Anda di halaman 1dari 74

“KADIN COL”

BUSANA PESTA MALAM


SUMBER IDE TURK

INDAH SETYAWATI
13513241041

PENDIDIKAN TEKNIK BUSANA


PENDIDIKAN TEKNIK BOGA DAN BUSANA
FALKUTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2021

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK


BUSANA JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK BOGA
BUSANA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2020
LEMBAR PENGESAHAN

PRODUK INOVASI PRODUK FASHION

DENGAN JUDUL :

“KADIN COL” BUSANA PESTA MALAM


DENGAN SUMBER IDE TURK

Disusun Oleh :

Indah Setyawati

13513241040

Telah memenuhi syarat dan diuji oleh Dosen Pembimbing mata kuliah
Karya Inovasi Produk Fashion pada Januari 2021

Yogyakarta, 5 Januari 2021

Mengetahui,

Koordinator Program Studi Dosen Pembimbing,

S1 Pendidikan Teknik Busana,

Mohammad Adam Jerusalem, Ph.D. Kapti Asiatun, M,Pd

NIP.197803122002121001 NIP. 196306101988122001

Dekan Fakultas Teknik UNY,

Prof. Herman Dwi Surjono, M.Sc., M.T., Ph.D

NIP. 196402051987031001
ii
SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Indah Setyawati

NIM : 13513241040

Program Studi : Pendidikan Teknik Busana – S1

Judul :“Kadin Col”


BUSANA PESTA MALAM SUMBER IDE TURK

Menyatakan bahwa Karya Inovasi Produk Fashion ini benar – benar karya saya
sendiri. Sepanjang sepengetahuan saya tidak terdapat kerya atau pendapat yang ditulis
atau diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan kutipan dengan mengikuti tata
penulisan karya ilmiah yang telah lazim.

Yogyakarta, Januari 2021


Yang menyatakan,

Indah Setyawati
NIM 13513241041

iii
“KADIN COL”

BUSANA PESTA MALAM DENGAN SUMBER IDE TURK

ABSTRAK

Penciptaan PRODUK inovasi produk fashion ini bertujuan untuk: (1) Mencipta desain
busana pesta malam wanita dengan sumber idet Turk. (2) Mendeskripsikan
pembuatan busana pesta malam wanita dengan sumber ide Turk. (3) Menampilkan
busana melalui pergelaran fashion show dengan tema “AUTHENTURE” yang
menampilkan busana pesta malam untuk wanita sumber ide Turk.

Proses penciptaan desain meliputi: mengkaji tema, trend dan sumber ide. Serta proses
pembuatan busana meliputi: (1) persiapan yang didalamnya meliputi: pembuatan
pola, mengutip pola kebahan, memasang bahan penunjang (2) tahap pembuatan yang
didalamnya meliputi: menjahit dan menghias busana, pengepasan dengan model, (3)
finishing yang didalamnya meliputi: menyelesaikan kampuh, pengecekkan ukuran
dan pengepressan, menyelesaikan tepi busana, menghias busana dan pengepressan
terakhir.

Hasil penciptaan produk inovasi fashion ini adalah: 1) terciptanya desain busana pesta
malam wanita dengan sumber ide Turk yang disajikan dalam Disain Ilustrasi. (2)
Perwujudan produk busana pesta malam wanita dengan sumber ide Turk yang terdiri
dari tiga bagian utama, yaitu kemben serta rok asimetris dan jubah yang berhiaskan
hiasan busana berupa patchwork (3) busana pesta malam wanita muda ini ditampilkan
dalam pergelaran busana “Authenture” yang diselenggarakan pada hari Selasa, 19
April 2016 di Auditorium UNY.

Kata kunci : Busana Pesta Malam Wanita, Turk, Authenture

iv
“KADIN COL”

NIGHT FASHION OUTWEAR WITH SOURCE IDEA OF TURK

ABSTRACT

The creation of this fashion product innovation work aims to: (1) Create a fashion
design for evening parties with the source of the idea of Turk. (2) Describe the making
of evening dresse for woman with the source of the idea of Turk. (3) Showing the final
result through a fashion show with the theme "AUTHENTURE" which features
evening party dresses for woman with Turk as the source of ideas.

The process of creating designs includes: reviewing themes, trends and sources of
ideas. The process of making clothes includes: (1) preparation that includes: making
patterns, quoting the pattern of resistance, installing supporting materials, (2) making
process that includes: sewing and decorating, fitting, (3) finishing that includes:
checking and pressing, finishing the edges of the dress, decorating the clothes and the
last pressing.

The results of the creation of innovative fashion products are: 1) The creation of
fashion designs for woman evening parties with Turk as source of the idea being
presented in Ilustration Design. (2) Embodiment of woman evening party outwear
with the source of the idea of Turk is a dress consisting of three main parts, a bustie,
an asymetric skirt,and a cape with patchwork as the point of interest. (3) this evening
outwear is displayed in the "Authenture" fashion show which was held on Tuesday,
19th of April 2016 at Yogyakarta State University’s Auditorium.

Keywords: Woman Night Outwear, Turk , Authenture

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur Kehadirat Allah SWT karena telah memberikan rahmat serta
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan “Laporan Karya Inovasi Produk
Fashion”. Penulisan laporan ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Proyek
Akhir Karya Inovasi Produk Fashion.

Namun tentu saja penulisan laporan ini terselesaikan tidak dengan usaha
penulis sendiri, tetapi juga karena dukungan dan bimbingan pihak-pihak terkait. Oleh
karena itu, penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada:

1. Dra.Kapti Asiatun, M.Pd, selaku dosen pengampu mata Kuliah Inovasi


Produk Fashion yang telah membimbing kami serta ilmu dan dukungan
selama menjalani mata kuliah Proyek Akhir Karya Inovasi Produk
Fashion.
2. Orang tua yang senantiasa memberikan semangat serta dukungan pada
penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan mata kuliah Karya
Inovasi Produk Fashion.
3. Serta teman-teman dan semua pihak yang telah membantu dari awal
hingga akhir penulisan laporan baik secara langsung maupun tidak
langsung sehingga laporan ini dapat selesai sesuai yang diharapkan.

Laporan ini tentu saja jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran yang dapat membuat laporan ini mendekati kata
sempurna. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca maupun penulis.

Yogyakarta, 5 Januari 2020

Indah Setyawati
13513241040

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i


LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................... ii
SURAT PERNYATAAN.................................................................................... iii
ABSTRAK .......................................................................................................... iv
ABSTRACT......................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ........................................................................................ vi
DAFTAR ISI ...................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penciptaan Produk....................................... 1
B. Rumusan Penciptaan Produk.................................................. 2
C. Tujuan Penciptaan Produk..................................................... 3
D. Manfaat Penciptaan Produk................................................... 3
E. Spesifikasi Produk yang Diciptakan ...................................... 4

BAB II KAJIAN KONSEP PENCIPTAAN PRODUK


A. Kajian Konsep Desain Produk................................................ 6
1. Kajian Tema Pagelaran................................................... 6
2. Kajian Trend..................................................................... 7
3. Kajian Sumber Ide ......................................................... 8
4. Kajian Penciptaan Produk ............................................. 10
B. Kajian Konsep Pembuatan Produk....................................... 11
1. Pengambilan Ukuran ................................................... 12
2. Teknologi Busana ........................................................... 13
3. Hiasan Busana ……........................................................ 18

vii
BAB III METODE PENCIPTAAN PRODUK
A. Penciptaan Desain
1. Mengkaji tema, trend dan sumber ide......................................19
2. Menentukan tema, trend dan sumber ide..................................19
3. Mengaplikasikan tema, trend dan sumber ide..........................19
4. Penyusunan Moodboard...........................................................20
5. Desain Sketsa...........................................................................21
6. Desain Presentasi.....................................................................21
7. Desain Kerja.............................................................................23
B. Prosedur dan Teknik Pembuatan Produk
1. Penentuan Bahan baku.............................................................24
2. Penentuan Ukuran Tubuh.........................................................25
3. Pembuatan Pola........................................................................26
4. Penghitungan Biaya Produksi dan Harga Jual.........................35
5. Proses dan Teknik Cutting.......................................................36
6. Penjahitan Busana....................................................................37
7. Finishing..................................................................................37
8. Evaluasi...................................................................................38
C. Rancangan Pergelaran Produk
1. Persiapan..................................................................................39
2. Pelaksanaan..............................................................................40
3. Evaluasi....................................................................................43

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Penciptaan Produk
1. Hasil Penciptaan Desain Produk .............................................44
2. Hasil Pembuatan Produk..........................................................45

B. Pembahasan………………..................………………….......47

viii
BAB V SIMPULAN DAN SARAN .................................................................52

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................55

ix
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1. Spesifikasi Produk 6
Tabel 2. Penentuan Bahan 46

x
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1. Turk 7
Gambar 2. Sub Tema Timurid 13
Gambar 3. Busana Berperang Bangsa Persia 15
Gambar 4. Desain Moodboard 34
Gambar 5. Desain Sketsa 35
Gambar 6. Desain Ilustrasi 38
Gambar 7. Disain Produksi 39
Gambar 8. Desain Produksi II 41
Gambar 9. Pola Dasar Badan Sistem So En 42
Gambar 10. Pola Bustie Hasil Pengembangan Pola So En 43
Gambar 11. Pola Dasar Rok 45
Gambar 12. Pola Perubahan Ro 48
Gambar 13. Tata Atur Kursi 49
Gambar 14. Desain Backdrop 51
Gambar 15. Ilustrasi Desain 52
Gambar 16. Hasil Pembuatan Patchwork 53
Gambar 17. Hasil Pembuatan Produk Bagian Depan 53
Gambar 18. Hasil Pembuatan Produk Bagian Belakang 53
Gambar 19. Busana yang diperagakan model 56
Gambar 20. Tata Panggung 57

xi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penciptaan Produk


Berbusana merupakan kebutuhan pokok setiap individu dalam
kehidupan sehari – hari. Berbagai jenis busana dibuat untuk memenuhi
kebutuhan manusia di berbagai aktivitas kegiatan yang dilakukan.
Busana mempunyai konotasi “pakaian yang bagus atau indah” yaitu
pakaian yang serasi, harmonis, selaras, enak di pandang, nyaman
melihatnya, cocok dengan pemakai serta sesuai dengan kesempatan
(Ernawati, dkk 2008:23)
Busana juga dipengarhui oleh perkembangan teknologi dan
informasi yang membuat setiap orang mampu dengan mudahnya untuk
mengakses informasi dan teknologi terbaru. Perubahan ini mencakup
di berbagai bidang yang salah satunya pada bidang busana yang dimana
setiap tahun mengalami perubahan trend busana. Tidak hanya trend
yang berkembang, tetapi juga kualitas bahan yang semakin bagus dan
semakin banyak variasi pilihan.
Karena perkembangan tersebut setiap negara melakukan
inovasinya sendiri untuk bisa bersaing. Namun tidak semua negara
memiliki teknologi yang sama untuk menghasilkan produk yang
berkualitas tinggi. Seperti yang dilakukan di Indonesia sekarang,
sebagai sebuah negara berkepulauan yang besar dengan berbagai
budaya dari etnis-etnis atau suku-suku yang ada, membuat negara
Indonesia memiliki potensi besar pada sektor bahan tekstil tradisional.
Sebagai salah satu negara destinasi pariwisata baik lokal maupun
mancanegara, kain tradisional selalu menjadi daya tarik tersendiri bagi
para wisatawan. Baik dari keunikan motif, jenis bahan dan cara
pembuatan kain yang berbeda-beda dari satu daerah dengan daerah

1
lainnya. Hal ini membuat para pakar fashion mulai melirik bahan
tradisional lokal. Banyaknya suku atau etnis di Indonesia, menjadikan
Indonesia begitu kaya akan bahan atau kain tradisional. Bahan atau
kain tradisional yang dihasilkan memiliki kualitas tinggi dan
merupakan kerajinan tangan yang indah yang bernilai seni tinggi, kain
tradisional yang dihasilkan begitu beragam seperti kain tenun, songket,
kain batik, dll. Produk kain tradisional di Indonesia inilah yang kini
menjadi icon yang bisa menjadi daya saing dengan produk luar negeri.
Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya disainer lokal yang mulai
mengangkat kain tradisional dan menerapkannya pada disain busana
karya mereka. Seperti pada pergelaran busana Jakarta Fashion Week,
para desainer berlomba-lomba menampilkan busana karya mereka
dengan perpaduan bahan tradisional. Hal ini menunjukkan betapa besar
minat fashion di Indonesia dengan kain tradisional. Dengan semakin
besar minat masyarakat pada kain tradisional maka akan semakin
mendukung pertumbuhan produsen kain tradisional.
Selain daripada itu selera masyarakat akan bermacam warna,
motif, tekstur, dan bentuk busana mempengaruhi gaya berbusana dan
penampilan pemakai. Penampilan tersebut perlu disesuaikan dengan
fungsi dan kesempatan pemakaian busana yang akan dikenakan.
Kesempatan pesta merupakan salah satu kegiatan yang membutuhkan
busana yang khusus untuk dikenakan. Busana pesta adalah busana
yang dipakai untuk menghadiri suatu pesta. kapan pesta itu diadakan,
apakah pestanya pagi, siang, sore ataupun malam, karena perbedaan
waktu juga mempengaruhi model, bahan dan warna yang akan
ditampilkan (Ernawati, dkk 2008: 32). Busana pesta dikategorikan
pesta pagi, siang, sore dan pesta malam hari dengan berbagai macam
acaranya. Seperti pada busana pesta pada sore hari atau cocktail party,
memiliki bentuk dimana gaun lebih terlihat semi formal, berwarna

2
cerah dan panjang gaun maksimal pada betis kaki. Sedangkan untuk
pesta malam hari pada umumnya dikenakan untuk pesta formal dan
terkesan eksklusif.
Semangat mengangkat kearifan budaya lokal ini juga
diterapkan pada Pergelaran Proyek Akhir Busana yang berjudul
“AUTHENTURE” (Authenticity For Human Nature) pada mata kuliah
proyek akhir oleh para mahasiswa-mahasiswa program studi
Pendidikan Teknik Busana (S1) dan Teknik Busana (D3). Pada
pergelaran proyek akhir ini, mahasiswa berkesempatan menampilkan
karya busana pesta pagi, evening, cocktail, malam dan gala.
Pagelaran Proyek Akhir kali ini mengangkat tema
“AUTHENTURE” yang merupakan singkatan dari Authenticity For
Human Nature yang berarti keaslian dari kealamian manusia.
Authenticity adalah sebuah istilah tertulis dalam filosofi seni dan
psikologi. Authenticity menggambarkan tingkatan kekuatan pribadi,
spirit, dan karakter seseorang dalam menghadapi pengaruh tekanan
lingkunan eksternal. Dan human nature telah diartikan sebagai sifat
dasar atau bagian penting dari diri manusia uang diyakini telah menetap
dalam waktu yang cukup lama dan melalui beragam bentuk budaya.
Sedangkan pada zaman sekarang ini manusia cenderung sibuk
dengan dirinya sendiri, sibuk dengan dunia maya yang kita kenal
dengan social media dan interaksi hubungan sesame manusia pun
berkurang. Oleh karena itu seiring berjalannya waktu keaslian dari sifat
manusia sendiri memudar karena adanya teknologi modern saat ini
yang berkembang sangat pesat.
Pada pergelaran Proyek Akhir ini mengusung trend 2016 yaitu
Resistance. Resistance merupakan tawaran trend global 2016/2017,
merespon perkembangan pola pikir masyarakat yang berupaya
melindungi diri karena kehidupan yang terlalu didominasi kemajuan

3
teknologi. Bagaimana hubungan teknologi dengan alam, kemanusiaan
dan pola hidup mayarakat urban dituangkan dalam empat tawaran tema
yang masing masing kemudian diungkapkan dalam bentuk,style,detail
dan warna. Empat kecenderungan ini merespon berbagai tipe selera
masyarakat. Penjabarannya diharapkan dapat member pilihan untuk
dikembangkan lebih lanjut oleh pelaku usaha. Empat tema yang
ditawaran yaitu biopop, humany, colony dan refigium.
Pada kesempatan ini, penulis mendapat tema Refigium dengan
subtema Timurid yang merupakan salah satu acuan bagi penulis untuk
menciptakan busana pesta malam. Penulis menciptakan busana pesta
malam dengan mengambil sumber ide busana Turk yang berasal dari
bahasa Turki yang berartikan pelingdung kepala. Sumber ide yang
diambil berdasarkan trend yang ada akan digunakan penulis untuk
menciptakan karya busana pesta degan judul Kadin Col yang berarti
wanita gurun.

B. Rumusan Penciptaan Produk

1. Bagaimana mencipta suatu desain busana pesta malam untuk


wanita dengan tema refugium, sub tema timurid, dan sumber ide
Turk?
2. Bagaimana pembuatan busana pesta malam untuk wanita dengan
tema refugium, sub tema timurid, dan sumber ide Turk?
3. Bagaimana menyelenggarakan busana melalui pergelaran fashion
show dengan tema “AUTHENTURE” dan menampilkan busana
busana pesta malam untuk wanita dengan tema refugium, sub tema
timurid, dan sumber ide Turk?

4
C. Tujuan Penciptaan Produk Busana
Tujuan busana ini diciptakan adalah sebagai berikut:
1. Menciptakan desain busana pesta dengan tema refugium, sub
tema timurid, dan sumber ide Turk untuk diperagakan oleh
model pada pagelaran busana TA/PA.

2. Membuat produk busana pesta dengan tema refugium, sub


tema timurid, dan sumber ide Turk untuk diperagakan oleh
model pada pagelaran busana TA/PA.

3. Menyelenggarakan pagelaran busana yang merupakan Tugas


Akhir/Proyek Akhir yang bertajuk “AUTHENTURE”
(Authenticity For Human Nature) yang menampilkan desain
busana pesta dengan tema refugium, sub tema timurid, dan
sumber ide Turk.

D. Manfaat Penciptaan Produk


Manfaat penciptaan Karya inovasi produk fashion adalah sebagai
berikut:
1. Mendapatkan pembelajaran mengenai pembuatan produk
inovasi fashion dan sistematika dalam pembuatannya hingga
tercipta suatu produk busana.
2. Mampu membuat produk busana yang diperagakan oleh model
dalam pagelaran busana.
3. Mampu menampilkan produk mahasiswa pada pagelaran
busana TA/PA yang bertajuk “AUTHENTURE” (Authenticity
For Human Nature).

5
E. Spesifikasi Produk yang Diciptakan

BUSANA PESTA MALAM KADIN COL

Tabel 1. Spesifikasi Produk

Bahan Trend Sumber Ide Desain

Kain tenun
jepara Refugium Turk Unsur desain
dengan (Pelindung
sub tema kepala baja) 1. Garis
trend - Lurus : memberi kesan
Kain lurik Timurid tegas, maskulin,kuat
Kain organza
Kain satin 2. Bentuk
- Berupa siluet A-line
3. Warna
- Hijau
- Cokat
- Biru
4. Tekstur
Kasar dan Bergelombang
5. Ukuran
Sesuai ukuran model
NIGHT OUTWEAR
Style : Artsy Ethnic
Look : Sahara look
Detail : Patchwork

6
Konsep busana pesta yang akan ditampilkan dalam peragaan
merupakan busana pesta berdasarkan referensi buku trend forcasting
2016/2017 yaitu Resistance yang berarti pertahanan. Dimana dalam
penerapannya penulis dapat mengambil sumber ide salah satu
pelindung kepala yang dirancang bangsa Timurid pada abad ke 14
untuk melindungi kepala pada saat berperang dengan bangsa lain dan
dengan sumber ide tersebut penulis mampu sedemikian rupa
merancang desain busana sehingga dapat menampilkan busana pesta
yang memiliki kesan tegas dan kuat namun tetap menampikan sisi ke
anggunan.
Busana pesta malam ini terdiri dari 3 peaces yaitu jubah, bustie
dan rok. Bahan utama dari busana ini adalah kain tenun jepara dengan
warna dominan coklat tanah dan biru yang dikombinasikan dengan
kain organza dan lurik udan grimis berwarna hijau

Gambar 1. Turk

7
Pelindung kepala bangsa timurid melambangkan keamanan,
kebanggaan atas bangsanya dan kesetiaan membela bangsa, dari
pengertian tersebut diharapkan busana ini juga melambangkan keamanan
wanita yang mengenakannya, dikarenakan pada jaman sekarang para
wanita sering merasa terintimidasi dari lingkungan dan oleh hal tersebut
busana ini diharapkan dapat memberi rasa aman pada si pengguna karena
penggunaan jubah yang menutupi hamper seluruh bagian tubuh. Busana
ini menampilkan mozaik khas bangsa timurid yang disusun dari
patchwork beberapa jenis kain yang melambakan kebanggaan si
pengguna busana dengan chiri khas bangsanya.

Warna yang digunakan dalam penciptaan busana ini mengambil


dari palet warna yang ditawarkan dalam buku trend forcasting. Penulis
mengambil perpaduan warna hijau coklat dan biru sebagai paduan warna
yang ditampilkan pada busana pesta agar menampilkan kesan segar dan
sejuk.

Kain tradisional yang digunakan dalam pembuatan busana adalah


kain tenun Jepara, dimana terdapat unsur warna hijau dan coklat yang
terdapat pada kain tesebut. Selain itu, pemilihan kain tenun juga
didasarkan pada motif yang terdapat pada kain tersebut sangat menarik
dan unik sehingga dapat memunculkan kesan tradisional yang modern.
Tekstur kain yang kasar juga memenuhi kriteria imajinasi penulis ketika
membuat desain yang mengacu pada tema yang diberikan. Penggunaan
kain panca warna ini dikombinasikan dengan kain sari dari India yang
masih bertekstur tapi berwana terang untuk memberi suasana yang ceria
pada busana pesta.

Detail hiasan busana yang ditampilkan pada busana berupa pola


yang terbentuk dari patchwork terbentuk dari dua jenis kain yaitu kain
tenun Jepara dan kain Sari India yang dibentuk menggunakan teknik

8
patchwork sehingga membentuk motif baru yang terinspirasi dari mozaik
bangsa Turki. Detail hiasan ini diaplikasikan pada jubah dan rok busana
pesta untuk menampilkan kesan tegas pada pemakainya serta memberikan
efek pusat perhatian pada busana.

9
BAB II

KAJIAN KONSEP PENCIPTAAN PRODUK

A. Kajian Konsep Desaim Produk

1. Kajian Tema Pagelaran

Peragaan busana/ fashionshow adalah suatu parade yang


diselenggarakan untuk memamerkan atau memperkenalkan busana yang
dikenakan oleh boneka hidup (peragawati/peragawan) dengan tujuan
tertentu. Pergelaran busana adalah salah satu cara untuk memperagakan,
memperkenalkan dan memamerkan busana pada masyarakat yang
diperagakan oleh peragawati dengan tujuan tertentu. Pergelaran busana
dapat juga diartikan sebagai suatu kegiatan yang memperkenalkan dan
mempromosikan rancangan atau kreasi terbaru dari perancang yang
diperagakan oleh model dengan tujuan tertentu.

Tujuan Penyelenggaraan Pergelaran Busana


Suatu penyeleggaraan peragaan busana bertujuan untuk :
a. Untuk mempromosikan suatu hasil karya atau kreasi terbaru dari
perancang.
b. Mengumpulkan dana bagi badan social seperti panti asuhan, panti
jompo, dan lain-lain.
c. Sebagai sarana hiburan secara selingan dari suatu pesta atau pertemuan.
d. Mendidik para siswa dari sekolah kejuruan di bidang busana baik
formal maupun nonformal.
Dari tujuan tersebut dapat disimpulkan bahwa suatu gelar busana
diselenggarakan dengan tujuan sebagai sarana mempromosikan produksi
busana. Penyelenggaraan gelar busana dengan suatu tujuan tertentu
membutuhkan biaya yang tidak sedikit jumlahnya. Oleh karena itu untuk

10
meringankan biaya suatu penyelenggaraan busana, panitia gelar busana
mencari dana melalui sponsor.

Autenture dipilih menjadi tema utama yang merupakan sebuah


istilah yang tertulis dalam filosofi seni dan psikologi. Authenticity
menggambarkan tingkatan kekuatan pribadi, spirit dan karakter seseorang
dalam menghadapi penggaruh takanan lingkungan. Dan Human Nature
berarti sifat ideal dalam diri manusia. Dan kedua kata tersebut disatukan
menjadi Authenture yang kami pilih menjadi tema utama pagelaran busana
pendidikan teknik dan teknik busana 2016.

Tema dalam penciptaan desain ini menggunakan unsur kain


tradisional Indonesia sebagai bentuk pelestarian budaya dan keunikan dari
berbagai daerah di Indonesia. Berdasarkan musyawarah dari panitia yang
terdiri dari mahasiswa teknik busana yang mengikuti mata kuliah proyek
akhir karya inovasi produk fashion mengambil tema “AUTHENTURE”
yang berarti Authenticity For Human Nature yang diartikan sebagai
penggambaran tingkatan kekuatan pribadi, spirit, dan karakter seseorang
dalam menghadapi pengaruh tekanan lingkungan eksternal.

Authenticity adalah sebuah istilah dalam filosofi seni dan psikologi.


Authenticity menggambarkan tingkatan kekuatan pribadi, spirit, dan
karakter seseorang dalam menghadapi pengaruh tekanan lingkungan
eksternal. Human nature telah diartikan sebagai sifat ideal dalam diri
manusia. Manusia yang cenderung sibuk dengan dirinya sendiri di zaman
sekarang dengan dunia sosial yang serba canggih memaksa manusia untuk
terus up to date dalam interaksi maya dan jarang untuk terlibat dalam dunia
sosialnya. Seiring berjalannya waktu kehidupan bersosial semakin
memudar dan malah berkomunikasi lewat gadgetnya. Human nature
memiliki fungsi sebagai penyeimbang dari sifat dasar manusia yang

11
menetap dalam diri manusia sebagai benteng dari masuknya beragam
bentuk budaya.

Karya-karya yang ditampilkan merupakan paduan dari penggunaan


penggunaan unsur budaya Indonesia dalam menghadapi masuknya
pengaruh asing. Melalui tema ini diharapkan mahasiswa dapat ikut serta
dalam menjaga warisan budaya dan alam yang ada terhadap pengaruh asing
yang dapat merusak keindahan dan berbagai potensi alam dan budaya
Indonesia.

2. Kajian Trend

Tema besar yang dibawakan buku trend forecasting yang


dijadikan referensi utama bertajuk “Resistance”. Sejatinya proteksi
merupakan tema besar dan inti dari trend saat ini terhadap hal –hal yang
belum tentu terjadi. Namun yang sedang dirasakan hari ini adalah
rusaknya alam akibat eksploitasi besar – besaran untuk mengambil
manfaat sebanyak – banyaknya tanpa memperdulikan kondisi alam yang
sudah mulai rusak akibat ulah manusia sendiri.

Kondisi darurat yang seringkali tak disadari menjadi permanen itu


menjadikan dasar pemikiran kemanusiaan untuk memberi keamanan dan
kualitas hidup dalam situasi penuh keterbatasan dengan menggunakan
konsep-konsep inovasi frugal yang menyerap pengetahuan kultural dan
geografis, diantaranya dengan tampilan yang mengingatkan akan kriya
tradisional. Didiukung oleh teknologi dengan kecepatan dan efisiensinya,
menghasilkan karya-karya genial dengan kenyamanan kultural bagi
penggunanya, menjadi refugium yang bisa mengalihkan rasa keterasingan
dan memberikan harapan baru. Biasanya menggunakan Pod Inspiration.

Bentuk geometris-dekoratif terinspirasi oleh tradisi dinasti


Timurid dari Asia Tengah yang memiliki kemiripan dengan basis kultural

12
kebanyakan pengungsi dunia. Tradisi ini kemudian dipadukan dengan
material dan proses dengan teknologi modern, menghasilkan karya
ethnomodern dengan garis-garis dan warna eksotis sebagai aksen. Ciri
khas dari timurid merupakan warna natural dengan warna eksotis.

Timurid yang merupakan sub tema dari refugium adalah tema


yang didapatkan oleh penulis dalam pembuatan karya busana pesta yang
akan ditampilkan pada fashion show proyek akhir siswi tata busana pada
tahun 2016.

Gambar 2. Sub Tema Timurid

3. Penerapan Sumber Ide

Dalam membuat suatu busana, seorang perancang dapat


mengambil berbagai obyek untuk dijadikan sumber ide. Sumber
ide adalah segala sesuatu yang dapat menimbulkan ide seseorang
untuk menciptakan disain ide baru (Sri Widarwati dkk, 2000:58).
Sumber ide adalah rancangan yang tersusun di dalam pikiran
(W.J.S. Poerdaminta, 1976:369). Menurut Chodiyah dan Wisri A.

13
Mamdy ( 1982:172 ), secara garis besar sumber ide dapat
dikelompokkan menjadi tiga macam :
a. Sumber ide dari penduduk dunia atau pakaian daerah di Indonesia.
b. Sumber ide dari benda-benda alam, seperti bentuk dan warna
tumbuh-tumbuhan, binatang, gelomang laut, bentuk awan, dan
bentuk geometris.
c. Sumber ide dari peristiwa nasional maupun internasional, misal
pakaian olahraga dari peristiwa PON SEA Games, atau upacara 17
Agustus.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa sumber


ide adalah segala sesuatu yang dapat menimbulkan lahirnya ide
seseorang untuk menciptakan suatu kreasi baru. Adapun beberapa
hal yang dapat dijadikan sebagai sumber ide menurut Sri Widarwati
dkk (2000:59) dapat diambil dari :
a. Ciri khusus dari sumber ide misalnya kimono Jepang yang diambil
pada bagian kerah atau lengan.
b. Warna dari sumber ide, misalnya bunga matahari yang
berwarna kuning.
c. Bentuk dan siluet dari sumber ide, misalnya bentuk burung merak.
d. Tekstur dari sumber ide, misalnya busana khas wanita
Bangkok yang menggunakan bahan sutera.

Dalam mencipta karya busana pesta malam ini, penyusun


mengambil sumber ide berupa bagian dari busana berperang yang
dikenakan oleh kaum persia di daerah Timur Tengah. Bangsa Persia
merupakan salah satu bangsa yang bertinggal secara nomaden atau
berpindah – pindah di daerah Timur Tengah. Oleh karena itu tidak
jarang mereka harus berperang melawan bangsa lain yang mereka

14
temui untuk mencari tempat tinggal yang baru, atau berperang
mempertahankan wilayah yang sedang mereka tempati. Hal tersebut
mengingatkan bahwa pertahanan juga merupakan bagian dari tema
trend 2016 yaitu resistance. Pada kesempatan kali ini penulis
memfokuskan sumber ide dari perisai kepala bangsa Persia yang
dibenama Turk yang merupakan kerucut corong besi yang berfungsi
untuk melindung bagian kepala dari para pejuang bangsa Persia.

Gambar 3. Busana Berperang Bangsa Persia


Dari teori pengembangan sumber ide, penyusun
mengembangkan sumber ide dengan cara deformasi. Deformasi
merupakan pengembangan sumber ide dengan cara
menggambarkan obyek tersebut hanya sebagian atau yang dianggap
mewakili karakteristiknya. Unsur bentuk yang dikembangkan dari
pelindung kepala ini adalah siluet dan kharakteristik yang menjadi ciri
khas bentuk pelindung kepala bangsa Persia, penggunaan jubah yang
dilengkapi dengan penutup kepala dari kain bertekstur, penerapan

15
siluet A dengan sedikit pengembangan pada bagian bawah rok yang
berupa patchwork dengan kombinasi kain yang terinspirasi dari motif
bangsa Timurid.

4. Kajian Penciptaan Produk

Dalam menciptakan sebuah desain busana tentu dilandasi


adanya trend, baik trend di masa lalu maupun trend di masa sekarang.
Trend sangat berpengaruh pada desain busana sehingga dapat
diciptakan busana yang menarik dan mengikuti perkembangan zaman.
Menurut Sri Widarwati, dkk (2000:22) trend mode adalah
kecenderungan akan suatu gaya busana tertentu

Terdapat beberapa langkah dalam mengikuti trend mode,


diantaranya :
1. Mengamati sebanyak mungkin mutakhir dari sumber mana pun.
2. Melihat kesamaan atau keseragaman dari sumber mengenai garis,
kecenderungan feminin, maskulin, atau siluetnya.
3. Memperhatikan detail-detail busana yang ada.
4. Memperhatikan jenis bahan, motif, dan warna yang sedang
digemari.
5. Menarik kesimpulan tentang gambaran keseluruhan gaya mutakhir
yang sedang berjalan.

Memahami trend fashion yang berkembang dari masa ke masa


merupakan salah satu syarat mutlak yang harus dikuasai oleh para
desainer untuk menjaga keberlangsungan bisnis fashion yang
digelutinya. Dengan memahami perubahan yang terjadi,
para desainer bisa dengan mudah membaca selera konsumen dan
menemukan ide atau inspirasi baru untuk menciptakan busana yang

16
lebih menarik. 2016 tema trend fashion dunia adalah Resistance yang
didalamnya memiliki empat sub tema yaitu Bio Pop, Humane, Colony
dan Refugium. Dalam kesempatan ini penulis mengangkat sub tema
Refugium yang khususnya adalah Timurid. Unsur desain yang
diangkat pada tema Refugium ini sangat erat kaitannya dengan konsep
inovasi frugal yang dapat dipahami sebagai serangkaian kegiatan
desain rekayasa kreatif untuk menghasilkan produk teknologi inovasi
yang sangat murah (ultra-low-cost), kuat, dan mudah digunakan untuk
memenuhi kebutuhan hidup ditengah situasi yang penuh dengan
keterbatasan. Bentuk sarung, permainan volume, serta gigantic pattern
yang terinspirasi dari budaya local menjadi pilihan yang paling sesuai
dengan tema Refugium.
Dalam kesempatan kali ini penulis akan mendesain busana
pesta malam, Busana pesta malam merupakan busana yang dikenakan
pada kesempatan pesta malam hari dari mulai matahari terbenam
hingga berangkat tidur, baik bersifat resmi maupun tidak resmi. Model
serta aksesoris yang digunakan lebih bebas dan lebih mewah dari
busana pesta pda kesempatan lainya. Bahan yang digunakan
berkualitas tinggi dan warna mencolok, seperti emas atau
perak.Adapun bahan yang biasanya dapat digunakan untuk busana
pesta malam seperti chiffon, organsa, tafeta, satin, beledu, dan bahan-
bahan berkilau.Pelengkap busana yang dapat digunakan pada pesta
malam sesuai dengan model, bahan, warna, dan tidak berlebihan
dengan sepatu bertumit tinggi.
Banyak jenis bahan busana yang dapat digunkan sebagai bahan
busana pesta malam. Bahan yang digunakan pun lebih istimewa
dibandingkan bahan busana untuk kesempatan lain. istimewa bukan
berati mahal melainkan memberi kesan mewah dan menarik. Menurut
Arifah A. Riyanto (2003:203), bahan yang dapat digunakan untuk

17
busana pesta antara lain: chiffon, tafeta, satin, beledu, lame, sutera,
voile, batik, jersey, corduroy, woll.
Menurut Enny Zuhni Khayati (1998:9), terdapat empat hal
yang perlu diperhatikan dalam pemilihan bahan busana, yaitu:
a. Memilih bahan sesuai dengan desain
b. Memilih bahan sesuai dengan kondisi si pemakai
c. Memilih bahan sesuai dengan kesempatan
d. Memilih bahan sesuai dengan keuangan keluarga.

Dalam pembuatan sebuah busana tidak terlepas dari pemilihan


bahan baku yang digunakan. Sesuai dengan gambaran yang ingin di
gambaran penulis mengenai bangsa Timurid yang kuat dan tangguh,
maka pemilihan kain lebih condong kepada kain yang memiliki tekstur
kasar, dan berat dikarenakan lebih memberikan kesan maskulin dan
kuat.Perpaduan kain tenun jepara, kain lurik udan grimis dan organdi
membentuk mozaik dengan motif khas bangsa Timurid yang disajikan
untuk menjadi daya tarik utama dalam busana ini. adalah teknik
menciptakan motif baru dengan teknik mozaik. Mozaik menurut kamus
besar bahasa Indonesia merupakan seni dekorasi bidang dengan
kepingan bahan keras berwarna yang disusun dan ditempelkan degan
perekat, tenik ini saya adaptasi pada penggunaan kain yang bermotif
dan berwarna berbeda yang penulis wujudkan degan teknik patch work
pada busana ini. Dengan sumber ide pelindung kepala dari bangsa
Timurid yang bernama “Turk” dari bahasa Turki penulis berusaha
menampilkan busana yang merupakan perwujudan perlindungan diri
seorang wanita dari lingkungan gurun pasir yang ekstrim.

18
B. Kajian Konsep Pembuatan Produk

Busana pesta yang dibuat merupakan busana pesta yang terdiri


dari tiga bagian busana terdiri dari kemben, rok dan jubah. Terdapat
opening di bagian belakang dengan ritsliting pada bagian kemben dan rok
yang dibuat untuk mempermudah model untuk mengenakan busana.
Pembuatan pola busana pertama menggunakan pola dasar So- En lalu
dibuat pecah pola. Pola dasar adalah pola yang dibuat dengan
menggunakan ukuran dan sistematika tertentu. Sedangkan yang dimaksud
dengan pola busana adalah pola pengembangan dari poal dasar pola sesuai
model yang diinginkan. Menurut Wdjiningsih (1994:3) pola konstruksi
adalah pola yang diperhitungkan secara matematis dan digambarkan pada
kertas sehingga tergambar bentuk badan muka dan belakang, rok, lengan,
kerah, dan sebagainya dan sebagainya yang masih dapat diubah menjadi
pola yang dikehendaki.

Proses pebuatan sebuah busana akan ini melalui tahapan - tahapan


berikut ini:

1. Pembuatan Desain dan Prinsip Desain Busana

Dalam menciptakan sebuah desain busana tentu dilandasi adanya


trend, baik trend di masa lalu maupun trend di masa sekarang. Trend
sangat berpengaruh pada desain busana sehingga dapat diciptakan busana
yang menarik dan mengikuti perkembangan zaman. Menurut Sri
Widarwati, dkk (2000:22) trend mode adalah kecenderungan akan suatu
gaya busana tertentu.

19
Terdapat beberapa langkah dalam mengikuti trend mode, diantaranya:
a. Mengamati sebanyak mungkin mutakhir dari sumber mana pun.
b. Melihat kesamaan atau keseragaman dari sumber mengenai garis,
kecenderungan feminin, maskulin, atau siluetnya.
c. Memperhatikan detail-detail busana yang ada.
d. Memperhatikan jenis bahan, motif, dan warna yang sedang digemari.
e. Menarik kesimpulan tentang gambaran keseluruhan gaya mutakhir
yang sedang berjalan.

Memahami trend fashion yang berkembang dari masa ke masa


merupakan salah satu syarat mutlak yang harus dikuasai oleh para
desainer untuk menjaga keberlangsungan bisnis fashion yang digelutinya.
Dengan memahami perubahan yang terjadi, para desainer bisa dengan
mudah membaca selera konsumen dan menemukan ide atau inspirasi baru
untuk menciptakan busana yang lebih menarik. 2016 tema trend fashion
dunia adalah Resistance yang didalamnya memiliki empat sub tema yaitu
Bio Pop, Humane, Colony dan Refugium. Dalam kesempatan ini penulis
mengangkat sub tema Refugium yang khususnya adalah Timurid. Unsur
desain yang diangkat pada tema Refugium ini sangat erat kaitannya
dengan konsep inovasi frugal yang dapat dipahami sebagai serangkaian
kegiatan desain rekayasa kreatif untuk menghasilkan produk teknologi
inovasi yang sangat murah (ultra-low-cost), kuat, dan mudah digunakan
untuk memenuhi kebutuhan hidup ditengah situasi yang penuh dengan
keterbatasan. Bentuk sarung, permainan volume, serta gigantic pattern
yang terinspirasi dari budaya local menjadi pilihan yang paling sesuai
dengan tema Refugium.

Langkah awal dalam membuat desain busana adalah mencari


inspirasi atau sumber ide. Sumber ide yang dipilih dalam pembuatan

20
busana pesta malam untuk remaja ini adalah pelindung kepala para
prajurit bangsa Timurid dan mozaik khas bangsa Timurid. Langkah
selanjutnya setelah mencari dan menentukan sumber ide adalah mencari
referensi sebanyak-banyaknya mengenai sumber ide tersebut yang
selanjutnya dituangkan dalam sebuah moodboard. Moodboard adalah
kumpulan inspirasi atau sumber ide berbentuk gambar yang meliputi
sumber ide, trend, style, unsur, dan prinsip desain yang nantinya akan
digunakan sebagai acuan dalam pembuatan desain busana.

2. Pengambilan Ukuran

Sebelum proses pembuatan pola terlebih dahulu harus mengambil


ukuran badan. Dalam pengukuran badan harus dilakukan dengan teliti dan
tepat agar pembuatan busana terlihat bagus dan sesuai dengan ukuran.
Sebelum mengambil ukuran sebaiknya mengikatkan peterban pada bagian
dada, pinggang, dan panggul agar mendapatkan ukuran yang tepat.
Apabila desain busana yang dibuat berupa bustie maka di abagian atas
dada dan bawah dada juga diikat dengan peterban secar melingkar.
Adapun ukuran-ukuran yang dibutuhkan dalam pembuatan busana adalah:

a. Ukuran pola badan

1) Lingkar leher: Lingkar leher diukur sekeliling leher sampai lekuk leher.

2) Panjang Bahu: Panjang bahu diukur dari batas leher ke puncak lengan.

3) Lingkar badan: Diukur sekeliling badan yang terbesar melalui puncak


dada, ketiak dan diukur pas kemudian ditambah 4

4) Lingkar pinggang: Lingkar pinggang diukur dari sekeliling pinggang


(pas dahulu) kemudian ditambah 1 cm atau 1 jari.

21
5) Lingkar panggul: Lingkar panggul diukur dari sekeliling panggul (pas
dahulu) kemudian ditambah 4 cm atau 4 jari.

6) Panjang muka: Panjang muka diukur dari lekuk leher sampai


pinggang.

7) Lebar muka: Lebar muka diukur dari 5 cm dari bawah lekuk leher,
kemudian diukur dari batas lengan kanansanapai batas lengan kiri.

8) Lebar punggung: Lebar punggung diukur 8 cm dibawah tulang leher


yang menonjol, lemudian diukur dari batas lengan kanan sampai batas
lengan kiri.

9) Panjang punggung: Panjang punggung diukur dari dari tulang leher


yang menonjol sampai pinggang.

10) Panjang sisi: Panjang sisi diukur dari batas ketiak ke bawah dikurangi
3 cm.

3. Pembuatan Pola Busana


Pola sangat penting dalam pembuatan busana karena baik
tidaknya busana yang dikenakan di badan seseorang sangat dipengaruhi
oleh ketepatan pola itu sendiri. Tanpa pola, busana dapat dibuat akan
tetapi hasil yang didapat biasanya tidak sebagus dengan apa yang
diharapkan.
Menurut Z.D. Enna Tamimi dkk (1982:133), pola adalah jiplakan
bentuk badan seseorang yang biasanya dibuat dari kertas. Sementara
menurut Porrie Muliawan (1990:2), pola busana adalah suatu potongan
kain atau potongan kertas sesuai ukuran badan tertentu yang dipakai
sebagai contoh untuk membuat baju ketika bahan digunting. Dari
beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa pola adalah suatu
potongan kertas yang dibuat sesuai bentuk badan dan ukuran tertentu

22
untuk membuat busana. Untuk membuat pola ukuran yang pas sangat di
butuhkan

4. Pemilihan Bahan Busana

Dalam kesempatan kali ini penulis akan mendesain busana pesta


malam, Busana pesta malam merupakan busana yang dikenakan pada
kesempatan pesta malam hari dari mulai matahari terbenam hingga
berangkat tidur, baik bersifat resmi maupun tidak resmi. Model serta
aksesoris yang digunakan lebih bebas dan lebih mewah dari busana pesta
pda kesempatan lainya. Bahan yang digunakan berkualitas tinggi dan
warna mencolok, seperti emas atau perak.Adapun bahan yang biasanya
dapat digunakan untuk busana pesta malam seperti chiffon, organsa,
tafeta, satin, beledu, dan bahan-bahan berkilau.Pelengkap busana yang
dapat digunakan pada pesta malam sesuai dengan model, bahan, warna,
dan tidak berlebihan dengan sepatu bertumit tinggi.
Banyak jenis bahan busana yang dapat digunkan sebagai bahan
busana pesta malam. Bahan yang digunakan pun lebih istimewa
dibandingkan bahan busana untuk kesempatan lain. istimewa bukan berati
mahal melainkan memberi kesan mewah dan menarik. Menurut Arifah A.
Riyanto (2003:203), bahan yang dapat digunakan untuk busana pesta
antara lain: chiffon, tafeta, satin, beledu, lame, sutera, voile, batik, jersey,
corduroy, woll. Menurut Enny Zuhni Khayati (1998:9), terdapat empat
hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan bahan busana, yaitu:

a. Memilih bahan sesuai dengan desain


b. Memilih bahan sesuai dengan kondisi si pemakai
c. Memilih bahan sesuai dengan kesempatan
d. Memilih bahan sesuai dengan keuangan keluarga.

23
Dalam pembuatan sebuah busana tidak terlepas dari pemilihan
bahan baku yang digunakan. Sesuai dengan gambaran yang ingin di
gambaran penulis mengenai bangsa Timurid yang kuat dan tangguh, maka
pemilihan kain lebih condong kepada kain yang memiliki tekstur kasar,
dan berat dikarenakan lebih memberikan kesan maskulin dan
kuat.Perpaduan kain tenun jepara, kain lurik udan grimis dan organdi
membentuk mozaik dengan motif khas bangsa Timurid yang disajikan
untuk menjadi daya tarik utama dalam busana ini. adalah teknik
menciptakan motif baru dengan teknik mozaik. Mozaik menurut kamus
besar bahasa Indonesia merupakan seni dekorasi bidang dengan kepingan
bahan keras berwarna yang disusun dan ditempelkan degan perekat, tenik
ini saya adaptasi pada penggunaan kain yang bermotif dan berwarna
berbeda yang penulis wujudkan degan teknik patch work pada busana ini.
Dengan sumber ide pelindung kepala dari bangsa Timurid yang bernama
“Turk” dari bahasa Turki penulis berusaha menampilkan busana yang
merupakan perwujudan perlindungan diri seorang wanita dari lingkungan
gurun pasir yang ekstrim.

5. Teknologi Busana

Teknologi busana adalah suatu cara atau teknik dalam pembuatan


busana agar hasilnya bagus dan nyaman dipakai (Nanie Asri Y., 1993).
Dalam pembuatan busana, teknik yang digunakan dalam pembuatan
busana pesta dengan sumber ide Turk ini adalah:

a. Teknologi Penyambungan (Kampuh)


Kampuh adalah kelebihan jahitan atau tambahan jahitan untuk
menghubungkan dua bagian dari busana yang dijahit, misalnya
menghubungkan sisi depan dengan belakang (Nanie Asri Y., 1993:4).

24
Sedangkan menurut Soekarno (2000:138), kampuh adalah
jahitan yang terdiri satu bagian atau lebih dari pakaian. Berdasarkan kedua
pendapat tersebut dapat diambil kesimpulan kampuh adalah tambahan
jahitan yang terdiri satu bagian atau lebih yang berfungsi untuk
menghubungkan dua bagian dari dua busana yang dijahit. Kampuh terdiri
dari dua macam, yaitu Kampuh buka. Kampuh buka adalah kelebihan
jahitan yang dihubungkan antara dua bagian yang dijahit secara terbuka.
Agar kelebihan jahitannya terlihat rapi, maka kampuh buka dapat
dirapikan dengan beberapa cara antara lain kampuh buka yang
diselesaikan dengan dijahit tepi tirasnya, dirompok, digunting zig-zag,
tusuk balut, tusuk feston (Nanie Asri Yuliati, 1993: 4).
Kampuh yang digunakan merupakan kampuh buka. Kampuh
buka diselesaikan dengan obras, biasanya dikerjakan pada pembuatan
pakaian wanita dan pada celana panjang pria. Kampuh ini dibuat lebar 1
½ - 2 cm, pada tepinya diselesaikan dengan obras. Teknik ini diterapkan
pada penyambungan bagian-bagian badan muka dan belakang, pada
bahan utama dan bahan vuring.
Menurut Sicilia Sawitri (1997) ada dua cara untuk menjahit
kampuh buka yaitu sebagi berikut:
1) Kampuh yang harus dijahit disatukan, kemudian dijahit dengan jarak
jahitan sedang (tidak terlalu besar ataupun kecil) dan dijahit tepat pada
garis pola.
2) Kampuh yang sudah dijahit, dibuka dan dipress dengan seterika (Sicilia
Sawitri, 1997) Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan
bahwa kampuh buka dibagi menjadi enam kampuh buka yaitu kampuh
buka yang diselesaikan dengan obras pada bagian tepi kampuh,
kampuh buka yang diselesaikan dengan menjahit tepiannya, kampuh
buka yang diselesaikan dengan rompok pada tepi kampuh, kampuh
buka yang diselesaikan dengan gunting zig-zag pada tepi kampuh,

25
kampuh buka diselesaikan tusuk balut pada tepi kampuh, kampuh buka
diselesaikan dengan tusuk feston.

b. Teknologi Interfacing

Interfacing adalah bahan yang digunakan untuk memberikan


bentuk pada busana agar busana tampak rapi (Sicilia Sawitri, 1993).
Menurut Radias Saleh dan Aisyah Jafar (1991 :101), interfacing adalah
bahan yang digunakan untuk memberikan bentuk pada busana agar
tampak busana tampak rapi. Pemilihan dan penempatan interfacing pada
busana sangat menentukan penampilan busana secara keseluruhan.
Interfacing sebaiknya sesuai dengan bahan luar, kesesuain anatara
tebal tipis bahan, kesesuaian warna, pemeliharaan bahan luar dan
ketepatan menempatkan bahan pelapis sesuai tujuan. Ada dua macam cara
pemasangan interfacing yaitu:

1) Interfacing dengan pelekat adalah interfacing yang dipasangkan


dengan cara direkatkan dengan menggunakan seterika.

2) Interfacing tanpa perekat adalah interfacing yang dipasangkan dengan


cara direkatkan menggunakan tusuk pike atau setikan penahan secara
keseluruhan menikuti bentuknya.

Bahan-bahan interfacing yang digunakan dalam pembuatan busana


pesta adalah: interfacing dengan pelekat yaitu morigula.

c. Teknologi Facing

Facing merupakan lapisan yang tampak dari luar, terutama pada


lapel kerah. (Nanie Asri Yulianti, 1993). Facing dipasangkan sebagai
penyelesaian bagian lapel, lapisan lidah bagian muka dan kadangkadang
sebagai hiasan, tetapi menggunakan warna lain (kombinasi warna) dari
busananya. Menurut Sicilia Sawitri (1997) facing adalah pelapis yang

26
tampak dari luar, misalnya lapisan lapek kerah, lapisan belahan pada
bagian tengah muka.

Bahan yang digunakan untuk facing adalah 1) Sewarna dengan


bahan pokok atau utama, 2) Berbeda warnanya dengan bahan busana,
perlu di ingat kombinasi warna harus sesaui dengan busananya.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan facing adalah pelapis
yang tampak dari luar yang berfungsi sebagai hiasan dengan
menggunakan warna lain (kombinasi warna) dari busananya. Dalam
busana pesta ini tidak menggunakan teknologi Facing.

d. Teknologi Interlining

Interlining adalah sepotong bahan pembentuk dipotong serupa


dari bagian sebuah desain dan dipergunakan diantara suatu bahan pelapis
dan bagian dari desain, yang dikonstruksikan terpisah dan digabungkan
dengan tusuk flanel (catch stitch) pada lapisan facing pakaian sebelum
dijahit ke dalam. Interlining adalah pakaian yang dilapis, dipasang jika
diperlukan terutama pada musim dingin di negara-negara Eropa. Gunanya
untuk memberikan panas tambahan. Bahan yang digunakan adalah bahan
yang berbulu (Sicilia Sawitri, 1997: 21). Dalam busana pesta tidak
menggunakan Teknologi Interlining.

e. Teknologi Lining

Lining adalah kain pelapis yang berfungsi sebagai pelapis busana


dan penutup jahitan sehingga tampak rapi baik dari bagian dalam atau
bagian luar (Sicilia Sawitri, 1997:77). Sedangkan menurut M.H. Wancik
(2000:61) lining adalah kain yang digunakan untuk melapisi kain yang
berbahan tipis atau agar tidak terasa gatal apabila terkena kulit ketika
busana tersebut dipakai. Pemilihan lining disesuaikan dengan bahan
pokoknya seperti asahi, abutey, errow, satin, taffeta dan lain-lain
disesuaiakan dengan warna bahan utamanya.

27
Adapun syarat-syarat lining adalah sebagai berikut:
1) Daya tahan kain sesuai dengan bahan pokok
2) Tidak tembus terang
3) Tidak luntur
4) Warna cocok dengan bahan pokok
5) Tahan obat dalam proses dry cleaning
6) Bahan halus

Penyelesain lining ada dua macam yaitu teknik lepas dan teknik
lekat (Nanie Asri Yulianti, 1993).

a) Pemasangan lining dengan teknik lepas.

Pemasangan lining dengan teknik lepas yaitu antara bahan utama


dengan bahan lining diselesaiakn tersendiri dan hanya bagian tertentu
yang disatukan, misalnya kerung lengan, kerung leher ataupun ban
pinggang. Kelebihan dari pemasangan lapisan ini adalah kemungkinan
berkerut sangat kecil selain itu apabila dilihat dari bagian baik dan buruk
tampak rapi.

b) Pemasangan lining dengan teknik lekat.

Pemasangan lining dengan teknik lekat yaitu bahan lining dijahit


bersama dengan bahan utama. Kelebihan pemasangan bahan lining adalah
pemasangan lebih cepat, dan hasil jadi akan lebih kuat. Teknik
pemasangan seperti ini biasa digunakan untuk bahan tembus terang.
Sedangkan untuk kekurangannya adalah jahitannya akan tampak berkerut
apabila dalam memasang dan menjahitnnya kurang hati-hati dan teliti.

Berdasarkan pendapat diatas pelapisan atau lining adalah kain


pelapis yang berfungsi sebagai pelapis busana untuk menutup jahitan pada
busana yang berbahan tipis agar tampak rapi baik dari bagian dalam
maupun luar. Pada busana pesta ini desainer menggunakan lining dengan

28
bahan satin pada bagian badan muka dan belakang. Pada bagian badan
busana pesta pemasangan lining menggunakan teknik lepas.

f. Teknologi Pengepresan

Pengepresan merupakan suatu cara yang dilakukan dengan


menggunakan setrika pada suhu tertentu yang ditempel pada bagian yang
akan dipres untuk menjadikan kampuh-kampuh terlihat lebih pipih dan
rapi. Pengepresan dilakukan setiap kali selesai menjahit dengan
menggunakan setrika dengan suhu disesuaikan dengan bahan busananya.
Ada tiga tingkatan dalam proses penyetrikaan atau pengepresan : sebelum
pemotongan, selama penjahitan yang disebut under pressing. Untuk
mendapatkan hasil jahitan yang rapi, maka setelah dijahit harus dipres
dengan cara diseterika (Sicilia Sawitri, 1997).
Menurut Dora S. Lewis (1977), ada tiga tingkatan dalam proses
pengepresan yaitu:

1) Sebelum pemotongan, disini penyetrikaan dilakukan pada bahan yang


masih utuh (menempelkan bahan pelapis).

2) Under Pressing, tahap ini dialkukan setiap kali menjahit tiap-tiap


bagian kampuh. Under Pressing ini bertujuan untuk mematikan
jahitan.

3) Final Pressing, dilakukan setelah pakaian selesai dijahit. Pengepresan


ini dilakukan setelah semua bagian busana selesai dijahit dan dipres
pada tiap kampuhnya dengan menggunakan alat-alat pengepresan
anatara lain : iron board (papan seterika), press cloth (kain pengepres),
sleeve board (papan lengan), wonder clapper (kayu penekan), needle
board (papan jarum), tailor ham (bantalan pengepres) dan lain
sebagainya

29
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan teknologi
pengepresan adalah suatu cara untuk merapikan bahan busana sebelum
dijahit dan memipihkan kampuh setelah proses menjahit untuk hasil yang
maksimal. Pada busana pesta ini desainer menggunakan teknik
pengepresan sebelum pemotongan, under pressing, dan final pressing.

6. Hiasan Busana

Hiasan busana adalah segala sesuatu yang dihiaskan pada busana

agar busana tersebut memiliki nilai (value) yang tinggi terutama nilai

keindahannya (Enny Zuhni Khayati, 1998). Hiasan busana adalah

bagianbagian dalam bentuk struktur yang tujuannya untuk mempertinggi

keindahan disain strukturnya (Chodiyah dan Wisri A Mamdy, 1982),

sedangkan menurut Widjiningsih (1982) disain hiasan busana merupakan

disain terpakai yang dapat diterapkan pada berbagai busana. Berdasarkan

penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa disain hiasan busana adalah

segala sesuatu yang dihiaskan pada berbagai busana agar busana tersebut

memiliki nilai (value) yang tinggi terutama nilai keindahan disain

stukturnya.

a. Jenis-jenis hiasan busana

Menurut Enny Zuhni Khayati (1998) dilihat dari segi bahannya

hiasan busana dapat digolongkan menjadi hiasan dari benang, kain,

kayu atau logam, plastik atau mika, renda, prada, bahan istimewa

(geam, ribbing, breading), dan hiasan manik-manik.

Hiasan yang digunakan pada pembuatan busana pesta malam yaitu

hiasan dari kain dan manik-manik. Hiasan kain yang digunakan yaitu

30
patchwork dan manipulating fabric (manipulasi kain) serta

manikmanik. Menurut Enny Zuhni Khayati (1998) Patchwork yaitu

hiasan dari kain yang menggabungkan beberapa potongan kain, serta

hiasan manik-manik yaitu butiran atau lempengan yang bagian

tengahnya memiliki lubang kecil yang berguna untuk merekatkan

barang atau kain yang akan dihias. Manik-manik secara garis besar

dikelompokkan menjadi dua golongan, yakni manik-manik

kontemporer dan tradisional. Manik-manik bernuansa tradisional

memiliki cri terbuat dari bahan alam, seperti kerang, kayu,

monel,tulang hewan, biji-bijian, batu-batuan, perunggu, dan lain-lain,

sedangkan manik-manik kontemporer memiliki ciri terbuat dari bahan

plastik, atom, melamin, kaca, dan lain-lain. Bentuk manik-manik pun

beranaeka ragam seperti bentuk monte/mutiara, pasiran, payet, hallon,

padi-padian, batu manikin, dan bentuk geometris lainnya sebagai

bentuk geometris lainnya. Menurut Diyah Janu Hardani untuk

memperindah busana dapat menggunakan teknik manipulasi kain.

Seperti kerut, lipit (pleats), tucking, smoking, flounces, metalase

(quilting), dan slash.

31
b. Teori Memilih Hiasan Busana

Menururt Enny Zuhni Khayati (1998) garniture busana sangat

banyak jenis dan bentuknya. Oleh karena itu di dalam memilih hiasan

harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1) Garnitur dipilih sesuai dengan nuansa dan karakteristik busana

pokoknya. Misalnya busana yang bernuansa etnik, maka garniture

juga dipilih yang bernuansa etnik

2) Garnitur busana sebaiknya juga disesuaikan dengan usia si pemakai.

Renda-renda zig-zag, renda jalur, kancing warna-warni dan pita-pita

sangat cocok untuk busana anak. Garnitur sejenis jabot, free, ascot,

renda plits dan lain-lain untuk orang dewasa.

3) Garnitur busana disesuaikan dengan kesempatan. Garnitur dengan

nuansa emas sanagt cocok untuk kesempatan pesta. Garnitur dengan

komposisi yang sederhana lebih cocok untuk aktivitas bernuansa

resmi, sedangkan garniture dengan komposisi meriah bervariasi

cocok untuk kegiatan yang setengah resmi dan santai.

4) Garnitur disesuaikan dengan kondisi bentuk tubuh yang perlu

ditonjolkan dan bentu badan yang perlu disembunyikan. Misalnya

mereka yang memiliki payudara besar besar, jika ingin

disembunyikan maka jangan menggunakan hiasan busana di area

tersebut.

32
5) Pemilihan garnitur juga disesuaikan dengan keadaan kenangan

keluarga yang indah yang tidak harus mahal. Hal ini disesuaikan

dengan kreatifitas seseorang.

c. Pelengkap Busana

Menurut Enny Zuhni Khayati (1998) pelengkap busana dapat

digolongkan menjadi dua fungsi yaitu :

1. Pelengkap busana milineris adalah pelengkap busana yang

berfungsi selain untuk memperindah penampilan juga dapat

berfungsi lain, seperti sepatu, tas, topi, selendang, ikat pinggang,

sarung tangan dan lain-lain.

2. Pelengkap busana aksesoris berfungsi sebagai hiasan atau

menambah keindahan pada busana saja, seperti anting, kalung,

liontin dan lain-lain.

33
BAB III
METODE PENCIPTAAN PRODUK

A . Penciptaan desain

Desain merupakan rencana atau reka rupa. Desain dapat diartikan


sebagai proses perencanaan atau menggambar rancangan suatu benda
dengan maksud agar benda yang dirancang memiliki fungsi yang tepat
sesuai tujuan produksinya serta memiliki aspek keindahan. Desain dalam
bidang busana atau fashion, dihasilkan melalui pemikiran, pertimbangan,
kepekaan cita rasa seni, serta kecenderungan tren yang diwujudkan dalam
bentuk gambar di atas bidang datar (misal, kertas atau papan).
Langkah awal dalam pembuatan desain busana adalah mencari
inspirasi atau sumber ide. Sumber ide yang dipilih dalam pembuatan
busana pesta malam ini adalah “Turk” yang merupakan penutup kepala
bangsa Persia dimasa peperangan. Langkah selanjutnya adalah mencari
sebanyak – banyaknya refrensi mengenai sumber ide tersebut yang
selanjutnya dituangkan dalam bentuk moodboard.
Moodboard adalah kumpulan dari inspirasi atau sumber ide
berbentuk gambar yang meliputi: sumber ide, trend, style, unsur, dan
prinsip desain yang nantinya akan digunakan sebagai acuan dalam
pembuatan desain busana.

Gambar 4. Moodboard

34
1. Desain Sketsa

Desain Sketsa adalah salah satu tahap dalam pembuatan desain


busana yang dalam prosesnya penulis megembangkan ide yang
didapatkan dalam selembar kertas bedarsarkan analisis mendalam
terhadap moodboard. Hal – hal yang harus diperhatikan dalam sebuah
desain sketsa adalah:
a. Gambar harus jelas dan tidak menggunakan detail hiasan
b. Dapat dibuat langsung diatas kertas yang sama agar lebih mudah
dalam membandingkan hasil sketsa
c. Boleh menggunakan sikap atau pose atau hanya bagian bagian
desain busana
d. Penggembagan desain dilakukan dalam kertas yang sama
e. Jangan menghapus jika ada ide baru
f. Memilih desain yang disukai

Gambar 5. Desain Sketsa

35
DESAIN ILUSTRASI

Gambar 6. Desain Ilustrasi

36
2. Desain Ilustrasi

Desain Ilustrasi adalah desain busana yang digambar lengkap


dengan warna atau corak kain pada suatu pose. Desain ilustrasi ini
merupakan suatu sajian atau gambar koleksi yang ditunjukan kepada
pelanggan. Desain ilustrasi harus memberhatikan hal – hal berikut ini:
a. Membuat sketsa dengan teliti pada kertas
b. Digambarkan atas proposi tubuh
c. Menggambarikan detail hiasan

3. Desain Produksi

Desain produksi adalah suatu sketsa yang akan digunakan untuk


tujuan produksi suatu busana untuk mempermudah dalam membuat pola
suatu busana. Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam membuat suatu
desain produksi adalah:
a. Semua detail harus digambar secara dengan jelas dan rinci
b. Harus terdapat desain bagian depan dan belakang
c. Garis dalam gambar desain harus jelas dan harus sangat
berhati hati dalam menempatkan haris kup, garis saku dan
sebagainya
d. Bila ada detail yang rumit harus digambar sendiri

Gambar desain produksi merupakan analisis dari desain ilustrasi


yang dibuat untuk membantu dalam pembuatan pola dan pembuat pola
harus mampu membaca sketsa dan menganalisa sketsa gambar.

