CBD Low Back Pain Maehiuhani Pradinta A. - 1815127
CBD Low Back Pain Maehiuhani Pradinta A. - 1815127
Disusun oleh:
Maehiuhani Pradinta Arwilia
1815127
Pembimbing:
dr. Haryono, Sp.S
DAFTAR ISI i
DAFTAR GAMBAR ii
DAFTAR TABEL iii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
BAB II PEMBAHASAN 2
2.1 Definisi 2
2.2 Epidemiologi 2
2.3 Etiologi 2
2.4 Faktor Risiko 2
2.5 Klasifikasi 3
2.6 Karakteristik Low Back Pain 4
2.7 Patogenesis 5
2.8 Hubungan antara Posisi Tubuh terhadap Low Back Pain 5
2.8.1 Posisi Duduk 5
2.8.2 Posisi Berdiri 5
2.8.3 Posisi Berbaring 5
2.8.4 Posisi Berjalan 6
2.8.5 Tekanan Intradiskal……………………………………………………………………..6
2.9 Dasar Diagnosis 6
2.10 Red Flag 10
2.11 Diagnsosi Banding 11
2.12 Pemeriksaan Penunjang 13
2.13 Penatalaksanaan 14
DAFTAR PUSTAKA 16
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kekuatan otot dan refleks 7
Gambar 2.2 Pemeriksaan Columna vertebralis dan ROM 7
Gambar 2.3 Kekuatan otot dan refleks 8
Gambar 2.4 Pemeriksaan Columna vertebralis dan ROM 8
Gambar 2.5 Pemeriksaan refleks dan sensoris LBP 8
Gambar 2.6 Dermatomal Pemeriksaan sensoris 8
Gambar 2.7 Patrick Test 9
Gambar 2.8 Straight Leg Test 9
Gambar 2.9 Reverse Straight Leg Test 10
Gambar 2.10 Bragad’s Sign 10
Gambar 2.11 Sicard Sign 11
Gambar 2.12 Redflag 12
Gambar 2.13 Dasar diagnosis 13
Gambar 2.14 Dasar diagnosis 13
Gambar 2.15 Exercise Mc. Kenzie 14
Gambar 2.16 Exercise Mc. Kenzie 15
Gambar 2.17 Backward bend 16
Gambar 2.18 Press up 17
Gambar 2.19 Bridging 17
Gambar 2.20 Double knee to chest 18
Gambar 2.21 Piriform stretch 18
Gambar 2.22 Single Knee to Chest 18
Gambar 2.23 Wall sit 19
Gambar 2.24 Hamstring stretch in the doorway 19
Gambar 2.25 cat camel 20
Gambar 2.26 Posisi berdiri 20
Gambar 2.27 Posisi angkat benda 21
Gambar 2.28 Posisi berjalan 21
Gambar 2.9 Posisi baring 21
Gambar 2.30 Posisi tidur 21
Gambar 2.31 Posisi duduk 22
Gambar 2.32 Posisi duduk 22
DAFTAR TABEL
Low Back Pain (LBP) dialami hampir oleh setiap orang selama hidupnya. Di Negara
barat misalnya, kejadian LBP telah mencapai proporsi epidemic. Low back pain
merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering dijumpai di masyarakat. World
Health Organization (WHO) menyatakan sekitar 150 jenis gangguan
muskuloskeletal diderita oleh ratusan juta orang yang menyebabkan nyeri dan
inflamasi yang sangat lama serta disabilitas atau keterbatasan fungsional, sehingga
menyebabkan gangguan psikologis dan sosial penderita. Menurut WHO (2013)
menunjukkan bahwa 33% penduduk di negara berkembang nyeri persisten. Di Inggris
sekitar 17,3 juta orang pernah mengalami nyeri punggung dan dari jumlah tersebut sekitar
1,1 juta orang mengalami kelumpuhan yang diakibatkan oleh nyeri punggung. 26% orang
dewasa Amerika dilaporkan mengalami LBP setidaknya satu hari dalam durasi tiga bulan
Data di Indonesia diperoleh kejadian LBP sekitar 7,6-37%, sering terjadi pada
penduduk usia 20-40 tahun. Dari semua kasus LBP di 90% paling banyak
disebabkan oleh kesalahan posisi tubuh dalam bekerja pada usia 60 tahun kasus LBP
pada wanita lebih banyak disbanding pria.
