DISUSUN OLEH
PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karna atas berkat dan bimbingannya
saya dapat menyelesaikan tugas Mata kuliah Bahasa Indonesia ini, yakni tentang Critical Book
Report sesuai jadwal yang ditetapkan.
Saya mengucapkan terimakasih kepada ibu dosen pengampu yang memberikan kami tugas,
sehingga mendorong saya untuk lebih rajin belajar.
Saya sendiri sebagai penulis menyadari bahwa tugas ini masih banyak kekurangannya oleh
karena itu saya mohon maaf jika ada kesalahan dan saya sangat mengharapkan saran yang
membangun dari ibu dosen pengampu dan pembaca.
Akhir kata saya mengucapkan Terima kasih semoga tugas ini dapat bermanfaat dalam proses
perkuliahan kita.
Medan,03,Maret 2020
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I Pendahuluan
a) Latar belakang.
b) Tujuan
c) Manfaat.
BAB II Isi Buku
a) Identitas Buku
b) Ringkasan Buku.
BAB III Pembahasan
a) Kelebihan.
b) Kelemahan.
BAB IV Penutup.
a) Kesimpulan.
b) Saran.
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Pembuatan Critical Book Review ini dilatar belakangi tuntutan tugas dari mata kuliah Bahasa
Indonesia. Dan pengerjaan CBR ini juga perlu dilaksanakan karena saat ini banyak buku yang beredar
di kalangan masyarakat dan mahasiswa yang kualitasnya tidak pas untuk dikonsumsi oleh orang
banyak karna berbagai alasan. Untuk itu perlu di kritisi buku mana yang layak untuk di baca oleh
masyarakat dan mahasiswa.
B.Tujuan penulisan CBR
Tujuan dari penulisan Critical Book Report ini adalah:
1. Mengulas isi sebuah buku secara detail kemudian.
2. Melatih diri untuk berfikir kritis dalam mencari informasi secara detail yang ada dalam
buku ini.
3. Menentukan sisi kelemahan dan kelebihan setiap buku serta menarik serta menentukan
kesimpulan rekomendasi buku yang lebih layak untuk digunakan.
4. Mengetahui lebih dalam tentang anak berkebutuhan khusus
C. Manfaat CBR
Manfaat akan didapatkan dari penulisan Critical Book Report (CBR) ini adalah:
1. Menambah wawasan pengetahuan dan Informasi bagi mahasiswa tentang anak
berkebutuhan khusus.
2. Mempermudah pembaca mendapatkan inti dari sebuah buku yang telah di lengkapi
dengan ringkasan buku, pembahasan isi buku, serta kekurangan dan kelebihan buku
tersebut.
3. Melatih siswa merumuskan serta mengambil kesimpulan-kesimpulan atas buku-buku
yang dianalisis tersebut.
4. Melatih Mahasiswa untuk bersikap kritis.
BAB II
ISI BUKU
A. Identitas Buku
1. Buku utama
a)
2. Buku Kedua
a. Judul buku : Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus
b. Penulis : Dinie Ratri desiningrum
c. ISBN :-
d. Penerbit : Psikosain
e. Tahun terbit : 2016
f. Urutan cetakan : 1 ( satu )
g. Tebal buku : 157 halaman.
B. Ringkasan Buku
Anak – anak Dengan Kebutuhan Khusus Dan Pendidikan Kecakapan Hidup
A. Anak dengan Kebutuhan Khusus
1. Pengertian Anak Dengan Kebutuhan Khusus
Istilah anak berkebutuhan khusus ditunjukan kepada segolongan anak yang memilki
kelainan atau perbedaaan sedemikian rupa dari anak yang memiliki kelainan atau perbedaan
sedemikian rupa dari anak rata – rata normal dalam segi fisik, mental, emosi, sosial, atau
gabungan dari ciri – ciri itu dan menyebabkan mereka mengalami hambatan untuk mencapai
perkembangan yang optimal.
M Amin dan Yusuf Kusumah ( 1989;3) mendefinisikan anak khusus atau anak
berkelainan adalah anak yang berbeda sari rata – rata anak normal dalam beberapa hal :
Anak tuna rungu mengalami hambatan yang serius dalam berbahasa sehingga ini menjadi
kendala bagi mereka untuk mempelajari semua mata pelajaran. Bagi semua orang bahasa adalah
media utama untuk memperoleh pengetahuan dan alat untuk berinteraksi. Bahasa juga menjadi
factor penting dalam pembelajaran.
3. Prestasi Akademik
Dengan masalah – masalah yang serius dalam berbahasa maka tidak mengherankan bila anak –
anak tuna rungu juga mengalami kesulitan dalam prestasi akademik. Jensema ( 1975 ) dalam
penelitiannya menemukan bahwa umur pada waktu terjadinya ketuna runguan dan tingkat
kehilangan pendengaran itu menentukan prestasi sekolah. Prestasi membaca pada anak tuna
rungu yang mengalami tuna rungu setelah umur tiga tahun memiliki prestasi akademik lebih baik
dibandingkan dengan mereka yang menjadi tuna rungu sebelum usia tersebut. Prestasi akademik
makin buruk bila tingkat kehilangan pendegarannya makin meninggi.
Masalah ini akan meningkat dan bertambah berat ketika mereka memasuki dewasa saat mereka
harus berbaur di masyarakat. Davis (1981) menyatakan anak tuna rungu mengalami penolakan
dan kesepian ketika mereka dibaurkan dalam program sekolah setempat. Sebagian besar anak
tuna rungu hanya mempunyai teman satu atau dua teman akrab, dan hanya sedikit di antara
mereka yang terpilih sebagai petugas kelas atau dijadikan sebagai pimpinan dalam kelompok.
Kecendrungan berkelompok dengan sesame anak tuna rungu bukanlah hal yang aneh atau luar
biasa, sebab hal ini juga terjadi pada semua orang yang tidak tuna rungu, baik yang dewasa
maupun anak – anak. Berada dalam kelompok orang yang senasib memberikan rasa aman.
Namun demikian, tidak berarti bahwa anak tuna rungu tidak punya keinginan untuk berintegrasi
ke dalam masyarakat luas. Hanya masalahnya mereka mengalami kesulitan dalam
berkomunikasi sehingga mereka seperti tidak punya jalan untuk memasuki dunia masyarakat
mendengar.
Konsekuensi dari hilangnya kemampuan mendengar maka anak tuna rungu mengoptimalkan
penglihatan dalam belajar Bahasa dan komunikasi, sehingga mereka biasa disebut sebagai insan
permata. Mereka mengandalkan kemampuan mata dalam memahami lingkungannya. Mereka
cenderung memiliki Hasrat ingin tahu yang amat besar, seakan mereka selalu haus untuk
melihat, dan ini seakan menambah egosentrisnya, akibat kehilangan kemampuan mendengar juga
menyebabkan anak tuna rungu kurang menguasai keadaan, sehingga ini akan menimbulkan rasa
khawatir dan menimbulkan ketakutan.
Ketergantungan kepada orang lain atau kepada siapa yang sudah dikenalnya dengan baik juga
menonjol pada anak – anak tuna rungu seolah – olah mereka putus asa karena tidak mampu
menaklukkan lingkungan sehingga mereka mencari bantuan dan bersandar kepada orang lain.
Kesulitan mengekspresikan keinginan dan perasaan melalui Bahasa kepada orang lain, sering
kali menekankan perasaannya dan menimbulkan rasa kecewa. Begitupun kesulitannya
memahami maksud dan pikiran orang lain membuat mereka kecewa, frustasi, dan marah. Sering
kali mereka mudah tersinggung dan salah sangka kepada orang lain akibat ketidak mengertian
terhadap Bahasa.
Ketertarikan sesuatu adakalanya menyebabkan anak tuna rungu menjadi asyik mengerjakan
sesuatu tersebut dan perhatiannya sulit dialihkan. Kemiskinan Bahasa membuat mereka sempit
dalam berpikir dan miskin dalam memberikan respon terhadap lingkungan. Alam pikiran
merekalebih terpaku kepada hal – hal yang konkrit.
Diharapkan dengan penggunaan komunikasi total anak – anak tuna rungu akan sampai pada
penguasaan yang optimal dan mampu berkomunikasi secara maksimal sebagai dasar untuk
menguasai kecakapan hidup dan sebagai media untuk meraih kesuksesan dan kebahagiaan hidup.
Dengan hilangnya kemampuan mendengar tersebut, maka anak tuna rungu dapat disebut sebagai
children with problem in learning ( anak dengan problemad dalam belajar ), yang membawa
konsekuensinya kepada children with special nedds ( anak dengan kebutuhan khusus ).
Moores menyatakan bahwa keturunan tidak saja terbatas pada kehilangan pendengaran sangat
berat, melainkan mencakup seluruh tingkat kehilangan pendengaran dari tingkat ringan, sedang,
berat sampai sangat berat.
Keterbatasan perkembangan fungsi bahasa pada anak tuna rungu mengakibatkan kesulitan dalam
pembelajaran bahasa. Anak tuna rungu dihadapkan pada kesulitan memahami kata – kata. Dari
beberapa hasil penelitian melaporkan bahwa intelegensi anak tunarungu berkisar pada level 90
dengan menggunakan tes IQ.
Dari beberapa hasil penelitian melaporkan bahwa intelegensi anak tuna rungu berkisar pada level
90 dengan menggunakan tes IQ. Temuan terakhir tentang perkembangan fungsi intelegensi pada
anak tuna rungu menyebabkan hambatan pengembangan fungsi kognitif yang disebabkan dari
tidak berfungsinya saluran pendengaran dan keterampilan Bahasa sebagai media pengembangan
fungsi kognitif.
Perkembangan social anak tuna rungu selalu berkaitan dengan persepsi anak tuna rungu tentang
lingkungan, anak tuna rungu menujukkan sikap curiga terhadap orang yang baru dikenal pada
lingkungan sekitar.
Berdasarkan batasan yang dikemukakan oleh beberapa pakar adalah ketunarunguan, maka dapat
disimpulkan bahwa ketunarunguan adalah suatu keadaan atau derajat kehilangan pendengaran
yang meliputi seluruh gradiasi ringan, sedang, berat, dan sangat berat.
Berdasarkan karakteristik anak tuna rungu, khususnya miskinnya Bahasa yang disebabkan
karena ketunarunguannya yang berakibat ia tidak mengalami masa pemerolehan Bahasa seperti
halnya anak dengar lainnya, maka dalam pengembangan kurikulum untuk anak tuna rungu harus
dilandasi pada kompetensi berbahasa dan komunikasi, yang selanjutnya dapat di
implementasikan dalam pengajaran Bahasa yang menggunakan pendekatan percakapan.
Dalam mengimplementasikan prinsip kurikulum seperti itu, metode yang tepat adalah metode
maternal refkektif, yaitu metode pengajaran Bahasa yang di angkat dari upaya seorang ibu
mengajarkan Bahasa kepada bayinya yang belum berbahasa, sehingga si anak menguasai
Bahasa, yang ditandai dengan kemampuannya merefleksikan kemampuan berbahasa.
Anak – anak tuna rungu dapat bersekolah di SLB/B atau SDLB. Mereka dapat pula bersekolah di
sekolah – sekolah inklusi, terutama yang tingkat ketunarunguannya ringan. Adapun program
pendidikannya secara garis besar adalah sebagai berikut:
BAB III
PEMBAHASAN
A. Kelebihan
1. Buku Utama.
Buku utama menjelaskan dengan lengkap tentang karakteristik anak dengan kebutuhan
khusus.
Dalam buku ini juga dijelaskan tentang klasifikasi anak berkebutuhan khusus dan
pengertian dari anak berkebutuhan khusus.
Dalam buku ini juga dijelaskan lebih detail tentang pengertian tuna rungu sesuai
tingkatannya dan juga dijelaskan tentang masalah yang dihadapi oleh anak – anak tuna
rungu.
Di dalam buku juga ada pemaparan tentang ciri – ciri khas yang dimiliki oleh anak – anak
tuna rungu.
Dalam buku ini penulis juga menjelaskan tingkatan pendidikan dari anak tuna rungu.
Penggunaan bahasa dalam buku ini sederhana, sehingga mudah di pahami oleh pembaca.
Buku ini menarik dan sangat bermanfaat karena membahas tentang pendidikan dari anak
– anak berkebutuhan khusus.
2. Buku Pembanding
Didalam buku pembanding dijelaskan tentang ruang lingkup dan pengertian dari anak
berkebutuhan khusus.
Didalam buku pembanding ini ada dijelaskan tentang penyebab anak berkebutuhan
khusus dan deteksi anak berkebutuhan khusus.
Hampir sama dengan buku utama dalam buku pembanding ini juga ada dijelaskan tentang
gangguan yang dihadapai anak berkebutuhan khusus dalam pembelajaran dan intelektual
Dalam buku juga dijelaskan tentang gangguan perilaku, gangguan fisik dan ganda.
Dalam buku juga dijelaskan tentang sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus.\
Buku ini juga menjelaskan tentang terapi untuk anak berkebutuhan khusus.
Buku ini juga menarik dan sangat bermanfaat dalam menambah pengetahuan dalam
memahami anak berkebutuhan khusus.
Terdapat gambar yang membuat pembaca tertarik dan tidak bosan dalam membaca buku.
B. Kekurangan.
1. Buku Utama
Didalam buku utama ini terdapat beberapa penulisan kata yang tidak tepat sehingga
membuat pembaca kebingungan.
Cover dari buku menurut saya kurang menarik.
Tidak ada gambar sehingga pembaca cepat bosan dan tidak tertarik dalam membaca.
2. Buku Pembanding
Penggunaan bahasa dalam buku kedua ini menurut saya lumayan susah di pahami oleh
pembaca.
Terdapat gambar namun tidak semua gambar dalam buku ini berwarna.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan :
Buku ini sangat menarik dan bermanfaat bagi pembaca karena dengan buku ini wawasan
pembaca tentang anak – anak berkebutuhan khusus semakin bertambah. Dan dengan membaca
buku ini rasa simpati pembaca juga meningkat terhadap anak anak berkebutuhan khusus. Dari
buku ini juga dijelaskan tentang pentinya pendidikan bagi anak – anak berkebutuhan khusus dan
masalah yang dihadapi dalam pendidikan anak berkebutuhan khusus. Kedua buku sama – sama
membahas tentang pengertian dari anak – anak berkebutuhan khusus beserta
pengklasifikasiannya. Kedua buku ini juga menjelaskan tentang cara belajar yang efektif untuk
anak – anak berkebutuhan khusus. Dan saya selaku penulis tugas ini merasa tugas masih banyak
kekurangan oleh karena itu saya berharap para pembaca nanti dapat memberikan saran yang
membangun dan semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi proses pembelajaran.
Saran :
Harapan saya semoga buku yang membahas tentang anak-anak berkebutuhan khusus
semakin bertambah, sehingga dapat menambah wawasan masyarakat luas tentang pentingnya
menghargai dan membantu anak–anak berkebutuhan khusus. Dan besar juga harapan saya
semoga perhatian terhadap anak–anak berkebutuhan khusus semakin ditingkatkan terutama
dalam hal pendidikan. Dan saya juga berpesan kepada penulis buku kiranya dapat memperbaiki
kekurangan yang ada dalam buku yang saya sampaikan sebelumnya.