Hubungan Karyawan Perusahaan Dan Tanggungjawab Sosial Perusahaan
Hubungan Karyawan Perusahaan Dan Tanggungjawab Sosial Perusahaan
MAKALAH
UTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Etika Bisnis dan profesi
Guru Pembimbing: Bapak Andro Agil Nur Rakhmad, S.E.I.,M.E.
OLEH
Aldian Dewanda Azharie (180413620723)
Alfandy Saga Triambodo (180413620612)
Angga Irawan (180413620614)
Ardyan Rahman Hadi (180413620765)
OFFERING QQ-QQ
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Kewajiban Karyawan terhadap Perusahaan
2. Untuk mengetahui Kewajiban Perusahaan terhadap Karyawan
3. Untuk mengetahui Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
BAB II
BAHASAN
A. KEWAJIBAN KARYAWAN DAN PERUSAHAAN
1. Kewajiban Karyawan terhadap Perusahaan
1.1. Tiga kewajiban karyawan yang penting
a. Kewajiban Ketaatan
Bagi orang yang memiliki ikatan kerja dengan perusahaan, salah satu implikasi
dari statusnya sebagai karyawan adalah bahwa ia harus mematuhi perintah dan
petunjuk dari atasannya. Tetapi, karyawan tidak perlu dan malah tidak boleh
mematuhi perintah yang menyuruh dia melakukan sesuatu yang tidak bermoral.
b. Kewajiban konfidensialitas
Merupakan kewajiban untuk menyimpan informasi yang bersifat konfidensial atau
rahasia. Dalam konteks perusahaan konfidensialitas memegang peranan penting.
Karena seseorang bekerja pada suatu perusahaan, bisa saja ia mempunyai akses
kepada informasi rahasia. Sehingga tidak perlu dipertanyakan lagi mengapa
karyawan harus menyimpan rahasia perusahaan karena alasan etika mendasari
kewajiban ini yaitu bahwa perusahaan menjadi pemilik informasi rahasia itu.
c. Kewajiban loyalitas
Dengan mulai bekerja di suatu perusahaan, karyawan harus mendukung tujuan-
tujuan perusahaan, karena sebagai karyawan ia melibatkan diri untuk turut
merealisasikan tujuan-tujuan tersebut, dan karena itu pula ia harus menghindari
segala sesuatu yang bertentangan dengannya. Dengan kata lain, ia harus
menghindari apa yang bisa merugikan kepentingan perusahaan.
Selain memiliki kewajiban karyawan pun memiliki hak. Hak itu dicantumkan
dalam kontrak kerja, dimana pasti ada ketentuan bahwa karyawan wajib
memberitahaukan satu, dua, tiga bulan sebelumnya (tergantung posisinya dan
kesulitan mencari pengganti), jika ia ingin meninggalkan perusahaan.
5. Beberapa Kasus
- Susu formula Nestle
Hanya sebagian kecil ibu-ibu muda tidak dapat menyusui anaknya sendiri.
Maka, untuk membantu mereka pada abad ke-19 dikembangkan susu formula sebagai
pengganti Air Susu Ibu (ASI). Nestle mengkampanyekan promosi besar-besaran yang
akhirnya menurut banyak pengamat melanggar etika. Beberapa LSM mengadakan
aksi melawan Nestle, hingga jutaan orang dari puluhan negara memboikot semua
produk Nestle dan berlangsung selama enam setengah tahun. Pada Mei 1981, WHO
dan UNICEF menyelenggarakan World Health Assembly, sehingga diterimanya kode
etik pemasaran susu formula. Kode etik yang melarang pemasaran setiap kegiatan
pemasran yang tidak mengakui dengan jelas keunggulan ASI di atas susu formula.
Lama kelamaan Nestle menerima semua ketentuan hingga boikot di hentikan.
- Musibah pabrik Union Carbide di Bhopal
Pada 3 desember 1984 terjadi kecelakaan besar dalam pabrik pestisida milk
Union Carbide di kota Bhopal, India. Timbul pertanyaan siapa yang bertanggung
jawab atsa kejadian tragis ini. Kecelakaan yang disebabkan oleh beberapa faktor
berbeda yang memainkan peran skaligus. Sebagai pemilik mayoritas saham, Union
Carbide Amerika mempunyai tanggung jawab khusus. Pada saat itu ditemukannya
kekurangan pada tangki-tangki MIC, sehingga hal ini diperbaiki saat kecelakaan.
Terdapat lima system pengaman tangki yang bisa mencegah kecelakaan.
- Pabrik Multi Bintang Surabaya
Membangun fasilitas pengolahan limbah di Surabaya pada 1984, sehingga tidak akan
ada pengaduan dan protes masyarakat terhadap limbah.
C. BISNIS, LINGKUNGAN HIDUP, DAN ETIKA
1. Krisis Lingkungan Hidup
Masalah sekitar lingkungan hidup baru mulai disadari sepenuhnya pada tahun
1960-an. Sekaligus disadari pula bahwa masalah itu secara langsung / tidak langsung
disebabkan oleh bisnis modern, khususnya oleh cara berproduksi dalam industri yang
berlandaskan ilmu dan teknologi maju. Industri mengakibatkan timbulnya kota-kota
yang suram dan kotor. Sekarang polusi yang disebabkan oleh bisnis modern mencapai
suatu tahap global dan tidak terbatas pada beberapa daerah industri saja. Kita sungguh-
sungguh mengalami krisis lingkungan hidup akibat pencemaran dan perusakan
lingkungan, kelanjutan hidup sendiri terancam di bumi kita, termasuk hidup manusia.
Terutama ada 6 problem yang dengan jelas menunjukan dimensi global masalah
lingkungan hidup. Antara lain:
- Akumulasi bahan beracun
- Efek rumah kaca
- Perusakan lapisan ozon
- Hujan asam
- Deforestasi dan penggurunan
- Keanekaragaman hayati
2.Lingkungan Hidup dan Ekonomi
2.1. Lingkungan hidup sebagai “the commons”
The commons adalah ladang umum yang dulu dapat ditemukan dalam banyak
daerah pedesaan di Eropa dan dimanfaatkan secara bersama-sama oleh semua
penduduknya. Sering kali diartikan padang rumput yang dipakai oleh semua
penduduk kampung sebagai tempat pengangonan bagi ternaknya.lam zaman modern,
seiring bertambahnya penduduk sistem itu tidak bisa dipertahankan lagi dan ladang
umum itu diprivatisasi dengan menjualnya kepada penduduk perorangan. Kejadian itu
merupakan suatu perubahan sosial-ekonomi yang besar antara lain karena menjadi
awal mula pemilikan tanah dalam kuantitas besar oleh orang kaya (the landlords).
Menurut Hardin, masalah lingkungan hidup dan masalah kependudukan dapat
dibandingkan dengan proses menghilangnya the commons. Solusi teknis hanya
bersifat sementara dan tidak menangani masalahnya pada akarnya. Jalan keluar yang
efektif terletak di bidang moral, yakni dengan membatasi kebebasan. Solusi itu
memang bersifat moral karena pembatasan kebebasan harus dilaksanakan dengan adil.
Membiarkan kebebasan dari semua orang justru akan mengakibatkan kehancuran bagi
semua orang.
The tragedy of commons dapat dipandang sebagai kebalikannya dari the
invisible hand menurut Adam Smith. Smith berpendapat bahwa kemakmuran umum
dengan sendirinya akan terwujud, jika semua orang mengejar kepentingan diri di
pasar bebas. Tetapi jika semua orang mengejar kepentingan diri masing-masing dalam
konteks lingkungan hidup, tidak akan dihasilkan kemakmuran umum, melainkan
kehancuran bersama.
2.2. Lingkungan Hidup tidak lagi eksternalis
Sumber daya alam pun ditandai dengan kelangkaan. Akibatnya, faktor
lingkungan hidup pun termasuk urusan ekonomi, karena ekonomi adalah usaha untuk
memanfaatkan barang yang langka dengan cara paling efisien, sehingga bisa dinikmati
semua peminat. Kini environmental economics diterima sebagai suatu cabang penting
dari ilmu ekonomi.
Karena sumber daya alam pun barang langka dan harus diberi suatu harga
ekonomis, komponen-komponen lingkungan hidup itu tidak lagi merupakan
eksternalities. Maksudnya adalah faktor-faktor yang sebenarnya bersifat ekonomis, tapi
tetap tinggal di luar perhitungan ekonomis. Eksternalitas seperti itu mengakibatkan pasar
menjadi tidak sempurna.
Sekarang lebih mudah disetujui bahwa efek atas lingkungan hidup itu tidak
lagi boleh diperlakukan sebagai eksternalitas ekonomis. Bukan saja dari sudut moral,
tetapi dai sudut ekonomis pun hal itu tidak sehat. Namun demikian belum disetujui
bagaimana sebaiknya faktor lingkungan diperhitungkan secara ekonomis.