Anda di halaman 1dari 1

BERAT BADAN LAHIR RENDAH ( BBLR )

Kelainan Kelainan
Konginetal Kromosom
Paparan zat Radiasi Tinggal di dataran tinggi Sosek
beracun

FAKTOR JANIN Pemeriksaan Diagnosa :


FAKTOR LINGKUNGAN 1. Jumlah sel darah putih: 18.000/mm3,
netrofil mangkok sampai 23.000-24.000/
mm3 hari pertama setelah lahir (menurun
bila sepsis)
2. Hematokrit (Ht): 43%-61% (peningkatan
sampai 65% atau lebih menandakan Terapi:
ETIOLOGI polisitemia,pemurunan kadar menunjukkan 1. Perawatan intensif dalam incu-
Komplikasi: anemia atau hemoragik prenatal/perinatal. bator
FAKTOR MATERNAL 2. Tunda memandikan bayi sebe-
1. Asfiksia 3. Hemoglobin (Hb): 15-20 gr/dl (kadar lebih
2. Hipoglikemia rendah berhubungan dengan anemia dan lum 6 jam setelah lahir
USIA Komplikasi Penyakit 3. Hipokalsemia Komplikasi: hemolisis berlebihan) 3. Selimuti bayi dan tutupi kepal-
Plasenta anya
Gaya kehamilan Kehamilan ganda 4. Hiperbilirubin 1. hipoglikemia 4. Bilirubin total: 6 mg/dl pada hari pertama
5. Perdarahan 2. Asfiksia kehidupan, 8 mg/dl 1-2 hari, dan 12 mg/dl 4. Perhatikan status cairan, bila
hidup (Kembar) perlu pasang infuse
paru 3. Infeksi pada 3-5 hari
> 35 tahun • Infeksi Inkompetensia 5. Destrosix: tetes glukosa pertama selama 4- 5. Bila perlu beri terapi O2
6. Perdarahan peri 4. Aspirasi me-
Abruptio plasenta < 20 tahun serviks 6. Pasang NGT bila refleks hisap
Plasenta previa • Kelahiran TORCH intraventrikuler konium 6 jam pertama setelah kelahiran rata-rata
5. Polisitemia 40-50 mg/dl meningkat 60-70 mg/dl pada dan menelan lemah
• narkotika preterm • Malaria 7. sindrom
7. Isolasi bayi dengan bayi lain
• Eklamsi • Anemia gawatnapas 6. Hiperbiliru- hari ketiga.
• Alcohol neonatus binemia 6. Penataa elektrolit (Na,K,Cl): biasanya da- dan pertahankan prinsip aseptic
• perokok • Preeklamsi • Sifilis sebelum kontak dengan bayi
7. Kelainan kon- lam batas normal pada awalnya
• perdarahan • Trauma genital 8. Metode Kangguru
Disfungsi Plasenta fisik

Prematur Dismatur

BBLR
(Bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram)

Imaturitas fungsi paru dan Imaturitas pengukuran suhu dan Masalah yang terjadi pada orang tua : Ketidakmatangan bagian otak
Tipisnya jaringan kulit kurangnya pengetahuan pada orang tua yang mengontrol pernapasan
neuromuskular kurangnya lemak subkutan da-
Defisiensi pertahanan tubuh
(imunologi) Imaturitas saluran cerna
Tidak efektifnya pola napas Tidak efektifnya termoregulasi Risiko gangguan integritas kulit
Kecemasan Apneu

Dx: Tidak efektifnya pola Dx: Tidak efektifnya termoregu- Risiko Infeksi Risiko gangguan pemenuhan kebutuhan
napas b.d maturitas fungsi lasi b.d imaturitas pengatur suhu nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Dx: Risiko gangguan integritas kulit Dx: Apneu b.d Ketidakmatangan
b.d tipisnya jaringan kulit Dx: Kecemasan orang tua b.d kurang
paru dan neuromuskular dan berkurangnya lemak subkutan pengetahuan tentang kondisi anaknya bagian otak yang
Dx: Risiko infeksi b.d mengontrol pernapasan
Risiko
defisiensi Infeksi tubuh
pertahanan Dx: Gangguan pemenuhan kebutuhan
(imunologi) nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d
Kriteria Hasil : Kriteria Hasil : Kriteria hasil :
ketidakmampuan mencerna nutrisi karena 1. Kulit menjadi tidak kering
Anak menunjukkan frekuensi 1. Anak akan mengalami suhu imaturiras Kriteria Hasil : Kriteria Hasil :
napas yang efektif dengan antara 36,40-370 C (lembab) Kecemasan pada orang tua berkurang
2. Kemerahan pada kulit dapat di Tidak terjadi penyumbatan jalan
tanda-tanda : 2. Orangtua dapat menjelaskan ditandai dengan : udara pada bayi yang ditandai
Kriteria Hasil : hindari 1. Orang tua tampak tenang
1. RR 30-60x/menit teknik untuk mencegah ke- Tidak terjadinya Infeksi, dengan meningkatnya Heart rate
2. Sianosis (-) hilangan panas di rumah 3. Tanda-tanda infeksi (-) 2. Orang tua berpartisipasi dalam
yang ditandai dengan : Kriteria Hasil : lalu diikuti dengan frekuensi
3. Sesak (-) Nutrisi yang adekuat terpenuhi sesuai proses keperawatan napas
1. suhu 360-370 C
4. Ronchi (-) 2. Tidak ada tanda-tanda dengan umur dan kebutuhan, yang
5. Wheezing (-) infeksi ditandai dengan : Intervensi:
Intervensi: 3. Leukosit 5000-10.000 1. Refleks hisap dan menelan baik 1. Observasi TTV
KETERANGAN : 2. Muntah (-) Intervensi: Intervensi :
1. Tempatkan bayi pada incuba- 2. Observasi tekstur dan warna kulit 1. kaji pengetahuan orang tua tentang
tor, atur control temperature 3. Kembung (-) 3. Lakukan tindakan secara aseptic 1. Monitor status kardiorespiratori
4. BAB Lancar bayinya saat ini 2. Berikan stimulasi taktil seperti
Intervensi: dalam incubator sesuai kebu- dan antiseptic 2. Jelaskan kondisi bayi dengan kata-
: MASALAH UTAMA tuhan 5. Berat badan meningkat 15 gr/hari 4. Cuci tangan sebelum dan sesudah jentikkan pada bagian pun-
1. Observasi pola napas, 6. Turgor elastis kata yang mudah dimengerti kepda ngung atau kaki
frekwensi, dan bunyi 2. Observasi TTV (suhu, nadi, Intervensi: kontak dengan bayi keluarga
dan pernapasan) dan ob- 1. Cuci tangan sebelum 5. Jaga kebersihan kulit bayi 3. Posisikan kepala dan leher
2. Observasi adanya sianosis 3. Berikan kesempatan kepada orang tua bayi pada satu garis lurus dan
: ETIOLOGI servasi adanya sianosis dan sesudah kontak 6. Ganti pakaian setiap basah
3. Tempatkan bayi pada untuk mengekspresikan perasaannya baringkan bayi pada posisi ter-
posisi telentang dengan 3. Hindari bayi dari pengaruh dengan bayi 7. Jaga kebersihan tempat tidur terhadap kondisi bayinya
yang dapat menurunkan suhu 2. Pastikan semua alat 8. Lakukan mobilisasi tiap 2 jam lentang atau miring.
kepala pada posisi eksten- Intervensi: 4. Libatkan orang tua dalam perawatan
: AKIBAT,DIAGNOSA, tubuh, seperti terpapar udara yang kontak dengan bayi 9. Monitor suhu dalam inkubator 4. Berikan pengobatan
si 1. Observasi refleks hisap dan menelan bayinya
INTERVENSI DAN dingin, mandi sudah bersih dan steril methylxanthines
4. Beri terapi O2 sesuai pro- 2. Pasang NGT jika refleks hisap dan 5. Gunakan media yang tepat untuk
KRITERIA 4. Pantau tanda-tanda 3. Cegah orang yang men- (aminophyline, kafein atau
gram dokter dan observa- menelan tidak ada menginformasikan kepada bayinya.
HASIL hipertermi misalnya keme- derita infeksi saluran doksapran)
si respon bayi terhadap 3. Beri minum sesuai program
rahan, ruam, diaforesis napas atas/ infeksi men- 5. Antisipasi resusitasi emergensi
terapi O2 4. Kaji kesiapan bayi untuk menyusui
: PEMERIKSAAN ular agar tidak kontak 6. Berikan dukungan emosional
5. Pantau dengan ketat pen- pada payudara ibu. Susukan bayi jika
DIAGNOSTIK langsung dengan bayi kepada orang tua
gukuran gas darah refleks muntah ada, penghisapan
4. Observasi TTV dan kaji 7. Rencanakan pemulangan
6. Pertahankan suhu ling- kuat, serta bias menelan.
: KLASIFIKASI BBLR tanda-tanda infeksi pasien dan home care teaching
kungan dengan netral 5. Bantu ibu mengeluarkan ASI
SERTA 6. Timbang BB bayi
KOM-
PLIKASINYA
Referensi :
: TERAPI Bobak.,P.L. (1999). Maternity Nursing. (Ed.5th).Philadelphia: Mosby.
Carpenito, L.,J. (1995). Diagnosa Keperawatan : Aplikasi pada Praktik
Klinis. (Ed.6). Jakarta : EGC.
Wong, D.,L. (2003). Nursung Care of Infants and Children. (Ed.7th).
Philadelphia: Mosby.

Anda mungkin juga menyukai