Anda di halaman 1dari 5

IDEAL PERGAULAN DAN KEWIBAWAAN DALAM PENDIDIKAN

Ditujukan untuk memenuhi Salah Satu tugas Landasan Pendidikan

Oleh :

RISNA ISTIFANIA

1A

2009389

PROGRAM STUDI INDUSTRI PARIWISATA

KAMPUS SUMEDANG

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

Jl. Margamukti No 93 Licin Cimalaka


SUMEDANG

2020
IDEAL PERGAULAN DAN KEWIBAWAAN DALAM PENDIDIKAN
Sebelum kita mengkaji lebih lanjut tentang ideal pergaulan pendidikan, terlebih dahulu
kita harus mengetahui arti dari pendidikan itu sendiri. Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar pesrta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual, keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta kecerdasan yang diperlukan dirinya dan
masyarakat. 
Pendidikan adalah berlainan dan berubah mengikut tujuan,tugas dan tempat. Dalam
Bahasa Inggris . “education” atau pendidikan dikatakan berasal dari perkataan Latin “educare”
yang bermakna memelihara dan mengasuh anak . Walau bagaimanapun ramai ahli pendidik tidak
menghadkan proses ini kepada kanak-kanak tetapi memikirkannya sebagai suatu proses
pemeliharaan Mengikut John Dewey, Pendidikan adalah satu proses pertumbuhan dan
perkembangan. Beliau memandangkan pendidikan sebagai satu usaha mengatur pengetahuan
untuk menambahkan lagi pengetahuan semulajadi yang ada pada seseorang individu itu . Bagi
James Mill pula, pendidikan adalah satu proses memberi pertolongan maksimum kepada setiap
anggota satu-satu masyarakat supaya hidup dengan penuh keselesaan serta kegembiraan
Manakala menurut John Macdonald, dalam bukunya “A Philosophy Of Education” makna
pendidikan jelas dilihat dengan membandingkan masyarakat primitif dengan masyarakat moden.
Dalam masyarakat primitif, makna pendidikan ialah latihan vokasional. Kanak-kanak dalam
masyarakat primitif perlu diajar bagaimana menggunakan alat-alat serta senjata kuno, bagaimana
menangkap ikan dan mempertahankan diri supaya dapat mengekalkan taekonomi puaknya.
Dalam masyarakat moden, unsur-unsur asas pendidikan masih sama, apa yang berbeza dalam
masyarakat ini pengetahuan disampaikan secara langsung, Seorang guru yang tinggi ilmu
pengetahuan serta kemahiranya adalah amat diperlukan. Oleh itu jelaslah bahawa pendidikan
adalah merupakan satu proses menolong dan memajukan pertumbuhan dan perkembangan
seseorang individu dari semua aspek iaitu Jasmani , akal , emosi, sosial , seni dan juga moral
untuk mengembangkan individi supaya hidup dengan sempurna serta memperkembangkan
bakatnya untuk kepentingan diri dan menjadi ahli masyarakat yang berguna. 
Pendidikan yang sebenarnya berlaku dalam pergaulan antara orang dewasa dan anak.
Pendidikan memang kita dapati dalam pergaulan antara orang dewasa dan anak. Pergaulan antara
orang dewasa dan orang dewasa tidak disebut pergaulan pendidikan(pergaulan pedagogis) sebab
didalam pergaulan itu orang dewasa menerima dan bertanggung jawab sendiri terhadap pengaruh
yang terdapat dalam pergaulan itu. Berdasarkan pelakunya, pergaulan dibedakan menjadi tiga
jenis, yaitu pergaulan antara orang dewasa dengan orang dewasa, pergaulan orang dewasa
dengan anak, dan pergaulan anak dengan anak. Adapun fenomena pendidikan hanya berlangsung
di dalam pergaulan antara orang dewasa dengan anak. Mengapa demikian? Karena orang dewasa
adalah orang yang sudah jelas siapa sesungguhnya dia. Ia mempunyai kelebihan pengetahuan,
keterampilan, sikap, nilai, dan norma- dibanding anak, adapun semua itu harus sudah
direalisasikan dalam setiap perbuatannya. Dengan kata lain, semua itu harus sudah terintegrasi
dalam dirinya. Dalam peraulan pendidikan, terintegrasinya pengetahuan, keterampilan, sikap,
nilai dan norma pada diri pendidik sangatlah ideal. Sebab, hal ini merupakan cara atau metode
mendidik dalam mempengaruhi anak didik yang akan turut menentukan keberhasilan pencapaian
tujuan pendidikan.
Jadi, pergaulan pedagogis hanya terdapat antara orang dewasa dan anak ( orang yang
belum dewasa). Tetapi, kita harus ingat bahwa tidak tiap-tiap pergaulan antara orang dewasa dan
anak bersifat pendidikan. Banyak pergaulan dan hubungan yang bersifat netral saja, yang bersifat
pedagogis, misalnya, orang tua menyuruh mengambil kaca mata bukan karena bermaksud
mendidik, melainkan karena ia sendiri enggan mengambil. Misalnya lagi, seorang yang
berproganda untuk menjual buku-bukunya yang bersifat cabul kepada anak-anak, tidak dapat
dikatakan pergaulan pedagogis. 
Satu-satunya pengaruh yang dapat dinamakan pendidikan ialah pengaruh yang menuju
kedewasaan anak: untuk menolong anak menjadi orang yang kelak dapat dan sanggup memenuhi
tugas hidupnya atas tanggung jawab sendiri. 
Pergaulan pedagogis itu bersifat : 
1. Di dalam pergaulan ini ada pengaruh yang sedang dilaksanakan; 
2.Ada maksud bahwa pengaruh itu dilaksanakan oleh orang dewasa (dalam berbagai bentuk,
misalnya, berupa sekolah, pengajian, buku-buku, pelajaran, dan sebagainya) kepada orang yang
belum dewasa. 
3. Pengaruh ini diberikan atau dilaksanakan dengan sadar dan diarahkan pada tujuan yang berupa
nilai-nilai atau norma-norma yang baik yang akan ditanamkan dalam diri anak didik atau orang
yang belum dewasa. 
Pergaulan itu disebut pergaulan pedagogis jika orang dewasa atau si pendidik sadar akan
kemampuannya sendiri dalam tindakannya terhadap anak yang “tidak mampu apa-apa” itu, tetapi
disamping itu, ia masih ada percaya bahwa anak memiliki kemampuan untuk membantu dirinya
sendiri. Lebih jelas lagi: dalam pergaulan dengan anak-anak, orang dewasa menyadari bahwa
tindakannya yang dilakukan terhadap anak-anak itu mengandung maksud, ada tujuan untuk
menolong anak yang masih perlu ditolong untuk membentuk dirinya sendiri. 
Sedangkan mengenai kewibawaan dalam Pendidikan, dikatakan bahwa mengapa
kewibawaan merupakan syarat mutlak bagi Pendidikan, karena bahwasanya banyak argumen
yang mengatakan bahwasanya seorang yang berpendidikan pastinya memiliki wibawanya
tersendiri. Namun disisi lain, terdapat alasan mengapa kewibawaan merupakan syarat mutlak
bagi Pendidikan karena dengan adanya kewibawaan pendidik, anak didik dengan sadar
mengikuti kewibawaannya, artinya mengakui hak orang lain untuk memerintah dirinya. Dengan
kata lain, kewibawaan termasuk dalam macam alat pendidikan yang dapat mempengaruhi anak
didik dalam belajarnya. Seorang pendidik sepatutnya bisa menggunakan kewibawaannya dalam
menolong dan memimpin si anak yang dididik ke arah kedewasaanya. Oleh karena kewibawaan
merupakan suatu syarat mutlak pendidik di dalam dunia Pendidikan.
Dalam dunia Pendidikan, Ciri utama seorang pendidk adalah adanya kewibawaan yang
terpancar dari dirinya terhadap anak didik. Guru sebagai pendidik harus memiliki kewibawaan,
baik dalam pembelajaran di kelas ataupun kegiatan lain di luar kelas. Kewibawaaan mempunyai
peran penting dalam usaha menentukan dan merumusakan tujuan hakiki dan arti pendidikan. Di
dalam proses pendidikan, kewibawaan adalah syarat yang harus ada pada pendidik, seorang pendidik
harus berusaha memunculkan kewibawaan. Dalam pengetian yang lain kewibawaan juga berarti
"kekuasaan dan hak memberi perintah yang harus ditaati". Kewibawaan yang pertama ada pada orang tua,
orang tua memiliki kewibawaan terhadap anak-anaknya, sehingga ia dipatuhi anaknya.

Kewibawaan ini merupakan kewibawaan secara kodrat atau alami. Sedangkan


kewibawaan yang diperoleh guru adalah kewibawaan karena menerima jabatannya sebagai
pendidik bukan kodrat, melainkan dari pemerintah atau yayasan. Ia ditunjuk, ditetapkan dan
diberi kekuasaan sebagai pendidik oleh negara atau masyarakat.
Kewibawaan guru atau pendidik yang didapat melalui jabatan ada dua sifat yaitu:
1. Kewibawaan Pendidikan.
Sama hal nya dengan kewibawaan pendidikan yang ada pada orang tua, guru atau
pendidik melalui jabatannya sebagai pendidik, telah diserahi sebagian dari tugas orang tua untuk
mendidik anak-anak. Selain itu guru atau pendidik melalui jabatannya menerima kewibawaan
dari pemerintah yang mengangkat mereka, namun kewibawaan yang ada pada guru ini terbatas
oleh banyaknya anak-anak yang diserahkan kepadanya dan setiap tahun terjadi pergantian murid.

2. Kewibawaan Memerintah.
Selain memiliki kewibawaan, guru atau pendidik melalui jabatan, juga mempunyai
kewibawaan memerintah mereka telah diberi kuasa oleh pemerintah atau instansi yang
mengangkat mereka, kekuasaan tersebut meliputi pimpinan kelas. Disana anak-anak diserahkan
kepadanya bagi kepala sekolah kewibawaan ini lebih luas.
Pada umunya disepakati bahwa kewibawaan batin lebih dibutuhkan oleh para pendidik
dalam menjalakan tugasnya. Kewibawaan merupakan syarat mutlak dalam pendidikan artinya
jika tidak ada kewibawaan ini segala bentuk bimbingan yang diberikan oleh pendidik akan
diikuti secara suka rela oleh anak didik. Sebaliknya jika kewibawaan tidak ada, segala bentuk
bimbingan dan pendidikan tidak mungkin dituruti oleh anak didik. Sehingga tanpa kewibawaan,
pendidik akan kehilangan predikatnya sebagai pendidik.
Dalam segi pergaulan juga akan terdapat pendidikan jika didalamnya telah terdapat
kepatuhan anak yaitu sikap menuruti atau mengikuti wibawa yang ada pada orang lain,
menjalankan suruhannya dengan sadar dan bukan dengan takut atau terpaksa. Tetapi tidak semua
pergaulan antar orang dewasa dan anak-anak merupakan pendidikan, ada pula pergaulan
semacam itu yang mempunyai pengaruh (pengaruh jahat ataupun pengaruh baik). Bentuk yang
paling sederhana dalam hubungan kewibawaan bisa timbul bila anak dapat mengerti bahasa,
mengenal makna wibawa dengan bahasa anak didik dapat mengerti apa arti anjuran, larangan
dari pendidik, sehingga dengan demikian dapatlah dikenal dan diakui berwibawa dan pengaruh
pendidik. Dengan demikian hendaklah seorang pendidik harus berusaha timbulnya kewibawaan
yang aktif pada diri anak karena kewibawaan yang aktif inilah yang merupakan kewibawaan
yang sebenanrnya, maka kewajiban seorang pendidik adalah menggunakan kewibawaan itu
untuk membawa anak didik kearah cita - cita pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai