Anda di halaman 1dari 18

aoo eeaa a 9

PRAKTIKUM 10

PENDAHULUAN
Populasi kera ekor panjang (Macaca fascicularis) yang ada di Kompleks makam Ratu
Bagus Kuning (KMRBK) merupakan populasi kera yang terkonservasi di tengah kota. Lazimnya
populasi kera, kera ekor panjang di KMRBK Palembang memiliki sruktur dan susunan kelompok
yang anggotanya memempati posisi tertentu. Struktur ini misalnya kelompok usia, jenis kelamin
dan kelompok sosial. Kelompok sosial terdiri dari jantan pemimpin, jantan wakil pemimpin,
jantan biasa, dan betina. Oleh karena adanya sturktur kehidupan yang unik ini, maka diduga
terdapat pola-pola prilaku yang terekspresi dalam aktivitas hariannya. Aktivitas harian meliputi
aktivitas makan, bermain, grooming, kawin, istirahat, berkelahi dan pemeliharaan anak.

TINJAUAN PUSTAKA
Kera ekor panjang memiliki karkarter tubuh yang berwarna coklat abu-abu dan badan
bagian depan selalu lebih pucat (Yasuma dan Alikodra, 1990). Kera ekor panjang mempunyai
kisaran lingkar tubuh 38-76 cm, tinggi dapat mencapai 61 cm dengan berat maksimal 13 kg.
Forum muka datar dengan mata mengarah ke deapan. Hidung pendek, telinga kecil dan
mempunyai ekor panjang (Nowak dan Paradiso, 1983).
Secara taksnonmi kera ekor panjang termasuk ordo Primata, subordo Anthropoidea,
infraordo Catarrhini, Superfamili Cercophitecoidea, famili Cercopithecidae, genus Macaca,
spesies Macaca fasciculari (Takai dan Mouri, 1999). Kera ini digolongkan ke dalam golongan
Kera Dunia Lama karena ekor tidak bersifat prehensil (tidak dapat digunakan untuk
memegang), lubang hidung tidak terpisah jauh dan mengarah ke bawah (Keeton dan Gould,
1986). Hanya dua spesies kera Dunia Lama yang hidup di Timur Garis Wellace yaitu kera ekor
panjang di kepulauan Sunda dan kera perak daun di Lombok (Kawamoto, 1996). Klasifikasi
subspesies kera ekor panjang masih belum jelas. Klasifikasi tradisional yang berdasarkan
morfologi membagi spesies ini menjadi 20 subspesies (Kawamoto et al., 1981)
Kera ekor panjang terutama sekali hidup di kepulauan Sunda, Filipina dan daratan utama
Asia Tenggara. Kera ini terdapat juga di Nusa Tenggara Barat dan Timur dan bahkan di
berbagai pulau (misalnya Pulau Kabaena dan Mauritus) sebagai hewan yang diintroduksikan.
Mereka hidup di berbagai habitat mulai dari rawa bakau sampai ke hutan basah di pegunungan,
dari hutan samapi ke tempat keramat yang dikelilingi manusia (Napier dan Napier, 1967). Saat
ini, kepadatan kera ekor panjang di alam, khususnya di daerah Sumbagsel diperkirakan 3,9-122
individu/km2 dengan kepadatan tertinggi di daerah Lubuk Linau (Bengkulu Selatan) (Supriatna
et al., 1996).
Kera ekor panjang termasuk hewan yang bertemperamen gaduh, terutama saat mencari
makan. Kera ini dapat berkomunikasi dengan menggunakan alarm call berulang-ulang dengan
beberapa interval (Yasuma dan Alikodra, 1990). Populasi kera ekor panjang telah tersusun