Low Back Pain dapat disebabkan oleh berbagai hal, seperti trauma, proses
peradagan, proses degenerasi, penyakit organ abdomen, keadaan psikogenik dan
keadaan postur tubuh yang salah.
Pasien dengan low back pain perlu penatalaksanaan non medikamentosa dan
medikamentosa. Penatalaksanaan non medikamentosa berupa olahraga,
Transcutaneus electrical nerve stimulation, CBT, edukasi mengenai posisi tubuh saat
melakukan aktivitas seperti duduk, berdiri, berbaring, berjalan, dan saat mengangkat
beban. Perlu dipertimbangkan juga penanganan berupa fisioterapi maupun operasi
sesuai indikasi. Penatalaksanaan medikamentosa dipertimbangkan untuk pemberian
analgetik, muscle relaxant, ataupun antidepresan.
Komplikasi pada pasien LBP dapat berupa kerusakan saraf, kelumpuhan, serta
kualitas hidup menjadi buruk. Maka dari itu perlu tindakan preventif, kuratif, dan
rehabilitatif pada pasien LBP.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Low Back Pain (LBP) adalah rasa nyeri yang dirasakan diantara sudut iga
terbawah dan lipat bokong bawah yaitu didaerah lumbal atau lumbosakral.
2.2 Epidemiologi
Di Indonesia kejadian LBP sekitar 7,6-37%, sering terjadi pada penduduk usia
20-40 tahun. Dari semua kasus LBP di 90% paling banyak disebabkan oleh
kesalahan posisi tubuh dalam bekerja. Pada usia 60 tahun kasus LBP pada wanita
lebih banyak dibanding pria.
2.3 Etiologi
Penyebab Low Back Pain adalah trauma, proses inflamasi, tumor, proses
degenerasi, penyakit organ abdomen, dan psikogenik. Penyakit Low Back Pain
yang disebabkan oleh trauma diantaranya lumbal intervertebral disc hernia,
muscular/fascial low back pain, low back pain yang berhubungan dengan fraktur
biasanya osteoporosis atau trauma langsung. Penyakit Low Back Pain yang
disebabkan oleh proses inflamasi diantaranya spondylitis tuberculosa, spondylitis
purulen, spondylitis ankyolosing. Penyakit Low Back Pain yang disebabkan oleh
tumor diantaranya metastasis tumor, multiple myeloma, spinal cord tumor.
Penyakit Low Back Pain yang disebabkan oleh degeneratif diantaranya spondylitis
deformans, degenerasi diskus intervertebral, lumbar non spondylolytic
spondylolisthesis, ankylosing spinal hyperostosis, lumbar spinal canal stenosis.
Penyakit Low Back Pain yang disebabkan oleh proses degeneratif diantaranya
spondylolysis deformans, intervertebral disc degeneration, intervertebral articular
low back pain, lumbar spinal canal stenosis. Organ yang berperan pada reffered
Low Back Pain adalah liver, kantung empedu, pancreas. Penyakit Low Back Pain
yang disebabkan oleh psikologikal diantaranya depresi dan histeria. Selain itu ada
juga yang membagi etiologi low back pain menjadi diskogenik dan non-
disskogenik.
Diskogenik
Sindroma radikuler biasanya disebabkan oleh suatu hernia nukleus pulposus
yang merusak saraf- saraf di sekitar radiks (kompresi radiks). Pada trauma yang
berulang menyebabkan robekan serat-serat anulus.
Non-diskogenik
Penyebab non-diskogenik adalah iritasi pada serabut sensorik saraf perifer
yang membentuk nervus ischiadicus dan bisa disebabkan oleh neoplasma, infeksi,
proses toksik atau imunologis yang mengiritasi nervus ischiadicus dalam
perjalanannya dari pleksus lumbosakralis, daerah pelvik, sendi sakro-iliaka, sendi
pelvis sampai sepanjang jalannya nervus ischiadicus (neuritis nervus ischiadicus).
2.5 Klasifikasi
a. Berdasarkan Durasi
- Akut : durasi < 6 minggu
- Subakut : durasi >6 minggu namun <3 bulan
- Kronik : durasi > 3 bulan
- Rekuren : LBP akut pada pasien yang sebelumnya pernah mengalami episode
LBP pada lokasi sama
b. Berdasarkan sumber nyeri menurut Macnab
- Viserogenik
- Neurogenik
- Vaskulogenik
- Psikogenik
- Spondilogenik
c. Berdasarkan jenis nyeri
- Nyeri lokal
- Nyeri acuan (somatis dan viserosomatis)
- Nyeri radikuler
- Nyeri karena iskemia
- Nyeri psikogen
Nyeri mekanik berhubungan dengan diskus, sendi, ligamen, otot, injuri
Nyeri non-mekanik (referred pain) berhubungan dengan tumor, infeksi,
kelainan organ internal
2.7 Patogenesis
Lower back pain dihasilkan oleh jaringan tubuh yang berbeda seperti otot, jaringan
ikat halus, ligamen, capsula persendian dan pembuluh darah sehingga jaringan dapat
tertarik seperti strained, stretch atau sprained hal ini menyebabkan inflamasi yang
selanjutnya kan pelepasan mediator inflamasi (sitokin dan kemokin). Mediator inflamasi
merangsang serabut saraf sekitar dan akan menyebabkan sensasi nyeri sehingga terjadi
proses pembengkakan akibat proses inflamasi. Selanjutnya akan terjadu reduksi aliran
darah pada area yang terkena sehingga asupan nutrisi dan oksigen terganggu dan
pembuangan produk inflamasi terganggu. Hal ini akan membentuk loop feedback nyeri
dan inflamasi
o Refleks dan Sensoris
2.13 Penatalaksanaan
Non Medikamentosa
a. Transcutaneus electrical nerve stimulation
b. Cognitive behaviour therapy
c. Olahraga
a. Jalan kaki
b. Berenang
c. Pilates
d. Yoga
d. Exercise Mc Kenzie : lakukan 5 kali per -gerakan sebanyak 3 kali sehari
a. Lying face down
i. Posisi tengkurap, kedua lengan lurus disamping badan
ii. Kepala menoleh ke satu sisi, pertahankan posisi ini dan
Tarik nafas
iii. Rileks selama 2-3 menit
Rileksasi otot-otot back ekstensor
b. Lying face down extension
i. Letakan kedua siku sejajar bahu
ii. Angkat badan dengan tumuan pada siku dan lengan bawah
iii. Tarik nafas dalam rileks selama 2-3 menit
Mengembalikan posisi nucleus pulposus terdorong kembali ke anterior
sehingga annulus fibrosus yang menekan ligament longitudinal posterior akan
berkurang sehingga inflamasi dan nyeri akan berkurang
c. Prone press up
i. Letakan kedua siku sejajar bahu
ii. Angkat badan dengan tumpuan pada tanagan dan lengan
bawah
iii. Tarik nafas dalam dan rileks selama 2-3 menit
Terjadi peregangan jaringan lunak bagian anterior yaitu ligament anterior
d. Ekxtension in standing
i. Berdiri tegak, kedua kaki dibuka sejajar bahu
ii. Letakan kedua tanagn di pinggang
iii. Lengkungkan badan ke belakang sejauh mungkin
iv. Pertaahankan kedua lutut lurus
Untuk memulihkan mobilitas, fungsi lumbal dan memperbaiki postur
iii. Cat-camel
Gambar 2.25 Cat camel
f. Edukasi
Posisi berdiri
Posisi tidur
o Bila tidur dengan posisi miring, tekuk lutut sedikit, letakan bantal
diantara kedua lutut
Posisi duduk
Medikamentosa
Diberikan terutama untuk mengurangi nyeri inflamasi dengan :
- Analgetika Anti inflamasi (steroid, NSAID)
- Analgetik opioid lemah (Codein)
- Analgetik opioid kuat (Morfin sulfate)
- Relaxan otot (Eperisone HCL, Diazepam, Tizanidin)
Nyeri neuropatik:
- Analgetik adjuvant (carbamazepine, gabapentin, pregabalin)
- Anti depresan (amitriptilin)
- Relaksan otot (Eperisone Hcl, Diazepam, Tizanidin)
- Analgetik Opioid lemah (Codein)
- Analgetik Opioid kuat (Morfin sulfat)
Problematika fisioterapi yang didapatkan adalah (a) Impairment: Nyeri punggung bawah dan spasme
otot paravertebra, (b) Fungsional limitation: gangguan saat gerakan pada lumbal, dan (c) Disability:
belum bisa berjalan.
Tujuan fisioterapi meliputi:
(a) tujuan jangka pendek: menurunkan nyeri pada punggung bawah, dan
(b) tujuan jangka panjang: memelihara LGS hip joint dan vertebrae, dan memelihara kekuatan otot –
otot disekitar hip joint dan vertebrae
Gabapentinoids, which are now considered to be first-line treatment, mimic the neurotransmitter
GABA and show indirect interaction with the GABA receptor. Interaction with voltage gated N-type
calcium ion channels at the α2δ subunit and also indirect interaction with the NMDA receptor could
increase the activity of inhibitory neurons, causing a decrease in the transmission of nociceptive
signals
Nyeri Fisiologik : Nyeri yang timbul akibat berbagai stimuli yang tidak menimbulkan kerusakan
jaringan
Nyeri Nosiseptif / Nyeri inflamasi : Nyeri yang timbul akibat berbagai stimuli yang menimbulkan
kerusakan jaringan
Nyeri Neuropatik : Nyeri yang didahului atau disebabkan oleh lesi atau disfungsi primer pada sistem
saraf
Nyeri Psikogenik/Nyeri Fungsional : Nyeri di mana faktor psikogenik dominan, tanpa kerusakan
jaringan dan system saraf sebagai penyebab
Nyeri Nosiplastik : An unpleasant sensory and emotional experience associated with actual or
potential tissue damage, or described in terms of such damage
4. Pemeriksaan penunjang gold standart untuk LBP
- MRI
An MRI represents the gold standard in imaging today. An MRI renders high-resolution images of
spinal tissues such as the spinal cord and intervertebral discs.
6. Lengkung refleks
Despite careful diagnosis and a successful operation, some patients may still experience pain
after their back surgery. This persistent pain or continuation of symptoms is known as failed
back syndrome (sometimes called failed back surgery syndrome), and it can affect your
ability to complete daily tasks. The failure is not of the surgery itself, as the goals of the
surgery, which may include decompression and stabilization, may have been achieved. The
failure is to achieve complete resolution of symptoms.
Several factors affect the outcome of spine surgery. One possibility is that the spinal anatomy
that was operated on was not the only cause of the pain. Sometimes the main problem has not
been adequately addressed. In rare cases there may also be damage from the surgical
procedure itself that is causing pain
EPIDURAL FIBROSIS
The formation of scar tissue after back surgery is part of the normal healing process. Scar
tissue pain is highly unusual because scar tissue itself has no nerve endings to cause pain.
However, epidural fibrosis, the formation of scar tissue near the nerve root, can put
pressure on the nerve roots and thereby cause pain. Typically, symptoms associated with
epidural fibrosis appear about 6 to 12 weeks after back surgery. Sometimes patients
experience good pain relief early on after their surgery, but as the scar tissue slowly forms,
the pain relief diminishes, and leg and back pain recurs or increases. Occasionally the
nerve damage from the original cause of the patient's pain makes the nerve heal more
slowly. Burning pain, or a constant gnawing pain that does not change with position, can
be suggestive of scarring around nerves. Postoperative stretching exercises can help
decrease the effects of postoperative scarring around the nerve root.
Daftar Pustaka