Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH KOMUNIKASI DALAM PRAKTIK

KEBIDANAN
TENTANG
KONSEP DIRI
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas pada
mata kuliah pembelajaran KDPK

DISUSUN OLEH:
DEZA PRAZAR UTAMI
EPA YUSNIDA
POPI ERLISA
SYOFIA

GURU PEMBIMBING:
MAYA FERNANDA DIELSA , S.ST , M.Keb

AKADEMI KEBIDANAN PASAMAN BARAT


TAHUN AJARAN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Tuhan


Yang Maha Esa atas Limpahan Rahmat serta
hidayah-Nya sehingga saya bisa menyelesaikan
tugas makalah saya yang berjudul "​Konsep Diri​"
ini dapat terselesaikan pada waktu yang telah
ditentukan.
Dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekeliruan dan kekurangan serta masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, saya sangat
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang
bersifat konstruktif dan membangun demi
kesempurnaan penyusunan makalah kedepannya.
Tugas makalah ini tidak dapat di selesaikan
tanpa bantuan, arahan, serta bimbingan dari
berbagai pihak. Maka dari itu izinkan saya
mengucapan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu menyelesaikan tugas ini.
Akhir kata semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi
kita semua khususnya saya sebagai penyusunnya.
DAFTAR ISI

Daftar isi ………………..3


BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang....….4
B.Rumusan Masalah………5
C.Tujuan penulisan………..5

BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Konsep Diri………….6
2.2. Komponen Konsep Diri……………..10
2.3. Peran Konsep Diri……….17
2.4. Perkembangan Konsep Diri……….20

BAB III PENUTUP


A.Kesimpulan…………….26
B.Saran……….……….27
C.Daftar Pustaka……………27
BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar belakang

Konsep diri adalah kesadaran akan pandangan


, pendapat, penilaian, dan sikap seseorang
terhadap dirinya sendiri yang meliputi fisik, diri
pribadi, diri keluarga, diri sosial juga etika. Konsep
diri mulai terbentuk dan berkembang begitu
manusia lahir. Soeitoe menyatakan konsep diri
seseorang terbentuk dari pengalaman sendiri dari
uraian yang diberikan oleh orang lain tentang
dirinya. Pengalaman sendiri dan informasi dari
lingkungan terintegrasi ke dalam konsep diri.
Konsep diri merupakan faktor bawaan tapi
dibentuk dan berkembang melalui proses belajar
yaitu dari pengalaman-pengalaman individu dalam
interaksinya dengan orang lain. Individu dengan
konsep diri yang tinggi lebih banyak memiliki
pengalaman yang menyenangkan dari pada
individu dengan konsep diri yang rendah.

Pada hakikatnya konsep diri adalah semua


persepsi kita terhadap aspek diri yang meliputi
aspek fisik, aspek sosial dan aspek psikologis
yang didasarkan pada pengalaaman dan interaksi
kita dengan orang lain. Konsep merupakan bagian
inti dari pengalaman individu yang secara
perlahan-lahan dibedakan dan disimbolisasikan
sebagai bayangan tentang diri yang mengatakan.

B. Rumusan Masalah
Rumusan Masalah pada makalah ini yaitu :
● Apakah pengertian dari konsep diri?
● Apakah komponen dari konsep diri?
● Bagaimanakah peranan konsep diri?
● Menjelaskan perkembangan konsep diri!

C.Tujuan penulisan
Tujuan penulisan makalah ini yaitu agar
mahasiswa dan pembaca mengetahui tentang
● Pengertian konsep diri
● Komponen konsep diri
● Peranan konsep diri
● Dan perkembangan konsep diri
BAB II
PEMBAHASAN

A.Pengertian Konsep Diri

Manusia adalah makhluk biopsikososial yang


unik dan menerapkan sistem terbuka serta saling
berinteraksi. Manusia selalu berusaha untuk
mempertahankan keseimbangan hidupnya.
Keseimbangan yang dipertahankan oleh setiap
individu untuk dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungannya, keadaan ini disebut dengan sehat.
Sedangkan seseorang dikatakan sakit apabila
gagal dalam mempertahankan keseimbangan diri
dan lingkungannya.