o olog  


61
dalam satuan reproduktif yang lengkap. Setiap kelompok dapat mencapai wilayah teritori seluas
2-15 km2. Apabila dalam wilayah teriotri ini mereka menemukan makanan mereka akan
membentuk lingkaran luar dan lingkaran dalam (Grzimek”s, 1975).
Secara sruktur sosial, kera jantan dibedakan menjadi tiga tingkatan yaitu pemimpin
(golongan atas), wakil pemimpin (golongan menengah) dan jantan biasa (golongan bawah).
Pemimpin bertugas mengawasi lingkaran luar dan lingkaran dalam secara keseluruhan, wakil
pemimpin mengawasi lingkaran dalam, sementara jantan biasa berkelompok membentuk
lingkaran luar. Kera betina bertugas mengasuh anak (Wellber et al, 1972). Kelompok kera
genus Macaca di daerah konservasi alam Sulawesi menunjukkkan komposisi biasanya termasuk
dua sampai empat jantan dewasa dengan betina dewasa dan anak yang lebih banyak. Jantan
alfa (pemimpin) mendominasi betina estrus (Watanabe dan Matsumura, 1996).
Disela-sela kegiatan mencari makan, kera biasanya mempunyai kegiatan yang unik yaitu
groming yang bertujuan membersihkan dan memelihara diri dari parasit maupun kotoran, selain
untuk membangun dan menjaga serta memperkuat ikatan sosial (Butovskaya et al., 1995).
Musim kawin kera ekor panjang terjadi pada bulan November atau Desember dan
berakhir bulan Februari atau Maret. Jantan pemimpin mempunyai persyaratan terstentu dalam
memilih pasangan. Ia hanya memilih beberapa ekor saja untuk dikawini. Kera jantan dari
golongan bawah dan menengah di biarkan bebas memilih pasangannya (Grzimek’s, 1975).
Suatu fenomena lain bahwa terjadi prilaku kawin yang sama dari dua spesies yang berbeda, M.
fascicularis dan M. nemesterina pada perkawinan campur kedua spesies tersebut (Iskandar et
al., 1999).
Genus Macaca umumnya hanya melahirkan satu anak (Roonwal dan Mohnot, 1977)
tetapi kadang-kadang juga kembar. Betina dewasa biasanya menolak atau menyia-nyiakan bayi
pada kelahiran pertama, tetapi akan terbiasa merawat pada kelahiran kedua dan ketiga.
Pengasuhan anak pada Macaca meliputi usaha melindungi bayi atau anaknya dari gangguan
hewan lain. Biasanya bayi digendong di dada induknya dan dibawa kemana pergi. Bayi biasaya
disusukan sampai dengan umur dua bulan kemudian disapih oleh induknya. Hewan betina
mengajarkan kepada anaknya untuk mendapatkan pakan. Anak diasuh sampai dengan umur
dua tahun (Erwin, 1987).

TUJUAN :
Praktikum ini bertujuan:
1. Mempelajari ktruktur populasi kera ekor panjang di KM RBK ditinjau dari ukuran populasi,
nisbah kelamin, kepadatan populasi dan strata kelompok umur.
2. Mempelajari aktivitas harian ditinjau dari aktivitas makan, mencari makan dan istirahat,
bermain, grooming, berkelahi, pemeliharaan anak (interaksi ibu dan anak)

o olog  


62
AKTIVITAS PEMELIHARAAN ANAK

1. Putarlah film “Aktivitas Pemeliharaan Anak Kera Ekor Panjang di KMRBK”


2. Perhatikan tentang keadaan umum lokasi KMRBK !
3. Perhatikan beberapa aspek pemeliharaan anak meliputi aktivitas menggendong anak,
menyusui, memberi makan, perlindungan, grooming, dan bermain!

DISKUSI
1. Buatlah deskripsi singkat tentang KMRBK!

1. Jelaskan yang dimaksud dengan aktivitas menggendong anak, menyusui, memberi makan,
perlindungan, grooming, dan bermain!
1. Isilah tabel berikut !

