Anda di halaman 1dari 7

 

Sosialisasi diperlukan untuk memberikan pemahaman tentang pemeriksaan deteksi dini kanker leher
rahim dan kanker payudara kepada masyarakat agar mereka mendapatkan informasi yang lengkap
dan mengerti manfaat dari pemeriksaan tersebut. 3.
 
Konseling Konseling diberikan agar klien mau melakukan pemeriksaan deteksi dini kanker leher rahim
dan payudara. B.
 
Pasif Deteksi dini kanker leher rahim dan kanker payudara dilaksanakan di fasilitas kesehatan yang
telah mempunyai tenaga kesehatan terlatih seperti 1.
 
Puskemas Dilaksanakan secara rutin oleh petugas kesehatan terlatih (Dokter dan Bidan) 2.
 
Klinik Swasta Dilaksanakan secara mandiri oleh dokter dan bidan terlatih 3.
 
Integrasi dengan program lain yaitu Infeksi Saluran Reproduksi / Infeksi Menular Seksual (ISR/IMS)
KB(BKKBN) Langkah
 – 
langkah deteksi dini sebagai berikut : 1.
 
Persiapan tempat, bahan, peralatan, SDM dan penentuan waktu  pelaksanaan 2.
 
Penetapan jumlah target perhari dan wilayahnya 3.
 
Penginformasian kegiatan kepada masyarakat melalui bidan desa, kader kesehatan dan perangkat
desa 4.
 
Penetapan teknis pelaksanaan a.
 
Pendaftaran dengan pembagian nomor urut  b.
 
Pembuatan kartu status c.
 
Pemanggilan klien d.
 
Pemberian konseling dan informed consent e.
 
Pemeriksaan payudara dengan SADANIS oleh bidan dengan dikonfirmasi oleh dokter puskesmas bila
ditemukan benjolan f.
 
Pelaksanaan IVA oleh bidan dengan dikonfirmasi oleh dokter  puskesmas g.
 
Penjelasan rencana tindak lanjut / follow up baik pada kasus positif maupun negative h.
 
Pencatatan dan pelaporan pada form yang telah tersedia i.
 
Pemulangan klien
 
2.4.2 Pemangku Kegiatan dan Sumber Daya
Di Puskesmas Kesamben Kabupaten Blitar, tahun 2015 data ketenagaan  bidan sebanyak 11 orang,
dibagi dalam 10 desa binaan. Tenaga medis terdiri dua orang dokter umum. Pendanaan kegiatan
skrining Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA)  berasal dari dana kapitasi Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN). Kebutuhan peralatan yang digunakan untuk pemeriksaan berasal dari fasilitas
pemerintah. Untuk melaksanakan skrining maka dibutuhkan tempat dan alat : 1.
 
Ruangan tertutup, karena pasien diperiksa dengan posisi litotomi 2.
 
Meja / tempat tidur periksa yang memungkinkan pasien berada pada posisi litotomi. 3.
 
Sumber cahaya untuk melihat servik 4.
 
Speculum vagina 5.
 
Asam Asetat (3-5 %) 6.
 
Swap lidi berkapas 7.
 
Sarung tangan
2.4.3
 
Keluaran (Output)
1.
 
Telah tercapainya cakupan perempuan dengan hasil positif dari test Inspeksi Visual dengan Asam
Asetat (IVA) pada penapisan kanker leher rahim sehingga kanker leher rahim dapat segera ditangani.
2.
 
Diketahuinya cakupan pelayanan rujukan pada penapisan kanker leher rahim.
2.4.4
 
Sistem Evaluasi
Tahapan evaluasi dilaksanakan dengan mengadakan rapat internal staf  pemegang program dan
pelaksana program pemeriksaan Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA). Evaluasi ini dilakukan
secara berkala setiap satu tahun sekali untuk menemukan kendala dalam pelaksanaan sehingga
kendala yang ditemukan dapat ditindaklanjuti. Rapat diadakan di ruang pertemuan Puskesmas
Kesamben.
2.4.5
 
Kendala Pelaksanaan Program IVA
1.
 
Ketersediaan alat terbatas. 2.
 
Tempat pelaksaan terbatas.
 
3.
 
Keengganan wanita diperiksa karena malu, kerepotan, keraguan akan  pentingnya pemeriksaan, takut
terhadap kenyataan hasil pemeriksaan yang akan dihadapi, ketakutan merasa sakit pada
pemeriksaan.
2.5
 
Dampak Sebelum dan Sesudah Kegiatan IVA 2.5.1
 
Dampak sebelum Kegiatan IVA
Sebelum tahun 2015 di Puskesmas Kesamben belum pernah diadakan kegiatan Inspeksi Visual dengan
Asam Asetat (IVA).
2.5.2
 
Dampak sesudah kegiatan IVA
Setelah dilakukan penyuluhan IVA banyak masyarakat yang tertarik untuk mengikuti pemeriksaan IVA
di Puskesmas, Polindes atau di BPM terdekat. Masyarakat menjadi lebih perduli dengan kesehatannya
dan bersedia menghindari factor resiko terjadinya kanker leher rahim.
 
Masyarakat antusian dengan program IVA dan banyak ibu-ibu yang melakukan pemeriksaan IVA.
Setelah dilakukan pemeriksaan IVA ditemukan hasil IVA positif 2 dan negative 350 Ibu dengan hasil
IVA positif dilakukan rujukan ke Rumah sakit untuk mendapat penanganan lebih lanjut.
2.6
 
Keberlanjutan Kegitan IVA 2.6.1 Pembelajaran yang dapat dipetik
Sebelumnya masyarakat belum mengetahui tentang bahaya kanker leher rahim dan bagaimana upaya
pencegahannya. Dari masalah tersebut pada tahun 2014 ditemukan 6 kasus kematian karena kanker
leher rahim. Kemudian di tahun 2015 Puskesmas kesamben memiliki inovasi baru pemeriksaan
Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA) untuk pencegahan dalam rangka upaya penurunan angka
kesakitan dan kematian karena kanker leher rahim. dalam pelaksanaannya Puskesmas Kesamben
berhasil mempengaruhi masyarakat melalui program konseling, penyuluhan dan sosialisasi bahaya
dan  pencegahan. Puskesmas kesamben berhasil mengurangi angka kematian dan kesakitan karena
kanker leher rahim dengan upaya pencegahan dan deteksi dini melalui IVA.

2.6.2 Kelanjutan Program

Skip to main content

窗体顶端
窗体底端
窗体顶端

窗体底端
Log In
Sign Up

docx
PROPOSAL INOVASI PELAYANAN PUSKESMAS INSPEKSI VISUAL DENGAN ASAM ASETAT (IVA) MAS
BENY STOP CANCER

Abdul Gapur Rurrahim

or download with email

PROPOSAL INOVASI PELAYANAN PUSKESMAS INSPEKSI VISUAL DENGAN ASAM ASETAT (IVA) MAS
BENY STOP CANCER

Download
 
Sosialisasi diperlukan untuk memberikan pemahaman tentang pemeriksaan deteksi dini kanker leher
rahim dan kanker payudara kepada masyarakat agar mereka mendapatkan informasi yang lengkap
dan mengerti manfaat dari pemeriksaan tersebut. 3.
 
Konseling Konseling diberikan agar klien mau melakukan pemeriksaan deteksi dini kanker leher rahim
dan payudara. B.
 
Pasif Deteksi dini kanker leher rahim dan kanker payudara dilaksanakan di fasilitas kesehatan yang
telah mempunyai tenaga kesehatan terlatih seperti 1.
 
Puskemas Dilaksanakan secara rutin oleh petugas kesehatan terlatih (Dokter dan Bidan) 2.
 
Klinik Swasta Dilaksanakan secara mandiri oleh dokter dan bidan terlatih 3.
 
Integrasi dengan program lain yaitu Infeksi Saluran Reproduksi / Infeksi Menular Seksual (ISR/IMS)
KB(BKKBN) Langkah
 – 
langkah deteksi dini sebagai berikut : 1.
 
Persiapan tempat, bahan, peralatan, SDM dan penentuan waktu  pelaksanaan 2.
 
Penetapan jumlah target perhari dan wilayahnya 3.
 
Penginformasian kegiatan kepada masyarakat melalui bidan desa, kader kesehatan dan perangkat
desa 4.
 
Penetapan teknis pelaksanaan a.
 
Pendaftaran dengan pembagian nomor urut  b.
 
Pembuatan kartu status c.
 
Pemanggilan klien d.
 
Pemberian konseling dan informed consent e.
 
Pemeriksaan payudara dengan SADANIS oleh bidan dengan dikonfirmasi oleh dokter puskesmas bila
ditemukan benjolan f.
 
Pelaksanaan IVA oleh bidan dengan dikonfirmasi oleh dokter  puskesmas g.
 
Penjelasan rencana tindak lanjut / follow up baik pada kasus positif maupun negative h.
 
Pencatatan dan pelaporan pada form yang telah tersedia i.
 
Pemulangan klien
 
2.4.2 Pemangku Kegiatan dan Sumber Daya
Di Puskesmas Kesamben Kabupaten Blitar, tahun 2015 data ketenagaan  bidan sebanyak 11 orang,
dibagi dalam 10 desa binaan. Tenaga medis terdiri dua orang dokter umum. Pendanaan kegiatan
skrining Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA)  berasal dari dana kapitasi Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN). Kebutuhan peralatan yang digunakan untuk pemeriksaan berasal dari fasilitas
pemerintah. Untuk melaksanakan skrining maka dibutuhkan tempat dan alat : 1.
 
Ruangan tertutup, karena pasien diperiksa dengan posisi litotomi 2.
 
Meja / tempat tidur periksa yang memungkinkan pasien berada pada posisi litotomi. 3.
 
Sumber cahaya untuk melihat servik 4.
 
Speculum vagina 5.
 
Asam Asetat (3-5 %) 6.
 
Swap lidi berkapas 7.
 
Sarung tangan
2.4.3
 
Keluaran (Output)
1.
 
Telah tercapainya cakupan perempuan dengan hasil positif dari test Inspeksi Visual dengan Asam
Asetat (IVA) pada penapisan kanker leher rahim sehingga kanker leher rahim dapat segera ditangani.
2.
 
Diketahuinya cakupan pelayanan rujukan pada penapisan kanker leher rahim.
2.4.4
 
Sistem Evaluasi
Tahapan evaluasi dilaksanakan dengan mengadakan rapat internal staf  pemegang program dan
pelaksana program pemeriksaan Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA). Evaluasi ini dilakukan
secara berkala setiap satu tahun sekali untuk menemukan kendala dalam pelaksanaan sehingga
kendala yang ditemukan dapat ditindaklanjuti. Rapat diadakan di ruang pertemuan Puskesmas
Kesamben.
2.4.5
 
Kendala Pelaksanaan Program IVA
1.
 
Ketersediaan alat terbatas. 2.
 
Tempat pelaksaan terbatas.
 
3.
 
Keengganan wanita diperiksa karena malu, kerepotan, keraguan akan  pentingnya pemeriksaan, takut
terhadap kenyataan hasil pemeriksaan yang akan dihadapi, ketakutan merasa sakit pada
pemeriksaan.
2.5
 
Dampak Sebelum dan Sesudah Kegiatan IVA 2.5.1
 
Dampak sebelum Kegiatan IVA
Sebelum tahun 2015 di Puskesmas Kesamben belum pernah diadakan kegiatan Inspeksi Visual dengan
Asam Asetat (IVA).
2.5.2
 
Dampak sesudah kegiatan IVA
Setelah dilakukan penyuluhan IVA banyak masyarakat yang tertarik untuk mengikuti pemeriksaan IVA
di Puskesmas, Polindes atau di BPM terdekat. Masyarakat menjadi lebih perduli dengan kesehatannya
dan bersedia menghindari factor resiko terjadinya kanker leher rahim.
 
Masyarakat antusian dengan program IVA dan banyak ibu-ibu yang melakukan pemeriksaan IVA.
Setelah dilakukan pemeriksaan IVA ditemukan hasil IVA positif 2 dan negative 350 Ibu dengan hasil
IVA positif dilakukan rujukan ke Rumah sakit untuk mendapat penanganan lebih lanjut.
2.6
 
Keberlanjutan Kegitan IVA 2.6.1 Pembelajaran yang dapat dipetik
Sebelumnya masyarakat belum mengetahui tentang bahaya kanker leher rahim dan bagaimana upaya
pencegahannya. Dari masalah tersebut pada tahun 2014 ditemukan 6 kasus kematian karena kanker
leher rahim. Kemudian di tahun 2015 Puskesmas kesamben memiliki inovasi baru pemeriksaan
Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA) untuk pencegahan dalam rangka upaya penurunan angka
kesakitan dan kematian karena kanker leher rahim. dalam pelaksanaannya Puskesmas Kesamben
berhasil mempengaruhi masyarakat melalui program konseling, penyuluhan dan sosialisasi bahaya
dan  pencegahan. Puskesmas kesamben berhasil mengurangi angka kematian dan kesakitan karena
kanker leher rahim dengan upaya pencegahan dan deteksi dini melalui IVA.
2.6.2 Kelanjutan Program
 
Biaya program pemeriksaan IVA di tahun 2016 disesuaikan dengan  peraturan pemerintah daerah
Kabupaten Blitar. Pemegang dan pelaksana  program IVA tetap melaksanakan konseling, penyuluhan
dan sosialisasi pada masyarakat tentang bahaya dan deteksi dini kanker leher rahim sehingga
masyarakat secara rutin tetap mau melakukan pemeriksaan IVA secara rutin. Inovasi program
pemeriksaan IVA ini bisa dilakukan di seluruh  pelayanan di tingkat regional maupun nasional.
Pemeriksaan IVA dapat terlaksana jika tersedianya Sumber Daya Manusia serta Sarana dan Prasarana
yang memadai.
Related Papers
Buku Panduan Pelaksanaan IVA-SADANIS
By TaRii TaRii
Bab I Eval Fix
By Nelly Apriningrum
Buku Panduan Pelaksanaan IVA SADANIS 2015
By ervina diyah
Pedoman teknis ca payudara dan ca cervix
By Juni Tanisa
Proposal pemeriksaan kanker serviks dengan metode IVA dan SADANIS
By deasarista ramadini
9

Anda mungkin juga menyukai