Konsep Diri adalah semua persepsi kita terhadap


aspek diri yang meliputi aspek fisik, aspek sosial,
dan aspek psikologis, yang terbentuk karena
pengalaman masa lalu dan interaksi dengan orang
lain. Konsep Diri berarti segala yang ketahui
tentang diri sendiri , semua yang dipercayai, dan
apa yang telah terjadi dalam hidup.

Konsep diri menurut Para Ahli adalah sebagai


berikut :
● Menurut Burns (dalam Pudjijogyanti, 1993)
Konsep diri adalah hubungan antara sikap dan
keyakinan tentang diri kita sendiri.

● Menurut Rini (dalam Pudjijogyanti 2004)


Konsep diri diartikan keyakinan, pandangan atau
penilaian seseorang terhadap dirinya.

● Menurut Cawagas (dalam Pudjijogyanti, 1993)


Konsep diri mencangkup seluruh pandangan
individu akan dimensi fisik, karakteristik pribadi,
motivasi, kelemahan, kepandaian, kegagalan dan
lain sebagainya.

● Menurut William D Brooks (dalam Rahmat,


2003)
konsep diri adalah pandangan perasaan tentang
diri kita. Persepsi tentang konsep diri ini boleh
bersifat psikologi, sosial dan fisik.

● Menurut Hurlock (1999)


Konsep diri menyangkut gambaran fisik dan
psikologis.

● Menurut Burns (1982),


Konsep diri adalah hubungan antara sikap dan
keyakinan tentang diri kita sendiri.

● Menurut Pemily (dalam Atwater, 1984)


Mendefisikan konsep diri sebagai sistem yang
dinamis dan kompleks diri keyakinan yang dimiliki
seseorang tentang dirinya, termasuk sikap,
perasaan, persepsi, nilai-nilai dan tingkah laku
yang unik dari individu tersebut.

● Stuart dan Sudeen (1998),


Konsep diri adalah semua ide, pikiran,
kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu
tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam
berhubungan dengan orang lain.

● Seifert dan Hoffnung (1994)


Mendefinisikan konsep diri sebagai “suatu
pemahaman mengenai diri atau ide tentang
konsep diri.“

● Cawagas (1983)
Menjelaskan bahwa konsep diri mencakup seluruh
pandangan individu akan dimensi fisiknya,
karakteristik pribadinya, motivasinya,
kelemahannya, kelebihannya atau kecakapannya,
kegagalannya, dan sebagainya.

● Santrock (1996)
Menggunakan istilah konsep diri mengacu pada
evaluasi bidang tertentu dari konsep diri.

● Atwater (1987)
Menyebutkan bahwa konsep diri adalah
keseluruhan gambaran diri, yang meliputi persepsi
seseorang tentang tentang diri, perasaan,
keyakinan, dan nilai-nilai yang berhubungan
dengan dirinya.
Secara keseluruhan disimpulkan bahwa konsep
diri adalah cara seseorang untuk melihat dirinya
secara utuh dengan semua ide, pikiran,
kepercayaan, dan pendirian yang diketahui
individu dalam berhubungan dengan orang lain.
B.Komponen Konsep Diri

Komponen konsep diri adalah :

a. Gambaran diri
Adalah sikap individu terhadap tubuhnya, baik
sadar maupun tidak sadar. Meliputi : performance,
potensi tubuh, persepsi dan perasaan tentang
ukuran dan bentuk tubuh.

b. Ideal diri
Adalah persepsi individu tentang perilakunya yang
disesuaikan dengan standar pribadi yang terkait
dengan cita-cita.

c. Harga diri
Adalah penilaian individu terhadap hasil yang
dicapai dengan cara menganalisis seberapa jauh
perilaku individu tersebut.

d. Peran diri
Adalah pola perilaku sikap nilai dan aspirasi yang
diharapkan individu berdasarkan posisinya di
masyarakat.
e. Identitas diri
Adalah kesadaran akan diri pribadi yang
bersumber dari pengamatan dan penilaian sebagai
sintesis semua aspek konsep diri sebagai sesuatu
yang utuh.

Hal-hal yang penting dalam konsep diri adalah :


● Nama dan panggilan anak.
● Pandangan individu terhadap orang lain.
● Suasana keluarga yang harmonis.
● Penerimaan keluarga.

Macam macam konsep diri :


● Konsep diri negatif : peka pada kritik, responsif
sekali pada pujian, hiperkritis, cenderung
merasa tidak disenangi orang lain, bersikap
pesimitis pada kompetensi.
● Konsep diri positif : yakin akan kemampuan
mengatasi masalah, merasa setara dengan
orang lain, menerima pujian tanpa rasa malu,
sadar akan keinginan dan perilaku tidak selalu
disetujui oleh orang lain, mampu memperbaiki
diri

Dimensi - Dimensi konsep diri:


1. Dimensi Internal
Dimensi Internal atau yang disebut juga kerangka
acuan (internal frame of reference) adalah
penilaian yang dilakukan individu yakni penilaian
yang dilakukan individu terhadap dirinya sendiri
berdasarkan dunia di dalam dirinya.

Dimensi ini terdiri dari tiga bentuk:

a. Diri identitas (identity sett)


Bagian diri ini merupakan aspek yang paling
mendasar pada konsep diri dan mengacu pada
pertanyaan, "Siapakah saya?" Dalam pertanyaan
tersebut tercakup label-label dan simbol-simbol
yang diberikan pada diri (self) oleh
individu-individu yang bersangkutan untuk
menggambarkan dirinya dan membangun
identitasnya, misalnya "Saya x". Kemudian dengan
bertambahnya usia dan interaksi dengan
lingkungannya, pengetahuan individu tentang
dirinya juga bertambah, sehingga ia dapat
melengkapi keterangan tentang dirinya dengan hal
hal yang lebih kompleks, seperti "Saya pintar
tetapi terlalu gemuk " dan sebagainya.

b. Diri Pelaku (behavioral self)


Diri pelaku merupakan persepsi individu tentang
tingkah lakunya, yang berisikan segala kesadaran
mengenai apa yang dilakukan oleh diri. Selain itu
bagian ini berkaitan erat dengan diri identitas. Diri
yang adekuat akan menunjukkan adanya
keserasian antara diri identitas dengan diri
pelakunya, sehingga ia dapat mengenali dan
menerima, baik diri sebagai identitas maupun diri
sebagai pelaku. Kaitan dari keduanya dapat dilihat
pada diri sebagai penilai.

c. Diri Penerimaan/penilai (judging self)


Diri penilai berfungsi sebagai pengamat, penentu
standar, dan evaluator. Kedudukannya adalah
sebagai perantara mediator) antara diri identitas
dan diri pelaku. Manusia cenderung memberikan
penilaian terhadap apa yang dipersepsikannya.
Oleh karena itu, label-label yang dikenal pada
dirinya bukanlah semata-mata menggambarkan
dirinya tetapi juga sarat dengan nilai-nilai.
Selanjutnya, penilaian ini lebih berperan dalam
menentukan tindakan yang akan ditampilkannya.
Diri penilai menentukan kepuasan seseorang akan
dirinya atau seberapa jauh seseorang menerima
dirinya. Kepuasan diri yang rendah akan
menimbulkan harga diri (self esteem) yang rendah
pula dan akan mengembangkan ketidakpercayaan
yang mendasar pada dirinya.
Sebaliknya, bagi individu yang memiliki kepuasan
diri yang tinggi, kesadaran dirinya lebih realistis,
sehingga lebih memungkinkan individu yang
bersangkutan untuk merupakan keadaan dirinya
dan memfokuskan energi serta perhatiannya ke
luar diri, dan pada akhirnya dapat berfungsi lebih
konstruktif. Ketiga bagian internal ini mempunyai
peranan yang berbeda-beda, namun saling
melengkapi dan berinteraksi membentuk suatu diri
yang utuh dan menyeluruh.

2. Dimensi Eksternal

Pada dimensi eksternal, individu menilai dirinya


melalui hubungan dan aktivitas sosialnya,
nilai-nilai yang dianutnya, serta halhal lain di luar
dirinya. Dimensi ini merupakan suatu hal yang
luas, misalnya diri yang berkaitan dengan sekolah,
organisasi, agama, dan sebagainya. Namun,
dimensi yang dikemukakan oleh Williams Fitts
adalah dimensi eksternal yang bersifat umum bagi
semua orang, dan dibedakan atas lima bentuk,
yaitu:
a. Diri Fisik (physical self)
Diri fisik menyangkut persepsi seseorang terhadap
keadaan dirinya secara fisik. Dalam hal ini terlihat
persepsi seseorang mengenai kesehatan dirinya,
penampilan dirinya (cantik, jelek, menarik, tidak
menarik) dan keadaan tubuhnya (tinggi, pendek,
gemuk, kurus).

b. Diri etik-moral (moral-ethical self)


Bagian ini merupakan persepsi seseorang
terhadap dirinya dilihat Dari standar pertimbangan
nilai moral dan etika. Maka ini menyangkut
persepsi seseorang mengenai hubungan dengan
Tuhan, kepuasan seseorang akan kehidupan
keagamaannya dan nilai-nilai moral yang
dipegangnya, yang meliputi batasan baik dan
buruk.

c. Diri Pribadi (personal self)


Diri pribadi merupakan perasaan atau persepsi
seseorang tentang keadaan pribadinya. Hal ini
tidak dipengaruhi oleh kondisi fisik atau hubungan
dengan orang lain, tetapi dipengaruhi oleh sejauh
mana individu merasa puas terhadap pribadinya
atau sejauh mana ia merasa dirinya sebagai
pribadi yang tepat.
d. Diri Keluarga (family self)
Diri keluarga menunjukkan perasaan dan harga
diri seseorang dalam kedudukannya sebagai
anggota keluarga. Bagian ini menunjukkan
seberapa jauh seseorang merasa adekuat
terhadap dirinya sebagai anggota keluarga, Serta
terhadap peran maupun fungsi yang dijalankannya
sebagai anggota dari suatu keluarga.

e. Diri Sosial (social self)


Bagian ini merupakan penilaian individu terhadap
interaksi dirinya dengan orang lain maupun
lingkungan di sekitarnya. Pembentukan penilaian
individu terhadap bagian-bagian dirinya dalam
dimensi eksternal ini dapat dipengaruhi oleh
penilaian dan interaksinya dengan orang lain.
Seseorang tidak dapat begitu saja menilai bahwa
ia memiliki fisik yang baik tanpa adanya reaksi dari
orang lain yang memperlihatkan bahwa secara
fisik ia memang menarik. Demikian Pula
seseorang tidak dapat mengatakan bahwa dirinya
memiliki diri pribadi yang baik tanpa adanya
tanggapan atau reaksi orang lain di sekitarnya
yang menunjukkan bahwa dirinya memang
memiliki pribadi yang baik.
C. Peran Konsep dalam Perilaku Aktualisasi
Diri
Roger (Coulhorn, 1990) mengatakan
bahwa meskipun diri mempunyai tendensi
inheren untuk mengaktualisasikan diri, namun
sangat mudah dipengaruhi oleh lingkungan,
khususnya oleh lingkungan sosial. Pengalaman
pada masa kanak-kanak memiliki peranan yang
sangat besar dalam menentukan keberhasilan
individu tersebut untuk mengaktualisasikan diri.
Sebagai bagian dari konsep diri, individu juga
akan mengembangkan gambaran akan menjadi
siapa atau mungkin ingin menjadi siapa dirinya
nanti (diri ideal). Gambaran-gambaran itu dibentuk
sebagai akibat dari bertambah kompleksnya
interaksi-interaksi dengan orang lain. Dengan
mengamati reaksi orang lain terhadap tingkah
lakunya, individu secara ideal akan
mengembangkan suatu pola kemungkinan
adanya beberapa ketidakharmonisan antara diri
yang sebagaimana adanya dengan diri ideal
dapat diperkecil. Karena ketidaksesuaian antara
gambaran diri yang sebenarnya dengan diri
ideal akan menimbulkan ketidakpuasan dalam
penyesuaian diri. Hal ini disebabkan sebagian
besar penilaian tentang harga diri tergantung
pada seberapa dekat seseorang dengan ideal
self-nya. Semakin dekat diri yang sebenarnya
dengan diri ideal, semakin tinggi pula harga diri
seseorang.Harga diri merupakan evaluasi
seseorang terhadap diri sendiri,yang
menyatakan sikap menerima atau menolak,
bahkan lebih jauh dikemukakan bahwa harga
diri akan menunjukkan seberapa besar
seseorang percaya bahwa dirinya mampu,
berarti berhasil dan beharga. Harga diri ini
akan menentukan penerimaan diri, menurut
Jersild (Hurlock, 1974) adalah individu dapat
menerima emosi-emosinya, memiliki keyakinan
akan kemampuannya untuk mengatasi hidup,
mau menerima tanggung jawab dan tantangan
terhadap kemampuannya, tanpa menjangkau
hal-hal yang tidak mungkin dan mempunyai
penghargaan yang sehat terhadap hak-haknya
dan diri sebagai orang yang berguna meskipun
tidak sempurna. Penerimaan diri ini bukan berarti
merasa puas terhadap diri sendiri, tetapi lebih
cenderung kepada kemauan untuk menghadapi
kenyataan-kenyataan dan kondisi-kondisi hidup,
baik yang menyenangkan ataupun tidak, menurut
kemampuannya.Dalam kaitannya dengan
aktualisasi diri, Rogers (Coulhoun, 1990)
mengatakan bahwa kunci dari aktualisasi diri
adalah konsep diri. Orang yang positif berarti
memiliki penerimaan diri dan harga diri yang
positif. Mereka menganggap dirinya berharga
dan cenderung menerima diri sendiri
sebagaimana adanya. Sebaliknya, orang yang
memiliki konsep diri negatif, menunjukkan
penerimaan diri negatif pula. Mereka memiliki
perasaan kurang berharga, yang menyebabkan
perasaan benci atau penolakan terhadap diri
sendiri.Johnson dan Medinnus (dalam Hurlock,
1974) mengatakan bahwa konsep diri yang positif
yang nampak dalam bentuk penghargaan
terhadap diri sendiri dan penerimaan diri
adalah merupakan dasar perkembangan
kepribadian yang sehat. Oleh karena itu
sebagaimana telah dikemukakan di atas bahwa
kepribadian yang sehat merupakan syarat dalam
mencapai aktualisasi diri, maka hanya orang yang
memiliki konsep diri positif saja yang akan dapat
mengaktualisasikan diri sepenuhnya. Sedangkan
orang orang yang memiliki konsep diri negatif
cenderung mengembangkan gangguan dalam
penyesuaian diri. Hal ini disebabkan adanya
ketidakharmonisan (incongruence) antara
konsep diri dengan kenyataan yang mengitari
mereka atau dengan kata lain mereka tidak
dapat mengembangkan kepribadian yang sehat.
Oleh karena itu mereka tidak dapat
mengaktualisasikan semua segi dari dirinya.
D. Perkembangan Konsep Diri

● Menurut Puspitasari (2007)


Mengatakan bahwa konsep diri merupakan
sebuah proses yang berkelanjutan, proses menilai
yang bersifat organismik , bukan lagi bersifat statis
tetapi mampu untuk menyesuaikan kembali dan
berkembang sebagai pengalaman-pengalaman
baru yang terintegrasikan. Konsep diri
berkembang sesuai dengan perkembangan diri
jiwa seseorang, maupun dari
pengalaman-pengalaman yang seseorang
temukan.

● Menurut Symonds (2008)


Mengatakan bahwa persepsi tentang diri tidak
langsung muncul pada saat kelahiran, tetapi mulai
berkembang secara bertahap dengan munculnya
kemampuan perseptif. Persepsi tentang diri yang
ada pada remaja akan berkembang sesuai dengan
tahapan.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat


disimpulkan bahwa konsep diri yang dimiliki
manusia tidak terbentuk secara instan, melainkan
dengan proses belajar sepanjang hidup manusia.
Ketika individu lahir, individu tidak memiliki
pengetahuan tentang dirinya, tidak memiliki
harapan yang ingin dicapainya serta tidak memiliki
penilaian terhadap dirinya. Konsep diri berasal dan
berkembang sejalan pertumbuhan, terutama
akibat hubungan dengan individu lain.

Dalam berinteraksi, setiap individu akan


menerima tanggapan. Tanggapan yang diberikan
dijadikan cermin bagi individu untuk menilai dan
memandang dirinya sendiri. Pada akhirnya
individu mulai bisa mengetahui siapa dirinya, apa
yang diinginkannya serta dapat melakukan
penilaian terhadap dirinya.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi dalam


Konsep Diri:

1.Orang Lain
Tidak semua orang memiliki pengaruh yang sama
pada masing-masing diri individu, tetapi yang
paling berpengaruh pada diri individu tersebut
adalah orang-orang terdekat seperti orang tua,
saudara dan orang yang tinggal satu rumah
dengan individu yang bersangkutan karena
memiliki hubungan yang emosional.
2.Kelompok Rujukan
Setiap kelompok memiliki norma-norma tertentu
dimana ada kelompok yang secara emosional
mengikat individu dan berpengaruh terhadap
pembentukan konsep diri.