No Aktivitas Persentase Fekuensi tertinggi Keterangan


1 menggendong anak
2 Menyusui
3 Memberi makan
4 Perlindungan
5 Grooming
6 Bermain
STRUKTUR POPULASI KERA EKOR PANJANG DI KMRBK

TUJUAN : 1. Mengetahui kelimpahan populasi


2. Menetukan tingkatan (starata) perkembangan dan piramida populasi
3. Menentukan nisbah kelamin
4. Menentukan struktur sosial.
5. Menetukan daerah teritori dan jalur jelajah.

Landasan Teori
Populasi diartikan sebagai suatu kumpulan makhluk hidup yang sama spesies (atau
kelompok lain yang individunya mampu bertukar genetik), yang mendiami ruang khusus pada
suatu waktu. Kelimpahan absolut adalah total dalam suatu populasi dehingga dihitung dengan
mencacah total semua individu yang ada di dalam populasi tersebut. Nisbah kelamin dihitung
dengan membandingkan antara jumlah jantan dan betina. Tingkat (strata) perkembangan
dihitung dengan mencacah individu bayi (infant), muda (juvenile) dan dewasa (adult). Bayi
mempunyai ciri badandan rambut berwarna hitam dan selalu dalam pemeliharaan (gendongan)
induknya. Muda adalah individu yang sudah disapih induknya tetapitanda kelamin sekunder
belum jelas. Jantan dewasa mempunyai ciri tubuh besar, bercambang lebat dan mengelilingi
muka, penis dan testis (skrotum) jelas. Betina dewasa memiliki vagia dan putting susu yang
telah berekmbang di bagian dada.
Berdasarkan pencacahan, struktur populasi kera ekor panjang di Kompleks Makam Ratu
Bagus Kuning seperti ditampilkan pada tabel 1.

Tabel 1. Keadaan populasi kera ekor panjang di Kompleks Makam Ratu Bagus Kuning Plaju
Palembang.

Strata Nisbah Kelamin


Perekembangan 2000 2004
♂ ♀ Jlh ♂ ♀ Jlh
Bayi 11 0 11
Muda 13 14 27
Dewasa 16 18 34
Jumlah 40 32 72

Alat dan Bahan


Alat : 1. Teropong binokuler dan kamera (kalau ada).
2. Alat tulis dan lembar pengamatan.
3. Pakan (kacang tanah)

Langkah Kerja:
1. Pengamatan sebaiknya dilakukan ketika kondisi cerah, usahakan ketika anggota populasi
sedang berkumpul. Pilih lokasi di Stadion Patra Jaya atau di kompleks makam.
2. Untuk memudahkan penghitungan, populasi kera diberi makanan berupa biji-biji kacang.
3. Hitung dan amati dengan cermat anggota populasi yang ada. Catatlah hasil
pengamatanmu ke dalam tabel 1, yang meliputi kelompok jenis kelamin dan strata
perkembangan.
4. Carilah jantan pemimpin (jantan-) (bernama Kondor). Amati penampilan morfologinya
dan bandingkan dengan jantan biasa.

Hasil Pengamatan
1. Buatlah piramida umur berdasarkan data tabel 1. untuk struktur populasi tahun 2004

Gambar 1. Piramida struktur populasi kera ekor panjang di KMRBK tahun 2000

Gambar 2. Piramida struktur populasi kera ekor panjang di KMRBK tahun 2004
2. Amatilah jalur jelajah populasi kera ini (buatlah peta penjelajahan)!
3. Kemukakanlah ciri dari :
a. Jantan 

b. Jantan biasa

c. Betina

d. Bayi

Pembahasan (diskusi).
1. Berapa kelimpahan kera ekor panjang di KMRBK pada tahun ini ?
2. Berapa perbandingan nisbah kelamin (%) antara jantan dan betina pada tahun ini ?

3. Berdasarkan hasil pengamatan pada tabel 1. Bagaimana perbandingan antara jantan dan
betina dalam kurun waktu 5 tahun? Apa artinya bagi peluang reproduksi ?

4. Apakah bentuk piramida pada gambar 1 dan 2 (kerucut, lonceng atau lainnya) ? dan apa
artinya ?
5. Berdasarkan data pada tabel 1 dan Gambar 1 & 2, Apakah populasi kera dalam kondisi
stabil ? atau tidak ? apa alasannya ?

6. Apakah beda moroflogi antara jantan- (Kondor) dengan jantan biasa ?

7. Bagaimana jalur jelajah populasi kera di lokasi ini ?


FAKTOR BIOTIK DAN ABIOTIK YANG MEMPENGARUHI
POPULASI KERA EKOR PANJANG DI KMRBK

Tujuan : 1. Mengetahui karakter fisik KMRBK


2. Memperkirakan jenis tumbuhan yang dapat dijadikan pakan di sekitar habitat.
3. Memfelajari factor-faktor yang berkaitan dengan kelestarian kera di KMRBK
4. Mempelajari musuh/organisme pengganggu poluasi kera di KMRBK

Landasan Teori
Habitat suatu organisme adalah tempat organisme hidup atau tempat organisme dapat
ditemukan. Habitat dapat pula digunakan dalam pengertian sebagai sebagai tempat hidup
satu atau sekumpulan organisme sejenis meliputi lingkungan fisik dan biotik. Suatu habitat
merupakan hasil interaksi berbagai komponen, yaitu komponen fisik yang terdiri dan air, tanah,
topografi dan iklim. Serta komponen biologis yang terdiri dan manusia, vegetasi dan satwa.
Komponen habitat terpenting untuk kehidupan margasatwa terdiri atas makanan, air dan cover
(tempat berlindung). Makanan dan air merupakan faktor pembatas bagi hidupnya margasatwa.
Macaca lebih bersifat omnivora, Macaca memakan buah-buahan, biji-bijian, pucuk-pucuk,
serangga, kepiting, kodok, kadal dan moluska. Makanan kera ekor panjang Macaca fascicularis
terdiri atas buah-buahan, daun-daun muda, serangga, tanaman pertanianseperti jagung, tebu,
kentang, padi, dll. Hewan ini juga memakan berbagai jenis Mollusca dan Crustacea,
berdasarkan jenis makanannya hewan ini bersifat omnivorus. Ficus sp merupakan makanan
paling penting bagi kera dan kera karena jenis tumbuhan ini banyak terdapat di hutan dan
dapat bertunas dan berbuah 2 sampai 3 kali sepanjang tahun.

Alat dan Bahan


Alat : 1. Teropong binokuler dan kamera (kalau ada).
2. Alat tulis dan lembar pengamatan.
3. Termometer, higrometer

Langkah Kerja:
1. Pengamatan sebaiknya dilakukan ketika kondisi cerah sekitar pukul 10.00 s.d. 16.00.
2. Pengamatan dimulai dari Stadion Patrajaya menuju makam. Catatlah suhu dan
kelembaban di beberapa titik pengamatan, isikan datanya ke Tabel 1.
3. Kemudian catatlah jenis tumbuhan yang terdapat di sekeliling lokasi (Tabel 2)
4. Catat juga jenis makanan yang dimakan oleh kera (Tabel 2)
5. Amatilah musuh yang mengganggu populasi kera (Tabel 2)
6. Hasil Pengamatan

Tabel 1. Faktor abiotik di lingkungan populasi kera ekor panjang di KMRBK

No Waktu Suhu Kelembaban (%) Keadaan Lokasi


(oC)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Tabel 2. Faktor Biotik di lingkungan populasi kera ekor panjang di KMRBK

Tumbuhan Musuh atau


Jenis faktor yang
No Tidak
Jenis/Nama dimakan pakan lain mengancam
dimakan
kelestarian
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

