Anda di halaman 1dari 10

TUGAS REVISI

IKLIM ORGANISASI
MUSFIROH

A. PENDAHULUAN
Pendekatan objektif menjelaskan bahwa lingkungan merupakan
kekuatan pendorong di belakang perilaku organisasi. Organisasi di
kondisikan oleh lingkungan, dan kelangsungan hidup organisasi bergantung
pada kemampuannya menafsirkan lingkungan yang nyata dan beradaptasi
dengannya. Tekanan diberikan pada seberapa baik kesesuaian antara struktur
organisasi dan struktur lingkungan. Struktur dan lingkungan dianggap
sebagai obejk alih-alih penciptaan. Teori determinisme lingkungan
mempunyai pengaruh besar atas studi perilaku oragnisasi ( Lawrence &
Lorsch, 1969, Burns& Stalker, 1961). Juga oragnisasi hampir menguras
lingkungan eksternal dan menggunakan strategi adaftinya yang terbaik untuk
tumbuh dan terus hidup.1
Iklim yang dalam kamus bahasa indonesia di sebut sebagai keadaan
hawa pada suatu wilayah dengan jangka yang agak lama, namun nampaknya
pada pembahasan iklim organisasi ini bahwasanya faktor lingkungan
menjadi salah satu sebab adanya iklim dalam sebuah organisasai yang
mengacu pada fakor-faktor internal dan ekternal dalam berogranisasi. 2 Oleh
karena itu pada pembahasan iklim organisasi ini akan banyak menguraikan
tentang pendapat para peneliti organisasi serta pendapatnya tentang apa yang
di maksud dengan iklim organisasi kemudian apa saja faktor-faktor
penyebab terjadinya iklim organisasi.
B. PENGERTIAN IKLIM ORGANISASI
Sebelum lebih jauh membahas tentang iklim organisasi lebih dulu
kita akan membahas tentang pengertian iklim dan organisasi sebagaimana
dalam kamus besar bahasa indonesia iklim diartikan sebagai keadaan hawa
di suatu daerah yang sangat mempengaruhi kesuburan daerah.3
Menurut Owens (1991) dalam buku Perilaku Organisasi menyatakan
bahwa bahwa Organisasi merupakan pembelajaran tentang persepsi yang
dimiliki individu dari berbagai aspek lingkungan dalam organisasi. Dengan
demikian pengkajian iklim organisasi dapat dilakukan dengan menggali data
dari persepsi individu yang ada dalam organisasi.4

1
R.Wayne Pace dan Don F. Faules,Komunikasi Organisasi, Terj.Dedy Mulyana,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2010) cet-7, hlm 21
2
Tim Penyusun Pusat Kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga,( Balai
Pustaka, 2005) cet 3, hlm 421
3
Tim Penyusun Pusat Kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. h.421
4
Hendayat Soetopo, Perilaku Organisasi,( Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010)
cet 1, hlm 141

1
Pernyataan diatas sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Mill
Timpe (2001 : 56) menyatakn bahwa iklim organisasi merupakan
serangkaian sifat dari lingkungan kerja yang dinilai berdasarkan persepsi
kolektif dari orang-orang yang hidup dan bekerja dalam satu lingkungan atau
suatu organisasi untuk mempengaruhi motivasi dan perilaku mereka.
Pernyataan ini juga sama seperti yang dikatakan oleh Cahyono (2000 :45)
bahwa iklim organisasi yang baik akan mempengaruhi kinerja seseorang
dalam menjalankan tanggungjawabnya dengan produktif. Iklim organisasi
yang kondusif tentunya akan mendukung kelancaran pekerjaan dan tugas
para pegawai.5
Berdasrkan pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa iklim
organisasi merupakan kondisi lingkungan yang ada di sekitar para pekerja
yang dapat mempengaruhi diri, perilaku dan motivasi mereka dalam
menjalan kewajibannya.
Lain halnya dengan Taguri dan Litwin (1968) yang mengartikan
iklim organisasi adalah suatu kualitas lingkungan internal organisasi yang
dialami oleh anggotanya, mempengaruhi perilakunya, dan dapat
dideskripsikan dengan nilai-nilai karakteristik organisasi. Dengan pengertian
ini, miner (1998) menyiarkan aspek-aspek definisi iklim organisasi sebagai
berikut:
1. Iklim oraganisasi mengandung ciri karakteristik tertentu serta
sangat berkaitan dengan unit yang besar dalam sebuah organisasi.
2. Iklim organisasi lebih mengacu pada sistem pendeskripisan pada
suatu unit organisasi daripada menilainya.
3. Praktik organisasi merupakan asal mula tumbuhnya iklim
organisasi dalam sebuah organisasi yang dijalankan.
4. Iklim organisasi memiliki pengaruh besar terhadap sikap dan
perilaku anggota yang ada dalam organisasi tersebut.
Dalam kaitannya dengan iklim organisasi, steers (1985) menyatakn
bahwa iklim organisasi dapat dilihat dari dua sisi pandang yaitu:
1. Iklim organisasi dilihat dari persepsi para anggota terhadap
organisasinya.
2. Organisasi dilihat dari hubungan antara kegiatan-kegiatan
organisasi dan perilaku manajemennya.
Halpin (1971) telah mengidentifikasikan kontinum iklim organisasi
berdasarkan hasil penelitainnya bahwa terdapat enam klasifikasi iklim
organisasi, yaitu:
1. Open Climate yang menggambarkan situasi di mana para anggota
senang sekali bekerja, saling bekerja sama, dan adanya
keterbukaan.
5
Kasmawarta, Iklim Organisasi Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kota
Sawahlunto, (Padang: Universitas Negeri Padang, 2017) h.2

2
2. Autonomous Climate, yaitu situasi dimana ada kebebasan, adanya
pleuang kretaif, sehingga para anggota memiliki peluang untuk
memuaskan kebutuhan-kebutuhan mereka.
3. The Controlled Climate yang di tandai penekanan atas prestasi
dalam mewujudkan kepuasan kebutuhan sosial setiap orang
bekerja keras, kurang hubungan sesama.
4. The Familiar Climate, yaitu adanya sistem kolaborasi yang kuat
dan baik antara pemimpin dan anggota.
5. The Paternal Climate yang mencirikan adanya perhatian penuh
atau controling pemimpin terhadap para anggotanya.
6. The Closed Climate sikap pemimpin yang tertutup terhadap
anggotanya yang menjadikan rendahnya prestasi tugas dan
kebutuhan sosial para anggotnya.6
Hasil penelitian Miner (1988) menunjukan bahwa manajer yang
bekerja dalam iklim organisasi yang tertutup. Iklim organisasi juga
mempengaruhi motivasi, performansi, dan kepuasan kerja (Davis 1981).
Padahal performansi dan kepuasan kerja merupakan sebagian komponen
keefektifan organisasi oleh sebab itu, iklim organisasi dapat dikatakan
berpengaruh terhadap keefektifan organisasi. Organisasi yang memiliki
situasi kerja dengan iklim terbuka menunjukan tingkat kepercayaan dan
kefektifan lebih tinggi dari pada yang menggunakan iklim tertutup. Dengan
demikian iklim organisasi dipengaruhi oleh iklim organisasi dan gaya
kepemimpinan. Iklim organisasi juga di pengaruhi oleh budaya organisasi
yang berkembang di dalamnya. Hal ini sejalan dengan pandangan De Roche
(1987) yang melihat keterkaitan budaya organsasi dengan iklim organisasi.
Ketertkaitannya di andaikan budaya sebagai (battery) dan iklim sebagai
pabrik nuklir. Dengan demikian, iklim yang diandaikan pabrik dipengaruhi
oleh budaya yang diandaikan baterai yang berlaku dalam organisasi.7
Budaya organisasi merupakan kepribadian organisasi yang
mempengaruhi cara bertindak individu dalam organisasi. Owens (1991)
mengemukakan bahwa budaya organisasi mempunyai pengaruh yang kuat
(powerfull) terhadap perkembangan iklim. Lebih lanjut dijelaskan bahwa
budaya organisasi mempengaruhi sikap dan perasaan anggota organisasi.
Iklim organisasi kondusif yang diciptakan oleh pimpinan akan
dirasakan oleh pegawai, yang merupakan salah satu faktor pendukung untuk
membentuk sikap baik pegawai sehingga mereka dapat bekerja dengan
senang.8

6
Hendayat Soetopo,Perilaku Organisasi, h.142
7
Hendayat Sotopo,Perilaku Organisasi,h.142
8
Elsa Mitra, Iklim Organisasi Di Dinas Tenaga Karja Dan Transmigrasi Provinsi
Sumatra Barat,(Padang: Universitas Negeri Padang, 2017) h.1

3
Iklim organisasi yang dipengarui oleh gaya kepemimpinan yang
diterapkan oleh manajer atau adaministrator atau yang jika di perguruan
tinggi di sebut Rektor/Ketua/Direktur. Pemimpin yang memperoleh
dukungan (support) tinggi menggambarkan iklim kelompok yang favorbel,
sementara pemimpin yang memperoleh dukungan rendah menggambarkan
iklim kelompok yang kurang favorbel.
Study garland dan O’Reilly (dalam Owens, 1991) menemukan bahwa
keberhasilan pemimpin bukan di sebabkan oleh prestasi staf, tetapi oleh
tanggung jawabnya untuk mengembangkan lingkungan (baca: situasi atau
iklim) yang memungkinkan pengembangan siswa mencapai level tertinggi.
Dalam kaitannya dengan kualitas hubungan antar pemimpin dan
bawahan menggambarkan iklim organissai penelitian Fiedler (dalam Owens
1991) menemukan bahwa jika hubungan pemimpin dan bawahan baik
(misalnya, pemimpin mempercayai, menghargai, dan disenangi), maka
pemimpin akan lebih mudah memberikan pengaruh dan otoritas daripada
jika hubungan pemimpin dan bawahan tidak baik (misalnya, disenangi dan
kurang mmeberikan kepercayaan).
Berdasarkan paparan tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
pemimpin yang menggunakan orientasi hubungan kemanusiaan akan lebih
menopang iklim yang terbuka (memberi kepercayaan, menghargai) daripada
pemimpin yang menggunakan orientasi tugas. Iklim organisasi bergantung
pada gaya kepemimpinan seorang manajer. Stupak (1981) menekankan
fungsi kepemimpinan adalah menciptkan suasan dan iklim di mana para
pegawai dapat berkembang. Dengan demikian gaya kepemimpinan seorang
pemimpin berpengaruh terhadap iklim organisasi yang dipimpinnya,
berdasarkan beberapa hasil penelitian dan pandangan tersebut di atas dapat di
simpulkan bahwa iklim organiasi dipengaruhi oleh gaya kepemimpinan dan
budaya organisasi.9
Ada delapan komponen iklim yang dikemukakan oleh Halpin (1971)
yang merupakan pemilahan dari karakteristik kelompok dan perilaku
pemimpin. Kedelapan komponen itu adalah:
1. Disengagement atau ketidakikutsertaan, yaitu suatu kadar
terhadap yang mana staf cenderung tidak terlibat yang tidak
commited terhadap pencapaian tujuan organisasi.
2. Hindrance, atau halangan, yaitu sifat para bawahan pemimpin
yang memberikan pekerjaan yang di anggap berat oleh
bawahannya.
3. Esprit atau semangat adanya rasa semangat kerja yang
diapresiasikan oleh pemimpin.
4. Initimacy atau keintiman, yaitu kekondusifan antara para anggota
kerja dan pemimpin dalam sebuah organisasi.
9
Hendayat Soetopo,Perilaku Organisasi,h. 142

4
5. Aloofiness atau keberjarakan, adanya jarak antara pemimpin dan
anggota dalam bekerja.
6. Production Emphasis yaitu adanya penekanan khusus atau
kedisiplinan dalam bekerja untuk memaksimalkan hasil dan
tujuan bersama.
7. Thrust atau rasa yakin, sikap dan perilaku pemimpin yang disiplin
serta tanggungjawab guna memberikan contoh yang baik kepada
anggotanya.
8. Consideration atau perhatian, sikap pemimpin yang
memperlakukan anggota dengan baik.10
C. HUBUNGAN ANTARA IKLIM, BUDAYA DAN KE EFEKTIFAN
ORGANISASI
Hasil penelitian Miner (1998) menunjukan bahwa manajer yang
berkerja dalam iklim oranisasi terbuka menunjukan pekerjaan yang lebih
baik dari pada manajer yang bekerja dalam iklim organisasi yang tertutup.
Iklim organisasi juga mempengaruhi motivasi, performansi, dan kepuasan
kerja (Davis, 1981). Padahal motivasi, performansi dan kepuasan kerja
merupakan sebagian komponen keefektifan organisasi. Oleh sebab itu dapat
disimpulkan bahwa iklim organisasi berpengaruh langsung terhadap
keefektifan organisasi.
Iklim organisasi dapat dikatakan sebagai kondisi internal atau
psikologi organisasi yang dianggap penting karena merupakan ciri internal
yang dimiliki oleh suatu organisasi, perlu kita ketahaui bahwa iklim disetiap
organisasi memiliki sifat yang berbeda, karena setiap organisasi tentu
memiliki cara tersendiri dalam mengatur strategi untuk meningkatkan
kualitas organisasinya. Oleh karena itu keterkiatan antara budaya organisasi
dan iklim dalam organisasi memiliki peran penting terhadap kemajuan dan
kekondusifan suatu organisasi.
Organisasi yang memiliki situasi kerja dengan iklim terbuka
menunjukan tingkat kepercayaan dan keefektifan lebih tinggi daripada yang
menggunakan iklim tertutup. Heck dkk. Iklim organisasi yang juga
dipengaruhi oleh budaya organisasi yang berkembang didalamnya. hal ini
sejalan dengan pandangan DeRoche (1987) yang menyatakan bahwa budaya
organisasi mempunyai keterkaitan atau hubungan iklim organisasi.
Keterkaitannya budaya sebagai baterai dan iklim sebagai pabrik nuklir
dipengaruhi oleh budaya yang diandaikan baterai yang berlaku dalam
organisasi.11
Jika kita bicara iklim organisasi tentu tidak terpisahkan dari budaya
organisasi yang merupakan bagian dari lingkungan internal organisasi karena
keragaman budaya yang ada dalam suatu organisasi sama banyaknya dengan
10
Hendayat Soetopo,Perilaku Organisasi, h.143
11
Hendayat Soetopo,Perilaku Organisasi, h. 144-151

5
jumlah individu yang ada di dalam organisasi. Umumnya, suatu budaya
organisasi juga sangat dipengaruhi oleh lingkungan eksternal organisasi.
Setiap anggota memiliki ciri dan karakteristik budaya masing-masing hingga
teidak tertutup kemungkinan adanya anggota yang menyukai atau tidak,
sehingga diperlukan suatu penyatuan persepsi dari seluruh anggota atas
pernyataan budaya organisasi, hal demikian merupakan uraian deskriptif dari
budaya organisasi.
Budaya pada umumnya dikaitkan dengan tradisi dan cara berprilaku
di antara negara atau daerah yang berbeda. Akhirnya berkembang pendapat
bahwa hal yang sama dapat terjadi di antara organisasi yang berbeda. Setiap
organisasi memiliki sendiri cara menegerjakan sesuatu, tipe kepribadian
yang berbeda cenderung melakukan hal-hal baik, dan bentuk hubungan yang
berbeda. Pemberdayaan pada dasarnya mengandung makna memberikan
kesempatan pada budaya organisasi agar lebih berperan dalam meningkatkan
kinerja organisasi untuk mencapai tujuannya. Akan tetapi, organisasi
mempunyai ciri-ciri budaya sendiri yang berbeda satu sama lain sesuai
dengan kebutuhannya.12
Organisasi perlu mengubah budaya yang dianut selama ini agar
mampu menciptakan iklim yang mendorong terjadinya proses
pemberdayaan. Untuk itu perlu didefinisikan kembali nilai-nilai yang
diharapkan dapat diterima oleh segenap sumber manusia yang berada di
dalamnya. Nilai-nilai yang dipilih dengan baik dapat membantu menciptakan
iklim pemberdayaan (Smith,2000:26). Dengan demikian, setiap orang akan
tahu perilaku apa yang diharapkan dari mereka.
Nilai-nilai dan budaya organisasi akan mempengaruhi sebagaimana
orang berperilaku, tetapi sebaliknya bagaimana orang berperilaku akan
mempengaruhi budaya organisasi. Dengan demikian, untuk memberdayakan
budaya organisasi dapat dilakukan dengan memberdayakan orang yang ada
di dalam organisasi. Keberdayaan orang di dalam organisasi akan dapat
meningkat apabila diberi kesempatan atau dilibatkan dalam seluruh proses
kegiatan organisasi.13
Secara garis besar, salah satu aspek kepuasan kerja diperlihatkan dari
ukuran respons dan sikap terhadap lingkungan kerja karena lingkungan kerja
merupakan unsur budaya organisasi yang telah disepakati bersama menjadi
suatu ciri budaya di antara sesama anggotanya. Melalui penguasaan dari
tahapan budaya organisasi ini, mulai dari penguraian budaya organisasi
sampai kepada terbentuknya kepuasan kerja anggota sebagai hasil evaluasi di
dalam suatu budaya organisasi.

12
Wibowo,Manajemen Perubahan Edisi Ketiga,(Jakarta:PT Rajagrafindo
Persada,2012) cet ke-4, hlm.473
13
Wibowo,Manajemen Perubahan Edisi Ketiga, h.474-475

6
Teknologi dan lingkungan adalah unsur eksternal yang sangat penting
diperhatikan bagi suatu organisasi disebabkan oleh teknologi dan lingkungan
yang sangat cepat berubah, tanpa dapat dibatasi dalam batasan pemikiran.
Dengan demikian, teknologi dan lingkungan sebagai elemen kunci dari
perilaku organisasi akan mengubah perilaku oragnisasi yang secara langsug
dapat mengubah ciri budaya organisasi. Gibson (1997) memperjelas kaitan
tersebut dengan menyebutkan bahwa ada tiga pendekatan penting yang
digunakan untuk mendapatkan pengetahuan tentang oragnisasi, yaitu:
1. Sejarah masyarakat dan lembaga lainnya yang ada, dalam proses
perjalanan hidup dan perkembangannya.
2. Pengalaman para praktisi di dalam mengelola organisasi agar
tetap konsisten menghadapi tantangan untuk berkembang.
3. Ilmu pengetahuan yang berkembang berdasarkan pengamatan dan
penelitian pakar manajemen di dalam mengantisipasi
perkembangan organisasi.
Perilaku organisasi merupakan kelompok individu di dalam
organisasi yang dapat mempengaruhi perilaku individu di dalam suatu
lingkungan organisasi atau sebaliknya (Ivancevich, 1996). Kelompok di
dalam organisasi perlu dilihat dari segi yang berbeda-beda.14
D. IKLIM KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI
Perlu kita cermati bahwa pengaruh iklim dalam kehidupan memiliki
peran penting terhadap perilaku kita sehari-hari. Misal dalam style yang kita
gunakan, makanan, tempat tinggal,serta keadaan lingkungan lainnya bahkan
angkutan yang kita gunakan pun termasuk salah satu dari ciri iklim fisik
yang siginifakan.
Iklim komunikasi sebuah organisasi yang mempengaruhi cara hidup
kita kepada siapa kita bicara, siapa yang kita sukai, bagaimana perasaan kita,
bagaimana kegiatan kerja kita, bagaimana perkembangan kita, bagaimana
cara kita menyesuaikan diri dengan organisasi. Salah seorang ahli
menyatakan bahwa iklim komunikasi yang merupakan bagian dari iklim
organisasi dikatakan sangat penting daripada keterampilan atau tekni-teknik
dalam menciptakan keefektifan dalam suatu organisasi.
Salah satu faktor iklim organisasi yang menjadikan adanya
kekondusifan dalam suatu organisasi adalah terjalinnya iklim komunikasi
yang lancar dan mudah dimengerti serta, adanya rasa tanggungjawab dari
bawahan dan terdapat hubungan yang baik dengan sesama.15
Iklim komunikasi merupakan hal penting dalam sebuah organisasi
karena mengaitkan konsep, perasaan dan harapan anggota organisasi serta
14
Manahan P. Tampubolon,Perilaku Keorganisasian, (Bogor:Penerbit Galia
Indonesia,2012) Cet.1 hlm.215-217
15
Elsa Mitra,Iklim Organisasi Di Dinas Tenaga Karja Dan Transmigrasi Provinsi
Sumatra Barat.,h.2

7
membantu menjelaskan keadaan perilaku anggota organisasi. Selain itu
dengan mengetahui keadaan iklim dalam sebuah organisasi tentunya akan
lebih dapat menentukan sikap tepat dengan cara-cara tertentu sesuai dengan
keadaan iklim pada saat itu.
Sifat-sifat iklim organisasi membuatnya seolah bertumpangtindih
dengan konsep budaya. Seperti yang dikatakan Poole secara keseluruhan
bahwa iklim lebih menunjukan sifat budaya organisasi daripada suatu
pengganti budaya. Hal itu dapat dilihat dari beberapa hal tentang sifat iklim
yang nampaknya menjadi ciri/karakter khas dalam sebuah organisasi. iklim
merupakan peran dalam keutuhan suatu budaya sekaligus membimbing
budaya tersebut. Para ahli bahkan cenderung setuju ketika mereka
menyatakan bahwa budaya organisasi menyiapkan tempat iklim organisasi
itu menetap. Jadi dapat dikatakan bahwa konsep iklim organisasi akan
banyak membicarakan tentang budaya yang ada dalam sebuah organisasi.
Para ahli komunikasi berpendapat bahwa konsep iklim merupakan
salah satu gagasan terkaya dalam teori organisasi, secara umum dan secara
khusus dalam komunikasi. Penyebutan istilah kaya karena iklim mendapat
perhatian besar dalam kerangka teoritis dan empiris, selain itu para ahli juga
berpendapt bahwa iklim seolah sederhana dan rumit pada saat yang sama,
juga memiliki makna jelas yang cukup luas.16
Poole (1985) menyatakan bahwa iklim muncul dari dan didukung
oleh praktik-prakitik organisasi (hlm.82). Kopelmen, Brief dan Guzzo (1989)
membuat hipotesis dan menyatakan bahwa iklim organisasi, yang meliputi
iklim komunikasi, penting karena menjembatani praktik-praktik pengelolaan
sumber daya manusia dengan produktivitas. Para peneliti organisasi
menyatakan bahwa jika dalam sebuah organisasi terlibat suatu rencana
insentif keuangan baru dan berperan aktiv dalam pengambilan serta
pembuatan keputusan maka berkemungkinan akan muncul suatu perubahan
dalam iklim organisasi. Perubahan iklim yang terjadi dapat mempengaruhi
kinerja produktivitas anggota organisasi tersebut. Iklim secara umum
khusunya iklim komunikasi organisasi berperan sebagai faktor penengah
antara unsur-unsur sistem kerja dengan ukuran-ukuran yang berbeda dalam
keefektian organisasi seperti pada produktivitas, kualitas, dan vitalitas
organisasi.
Pada model kontijensi Fiedler, ada dua tipe kepemimpinan, yaitu
dilihat dari hubungan motivasi dengan performa kepemimpinan dan dilihat
dari motivasi tugas dengan kepemimpinan. Tipe kepemimpinan yang
pertama menggambarkan seorang pemimpin akan menjelaskan apa yang
akan dilakukan anggotanya dan bagaimana anggotanya dapat melakukan
pekerjaan secara baik. Pengertiannya seorang pemimpin harus dapat
16
R. Wayne Pace dan Don F. Faules,Komunikasi Organisasi, Terj.Dedy Mulyana,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2010) cet 7, hlm 147

8
memotivasi anggtota untuk dapat meningkatkan produktivitas secara efektif
dengan hasil yang baik. Sementara tipe kepemimpinan yang kedua
menggambarkan bahwa pemimpin dapat memotivasi anggota jika dia dapat
menjelaskan dan memberdayakan mereka. Dengan kata lain kepuasan kerja
dapat diperoleh, apabila orang mengetahui dan dapat melakukan tugas secara
baik. Hubangan motivasi kepemimpin dengan motivasi tugas dan
kepemimpinan dapat dipergunakan untuk mengefektifkan kepemimpinan di
dalam beberapa situasi.17
E. KESIMPULAN
Organisasi merupakan studi tentang persepsi yang dimiliki individu
dari berbagai aspek lingkungan dalam organisasi.
Iklim merupakan suatu kualitas lingkungan internal orgnaisasi yang
dialami oleh anggotanya, mempengaruhi anggotanya, perilakunya, dan dapat
di deskripiskan sebagi nilai nilai karateristik organisasi. Iklim oragnisasi di
pengaruhi oleh gaya kepemimpinan dan budaya organisasi, sebagaimana
iklim di anggap sebagai pabrik dan budaya dianggap sebagai batrai nya yang
saling berkaitan di antarakeduanya. Oleh karena itu iklim dianggap memiliki
peran penting dan pengaruh besar dalam suatu organisasi.

DAFTAR PUSTAKA

Hendayat.Soetopo, Perilaku Organisasi, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,


2010 cet 1
Kasmawarta, Iklim Organisasi Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga
Kota Sawahlunto, Padang: Universitas Negeri Padang, 2017
Mitra, Elsa, Iklim Organisasi Di Dinas Tenaga Karja Dan Transmigrasi
Provinsi Sumatra Barat,Padang: Universitas Negeri Padang, 2017

17
R. Wayne Pace dan Don F. Faules,Komunikasi Organisasi.h.148-149

9
Pace. R Wayne dan Don F. Faules,Komunikasi Organisasi, Terj.Dedy
Mulyana, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2010 cet-7
Tampubolon. Manahan P, Perilaku Keorganisasian, Bogor: Penerbit Galia
Indonesia,2012 Cet.1
Tim Penyusun Pusat Kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga,
Balai Pustaka, 2005 cet 3
Wibowo, Manajemen Perubahan Edisi Ketiga, Jakarta: PT Rajagrafindo
Persada, 2012 cet 4

10

Anda mungkin juga menyukai