Anda di halaman 1dari 38

KALIMAT DASAR BAHASA INDONESIA

4.1. Pengertian Kalimat

Pengertian Kalimat menurut para ahli berdasarkan kronologinya adalah sebagai berikut:

1. Slametmuljana (1969)
Slametmuljana menjelaskan kalimat sebagai keseluruhan pemakaian kata yg berlagu,
disusun menurut sistem bahasa yg bersangkutan; mungkin yg dipakai hanya satu kata,
mungkin lebih.
2. Dardjowidojo (1988)
Dardjowidojo menyatakan bahwa kalimat ialah bagian terkecil dari suatu ujaran atau teks
(wacana) yg mengungkapkan pikiran yg utuh secara ketatabahasaan. Dardjowidjojo
(1988) juga menjelaskan bahwa kalimat umumnya berwujud rentetan kata yg disusun
sesuai dengan kaidah yg berlaku. Setiap kata termasuk kelas kata atau kategori kata, dan
mempunyai fungsi dalam kalimat. Pengurutan rentetan kata serta macam kata yg dipakai
dalam kalimat menentukan pula macam kalimat yg dihasilkan.
3. Badudu (1994)
Badudu mengungkapkan bahwa sebagai sebuah satuan, kalimat memiliki dimensi bentuk
dan dimensi isi. Kalimat harus memenuhi kesatuan bentuk sebab kesatuan bentuk itulah
yg menjadikan kesatuan arti kalimat. Kalimat yg yang strukturnya benar tentu memiliki
kesatuan bentuk sekaligus kesatuan arti. Wujud struktur kalimat adalah rangkaian kata-
kata yg disusun berdasarkan aturan-aturan tata kalimat. Isi suatu kalimat adalah gagasan
yg dibangun oleh rangkaian konsep yg terkandung dalam kata-kata. Jadi, kalimat (yang
baik) selalu memiliki struktur yg jelas. Setiap unsur yg terdapat di dalamnya harus
menempati posisi yg jelas. Setiap unsur yg terdapat di dalamnya harus menempati posisi

BAHASA INDONESIA 1
1
yg jelas dalam hubungan satu sama lain. Kata-kata itu diurutkan menurut aturan tata
kalimat.
4. Alwi dkk. (2000)
Menurut Alwi dkk., “Dalam wujud tulisan, kalimat diucapkan dalam suara naik-turun dan
keras-lembut disela jeda, diakhiri intonasi akhir yang diikuti oleh kesenyapan yang
mencegah terjadinya perpaduan, baik asimilasi bunyi maupun proses fonologis lainnya”.
5. Kridalaksana (2001)
Kridalaksana juga mengungkapkan kalimat sebagai satuan bahasa yg secara relatif berdiri
sendiri, mempunyai pola intonasi final, dan secara aktual maupun potensial terdiri dari
klausa; klausa bebas yg menjadi bagian kognitif percakapan; satuan proposisi yg
merupakan gabungan klausa atau merupakan satu klausa, yg membentuk satuan bebas;
jawaban minimal, seruan, salam, dan sebagainya.
6. Chaer (2008)
Menurut Chaer, Kalimat adalah satuan sintaksis yang dibangun oleh konstituen dasar
(biasanya berupa klausa), dilengkapi dengan konjungsi (bila diperlukan), disertai dengan
intonasi final (deklaratif, interogatif, imperatif, atau interjektif).

Secara garis besar kalimat adalah kumpulan dari dua atau lebih kata yang menghasilkan
suatu pengertian dan pola intonasi akhir. Kalimat dasar adalah kalimat yang berisi informasi
pokok dalam struktur inti, belum mengalami perubahan unsur seperti panambahan keterangan
kalimat ataupun keterangan subjek, predikat, objek, ataupun pelengkap.

4.2. Fungsi Kalimat

Fungsi dari kalimat adalah sebagai berikut:

 Untuk meminta atau melarang seseorang untuk melakukan sesuatu.


 Untuk memberikan informasi atau berita tentang sesuatu.
 Untuk meminta informasi tentang sesuatu.
 Untuk bertanya kepada seseorang mengenai suatu hal.

BAHASA INDONESIA 1
2
4.3. Unsur-Unsur pada Kalimat

Setiap kalimat memiliki unsur penyusun kalimat. Dalam menuliskan kalimat dalam Bahasa
Indonesia yang baik dan benar maka kita harus ketahui unsur-unsur yang biasanya dipakai dalam
sebuah kalimat. Gabungan dari unsur-unsur kalimat akan membentuk kalimat yang mengandung
arti. Berikut akan dijelaskan mengenai unsur-unsur kalimat menurut Alwi (2003: 326), Widjono
(2011: 148), dan Mulyono (2012: 47) yaitu sebagai berikut:

1. Subjek / Subyek (S) 


Subjek atau pokok kalimat merupakan unsur utama kalimat. Subjek menentukan kejelasan
makna kalimat. Penempatan subjek yang tidak tepat dapat mengaburkan makna kalimat.
Keberadaan subjek dalam kalimat berfungsi (1) membentuk kalimat dasar, kalimat luas, kalimat
tunggal, kalimat majemuk, (2) memperjelas makna, (3) menjadi pokok pikiran, (4)
menegaskan/memfokuskan makna, (5) memperjelas pikiran ungkapan, dan (6) membentuk
kesatuan pikiran (Widjono, 2011: 148).
Ciri-ciri subjek menurut Widjono (2011: 148) dan Mulyono (2012: 47) yaitu sebagai berikut.
a. Jawaban atas pertanyaan apa atau siapa
Contoh:
 Pemimpin itu jujur sekali.
Kalimat di atas merupakan jawaban atas pertanyaan siapa, “Siapa yang jujur
sekali?” Jawabannya adalah pemimpin itu.
 Menulis puisi itu mudah.
Kalimat di atas merupakan jawaban atas pertanyaan apa, “Apa yang mudah?” jawabannya
adalah menulis puisi.
b. Berupa kata atau frase benda (nomina)
Subjek berupa kata, contohnya:
 Saya belajar Semantik dibangku kuliah.
 Kami akan wisuda bulan Desember tahun ini.
Subjek berupa frase, contohnya:
 Gadis cantik yang berbaju biru itu menyanyikan lagu Lampung.
 Ayah dan ibu pergi ke Bandung kemarin.
c. Disertai kata tunjuk ini atau itu

BAHASA INDONESIA 1
3
Contoh:
 Kucing ini lucu sekali.
 Mobil itu menabrak pembatas jalan.
d. Disertai pewatas yang,
Contoh:
 Gadis yang memakai baju merah cantik sekali.
 Pemimpin yang jujur disenangi masyarakat.
e. Tidak didahului preposisi: di, dalam, pada, kepada, bagi, untuk, dari, menurut,
berdasarkan, dan lain-lain
Contoh:
 Dalam rapat itu terjadi perdebatan sengit antaranggota.
 Menurut kami, merekalah penyebab terjadinya kerusuhan itu.
(kata yang dicetak miring bukan merupakan subjek karena didahului kata dalam
dan berdasarkan).
f. Tidak dapat diingkarkan dengan kata tidak, tetapi dapat dengan kata bukan,
Contoh:
 Bukan Rita yang menanam bunga itu. (benar)
 Tidak Rita yang menanam bunga itu. (salah)
g. Merupakan bagian kalimat yang diterangkan oleh predikat,
Contoh:
 Perempuan itu cantik sekali.
 Anggun menanam bunga di taman.
(kalimat pertama predikat cantik sekali menerangkan subjek perempuan itu,
sedangkan kalimat kedua predikat menanam menerangkan apa yang dilakukan
Anggun di taman).
h. Diikuti salah satu kata kerja gabung ialah, adalah, merupakan, atau menjadi.
Contoh:
 Pantun ialah bentuk puisi yang berpola akhir a-b-a-b.
 Beliau menjadi presiden sejak tahun 2004.
i. Berpartikel –nya.

BAHASA INDONESIA 1
4
Contoh:
 Membacanya cukup cepat.
 Dinginnya menusuk tulang.

2. Predikat (P)
Seperti halnya dengan subjek, predikat kalimat kebanyakan muncul secara eksplisit.
Keberadaan predikat dalam kalimat berfungsi (1) membentuk kalimat dasar, kalimat tunggal,
kalimat luas, kalimat majemuk, (2) menjadi unsur penjelas, yaitu memperjelas pikiran atau
gagasan yang diungkapkan dan menentukan kejelasan makna kalimat, (3) menegaskan makna,
(4) membentuk kesatuan pikiran, dan (5) sebagai sebutan (Widjono, 2011: 148).
Ciri-ciri predikat menurut Widjono (2011: 149) yaitu sebagai berikut.
a. Jawaban atas pertanyaan mengapa (melakukan apa), bagaimana, berapa, dan apa sang
subjek itu
Contoh:
 Burung itu berkicau indah sekali. (“Apa yang dilakukan burung itu? Jawabannya
berkicau indah sekali”)
 Peserta rapatnya 20 orang. (“Berapa jumlah peserta rapat? Jawabannya 20 orang”)
b. Dapat diingkarkan dengan tidak atau bukan
Contoh:
 Aisyah bukan pramugari.
 Delia tidak menanam bunga.
c. Dapat didahului keterangan aspek: akan, sudah, sedang, selalu, hampir
Contoh:
 Kami akan berangkat ke Bandung bulan depan.
 Paman sudah pulang dari Bali.
d. Dapat didahului keterangan modalitas: sebaiknya, seharusnya, seyogyanya, mesti,
selayaknya, dan lain-lain
Contoh:
 Saya sebaiknya pulang lebih awal.
 Kamu seharusnya tidak bermalas-malasan.
BAHASA INDONESIA 1
5
e. Tidak didahului kata yang, jika didahului yang predikat berubah fungsi menjadi perluasan
subjek
Contoh:
 Wanita yang memakai jilbab ungu itu cantik sekali.
 Laki-laki yang berjalan di atas trotoar itu tampan sekali.
(frase yang bergaris bawah merupakan perluasan subjek, bukan predikat, frase
yang dicetak miring merupakan predikat berupa kata sifat)
f. Didahului kata adalah, ialah, yaitu, yakni
Contoh:
 Saya adalah mahasiswa Unila.
 Peserta seminar yakni kalangan dosen.
g. Predikat dapat berupa kata benda, kata kerja, kata sifat, atau bilangan,
Contoh:
 Saya mahasiswa. (predikat kata benda)
 Kami menanam seribu pohon di hutan. (predikat kata kerja)

3. Objek / Obyek (O)


Kehadiran objek dalam kalimat bergantung pada jenis predikat kalimat serta ciri khas objek
itu sendiri. Predikat kalimat yang berstatus transitif mempunyai objek. Biasanya, predikat ini
berupa kata kerja berkonfiks me-kan, atau me-i, misalnya mengambilkan, mengumpulkan,
mengambili, melempari, mendekati. Dalam kalimat, objek berfungsi (1) membentuk kalimat
dasar pada kalimat berpredikat transitif, (2) memperjelas makna kalimat, dan (3) membentuk
kesatuan atau kelengkapan pikiran (Widjono, 2011: 149).
Ciri-ciri objek menurut Widjono (2011: 150) yaitu sebagai berikut.
a. Berupa kata benda.
Contoh:
 Nola menulis puisi.
 Bunda ke kampus mengendarai motor.
b. Tidak didahului kata depan.
Contoh:
 Ibu membeli di pasar buah mangga itu.
BAHASA INDONESIA 1
6
(kata di pasar yang berada tepat di belakang predikat transitif bukan merupakan
objek, melainkan keterangan, objeknya yaitu buah mangga itu)
 Paman membawa dari Palembang pempek yang lezat itu.
(kata dari Palembang yang berada tepat di belakang predikat transitif bukan
merupakan objek, melainkan keterangan, objeknya yaitu pempek yang lezat)
c. Mengikuti secara langsung di belakang predikat transitif.
Contoh:
 Anak-anak melempari orang gila dengan kerikil tajam.
 Sanny mengumpulkan perangko sejak sekolah dasar
d. Jawaban apa atau siapa yang terletak di belakang predikat transitif
Contoh:
 Ayah membeli mobil-mobilan di pasar.
(“Apa yang dibeli ayah di pasar? Jawabannya mobil-mobilan”)
 Ayah membelikan adik mobil-mobilan di pasar.
(“Siapa yang dibelikan mobil-mobilan oleh ayah? Jawabannya adik”)
e. Dapat menduduki fungsi subjek apabila kalimat dipasifkan.
Contoh:
 Pembantu membersihkan rumah saya. (aktif)
 Rumah saya dibersihkan oleh pembantu. (pasif)
(kalimat pertama objeknya rumah saya, pada kalimat kedua rumah saya
menduduki fungsi subjek, dan yang menjadi objeknya adalah oleh pembantu)

4. Pelengkap
Pelengkap adalah unsur kalimat yang berfungsi melengkapi informasi, mengkhususkan
objek, dan melengkapi struktur kalimat (Widjono, 2011: 150).
Ciri-ciri pelengkap menurut Widjono (2011: 150) yaitu sebagai berikut.
a. Bukan unsur utama, tetapi tanpa pelengkap kalimat itu tidak jelas dan tidak lengkap
informasinya
Contoh:
 Tabitha belajar.
 Tabitha belajar Bahasa Indonesia.
BAHASA INDONESIA 1
7
(kalimat pertama terdiri atas subjek dan predikat, namun kalimat tersebut tidak
memberikan informasi yang jelas mengenai hal yang dipelajari Tabitha,
sedangkan kalimat kedua terdiri atas subjek-predikat-pelengkap sehingga
memberikan informasi yang lebih jelas tentang yang dipelajari Tabitha, yaitu
Bahasa Indonesia.
b. Terletak di belakang predikat yang bukan kata kerja transitif.
Contoh:
 Negara ini berlandaskan hukum.
 Mereka bermain bola di lapangan.
Untuk memperjelas pemahaman tentang objek dan pelengkap, berikut akan disajikan tabel yang
menguraikan perbedaan antara objek dan pelengkap.
Objek Pelengkap
Berwujud frase nominal atau klausa Berwujud frase nominal, frase verbal, frase
adjektival, frase proposisional, atau klausa
Berada langsung di belakang predikat Berada langsung di belakang predikat jika tak
ada objek dan di belakang objek kalau unsur
ini hadir
Menjadi subjek akibat pemasifan kalimat Tak dapat menjadi subjek akibat pemasifan
kalimat
Dapat diganti dengan pronomina –nya Tidak dapat diganti dengan –nya kecuali
kombinasi preposisi selain di, ke, dari, dan
akan.

5. Keterangan (K)
Keterangan kalimat berfungsi menjelaskan atau melengkapi informasi pesan-pesan kalimat.
Tanpa keterangan, informasi menjadi tidak jelas. Hal ini dapat dirasakan kehadirannya terutama
dalam surat undangan, laporan penelitian, dan informasi yang terkait dengan tempat, waktu,
sebab, dan lain-lain (Widjono, 2011: 150)
Ciri-ciri keterangan menurut Widjono (2011: 151) yaitu sebagai berikut.
a. Bukan unsur utama kalimat, tetapi kalimat tanpa keterangan, pesan menjadi tidak jelas,
dan tidak lengkap, misalnya surat undangan, tanpa keterangan tidak komunikatif
Contoh:
 Kakek datang bersama nenek. (tanpa keterangan)
BAHASA INDONESIA 1
8
 Kakek datang dari Yogyakarta bersama nenek. (ada keterangan asal)
(kalimat pertama tidak memberikan informasi dengan jelas tanpa memberikan
keterangan, sedangkan kalimat kedua menjadi jelas dengan adanya keterangan
asal)
b. Tempat tidak terikat posisi, pada awal, tengah, atau akhir kalimat
Contoh:
 Kemarin saya mengerjakan skripsi di kampus.
 Saya kemarin mengerjakan skripsi di kampus.
 Saya mengerjakan skripsi di kampus kemarin.
c. Terdapat Beberapa Jenis Keterangan berdasarkan perannya di dalam kalimat yaitu
sebagai berikut:
 Keterangan Waktu
Keterangan waktu dapat berupa kata, frasa, atau anak kalimat. Keterangan yang
berupa kata adalah kata-kata yang menyatakan waktu,
seperti kemarin, besok, sekarang, kini, lusa, siang, dan malam. Keterangan
waktu yang berupa frasa merupakan untaian kata yang menyatakan waktu,
seperti kemarin pagi, hari Senin, 7 Mei, dan minggu depan. Keterangan waktu
yang berupa anak kalimat ditandai oleh konjungtor yang menyatakan waktu,
seperti setelah, sesudah, sebelum, saat, sesaat, sewaktu, dan ketika.
Contoh: Minggu depan akan dilaksanakan ujian tengah semester.
 Keterangan Tempat
Keterangan tempat berupa frasa yang menyatakan tempat yang ditandai oleh
preposisi, seperti di, pada, dan dalam.
Contoh: EXO akan konser di Indonesia.
 Keterangan Cara
Keterangan cara dapat berupa kata ulang, frasa, atau anak kalimat yang
menyatakan cara. Keterangan cara yang berupa kata ulang merupakan
perulangan adjektiva. Keterangan cara yang berupa frasa ditandai oleh
kata dengan atau secara. Terakhir, keterangan cara yang berupa anak kalimat
ditandai oleh kata dengan dan dalam.
Contoh: Ibu memotong bawang dengan menggunakan pisau.
BAHASA INDONESIA 1
9
 Keterangan Sebab
Keterangan sebab berupa frasa atau anak kalimat. Keterangan sebab yang
berupa frasa ditandai oleh kata karena atau lantaran yang diikuti oleh nomina
atau frasa nomina. Keterangan sebab yang berupa anak kalimat ditandai oleh
konjungtor karena atau lantaran.
Contoh: Ibu menyuruhku cepat pulang karena cuaca sudah mendung.
 Keterangan Tujuan
Keterangan ini berupa frasa atau anak kalimat. Keterangan tujuan yang berupa
frasa ditandai oleh kata untuk atau demi, sedangkan keterangan tujuan yang
berupa anak kalimat ditandai oleh konjungtor supaya, agar, atau untuk.
Contoh: Sebelum berangkat ke sekolah, Ricky menyisir rambutnya agar terlihat
rapi.
 Keterangan Aposisi
Keterangan aposisi memberi penjelasan nomina, misalnya, subjek atau objek.
Jika ditulis, keterangan ini diapit tanda koma, tanda pisah (–), atau tanda
kurang.
Contoh:  Dosen saya, Pak Tri Budiarta, terpilih sebagai dosen teladan.
 Keterangan Tambahan
Keterangan tambahan memberi penjelasan nomina (subjek ataupun objek),
tetapi berbeda dari keterangan aposisi. Keterangan aposisi dapat menggantikan
unsur yang diterangkan, sedangkan keterangan tambahan tidak dapat
menggantikan unsur yang diterangkan.
Contoh: Rizaldi, mahasiswa tingkat tiga, mendapat beasiswa.
 Keterangan Pewatas
Keterangan pewatas memberikan pembatas nomina, misalnya, subjek, predikat,
objek, keterangan, atau pelengkap. Jika keterangan tambahan dapat ditiadakan,
keterangan pewatas tidak dapat ditiadakan.
Contoh: Mahasiswa yang mempunyai IP tiga lebih mendapat beasiswa.

6. Konjungsi

BAHASA INDONESIA 1
10
Menurut Widjono, konjungsi adalah bagian kalimat yang berfungsi menghubungkan
(merangkai) unsur-unsur kalimat dalam sebuah kalimat (yaitu subjek, predikat, objek, pelengkap,
dan keterangan), sebuah kalimat dengan kalimat lain, dan sebuah paragraf dengan paragraf lain.
Konjungsi dibagi menjadi dua, yakni perangkai intrakalimat dan perangkai antarkalimat.
Perangkai intrakalimat berfungsi menghubungkan unsur atau bagian dengan unsur atau bagian
kalimat yang lain di dalam sebuah kalimat. Adapun perangkai antarkalimat berfungsi
menghubungkan kalimat atau paragraf yang satu dengan kalimat atau paragraf yang lain. Bagian
perangkai antarkalimat sering juga disebut dengan istilah transisi. Kata-kata transisi sangat
membantu dalam menghubungkan gagasan sebelum dan sesudahnya baik antarkalimat maupun
antarparagraf.
Contoh bentuk perangkai yang sering ditemukan dalam karangan antara lain: adalah,
andaikata, apabila, atau, bahwa, bilamana, daripada, di samping itu, sehingga, ialah, jika, kalau,
kemudian, melainkan, meskipun, misalnya, padahal, seandainya, sedangkan, seolah-olah,
supaya, umpamanya, bahkan, tetapi, karena itu, oleh sebab itu, jadi, maka, lagipula, sebaliknya,
sementara itu, selanjutnya, dan tambah pula.
Contoh:
 Saya membaca novel, sedangkan Aisyah menulis cerpen.
 Semua persiapan seminar sudah beres. Dengan demikian, harapan seminar akan
berjalan lancar semakin besar.
7. Modalitas
Menurut Widjono, modalitas dalam sebuah kalimat sering disebut keterangan predikat.
Modalitas dapat mengubah keseluruhan makna sebuah kalimat. Dengan modalitas tertentu
makna kalimat dapat berubah menjadi sebuah pernyataan yang tegas, ragu, lembut, pasti, dan
sebagainya.
Fungsi modalitas dalam kalimat:
a. Mengubah nada: dari nada tegas menjadi ragu-ragu atau sebaliknya, dari nada keras
menjadi lembut atau sebaliknya. Ungkapan yang dapat digunakan antara lain:
barangkali, tentu, mungkin, sering, sungguh.
Contoh:
 Teman saya mungkin seorang politikus.
 Saya sungguh beruntung bisa kuliah di Unila.

BAHASA INDONESIA 1
11
b. Menyatakan sikap, misal jika ingin mengungkapkan kalimat dengan nada kepastian
dapat digunakan ungkapan: pasti, pernah, tentu, sering, jarang, kerapkali.
Contoh:
 Dia pasti datang ke acara ini.
 Saya jarang datang terlambat.

4.4. Pola Kalimat

Kalimat yang jumlah dan ragamnya begitu banyak, pada hakikatnya disusun berdasarkan
pola-pola tertentu yang amat sedikit jumlahnya. Penguasaan pola kalimat akan memudahkan
pemakai bahasa dalam membuat kalimat yang benar secara gramatikal. Selain itu, pola kalimat
dapat menyederhanakan kalimat sehingga mudah dipahami oleh orang lain.

Kemudahan itu dapat dirasakan pemakai bahasa dalam mengekspresikan ide-idenya dan
dalam memahami informasi yang diungkapkan oleh orang lain sehingga dapat memperkecil
kesalahpahaman dalam berkomunikasi.

Kalimat dasar adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa, unsur-unsurnya lengkap, susunan
unsur-unsurnya menurut urutan yang paling umum, dan tidak mengandung pertanyaan atau
pengingkaran. Pola kalimat dasar memiliki ciri-ciri:

1. Berupa kalimat tunggal (satu S, satu P, satu O, satu Pel, dan satu Ket)
Contoh:
 Keluar!
 Hari ini.
(kalimat yang terdiri atas satu unsur tersebut biasa disebut kalimat minor)
2. Sekurang-kurangnya terdiri atas satu subjek dan satu predikat
Contoh:
 Saya cantik. (S-P)
 Ayah sedang membaca. (S-P)
(kalimat di atas terdiri atas satu subjek dan satu predikat)
3. Selalu di awali dengan subjek

BAHASA INDONESIA 1
12
Contoh:
 Raminra membersihkan rumah. (tepat)
 Membersihkan rumah Raminra. (tidak tepat)
4. Berbentuk kalimat aktif
Contoh:
 Kami membeli buku kumpulan puisi. (aktif)
 Kakak membelikan ibu jilbab biru. (aktif)
5. Unsur tersebut ada yang berupa kata dan ada yang berupa frase
Contoh:
 Ayah berangkat ke Bandung tadi pagi. (subjeknya berupa kata)
 Ayah dan ibu berangkat ke Bandung tadi pagi. (subjeknya berupa frase)
6. Dapat dikembangkan menjadi kalimat luas dengan memperluas subjek, predikat, objek,
dan keterangan.
Contoh:
 Reni belajar. (kalimat dasar)
 Reni yang berparas cantik belajar di rumah yang baru direnovasi. (perluasan
subjek dan keterangan)

Untuk lebih memahami tentang unsur-unsur kalimat dalam pola kalimat dasar, berikut ini
akan disajikan tabel pola kalimat dasar beserta contoh dan fungsi unsur-unsur tersebut sesuai
dengan pendapat Alwi dkk. (2003: 322) dalam buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.

Fungsi Penjelasan Contoh Kalimat


Kalimat dasar tipe ini memiliki Mahasiswa sedang belajar.
unsur subjek dan predikat. S P
Predikat kalimat untuk tipe ini Saya mahasiswa.
S-P
dapat berupa kata kerja, kata S P
benda, kata sifat, atau kata
bilangan.
S-P-O Kalimat dasar tipe ini memiliki Dia mengerjakan tugas kuliah.
unsur subjek, predikat, dan S P O

BAHASA INDONESIA 1
13
objek. Subjek berupa nomina Ana mendapat IPK tertinggi.
atau frasa nominal, predikat S P O
berupa verba transitif, dan objek
berupa nomina atau frasa
nominal.
Kalimat dasar tipe ini memiliki Beliau menjadi kepala sekolah.
unsur subjek, predikat, dan S P Pel
pelengkap. Subjek berupa Pancasila merupakan dasar negara kita.
S-P-Pel nomina atau frasa nominal, S P Pel
predikat berupa verba intransitif
atau kata sifat, dan pelengkap
berupa nomina atau adjektiva.
Kalimat dasar tipe ini memiliki Saya tinggal di Depok.
unsur subjek, predikat, dan harus S P Ket
memiliki unsur keterangan Kami berangkat besok pagi.
karena diperlukan oleh predikat. S P Ket
S-P-Ket
Subjek berupa nomina atau frasa
nominal, predikat berupa verba
intransitif, dan keterangan
berupa frasa berpreposisi.
Kalimat dasar tipe ini memiliki Dia mengirimi saya surat cinta.
unsur subjek, predikat, objek, S P O Pel
dan pelengkap. Subjek berupa Rangga mengambilkan adiknya air minum.
nomina atau frasa nominal, S P O Pel
S-P-O-Pel
predikat berupa verba intransitif,
objek berupa nomina atau frasa
nominal, dan pelengkap berupa
nomina atau frasa nominal.
S-P-O-Ket Kalimat dasar tipe ini memiliki Mereka makan soto di kantin.
unsur subjek, predikat, objek, S P O Ket
dan keterangan. Subjek berupa Bu Wetty mendidik mahasiswa dengan baik.
nomina atau frasa nomina, S P O Ket

BAHASA INDONESIA 1
14
predikat berupa verba intransitif,
objek berupa nomina atau frasa
nominal, dan keterangan berupa
frasa berpreposisi.

4.5. Jenis-Jenis Kalimat

Berikut ini adalah jenis-jenis kalimat yang dapat digolongkan ke dalam beberapa
kelompok.
1. Berdasarkan Pengucapan
Jenis kalimat berdasarkan pengucapan dapat dibedakan menjadi:
a. Kalimat Langsung
Kalimat langsung adalah kalimat yang secara cermat menirukan ucapan orang.
Kalimat langsung juga dapat diartikan kaliamt yang memberitakan bagaimana ucapan
dari orang lain (orang ketiga). Kalimat ini biasanya ditandai dengan tanda petik dua
(“….”) dan dapat berupa kalimat tanya atau kalimat perintah. Contoh:
 Ibu berkata: “Rohan, jangan meletakkan sepatu di sembarang tempat!”
 “Saya gembira sekali”, kata Ayah,”karena kamu lulus ujian.”
b. Kalimat Tak Langsung
Kalimat tak langsung adalah kalimat yang menceritakan kembali ucapan atau
perkataan orang lain. Kalimat tak langsung tidak ditandai lagi dengan tanda petik dua
dan sudah dirubah menjadi kalimat berita. Contoh:
 Ibu berkata bahwa dia senang sekali karena aku lulus ujian.
 Kakak berkata bahwa buku itu harus segera dikembalikan.
1. Berdasarkan Jumlah Frasa (Struktrur Gramatikal)
Jenis kalimat berdasarkan jumlah frasa dapat dibedakan menjadi:
a. Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang memiliki satu pola (klausa) yang terdiri dari satu
subjek dan satu predikat. Kalimat tunggal merupakan kalimat dasar sederhana.
Kalimat-kalimat yang panjang dapat dikembalikan ke dalam kalimat-kalimat dasar
BAHASA INDONESIA 1
15
yang sederhana dan dapat juga ditelusuri pola-pola pembentukannya. Kalimat tunggal
dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
 Kalimat nominal adalah kalimat yang predikatnya berupa kata benda.
Contoh: Saya siswa kelas VI.
 Kalimat verbal adalah kalimat yang predikatnya berupa kata kerja.
Contoh: Adik bernyanyi.

Setiap kalimat tunggal di atas dapat diperluas dengan menambahkan kata-kata pada
unsur-unsurnya. Dengan penambahan unsur-unsur itu, unsur utama dari kalimat
masih dapat dikenali. Suatu kalimat tunggal dapat diperluas menjadi dua puluh atau
lebih. Contoh perluasan kalimat tunggal adalah:

 Victoria akan bernyanyi di Las Vegas.


 Masalahnya seribu satu yang belum terpecahkan.
 Ika sangat rajin menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan kepadanya.
b. Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk terdiri atas dua atau lebih kalimat tunggal yang saling berhubungan
baik kordinasi maupun subordinasi. Kalimat majemuk dapat dibedakan atas 3 jenis,
yaitu:
a) Kalimat Majemuk Setara (KMS)
Kalimat ini terbentuk dari 2 atau lebih kalimat tunggal dan kedudukan tiap
kalimat sederajat. Kalimat majemuk setara dapat dikelompokkan ke dalam
beberapa bagian, yaitu:
 KMS Penggabungan. Dua atau lebih kalimat tunggal yang
dihubungkan oleh kata dan atau serta. Contoh:
o Kami mencari bahan dan mereka meramunya.
o Ratih dan Ratna bermain bulu tangkis di halaman rumah.
 KMS Pertentangan. Dua kalimat tunggal yang dihubungkan oleh kata
tetapi, sedangkan, namun, melainkan. Kedua kalimat tersebut
menunjukkan hubungan pertentangan. Contoh:
o Indonesia adalah negara berkembang, sedangkan jepang
termasuk negara yang sudah maju.
BAHASA INDONESIA 1
16
o Bukan saya memecahkan gelas itu, melainkan kakak.
 KMS Pemilihan. Dua atau lebih kalimat tunggal yang dihubungkan
oleh kata atau. Contoh:
o Makalah ini harus dikumpukan besok atau minggu depan.
o Aku atau dia yang akan kamu pilih.
 KMS Penguatan. Dua atau lebih kalimat tunggal dihubungkan dengan
kata bahkan. Contoh:
o Dia tidak hanya cantik, bahkan dia juga sangat baik hati.
o Pencuri itu tidak hanya dipukuli oleh masa, bahkan dia disiksa
dengan sadis.
 KMS yang dibentuk dari dua atau lebih kalimat tunggal yang
dihubungkan oleh kata lalu dan kemudian, untuk menandakan suatu
kejadian yang berurutan. Contoh:
o Mula-mula disebutkan nama-nama juara melukis tingkat SD,
kemudian disebutkan nama-nama juara melukis tingkat SMP.
b) Kalimat Majemuk Bertingkat (KMB)
Kalimat majemuk setara terdiri atas satu suku kaliamat bebas dan satu suku
kalimat yang tidak bebas. Kedua kalimat tersebut memiliki pola hubungan
yang tidak sederajat. Bagian yang memiliki kedudukan lebih penting (inti
gagasan) disebut sebagai klausa utama (induk kalimat). Bagian yang lebih
rendah kedudukakannya disebut dengan klausa sematan (anak kalimat).
Ada beberapa penanda hubungan / konjungsi yang dipergunakan oleh kalimat
majemuk bertingkat, yaitu:
 Waktu : ketika, sejak
 Sebab: karena, Olehkarenaitu, sebab, oleh sebab itu
 Akibat: hingga, sehingga, maka
 Syarat: jika, asalkan, apabila
 Perlawanan: meskipun, walaupun
 Pengandaian: andaikata, seandainya
 Tujuan: agar, supaya, untukbiar

BAHASA INDONESIA 1
17
 Perbandingan: seperti, laksana, ibarat, seolah‐olah
 Pembatasan: kecuali, selain
 Alat: dengan+ katabenda: dengan tongkat
 Kesertaan: dengan+ orang
Contoh:
Walaupun komputer itu dilengkapi dengan alat-alat modern, para
hacker masih dapat mengacaukan data-data komputer itu.
 Induk kalimat: Para hacker masih dapat mengacaukan data-
data komputer itu.
 Anak kalimat: Walaupun komputer itu dilengkapi dengan alat-
alat modern.
c) Kalimat Majemuk Campuran
Kalimat majemuk campuran terdiri atas kalimat majemuk setara dan kalimat
majemuk bertingkat atau kebalikannya. Contoh:
 Karena hari sudah malam, kami berhenti dan langsung pulang.
KMS: Kami berhenti dan langsung pulang.
KMC: Kami berhenti karena hari sudah malam.
Kami langsung pulang karena hari sudah malam.
 Kami pulang, tetapi mereka masih bekerja karena tugasnya belum
selesai.
KMS: Kami pulang, tetapi mereka masih bekerja.
KMB: Mereka masih bekerja karena tugasnya belum selesai.

2. Berdasarkan Isi atau Fungsi


Jenis kalimat berdasarkan isi dan fungsi dapat dibedakan menjadi:
1. Kalimat Perintah
Kalimat perintah adalah kalimat yang bertujuan memberikan perintah kepada orang
lain untuk melakukan sesuatu. Kalimat perintah biasanya diakhiri dengan tanda seru
(!) dalam penulisannya. Sedangkan dalam bentuk lisan, kalimat perintah ditandai
dengan intonasi tinggi. Macam-macam kalimat perintah:
 Kalimat perintah biasa, ditandai dengan partikel lah.
BAHASA INDONESIA 1
18
Contoh: Gantilah bajumu!
 Kalimat larangan, ditandai dengan penggunaan kata jangan.
Contoh: Jangan membuang sampah sembarangan!
 Kalimat ajakan, ditandai dengan kata mohon, tolong, silahkan.
Contoh: Tolong temani nenekmu di rumah!
2. Kalimat Berita
Kalimat berita adalah kalimat yang isinya memberitahukan sesuatu. Dalam
penulisannya, biasanya diakhiri dengan tanda titik (.) dan dalam pelafalannya
dilakukan dengan intonasi menurun. Kalimat ini mendorong orang untuk memberikan
tanggapan. Macam-macam kalimat berita:
 Kalimat berita kepastian
Contoh: Nenek akan datang dari Bandung besok pagi.
 Kalimat berita pengingkaran
Contoh: Saya tidak akan datang pada acara ulang tahunmu.
 Kalimat berita kesangsian
Contoh: Bapak mungkin akan tiba besok pagi.
 Kalimat berita bentuk lainnya
Contoh: Kami tidak tahu mengapa dia datang terlambat.
3. Kalimat Tanya
Kalimat tanya adalah kalimat yang bertujuan untuk memperoleh suatu informasi atau
reaksi (jawaban) yang diharapkan. Kalimat ini diakhiri dengan tanda tanya(?) dalam
penulisannya dan dalam pelafalannya menggunakan intonasi menurun. Kata tanya
yang dipergunakan adalah bagaimana, dimana, berapa, kapan. Contoh:
 Mengapa gedung ini dibangun tidak sesuai dengan disainnya?
 Kapan Becks kembali ke Inggris?
4. Kalimat Seruan
Kalimat seruan adalah kalimat yang digunakan untuk mengungkapakan perasaa ‘yang
kuat’ atau yang mendadak. Kalimat seruan biasanya ditandai dengan intonsi yang
tinggi dalam pelafalannya dan menggunakan tanda seru (!) atau tanda titik (.) dalam
penulisannya. Contoh:
 Aduh, pekerjaan rumah saya tidak terbawa.
BAHASA INDONESIA 1
19
 Bukan main, eloknya.

3. Berdasarkan Unsur Kalimat


Jenis kalimat berdasarkan unsur kalimat dapat dibedakan menjadi:
1. Kalimat Lengkap
Kalimat lengkap adalah kalimat yang sekurang-kurangnya terdiri dari satu buah
subyek dan satu buah predikat. Kalimat Majas termasuk ke dalam kalimat lengkap.
Contoh:
 Mahasiswa berdiskusi di dalam kelas.
S P K
 Ibu mengenakan kaos hijau dan celana hitam.
S P O
2. Kalimat Tidak Lengkap
Kalimat tidak lengkap adalah kalimat yang tidak sempurna karena hanya memiliki
subyek saja, atau predikat saja, atau objek saja atau keterangan saja. Kalimat tidak
lengkap biasanya berupa semboyan, salam, perintah, pertanyaan, ajakan, jawaban,
seruan, larangan, sapaan dan kekaguman. Contoh:
 Selamat sore
 Silakan Masuk!
 Kapan menikah?
 Hei, Kawan…

4. Berdasarkan Susunan S-P


Jenis kalimat berdasarkan unsur kalimat dapat dibedakan menjadi:
1. Kalimat Inversi
Kalimat inversi adalah kalimat yang predikatnya mendahului subjeknya. Kata atau
frasa tertentu yang pertama muncul akan menjadi kunci yang akan mempengaruhi
makna untuk menimbulkankesan tertentu, dibandingkan jika kata atau frasa
ditempatkan pada urutan kedua. Kalimat ini biasanya dipakau untuk penekanan atau
ketegasan makna. Contoh:
 Ambilkan koran di atas kursi itu!
BAHASA INDONESIA 1
20
P S
 Sepakat kami untuk berkumpul di taman kota.
S P K
2. Kalimat Versi
Kalimat versi adalah kalimat yang susunan dari unsur-unsur kalimatnya sesuai
dengan pola kalimat dasar Bahasa Indonesia (S-P-O-K). Contoh:
 Penelitian ini dilakukan mereka sejak 2 bulan yang lalu.
S P O K
 Aku dan dia bertemu di cafe ini.
S P K

5. Berdasarkan Bentuk Gaya Penyajian (Retorika)


Jenis kalimat berdasarkan bentuk gaya penyajian dapat dibedakan menjadi:
1. Kalimat Yang Melepas
Kalimat yang melepas terbentuk jika kalimat tersebut disusun dengan diawali oleh
unsur utama (induk kalimat) dan diikuti oleh unsur tambahan (anak kalimat). Unsur
anak kalimat ini seakan-akan dilepaskan saja oleh penulisnya. Jika unsur anak kalimat
tidak diucapkan, kalimat itu sudah bermakna lengkap. Contoh:
 Saya akan dibelikan vespa oleh Ayah jika saya lulus ujian sarjana.
 Semua warga negara harus menaati segala perundang-undangan yang berlaku
agar kehidupan di negeri ini berjalan dengan tertib dan aman.
2. Kalimat yang Klimaks
Kalimat klimaks terbentuk jika kalimat tersebut disusun dengan diawali oleh anak
kalimat dan diikuti oleh induk kalimat. Kalimat belum dapat dipahami jika hanya
membaca anak kalimatnya. Sebelum kalimat itu selesai, terasa masih ada sesuatu
yang ditunggu, yaitu induk kalimat. Oleh karena itu, penyajian kalimat ini terasa
berklimaks dan terasa membentuk ketegangan. Contoh:
 Karena sulit kendaraan, ia datang terlambat ke kantornya.
 Setelah 1.138 hari disekap dalam sebuah ruangan akhirnya tiga sandera warga
negara Prancis itu dibebaskan juga.
3. Kalimat Yang Berimbang
BAHASA INDONESIA 1
21
Kalimat yang berimbang disusun dalam bentuk kalimat majemuk setara dan kalimat
majemuk campuran, Struktur kalimat ini memperlihatkan kesejajaran yang sejalan
dan dituangkan ke dalam bangun kalimat yang simetri. Contoh:
 Bursa saham tampaknya semakin bergairah, investor asing dan domestik
berlomba melakukan transaksi, dan IHSG naik tajam.
 Jika stabilitas nasional mantap, masyarakat dapat bekerja dengan tenang dan
dapat beribadat dengan leluasa.

6. Berdasarkan Subjek
Jenis kalimat berdasarkan subjek dapat dibedakan menjadi:
1. Kalimat Aktif
Kalimat aktif adalah kalimat yang subjeknya melakukan suatu pekerjaan/tindakan.
Kalimat ini biasanya memiliki predikat berupa kata kerja yang berawalan me- dan
ber-. Predikat juga dapat berupa kata kerja aus (kata kerja yang tidak dapat dilekati
oleh awalan me–saja), misalnya pergi, tidur, mandi, dll (kecuali makan dan minum).
Contoh:
 Mereka akan berangkat besok pagi.
 Kakak membantu ibu di dapur.
Kalimat aktif dibedakan menjadi 2, yaitu:
 Kalimat Aktif Transitif
Kalimat aktif transitif adalah kalimat yang dapat diikuti oleh objek penderita
(O1). Predikat pada kalimat ini biasanya berawalam me- dan selalu dapatt
dirubah menjadi kalimat pasif. Contoh:
o Eni mencuci piring.
S P O1
 Kalimat Aktif Intransitif
Kalimat aktif intransitif adalah kalimat yang tidak dapat diikuti oleh objek
penderita (O1). Predikat pada kalimat ini biasanya berawaln ber-. Kalimat
yang berawalan me- tidak diikuti dengan O1. Kalimat ini tidak dapat dirubah
menjadi kalimat pasif. Contoh:
o Mereka berangkat minggu depan.
BAHASA INDONESIA 1
22
S P K
o Amel menangis tersedu-sedu di kamar.
S P K
 Kalimat Semi Transitif
Kalimat ini tidak dapat dirubah menjadi kal pasif karena disertai oleh
pelengkap bukan objek. Contoh:
o Dian kehilangan pensil.
S P Pel.
o Soni selalu mengenderai sepeda motor ke kampus.
S P Pel K
2. Kalimat Pasif
Kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya dikenai pekerjaan/tindakan. Kalimat ini
biasanya memiliki predikat berupa kata kerja berawalan di- dan ter- dan diikuti oleh
kata depan oleh. Kalimat pasif dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
 Kalimat Pasif Biasa
Kalimat pasif ini biasanya diperoleh dari kalimat aktif transitif. Predikat pada
kalimat ini berawalan di-,ter-,ke-an. Contoh:
o Piring dicuci Eni.
S P O2
 Kalimat Pasif Zero
Kalimat pasif zero adalah kalimat yang objek pelakunya (O2) melekat
berdekatan dengan O2 tanpa disisipi dengan kata lain. Predikat pada kalimat
ini berakhiran -kan dan akan terjadi penghilangan awalan di-. Predikatnya
juga dapat berupa kata dasar berkelas kerja kecuali kata kerja aus. Kalimat
pasif zero ini berhubungan dengan kalimat baku. Contoh:
o Ku pukul adik.
O2 P S
o Akan saya sampaikan pesanmu.
O2 P S
Cara mengubah kalimat aktif menjadi kalimat pasif:
 Subjek pada kalimat aktif dijadikan objek pada kalimat pasif.
BAHASA INDONESIA 1
23
 Awalan me- diganti dengan di-.
 Tambahkan kata oleh di belakang predikat.
Contoh:
Bapak memancing ikan. (aktif)
Ikan dipancing oleh bapak. (pasif)
 Jika subjek kalimat akrif berupa kata ganti maka awalan me- pada
predikat dihapus, kemudian subjek dan predikat dirapatkan.
Contoh:
Aku harus mengerjakan PR. (aktif)
PR harus kukerjakan. (pasif)

BAB V

KALIMAT EFEKTIF

5.1. Pengertian Kalimat Efektif

BAHASA INDONESIA 1
24
Kalimat dikatakan efektif apabila berhasil menyampaikan pesan, gagasan, perasaan,
maupun pemberitahuan sesuai dengan maksud si pembicara atau penulis. Untuk itu penyampaian
harus memenuhi syarat sebagai kalimat yang baik, yaitu strukturnya benar, pilihan katanya tepat,
hubungan antarbagiannya logis, dan ejaannya pun harus benar.

Dalam hal ini hendaknya dipahami pula bahwa situasi terjadinya komunikasi juga sangat
berpengaruh. Kalimat yang dipandang cukup efektif dalam pergaulan, belum tentu dipandang
efektif jika dipakai dalam situasi resmi, demikian pula sebaliknya. Misalnya kalimat yang
diucapkan kepada tukang becak, “Berapa, Bang, ke pasar Rebo?” Kalimat tersebut jelas lebih
efektif daripada kalimat lengkap, “Berapa saya harus membayar, Bang, bila saya menumpang
becak Abang ke pasar Rebo?”

Yang perlu diperhatikan oleh para siswa dalam membuat karya tulis, baik berupa essay,
artikel, ataupun analisis yang bersifat ilmiah adalah penggunaan bahasa secara tepat, yaitu
memakai bahasa baku. Hendaknya disadari bahwa susunan kata yang tidak teratur dan berbelit-
belit, penggunaan kata yang tidak tepat makna, dan kesalahan ejaan dapat membuat kalimat tidak
efektif.

Berikut ini akan disampaikan beberapa pola kesalahan yang umum terjadi dalam penulisan
serta perbaikannya agar menjadi kalimat yang efektif.

1. Penggunaan dua kata yang sama artinya dalam sebuah kalimat :


 Sejak dari usia delapan tauh ia telah ditinggalkan ayahnya.
(Sejak usia delapan tahun ia telah ditinggalkan ayahnya.)
 Hal itu disebabkan karena perilakunya sendiri yang kurang menyenangkan.
(Hal itu disebabkan perilakunya sendiri yang kurang menyenangkan.
 Ayahku rajin bekerja agar supaya dapat mencukupi kebutuhan hidup.
(Ayahku rajin bekerja agar dapat memenuhi kebutuhan hidup.)
 Pada era zaman modern ini teknologi berkembang sangat pesat.
(Pada zaman modern ini teknologi berkembang sangat pesat.)
 Berbuat baik kepada orang lain adalah merupakan tindakan terpuji.
(Berbuat baik kepada orang lain merupakan tindakan terpuji.)

BAHASA INDONESIA 1
25
2. Penggunaan kata berlebih yang ‘mengganggu’ struktur kalimat:
 Menurut berita yang saya dengar mengabarkan bahwa kurikulum akan segera diubah.
(Berita yang saya dengar mengabarkan bahwa kurikulum akan segera diubah. / Menurut
berita yang saya dengar, kurikulum akan segera diubah.)
 Kepada yang bersalah harus dijatuhi hukuman setimpal.
(Yang bersalah harus dijatuhi hukuman setimpal.)

3. Penggunaan imbuhan yang kacau:


 Yang meminjam buku di perpustakaan harap dikembalikan.
(Yang meminjam buku di perpustakaan harap mengembalikan. / Buku yang dipinjam dari
perpustakaan harap dikembalikan)
 Ia diperingati oleh kepala sekolah agar tidak mengulangi perbuatannya.
(Ia diperingatkan oleh kepala sekolah agar tidak mengulangi perbuatannya.)
 Operasi yang dijalankan Reagan memberi dampak buruk.
(Operasi yang dijalani Reagan berdampak buruk)
 Dalam pelajaran BI mengajarkan juga teori apresiasi puisi.
(Dalam pelajaran BI diajarkan juga teori apresiasi puisi. / Pelajaran BI mengajarkan juga
apresiasi puisi.)

4. Kalimat tak selesai:


 Manusia yang secara kodrati merupakan mahluk sosial yang selalu ingin berinteraksi.
(Manusia yang secara kodrati merupakan mahluk sosial, selalu ingin berinteraksi.)
 Rumah yang besar yang terbakar itu.
(Rumah yang besar itu terbakar.)

5. Penggunaan kata dengan struktur dan ejaan yang tidak baku :


 Kita harus bisa merubah kebiasaan yang buruk.
(Kita harus bisa mengubah kebiasaan yang buruk.)

BAHASA INDONESIA 1
26
Kata-kata lain yang sejenis dengan itu antara lain menyolok, menyuci, menyontoh,
menyiptakan, menyintai, menyambuk, menyaplok, menyekik, menyampakkan, menyampuri,
menyelupkan dan lain-lain, padahal seharusnya mencolok, mencuci, mencontoh,
menciptakan, mencambuk, mencaplok, mencekik, mencampakkan, mencampuri,
mencelupkan.

 Pertemuan itu berhasil menelorkan ide-ide cemerlang.


(Pertemuan itu telah menelurkan ide-ide cemerlang.)
 Gereja itu dilola oleh para rohaniawan secara professional.
(Gereja itu dikelola oleh para rohaniwan secara professional.)

 tau à tahu ● negri à negeri


 kepilih à terpilih ● faham à paham
 ketinggal à tertinggal ● himbau à imbau
 gimana à bagaimana ● silahkan à silakan
 jaman à zaman ● antri à antre
 trampil à terampil ● disyahkan à disahkan

6. Penggunaan tidak tepat kata ‘di mana’ dan ‘yang mana’ :


 Saya menyukainya di mana sifat-sifatnya sangat baik.
(Saya menyukainya karena sifat-sifatnya sangat baik.)
 Rumah sakit di mana orang-orang mencari kesembuhan harus selalu bersih.
(Rumah sakit tempat orang-orang mencari kesembuhan harus selalu bersih.)
 Manusia membutuhkan makanan yang mana makanan itu harus mengandung zat-zat
yang diperlukan oleh tubuh.
(Manusia membutuhkan makanan yang mengandung zat-zat yang diperlukan oleh tubuh.)

7. Penggunaan kata ‘daripada’ yang tidak tepat :


 Seorang daripada pembatunya pulang ke kampung kemarin.

BAHASA INDONESIA 1
27
(Seorang di antara pembantunya pulang ke kampung kemarin.)
 Seorang pun tidak ada yang bisa menghindar daripada pengawasannya.
(Seorang pun tidak ada yang bisa menghindar dari pengawasannya.)
 Tendangan daripada Ricky Jakob berhasil mematahkan perlawanan musuh.
(Tendangan Ricky Jakob berhasil mematahkan perlawanan musuh.)

8. Pilihan kata yang tidak tepat :


 Dalam kunjungan itu Presiden Yudhoyono menyempatkan waktu untuk berbincang
bincang dengan masyarakat.
(Dalam kunjungan itu Presiden Yudhoyono menyempatkan diri untuk berbincang-
bincang dengan masyarakat.)
 Bukunya ada di saya.
(Bukunya ada pada saya.)

9. Kalimat ambigu yang dapat menimbulkan salah arti :


 Usul ini merupakan suatu perkembangan yang menggembirakan untuk memulai
pembicaraan damai antara komunis dan pemerintah yang gagal.
Kalimat di atas dapat menimbulkan salah pengertian. Siapa/apa yang gagal?
Pemerintahkah atau pembicaraan damai yang pernah dilakukan?
(Usul ini merupakan suatu perkembangan yang menggembirakan untuk memulai kembali
pembicaraan damai yang gagal antara pihak komunis dan pihak pemerintah.

 Sopir Bus Santosa yang Masuk Jurang Melarikan Diri


Judul berita di atas dapat menimbulkan salah pengertian. Siapa/apa yang dimaksud
Santosa? Nama sopir atau nama bus? Yang masuk jurang busnya atau sopirnya?
(Bus Santoso Masuk Jurang, Sopirnya Melarikan Diri)

10. Pengulangan kata yang tidak perlu :


 Dalam setahun ia berhasil menerbitkan 5 judul buku setahun.
(Dalam setahun ia berhasil menerbitkan 5 judul buku.)

BAHASA INDONESIA 1
28
 Film ini menceritakan perseteruan antara dua kelompok yang saling menjatuhkan,
yaitu perseteruan antara kelompok Tang Peng Liang dan kelompok Khong Guan yang
saling menjatuhkan.
(Film ini menceritakan perseteruan antara kelompok Tan Peng Liang dan kelompok
Khong Guan yang saling menjatuhkan.)

11. Kata ‘kalau’ yang dipakai secara salah :


 Dokter itu mengatakan kalau penyakit AIDS sangat berbahaya.
(Dokter itu mengatakan bahwa penyakit AIDS sangat berbahaya.)
 Siapa yang dapat memastikan kalau kehidupan anak pasti lebih baik daripada
orang tuanya?
(Siapa yang dapat memastikan bahwa kehidupan anak pasti lebih baik daripada orang
tuanya?)

5.2. Unsur-Unsur Kalimat Efektif

Unsur kalimat adalah fungsi sintaksis yang dalam buku-buku tata Bahasa Indonesia lama
lazim disebut jabatan kata dan kini disebut peran kata dalam kalimat, yaitu subjek (S), predikat
(P), objek (O), pelengkap (Pel), dan keterangan (Ket). Kalimat Bahasa Indonesia baku sekurang-
kurangnya terdiri atas dua unsur, yakni subjek dan predikat. Unsur yang lain (objek, pelengkap,
dan keterangan) dalam suatu kalimat dapat wajib hadir, tidak wajib hadir, atau wajib tidak hadir.

1. Subjek (S)

Subjek (S) adalah bagian kalimat menunjukkan pelaku, tokoh, sosok (benda), sesuatu hal,
suatu masalah yang menjadi pangkal/pokok pembicaraan. Subjek biasanya diisi oleh jenis
kata/frasa benda (nominal), klausa, atau frasa verbal. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh
sebagai berikut ini:

(a) Ayahku sedang melukis.


(b) Meja direktur besar.
(c) Yang berbaju batik dosen saya.

BAHASA INDONESIA 1
29
(d) Berjalan kaki menyehatkan badan.
(e) Membangun jalan layang sangat mahal.

Kata-kata yang dicetak tebal pada kalimat di atas adalah S. Contoh S yang diisi oleh kata dan
frasa benda terdapat pada kalimat (a) dan (b), contoh S yang diisi oleh klausa terdapat pada
kalimat (c), dan contoh S yang diisi oleh frasa verbal terdapat pada kalimat (d) dan (e).

Dalam Bahasa Indonesia, setiap kata, frasa, klausa pembentuk S selalu merujuk pada benda
(konkret atau abstrak). Pada contoh di atas, kendatipun jenis kata yang mengisi S pada kalimat
(c), (d) dan (e) bukan kata benda, namun hakikat fisiknya tetap merujuk pada benda. Bila kita
menunjuk pelaku pada kalimat (c) dan (d), yang berbaju batik dan berjalan kaki tentulah orang
(benda). Demikian juga membangun jalan layang yang menjadi S pada kalimat (e), secara
implisit juga merujuk pada “hasil membangun” yang tidak lain adalah benda juga. Di samping
itu, kalau diselami lebih dalam, sebenarnya ada nomina yang lesap, pada awal kalimat (c) sampai
(e), yaituorang pada awal kalimat (c) dan kegiatan pada awal kalimat (d) dan (e).

Selain ciri di atas, S dapat juga dikenali dengan cara bertanya dengan memakai kata tanya
siapa (yang)… atau apa (yang)… kepada P. Kalau ada jawaban yang logis atas pertanyaan yang
diajukan, itulah S. Jika ternyata jawabannya tidak ada dan atau tidak logis berarti kalimat itu
tidak mempunyai S. Inilah contoh “kalimat” yang tidak mempunyai S karena tidak ada/tidak
jelas pelaku atau bendanya.

(a) Bagi siswa sekolah dilarang masuk.


(b) Di sini melayani obat generic.
(c) Memandikan adik di pagi hari.

Contoh (a) sampai (c) belum memenuhi syarat sebagai kalimat karena tidak mempunyai S. Kalau
ditanya kepada P, siapa yang dilarang masuk pada contoh (a) siapa yang melayani resep pada
contoh (b) dan siapa yang memandikan adik pada contoh (c), tidak ada jawabannya. Kalaupun
ada, jawaban itu terasa tidak logis.

2. Predikat (P)

BAHASA INDONESIA 1
30
Predikat (P) adalah bagian kalimat yang memberitahu melakukan (tindakan) apa atau dalam
keadaan bagaimana subjek (pelaku/tokoh atau benda di dalam suatu kalimat). Selain
memberitahu tindakan atau perbuatan subjek (S), P dapat pula menyatakan sifat, situasi, status,
ciri, atau jatidiri S. termasuk juga sebagai P dalam kalimat adalah pernyataan tentang jumlah
sesuatu yang dimiliki oleh S. predikat dapat juga berupa kata atau frasa, sebagian besar berkelas
verba atau adjektiva, tetapi dapat juga numeralia, nomina, atau frasa nominal. Perhatikan contoh
berikut:

(a) Kuda meringkik.


(b) Ibu sedang tidur siang.
(c) Putrinya cantik jelita.
(d) Kota Jakarta dalam keadaan aman.
(e) Kucingku belang tiga.
(f) Robby mahasiswa baru.
(g) Rumah Pak Hartawan lima.

Kata-kata yang dicetak tebal dalam kalimat di atas adalah P. katameringkik pada kalimat (a)
memberitahukan perbuatan kuda. Kelompok katasedang tidur siang pada kalimat (b)
memberitahukan melakukan apa ibu,cantik jelita pada kalimat (c) memberitahukan bagaimana
putrinya, dalamkeadaan aman pada kalimat (d) memberitahukan situasi kota Jakarta, belang tiga
pada kalimat (e) memberitahukan ciri kucingku, mahasiswa baru pada kalimat (f)
memberitahukan status Robby, dan lima pada kalimat (g) memberitahukan jumlah rumah Pak
Hartawan.

Berikut ini contoh kalimat yang tidak memiliki P karena tidak ada kata-kata menunjuk pada
perbuatan, sifat, keadaan, ciri, atau status pelaku atau bendanya.

(a) Adik saya yang gendut lagi lucu itu.


(b) Kantor kami yang terletak di Jln. Gatot Subroto.
(c) Bandung yang terkenal kota kembang.

Walaupun contoh (a), (b), (c) ditulis persis seperti lazimnya kalimat normal, yaitu diawali
dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, namun di dalamnya tidak ada satu kata pun

BAHASA INDONESIA 1
31
yang berfungsi sebagai P. Tidak ada jawaban atas pertanyaan melakukan apa adik yang gendut
lagi lucu (pelaku) pada contoh (a), tidak ada jawaban atas pertanyaan kenapa atau ada apa
dengan kantor di Jalan Gatot Subroto dan Bandung terkenal sebagai kota kembang itu pada
contoh (b) dan (c). karena tidak ada informasi tentang tindakan, sifat, atau hal lain yang dituntut
oleh P, maka contoh (a), (b), (c) tidak mengandung P. Karena itu, rangkaian kata-kata yang
cukup panjang pada contoh (a), (b), (c) itu belum merupakan kalimat, melainkan baru merupakan
kelompok kata atau frasa.

3. Objek (O)

Objek (O) adalah bagian kalimat yang melengkapi P. objek pada umumnya diisi oleh
nomina, frasa nominal, atau klausa. Letak O selalu di belakang P yang berupa verba transitif,
yaitu verba yang menuntut wajib hadirnya O, seperi pada contoh di bawah ini.

 Nurul menimang …
 Arsitek merancang …
 Juru masak menggoreng …

Verba transitif menimang, merancang, dan menggoreng pada contoh tersebut adalah P yang
menuntut untuk dilengkapi. Unsur yang akan melengkapi P pada ketiga kalimat itulah yang
dinamakan objek.

Jika P diisi oleh verba intransitif, O tidak diperlukan. Itulah sebabnya sifat O dalam kalimat
dikatakan tidak wajib hadir. Verba intransitive mandi, rusak, pulang yang menjadi P dalam
contoh berikut tidak menuntut untuk dilengkapi.

 Nenek mandi.
 Komputerku rusak.
 Tamunya pulang.

Objek dalam kalimat aktif dapat berubah menjadi S jika kalimatnya dipasifkan.
Perhatikan contoh kalimat berikut yang letak O-nya di belakang dan ubahan posisinya bila
kalimatnya dipasifkan.

BAHASA INDONESIA 1
32
 Martina Hingis mengalahkan Yayuk Basuki (O)
 Yayuk Basuki (S) dikalahkan oleh Martina Hingis.
 Orang itu menipu adik saya (O)
 Adik saya (S) ditipu oleh orang itu.

4. Pelengkap (Pel)

Pelengkap (P) atau komplemen adalah bagian kalimat yang melengkapi P. letak Pelengkap
umumnya di belakang P yang berupa verba. Posisi seperti itu juga ditempati oleh O, dan jenis
kata yang mengisi Pel dan O juga sama, yaitu dapat berupa nomina, frasa nominal, atau klausa.
Namun, antara Pel dan O terdapat perbedaan. Perhatikan cnntoh di bawah ini:

(a) Ketua MPR membacakan Pancasila.

         S                  P             O

(b) Banyak orpospol berlandaskan Pancasila.

         S                    P            Pel

Kedua kalimat aktif (a) dan (b) yang Pel dan O-nya sama-sama diisi  oleh nomina Pancasila,
jika hendak dipasifkan ternyata yang bisa hanya kalimat (a) yang menempatkan Pancasila
sebagai O. Ubahan kalimat (a) menjadi kalimat pasif adalah sebagai berikut:

Pancasila dibacakan oleh ketua MPR.


     S                     P               O

Posisi Pancasila sebagai Pel pada kalimat (b) tidak bisa dipindah ke depan menjadi S dalam
kalimat pasif. Contoh berikut adalah kalimat yang tidak gramatikal.

Pancasila dilandasi oleh banyak orsospol.

Hal lain yang membedakan Pel dan O adalah jenis pengisinya. Selain diisi oleh nomina dan
frasa nominal, Pelengkap dapat juga diisi oleh frasa adjectival dan frasa preposisional.

BAHASA INDONESIA 1
33
Di samping itu, letak Pelengkap tidak selalu persis di belakang P. Apabila dalam kalimatnya
terdapat O, letak pel adalah di belakang O sehingga urutan penulisan bagian kalimat menjadi S-
P-O-Pel. Berikut adalah beberapa contoh pelengkap dalam kalimat.

 Sutardji membacakan pengagumnya puisi kontemporer.


 Mayang mendongengkan Rayhan Cerita si Kancil.
 Sekretaris itu mengambilkan atasannya air minum.
 Annisa mengirimi kakeknya kopiah bludru.
 Pamanku membelikan anaknya rumah mungil.

5. Keterangan (Ket)

Keterangan (Ket) adalah bagian kalimat yang menerangkan berbagai hal mengenai bagian
kalimat yang lainnya. Unsur Ket dapat berfungsi menerangkan S, P, O, dan Pel. Posisinya
bersifat bebas, dapat di awal, di tengah, atau di akhir kalimat. Pengisi Ket adalah frasa nominal,
frasa preporsisional, adverbia, atau klausa.

5.3. Ciri-Ciri Kalimat Efektif

Adapun ciri-ciri kalimat efektif yaitu sebagai berikut:


1. Memiliki unsur penting atau pokok, minimal unsur SP.
2. Taat terhadap tata aturan ejaan yang berlaku.

3. Menggunakan diksi yang tepat.

4. Menggunakan kesepadanan antara struktur bahasa dan jalan pikiran yang logis dan
sistematis.

5. Menggunakan kesejajaran bentuk bahasa yang dipakai.

6. Melakukan penekanan ide pokok.

7. Mengacu pada kehematan penggunaan kata.

8. Menggunakan variasi struktur kalimat.

BAHASA INDONESIA 1
34
5.4. Syarat-Syarat Kalimat Efektif
1. Koherensi
Adalah Hubungan timbal balik yang baik dan jelas antara unsur - unsur (kata atau
kelompok kata) yang membentuk kata itu.
2. Kesatuan
Suatu kalimat efektif harus mempunyai struktur yang baik. Artinya, kalimat itu harus
memiliki unsur - unsur subyek dan predikat, atau bisa ditambah dengan obyek,
keterangan, dan pelengkap yang bisa melahirkan arti yang merupakan ciri - ciri keutuhan
kalimat.
3. Kehematan
Yang dimaksud disini adalah kehematan dalam pemakain kata, frase atau bentuk lainnya
yang dianggap tidak diperlukan. Kehematan tersebut menyangkut soal gramatikal dan
makna kata. Namun, dalam hal ini tidak berarti bahwa kata yang menambah kejelasan
kalimat boleh dihilangkan.
4. Paralelisme atau kesejajaran
Adalah kesamaan bentuk kata atau imbuhan yang digunaka dalam kalimat itu Jika
pertama menggunakan verba, maka bentuk kedua juga menggunakan verba. Lalu, jika
kalimat pertama menggunakan kata kerja berimbuhan me-, maka kalimat berikutnya juga
harus menggunakan kata kerja berimbuhan me-, juga.
5. Penekanan
Gagasan pokok atau misi yang ingin ditekankan oleh pembicara biadanya dilakukan
dengan memperlambat ucapan, melirihkan suara, dan sebagainya pada bagian kalimat
tadi.
6. Kevariasian
Untuk menghindari kebosanan dan keletihan saat membaca, diperlukan variasi dalam
teks. Ada kalimat yang dimulai dengan subyek, predikat atau keterangan. Ada kalimat
yang pendek dan panjang
7. Logis/Nalar

BAHASA INDONESIA 1
35
Suatu kalimat dikatakan logis apabila informasi dalam kalimat tersebut dapat diterima
oleh akal atau nalar. Logis atau tidaknya kalimat dilihat dari segi maknanya, bukan
strukturnya. Suatu kalimat dikatakan logis apabila gagasan yang disampaikan masuk
akal, hubungan antar gagasan dalam kalimat masuk akal, dan hubungan gagasan pokok
serta gagasan penjelas juga masuk akal.

5.5. Struktur Kalimat Efektif

Struktur kalimat efektif haruslah benar. Kalimat itu harus memiliki kesatuan bentuk, sebab
kesatuan bentuk itulah yang menjadikan adanya kesatuan arti. Kalimat yang strukturnya benar
tentu memiliki kesatuan bentuk dan sekaligus kesatuan arti. Sebaliknya kalimat yang strukturnya
rusak atau kacau, tidak menggambarkan kesatuan apa-apa dan merupakan suatu pernyataan yang
salah.

Jadi, kalimat efektif selalu memiliki struktur atau bentuk yang jelas. Setiap unsur yang
terdapat di dalamnya (yang pada umumnya terdiri dari kata) harus menempati posisi yang jelas
dalam hubungan satu sama lain. Kata-kata itu harus diurutkan berdasarkan aturan-aturan yang
sudah dibiasakan. Tidak boleh menyimpang, aalagi bertentangan. Setiap penyimpangan biasanya
akan menimbulkan kelainan yang tidak dapat diterima oleh masyarakat pemakai bahasa itu.

Misalnya, Anda akan menyatakan Saya menulis surat buat papa. Efek yang ditimbulkannya
akan sangat lain, bila dikatakan:

 Buat Papa menulis surat saya.


 Surat saya menulis buat Papa.
 Menuis saya surat buat Papa.
 Papa saya buat menulis surat.
 Saya Papa buat menulis surat.
 Buat Papa surat saya menulis.

Walaupun kata yang digunakan dalam kalimat itu sama, namun terdapat kesalahan.
Kesalahan itu terjadi karena kata-kata tersebut (sebagai unsur kalimat) tidak jelas fungsinya.

BAHASA INDONESIA 1
36
Hubungan kata yang satu dengan yang lain tidak jelas. Kata-kata itu juga tidak diurutkan
berdasarkan apa yang sudah ditentukan oleh pemakai bahasa.

Demikinlah biasanya yang terjadi akibat penyimpangan terhadap kebiasaan struktural


pemakaian bahasa pada umumnya. Akibat selanjutnya adalah kekacauan pengertian. Agar hal ini
tidak terjadi, maka si pemakai bahasa selalu berusaha mentaati hukum yang sudah dibiasakan.

BAHASA INDONESIA 1
37
BAHASA INDONESIA 1
38

Anda mungkin juga menyukai