Pembahasan (diskusi).
1. a. Apa saja tumbuhan yang mungkin merupakan pakan alami populasi kera di
Kompleks Makam Ratu Bagus Kuning ?
b. Buktikan bahwa kera ekor panjang merupakan hewan karnivora ?
c. Darimana saja sumber pakan diperoleh di lokasi ini ?
d. Masalah apa yang dihadapi populasi kera sehubungan dengan ketersediaan pakan di
lokasi ini ?
2. Apakah ada musuh/pengganggu/predator yang mengancam populasi kera di Kompleks
Makam Ratu Bagus Kuning ? Jika ada, apa hubungannya dengan kelestarian poplasi kera
?
AKTIVITAS HARIAN POPULASI POPULASI KERA
EKOR PANJANG DI KMRBK

Tujuan :
1. Mengenali beberapa aktivitas harian kera ekor panjang di KMRBK.
2. Memmpelajari proporsi aktivitas harian kera ekor panjang di KMRBK

Landasan Teori
Dalam kesehariannya, kere ekor panjang mempunyai beberapa aktivitas. Aktivitas
harian, terdiri dari: aktivitas mencari makan yaitu bergerak aktif mendapatkan sumber
makanan, istirahat yaitu aktivitas cenderung bahkan tidak dilakukan, berbaring atau duduk.
Disela-sela kegiatan mencari makan, kera biasanya mempunyai kegiatan yang unik yaitu
groming. Kegiatan ini berupa membersihkan badan dengan menggunakan tangan baik
dilakukan terhadap dirinya sendiri maupun terhadap kera lain. Grooming bertujuan
membersihkan dan memelihara diri dari parasit maupun kotoran, selain untuk membangun dan
menjaga serta memperkuat ikatan sosial. Aktivitas bermain yaitu seperti bergelut atau seolah-
olah berkelahi dengan individu yang lain, aktivitas berkelahi yaitu menyerang dan
mempertahankan diri yang disertai suara bernada tinggi, aktivitas kawin yaitu jantan mengejar
betina dan penetrasi alat kelamin jantan ke betina, dan pemeliharaan anak yaitu menggendong
dan menyusui anak oleh betina.

2. Alat dan Bahan


Alat terdiri dari termometer, higrometer, teropong binokuler, Handycam, kamera (zoom
plus), stopwatch. Bahan terdiri dari film Kodak Asa 400 (36), kaset handycam

Metode Pengambilan Data


Penelitian menggunakan metode survei. Pengumpulan data untuk aktivitas harias
dilakukan dengan dua cara yaitu focal animal sampling dan scan sampling. Pilihlah tiga ekor
monyet yang anda tetapkan sebagai sampel. Pengamatan dilakukan sebanyak 3 kali dengan
selang waktu 1 jam. Pengamatan berlangsung dari pukul 07.00, 09.00 dan 11.00 dengan durasi
20 menit. Data dicatat atau direkam. Pengamatan dilakukan bersama-sama kegiatan 3.
aoo eeaa a 9

Hasil Pengamatan

Hari/tanggal : Individu ke :

Waktu : s.d Pengamat :

PENGAMATAN KE 1 PENGAMATAN KE-2 PENGAMATAN KE-3 JUM- PERSEN-


AKTIVITAS LAH TASE
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19

Istirahat
Makan
Grooming
Bergerak
Mencari makan
Berkelahi
Kaein
Beramain
Menyusui
Menggendong
anak
JUMLAH

o olog  


73
aoo eeaa a 9

Diskusi
1. Buatlah hitogram proporsi aktivitas harian yang anda amati berdasarkan data pada tabel
pengamatan!

2. Aktivitas manakah yang paling tinggi dan paling rendah. Jelaskan penyebabnya!

o olog   74


3. Bagaimana hubungan jenis-jenis aktivitas dengan dengan keadaan suhu dan kelembaban
(data pada kegiatan 2) yang anda amati ?

o olog  


75
Daftar Pustaka

Butovkaya, M., A. Kozintsev, C. Walker. 1995. Grooming and social rank by birth; the case od Macaca fascicularis, Fol.
Primatologia.
Erwin, J. 1979. Comparative Primate Biology. Allan R. Lis, Inc.
Grzimek’s, H.C. B. 1975. Animal Life Encyclopaedia. Van Nostrand Reinhold Company, New York.
Irawan, G. dan S. Alam. 1990. Community of monkeys in the midts of a human settlement. Voice of Nature. Vol 87.
h.59.
Iskandar, E., I. Mansjoer, S.S. Mansjoer, dan R.C. Kyes. 1999. Sexual behavior of mixed species pairs of Macaca
nemesterina and M. fascicularis at the Primate Research Centers, bogor Agricultural University. dalam Asian
Science Seminar on Biodiversity, July 26-August 6, 1999. Primate Research Institute, Kyoto University,
Inuyama, Japan.
Kawamoto, Y., dan Tb. M. Ischak. 1981. Genetic variability and differentioation of local population in the Indonesian
crab-eating macaque (Macaca fascicularis). Kyoto University Overseas Report on Studies on Indonesian
Macaque: 1:15-39.
Kawamoto, Y. 1996. Population Genetic of Sulawesi Macaques. dalam T. Shotake dan K. Wada (Eds). Variation in The
Asian Macaques. Tokai University Press, Japan.
Keeton, W.T. dan J,L. Gould. 1986. Biological Science. WW Norton & Company, New York.
Madang, K., S. Huzaifah, dan A. Slamet. 2000. Studi populasi dan aktivitas harian monyet ekor panjang ( Macaca
fascicularis) di Kompleks Makam Ratu Bagus Kuning Plaju Palembang. Laporan Penelitian. Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sriwijaya.
Napier, J.R. dan P.H. Napier. 1967. a Handbook of Living Primates. Academic Press, laondon and Ney York.
Nowak, R.M. dan Paradiso, J.L. 1983. Mammals of the World. Vol. 1. The John Hopkins University Press,
London.
Prawira, Y.C. 2000. Aktivitas Memelihara Anak Kera Ekor Panjang ( Macaca fascicularis) di Kompleks Makam Ratu
Bagus Kuning Plaju Palembang. Skripsi S1. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sriwijaya.
Roonwal, M.L, dan S.M. Mohnot. 1977. Primates of South Asia: Ecology, Sociobiology and Behaviour. Cambridge. MA.
Harvas Universty Press.
Supriatna, J., A. Yanuar, Martarinza, H.T. Wibisono, R. Sinaga, I. Sidik, S. Iskandar. 1996. A. preliminary survey of
long-tailed and pig tailed macaques (Macaca fascicularis Iand M. nemesterina ) in Lampung, Bengklulu, and
Jambi provinces, Southern Sumatera, Indonesia. Trop. Biodiversity 3(2): 131-140.
Suryobroto, B., T.S. Pratiwi., A. Farajallah, R.R.D. Perwitasari, dan T. Atmowidi, 1994. Studi primata di Jawa Barat:
karakteristk morfologis kera ekor panjang di Jatibarang, Cirebon. Laporan Penelitian. Jurusan biologi FMIPA
IPB.
Takai, M., dan T. Mouri. 1999. Bones and Teeth. dalam Asian Science Seminar, July 26-August 6, 1999. Primate
Research Institute, Kyoto University, Inuyama, Japan.
Watanabe, K. dan S. Matsumura. 1996. Social organization of moor macaques, Macaca maurus, in the Karaent
nature reserve, South Sulawesi, Indonesia. dalam T. Shotake dan K. Wada (Eds). Variation in The Asian
Macaques. Tokai University Press, Japan.
Welber, C., C. Sehafer-witt, K. Voight. 1972. Social position and personality in Macaca fascicularis. Fol,
Primatol Yasuma, S. dan H.S. Alikodra. 1990. Mammals of Bukit Soeharto Protection Forest. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai