Anda di halaman 1dari 44

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 PT PLN (PERSERO) Rayon Kuta


1.1.1 Gambaran umum perusahaan
PT PLN (Persero) Rayon Kuta sebagai salah satu unit bisnis dari PT PLN
(Persero) yang berada di bawah Distribusi Bali. PT PLN (Persero) Rayon Kuta
memiliki struktur organisasi sebagai dasar dalam melakukan segala kegiatan usaha di
dalamnya.
Pada tanggal 17 Agustus 2010 PT PLN (Persero) Distribusi Bali
mendeklarasikan penggabungan Area Pelayanan dan Area Jaringan sesuai dengan
Undang - Undang No. 30 Tahun 2009 pengganti Undang - Undang No 20 Tahun
2002 tentang penggabungan retail dan wire. Maka perubahan AP dan AJ akan
menjadi Area dan UP/UJ menjadi Rayon. Di dalam operasional PT PLN (Persero)
Distribusi Bali didukung oleh 19 unit pelaksana sesuai dengan Surat Keputusan Direksi
No. 349.K1DIR/2010 tentang “Keputusan Direksi PT PLN (Persero) tentang
organisasi PT. PLN (Persero) Distribusi Bali”. Adapun struktur organisasi diatur
sebagai berikut:

1. Tiga (3) Unit Area yaitu : Area Bali Selatan, Area Bali Utara dan Area Bali
Timur.

2. Tiga belas (13) Unit Rayon yaitu : Rayon Denpasar, Rayon Mengwi, Rayon
Kuta, Rayon Tabanan, Rayon Gianyar, Rayon Klungkung, Rayon Bangli,
Rayon Karangasem, Rayon Tejakula, Rayon Seririt, Rayon Negara, Rayon
Singaraja dan Rayon Gilimanuk.

3. Satu (1) Unit Area Pelayanan Prima (APP).

4. Satu (1) Unit Area Pengatur Distribusi (APD).

Adapun fungsi dan tugas pokok PT PLN (Persero) Rayon Kuta adalah
mengelola operasi dan pemeliharaan jaringan distribusi tenaga listrik, mengelola

1
niaga dan pelayanan pelanggan sesuai dengan kewenangannya dalam rangka
meningkatkan pelayanan ketenagalistrikan secara efisien dan efektif dengan mutu dan
keandalan untuk mencapai target kinerja unit.
1.1.2 Gambaran khusus topik kerja praktek
PT. PLN (Persero) Rayon Kuta memiliki batas wilayah dengan luas Area
Pelayanan ±150,64 km2 yang terbagi menjadi tiga Kecamatan yaitu : Kecamatan Kuta
Utara (31,99 km2), Kecamatan Kuta Tengah (17,52 km2) dan Kecamatan Kuta Selatan
(101,13 km2). Luasnya wilayah kerja ini memungkinkan banyaknya gangguan yang
terjadi sehingga dapat mengganggu kontinyuitas penyaluran tenaga listrik, dalam hal
ini sistem distribusi yang paling dekat dengan pelanggan, sehingga keandalan dalam
sistem akan langsung berdampak kepada pelanggan.
Dalam pendistribusian tenaga listrik ke pelanggan, terjadinya gangguan 
merupakan suatu masalah yang tidak dapat dihindari. Salah satu sumber gangguan
yang terjadi adalah kurang baiknya sistem pembumian (grounding) pada trafo
distribusi 20kV. Sistem pembumian (grounding) yang tidak baik atau tidak mengikuti
standar pembumian yang benar, tidak hanya akan menimbulkan gangguan pada
distribusi energi listrik saja, melainkan juga akan mengancam keselamatan manusia,
baik pekerja PLN maupun masyarakat sekitar. Keandalan penyaluran energi listrik
salah satu faktornya ditentukan oleh keandalan trafo distribusi, maka pemeliharaan
trafo distribusi harus benar – benar diperhatikan dari segala kemungkinan yang dapat
mengganggu sistem kerja trafo distribusi.
Laporan kerja praktek ini dibuat untuk mengetahui pengukuran pembumian
(grounding) terhadap trafo distribusi pada jaringan tegangan menengah di PT. PLN
(Persero) Rayon Kuta.

2
MANAGER
RAYON
STAF AHLI
STAF AHLI KINERJA
Struktur Organisasi PT.PLN (Persero) Rayon Kuta

Gambar 1.1 Struktur Organisasi PT PLN (Persero) Rayon Kuta


Sumber : PT PLN (Persero) Rayon Kuta
SPV. TEKNIK SPV. PELAYANAN, SPV. TRANSAKSI
PEMELIHARAAN ENERGI
DAN ADMINSTRAS
OPERASI PELAYANAN PEMUTUSAN DAN
PELANGAN PENYAMBUNGAN

3
PEMELIHARAHAN ADMINISTRASI PEMELIHARAAN
APP
1.1.3 Struktur organisasi

CATAT METER
PJU
Struktur Organisasi pada PT. PLN (Persero) Rayon Kuta, pembagian tugas dan
wewenang masing – masing bagian dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Manager Rayon
a) Meneruskan sasaran pengusahaan jangka pendek dan jangka panjang
sesuai kebijakan Kantor Induk.
b) Mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan pendistribusian TL.
c) Mengkoordinasikan dan pengendalian kegiatan pembangunan dan
pemeliharaan sarana pendistribusian tenaga listrik.
d) Mengkoordinasikan dan pengendalian kegiatan investasi dan operasi lain
penunjang tugas pokok.
e) Memberdayakan SDM untuk mengoptimalkan produktivitas pemanfaatan
Aset dan Sumber Daya lain secara optimal.
f) Memberikan diklat kepada pegawai sesuai bidang tugasnya untuk
meningkatkan kompetensi dan merubah Mind-set pegawai
g) Mengevaluasi hasil kerja secara periodik sebagai bahan untuk
penyempurnaan rencana selanjutnya
2. Bidang Teknik
a) Melaksanakan koordinasi dengan Asman terkait di AP/AJ.
b) Merencanakan dan Pelaksanaan pengoperasian sarana pendistribusian
tenaga listrik.
c) Membuat rencana kebutuhan material pengoperasian sistem perindustrian
tenaga listrik.
d) Melakukan pembinaan terhadap instalator jaringan distribusi tenaga
listrik.
e) Melaksanakan pemeriksaan gardu serta jaringan distribusi tenaga listrik.
f) Melaksanakan penertiban pemakaian tenaga listrik (P2TL).
g) Melaksanakan kegiatan pengaturan operasi sistem pendistribusian tenaga
listrik.

4
h) Melaksanakan pelayanan atau penanggulan gangguan jaringan distribusi,
sambungan rumah serta alat pengukur dan pembatas (APP).
i) Melaksanakan kegiatan pemeriksaan APP pelanggan.
j) Melaksanakan pembuatan berita acara peerikasaan dan penyimpanan
dokumen serta barang bukti penyalahgunaan jaringan tenaga listrik pada
pelanggan dan pembongkaran SR atau APP akibat pelanggaran yang
tidak terselesaikan.
3. Bagian PPA (Pelayanan Pelanggan Administrasi)
a) Melaksanakan koordinasi dengan Asman terkait di AP atau AJ.
b) Mengklasifikasi data permohonan penyambung yang diterima guna
penetapan jabwal pelaksanaan pekerja.
c) Penjadwalan kegiatan pengendalian dan pengawasan pekerjaan
pembangunan jaringan distribusi tenaga listrik dan bagunan sipil terkait.
d) Menyiapkan bon permintaan barang untuk kegiatan penyambungan PB
atau PD.
e) Melaksanakan pengawasan pembangunan jaringan distribusi untuk
pemangsangan baru ataupun perubahan daya.
f) Melaksanakan pemeriksaan, pengujian jaringan distribusi, dan instalasi
milik pelanggan sebelum dioperasikan.
g) Melaksanakan pengawasan pemasangan APP untuk PB atau PD dan
penyegelan.
h) Melaksanakan pemutusan dan penyambungan sementara serta
pembongkaran rampung.
i) Membuat laporan sesuai dengan bidang tugasnya.
4. Bidang Transaksi Energi
a) Mengklasifikasi dan permohonan penyambungan yang diterima guna
penetapan jabwal pekerjaan.
b) Mengawasi penarikan SR dan APP.
c) Mengikuti pelaksanaan pemasangan APP dan penyegelan.

5
d) Memeriksa bon permintaan barang yang berhubungan dengan
penyambungan PB/PD.
e) Menyiapkan kontrak-kontrak berkaitan dengan kegiatan penyambungan
PB/PD.
f) Membuat laporan sesuai dengan bidang tugasnya.

1.2 Tujuan
Tujuan dari pelaksanaan Kerja Praktek ini diantaranya untuk menambah
wawasan dan pengalaman bagi mahasiswa, sebagai perbandingan antara ilmu yang
didapatkan di bangku perkuliahan dengan ilmu yang didapat pada industri selama
masa Kerja Praktek (KP), dan secara khusus mengetahui pengukuran pembumian
(grounding) pada sistem distribusi 20 KV di Rayon Kuta.

1.3 Ruang Lingkup


Mengingat luasnya ruang lingkup permasalahan, untuk menghindari perluasan
masalah maka penulisan laporan ini dibatasi hanya sampai penjelasan tentang
pengukuran pembumian (grounding) pada sistem distribusi di Rayon Kuta.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Jaringan Distribusi


Bagian dari sistem tenaga listrik yang paling dekat dengan pelanggan adalah
sistem distribusi. Sistem distribusi adalah bagian sistem tenaga listrik yang paling
banyak mengalami gangguan, sehingga masalah utama dalam Operasi Sistem
Distribusi adalah mengatasi gangguan.
Tenaga listrik dibangkitkan dalam pusat – pusat listrik seperti PLTA, PLTU,
PLTG, PLTP dan PLTD kemudian disalurkan melalui saluran transmisi setelah
terlebih dahulu dinaikkan tegangannya oleh transformator penaik tegangan (step up
transformer) yang ada pada pusat listrik. Setelah tenaga listrik disalurkan melalui
saluran transmisi (GI) maka sampailah tenaga listrik ke Gardu Induk untuk
diturunkan tegangannya melalui transformator penurun tegangan (step down
transformer) menjadi tegangan menengah atau juga yang disebut sebagai tegangan
distribusi primer. Tegangan distribusi primer yang dipakai PLN adalah 20 KV, 12
KV dan 6 KV. Kecenderungan saat ini menunjukkan bahwa tegangan distribusi
primer PLN yang berkembang adalah 20 KV.
Jaringan setelah keluar dari GI bisa disebut jaringan distribusi, sedangkan
jaringan antara Pusat Listrik dengan GI bisa disebut jaringan transmisi. Setelah
tenaga listrik disalurkan melalui jaringan distribusi primer maka kemudian tenaga
listrik diturunkan tegangannya dalam gardu – gardu distribusi menjadi tegangan
rendah dengan tegangan 380/220 Volt 220/110 Volt, kemudian disalurkan melalui
Jaringan Tegangan Rendah (JTR) untuk selanjutnya disalurkan ke rumah – rumah
pelanggan (konsumen) PLN.
Pelanggan – pelanggan yang mempunyai daya tersambung besar tidak dapat
disambung melalui jaringan tegangan rendah melainkan disambung langsung pada
jaringan tegangan menengah bahkan ada pula yang disambung pada jaringan

7
tegangan tinggi, tergantung besarnya daya tersambung. Secara umum untuk sistem
distribusinya dibagi menjadi dua jaringan.
2.1.1 Jaringan Tegangan Menengah
Sistem distribusi tegangan menengah ( TM ) adalah sistem distribusi dengan
tegangan kerja yang dikenakan adalah sebesar 20 KV atau masih ada yang
menggunakan tegangan 6 KV. Jaringan Tegangan Menengah ini secara umum dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) dan
Saluran Kabel Tegangan Menengah (SKTM).
1. Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM)
SUTM merupakan jaringan distribusi yang tergelar atau yang ditempatkan
diatas tiang (diudara). Ada dua jenis penghantar yang digunakan, yaitu penghantar
tidak berisolasi (kawat) dan penghantar yang berisolasi (kabel). Penghantar yang
tidak berisolasi memiliki kekurangan yaitu sering terjadinya gangguan-gangguan
listrik yang dialaminya seperti terkena sambaran petir, terkena pohon dan binatang
yang menyebabkan gangguan phasa-netral ataupun phasa-phasa. Kelebihannya
adalah harganya yang relatif murah.
2. Saluran Kabel Tegangan Menengah
SKTM merupakan jaringan distribusi yang dipasang atau ditempatkan ditanam
di bawah tanah. Kekurangan penggunaan kabel ini adalah jika terjadi gangguan akan
sulit untuk menemukan lokasi gangguannya dan keuntungannya adalah gangguan
yang terjadi akan lebih kecil dan estetikanya lebih indah.
Masalah utama dalam operasi sistem distribusi adalah bagaimana mengatasi
gangguan dengan cepat karena gangguan yang terbanyak dalam sistem tenaga listrik
terdapat dalam sistem distribusi, jaringan distribusi tegangan menengah atau juga
disebut jaringan distribusi primer. Gangguan pada SUTM jumlahnya lebih banyak
dan kebanyakan bersifat temporer sedangkan pada SKTM jumlah ganguannya relatif
lebih sedikit tetapi kebanyakan bersifat sementara.
2.1.2 Jaringan Tegangan Rendah
Sistem distribusi tegangan rendah adalah sistem distribusi yang besar tegangan
yang dikenakan pada saluran adalah

8
- Tegangan rendah 380 V untuk sistem 3 phasa
- Tegangan rendah 127 V untuk sistem 3 phasa
- Tegangan 220 V atau 110 V untuk tegangan antara fasa dengan netralnya.
Pada sistem distribusi primer, ada yang disebut penyulang atau feeder, yaitu suatu
saluran yang digunakan untuk mensuplai dan mengalirkan daya listrik pada masing-
masing bebannya. Biasanya penyulang ini diberi nama sesuai dengan daerah atau
wilayah bebannya agara lebih mudah dalam identifikasi dan mengenali area bila ada
pemeliharaan ataupun gangguan.
Selain TM dan TR, komponen yang penting pula dalam masalah
pendistribusian energi listrik adalah pengaman dengan adanya pengaman kinerja
jaringan akan lebih terjaga dan berjalan dengan baik, sehingga dapat meminimalisir
gangguan-gangguan yang akan terjadi.

2.2 Trafo Distribusi


Transformator adalah peralatan pada tenaga listrik yang berfungsi untuk
memindahkan/menyalurkan tenaga listrik arus bolak-balik tegangan rendah ke
tegangan menengah atau sebaliknya, pada frekuensi yang sama, sedangkan prinsip
kerjanya melalui kopling magnit atau induksi magnit, dan menghasilkan nilai
tegangan dan arus yang berbeda.
2.2.1. Bagian-bagian Dari Transformator
1. Inti Besi
Inti besi tersebut berfungsi untuk mempermudah jalannya fluksi magnetik
yang timbul karena arus listrik dalam belitan atau kumparan trafo, terbuat dari bahan
lempengan-lempengan baja tipis, hal ini dimaksudkan untuk mengurangi panas yang
diakibatkan oleh arus eddy (eddy current).
2. Kumparan Primer dan Kumparan Sekunder
Kawat email yang berisolasi terbentuk kumparan serta terisolasi baik antar
kumparan maupun antara kumparan dan inti besi. Terdapat dua kumparan pada inti
tersebut yaitu kumparan primer dan kumparan sekunder, bila salah satu kumparan
tersebut diberikan tegangan maka pada kumparan akan membangkitkan fluksi pada

9
inti serta menginduksi kumparan lainnya sehingga pada kumparan sisi lain akan
timbul tegangan.
3. Minyak Trafo
Belitan primer dan sekunder pada inti besi pada trafo terendam minyak trafo,
hal ini dimaksudkan agar panas yang terjadi pada kedua kumparan dan inti trafo dapat
diredam oleh minyak trafo dan selain itu minyak tersebut juga sebagai isolasi pada
kumparan dan inti besi.
4. Isolator Bushing
Pada ujung kedua kumparan trafo baik primer ataupun sekunder keluar
menjadi terminal melalui isolator yang juga sebagai penyekat antar kumparan dengan
badan trafo.
5. Tangki dan Konservator
Tangki berfungsi untuk menampung minyak cadangan, sedangkan untuk
pemuaian minyak tangki dilengkapi dengan konservator yang berfungsi untuk
menampung pemuaian minyak akibat perubahan temperatur.
6. Katub Pembuangan dan Pengisian
Katup pembuangan pada trafo berfungsi untuk menguras pada saat
penggantian minyak trafo, hal ini terdapat pada trafo diatas 100 kVA, sedangkan
katup pengisian berfungsi untuk menambahkan atau mengambil sampel minyak pada
trafo.
7. Oil Level
Fungsi dari oil level tersebut adalah untuk mengetahui minyak pada tangki
trafo, oil level ini pun hanya terdapat pada trafo diatas 100 kVA.
8. Indikator Suhu Trafo
Untuk mengetahui serta memantau keberadaan temperatur pada minyak trafo
saat beroperasi, untuk trafo yang berkapasitas besar indikator limit tersebut
dihubungkan dengan rele temperature.
9. Pernapasan Trafo
Karena naik turunnya beban trafo maupun suhu udara luar, maka suhu
minyaknya akan berubah-ubah mengikuti keadaan tersebut. Bila suhu minyak tinggi,

10
minyak akan memuai dan mendesak udara diatas permukaan minyak keluar dari
tangki, sebaliknya bila suhu turun, minyak akan menyusut maka udara luar akan
masuk kedalam tangki. Kedua proses tersebut diatas disebut pernapasan trafo,
akibatnya permukaan minyak akan bersinggungan dengan udara luar, udara luar
tersebut lembab. Oleh sebab itu pada ujung pernapasan diberikan alat dengan bahan
yang mampu menyerap kelembaban udara luar yang disebut kristal zat Hygrokopis
(Clilicagel).
10. Pendingin Trafo
Perubahan temperatur akibat perubahan beban maka seluruh komponen trafo
akan menjadi panas, guna mengurangi panas pada trafo dilakukan pendingin pada
trafo, guna mengurangi pada trafo dilakukan pendinginan pada trafo. Sedangkan cara
pendinginan trafo terdapat dua macam yaitu : alamiah/natural (Onan) dan
paksa/tekanan (Onaf). Pada pendinginan alamiah (natural) melalui sirip-sirip radiator
yang bersirkulasi dengan udara luar dan untuk trafo yang besar minyak pada trafo
disirkulasikan dengan pompa. Sedangkan pada pendinginan paksa pada sirip-sirip
trafo terdapat fan yang bekerjanya sesuai setting temperaturnya.
11. Tap Canger Trafo (Perubahan Tap)
Tap changer adalah alat perubah pembanding transformasi untuk
mendapatkan tegangan operasi sekunder yang sesuai dengan tegangan sekunder yang
diinginkan dari tegangan primer yang berubah-ubah. Tap changer hanya dapat
dioperasikan pada keadaan trafo tidak bertegangan atau disebut dengan “Off Load
Tap Changer” serta dilakukan secara manual.
2.2.2. Gardu Trafo Tiang
Secara umum komponen utama gardu trafo tiang adalah sebagai berikut :
1. Transformer : berfungsi sebagai trafo daya merubah tegangan menengah (20
kV) menjadi tegangan rendah (380/220) Volt.
2. Fuse Cut Out (FCO) : sebagai pengaman penyulang, bila terjadi gangguan di
gardu (trafo) dan melokalisir gangguan di trafo agar peralatan tersebut tidak
rusak. FCO dipasang disisi tegangan 20 kV.

11
3. Arrester : sebagai tegangan trafo terhadap tegangan lebih yang disebabkan oleh
sambaran petir dan switcing.
4. NH Fuse : sebagai pengaman trafo terhadap arus lebih yang
terpasang disisi tegangan rendah 220 V disebabkan karena hubung singkat
dijaringan tegangan rendah maupun karena beban lebih.
5. Grounding Arrester : untuk menyalurkan arus ketanah disebabkan oleh
tegangan lebih karena sambaran petir dan switcing.
6. Grounding Trafo  : untuk menghindari terjadi tegangan lebih pada phasa yang
sehat bila terjadi gangguan satu phasa ketanah maupun yang disebutkan beban
tidak seimbang.
2.2.3 Teori Pemeliharaan Trafo Distribusi
Pemeliharaan jaringan distribusi pada hakekatnya merupakan suatu pekerjaan
yang dimaksudkan untuk mendapatkan jaminan bahwa suatu sistem / peralatan akan
berfungsi secara optimal, umur teknisnya meningkat dan aman baik bagi personil
maupun bagi masyarakan umum. Keberhasilan pemeliharaan sangat tergantung dari
perencanaan, pelaksanaan dan ketersediaan dana dan material.
Kinerja peralatan jaringan distribusi yang telah beroperasi dalam kurun waktu
tertentu pada umumnya akan menurun. Penurunan kinerja ini dapat disebabkan oleh
faktor eksternal seperti cuaca, polusi , pengaruh lingkungan, dan lain-lain. Sedangkan
faktor internal antara lain adalah faktor penuaan serta penurunan kualitas komponen
akibat beban lebih atau arus hubung singkat .
Berdasarkan sifat pekerjaan, jenis pemeliharaan peralatan dan jaringan
distribusi dikelompokkan menjadi dua,yaitu :

1. Pemeliharaan rutin ( Prefentive Maintenance)


Pemeliharaan rutin adalah pemeliharaan untuk mencegah terjadinya kerusakan
peralatan tiba-tiba dan mempertahankan unjuk kerja jaringan agar selalu beroperasi
dengan keadaan dan efisiensi yang tinggi. Kegiatan pokok pemeliharaan rutin ini
ditentukan berdasarkan periode/waktu pemeliharaan: triwulan, semesteran atau
tahunan. Berdasarkan tingkat kegiatannya pemeliharaan preventif dapat dibedakan
atas :

12
 Pemeriksaaan rutin
Pemeriksaan rutin adalah pekerjaan pemeriksaan peralatan jaringan secara
visual (inspeksi) untuk kemudian diikuti dengan pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan
pemeliharaan sesuai dengan saran-saran (rekomendasi) dari hasil inspeksi. Contohnya
pemeriksaan kondisi trafo.
 Pemeriksaan sistematis
Pemeriksaan sistematis adalah pekerjaan pemeliharaan yang dimaksudkan
untuk menemukan kerusakan atau gejala kerusakan yang tidak ditemukan/diketahui
pada saat pelaksanaan inspeksi yang kemudian disusun saran-saran untuk perbaikan.
2. Pemeliharaan korektif  ( Corrective Maintenance).
Pemeliharaan korektif  merupakan pekerjaaan pemeliharaan yang
dimaksudkan untuk memperbaiki kerusakan yang terjadi pada jaringan maupun
peralatannya. Untuk pemeliharaan secara korektif, sebisa mungkin dihindarkan.

2.3 Sistem Pembumian Pada Trafo Distribusi 20 KV.


Pada sistem tenaga yang semakin besar dengan panjang saluran dan besarnya
tegangan, akan menimbulkan arus gangguan yang semakin besar. Dengan demikian
apabila terjadi gangguan tanah akan semakin besar dan busur listrik tidak dapat
padam dengan sendirinya ditambah gejala-gejala busur tanah semakin menonjol.
Gejala busur tanah adalah suatu proses terjadinya pemutusan (clearing) dan pukulan
balik (restriking) dari busur listrik secara berulang-ulang. Hal ini sangat berbahaya
karena dapat menimbulkan tegangan transient yang lebih tinggi dan dapat merusak
peralatan juga akan membahayakan pekerja atau masyarakat di sekitarnya karena
akan timbul tegangan sentuh. Oleh karena itu, pada sistem tenaga besar (pada sistem
Y) titik netral sistem dibumikan (grounding) melalui tahanan atau resitance.
Secara umum fungsi dari sistem pembumian dan grounding pengaman adalah
sebagai berikut :
a. Mencegah terjadinya perbedaan potensial antara bagian tertentu dari instalasi
secara aman.

13
b. Mengalirkan arus gangguan ke tanah sehingga aman bagi manusia dan
peralatan.
c. Mencegah timbul bahaya sentuh tidak langsung yang menyebabkan
tegangan kejut.
d. Melindungi peralatan / saluran dari bahaya kerusakan yang diakibatkan oleh
adanya ganguan fasa ke tanah
e. Melindungi peralatan / saluran dari bahaya kerusakan isolasi yang
diakibatkan oleh tegangan lebih
f. Untuk keperluan proteksi jaringan
g. Melindungi makhluk hidup terhadap tegangan langkah (step voltage)
h. Melindungi mahluk hidup dari tegangan sentuh
i. Melindungi peralatan dari tegangan lebih
2.3.1 Metode Pembumian Sistem Distribusi 20 kV
Pada sistem Tegangan Menengah sampai dengan 20 kV harus selalu
dikebumikan karena untuk menjaga kemungkinan terjadinya kegagalan yang sangat
besar oleh tegangan transient yang lebih tinggi yang disebabkan oleh busur tanah.
Kriteria pembumian adalah sebagai berikut :
a. Tahanan Langsung / Solid
Pembumian ini bersifat langsung tanpa impedansi khusus untuk sistem 3 phase
4 kawat dengan menggabungkan antara kawat netral dengan grounding. Begitu pula
dengan trafo distribusi 20 kV yang terpasang pada jaringan, titik netral dari trafo
tersebut dihubungkan langsung secara elektris ke tanah dengan tahanan tanah harus
rendah (antara 0.5 – 5 Ohm). Sistem pentanahan ini mengandalkan nilai besarnya
tahanan pembumian (makin kecil tahanan pembumian makin baik) yang dipengaruhi
oleh bahan dari elektroda pentanahannya.
b. Tahanan Rendah
Pembumian dengan tahanan rendah yaitu antara 12 Ohm sampai 40 Ohm yang
dipakai pada saluran kabel udara tegangan menengah atau kabel tanah untuk sistem 3
phase dan 3 kawat dengan arus gangguan maksimum 1000 A.

14
c. Tahanan Tinggi
Pembumian dengan tahanan tinggi yaitu sebesar 500 Ohm dan arus gangguan
maksimal 25 A yang dipakai pada saluran tegangan menengah 20 KV untuk sistem 3
phase dan 3 kawat.
2.3.2 Pembumian Peralatan
Pembumian peralatan adalah pembumian bagian dari peralatan yang pada
kerja normal tidak dialiri arus. Bila terjadi hubung singkat suatu penghantar dengan
suatu peralatan akan terjadi beda potensial. Yang dimaksud peralatan disini adalah
bagian-bagian yang bersifat konduktif seperti body trafo. Tujuan pembumian
peralatan adalah sebagai berikut :
a. Untuk mencegah terjadinya tegangan kejut listrik yang berbahaya bagi manusia
dalam daerah tersebut.
b. Untuk memungkinkan timbulnya arus tertentu baik besarnya maupun lamanya
dalam keadaan gangguan tanah tanpa menimbulkan kebakaran atau ledakan
pada peralatan tersebut.
2.3.3 Tipe Pembumian
Pemelihan tipe pembumian tergantung dari segi praktis, menjaga kontinuitas
sistem, memperkecil gangguan yang lebih besar, dan kompromi keseimbangan antara
arus dan tegangan. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan tipe pembumian
harus diperhatikan dalam pemilhan tipe pembumian dari suatu sistem tenaga ialah :
 Selektivitas dan sensitivitas dari rele gangguan tanah.
 Pembatasan besar arus gangguan tanah.
 Tingkat pengamanan terhadap tegangan surja dengan arester.
 Pembatasan tegangan lebih transient.
Faktor diatas mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap ke ekonomisan sistem
perencanaan serta tata letak dari sistem dan kontinuitas pelayanan. Tipe pembumian
netral dari sistem-sistem tenaga adalah :
 Pembumian melalui tahanan (resistance grounding)
 Pembumian melalui reaktor (reactor grounding)

15
 Pembumian tanpa impedansi/langsung (solid grounding)
 Pembumian efektif (effective grounding)
1. Pembumian melalui tahanan (resistance grounding)
Sistem pembumian melalui tahanan pernah diterapkan pada sistem 230 kV.
Sistem ini mempunyai tegangan lebih transient yang disebabkan oleh pemutusan
relatif rendah. Maksud pembumian ini adalah untuk membatasi arus gangguan ke
tanah antara 10% sampai 25% dari arus gangguan 3 fasa. Batas yang paling bawah
adalah batas minimum untuk dapat bekerjanya rele gangguan tanah, sedangkan batas
atas adalah untuk membatasi banyaknya panas yang hilang pada waktu terjadi
gangguan. Sistem pembumian melalui tahanan ini sekarang jarang digunakan pada
jaringan transmisi tetapi dipakai pada sistem distribusi, sebagai gantinya adalah
penggunaan reactor. Untuk membatasi arus gangguan tanah, alat pembatas arus
dipasang antara titik netral dengan tanah. Salah satu dari pembatas arus ini ada dua
yaitu metalik dan cair (liquid). Besar dan hubungan fasa arus gangguan Iftg
tergantung pada harga reaktansi urutan nol dari sumber daya dan harga tahanan dan
pembumian. Arus gangguan dapat dipecah menjadi dua komponen yaitu yang safasa
dengan tengangan ke netral dari fasa terganggu yang lain ke tinggalan 900
Komponen yang ketinggalan dari arus gangguan Iftg dalam, fasanya akan
berlawanan arah dengan arus kapasitip Ictg pada lokasi gangguan. Dengan pemelihan
harga tahanan pembumian yang sesuai, komponen yang logging dari arua gangguan
dapat dibuat sama atau lebih besar dari arus kapasitif sehingga tidak ada oscilasi
transient karena dapat terjadi busur api.

Gambar 2.1 Fasa Tegangan Tanah pada Pembumian Netral dengan Tahanan

16
Jika harga tahanan pembumian tinggi sehingga komponen logging dari arus gangguan
kurang dari arus kasitif, maka kondisi sistem akan mendekati sistem netral yang tidak
ditanahkan dengan resiko terjadinya tegangan lebih. Pembumian titik netral melalui
tahanan (resistance grounding) mempunyai keuntungan dan kerugian yaitu :
Keuntungan :
 Besar arus gangguan tanah dapat diperkecil
 Bahaya gradient voltage lebih kecil karena arus gangguan tanah kecil.
 Mengurangi kerusakan peralatan listrik akibat arus gangguan yang melaluinya
Kerugian :
 Timbulnya rugi-rugi daya pada tahanan pentanahan selama terjadinya
gangguan fasa ke tanah.
 Karena arus gangguan ke tanah relatif kecil, kepekaan rele pengaman menjadi
berkurang dan lokasi gangguan tidak cepat diketahui.
2. Pembumian melalui reaktor (reactor grounding)
Reaktor pengetanahan ini digunakan bila trafo daya tidak cukup membatasi arus
gangguan tanah. Pembumian ini digunakan untuk memenuhi persyaratan dari sistem
yang diketanahkan dengan pengetanahan ini, besarnya arus gangguan ketanah di atas
25% dari arus gangguan 3 fasa. Keuntungannya dengan mengetanahkan trafo daya
adalah untuk menekan tegangan lebih transien, sehingga trafo daya dapat
menggunakan isolasi dan tipe arrester yang lebih kecil dan mengurangi penggunaan
metode pembumian dengan reaktor, terutama untuk sistem-sistem di atas 115 kV.
Suatu sistem dapat dikatakan dibumikan reatansi bila suatu impendansi yang lebih
induktif, disisipkan dalam titik netral trafo (generator) dengan tanah. Metode ini
mempunyai keuntungan dari pembumian tahanan :
a. Untuk arus gangguan tanah maksimum peralatan reaktor lebih kecil dari
resistor.
b. Energi yang disisipkan dalam reaktor lebih kecil.

17
Dengan ketiga tegangan fasa yang dipasang seimbang arus dari masing-masing
impedansi akan menjadi sama dan saling berbeda fasa 1200 satu sama lainnya. Secara
konsekuen tidak ada perbedaan pontensial antara titik netral dari suplai trafo tenaga.
3. Pembumian efektif (effective grounding)
Pembumian netral yang sederhana dimana hubungan langsung dibuat antara
netral dengan tanah.

Gambar 2.2 Gangguan fasa T ke tanah pada pembumian netral langsung

Jika tegangan seimbang, juga kapasitasi fasa ke tanah sama, maka arus-arus
kapasitansi fasa tanah akan menjadi sama dan saling berbeda fasa 1200 satu sama
lainnya. Titik netral dari impedansi adalah pada potensial tanah dan tidak ada arus
yang mengalir antara netral impedansi terhadap netral trafo tenaga.
4. Pembumian tanpa impedansi/langsung (solid grounding)
Pembumian tanpa Impedansi atau langsung. Pembumian ini ialah apabila titik
netral trafo kita hubungkan langsung ketanah, pada sistem ini bila terjadi gangguan
kawat ketanah akan mengakibatkan terganggunya kawat dan gangguan ini harus
diisolasi dengan memutus Pemutus daya ( PMT / CB ). Tujuannya untuk
mentanahkan titik netral secara langsung dan membatasi kenaikan tegangan dari fasa
yang tidak terganggu. Digunakan pada sistem dengan tegangan 20 kV. Sistem ini
mengandalkan nilai besarnya tahanan pembumian (makin kecil tahanan pentanahan
makin baik) yang dipengaruhi oleh bahan dari elektroda pembumianya.

18
Gambar 2.3 Pembumian netral langsung (solid)

5. Sistem Netral Tidak Dikebumikan

Gambar 2.4 Sistem netral tidak dikebumikan

Arus Ictg yang mengalir dari fasa yang tergangu ketanah, yang mana
mendahului tegangan fasa aslinya kenetral dengan sudut 900. Akan terjadi busur api
(arcing) pada titik ganguan karena induktansi dan kapasitansi dari sistem. Tengangan
fasa yang sehat akan naik menjadi tegangan line (fasa-fasa) atau 3 kali tegangan fasa,
bahkan sampai 3 kali tegangan fasa. Pada sistem ini bila terjadi gangguan phasa ke
tanah akan selalu mengakibatkan terganggunya saluran (line outage), yaitu gangguan
harus di isolir dengan membuka pemutus daya. Salah satu tujuan pembumian titik
netral secara langsung adalah untuk membatasi tegangan dari fasa-fasa yang tidak
terganggu bila terjadi gangguan fasa ke tanah.
Keuntungan :
 Tegangan lebih pada phasa-phasa yang tidak terganggu relatif kecil
 Kerja pemutus daya untuk melokalisir lokasi gangguan dapat
dipermudah, sehingga letak gangguan cepat diketahui
 Sederhana dan murah dari segi pemasangan
Kerugian :
 Setiap gangguan phasa ke tanah selalu mengakibatkan terputusnya daya
 Arus gangguan ke tanah besar, sehingga akan dapat membahayakan
makhluk hidup didekatnya dan kerusakan peralatan listrik yang
dilaluinya
6. Pembumian Petersen Coil.

19
Kumparan petersen biasanya digunakan dalam sistem pembumian 3 phasa
untuk membatasi arus busur selama terjadinya gangguan tanah. Kumparan ini
pertama dikembangkan oleh W.Petersen pada tahun 1916. Ketika terjadi sebuah
gangguan 1 phasa ke tanah pada sistem 3 phasa yang tidak ditanahkan, tegangan dari
phasa yang terganggu berkurang sampai tegangan tanah (0V). Gangguan ini
menyebabkan 2 phasa sehat tegangannya meningkat menjadi 3 kali tegangan semula.
Peningkatan tegangan ini menyebabkan suatu aliran arus Ic melalui kapasitansi phasa
ke tanah. Arus Ic yang meningkat 3 kali arus kapasitif normal dan mengalir pada
rangkaiannya. Ini menyebabkan pukulan pada lokasi gangguan yang dikenal dengan
busur tanah (arching ground). Hal ini juga menyebabkan tegangan berlebih pada
sistem.
Pada hakekatnya tujuan dari pembumian dengan kumparan Petersen adalah
untuk melindungi sistem dari gangguan hubung singkat fasa ke tanah yang sementara
sifatnya (temporary fault), yaitu dengan membuat arus gangguan yang sekecil-
kecilnya dan pemadaman busur api dapat terjadi dengan sendirinya. Kumparan
Petersen berfungsi untuk memberi arus induksi (IL) yang mengkonpensir arus
gangguan, sehingga arus gangguan itu kecil sekali dan tidak membahayakan peralatan
listrik yang dilaluinya. Arus gangguan ke tanah yang mengalir pada sistem
sedemikian kecilnya sehingga tidak langsung mengerjakan rele gangguan tanah untuk
membuka pemutusnya (PMT) dari bagian yang terganggu. Dengan demikian
kontinuitas penyaluran tenaga listrik tetap berlangsung untuk beberapa waktu
lamanya walaupun sistem dalam keadaan gangguan hubung singkat satu fasa ke
tanah, yang berarti pula dapat memperpanjang umur dari pemutus tenaga (PMT).
Sebaliknya sistem pembumian dengan kumparan Petersen ini mempunyai kelemahan,
yaitu sulit melokalisir gangguan satu fasa ke tanah yang bersifat permanen dan
biasanya memakan waktu yang lama. Gangguan hubung singkat yang permanen itu
dapat mengganggu bagian sistem yang lainnnya. Oleh karena itu hubung singkat
tersebut tetap harus dilokalisir dengan menggunakan rele hubung singkat ke tanah
(Ground fault relay).

20
Pembumian titik netral melalui kumparan Petersen mempunyai keuntungan dan
kerugian yaitu :
Keuntungan :
 Arus gangguan dapat dibuat kecil sehingga tidak berbahaya bagi
mahluk hidup.
 Kerusakan peralatan sistem dimana arus gangguan mengalir
dapat dihindari.
 Sistem dapat terus beroperasi meskipun terjadi gangguan fasa ke
tanah.
 Gejala busur api dapat dihilangkan.
Kerugian :
 Rele gangguan tanah (ground fault relay) sukar dilaksanakan
karena arus gangguan tanah relatif kecil.
 Tidak dapat menghilangkan gangguan fasa ke tanah yang
menetap (permanen) pada sistem.
 Operasi kumparan Petersen harus selalu diawasi karena bila ada
perubahan pada sistem, kumparan Petersen harus disetel (tuning)
kembali.

21
BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Trafo Distribusi


Trafo distribusi merupakan suatu peralatan yang sangat dibutuhkan dalam
penyaluran tenaga listrik. Hal ini dikarenakan trafo distribusi berfungsi sebagai alat
pemindahan energi dari tegangan menengah (20 kV) ke tegangan rendah (380/220
Volt). Tenaga listrik yang lazim digunakan dalam kehidupan sehari-hari untuk
mengoperasikan peralatan-peralatan tersebut adalah listrik dengan tegangan yang
rendah (380/220 Volt). Sedangkan tenaga listrik yang bertegangan menengah (sistem
20 KV) dan tegangan tinggi (sistem 150 KV) hanya dipergunakan sebagai sistem
penyaluran (distribusi dan transmisi) untuk jarak yang jauh. Hal ini bertujuan untuk
kehandalan sistem karena dapat memperkecil rugi-rugi daya dan memliki tingkat
kehandalan penyaluran yang tinggi, disalurkan melalui saluran transmisi ke berbagai
wilayah menuju pusat-pusat pelanggan.

Gambar 3.1 Diagram satu garis sistem penyaluran tenaga listrik

22
Keterangan dari gambar:
1. Saluran distribusi adalah saluran yang berfungsi untuk menyalurkan
tegangan dari gardu distribusi ke trafo distribusi ataupun trafo
pemakaian sendiri bagi konsumen besar.
2. Trafo distribusi berfungsi untuk menurunkan tegangan 20 KV dari
Jaringan Tegangan Menengah (JTM) menjadi tegangan rendah
380/220 Volt. Tegangan rendah inilah yang kemudian didistriibusikan
ke pelanggan kecil melalui jaringan tegangan rendah (JTR) yang
berupa sistem 3 phasa empat kawat.
3. Konsumen besar adalah konsumen yang menggunakan energi yang
besar yang biasanya langsung mengambil sumber listrik dari gardu
terdekat untuk kemudian disalurkan ke Gardu Induk (GI ) pemakaian
sendiri.
4. Konsumen biasa adalah konsumen-konsumen yang menggunakan
tenaga istrik dengan level tegangan rendah (380/220 Volt) seperti
rumah tangga, industri kecil, perkantoran, pertokoan dan sebagainya.
Memperbaiki kerusakan trafo pada umumnya memerlukan biaya yang tinggi.
Seperti halnya kondisi sistem distribusi (khususnya untuk wilayah Rayon Kuta) saat
ini dimana adanya beban tidak seimbang yang akan menimbulkan adanya arus pada
netral dan sistem pentanahan tidak berfungsi (tidak sempurna/tidak ada pentanahan).
Maka tidak akan ada jalur keluar bagi arus dari ketiga phasa dan netral untuk kembali
ke sumber. Akibatnya arus tersebut hanya berputar-putar didalam phasa-phasa trafo
distribusi atau phasa-phasa beban, dimana arus dari suatu phasa akan mempengaruhi
phasa lain, dan bila jumlah arus pada suatu phasa melebihi kapasitasnya maka akan
timbul panas dan akan merusak trafo, apalagi jika terjadi gangguan misalnya :
gangguan 2 phase ketanah, gangguan akibat petir dan gangguan lainnya.

23
3.2. Pengaruh Tahanan Jenis Tanah
Faktor keseimbangan antara tahanan pengetanahan dan kapasitansi di
sekelilingnya adalah tahanan jenis tanah (ρ). Harga tahanan jenis tanah pada daerah
kedalaman yang terbatas tidaklah sama. Beberapa faktor yang mempengaruhi tahanan
jenis tanah yaitu:
3.2.1. Pengaruh Keadaan Struktur Tanah
Kesulitan yang biasa dijumpai dalam mengukur tahanan jenis tanah adalah
bahwa dalam kenyataannya komposisi tanah tidaklah homogen pada seluruh volume
tanah, dapat bervariasi secara vertikal maupun horizontal, sehingga pada lapisan
tertentu mungkin terdapat dua atau lebih jenis tanah dengan tahanan jenis yang
berbeda, oleh karena itu tahanan jenis tanah tidak dapat diberikan sebagai suatu nilai
yang tetap. Untuk memperoleh harga sebenarnya dari tahanan jenis tanah, harus
dilakukan pengukuran langsung ditempat dengan memperbanyak titik pengukuran.
Tabel 3.1 Tahanan Jenis Tanah
(Sumber : PUIL 2011)
Tahanan Tanah Tanah Pasir Kerikil Pasir Tanah
Jenis Rawa Liat dan Bawah Basah Kerikil Berbatu
Tanah Ladang Kering
Tahanan 30 100 200 500 1000 3000
Jenis
Tanah
(ohm)

Tahanan jenis tanah bervariasi menurut jenis tanahnya dikarenakan perbedaan


konduktivitas dari masing-masing unsur penyusun tanah. Tanah dengan kelembaban
tinggi akan memiliki tahanan jenis tanah yang rendah. Dengan memberi air atau
membasahi tanah adalah metode konvensional untuk menurunkan tahanan jenis tanah
dengan meningkatkan kelembaban tanah. Harga tahanan jenis tanah pada kedalaman
yang terbatas sangat bergantung dengan keadaan cuaca. Untuk mendapatkan tahanan
jenis rata-rata untuk perencanaan maka diperlukan penyelidikan atau pengukuran
dalam jangka waktu tertentu. Biasanya tahanan tanah juga bergantung dari tingginya

24
permukaan tanah dari permukaan air konstan. Metode untuk mengurangi tahanan
jenis tanah akibat pengaruh musim, dilakukan dengan menanamkan elektroda
pentanahan sampai mencapai kedalaman di mana terdapat air tanah yang konstan
3.2.2. Pengaruh Unsur Kimia
Kandungan zat-zat kimia dalam tanah terutama sejumlah zat organik maupun
anorganik yang dapat larut perlu untuk diperhatikan pula. Didaerah yang mempunyai
tingkat curah hujan tinggi biasanya mempunyai tahanan jenis tanah yang tinggi
disebabkan garam yang terkandung pada lapisan atas larut. Pada daerah yang
demikian ini untuk memperoleh pentanahan yang efektif yaitu dengan menanam
elektroda pada kedalaman yang lebih dalam dimana larutan garam masih terdapat.
Untuk mendapatkan tahanan jenis tanah yang lebih rendah, sering dicoba dengan
mengubah komposisi kimia tanah dengan memberikan garam pada tanah dekat
elektroda pembumian ditanam. Cara ini hanya baik untuk sementara sebab proses
penggaraman harus dilakukan secara periodik, sedikitnya 6 (enam) bulan sekali.
3.2.3. Pengaruh Iklim
Untuk mengurangi variasi tahanan jenis tanah akibat pengaruh musim,
pembumian dapat dilakukan dengan menanam elektroda pembumian sampai
mencapai kedalaman dimana terdapat air tanah yang konstan. Kadangkala
pembenaman elektroda pembumian memungkinkan kelembaban dan temperatur
bervariasi sehingga harga tahanan jenis tanah harus diambil untuk keadaan yang
paling buruk, yaitu tanah kering dan dingin. Proses mengalirnya arus listrik di dalam
tanah sebagian besar akibat dari proses elektrolisa, oleh karena itu air di dalam tanah
akan mempengaruhi konduktivitas atau daya hantar listrik dalam tanah tersebut.
Dengan demikian tahanan jenis tanah akan dipengaruhi pula oleh besar kecilnya
konsentrasi air tanah atau kelembaban tanah, maka konduktivitas daripada tanah akan
semakin besar sehingga tahanan tanah semakin kecil.

3.2.4. Pengaruh Temperatur Tanah

25
Temperatur tanah sekitar elektroda pembumian juga berpengaruh pada
besarnya tahanan jenis tanah. Hal ini terlihat sekali pengaruhnya pada temperatur di
bawah titik beku air (0°C), dibawah harga ini penurunan temperatur yang sedikit saja
akan menyebabkan kenaikan harga tahanan jenis tanah dengan cepat. Gejala diatas
dapat dijelaskan sebagai berikut ; pada temperatur di bawah titik beku air (0°C) , air
di dalam tanah akan membeku, molekul-molekul air dalam tanah sulit untuk
bergerak, sehingga daya hantar listrik tanah menjadi rendah sekali. Bila temperatur
anah naik, air akan berubah menjadi fase cair, molekul-molekul dan ion-ion bebas
bergerak sehingga daya hantar listrik tanah menjadi besar atau tahanan jenis tanah
turun.
Tabel 3.2 Efek Temperatur Terhadap Resisvitas Tanah
(Sumber : IEEE STD 142-1991)
NO Temperature (oC) Resistivitas
(Ohm.cm)
1 -5 70.000
2 0 30.000
3 0 10.000
4 10 8.000
5 20 7.000
6 30 6.000
7 40 5.000
8 50 4.000

3.3. Metode Pengukuran


Pengukuran tahanan pentanahan bertujuan untuk menetukan tahanan
antara besi atau plat tembaga yang ditanam dalam tanah yang digunakan
untuk melindungi peralatan listrik terhadap gangguan petir dan hubung
singkat. Dengan demikian pelat tersebut harus ditanam hingga mendapatkan
tahanan terhadap tanah sekitar yang sekecil-kecilnya. Untuk mengukur tahanan
pentanahan digunakan alat ukur tahanan pentanahan (Earth Resistance Tester). Pada
sistem Tegangan Menengah sampai dengan 20 kV harus selalu diketanahkan karena

26
menjaga kemungkinan kegagalan sangat besar oleh tegangan lebih transient tinggi
yang disebabkan oleh busur tanah (arching ground atau restriking ground faults).
Untuk itu pengetanahan yang sesuai dengan kreteria adalah:
1. Tahanan Rendah, terutama untuk sistem yang dipakai mensuplai mesin-mesin
berputar, khususnya pemakaian dalam industri.
2. Tahanan Tinggi, dengan tahanan tinggi kerusakan karena arus sangat
berkurang.
Pengetanahan ini dipilih dengan tujuan :
a. Mencegah pemutusan yang tidak direncanakan
b. Apabila sistem sebelumnya dioperasikan tanpa pengetanahan dan tidak ada
rele tanah yang dipasang.
c. Apabila pembatasan kerusakan karena arus dan tegangan lebih
Pengetanahan Langsung, mempunyai biaya paling rendah dari semua metode
Pengetanahan, untuk sistem distribusi saluran udara (SUTM) dan sistem yang
disuplai dengan trafo dengan pengaman lebur pada sisi primer perlu memberikan arus
gangguan yang cukup untuk melebur pengaman leburnya. Dalam standart SPLN no.
2 tahun 1978 ditetapkan pengetanahan Jaringan Tegangan Menengah adalah
pengetanahan netral sistem 20 kV beserta pengamannya dengan tahanan.
Metode pengukuran menggunakan alat Earth tester dengan dua buah
elektroda bantu. Adapun metodenya adalah menghubungkan terminal E (warna hijau)
ke elektroda utama, dengan menghubungkan terminal P (warna kuning) ke elektroda
pembantu yang pertama dan terminal C (warna merah) ke elektroda bantu yang ke
dua. Rangkaian pengukuran tahanan pentanahan:

27
Gambar 3.2 Rangkaian Pengukuran Tahanan Pembumian

3.4. Peralatan Pengukuran Pembumian


Untuk pengukuran pembumian transformator distribusi khususnya di PT.
PLN (PERSERO) Rayon Kuta mempunyai Standind Operasinal Procedure (SOP).
Untuk petugas di lapangan dilengkapi dengan peralatan untuk pengukuran maupun
untuk keselamatan seperti di bawah ini :
 Earth Tester Digital
 Helm
 Sepatu Booth
 Sarung Tangan Karet
 Pulpen
 Kertas berisi format pengukuran pentanahan

3.5. Pelaksanaan Pengukuran Pembumian


Pelaksanaan pengukuran pentanahan dikerjakan sewaktu melakukan kegiatan
PKL di PLN Rayon Kuta adalah merupakan bagian dari kegiatan survei trafo
dimana pada waktu survei tersebut pekerjaan yang dilakukan adalah :
 Mengukur nilai pentanahan
 Memeriksa kondisi tiang dan pondasi tiang trafo
 Memeriksa kondisi NH Fuse
 Memeriksa kondisi panel
 Memeriksa kondisi trafo (secara visual)
 Memeriksa kondisi jamper setiap kawat (secara visual)
 Memeriksa kondisi kabel optik (secara visual)
 Memeriksa kondisi CO dan Arrester (secara visual)
Pengukuran nilai pembumian dan beban gardu menggunakan alat ukur
earth tester digital yang mempunyai seting untuk resistansi (Ω) dan arus (A). Gambar
3.3 Earth tester digital merk kyoritsu

28
Gambar 3.3 Earth Tester Digital

Cara pengukuran nilai pentanahan dengan menggunakan earth tester


tampak seperti gambar dibawah ini :

Gambar 3.4 Pengukuran Pentanahan Trafo

29
Gambar 3.5 Single Line Diagram Penyulang Pattimura
(Sumber: PT. PLN (Persero) Rayon Kuta)

30
3.6. Data Hasil Pengukuran
Tabel 3.3 Data Hasil Pengukuran Nilai Resistansi Pembumian Transformator Pada Penyulang
Pattimura
(Sumber: PT. PLN (Persero) Rayon Kuta)

No. No Gardu Trafo (Ω) Arrester (Ω) Netral (Ω)

1 KA061 15 15 39,1

2 KA0192 11,38 11,38 30,2

3 KA2903 8,46 8,46 0,39

4 KA0549 26,7 26,7 59,8

5 KA0241 0,55 0,55 0,11

6 KA3533 30,1 30,1 47,8

7 KA0282 28,9 28,9 20,2

8 KA2676 34 34 32,3

9 KA3163 0,35 2,27 0,35

10 KA3478 9,50 6,66 7,17

11 KA1044 0,21 0,11 0,05

12 KA0387 4,34 3,33 2,12

13 KA2961 90,8 64,8 64,8

31
14 KA1128 22,2 22,2 15,61

15 KA1899 40,5 40,5 85,6

16 KA1507 0,21 0,11 0,05

17 KA0915 0,37 0,37 51,7

18 KA0311 9,50 6,66 7,71

19 KA2637 0,21 0,22 0,11

20 KA0035 0,35 2,27 0,35

21 KA0041 4,44 4,44 6,57

22 KA0258 33,5 33,5 24,3

23 KA0205 22,2 22,2 15,6

24 KA2226 154 154 116,1

25 KA1518 8,46 8,46 0,39

26 KA2688 5,83 3,60 8,81

27 KA2077 59,6 59,6 3,25

28 KA0662 0,63 0,63 21,2

29 KA3558 92,4 84,2 103,4

30 KA3314 2,24 2,24 0,03

32
31 KA3061 10,1 10,1 11,2

Adapun standar nilai resistansi pembumian yang dipakai oleh PT. PLN
(Persero) Rayon Kuta adalah tidak lebih dari 5 Ohm. Apabilah dibandingkan dengan
standar nilai resistansi pentanahan yang dipakai oleh PT. PLN (Persero) Rayon Kuta,
maka dari data diatas hanya ada delapan buah trafo yang memenuhi standar dengan
nilai resistansi di bawah 5 Ohm. Trafo-trafo tersebut adalah sebagai berikut :
1. Trafo KA0241, dengan nilai resistansi pembumian sebagai berikut :
 Pentanahan Trafo = 0,55 ohm
 Pentanahan Arrester = 0,55 ohm
 Pentanahan Netral = 0,11 ohm
2. Trafo KA3163, dengan nilai resistansi pembumian sebagai berikut :
 Pentanahan Trafo = 0,35 ohm
 Pentanahan Arrester = 0,27 ohm
 Pentanahan Netral = 0,35 ohm
3. Trafo KA1044, dengan nilai resistansi pembumian sebagai berikut :
 Pentanahan Trafo = 0,21 ohm
 Pentanahan Arrester = 0,11 ohm
 Pentanahan Netral = 0,05 ohm
4. Trafo KA0387, dengan nilai resistansi pembumian sebagai berikut :
 Pentanahan Trafo = 4,34 ohm
 Pentanahan Arrester = 3,33 ohm
 Pentanahan Netral = 2,12 ohm
5. Trafo KA1507, dengan nilai resistansi pembumian sebagai berikut :
 Pentanahan Trafo = 0,21 ohm
 Pentanahan Arrester = 0,11 ohm
 Pentanahan Netral = 0,05 ohm
6. Trafo KA2637, dengan nilai resistansi pembumian sebagai berikut :

33
 Pentanahan Trafo = 0,21 ohm
 Pentanahan Arrester = 0,22 ohm
 Pentanahan Netral = 0,11 ohm

7. Trafo KA0035, dengan nilai resistansi pembumian sebagai berikut :


 Pentanahan Trafo = 0,35 ohm
 Pentanahn Arrester = 2,27 ohm
 Pentanahan Netral = 0,35 ohm
8. Trafo KA3314, dengan nilai resistansi pembumian sebagai berikut :
 Pentanahan Trafo = 2,24 ohm
 Pentanahan Arrester = 2,24 ohm
 Pentanahan Netral = 0,03 ohm

3.7. Pengujian Sistem Pentanahan


Tabel 3.4 Data Pengukuran Tegangan Tembus Body Trafo Terhadap Tanah
(Sumber: PT. PLN (Persero) Rayon Kuta)

No. Kode Gardu Tipe Body TR LV Board


Gardu Trafo

1 KA0241 Portal 0 4

2 KA3163 Portal 0 5

3 KA1044 Portal 3 3

4 KA0387 Portal 3 4

5 KA1507 Portal 0 3

34
6 KA2637 Portal 2 2

7 KA0035 Portal 4 0

8 KA3314 Portal 2 1

Dari data hasil pengukuran tegangan tembus body trafo terhadap tanah maka
didapatkan hasil yang sudah sesuai standart PUIL 2011 dengan nilai tahanan
maksimum 5 ohm.

3.8. Faktor Tingginya Tahanan Pembumian Pada Tranformator


1. Perubahan Resistivitas Tanah
Resistivitas tanah sangat tergantung dengan material pendukung tanah,
temperatur dan kelembaban. Pada daerah penyulang peattimura transformator yang
mampunyai tahanan tinggi lebih banyak berada pada daerah dengan struktur tanah
berpasir, berbatu dan cenderung berstruktur tanah padat. Dari data PUIL 2000
bahwa tanah berpasir, berbatu dan cenderung padat mempunyai resistivitas yang
tinggi. Disinyalir kondisi tanah yang demikian diakibatkan kerusakan yang terjadi di
permukaan tanah, berkurangnya tumbuhan-tumbuhan yang dapat mengikat air
mengakibatkan kondisi tanah tandus dan berkurang kelembabannya.
2. Korosi
Komponen sistem pentanahan dipasang di atas permukaan tanah dan di bawah
permukaan tanah, keduanya menghadapi karakteristik lingkungan yang berlainan.
Bagian yang berada di atas permukaan tanah, asap dan partikel debu dari proses
industri serta partikel terlarut yang terkadung dalam air hujan akan mengakibatkan
korosi pada konduktor. Bagian di bawah tanah, kondisi tanah basah yang
mengandung materi alamiah, bahan-bahan kimia yang terkontaminasi didalamnya
juga dapat mengakibatkan korosi.
3. Non Teknis

35
Faktor non teknis ini meliputi tempat dimana terpasangnya trafo distribusi
yaitu didaerah perkotaan yang mana kondisi pembumian tidak terlalu diperhatikan
mengingat kondisi trafo yang sudah ditutupi oleh gedung-gedung tinggi atau gedung
pencakar langit.

3.9. Cara Menurunkan Tahanan Pembumian Berimpedansi Tinggi


1. Perawatan Rutin
Perawatan dilakukan untuk mempertahankan kondisi optimal kinerja sistem
pentanahan dilakukan rutin setiap 1 tahun/ 6 bulan untuk memantau kondisi fisik
saluran transmisi berikut sistem pentanahannya. Kerusakan yang terjadi pada sistem
pentanahan biasanya diakibatkan sambungan kendur atau korosi antar bagian
elektroda. Perbaikan dilakukan dengan mengencangkan kembali baut-baut
sambungan dan membersihkan bagian elektroda dari korosi. Pada umumnya logam,
khususnya besi dan baja bila ditanam dalam tanah maka akan terjadi pengaratan
(korosif). Tahanan jenis tanah yang rendah menunjukan kandungan larutan garam
dan air yang tinggi. Tanah dengan daya hantar tinggi maka akan tinggi pula daya
korosinya.
2. Menambah Panjang /Kedalaman Elektroda Grounding (Pembumian)
Satu cara yang sangat efektif untuk menurunkan tahanan tanah adalah
memperdalam elektroda grounding (pembumian). Tanah tidak tetap tahanannya dan
tidak dapat diprediksi. Ketika memasang elektroda pembumian, elektroda berada di
bawah garis beku (frosting line). Ini dilakukan sehingga tahanan tanah tidak akan
dipengaruhi oleh pembekuan tanah disekitarnya. Ada kejadian-kejadian dimana
secara fisik tidak mungkin dilakukan pendalaman batang elektroda grounding
(pembumian) daerah-daerah yang terdiri dari batu, granit, dan sebagainya. Dalam
keadaan demikian, metode alternatif yang menggunakan semen pentanahan
(grounding cement) bisa digunakan. Dari hasil penelitian, membenamkan rod dua

36
kali lebih dalam (rodnya diperpanjang) dapat memperkecil nilai tahanan grounding
sebanyak 40%. Gambar berikut memperlihatkan pengaruh tersebut.

Gambar 3.6 Pengaruh Kedalaman Elektroda Terhadap Nilai Tahanan Grounding

3. Menambah Diameter Elektroda Grounding (Pembumian)


Menambah diameter elektroda grounding (pembumian) berpengaruh sangat
kecil dalammenurunkan tahanan. Misalnya, bila diameter elektroda digandakan
tahanan pentanahan hanya menurun sebesar 10%. Grafik berikut menggambarkan
hal tersebut.

Gambar 3.7 Pengaruh Penambahan Diameter Terhadap Nilai Tahanan Grounding

4. Menambah Jumlah Elektroda Grounding (Pembumian)


Cara lain menurunkan tahanan tanah adalah menggunakan banyak elektroda
Grounding (pembumian). Dalam desain ini, lebih dari satu elektroda dimasukkan ke
tanah dan dihubungkan secara paralel untuk mendapatkan tahanan yang lebih
rendah. Agar penambahan elektroda efektif, jarak batang tambahan setidaknya harus
sama dalamnya dengan batang yang ditanam. Tanpa pengaturan jarak elektroda
grounding (pembumian) yang tepat, bidang pengaruhnya akan berpotongan dan
tahanan tidak akan menurun. Untuk membantu dalam memasang batang pentanahan

37
yang akan memenuhi kebutuhan tahanan tertentu, maka dapat menggunakan table
tahanan pentanahan di bawah ini. Ingatlah, ini hanya digunakan sebagai pedoman,
karena tanahmemiliki lapisan dan jarang yang sama (homogen). Nilai tahanan akan
sangat berbeda-beda.
Tabel. 3.5 Tahanan Pentanahan
(Sumber: PT. PLN (Persero) Rayon Kuta)

Tahanan Pentanahan
Tahanan Jenis
Kedalman Elektroda Potongan Pentanahan
Jenis Tanah Tanah
ke Tanah (m) (m)
Mᴓ 3 6 10 5 10 20
Tanah lembab
seperti rawa 30 10 5 3 12 6 3
Tanah pertanian,
tanah liat 100 33 17 10 40 20 10
Tanah liat
berpasir 150 50 25 15 60 30 15
Tanah lembab
berpasir 300 66 33 20 80 40 20
Campuran 1 : 5 400 - - - 160 80 40
Kerikil Lembab 500 160 80 48 200 100 50
Tanah kering
berpasir 1000 330 165 100 400 200 100
Kerikil kering 1000 330 165 100 400 200 100
Tanah berbatu 30000 1000 500 300 1200 600 300
Batu Karang 10.000.000 - - - - - -

Sistem grounding (pembumian) sederhana terdiri dari satu elektroda grounding


(pembumian) yang dimasukkan ke tanah. Penggunaan satu elektroda pembumian
adalah hal yang umum dilakukan dalam grounding (pembumian) dan bisa ditemukan
di luar rumah atau tempat usaha perorangan.

38
Gambar 3.8 Desain Sistem Grounding
Ada pula sistem grounding (pembumian) kompleks terdiri dari banyak batang
pentanahan yang terhubung, jaringan bertautan atau kisi-kisi, plat tanah, dan loop
tanah. Sistem-sistem ini dipasang secara khusus di substasiun pembangkit listrik,
kantor pusat, dan tempat-tempat menara seluler. Jaringan kompleks meningkatkan
secara dramatis jumlah kontak dengan tanahsekitarnya dan menurunkan tahanan
tanah. Untuk Trafo pada Penyulang Pattimura lebih banyak menggunakan sistem
grounding berhubungan dan system grounding plat karena sesuai dengan kondisi
tanah yang keras dan berbatu.
5. Pengkondisian Tanah
Bagi daerah-daerah yang mempunyai struktur tanah dengan tahanan jenis tanah
yang tinggi untuk memperoleh tahanan pentanahan yang diinginkan seringkali sukar
diperoleh. Dalam memilih teknik/cara pengkondisian tanah, ada beberapa hal yang
harus dipertimbangkan agar tidak menjadikan hambatan pada saat pembangunan
maupun pemeliharaannya, diantaranya kemudahan mendapatkan bahan, kemudahan
pemasangan,kemudahan pemeliharaan, nilai tahanan efektif yang bisa didapatkan
dan kemungkinan bahaya karat terhadap bahan kutub pentanahan itu sendiri.
Beberapa teknik/cara pengkondisian tanah adalah dengan menggunakan bentonite,
arang kayu, tepung logam, garam, semen konduktif.
 Menggunakan bentonite
Bahan : bentonite jenis bleaching earth, air dan garam CaCL2

39
Adonan : setiap 1 kg bentonite dicampur dengan 111 gram garam
CaCL2 dan air sebanyak 2 liter. Banyaknya adonan sesuai dengan
lubang yang dibuat,asal sesuai dengan perbandingan tersebut diatas.
Pemasangan: buat lubang sesuai dengan ukuran yang diperlukan,
tanam/masukkan kutub pentanahan apapun bentuknya,tuangkan adonan
Bentonite sampai menutup seluruh kutub pentanahan, urug kembali
dengan tanah urug.
 Menggunakan arang kayu
Bahan : arang kayu, garam dapur dan air
Adonan : tidak kritis, semuanya secukupnya
Pemasangan : buat lubang sesuai dengan ukuran yang diperlukan,
tanam/masukkan kutub pentanahan apapun bentuknya, tuangkan
adonan arang kayu sampai menutup seluruh kutub pentanahan, urug
kembali dengan tanah urug.
 Menggunakan tepung logam
Bahan : Tepung logam
Pemasangan : buat lubang sesuai dengan ukuran yang diperlukan,
tanam/masukkan kutub pentanahan apapun bentuknya, tuangkan
adonan tepung logam sampai menutup seluruh kutub pentanahan, urug
kembali dengan tanah urug.
 Menggunakan garam
Bahan : garam NaCL atau CaCL2 atau CuSO4
Adonan: campur sejumlah garam dengan air
Pemasangan : Buat parit disekeliling kutub pentanahan, tuangkan
cairan air garam dan tutup kembali.
 Menggunakan semen konduktif (biasanya digunakan dengan kutub
mendatar)
Bahan : semen konduktif, bikin adukan secukupnya

40
Pemasangan : Gali parit dengan kedalaman sesuai kebutuhan, tanam
kutub tanah mendatar dalam adukan semen konduktif, tutup kembali
dengan tanah urug.

3.10. Analisis Dengan Satu Batang Elektroda


Sebelum dilakukan instalasi elektroda batang, harus terlebih dahulu
ditentukan ditentukan desain dari elektoda batang, lalu dihitung nilai tahanan
elektroda batang sesuai standart yaitu harus dibawah 5 Ω (ohm) untuk elektroda
batang tunggal. Adapun perkiraan desain dan perhitungan nilai tahanan adalah
sebagai berikut:
Panjang elektrode (L) = 12 meter
Jarak Penanaman (Hb) = 10 meter
Diameter elektroda (D) = ¾ inch = 1,905 cm
Jari-jari elektrode (r) = 1,905/2 = 0,9525 cm
Tahanan jenis tanah ( ρ ) = 100 Ohm-meter untuk tanah ladang
ρ 2L
Rd1 =
2 πL
[ln( )
α
−1]

Di mana :
ρ = Tahanan jenis tanah (ohm meter)
L = Panjang elektroda batang (meter)
a = Jari-jari penampang elektroda (cm)
R = Tahanan elektroda ke tanah (ohm)
ρ 2L
Rd1 =
2 πL ( )
[ln
α
−1]

100 2.12
2.3,14. 12 ( 0,9525 )
= [ln −1]

=1,327[Ln25,1969-1]
=2,9549 Ω

41
Nilai perhitungan tahanan pentanahan untuk satu buah batang elektrode yang
ditanam tegak lurus kedalam tanah adalah 2,9549 Ohm. Jadi perhitungan nilai
tahanan pentanahan elekrode batang tunggal telah memenuhi persyaratan yang
berlaku yaitu dibawah 5 Ohm. Hasil penelitian menunjukan bahwa konfigurasi
penanaman elektroda batang mampu mereduksi besarnya tahanan pentanahan, artinya
semakin banyak elekroda ditanam dalam tanah,maka semakin kecil nilai tahannan
pentanahannya.

42
BAB IV
PENUTUP

4.1 Simpulan

Berdasarkan hasil yang didapatkan dari Perbandingan pada laporan Kerja


Praktek ini, didapat kesimpulan sebagai berikut:

1. Dari hasil pengukuran kondisi tahanan pembumian yang telah


dilakukan sebagian besar nilai resistansi pembumian di PLN Rayon
Kuta belum memenuhi standar. Terdapat sebanyak 8 buah trafo yang
sudah sesuai standart PUIL 2011 dengan nilai tahanan maksimum 5
ohm dan 23 trafo yang belum memenuhi standart pembumian dengan
nilai tahanan diatas 5 ohm.
2. Faktor penyebab tingginya tahanan pembumian pada transformator
yaitu perubahan resistivitas tanah, korosi, dan faktor non teknis
dimana meliputi pengkondisian atau tempat terpasangnya trafo
distribusi.
3. Konfigurasi penanaman elektroda batang mampu mereduksi besarnya
tahanan pentanahan.
4. Bila struktur tanah dianggap homogen tahanan elektroda pentanahan
untuk satu batang rod akan semakin kecil bila elektroda tersebut
ditanam semakin jauh dari permukaan tanah.

4.2 Saran
Mengingat pentingnya peran sistem pentanahan untuk menjaga keselamatan
dan kelangsungan penyaluran tenaga listrik maka, penulis menyarankan agar
sebaiknya segera dilakukan perbaikan nilai reisitansi pentanahan yang belum
memenuhi standar PLN.

43
DAFTAR PUSTAKA

Ariawan.Putu Rusdi.2009. Pentanahan Netral Sistem Tenaga. Jakarta:Erlangga.


Jasdi Udiklat PLN. 2006. Sistem Tenaga Listrik. Jakarta.
Hutauruk, T.S. 1999. “Pengetanahan Netral Sistem Tenaga dan pengetanahan
Peralatan”. Jakarta: Erlangga.
Murdiyanto, 2000, Analisis pentanahan menara saluran transmisi tegangan tinggi 50
kv, skripsi, Fakultas Teknik Industri, IST AKPRIND, Yogyakarta.
Nawir, M., 2003 pengaruh tahanan kaki menara saluran transmisi terhadap distribusi
tegangan surja petir, thesis, jurusan teknik elektro Universitas Gajah Mada,
yogyakarta.
PT. PLN (Persero). 2010. “Buku Petunjuk Batasan Operasi dan Pemeliharaan
Peralatan Penyaluran Tenaga Listrik Saluran Udara Tegangan Tinggi
(SUTT/SUTET) (No. Dokumen : 1022/HARLUR- PST/2009)”. Jakarta:
SK Direksi No. 114.Dir/2010.
PUIL (Peraturan Umum Instalasi Listrik) 2011.

44

Anda mungkin juga menyukai