Anda di halaman 1dari 26

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengetahuan
2.1.1. Defenisi Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil “Tahu” dan ini terjadi

setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Penginderaan terjadi malalui panca indera manusia, yaitu indera

penglihatan, penciuman rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan

manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoadmodjo, 2016).

2.1.2. Tingkat Pengtahuan

Menurut (Nasution, 2016) terhadap 7 (tujuh) tingkatan daya

mengetahui atau dominan kognisi manusia yaitu: tahu, mengerti,

memahami, aplikasi, analisis, sinstesis dan evaluasi.

1) Tahu (know)

Tahu adalah suatu yang ada didalam pikiran sebagai hasil

dari pengalaman atau di informasikan atau karena sudah dipelajari.

Mengatahui (knowing) adalah kemampuan yang menunjukan

tingkat kecerdasan (intelligence) atau ketajaman atau kesadaran

seseorang (Hornby, 2016).

2) Mengerti (Understand)

Mengerti adalah kemampuan seseorang mengetahui tentang

arti, sifat, atau penjelasan sesuatu. (Hornby, 2016)

5
6

3) Memahami (Comprehension)

Memahami di artikan sebagai suatu objek kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat

menginterprestasikan materi tersebut secara benar (Notoadmodjo,

2016), menurut (Hornby, 2016) memahami adalah kemampuan

pikiran seseorang untuk mengerti tentang makna secara lebih luas.

4) Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi sebenarnya

(real) (Notoadmodjo, 2016)

5) Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi

atau suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi masih

didalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya

satu sama lain (Notoadmodjo, 2016).

6) Sintesis (synthesis)

Sistesis menunjukan kepada suatu kemampan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu

bentuk keseluruhan yang baru (Notoadmodjo, 2016).

7) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi adalah kemampuan untuk melakukan pembenaran

(justifikasi) atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

Penilaian itu bisa berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan


7

sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada (Notoadmodjo,

2016).

2.1.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang

yaitu :

1. Umur

Umur adalah lamanya seseorang hidup dari tahun lahirnya

sampai dengan ulang tahunnya yang terakhir. Umur mempengaruhi

daya tanggap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia

semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga

pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik dan bisa

sebaliknya (Notoadmodjo, 2016)

2. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan

keperibadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan

berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses

belajar, makin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah

seseorang tersebut menerima informasi dengan pendidikan tinggi

maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik

dari orang lain maupun media massa. Pengetahuan erat kaitannya

dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas

pengetahuannya. Kategori pendidikan orangtua menurut

(Notoadmodjo, 2016)
8

1. Sekolah dasar (SD)

2. Sekolah menengah pertama (SMP)

3. Sekolah menengah atas (SMA)

4. Perguruan tingi (D1,D2,D3,S1,S2)

3. Pekerjaan

Setiap pekerjaan apapun jenisnya, apakah pekerjaan tersebut

memrlukan kekuatan alat ataupun pikiran adalah merupakan beban

bagi yang melakukannya. Dengan sendirinya beban ini dapat

berupabeban pikiran, beban mental ataupun sosial sesuai dengan

jenis pekerjaannya. Pekerjaan ibu dikategorikan sebagai berikut

menurut (Notoadmodjo, 2016) :

1. Wiraswasta

2. Petani

3. PNS (Pegawai Negeri Sipil)

4. Sumber informasi

Sumber informasi mempengaruhi baik dari orang maupun

media dalam kaitan kelompok lain seseorang atau masyarakat

didalam proses pendidikan. Semakin banyak mendapat informasi

akan semakin tinggi pengetahuan seseorang. Karegori sumber

informasi pada responden menurut (Notoadmodjo, 2016) :

1. Media cetak

2. Media elektronik

3. Tenaga kesehatan
9

4. Tenaga non kesehatan

5. Paritas

Paritas merupakan banyak jumlah kehamilan hidup yang

dialami oleh seorang wanita. Paritas dapat dibedakan menjadi

primipara, skundipara, multipara, grande multipara (Saifuddin,

2015). Pengalaman sebagai sumber ilmu pengetahuan diperoleh

dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh

dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu

(Notoadmodjo, 2016).

2.2. Pengertian ibu

2.2.1. Defenisi Ibu

Ibu adalah sebutan untuk menghormati koadrat perempuan dan

sebagai satu-satunya jenis kelamin yang mampu untuk melahirkan

anak, menikah atau tidak mempunyai kedudukan atau tidak, seseorang

perempuan adalah seorang ibu. Istilah ibu diberikan pada ibu yang

telah menikah dan mempunyai anak. Peran ibu nilai paling penting,

melebihi peranan yang lain (Limbong, 2017)

2.2.2. Defenisi Kehamilan

Kehamilan adalah suatu proses fisiologis yang terjadi pada

perempuan akibat sel kelamin laki-laki dan sel kelamin perempuan

dengan kata lain, kehamilan adalah pembuahan ovum oleh

spermatozoa, sehingga mengalami nidasi pada uterus dan berkembang

sampai kelahiran janin (Arantika, 2019).


10

2.3. Gonorhea ( kencing nanah )

2.3.1. Defenisi Gonoroe

Kencing nanah (Gonoroe) merupakan semua penyakit yang

disebabkan oleh infeksi Neisseria gonorrhoeae. Diplokokus Gram

negatif ini ditularkan melalui kontak genitogenital, orogenital,

anogenital, maupun alat-alat yang dipakai bersama. Masa inkubasi

gonore pada laki-laki umumnya 3-5 hari. Sedangkan pada perempuan

sulit ditententukan karena umumnya asimtomatis. Kelainan yang

timbul dibedakan menjadi gonore genital dan gonore ekstragenital.

Kencing nanah (Gonoroe) adalah penyakit menular seksual yang

disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorhoeae yang menginfeksi

lapisan dalam saluran kandung kemih, leher rahim, rectum,

tenggorokan, serta bagian putih mata. Penyakit gonore ini dapat

menyebar melalui aliran darah kebagian tubuh lainnya terutama pada

kulit dan persendian. Bila penyakit gonore ini menyerang wanita,

maka wanita tersebut bisa merasakan nyeri panggul serta gangguan

reproduksi. Penyakit gonore ini tidak hanya menyerang pria dan

wanita dewasa. Namun bayi yang baru lahir sekalipun bisa terinfeksi

gonore dari ibunya bila selama proses kelahiran terjadi pembengkakan

pada kedua kelompok matanya dan mengeluarkan nanah. Bila tidak

segera ditangani dan diobati, bisa menyebabkan kebutaan pada

bayinya (Marcelena dkk, 2018)


11

2.3.2. Etiologi

Gonore disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae.

Bakteri ini adalah bakteri Gram negatif berbentuk diplokokus

(berpasangan) dan merupakan patogen yang eksklusif pada manusia.

Gonokokus, seperti semua spesies Neisseria lainnya, merupakan

oksidase positif. Mereka dibedakan dari Neisseriae lain oleh

kemampuan mereka untuk tumbuh pada media selektif dan untuk

memanfaatkan glukosa tetapi tidak maltosa, sukrosa, atau laktosa.

Gambar 1. Bakteri Neisseria gonorrhoeae

(CDC, 2015)

Neisseria gonorrhoeae merupakan bakteri intrasel, tidak bisa

bertahan hidup dengan baik di luar tubuh (ekstrasel). Tidak tahan

lama di udara bebas, cepat mati pada keadaan kering, tidak tahan

suhu di atas 39°C dan zat desinfektan. Bakteri ini dapat dibiakkan di

media Thayer-Martin (TM) dan 11 tumbuh optimal dengan suhu 35-

37°C, pH sekitar 6,5-7,5, dengan kadar CO2 5%.21,24 Terdapat 4

tipe gonokokus secara morfologik, yaitu tipe I dan II yang memiliki

pili yang bersifat virulen, serta tipe III dan IV dengan pili yang
12

bersifat nonvirulen. Hanya tipe I dan II yang merupakan patogen

terhadap manusia. Pili akan membantu perlekatan gonokokus pada

permukaan mukosa epitel dan menimbulkan reaksi radang. Hal ini

juga dapat menyebabkan resistensi terhadap pengobatan gonore.26–

28 Bakteri ini memiliki tiga lapisan selubung sel dari luar ke dalam,

yaitu membran luar, peptidoglikan, dan membran sitoplasma. Struktur

permukaan dari Neisseria gonorrhoeae mencakup pili, protein seperti

porin, Opacity-associated protein (Opa), Reduction-modifiable

protein (Rmp), dan protein lain. Struktur ini dapat berubah karena

sifatnya yang heterogen secara antigenik, sehingga menjadi salah satu

faktor dalam resistensi gonore (Lydia, 2016).

2.3.3. Faktor Predisposisi

Gonore dapat terjadi pada semua manusia. Tetapi tidak semua

manusia mempunyai risiko tinggi untuk terinfeksi kuman penyebab

gonore ini. Faktor yang meningkatkan resiko untuk terinfeksi kuman

Neissreia gonorrhoeae adalah:

1. Semakin muda usia (<25 tahun) untuk melakukan hubungan

seksual pertama kali

2. Penggunaan obat-obatan terutama secara injeksi, peminum

alkohol

3. Tinggal bersama di suatu tempat penahanan / penjara

4. Memiliki banyak pasangan seksual secara bersamaan dan

bergantian
13

5. Berhubungan seksual dengan pasangan baru, penderita infeksi

menular seksual (heteroseksual, homoseksual, biseksual)

6. Tidak menggunakan kondom atau menggunakan kondom tapi

tidak benar (wanita memiliki risiko ±40-60% tertular oleh

pasangannya yang terinfeksi)

7. Kondisi tubuh yang rentan terhadap suatu infeksi

8. Sosial ekonomi dan pendidikan yang rendah ( Diandra, 2017).

2.3.4. Klasifikasih

1. Infeksi gonokokal non komplikasi/Uncomplicated Gonococcal

Infections

Infeksi gonokokal yang termasuk dalam golongan ini adalah infeksi

gonokokal urogenital (serviks, uretra dan rektum), faring dan

gonokokal konjungtivitis.
14

2. Infeksi gonokokal diseminasi/ Disseminated Gonococcal Infections

Infeksi gonokokal diseminasi ditandai dengan munculnya lesi pada

kulit, arthritis dan seringkali komplikasi perihepatitis, endokarditis

dan meningitis.

3. Infeksi gonokokal pada neonatus/ Gonococcal Infections Among

Neonates.

Infeksi gonokokal dapat menjadi masalah serius bagi ibu hamil yang

terinfeksi dikarenakan dapat mengakibatkan ophtalmia neonatorum/

infeksi konjungtivitis pada bayi baru lahir sehingga terjadi kebutaan

pada bayi baru lahir. Infeksi gonokokal pada neonatus terdiri dari

ophtalmia neonatorum dan gonococcal scalp abscesses.


15

4. Infeksi gonokokal pada bayi dan anak/ Gonococcal Infections Among

Infants and Children.

Golongan klasifikasi ini sama dengan golongan infeksi gonokokal non

komplikasi dan infeksi gonokokal diseminasi, tetapi golongan ini

dibuat untuk memberikan panduan pengobatan yang lebih efektif

berdasarkan usia ( Marcelena dkk, 2018).

2.3.5. Patofisiologi

Bakteri Neisseria gonorrheae merupakan bakteri diplokokus

gram negatif yang bersifat intraseluler yang mempengaruhi epitel

kuboid atau kolumner pada hostnya. Virulensi dan patogenitas bakteri

ini tergantung pada banyak hal, misalnya protein opacity-associated

yang dapat meningkatkan perlekatan antara gonokokus (bentuk koloni

pada kultur media) dan juga meningkatkan perlekatannya dengan

fagosit.

Awalnya gonokokus melekat pada sel mukosa hostnya kemudian

melakukan penetrasi seluruhnya diantara sel dalam ruang sub epitel.

Karakteristik respon host oleh invasi gonokokus adalah dengan adanya

neutrofil, diikuti dengan pengelupasan epitel, pembentukan mikroabses

submukosa dan discharge purulen. Apabila tidak diobati, infiltrasi

makrofag dan limfosit akan digantikan oleh neutrofil. Beberapa strain

menyebabkan infeksi asimptomatik.

Gonokokus yang menyerang membran selaput lendir dari saluran

genitourinaria, mata, rektum, dan tenggorokan menghasilkan eksudat


16

akut yang mengarah ke infeksi jaringan lalu hal ini diikuti dengan

inflamasi kronis dan fibrosis. Pada pria, biasanya terjadi peradangan

uretra, eksudat berwarna kuning dan kental, disertai rasa nyeri saat

membuang air kecil. Infeksi uretra pada pria dapat menjadi infeksi

yang asimptomatik. Sedangkan pada wanita, infeksi primer terjadi di

indoserviks dan menyebar ke uretra dan vagina, serta meningkatkan

sekresi cairan mikropurulen. Hal ini dapat berkembang ke tuba uterine,

dan menyebabkan salpingitis, fibrosis dan obliterasi tuba.

Bakterimia pada infeksi gonorrhea mengarah pada infeksi kulit

(terutama pembentukan papula dan pustula yang hemorrages) yang

terdapat pada tangan, lengan, kaki, dan tenosynovitis dan arthritis

bernanah yang biasanya terjadi pada lutut, pergelangan kaki dan

tangan. Endokarditis yang disebabkan oleh gonokokus kadang dapat

menginfeksi lapisan meningeal otak yang dapat menyebabkan

meningitis dan dapat menginfeksi mata khususnya konjungtiva mata.

Bakteri gonokokus yang menyebabkan infeksi lokal sering peka

terhadap serum tetapi bakteri ini relatif resisten terhadap obat anti

mikroba. Akan tetapi terjadi hal sebaliknya ketika gonokokus

menginfeksi sampai ke dalam aliran darah dan menyebabkan infeksi

yang menyebar biasanya resisten terhadap serum tetapi peka terhadap

penisilin dan obat antimikroba lainnya serta berasal dari auksotipe yang

memerlukan arginin, hipoxantin, dan urasil untuk pertumbuhannya

(Afriana, 2016).
17

2.2.6. Tanda dan Gejala

A. Perempuan

1. 50% infeksi endoserviks bersifat asimtomatis

2. Gejala : duh tubuh vagina ( hingga 50%), dysuria, nyeri abdomen

bagian bawah atau nyeri pelvis, perdarahan diantara siklus

menstruasi atau menometroragia.

3. Tanda-tanda : pemeriksaan dapat menunjukkan hasil yang normal

atau terdapat servisitis dengan duh tubuh endiserviks

mukopurulen, serviks yang mudah berdarah jika disentuh, nyeri

tekan pada abdomen bagian bawah atau pelviks

B. Laki-laki

1. 10% infeksi uretra bersifat asimtomatis

2. Gejala : duh tubuh uretra (pada >80%) dan/atau dysuria (>50%)

biasanya terjadi dalam 2-5 hari pejanan

3. Tanda-tanda : duh tubuh uretra purulent atau mukopurulen

biasanya sering ditemukan : balanitis, nyeri tekan, atu

pembengkakan epididymis lebih jarang ditemukan

C. Infeksi rectum

1. Pada perempuan, lebih sering terjadi melalui penyebaran

transmukosa sekresi genital yang terinfeksi dan bukan hubungan

seksual anal
18

2. Biasanya bersifat asimtomatis pada laki-laki dan perempuan

tetapi dapat menyebabkan duh tubuh anal (12%) atau nyeri atau

rasa tidak nyaman pariana/anal

3. Gonorrhea rectum merupakan penanda utama hubungan seksual

anal tanpa proteksi

D. Infeksi faring

1. Biasanya bersifat asimtomatis (90%)

E. Infeksi konjingtiva (dewasa)

1. Jarang terjadi, biasanya berupa secret purelen unilateral atau

bilateral dari satu atau kedua mata dan inflamasi (Melville, 2017).

2.3.7. Diagnosa

Diagnosis gonorrhea, juga dikenal sebagai gonore atau gonorea,

berdasarkan riwayat hubungan seksual yang tidak terproteksi atau

berisiko, baik secara vaginal, aral, maupun oral, disertai gejala berupa

cairan purulen yang timbul dari area tubuh yang terpengaruh.

Pemeriksaan penunjang gonorrhea berupa pemeriksaan mikroskopik

melalui pemeriksaan gram dan pemeriksaan polymerase chain reaction.

1. Anamnesis

Hal yang harus ditanyakan saat anamnesis adalah riwayat

hubungan seksual yang tidak terproteksi atau perilaku hubungan

seksual berisiko, seperti berganti-ganti pasangan, laki-laki seks laki-

laki (LSL), atau biseksual. serta menanyakan mengenai keluhan-

keluhan berikut:
19

a. Sekret vagina/uretra/anal

b. Disuria

c. Pendarahan intermenstrual

d. Dispareunia

e. Demam

f. Edema genitalia eksterna

g. Nyeri ereksi

h. Nyeri perut bawah

2. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik gonore dibedakan antara pria dan wanita :

a. Pria

Pada pria, dilakukan inspeksi dan palpasi untuk melihat

adanya nyeri testikuler, pembengkakan pada testis, edema, nyeri

sentuh, munculnya secret atau discharge berwarna putih

kekuningan pada penis.

b. Wanita

Pemeriksaan fisik pada wanita dimulai dengan inspeksi

dari genitalia eksterna yakni bagian klitoris dan labia. Perhatikan

adanya edema atau tanda inflamasi, adanya sekret. Pemeriksaan

fisik dilanjutkan dengan pemeriksaan inspekulo (hindari

penggunaan jelly lubrikan, karena menghancurkan bakteri 

Neisseria. gonorrhoeae). Perhatikan mukosa dinding vagina dan

serviks dan tanda-tanda inflamasi. Permukaan serviks dapat


20

tampak hiperemis, erosif, dengan disertai adanya eksudat

mukopurulen. Pada dinding vagina, dapat terlihat sekret yang

menempel atau mengalir, disertai nyeri dan aroma tidak sedap

(Allert, 2017).

3. Tes Laboratorium

Menurut Pemeriksaan tambahan atau pemeriksaan penunjang

direkomendasikan untuk pasien suspek mengalami infeksi gonorrhea

dimana pasien tersebut memiliki tanda dan gejala, ataupun pasien

yang asimptomatik.

Pemeriksaan yang tersedia untuk mendiagnosis gonorrhea antara

lain:

1) Pemeriksaan mikroskopis

Bertujuan untuk mengidentifikasi diplokokus gram negatif

yang memiliki sensitivitas >90% untuk pasien laki-laki yang

simptomatis dan 50-75% untuk pasien laki-laki asimptomatik dan

spesifisitas >90. pada pasien laki-laki yang mengalami gejala

yang simptomatik dan asimptomatik. Gambaran mikroskopis

sediaan hapusan serviks memperlihatkan bahwa bakteri

diplokokus gonorrhea terdapat dalam bentuk diplokokus

polimorphonuklear (PMN).

Keuntungan primer diagnosis dengan mikroskopis pada

penderita gonorrhea adalah hasil yang lebih cepat diketahui. Tapi

untuk meningktakan sensitivitas, mdiagnosisnya dapat dilakukan


21

dengan mengkombinasi pemeriksaan mikroskopis dengan

pemeriksaan kultur dan NAAT, akan tetapi jika pada pemeriksaan

mikroskopis sudah ditemukan Neisseria gonorrhoeae maka kultur

berfungsi untuk melihat apakah adanya resistensi pada

pengobatan infeksi tersebut.

Pemeriksaan mikroskopis tidak disarankan untuk untuk

mendeteksi infeksi faring karena memiliki spesifisitas dan

sensitivitas yang rendah.

2). Kultur

Kultur bakteri untuk Neisseria gonorrhoeae memiliki

spesifisitas di atas 99%, dan merupakan metode diagnosis terbaik.

Sedangkan sensitivitas untuk mendeteksi gonorrhea berkisar 50-

92%. Sensitivitas kultur bakteri tergantung dari pengumpulan,

transport, penyimpanan, dan prosedur isolasi untuk

mengptimalkan hasil kultur bakteri. Kultur bakteri ini dapat

dilakukan pada beberapa anatomi tubuh yang mengalami infeksi

antara lain uretra, serviks, faring, rectal, konjungtiva, joint fluid

dan darah akan tetapi kultur tidak disarankan menggunakan

spesimen yang berasal dari urine.

3). NAAT (Nucleic Acid Amplification Testing)

Awal diperkenalkan pada tahun 1990 dan merupakan

diagnosis yang sangat sederhana dengan sensitivitas lebih baik

dibandingkan dengan kultur bakteri Neisseria gonorrhoeae.


22

Sample yang digunakan biasanya diambil dari urin, serviks, dan

uretra. Pemeriksaan menggunakan urine biasanya memang lebih

tidak invasive tapi jika dilakukan pada wanita maka

sensitivitasnya lebih rendah dibandingkan penggunaan sample

dari serviks.

Kekurangan dari pemeriksaan ini adalah tidak dapat

mengetahui hasil yang memadai untuk melihat apakan adanya

resistesi bakteri terhadap antimicrobial, dan juga pemeriksaan ini

tidak disarankan untuk dilakukan pada sample yang diambil dari

faring dan rectal (Bontovics dkk, 2016).

2.3.8. Diagnosa Banding

Diagnosis banding gonorrhea adalah sebagai berikut:

a. Infeksi saluran kemih

b. Uretritis nonspesifik seperti klamidia atau herpes simpleks

c. Servisitis nongonokokus

d. Abses perianal

e. Faringitis

f. Konjungtivitis nongonokokus (Allert, 2017)

2.3.9. Pencegahan

1. Setia pada satu pasangan

Seks bebas dan bergonta-ganti pasangan dapat meningkatkan

risiko seseorang untuk terkena penyakit menular seksual, termasuk

gonore. Dengan demikian, cara terbaik melakukan pencegahan


23

penyakit gonore adalah tidak sembarangan berhubungan seks atau

senantiasa setia pada satu pasangan.

Anda mungkin pernah mendengar ungkapan bahwa jika kita

berhubungan seks dengan seseorang, otomatis kita juga berhubungan

seks dengan partnernya di masa lalu. Semakin sering Anda bergonta-

ganti pasangan, semakin besar pula kemungkinan risiko penyakit

menular seksual dari partner Anda tersebut.

2. Gunakan kondom

Kondom membantu mencegah berbagai infeksi menular

seksual seperti gonore, bahkan hingga 98%. Penggunaan

kondom pun semakin wajib jika Anda tidak mengetahui status

kesehatan partner seksual Anda. Tak dipungkiri, banyak orang yang

tidak jujur dan terbuka dengan kondisi kesehatannya saat

berhubungan seks sehingga penggunaan kondom menjadi wajib.

3. Cek rutin status kesehatan Anda dan pasangan

Semua kalangan yang aktif berhubungan seksual sangat

dianjurkan melakukan pemeriksaan gonore secara berkala.

Kelompok yang berisiko mengalami penyakit ini termasuk individu

yang baru menjalani hubungan dan akan berhubungan seks, individu

yang memiliki banyak pasangan, atau individu yang pasangannya

menderita IMS tertentu.


24

Lelaki yang berhubungan seks dengan lelaki (LSL) juga

dianjurkan untuk mengecek kesehatannya secara rutin, termasuk

pemeriksaan gonore.

4. Terbuka pada pasangan

Mengetahui status Anda dan pasangan membantu menurunkan

risiko penularan penyakit menular seksual, tak terkecuali gonore.

Hal ini harus dengan catatan bahwa Anda dan pasangan saling

terbuka satu sama lain.

5. Tidak berhubungan seks jika pasangan menunjukkan gejala

Apabila pasangan dan partner Anda menunjukkan gejala

infeksi menular seksual, Anda sangat disarankan untuk menunda

hubungan intim terlebih dahulu. Gejala yang dapat diidentifikasi

yakni ruam dan luka pada area genital pasangan, atau pasangan

mengaku mengalami sensasi terbakar saat buang air kecil (Melville,

2017).

2.3.10. Penganganan / Therapi

Adapun pengobat gonore menurut :


A. Terapi kausal

1. Terapi gonore untuk daerah dengan insidens NGPP tinggi

berdasarkan centers for diasese control (CDC) :

a. Seftriakson 250 mg IM + azitromisin 1g dosis tunggal selama

7 hari
25

- Atau seftriakson 250 Im + doksisiklin 2 x 100 mg per hari

selama 7 hari

- Terapi ini merupakan lini pertama untuk pengobatan

gonore urogenital, anorektal, dan faringetal tanpa

komplikasi

b. Sefiksim 400 mg per oral dosis tunggal + azitromisin 2 x 100

mg per hari selama 7 hari

- Atau sefeksim 400 mg per oral dosis tunggal + doksisiklin

2 x 100 mg per hari selama 7 hari

c. Azitromisisn 2 g dosis tunggal

Untuk para pasien yang diberikan pengobatan alternatif dari

setriakson. Wajib kembali untuk pemeriksaan kembali setelah

selesai diminum.

Terapi alternatif untuk gonore

d. Sefotaksim 1 g per oral + probenasid 1 g atau

e. Sefotaksim 1 g IM + doksisiklin/tetrasiklin/eritromisin

2. Terapi gonore untuk daerah dengan insidens NGPP rendah

a. Penisilin, ampicillin, amoxilin:

- Penisilin G prokain akut 4.8 juta U + probenasid 1 g dapat

menutupi gejala sifilis atau

- Ampicillin 3.5 g + probenesid 1 g atau

- Amoxilin 3 g + probenesid 1 g
26

Kontraindikasih pasien di daerah dengan NGPP yang

tinggi.

Gonore NGPP: spektomisin, kanamisin, sefalosporin,

tiamfenikol, kuiolon

b. Sefalosforin

- Seftriakson 250 mg IM

- Sefalosprazon 0,5-1 g IM, atau

- Sefksim 400 mg per oral dosis tunggal

c. Spektinomisin

- Spektomisin 2 g IM atau

- Kanamisin 2 g

3. Untuk pasien yag gagal dangan penisilin maupun tersangka

sifilis

a. Tiamfenikol 3.5 g per oral, tidak untuk ibu hamil

b. Kuinolon

- Ofloksasin 400 mg per oral, atau

- Siproflaksasin 250-500 mg per oral, atau

- Norfloksasin 800 mg per oral ; atau

- Levoflaksasin 250 mg per oral dosis tunggal.

tidak untuk ibu hamil dan menyusui serta anak di bawah 12

tahun.

c. Doksisiklin, tetrasiklin, eritromisin, dilaporkan sudah tidak

efektif lagi
27

4. Jika terdapat bartolintis atau prostatitis, berikan :

a. Sefeksim 400 mg per oral selama 5 hari

b. Seftriakson 250 mg IM selama 3 hari

c. Levoflaksasin 500 mg per oral selama 5 hari

d. Tiamfenikol 3.5 g per oral selama 5 hari

e. Kanamisin 2g IM selama 3 hari

5. Konjungtivitis gonore pada neonatus

Pencegahan

a. Setelah bayi baru lahir mata segera dibersihkan

b. Berikan tetes mata larutan nitras argenti 1% atau salap

tetrasiklin 1%

Pengobatan

c. Seftriakson 50-100 mg/kb BB IM dosis tunggal, maksimal

125mg

d. Kanamisin 25 mg/Kg BB IM dosis tunggal maksimal 75 mg

e. Spektiomisin 25 mg/Kg BB IM dosis tunggal mskimal 75 mg

B. Terapi simptomatis

Dalam penanganan rasa nyeri dapat diberikan terapi simptomatik

asam befenamat 500 mg /hari

C. Terapi suportif

Vitamin Becom-C 500mg/hari (Marcelena dkk, 2018).


28

2.3.11. Komplikasi

Gonore adalah penyakit menular yang paling sering

ditularkan melalui kontak seksual vaginal, anal, atau oral dengan

orang yang terinfeksi. Kondisi ini disebabkan oleh infeksi

bakteri Neisseria gonorrhoeae.

Bakteri N. gonorrhoeae dapat hidup dan berkembang di

saluran reproduksi yang hangat dan lembap, seperti leher rahim,

uterus (rahim), dan tuba falopi (saluran telur) pada wanita. Bakteri

tersebut juga bisa berkembang di uretra (saluran yang membawa urine

dari kandung kemih keluar tubuh) pada wanita maupun pria, mulut,

tenggorokan, dan anus.

A. Bahaya Gonore pada Kehamilan

Ibu yang sedang hamil bisa tidak tahu jika dia telah

terinfeksi gonore. Ini karena gejala penyakit gonore pada ibu hamil

kebanyakan tidak spesifik. Kalau pun ada, gejalanya bisa mirip

seperti keluhan yang dapat terjadi dalam kehamilan biasa,

seperti keputihan, perdarahan, atau muncul bercak darah pada

vagina. Jika gonore pada ibu hamil tidak segera diobati, berbagai

komplikasi kehamilan akan muncul. Misalnya, kemungkinan

keguguran, persalinan premature, air ketuban pecah sebelum

waktunya, infeksi pada lapisan dinding dalam rahim (endometritis),

dan kehamilan ektopik (kehamilan di luar rahim). Selain itu, infeksi

gonore juga membuat ibu hamil lebih rentan terserang HIV dan
29

beberapa infeksi menular seksual (IMS) lainnya, serta

meningkatkan risiko terkena infeksi rahim setelah melahirkan.

B. Bahaya Gonore pada Bayi Baru Lahir

Wanita yang sedang hamil dan menderita gonore dapat

menularkan infeksi pada bayinya selama persalinan. Ini terjadi

ketika bayi bersentuhan dengan cairan kelamin ibu. Gejala penyakit

gonore pada bayi yang terinfeksi biasanya muncul 2-5 hari setelah

persalinan. Bayi yang terinfeksi gonore dapat mengalami kondisi

seperti pink eye (konjungtivitis), infeksi berat (sepsis) radang

sendi (arthritis), infeksi kulit, infeksi pada cairan dan jaringan yang

mengelilingi otak dan sumsum tulang belakang (meningitis).

Kondisi-kondisi tersebut dapat menyebabkan kecacatan atau

kebutaan pada bayi.

C. Penanganan Gonore

Ibu hamil yang terinfeksi gonore atau penyakit menular

seksual lainnya pada masa kehamilan harus melakukan tes. Tes ini

dilakukan saat kunjungan pemeriksaan kehamilan pertama dan

diulang saat trimester akhir kehamilan. Pemeriksaan perlu dilakukan

baik pada ibu hamil maupun pasangannya.

Gonore dapat diobati dengan antibiotik yang aman untuk

dikonsumsi selama kehamilan. Pengobatan harus diberikan kepada

ibu hamil dan pasangannya. Selain itu, suami istri yang sedang
30

menjalani pengobatan tidak boleh melakukan hubungan seksual

sampai pengobatan benar-benar selesai dan dinyatakan sembuh.

Bayi yang lahir dari ibu dengan gonore perlu segera diobati

setelah lahir untuk mencegah infeksi. Jika terjadi infeksi pada mata,

bayi dapat diobati dengan antibiotik (Bontovics dkk, 2016).

Anda mungkin juga menyukai