3.Usia Kematangan
Individu yang matang lebih awal bersikap seperti
orang yang hampir dewasa, mengembangkan
konsep diri yang menyenangkan. Individu yang
matang terlambat yang bersikap seperti anak-anak
mengembangkan konsep diri yang tidak
menyenangkan.

4.Penampilan Diri
Penampilan diri yang berbeda membuat individu
merasa rendah diri meskipun perbedaan yang ada
menambah daya tarik fisik. Setiap cacat fisik
merupakan hal yang memalukan yang
mengakibatkan perasaan rendah diri. Sebaliknya
daya tarik fisik menimbulkan penilaian yang
menyenangkan tentang ciri kepribadian dan
menambah dukungan sosial.

5.Jenis Kelamin
Jenis Kelamin dalam penampilan diri, minat dan
perilaku membantu individu mencapai konsep diri
yang baik.

6.Nama Dan Julukan


Individu merasa malu jika teman-teman
sekelompok menilai namanya buruk atau jika
mereka memberikan julukan bernada cemooh.

7.Hubungan Keluarga
Seseorang yang mempunyai hubungan yang
sangat erat dengan anggota keluarga akan
mengidentifikasikan diri dengan orang lain dan
ingin mengembangkan pola kepribadian yang
sama . Bila tokoh ini sesama jenis individu akan
tergolong untuk mengembangkan konsep diri yang
layak untuk dirinya.

8.Teman Sebaya
Teman sebaya mempengaruhi pola kepribadian
individu dalam 2 cara
● pertama, konsep diri individu merupakan
cerminan dari anggapan mengenai konsep
teman tentang dirinya.
● Kedua, ia berada dalam tekanan untuk
mengembangkan ciri-ciri kepribadian yang
diakui oleh kelompoknya.

9. Kreativitas
Individu yang semasa kanak-kanak didorong agar
kreatifitas dalam melakukan tugas-tugas
akademik, mengembangkan perasaan
individualitas dan identitas yang mempengaruhi
konsep dirinya.

10.Cita-cita
Bila cita-cita yang tidak realistis, ia akan
mengalami kegagalan. Sedangkan individu yang
memiliki cita-cita yang realistis akan menimbulkan
kepercayaan diri dan kepuasan diri yang lebih
besar untuk memberikan konsep diri yang baik
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Konsep diri adalah cara seseorang untuk
melihat dirinya secara utuh dengan semua ide,
pikiran, kepercayaan, dan pendirian yang diketahui
individu dalam berhubungan dengan orang lain.
Sangatlah penting bagi seorang perawat/bidan
untuk memahami konsep diri terlebih dahulu harus
menanamkan dalam dirinya sendiri sebelum
melayani klien, sebab keadaan yang dialami klien
bisa saja mempengaruhi konsep dirinya, disinilah
peran penting bidan selain memenuhi kebutuhan
dasar fisiknya yaitu membantu klien untuk
memulihkan kembali konsep dirinya.
Ada beberapa komponen konsep diri yaitu
identitas diri yang merupakan internal individual,
citra diri sebagai pandangan atau persepsi, harga
diri yang menjadi suatu tujuan, ideal diri menjadi
suatu harapan, dan peran atau posisi di dalam
masyarakat.

faktor yang mempengaruhi konsep diri adalah:


keluarga dan lingkungan. Keluarga adalah orang
tua yang berpengaruh besar terhadap
perkembangan konsep diri individu. Kemudian
lingkungan sangat berpengaruh, terutama bagi
orang yang mempunyai arti khusus bagi diri
individu, orang lain, kelompok rujukan, usia
kematangan, penampilan diri, jenis kelamin, nama
dan julukan, hubungan keluarga, teman sebaya,
kreatifitas, cita-cita.

B.Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk
mahasiswa terutama untuk kami sebagai penulis ,
semoga mahasiswa bisa lebih memahami dan
mengerti tentang konsep diri itu sendiri.

C.Daftar Pustaka
http://nataliaismaya.blogspot.com/2016/05/makala
h-konsep-diri.html?m=1

http://materibidancantik.blogspot.com/2017/08/con
toh-makalah-konsep-diri-dan-teory.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai