Anda di halaman 1dari 34

CASE BASED DISCUSSION

LOW BACK PAIN

Disusun oleh:
Maehiuhani Pradinta Arwilia
1815127

Pembimbing:
dr. Haryono, Sp.S

SMF ILMU PENYAKIT SARAF


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
RUMAH SAKIT IMMANUEL
BANDUNG
2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI i
DAFTAR GAMBAR ii
DAFTAR TABEL iii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
BAB II PEMBAHASAN 2
2.1 Definisi 2
2.2 Epidemiologi 2
2.3 Etiologi 2
2.4 Faktor Risiko 2
2.5 Klasifikasi 3
2.6 Karakteristik Low Back Pain 4
2.7 Patogenesis 5
2.8 Hubungan antara Posisi Tubuh terhadap Low Back Pain 5
2.8.1 Posisi Duduk 5
2.8.2 Posisi Berdiri 5
2.8.3 Posisi Berbaring 5
2.8.4 Posisi Berjalan 6
2.8.5 Tekanan Intradiskal……………………………………………………………………..6
2.9 Dasar Diagnosis 6
2.10 Red Flag 10
2.11 Diagnsosi Banding 11
2.12 Pemeriksaan Penunjang 13
2.13 Penatalaksanaan 14
DAFTAR PUSTAKA 16
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kekuatan otot dan refleks 7
Gambar 2.2 Pemeriksaan Columna vertebralis dan ROM 7
Gambar 2.3 Kekuatan otot dan refleks 8
Gambar 2.4 Pemeriksaan Columna vertebralis dan ROM 8
Gambar 2.5 Pemeriksaan refleks dan sensoris LBP 8
Gambar 2.6 Dermatomal Pemeriksaan sensoris 8
Gambar 2.7 Patrick Test 9
Gambar 2.8 Straight Leg Test 9
Gambar 2.9 Reverse Straight Leg Test 10
Gambar 2.10 Bragad’s Sign 10
Gambar 2.11 Sicard Sign 11
Gambar 2.12 Redflag 12
Gambar 2.13 Dasar diagnosis 13
Gambar 2.14 Dasar diagnosis 13
Gambar 2.15 Exercise Mc. Kenzie 14
Gambar 2.16 Exercise Mc. Kenzie 15
Gambar 2.17 Backward bend 16
Gambar 2.18 Press up 17
Gambar 2.19 Bridging 17
Gambar 2.20 Double knee to chest 18
Gambar 2.21 Piriform stretch 18
Gambar 2.22 Single Knee to Chest 18
Gambar 2.23 Wall sit 19
Gambar 2.24 Hamstring stretch in the doorway 19
Gambar 2.25 cat camel 20
Gambar 2.26 Posisi berdiri 20
Gambar 2.27 Posisi angkat benda 21
Gambar 2.28 Posisi berjalan 21
Gambar 2.9 Posisi baring 21
Gambar 2.30 Posisi tidur 21
Gambar 2.31 Posisi duduk 22
Gambar 2.32 Posisi duduk 22
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Karakteristik Low Back Pain 4


Tabel 2 Pilihan Terapi untuk Low Back Pain 14
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Low Back Pain (LBP) dialami hampir oleh setiap orang selama hidupnya. Di Negara
barat misalnya, kejadian LBP telah mencapai proporsi epidemic. Low back pain
merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering dijumpai di masyarakat. World
Health Organization (WHO) menyatakan sekitar 150 jenis gangguan
muskuloskeletal diderita oleh ratusan juta orang yang menyebabkan nyeri dan
inflamasi yang sangat lama serta disabilitas atau keterbatasan fungsional, sehingga
menyebabkan gangguan psikologis dan sosial penderita. Menurut WHO (2013)
menunjukkan bahwa 33% penduduk di negara berkembang nyeri persisten. Di Inggris
sekitar 17,3 juta orang pernah mengalami nyeri punggung dan dari jumlah tersebut sekitar
1,1 juta orang mengalami kelumpuhan yang diakibatkan oleh nyeri punggung. 26% orang
dewasa Amerika dilaporkan mengalami LBP setidaknya satu hari dalam durasi tiga bulan
Data di Indonesia diperoleh kejadian LBP sekitar 7,6-37%, sering terjadi pada
penduduk usia 20-40 tahun. Dari semua kasus LBP di 90% paling banyak
disebabkan oleh kesalahan posisi tubuh dalam bekerja pada usia 60 tahun kasus LBP
pada wanita lebih banyak disbanding pria.
Low Back Pain dapat disebabkan oleh berbagai hal, seperti trauma, proses
peradagan, proses degenerasi, penyakit organ abdomen, keadaan psikogenik dan
keadaan postur tubuh yang salah.
Pasien dengan low back pain perlu penatalaksanaan non medikamentosa dan
medikamentosa. Penatalaksanaan non medikamentosa berupa olahraga,
Transcutaneus electrical nerve stimulation, CBT, edukasi mengenai posisi tubuh saat
melakukan aktivitas seperti duduk, berdiri, berbaring, berjalan, dan saat mengangkat
beban. Perlu dipertimbangkan juga penanganan berupa fisioterapi maupun operasi
sesuai indikasi. Penatalaksanaan medikamentosa dipertimbangkan untuk pemberian
analgetik, muscle relaxant, ataupun antidepresan.
Komplikasi pada pasien LBP dapat berupa kerusakan saraf, kelumpuhan, serta
kualitas hidup menjadi buruk. Maka dari itu perlu tindakan preventif, kuratif, dan
rehabilitatif pada pasien LBP.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Low Back Pain (LBP) adalah rasa nyeri yang dirasakan diantara sudut iga
terbawah dan lipat bokong bawah yaitu didaerah lumbal atau lumbosakral.

2.2 Epidemiologi
Di Indonesia kejadian LBP sekitar 7,6-37%, sering terjadi pada penduduk usia
20-40 tahun. Dari semua kasus LBP di 90% paling banyak disebabkan oleh
kesalahan posisi tubuh dalam bekerja. Pada usia 60 tahun kasus LBP pada wanita
lebih banyak dibanding pria.

2.3 Etiologi
Penyebab Low Back Pain adalah trauma, proses inflamasi, tumor, proses
degenerasi, penyakit organ abdomen, dan psikogenik. Penyakit Low Back Pain
yang disebabkan oleh trauma diantaranya lumbal intervertebral disc hernia,
muscular/fascial low back pain, low back pain yang berhubungan dengan fraktur
biasanya osteoporosis atau trauma langsung. Penyakit Low Back Pain yang
disebabkan oleh proses inflamasi diantaranya spondylitis tuberculosa, spondylitis
purulen, spondylitis ankyolosing. Penyakit Low Back Pain yang disebabkan oleh
tumor diantaranya metastasis tumor, multiple myeloma, spinal cord tumor.
Penyakit Low Back Pain yang disebabkan oleh degeneratif diantaranya spondylitis
deformans, degenerasi diskus intervertebral, lumbar non spondylolytic
spondylolisthesis, ankylosing spinal hyperostosis, lumbar spinal canal stenosis.
Penyakit Low Back Pain yang disebabkan oleh proses degeneratif diantaranya
spondylolysis deformans, intervertebral disc degeneration, intervertebral articular
low back pain, lumbar spinal canal stenosis. Organ yang berperan pada reffered
Low Back Pain adalah liver, kantung empedu, pancreas. Penyakit Low Back Pain
yang disebabkan oleh psikologikal diantaranya depresi dan histeria. Selain itu ada
juga yang membagi etiologi low back pain menjadi diskogenik dan non-
disskogenik.
Diskogenik
Sindroma radikuler biasanya disebabkan oleh suatu hernia nukleus pulposus
yang merusak saraf- saraf di sekitar radiks (kompresi radiks). Pada trauma yang
berulang menyebabkan robekan serat-serat anulus.
Non-diskogenik
Penyebab non-diskogenik adalah iritasi pada serabut sensorik saraf perifer
yang membentuk nervus ischiadicus dan bisa disebabkan oleh neoplasma, infeksi,
proses toksik atau imunologis yang mengiritasi nervus ischiadicus dalam
perjalanannya dari pleksus lumbosakralis, daerah pelvik, sendi sakro-iliaka, sendi
pelvis sampai sepanjang jalannya nervus ischiadicus (neuritis nervus ischiadicus).

2.4 Faktor Risiko


 Faktor Individu : 
o Genetik : specific spine disorder seperti degenerasi diskus
o Usia : perubahan degeneratif berkaitan dengan usia
o Berat dan tinggi badan : tinggi, obesitas
o Lifestyle : merokok
 Psychosocial : 
o Pekerjaan : berhubungan dengan mengangkat beban berat, membuat gerakan
berulang pada trunkus
o Olahraga angkat beban
o Duduk terlalu lama
 Lain-lain : 
o Kehamilan

2.5 Klasifikasi
a. Berdasarkan Durasi
- Akut : durasi < 6 minggu
- Subakut : durasi >6 minggu namun <3 bulan
- Kronik : durasi > 3 bulan
- Rekuren : LBP akut pada pasien yang sebelumnya pernah mengalami episode
LBP pada lokasi sama
b. Berdasarkan sumber nyeri menurut Macnab
- Viserogenik
- Neurogenik
- Vaskulogenik
- Psikogenik
- Spondilogenik
c. Berdasarkan jenis nyeri
- Nyeri lokal
- Nyeri acuan (somatis dan viserosomatis)
- Nyeri radikuler
- Nyeri karena iskemia
- Nyeri psikogen
Nyeri mekanik  berhubungan dengan diskus, sendi, ligamen, otot, injuri
Nyeri non-mekanik (referred pain)  berhubungan dengan tumor, infeksi,
kelainan organ internal

2.6 Karakteristik LBP

Tabel 1. Karakteristik LBP

Pembeda LBP Viserogenik Vaskulogenik Neurogenik Spondylogenik Psikogenik

Istirahat tetap + ↑ malam + ±


Aktivitas tetap +↑ + ++ ±
Organ spesifik + - - - -
Sifat nyeri menetap Nyeri punggung Menetap Radikuler Inkonsisten
dalam
Penjalaran - Bokong, tungkai + + ±

Klaudikatio int - + - ± kanal stenosis -


Batuk, mengejan, - - - ++ -
membungkuk
Spasme otot ± + ++ ++ -/+++

2.7 Patogenesis
Lower back pain dihasilkan oleh jaringan tubuh yang berbeda seperti otot, jaringan
ikat halus, ligamen, capsula persendian dan pembuluh darah sehingga jaringan dapat
tertarik seperti strained, stretch atau sprained hal ini menyebabkan inflamasi yang
selanjutnya kan pelepasan mediator inflamasi (sitokin dan kemokin). Mediator inflamasi
merangsang serabut saraf sekitar dan akan menyebabkan sensasi nyeri sehingga terjadi
proses pembengkakan akibat proses inflamasi. Selanjutnya akan terjadu reduksi aliran
darah pada area yang terkena sehingga asupan nutrisi dan oksigen terganggu dan
pembuangan produk inflamasi terganggu. Hal ini akan membentuk loop feedback nyeri
dan inflamasi 

2.8 Hubungan antara Posisi Tubuh terhadap Low Back Pain


2.8.1 Posisi Duduk
 Seseorang duduk secara tidak ergonomis maka kurva lordosis lumbal
menurun sehingga discus intervertebralis tertekan. Beban ini menyebabkan ruptur
anulus fibrosus sehingga tejadi pergeseran nukleus pulposus yang akan menekan
struktur posterior. Beban belakang lebih besar ketika tubuh duduk dalam posisi
membungkuk

2.8.2 Posisi Berdiri


Gerakan berdiri lama → pergerakan ekstensi yang dipertahankan dalam waktu
lama → gerakan slide kebawah articulatio intervertebralis → foramen intervertebralis
menyempit → penekanan saraf segmental → low back pain. Tubuh hanya dengan 1
posisi selama 20 menit. Postur tubuh netral, garis gravitasi jatuh melewati tubuh 
melalui prosesus mastoideus, bagian anterior sakrum (S2)  dan tepat di depan lutut →
gravitasi dapat secara efektif  menghasilkan gaya yang mampu  mempertahankan
posisi tubuh tanpa penggunaan otot yang berlebihan. Membungkuk → beban yang
jatuh jauh didepan tulang belakang →menghasilkan momen gaya eksternal yang lebih
besar → over stretch otot ekstensor→ perlu kontraksi ekstensor trunku yang cukup
besar untuk mengakomodasi momen gaya yang jatuh didepan tubuh  → peregangan
otot ekstensor → low back pain 

2.8.3 Posisi Berbaring


Pentingnya berbaring terlentang pada alas yang permukaannya relatif padat
sehingga memberikan sanggaan secara keseluruhan pada tulang belakang dengan
menghindari tekanan fokal yang berlebihan pada tonjolan tulang. Fleksi lutut dan
pinggul dapat menurunkan tekanan belakang oleh karena relaksasi otot

2.8.4 Posisi Berjalan


Terjadi stress / beban mekanik abnormal (overuse) pada sruktur jaringan (ligaemen
dan otot) didaerah punggung bawa saat melakukan Gerakan. Bila melebihi kapasitas
fisiologik dan toleransi otot/ligamen maka dapat menyebabkan LBP. Terutama bila
ditambah beban yang berat.

2.8.5 Tekanan Intradiskal

Diskus intervertebralis mengalami pembebanan setiap perubahan postur tubuh.


Tekanan intradiskal adalah tekanan yang timbul pada pembebanan diskus
intervertebralis. Tekanan intradiksal saat berbaring sebesar 15-25kp, saat tidur miring
tekanan intradiscal 2x lebih besar dari berbaring. Saat berdiri tekanan intradiscal
sebesar 100kp, sementara saat berdiri bungkuk tekanan intradiscal membesar
hingga140kp. Saat duduk tegak tekanan intradiscal sebesar 150kp, sementara saat
duduk bungkuk tekanan intradiscal sebesar 160kp. Tekanan intradiscal saat
mengangkat barang dalam beriri/duduk bungkuk dapat mencaapai 200kp. Tekanan
intradiscal saat berjalan 2-2,5x lebih besar dari berdiri.

2.9 Dasar Diagnosis


Anamnesis :
 Lokasi nyeri : dirasakan daerah punggung bawah, terasa diantara sudut
iga terbawah dan lipat bokong bawah yaitu didaerah lumbal atau
lumbosakral
 Sifat nyeri : nyeri lokal, nyeri radikuler atau campuran keduanya.
 Penyebaran nyeri : dapat disertai dengan penjalaran nyeri kearah
tungkai dan kaki
 Pengaruh aktivitas 
 Pengraguh posisi anggota tubuh
 Riwayat trauma
 Onset 
 Riwayat konsumsi obat-obatan : prolonged kortikosteroid
 Riwayat keganasan
 Kecurigaan red flag→ loss of blowel or bladder function, kehilangan
motorik dan sensorik progresif
Pemeriksaan fisik : 
o Kekuatan otot

Gambar 2.1 Kekuatan otot dan refleks

o Pemeriksaan columna vertebralis: alignment dan ROM

Gambar 2.2 Pemeriksaan columna vertebralis dan ROM


Gambar 2.3 Pemeriksaan columna vertebralis dan ROM

Gambar 2.4 Pemeriksaan columna vertebralis dan ROM

o Refleks dan Sensoris

Gambar 2.5 Pemeriksaan releks dan sensoris LBP

Gambar 2.6 Dermatormal pemeriksaan sensoris


 Pemeriksaan fisik khusus : 
o Fabere / Patrick test
 Cara : Pasien berbaring, panggul fleksi kemudian abduksi dan rotasi
eksternal (posisi figure of four), tekan di bagian sendi lutut
 (+) : nyeri bagian selangkangan → patologi intraarticular
 (+) : nyeri dibagian posterior → penyakit S I joint(sacroiliacal
disfunction)

Gambar 2.7 Patrick test


 Pemeriksaan fisik khusus : 
o Straight Leg Test 
 Cara : pasien berbaring, fleksi sendi panggul dan ekstensi sendi lutut
 (+) : nyeri menjalar ke kaki saat fleksi sendi panggul 30-70 derajat

Gambar 2.8 Straight leg test


 Pemeriksaan fisik khusus : 
o Reverse straight Leg Test → untuk root stretch evaluation for high lumbar
radiculopathy
 Cara :Pasien tengkurap, pemeriksa mengangkat lutut yang ekstensi
untuk menarik pinggang secara pasif
 (+) : nyeri bagian punggung atau pada distribusi nervus femoralis pada
sisi lesi → pada penyakit diskus

Gambar 2.9 Reverse straight leg test


 Pemeriksaan fisik khusus : 
o Bragad’s sign → bula SLT positif 
 Cara : saat SLT (+) turunkan kaki sedikit dibawah titik dimana terdapat
menyeri menjalar , lakukan dorsofleksi 
 (+) : nyeri menjalar ke bagian kaki → sciatic neuritis

Gambar 2.10 Bragad sign


 Pemeriksaan fisik khusus : 
o Sicard’s sign 
 Cara : saat SLT (+) turunkan kaki sedikit dibawah titik dimana terdapat
menyeri menjalar , lakukan dorsofleksi pada ibu jari kaki
 (+) : nyeri menjalar ke bagian kaki → sciatic radiculopathy

Gambar 2.11 Sicard sign

2.10 Red flag


LBP dengan kecurigaan mengenai adanya cedera atau kondisi patologis yang berat
pada spinal. Karakteristik umum :
 Trauma fisik berat seperti jatuh dari ketinggian ataupun kecelakaan kendaraan
bermotor.
 Penurunan berat badan yang tidak diketahui sebabnya
 Gejala Neurologis (disfungsi bowel dan bladder tiba-tiba, saddle anestesia,
deficit neurologis yang progresif pada ekstremitas bawah)
 Usia >50tahun
 Demam
 Penggunaan obat-obatan IV
 Penggunaan kortikosteroid jangka panjang.
 Penggunaan
 Nyeri non mekanik yang konstan dan progresif.
 Riwayat atau adanya kecurigaan kanker, HIV, atau keadaan patologis lainnya
yang dapat menyebabkan kanker.
Gambar 2.12 Redflag

2.11 Diagnosis Banding


Mekanikal
o Degeneratif ; spondylosis, degenerasi diskus intervertebral, non spondylosis
lumbal, spondylothesis, ankylosing spinal hyperostosis, lumbar spinal canal
stenosis 
o Trauma : herniasi diskus lumbar, fraktur vertebra
o Kongenital : Spina bifida, kifosis berat, skoliosis berat, vertebra transsional
Non-mekanikal 
o Neoplasia : Multiple myeloma, metastatic carcinoma, spinal cord tumor,
lympoma, leukemia, retroperitoneal tumor, primary vertebral tumor (osteoid
osteoma, eosinofilik granuloma)
o Inflamasi : Ankylosing spondilitis, reiter syndrome, psoriatik sponylitis,
enerophatic spondyloarthritis (IBD)
o Infeksi : Osteomyelitis (TB, purulen), paraspinosus abses, septik diskitis
o Osteochondrosis : Schuermann disease

Reffered : Renal, GI, penyakit pelvis, Aneurisma aortic


Gambar 2.13 Diagnosis Banding

Gambar 2.14 Diagnosis Banding


2.12 Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium (atas indikasi) : 
 Laju endap darah 
 Darah perifer lengkap 
 Ureum, creatinin 
 Elektrolit 
 C – reaktif protein (CRP) 
 Faktor rematoid 
 Urinalisa 
 LCS 
 Tumor marker (PSA, AFP, CEA, ALP, β-hCG, thyroglobulin,
calcitonin)
Pemeriksaan Radiologis (atas indikasi):\
 Foto polos 
 Mielografi 
 BMD 
 MRI
 Elektroneurografi

2.13 Penatalaksanaan
Non Medikamentosa
a. Transcutaneus electrical nerve stimulation
b. Cognitive behaviour therapy
c. Olahraga
a. Jalan kaki
b. Berenang
c. Pilates
d. Yoga
d. Exercise Mc Kenzie : lakukan 5 kali per -gerakan sebanyak 3 kali sehari
a. Lying face down
i. Posisi tengkurap, kedua lengan lurus disamping badan
ii. Kepala menoleh ke satu sisi, pertahankan posisi ini dan
Tarik nafas
iii. Rileks selama 2-3 menit
Rileksasi otot-otot back ekstensor
b. Lying face down extension
i. Letakan kedua siku sejajar bahu
ii. Angkat badan dengan tumuan pada siku dan lengan bawah
iii. Tarik nafas dalam rileks selama 2-3 menit
Mengembalikan posisi nucleus pulposus terdorong kembali ke anterior
sehingga annulus fibrosus yang menekan ligament longitudinal posterior akan
berkurang sehingga inflamasi dan nyeri akan berkurang
c. Prone press up
i. Letakan kedua siku sejajar bahu
ii. Angkat badan dengan tumpuan pada tanagan dan lengan
bawah
iii. Tarik nafas dalam dan rileks selama 2-3 menit
Terjadi peregangan jaringan lunak bagian anterior yaitu ligament anterior
d. Ekxtension in standing
i. Berdiri tegak, kedua kaki dibuka sejajar bahu
ii. Letakan kedua tanagn di pinggang
iii. Lengkungkan badan ke belakang sejauh mungkin
iv. Pertaahankan kedua lutut lurus
Untuk memulihkan mobilitas, fungsi lumbal dan memperbaiki postur

Gambar 2.15 Exercise Mc. Kenzie


Gambar 2. 16 Pemeriksaan Mc.Kenzie
e. Exercise lain
Dilakukakn bila saat tidak sedang nyeri akut → dapat membantu
mengurangi nyeri dan mempercepat recover, menurunkan risiko disabilitas
akibat LBP. Sebaiknya hindari lakukan aktivitas yang meningkatkan nyeri

a. Latihan bila dengan berdiri nyeri berkurang


i. Backward bend

Gambar 2.17 Backward Bend


ii. Press up
Gambar 2.18 Press up
iii. Bridging

Gambar 2.19 Brigding

b. Latihan bila dengan duduk nyeri berkurang


i. Double knee to chest
Gambar 2.20 Double knee to chest
ii. Piriformis stretch

Gambar 2.21 Piriformis stretch


iii. Single knee to chest

Gambar 2.22 Single knee to chest


c. Latihan bila tidak ada posisi yang membuat nyeri berkurang
i. Wall sit

Gambar 2.23 Wall Sit


ii. Hamstring stretch in doorway

Gambar 2.24 Hamstring stretch in doorway

iii. Cat-camel
Gambar 2.25 Cat camel
f. Edukasi
Posisi berdiri

o Selangi dengan jongkok bila lama

o Bila mengangkat baban tekuk lutut

Gambar 2.26 Posisi berdiri


Gambar 2.27 Posisi mengangkat benda
Posisi berjalan
• Berjalan dengan posisi tegak dan jangan tergesa gesa.

Gambar 2.28 Posisi berjalan

Posisi tidur

o Punggung mendatar, alas tidur keras


o Bantal jangan terlalu tinggi atau rendah 
o Gunakan bantal dibawah lutut agar lutut dalam keadaan tertekuk

o Bila tidur dengan posisi miring, tekuk lutut sedikit, letakan bantal
diantara kedua lutut

Posisi duduk

o Kursi jangan terlalu lunak 


o Gunakan kursi ergonomis
o Kursi jangan terlalu tinggi, lutut lebih rendah dari paha

o Bila duduk seluruh punggung harus sebanyak mungkinkontak dengan


punggung kursi

Gambar 2.31 Posisi duduk

Medikamentosa
Diberikan terutama untuk mengurangi nyeri inflamasi dengan :
- Analgetika Anti inflamasi (steroid, NSAID)
- Analgetik opioid lemah (Codein)
- Analgetik opioid kuat (Morfin sulfate)
- Relaxan otot (Eperisone HCL, Diazepam, Tizanidin)

Nyeri neuropatik:
- Analgetik adjuvant (carbamazepine, gabapentin, pregabalin)
- Anti depresan (amitriptilin)
- Relaksan otot (Eperisone Hcl, Diazepam, Tizanidin)
- Analgetik Opioid lemah (Codein)
- Analgetik Opioid kuat (Morfin sulfat)

Nyeri campuran: kombinasi nyeri inflamasi dan neuropatik.


- Injeksi epidural (steroid, lidokain,opioid) pada sindroma radikuler (atas
indikasi).
Terapi invasif minimal (atas indikasi):
- Lumbar facet joint pain: Radiofrekuensi ablasi pada cabang medial rami
dorsales (1B+),injeksi kortikosteroid intra-articular.
- Sacroiliac jointpain: radiofrekuensi ablasi.
- Coccygodynia: ganglion impar block, terapi elektrothermal intra-discal (IDET)
- Injeksi Proloterapi
Tabel 2. Pilihan terapi untuk LBP

Class NSAID Brand Name Typical Oral Dose Side Effects


(mg)
Aniline Acetaminophen Tylenol 325 mg Q 4-6 hours or Max 10 tablets
Analgesic 500 mg Q 6 hours of regular
strength (325
mg) or 6 tablets
of extra strength
(500 mg)/day
Proprionic Ibuprofen Motrin 600 QID or 800 TID Aseptic
Acids meningitis
Naproxen Naprosyn 500 BID Avoid in renal
disease
Carbolic Aspirin Multiple 650mg TID-QID Tinnitus
Acids Diflunisal Dolobid 500 BID Lower GI
effect/renal risk
Acetic Acids Diclofenac Voltaren, 75 BID Worse risk for
Arthrotec, 50 TID-QID liver disease
Cataflam
Sulindac Clinoril 200 BID Better for renal
disease
Enolic Acids Meloxicam Mobic 7.5.15 aily
TUGAS CBD BST LBP – MAEHIUHANI PRADINTA 1815127

1. Gambaran myelografi pada HNP

2. Indikasi fisioterapi pada pasien LBP dan contohnya

Problematika fisioterapi yang didapatkan adalah (a) Impairment: Nyeri punggung bawah dan spasme
otot paravertebra, (b) Fungsional limitation: gangguan saat gerakan pada lumbal, dan (c) Disability:
belum bisa berjalan.
Tujuan fisioterapi meliputi:

(a) tujuan jangka pendek: menurunkan nyeri pada punggung bawah, dan

(b) tujuan jangka panjang: memelihara LGS hip joint dan vertebrae, dan memelihara kekuatan otot –
otot disekitar hip joint dan vertebrae

 Tanscutaneous Electrical Nerve Stimulations (TENS)


Menurut Moeliono (2008), tujuan penatalaksanaan penggunaan TENS adalah untuk
menurunkan nyeri. Tujuan akhir adalah mengurangi penggunaan obat-obatan, modulasi
respons nyeri penderita, meningkatkan akifitas fisik dan modifikasi perilaku nyeri luaran atau
hasil penatalaksanaan nyeri dapat berupa perubahan dalam penggunaan obat – obatan,
jarak jalan, kekuatan, kelenturan, toleransi duduk, berdiri dan jalan, perilaku sakit,
performance dalam pekerjaan.
 Mc. Kenzie Exercise
Terapi lathan yang diberikan adalah dengan teknik Mc. Kenzie exercise karena gangguan
mekanik yang terletak pada lumbosacral. Tujuan dari terapi latihan ini adalah: (a)
Memperbaiki sikap tubuh kearah yang normal, dan (b) Meregangkan otot – otot yang tegang
atau memendek.

3. Cara kerja dan efek samping Gabapentin

Gabapentinoids, which are now considered to be first-line treatment, mimic the neurotransmitter
GABA and show indirect interaction with the GABA receptor. Interaction with voltage gated N-type
calcium ion channels at the α2δ subunit and also indirect interaction with the NMDA receptor could
increase the activity of inhibitory neurons, causing a decrease in the transmission of nociceptive
signals

klasifikasi nyeri dan lokasi kerja gabapentin

Nyeri Fisiologik : Nyeri yang timbul akibat berbagai stimuli yang tidak menimbulkan kerusakan
jaringan

Nyeri Nosiseptif / Nyeri inflamasi : Nyeri yang timbul akibat berbagai stimuli yang menimbulkan
kerusakan jaringan

Nyeri Neuropatik : Nyeri yang didahului atau disebabkan oleh lesi atau disfungsi primer pada sistem
saraf

Nyeri Psikogenik/Nyeri Fungsional : Nyeri di mana faktor psikogenik dominan, tanpa kerusakan
jaringan dan system saraf sebagai penyebab

Nyeri Nosiplastik : An unpleasant sensory and emotional experience associated with actual or
potential tissue damage, or described in terms of such damage
4. Pemeriksaan penunjang gold standart untuk LBP

- MRI

An MRI represents the gold standard in imaging today. An MRI renders high-resolution images of
spinal tissues such as the spinal cord and intervertebral discs.

6. Lengkung refleks

7. penyebab nyeri persisten setelah operasi

 Failed back syndrome

Despite careful diagnosis and a successful operation, some patients may still experience pain
after their back surgery. This persistent pain or continuation of symptoms is known as failed
back syndrome (sometimes called failed back surgery syndrome), and it can affect your
ability to complete daily tasks. The failure is not of the surgery itself, as the goals of the
surgery, which may include decompression and stabilization, may have been achieved. The
failure is to achieve complete resolution of symptoms.

Several factors affect the outcome of spine surgery. One possibility is that the spinal anatomy
that was operated on was not the only cause of the pain. Sometimes the main problem has not
been adequately addressed. In rare cases there may also be damage from the surgical
procedure itself that is causing pain

 EPIDURAL FIBROSIS
The formation of scar tissue after back surgery is part of the normal healing process. Scar
tissue pain is highly unusual because scar tissue itself has no nerve endings to cause pain.
However, epidural fibrosis, the formation of scar tissue near the nerve root, can put
pressure on the nerve roots and thereby cause pain. Typically, symptoms associated with
epidural fibrosis appear about 6 to 12 weeks after back surgery. Sometimes patients
experience good pain relief early on after their surgery, but as the scar tissue slowly forms,
the pain relief diminishes, and leg and back pain recurs or increases. Occasionally the
nerve damage from the original cause of the patient's pain makes the nerve heal more
slowly. Burning pain, or a constant gnawing pain that does not change with position, can
be suggestive of scarring around nerves.  Postoperative stretching exercises can help
decrease the effects of postoperative scarring around the nerve root.
Daftar Pustaka

1. Panduan Praktik Klinis Neurologi. PERDOSSI 2016.


2. Harahap P.S, Maridayana R, Hudri M.A. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengana
Keluhan Low Back Pain (LBP) Pada Pekerja Pengrajin Batik Tulis Di Kecamatan Pelayangan
Kota Jambi Tahun 2018. Riset Informasi Kesehatan. 2018; 7(2)
3. Brian A. Casazza. Diagnosis and Treatment of Acute Low Back Pain. AAFP. University of
North Carolina School of Medicine, Chapel Hill, North Carolina . 2012; 85(4)
4. Yasufumi Hayashi. Classification, Diagnosis, and Treatment of Low Back Pain. IMAJ.2014.
47(5): 227–233
5. Physiotherapy Deoartement. Low Back Pain. NHS. Oxford University Hospital
6. Low Back Pain : Exercise to Reduce Pain. Healthwise. 2014
7. George E. Erlich. Low Back Pain. World Health Organization 2003;81:671-676
8. Beatice Duthey, Ph.D. Priority Medicines for Europe and the World : Low Back Pain.
WHO.2014. 6(4)
9. Joshua Scott Will, DO; David C. Bury, DO; and John A. Miller, DPT. Mechanical Low Back
Pain. American Family Physician. 2018. 98(7)

Bandung, Maret 2021

dr. Haryono, Sp.S.

Anda mungkin juga menyukai