCH
S1 + S2
20 cm 25 cm
80 cm S2
700 kgcm a. Diagram ruang
b. Diagram momen torsi
233,3 kg 200 kg
RAV RB V
84,9 kg 400 kg
d. Diagram beban horizontal
RAH RB V
Tabel 2.2 menunjukkan harga Km dan Kt (dari standard ASME) berdasarkan sifat
pembebanannya.
Contoh soal 11
Sebuah poros yang digunakan untuk memindahkan daya sebesar 25 hp pada
kecepatan putar 200 rpm terbuat dari mild steel. Poros ini menerima beban yang
terpusat sebesar 90 kg dan didukung oleh bantalan yang berjarak 2,5 m.
Dengan asumsi sifat pembebanan gradual, hitung beban-beban yang terjadi
pada poros tersebut !
Jika tegangan geser yang diizinkan dari bahan poros 420 kg/cm 2 sedang
tegangan tarik dan tegangan tekan maksimum yang terjadi tidak boleh lebih dari
560 kg/cm2, tentukan diameter poros yang diperlukan !
Penyelesaian :
Telah diketahui bahwa : Te = s d3 , maka :
16
10 571 = 420 d3
16
10 571 16 3
d=3 = 128,18 5,04 cm.
420
Perhitungan diameter poros menggunakan momen bengkok ekivalen:
1 1 1
Me = (M M2 + T 2 )Me = (M M2 + T 2 ) (5625 5625 2 8950 2 )
2 2 2
8098 kgcm.
Telah diketahui bahwa : Me = b d3 , maka:
32
8098 = 560 d3
32
8098 32 3
d=3 = 147,29 5,28 cm 5,5 cm.
560
Jika beban yang terjadi bersifat gradual, untuk menghitung diameter poros d
digunakan Km = 1,5 dan Kt = 1,0 :
Momen torsi ekivalen :
Te = (Km M) 2 + (K t T) 2 Te = (Km M) 2 + (K t T) 2
= (1,5 5625)2 + (1,0 8950)2
= 12 300 kgcm.
Telah diketahui bahwa : Te = s d3 , maka:
16
12 300 = 420 d3
16
12 300 16 3
d=3 = 149 5,3 cm 5,5 cm.
420
Contoh soal 12
Rencanakan sebuah poros untuk memindahkan daya sebesar 1,5 hp pada
kecepatan putar 120 rpm dari sebuah motor listrik pada sebuah head stock
sebuah mesin bubut melalui sebuah pulley dengan bantuan belt.
Berat pulley 20 kg dan terletak pada jarak 10 cm dari pusat bantalan. Diameter
pulley 20 cm. Sudut kontak dari belt 180° dan koefisien gesek antara belt dan
pulley 0,3. Faktor shock dan fatigue untuk momen bengkok 1,5 dan momen torsi
2,0. Tegangan geser yang diizinkan dari bahan poros 350 kg/cm 2.
Penyelesaian :
10 cm
S1 S2 W S1 W S2
Gambar 2.9 Pembebanan pada Poros
Momen torsi yang dipindahkan :
4500 P 4500 1,5
T= 8,95 kgm = 895 kgcm.
2 n 2 120
Jika tegangan belt yang kencang S1 dan yang kendor S2, maka :
T = (S1 S2 ) R
895 = (S1 S2 ) 10
(S1 S2 ) = 89,5 kg.
S1
2,3 log = 0,3
S2
S 0,3
log 1 = 0,4098
S2 2,3
S1
= 2,57
S2
S1 = 2,57 S2
Contoh soal 13
Sebuah poros horizontal terbuat dari baja nickel didukung oleh dua buah
bantalan A di sebelah kiri dan B di sebelah kanan dengan jarak 250 cm. Pada
poros tersebut dipasangkan dua buah roda gigi, yaitu roda gigi C dengan jarak
30 cm di sebelah kanan bantalan A dan roda gigi D dengan jarak 45 cm di
sebelah kiri bantalan B.
Diameter pitch dari roda gigi C 60 cm dan dari roda gigi D 20 cm. Poros ini
digunakan untuk memindahkan daya sebesar 25 hp pada kecepatan 120 rpm.
Daya ini diterima oleh roda gigi C dan dikeluarkan oleh roda gigi D.
Berat roda gigi C 95 kg dan roda gigi D 35 kg. Faktor kombinasi shock dan
fatigue untuk bengkok 1,5 dan untuk torsi 1,2.
Tentukan diameter poros yang diperlukan, jika tegangan tarik yang terjadi
maksimum 900 kg/cm 2 dan tegangan gesernya 500 kg/cm 2 !
Penyelesaian :
Telah diketahui bahwa : Te = s d3 , maka:
16
82 029,7 = 500 d3
16
16 82 029,7
d=3 9,42 cm.
500
Perhitungan diameter poros d dengan menggunakan momen bengkok ekivalen:
1 1
Me = (K m M (Km M) 2 + (K t T) 2 ) (1,5 53368 + 82 029,7) 81 040,85 kgcm.
2 2
Telah diketahui bahwa : Me = s d3 , maka:
32
81 040,85 = 900 d3
32
32 81 040,85
d=3 9,72 cm.
900
Dari hasil kedua perhitungan di atas diambil harga yang terbesar, yaitu:
d = 9,72 cm 10,0 cm.
Contoh soal 14
Sebuah drum hoisting berdiameter 50 cm diikatkan pada sebuah poros yang
didukung oleh dua buah bantalan dan dihubungkan dengan sebuah gear box
yang mempunyai perbandingan reduksi 12:1 dengan digerakkan motor listrik.
a. Barapakah daya penggerak motor listrik jika beban maksimum yang
digulung oleh drum hoisting adalah 800 kg dengan kecepatan
penggulungan 50 m/menit dan efisiensi dari penggerak 80 % ?
b. Hitung momen torsi yang terjadi pada poros drum dan kecepatan motor !
c. Berapakah diameter poros yang diperlukan jika poros tersebut terbuat dari
baja dengan tegangan tarik yang terjadi maksimum 1150 kg/cm 2 dan
tegangan geser yang terjadi maksimum 500 kg/cm 2 ? Roda gigi penggerak
yang digunakan mempunyai diameter 45 cm dan dipasangkan pada ujung
poros yang overhang 15 cm dekat bantalan.
Penyelesaian:
v 50
Kecepatan sudut dari drum hoist: = 200 radian/men it.
R 0,25
Elemen Mesin 121
Poros dan Pasak
motor 2400
Kecepatan putar dari motor: n = 382 rpm.
2 2
Gaya tangensial pada gigi roda gigi penggerak akibat momen torsi pada poros
drum 20 000 kgcm:
T 20 000
Ft1 = 890 kg.
R1 22,5
Denga asumsi bahwa sudut tekan pada roda gigi penggerak 20°, gaya tekan
maksimum yang terjadi pada poros yang ditimbulkan :
Ft1 890
Ftekan = 947 kg.
cos 20 cos 20
Sehingga mengakibatkan momen bengkok pada bantalan yang besarnya :
M = Ftekan a 947 15 = 14 205 kgcm.
Perhitungan diameter poros d dengan menggunakan momen torsi ekivalen:
Telah diketahui bahwa Te = s d3 , maka:
16
41 320 = 500 d3
16
16 41 320
d=3 7,49 cm.
500
Perhitungan diameter poros d menggunakan momen bengkok ekivalen:
1 1
Me = (K m M (Km M) 2 + (K t T) 2 ) (2 14 205 + 41 320) 34 865 kgcm.
2 2
Telah diketahui bahwa Me = s d3 , maka:
32
34 865 = 1150 d3
32
32 34 865
d=3 7,49 cm.
1150
Dari hasil kedua perhitungan di atas diambil harga yang terbesar, yaitu :
d = 7,49 cm 7,50 cm.
Contoh soal 15
Sebuah poros pejal didukung dengan dua bantalan yang barada pada 180 cm
dan berputar dengan kecepatan 250 rpm. Suatu roda gigi involventa D dengan
sudut 20° berdiameter 30 cm dipasangkan pada poros dengan jarak 15 cm di
sebelah kiri dari bantalan kanan (bantalan Q).
Dua buah pulley, yaitu pulley B berdiameter 75 cm terpasang pada poros dengan
jarak 60 cm di sebelah kanan dari bantalan kiri (bantalan P) dan pulley C
berdiameter 60 cm dengan jarak 135 cm di sebelah kanan dari bantalan kiri
(bantalan Q). Suatu unit penggerak memberikan daya sebesar 40 hp ke roda gigi
penggerak, dimana selanjutnya didistribusikan ke suatu permensinan dengan
mengambil 25 hp pada pulley C dan 15 hp pada pulley B. Putaran dari pulley B
mengarah vertikal ke bawah sedangkan putaran pulley C mengarah ke bawah
dengan sudut 60° terhadap garis horizontal. Pada kedua puley mempunyai
perbandingan tegangan 2 dengan sudut kontak 180°.
Faktor kombinasi shock dan fatigue untuk momen bengkok 2,0 dan untuk momen
torsi 1,5.
Tentukan dimensi poros yang sesuai jika bahan poros memiliki tegangan tarik
yang terjadi maksimum 840 kg/cm 2 dan tegangan geser 420 kg/cm 2 !
Penyelesaian:
Jaral antar bantalan P dan Q : L = 180 cm.
Kecepatan putar poros : n = 250 rpm.
Sudut tekan roda gigi D : = 20°.
Diameter pitch roda gigi D : DD = 30 cm.
Radius pitch roda gigi D : RD = 30 cm.
Diameter pulley B : DB = 30 cm.
Radius pulley B : RB = 15 cm.
Diameter pulley C : DC = 75 cm.
Radius pulley C : RC = 37,5 cm.
Daya yang diterima oleh roda gigi D : PD = 40 hp.
Daya yang dipindahkan oleh pulley C : PC = 25 hp.
Daya yang dipindahkan oleh pulley B : PD = 15 hp.
Tegangan tarik yang terjadi maksimum : t = 840 kg/cm2.
Tegangan geser yang terjadi maksimum : s = 840 kg/cm2.
Faktor pembebanan untuk momen bengkok : Km = 2,0.
Faktor pembebanan untuk momen torsi : Kt = 1,5.
WD
20°
Komponen horizontal W D :
WDH = WD sin 813 sin 20 278,062 kg.
Komponen vertikal W D :
WDV = WD cos 813 cos 20 763,9 kg.
2. Pada pulley C :
Momen torsi yang dipindahkan oleh pulley C :
4500 PC 4500 25
TC = 71,6 kgm = 7160 kgcm.
2 n 2 n
Gaya yang terjadi pada belt :
TC = (SC1 - SC2 ) R C
7160 (SC1 - SC2 ) 30
7160
(SC1 - SC2 ) = 238,7 kg.
30
SC1
Telah diketahui bahwa = 2 , sehingga:
SC 2
60°
WC
WC sin 60°
Komponen vertikal W C :
WCV = WC cos 60 716,1 cos 60 358,05 kg.
3. Pada pulley B :
Momen torsi yang dipindahkan oleh pulley B :
4500 PB 4500 15
TB = 43 kgm = 4300 kgcm.
2 n 2 n
Gaya yang terjadi pada belt :
TB = (SB1 - SB2 ) RB
4300 (SB1 - SB2 ) 37,5
4300
(SB1 - SB2 ) = 114,7 kg.
37,5
SB1
Telah diketahui bahwa = 2 , sehingga:
SB2
B C
P D Q
RPV RQ V
d. Diagram beban horizontal
258 278
RPH RQ H
34 680 e. Diagram momen bengkok vertikal
26 880 19 200
15 282,5
7849,5
6765 f. Diagram momen bengkok horizontal
37 870
20 740
g. Diagram resultan momen bengkok
27 720
Telah diketahui bahwa Me = b d3 , maka:
32
76 720 = 840 d3
32
76 720 32
d=3 9,76 cm.
840
Dari kedua harga hasil perhitungan di atas diambil harga yang terbesar, jadi :
d = 9,8 cm 10,0 cm.
32 M 4 F 32 F do (1 k 4 )
1 = (M )
d3o (1 k 4 ) do2 (1 k 4 ) d3o (1 k 4 ) 8
32 M1
d3o (1 k 4 )
F do (1 k 4 )
Dimana: M1 = M
8
Dimana :
L = panjang poros/jarak antara bantalan (cm).
K = radius girasi terkecil (cm).
y = tegangan tekan yield dari bahan poros (kg/cm 2).
C = koefisien dalam formula Euler tergantung pada kondisi kedua ujung.
= 1,00 untuk kedua ujung bebas.
= 2,25 untuk kedua ujung tetap.
= 1,60 untuk ujung yang sebagian bersandar pada bantalan.
= 1,00 untuk beban aksial yang berupa beban tarik.
L/K = perbandingan silinder.
Catatan :
Pada umumnya untuk poros berlubang yang menerima beban yang berfluktuasi
antara beban momen torsi, momen bengkok dan beban aksial, persamaan untuk
momen torsi ekivalen (Te) dan momen bengkok ekivalen (Me) dapat ditulis
sebagai berikut :
F do (1 k 2 ) 2
Te = (Km M + ) (K t T)2 s d3o (1 k 4 )
8 16
1 F do (1 k 2 ) F do (1 k 2 ) 2
Me = (K m M (Km M + ) (K t T)2
2 8 8
s d3o (1 k 4 )
32
Dimana :
K = 0 dan do = d untuk poros pejal.
F = 0 untuk beban aksial sama dengan nol.
= 1 untuk beban aksial yang berupa beban tarik.
Stiffness suatu poros :
T C I
S=
L
Stiffness dari poros berlubang :
C
SH = (do4 di4 )
L 32
Stiffness dari poros pejal :
C 4
SS = d
L 32
Perbandingan stiffness dari poros berlubang dengan poros pejal :
C
(d4 di4 )
SH L 32 o d4 d4
= o 4 i
SS C 4 d
d
L 32
Jika do = d dan k = do/di, maka :
do4
do4 (1 )
SH di4
= 1- k 4
SS do4
Contoh soal 16
Sebuah poros berlubang menerima beban berupa momen torsi maksimum
sebesar 15 000 kgcm dan momen bengkok maksimum sebesar 30 000 kgcm.
Pada saat yang sama bekerja pula gaya axial sebesar 1000 kg.
Dengan asumsi bahwa beban bekerja secara gradually, perbandingan diameter
dalam dan diameter luar dari poros adalah 0,5 dan diameter luar poros 8 cm,
berapa tegangan geser yang terjadi pada poros tersebut !
Penyelesaian :
F do (1 k 2 ) 2
s d3o (1 k 4 ) = (Km M + ) (K t T)2
16 8
1 1000 8 (1 0,5 2 ) 2
s 83 (1 0,5 4 ) (1,5 30000 + ) (1 15000)2
16 8
94,22 s = 46 250 + 15 000 2
4,86 10 4
4,86 10 4
s = 515,8 kg/cm2 .
94,22
Dalam hal ini = 1 untuk beban aksial yang berupa beban tarik.
Contoh soal 17
Sebuah poros berlubang yang mempunyai diameter luar 50 cm dan diameter
dalam 30 cm digunakan untuk menggerakkan propeller dari marine vessel. Poros
dirakit pada bantalan yang berjarak 6 m dan daya yang dipindahkan sebesar
7500 hp pada kecepatan putar 1500 rpm. Gaya dorong aksial maksimum dari
propeller 50 000 kg, sedang berat poros itu sendiri 7000 kg.
Tentukan :
a. Tegangan geser maksimum yang terjadi pada poros !
b. Sudut puntir yang terjadi pada poros sepanjang jarak antara bantalannya !
Penyelesaian :
(do4 di4 )
I 64 (do2 di2 ) (do2 di2 ) 1
K= do2 di2
A 16 ( d 2
d 2
) 4
(do di )
2 2 o i
4
1
50 2 30 2 14,58 cm.
4
L 600
Jadi: = 41,15.
K 14,58
Column factor :
1 1
= 1,2
L (1- 0,0044) 41,15
(1- 0,0044)
K
Sehingga :
a. Tegangan geser maksimum yang terjadi pada poros :
F do (1 k 2 ) 2
s d3o (1 k 4 ) = (Km M + ) (K t T)2
16 8
1,2 50000 50 (1 0,6 2 ) 2
s 503 (1 0,6 4 ) (1,5 525000 + ) (1 3581000)2
16 8
21 353 s = (656 250 + 518 500) 2 + 3 581 000 2
3 768 760
3 768 760
s = 176,5 kg/cm2 .
21 353
b. Sudut puntir yang terjadi :
T G
=
I L
G = 8,4 . 105 kg/cm2.
T L 3 581 000 600 180
= 0,00478 radian = 0,00478 0,274
GI
8,4 105 (50 4 30 4 )
32
1) Rigiditas torsional
Rigiditas torsional ini penting sekali dalam perencanaan cam shaft pada suatu
motor bakar, dimana ketepatan waktu dari pembukaan dan penutupan katup
(valve) harus efektif. Sudut puntir yang terjadi tidak boleh lebih dari 0,25° untuk
tiap satu meter panjang poros. Untuk poros lurus atau poros transmisi batas
besar lendutannya 2,5° sampai 3° untuk tiap meter panjang poros.
Penggunaan luas lendutan untuk poros dibatasi sampai 1° untuk suatu panjang
poros yang sama dengan 20 kali diameter porosnya.
Defleksi torsional dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan torsi :
T G
=
I L
T L
=
GI
Dimana:
= defleksi torsional atau sudut puntir yang terjadi (radian).
T = momen torsi yang terjadi pada poros (kgcm).
I = momen inersia polar luas penampang poros terhadap sumbu polar (cm 4).
4
= d , untuk poros bulat pejal.
32
= (do4 di4 ) , untuk poros berlubang.
32
G = modulus rigiditas (modulus geser) dari bahan poros kg/cm 2.
L = panjang poros (cm)
2) Rigiditas lateral
Ini sangat penting dalam perencanaan poros transmisi dan poros yang bekerja
pada kecepatan tinggi, dimana lendutan lateral akan menyebabkan huge-out dari
kesetimbangan gaya-gaya. Rigiditas lateral juga penting untuk :
menjaga clearance pantaloon yang dikehendaki.
membetulkan kelurusan gigi-gigi dari roda gigi.
Jika poros mempunyai penampang yang uniform, maka lendutan lateral poros
bisa diperoleh dengan menggunakan persamaan lendutan seperti dalam ilmu
kekuatan bahan. Tetapi pada poros yang mempunyai penampang bervariasi,
maka lendutan lateralnya dapat diperoleh dari persamaan dasar untuk kurva
elastis dari suatu batang, misalnya:
d2y M
=
dx 2 E I
Contoh soal 18
Sebuah poros spindel terbuat dari baja digunakan untuk memindahkan daya
sebesar 5 hp pada kecepatan putar 800 rpm. Sudut puntir yang terjadi tidak
boleh lebih dari 0,25° tiap meter dari panjang spindel. Jika modulus rigiditas
bahan spindel 0,84 . 106 kg/cm2, tentukan diameter dari spindel dan juga
tegangan geser yang terjadi pada spindel tersebut !
Penyelesaian:
32 447,6 100
d= 4 4 124,5 3,34 cm 3,5 cm.
0,84 10 0,00436
6
Contoh soal 19
Bandingkan berat, kekuatan dan stiffness dari poros berlubang yang mempunyai
diameter luar sama dengan diameter poros yang pejal. Diameter dalam dari
poros berlubang adalah setengah diameter luarnya.
Kedua poros tersebut mempunyai panjang dan bahan yang sama.
Penyelesaian:
Karena kedua poros terbuat dari bahan yang sama dan d o = d, maka:
d3 (1 k 4 )
TH 16 s o d3 (1 k 4 )
= o 3 1 k 4 1 - 0,5 4 0,9375
TS do
s d3
16
Perbandingan stiffness:
Stiffness suatu poros:
T C I
S=
L
Stiffness poros berlubang:
C
SH = (do4 di4 )
L 32
Stiffness poros pejal:
C 4
SS = d
L 32
Karena kedua poros terbuat dari bahan yang sama dan d o = d, maka :
C
(d4 di4 )
SH L 32 o (d 4 d 4 )
= = o 4 i
SS C 4 d
d
L 32
Jadi :
SH
= 1 k 4 1 0,5 4 0,9375.
SS
Tahukah anda :
1. Apakah perbedaan poros dengan axle ?
2. Bagaimanakah cara membuat poros ?
3. Terangkan macam-macam jenis poros dan ukuran standard dari poros
transmisi !
4. Apakah tipe tegangan yang terjadi pada poros ?
5. Bagaimanakah cara perencanaan poros jika poros menerima beban torsi ?
6. Apakah yang dimaksud dengan momen ekivalen untuk beban torsi dan beban
bengkok. Jelaskan bagaimana jika keduanya digunakan dalam perencanaan
suatu poros !
7. Jika poros menerima beban yang berfluktuasi, bagaimanakah momen bengkok
ekivalen dan momen torsi ekivalennya ?
8. Jelaskan tentang rigiditas tosional dan rigiditas lateral !
Latihan :
1. Sebuah poros pejal berputar pada 400 rpm digunakan untuk memindahkan
daya sebesar 15 hp.
Jika tegangan geser yang diizinkan dari bahan poros 400 kg/cm 2, hitung
diameter poros yang diperlukan !
(Jawab : 35 mm).
2. Sebuah poros berlubang dari rotary compressor digunakan untuk
memindahkan momen torsi maksimum sebesar 475 kgcm. Tegangan geser
dari bahan poros terbatas hingga 500 kg/cm².
Tentukan diameter dalam dan diameter luar poros, jika perbandingan
diameter dalam dan diameter luar 0,4 !
(Jawab : 32 mm ; 80 mm).
3. (Dengan menggunakan S.I.) Sebuah poros berlubang terbuat dari baja
digunakan untuk memindahkan daya sebesar 600 kW pada putaran 500 rpm.
Tegangan geser maksimum dari bahan poros 62,4 N/mm 2.
Tentukan dimensi dari poros, jika diameter luarnya dua kali diameter
dalamnya dan momen torsi maksimum 20 % lebih besar dari momen torsi
rata-ratanya ! (Jawab : 180 mm ; 90 mm).
4. Sebuah poros dari motor sebuah mobil berbentuk silinder terbuat dari baja
dengan diameter dalam 30 cm dan tebal 4 mm. Mesin mobil menghasilkan
daya 15 hp dengan putaran 2000 rpm.
Berapakah tegangan geser yang terjadi, jika poros kemudian diberi beban
yang berfluktuasi pada pusat poros sebesar 25 N dengan tipe pembebanan
gradually !
Silinder tersebut mempunyai perbandingan maksimum 4 : 1, bila daya
dipindahkan melalui roda gigi.
(Jawab : 310 kg/cm2).
5. Sebuah poros lurus sedang berputar pada 200 rpm digunakan untuk
memindahkan daya sebesar 25 pk. Tegangan geser yang diizinkan dari
bahan poros 420 kg/cm 2. Jika poros juga menerima beban terpusat sebesar
90 kg yang ditumpu pada kedua bantalannya yang berjarak 3 m.
Tentukan diameter poros tersebut, jika tegangan tarik/tekan maksimum tidak
boleh melebihi 560 kg/cm 2 !
(Jawab : 50 mm).
6. Crank shaft sebuah mesin mempunyai panjang lengan piston 15 cm dan
tekanan udara yang menghasilkan momen torsi maksimum dari crank pin 4,2
kg/cm2.
Tentukan diameter poros, jika tegangan geser maksimum yang terjadi tidak
boleh melebihi 525 kg/cm2 !
(Jawab : 55 mm).
7. (Dengan menggunakan S.I.) Sebuah pompa sentrifugal digunakan untuk
sirkulasi suatu kondensor turbin uap dihubungkan pada sebuah motor dengan
kopling fleksibel. Pompa tersebut menghasilkan 30 000 liter/menit pada
putaran 900 rpm dengan head dynamic 8 meter. Efisiensi pompa 80 %.
Tegangan geser yang diizinkan dari bahan poros 56 N/mm 2.
Tentukan diameter poros yang diperlukan !
(Jawab : 35 mm).
8. Sebuah poros lurus digunakan untuk memindahkan daya sebesar 40 hp pada
putaran 160 rpm. Poros tersebut digerakkan oleh sebuah motor yang
diletakkan langsung di bawahnya dengan menggunakan sabuk/belt untuk
Jika tegangan geser yang terjadi tidak boleh lebih dari 530 kg/cm 2 dan faktor
kombinasi fatigue dan shock untuk momen torsi dan momen bengkok sama
dengan 1,5.
Hitunglah besar diameter poros tersebut !
(Jawab : 66 mm).
12. Sebuah poros dari mesin ditumpu oleh dua buah bantalan yang terpasang
pada jarak 75 cm dan digunakan untuk memindahkan daya sebesar 250 hp
pada putaran 600 rpm.
Sebuah roda gigi yang mempunyai diameter 20 cm dengan profil gigi 20°
terletak 25 cm di sebelah kanan dari bantalan kiri dan sebuah pulley yang
mempunyai diameter 45 cm dipasangkan pada jarak 20 cm di sebelah kanan
dari bantalan kanan.
Roda gigi tersebut digerakkan oleh sebuah pinion dengan gaya tangensial,
sedangkan pulley menggerakkan sabuk/belt dengan arah horizontal dan
mempunyai sudut kontak 180°.
Berat pulley 100 kg dan perbandingan tegangan sabuk/belt (sisi kencang dan
sisi kendor) adalah 3.
Tentukan besar diameter poros yang diperlukan, jika tegangan geser yang
diizinkan dari bahan poros 630 kg/cm 2 !
(Jawab : 80 cm).
13. Dari soal nomor 12 sabuk/belt pemutar mempunyai sudut 60° dari garis
sumbu horizontal, sedang faktor kombinasi fatigue dan shock untuk momen
bengkok adalah 1,5 dan untuk momen torsi 1,0.
Tentukan besar diameter poros yang diperlukan !
14. (Dengan menggunakan S.I.) Sebuah poros digunakan untuk memindahkan
daya sebesar 1 MW pada kecepatan putar 240 rpm. Sudut puntir yang terjadi
pada poros tidak boleh lebih dari 1° untuk suatu panjang yang sama dengan
15 kali diameternya.
Jika modulus rigiditas dari bahan poros 80 kN/mm 2, tentukan diameter poros
yang diperlukan dan juga tegangan geser yang terjadi pada poros tersebut !
(Jawab : 165 mm ; 46 N/mm 2).
15. Diameter dalam sebuah poros berlubang 2/3 dari diameter luarnya. Jika
dibuat dalam bentuk pejal dengan bahan dan berat yang sama, bandingkan
kekuatan dan stiffness kedua poros tersebut dengan asumsi d o = d !
(Jawab : 1,93 ; 2,6).
2.2 Pasak
Pasak adalah sepotong baja lunak (mild steel) yang dipasangkan/diselipkan di
antara poros dan hub atau boss dan pulley untuk menghubungkan keduanya
agar terjadi kebersamaan gerak/putaran. Pada umumnya pasak dipasangkan
sejajar dengan sumbu poros. Fungsi utama dari pada pasak adalah sebagai
pengunci sementara, sehingga beban yang bekerja berupa beban desak
(crushing) dan beban geser (shearing).
Untuk pemasangan pasak harus dibuat alur pada poros dan hub dari pulley.
W
Taper 1 : 100
t
d
d 2
Lebar pasak: W = ; Tebal pasak: t = W
4 3
Dimana :
d = diameter poros atau diameter lubang hub.
Pasak ini mempunyai kemiringan/taper 1 : 100.
d
45°
t
W 1,5 t Poros
d 2 d
Lebar pasak: W = ; Tebal pada ujung yang besar: t = W =
4 3 6
5. Feather key
Yaitu pasak yang diikat pada salah satu komponen yang digabung dan
memungkinkan adanya gerakan relatif pada arah aksial, sehingga disebut
sebagai feather pasak. Jenis ini khusus seperti pasak paralel yang dipakai
untuk memindahkan momen puntir dengan kebebasan gerakan aksial.
pengikat pengikat
Pada gambar 2.16a, pasak diikat dengan sekrup pada poros sehingga
tetap, sedang pulley dapat berputar bersama poros dan pasak, disamping
itu pulley juga dapat bergerak relatif secara aksial terhadap pasak dan
poros.
Pada gambar 2.16b, pasak mempunyai gib head pada kedua ujungnya,
sehingga pulley akan diam di atas pasak tersebut. Sedangkan pasak
bersama pulley dapat berputar bersama poros hanya saja pasak dan pulley
dapat bergerak relatif secara aksial bersama poros.
a. Bila diperlukan adanya kemiringan pada hub atau boss dari komponen
yang akan dipasang, maka kemiringan tersebut dapat dihasilkan dengan
mengatur posisi pasak.
b. Berguna sekali pada poros dengan bentuk miring disampingnya. Adanya
kedalaman ekstra pada poros dapat mencegah kemungkinan
perputaran dalam alur kerja.
Kerugian :
a. Adanya kedalaman pasak akan mengurangi kekuatan poros.
b. Jenis ini tidak dapat dipakai untuk jenis feather (pasak yang disatukan
dengan poros).
t
W
Pemasangan pasak sadel ini disisipkan pada poros lingkar dengan dipukulkan,
sehingga hanya sesuai untuk beban ringan saja.
Hollow saddle key dilengkapi dengan kemiringan pasak yang tetap pada alur
hub, sedang bentuk bawahnya sesuai bentuk kurva keliling porosnya.
3) Spline
Kadangkala pasak dibuat menjadi satu dengan poros yang mengikat erat alur
pasak yang dibaut pada hub. Poros macam ini disebut spline seperti ditunjukkan
pada Gambar 2.19. Poros ini biasanya mempunyai 4, 6, 10 atau 16 spline.
Dengan demikian spline relatif lebih kuat daripada poros yang mempunyai alur
pasak tunggal.
poros
Gaya-gaya yang bekerja pada pasak untuk torsi yang dipindahkan dari sebuah
poros ke sebuah hub dengan putaran ke kanan (searah jarum jam) ditunjukkan
pada Gambar 2.10. Dalam perencanaan pasak, beban yang disebabkan oleh
pengencangan pasak dapat diabaikan dan diasumsikan bahwa distribusi gaya
sepanjang pasak merata.
Selama pasak memindahkan daya, maka kemungkinan pasak akan rusak akibat
beban geser/shear atau desak/crushing. Dengan memperhitungkan beban geser
pada pasak, maka gaya tangensial yang bekerja pada keliling poros adalah :
F = s A
Dimana :
s = tegangan geser yang terjadi (N/mm 2).
Dimana :
c = tegangan desak yang terjadi (N/mm 2).
Dari persamaan (iv) dan (v) akan diperoleh hubungan sebagai berikut :
d
L s = s1 d3
2 16
Dengan W = d/4, maka :
s1 d2
8 d s1 1,571 d s1
L=
W s 2 s s
Bila bahan pasak sama seperti bahan dari porosnya, maka s = s1. Sehingga
dari persamaan (vi) dengan W = d/4 akan diperoleh hubungan sebagai berikut:
d2 d
L= 1,571 d
8W 2
Contoh soal 1
Rencanakan sebuah pasak segi empat/rectangular key untuk poros yang
berdiameter 50 mm. Tegangan geser dari pada pasak maksimum 420 kg/cm 2
sedang tegangan desaknya 700 kg/cm 2.
Penyelesaian :
d2 5 2
L= 6,15 cm.
8 W 8 1,6
Perhitungan pasak terhadap beban desak :
t d
T =L c
2 2
t d
s d = L c
3
16 2 2
Maka :
s d2 420 52
L= 11,8 cm.
4 t c 4 1 700
Kemudian dipilih harga terbesar dari kedua hasil perhitungan di atas, sehingga
panjang pasak adalah 11,8 atau 12 cm.
Contoh soal 2
Sebuah rotor dengan daya 20 hp dan putaran 960 rpm mempunyai poros terbuat
dari mild steel yang berdiameter 4 cm, sedangkan penambahan panjang 7,5 cm.
Tegangan geser yang diizinkan dari bahan pasak 560 kg/cm 2 sedang tegangan
desaknya 1120 kg/cm 2.
Rencanakan alur pasak pada poros motor tersebut dan periksa pula tegangan
geser pada pasak terhadap tegangan normal dari poros !
Penyelesaian:
BAB III
ULIR PENGGERAK
1) Ulir Acme
Ulir Acme adalah tipe ulir penggerak pertama yang dibuat dengan mesin
perkakas. Ulir ini dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
a. Ulir yang digunakan secara umum. Ulir ini diklasifikasikan menjadi 3 kelas fit,
yaitu 2G untuk penggunaan umum, 3G dan 4G yang digunakan menerima
reaksi balik yang kecil.
b. Ulir yang memusat. Ulir ini mempunyai unit toleransi, yaitu kelonggaran
antara diameter besar dengan ulir pada mur. Ulir yang memusat dibedakan
atas kelas-kelas seperti 2C, 3C, 4C, 5C, dan 6C tergantung pada diameter
minor dari ulir seperti pada Gambar 3.1.
=14 30º
h = 0,5 p
t = 0,5 p
F = 0,3707 p
p = pitch (in)
Gambar 3.1 Ulir Acme
2) Ulir Stub Acme
Ulir Stub Acme memiliki bentuk yang kasar dan dangkal. Ulir ini hanya
mempunyai satu kelas, yaitu 2G untuk penggunaan umum seperti ditunjukkan
pada Gambar 3.2. Ukuran dasar untuk ulir Acme dan ulir Stub Acme dapat dilihat
pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1: Ukuran Dasar Ulir Acme dan Ulir Stub Acme (dalam inch)
Acne Thread Stub Acne Thread
General purpose (all classes)
Thread Centralizing classes
Nominal Basic and Centralizing Classes 2C,
per inch Height of 5C and 6C Basic Height Helix Angle of
size 3C, and 4C
1/p of Thread Basic Pitch
Thread h Basic Major Helix Angle of Basic Major Helix Angle of
h (in) Diameter
(in) Diameter Basic Pitch Diameter Basic Pitch
D Diameter D Diameter
1
16 0,03126 0,2500 512’ - - 0,01875 554’
4
5
14 0,03571 0,3125 442’ - - 0,02143 428’
16
3
12 0,04167 0,3750 433’ - - 0,02500 420’
8
7
12 0,04167 0,4375 350 - - 0,02500 341
16
1
10 0,05000 0,5000 4 3’ 0,4823 413’ 0,03000 452’
2
5
8 0,06250 0,6250 4 3’ 0,6052 412’ 0,03750 452’
8
3
6 0,08333 0,7500 433’ 0,7284 442’ 0,05000 420’
4
7
6 0,08333 0,8750 350’ 0,8516 357 0,05000 341’
8
1 5 0,10000 0,1000 4 3’ 0,9750 410’ 0,06000 452’
1
1 5 0,10000 1,1250 333’ 1,0985 339’ 0,06000 325’
8
1
1 5 0,10000 1,2500 310’ 1,2220 315’ 0,06000 3 4’
4
3
1 4 0,12500 1,3750 339’ 1,3457 344’ 0,07500 330’
8
1
1 4 0,12500 1,5000 319’ 1,4694 323’ 0,07500 312’
2
3
1 4 0,12500 1,7500 248’ 1,7169 252’ 0,07500 243’
4
2 4 0,12500 2,0000 226’ 1,9646 229’ 0,07500 222’
1
2 3 0,16667 2,2500 255’ 2,2125 258’ 0,10000 250’
4
1
2 3 0,16667 2,5000 236’ 2,4605 239’ 0,10000 232’
2
3
2 3 0,16667 2,7500 221’ 2,7085 223’ 0,10000 218’
4
3 2 0,25000 3,0000 319’ 2,9567 322’ 0,15000 312’
1
3 2 0,25000 3,5000 248’ 3,4532 251’ 0,15000 243’
2
4 2 0,25000 4,0000 226’ 3,9500 228’ 0,15000 222’
1
4 2 0,25000 4,5000 2 8’ 4,4470 210’ 0,15000 2 6
2
5 2 0,25000 5,0000 155’ 4,9441 156’ 0,15000 153’
1
1 3 1,208 0,1812
2
1
2 2 1,612 0,2416
4
1
2 2,063 0,2718
4
3
3 1 2,500 0,3160
4
1
4 1 3,418 0,3624
2
Keterangan Gambar:
Nominal major diameter D
Height of sharf V-thread h = 0,89064p
Basic height of thread h = 0,6 p
Root radius r = 0,07141 p
Root truncations = 0,08261 p
Depth of engagement he = h – G/2
Crest truncations f = 0,14532 p
Crest width F = 0,16316 p
Major diameter of internal thread (nut) Dn = D + 0,12542 p
Minor diameter of external thread (screw) Kt = D - 1,32542 p - G
Height of thread of internal thread (nut) hn = 0,66271 p
Height of thread of external thread (screw) hs = 0,66271 p
Ulir gigi gergaji sering digunakan pada propeler pesawat terbang, mekanisme
senjata berat. Mengingat aplikasi yang sangat khusus tersebut, ulir gigi gergaji
tidak mempunyai standar ukuran pada Tabel 3.4.
Tabel 3.4: Asosiasi Pitch
Diameter (in) Assosiated pitches, (threads/in)
1 11
sampai 20, 16, 12
2 16
11
sampai 1 16, 12, 10
16
1
> 1 sampai 1 16, 12, 10, 8, 6
2
1 1
1 sampai 2 16, 12, 10, 8, 6, 5, 4
2 2
1
2 sampai 4 16, 12, 10, 8, 6, 5, 4
2
> 4 sampai 6 12, 10, 8, 6, 5, 4, 3
1
> 6 sampai 10 10, 8, 6, 5, 4, 3, 2 ,2
2
1 1 1
> 10 sampai 16 10, 8, 6, 5, 4, 3, 2 , 2, 1 , 1
2 2 4
1 1 1
> 16 sampai 24 8, 6, 5, 4, 3, 2 , 2, 1 , 1 , 1
2 2 4
ke atas dan bila sudut maju cukup kecil, maka ulir bola dapat mengunci sendiri.
Bentuk ulir bola dapat dilihat pada Gambar 3.6.
3.2 Definisi
Bila dilihat pada satu putaran dari sebuah ulir, dapat digambarkan sebagai satu
segi tiga siku-siku, yang alasnya merupakan keliling dari lingkaran dengan
diameter rata-rata ulir dan tingginya sama dengan jarak majunya (lead). Sudut
adalah sudut maju dari ulir (helix angle) seperti ditunjukkan pada Gambar 3.7.
Segitiga siku-siku merupakan hubungan keliling dengan jarak maju dari sebuah
ulir yang dibentangkan. adalah sudut antara garis menyilang tegak lurus sumbu
atau bidang tegak lurus sumbu normal dengan kemiringan berputarnya satu ulir.
l=np
dm
Dimana:
l = jarak maju
n = jenis ulir
p = jarak puncak
=sudut helikal (helix angle)
dm
Momen puntir yang bekerja pada ulir penggerak: MT P
2
Apabila gaya P dimasukkan pada persamaan momen puntir, diperoleh:
F dm l dm F dm dm l
MT Naik dan MT Turun
2 dm l 2 dm l
Momen puntir tersebut yang diperlukan untuk melawan sebagian gesekan dalam
menaikkan beban (MT Naik) dan menurunkan beban (MT Turun). Jika momen puntir
(MT Turun) negatif atau nol, maka beban akan turun dengan sendirinya dan
menyebabkan uir berputar tanpa usaha dari luar. Jika momen puntir (MT Turun)
positif, maka ulir penggerak mengunci sendiri (self locking). Kondisi pada saat
locking adalah: dm l
Jika kedua ruas dibagi dengan dm dan digunakan persamaan tan = l/(
2) Tegangan Bengkok
Untuk mendapatkan besarnya tegangan bengkok yang terjadi pada ulir,
diasumsikan bahwa ulir sebagai sebuah batang kantilever yang pendek, seperti
ditunjukkan pada Gambar 3.10. Tegangan bengkok yang terjadi adalah sebagi
berikut:
Mb 3Fh
Bengkok
Wb dm n b2
Dimana:
σBengkok = tegangan bengkok yang terjadi (psi);
Mb = momen bengkok yang terjadi (lb in);
Wb = momen tahanan bengkok (in3);
F = beban pada ulir (lb);
dm = diameter rata-rata ulir (in);
h = kedalaman ulir (in);
b = tebal ulir (in).
3) Tegangan Geser
Tegangan geser yang terjadi pada ulir penggerak, dapat dihitung dari besarnya
beban yang bekerja dibagi dengan luas penampang yang menahan, seperti yang
diasumsikan pada batang (beam).
Tegangan geser yang terjadi pada batang ulir:
3 F
Geser
2 dr n b
Dimana:
Geser = tegangan bengkok yang terjadi (psi);
F = beban pada ulir (lb);
dr = diameter kaki ulir (in);
do = diameter besar ulir (in).
Tegangan geser yang terjadi tersebut harus lebih kecil dibandingkan tegangan
geser yang diizinkan dari bahan yang digunakan.
Pada perhitungan luasan yang menahan, digunakan diameter kaki ulir atau
diameter batang yang tidak berulir.
5) Tegangan Kombinasi
Jika batang ulirnya pendek, maka beban pada kolom dapat diabaikan, sehingga
ulir penggerak hanya menerima beban tekan saja.
Jika ditinjau pada diameter kaki ulir, pada kondisi dua dimensi, maka pada
luasan tersebut akan terjadi tegangan kombinasi antara tegangan tekan dan
tegangan geser yang ditimbulkan oleh momen puntuir saat memutar ulir tersebut.
Berdasarkan teori kegagalan, yaitu teori tegangan geser maksimum atau teori
Tresca, besarnya tegangan geser yang terjadi:
2
maksimum 2
2
Tegangan geser yang terjadi akibat momen puntir:
d d
Mt Mt
g 2 2 16 Mt
I dr3
dr4
32
Elemen Mesin 172
Ulir Penggerak
maksimum
3
2 A dr
Tegangan geser yang terjadi tersebut harus lebih kecil dibandingkan tegangan
geser yang diizinkan dari bahan yang digunakan.
L
8 , terjadi tegangan tekuk
dr
F L
2
Kritis 1 2 yield
A k K E
Dimana:
σTekan = tegangan tekan yang terjadi (psi);
σyield = tegangan luluh (psi);
A = luas penampang yang menahan (in2);
L = panjang kolom di antara penyangga (in);
F = beban kolom (lb);
Elemen Mesin 173
Ulir Penggerak
Apabila beban yang bekerja pada batang ulir adalah beban eksentrik dengan
eksentrisitas (e) sebagai jarak beban terhadap sumbu batang ulir, maka beban
ini akan menimbulkan beban momen bengkok, sehingga tegangan yang terjadi
merupakan tegangan kombinasi yang besarnya:
F L c e
2
Kritis 1 2 yield 2
A k K E k
Dimana:
c = jarak sumbu batang ulir ke kulit terluar (in);
L/k = angka kerampingan;
Jika L/k < 100, maka analisis menggunakan persamaan Ritter;
Jika L/k > 100, maka analisis menggunakan persamaan Euler.
Adanya beban aksial menimbulkan gesekan pada kerah dudukan beban, maka
diperlukan perhitungan besarnya torsi untuk mengatasi gesekan pada kerah
Total torsi
Self locking
Diameter ulir
Diameter rata-rata
Efisiensi
t = p/2
D1 = diameter dalam
D2 = diameter luar
t1 = tebal kerah mur
Torsi yang diperlukan untuk mengatasi gesekan pada ulir bagian atas
Total torsi
Diameter handle
Diketahui:
Tegangan kombinasi
Tegangan tumbukan c
Tegangan geser
Bearing pressure Pb
Tegangan geser
Diketahui:
Dikembangkan lebih lanjut untuk perhitungan dimensi dari ulir, konstruksi dan
komponen lainya seperti pin pengunci dan dudukannya.