37
Gambar 7. Desain Produksi !

38
Gambar 8. Desain Produksi II Patchwork

B. Perwujudan busana

1. Pembuatan Pola
Pola sangat penting dalam pembuatan busana karena baik tidaknya
busana yang dikenakan di badan seseorang sangat dipengaruhi oleh
ketepatan pola itu sendiri. Tanpa pola, busana dapat dibuat akan tetapi
hasil yang didapat biasanya tidak sebagus dengan apa yang diharapkan.
Menurut Z.D. Enna Tamimi dkk (1982:133), pola adalah jiplakan bentuk
badan seseorang yang biasanya dibuat dari kertas. Sementara menurut
Porrie Muliawan (1990:2), pola busana adalah suatu potongan kain atau
potongan kertas sesuai ukuran badan tertentu yang dipakai sebagai contoh

39
untuk membuat baju ketika bahan digunting. Dari beberapa pendapat
diatas, dapat disimpulkan bahwa pola adalah suatu potongan kertas yang
dibuat sesuai bentuk badan dan ukuran tertentu untuk membuat busana.
Untuk membuat pola ukuran yang pas sangat di butuhkan, berikut ini
adalah ukuran badan model yang digunakan,

a) Lingkar leher : 36 cm

b) Lingkar badan : 86 cm

c) Lebar muka : 31 cm

d) Panjang muka : 33 cm

e) Lebar punggung : 33 cm

f) Panjang punggung : 37 cm

g) Tinggi dada : 15 cm

h) Jarak dada : 14 cm

i) Panjang bahu : 12 cm

j) Lingkar kerung lengan : 44 cm

k) Lingkar pinggang : 65 cm

l) Panjang sisi : 17 cm

m) Panjang gaun dari pinggang : 110 cm

Berikut ini adalah pola-pola yang dibutuhkan dalam pembuatan


busana pesta malam dengan sumberi ide Turk,

40
a. Pola Badan
Busana ini menggunakan pola dasar sistem So-En yang
dikembangkan menjadi kemben. Berikut ini adalah poses pengerjaan pola
penulis dalam mewujudkan desain busana pesta malam dengan sumber
ide “Turk”.

Gambar 9. Pola Dasar badan sistem So-En


Sumber : Widjiningsih,dkk (1994:33)

Keterangan pola dasar sistem so’en:


Pola bagian depan
1. Buat garis tegak lurus A-J
2. A-B : 1/6 lingkar leher + ½ cm
3. A-E : A-B + 1 cm
4. Hubungkan titik B-E menjadi kerung leher muka
5. B-D : lebar bahu

41
6. C-D : turun 3,5 cm
7. A-F : ½ panjang punggung + ½ cm
8. F-I : ¼ lingkar badan + 1 cm
9. E-G = G-F (G tengah-tengah E-F)
10.Dari G & F tarik garis mendatar kekanan
11.Hubungkan titik D-H-I menjadi kerung lengan muka
12.F-J = I-K : ½ panjang punggung
13.J-L : turun 3 cm 14.J-M : tinggi puncak
15.M-N : ½ jarak dada
16.N-P : turun 2 cm
17.Buat kupnat selebar 3 cm
18.L-O1 + O2-KI : ¼ lingkar pinggang + 1 cm

Pola belakang
1. J-K panjangkan sampai F : ½ lingkar badan – 1
2. Dari F tarik garis tegak lurus keatas
3. F-C : panjang punggung
4. A-B : 1/6 lingkar leher + ½ cm
5. Hubungkan B-C menjadi kerung lengan
6. B-E : lebar bahu
7. D-E : 5 cm
8. C-G=G-H : ½ panjang punggung
9. C-A : 2 cm
10.C-I : turun
8 cm 11.I-J : ½ lebar punggung
12.G-J : ¼ lingkar badan -1 cm
13.Hubungkan E-I-J menjadi kerung lengan belakang
14.G-X=F-Y : 8 cm

42
Merubah Pola Dasar So-En Menjadi Bustie

Gambar 11. Pola Bustie hasil pengembangan pola dasar SoEn

b. Pola Dasar Rok


Dalam pembuatan rok penulis mengembangkan pola dari pola
dasar rok dengan memberikan garis potong patchwork yang nantinya
akan menjadi hiasan busana. Proses pengembagan pola ini tentunya
dilakukan dengan memperhatikan ukuran badan model dan dibuat
sedemikian mungkin agar hasil dari pengembangan pola sesuai dengan
gambaran desain dari penulis.

43
Gambar 11. Pola Dasar Rok
Sumber : Widjiningsih,dkk (1994:33)

Keterangan Pola Rok Dasar :

Pola Rok Bagian Depan :

A-B : turun 2 cm
B-C : Tinggi panggul
B-D : panjang rok
A-E : ¼ lingkar pinggang + 1 + kup (3cm)
C-F : ¼ lingkar panggul + 1 cm
D-G : sama dengan
C-F G-H : 5 cm
H-I : naik 2 cm
B-J : 1/10 lingkar pinggang + 1
J-K : kup (3cm)

44
J 1 -L : garis bantu
L-M : naik 5 cm
Pola Rok Bagian Belakang :
A-B : turun 2 cm
B-C : tinggi panggul
B-D : panjang rok
A-E : ¼ lingkar pinggang-1cm + kup (3cm)
C-F : ¼ lingkar panggul – 1 cm.
D-G : C-F G-H : 5 cm
H-I : Naik 2 cm
B-J : 1/10 lingkar pinggang – 1
J-K : kup (3 cm)
J 1 - L : Garis bantu L-M : naik 6 cm

Gambar 12. Pola Perubahan Rok


Sumber : Widjiningsih,dkk (1994:33)

45
2. Penentuan Bahan

Tabel 2. Penentuan Bahan


No Nama Bahan Keterangan
1

Kain tenun jepara

Kain tenun motif hujan

Kain sari India

4
Kain satin

Pemilihan kain untuk busana pesta ini menyesuaikan dengan tema


dari trend yang didapatkan oleh penulis yaitu refugium dan sub tema
timurid, oleh karena itu penulis memilih warna – warna alam dan kain
yang memiliki tekstur dan motif yang kuat untuk merealisasikan
gambaran desain yang telah dibuat oleh penulis.

46
3. Penjahitan

Proses penjahitan dilakukan setelah memperbaiki kesalahan pada


saat pasen pertama dimana busana masih dalam tahap penjelujuran agar
pada saat kita menemukan kesalahan masih mudah memperbaiki untuk
proses selanjutnya yaitu penjahitan.

Dalam proses menjahit setiap kali selesai satu langkah menjahit


harus dipres agar busana yang dihasilkan rapi dan maksimal. Untuk
memudahkan dalam proses menjahit sebaiknya dilakukan sesuai dengan
tertib kerja. Adapun langkah-langkah kerja dalam menjahit busana pesta
malam dengan sumber ide Turk adalah:

1. Menjahit semua patch work


2. Menjahit kupnat
3. Menjahit Bustier bagian depan
4. Menjahit Bustier bagian lapisan
5. Menyatukan bagian depan dan lapisan
6. Menjahit rok bagian depan
7. Menjahit rok bagian belakang
8. Menyatukan bagian rok depan dan belakang
9. Memasang furing
10. Menjahit jubah dengan hodie
11. Menyatukan dengan lapisan
12. Memberi kancing kait pada baigan depan
13. Finishing

47
C. Peragaan Busana

Autenture dipilih menjadi tema utama yang merupakan sebuah


istilah yang tertulis dalam filosofi seni dan psikologi. Authenticity
menggambarkan tingkatan kekuatan pribadi, spirit dan karakter seseorang
dalam menghadapi penggaruh takanan lingkungan. Dan Human Nature
berarti sifat ideal dalam diri manusia. Dan kedua kata tersebut disatukan
menjadi Authenture yang kami pilih menjadi tema utama pagelaran
busana pendidikan teknik dan teknik busana 2016.

Gambar 13. Tata Atur kursi dan letak panggung

48
Konsep pagelaran busana ini mengangkat Resistance yang sedang
menadi trend saat ini. Resistance memberi gambaran mengenai
perlindungan diri dari dunia luar yang mengancam, sehingga dalam
pembuatan desain backdrop panggung kita mengangkkat sebuah gapura
menjadi sumber ide dimana garpura merupakan pintu gerbang dan
pembatas yang menandakan kita memasuki wilayah tertentu, sehingga
digambarkan disini adalah sebuah gerbang yang membatasi diri dari
pengaruh buruk dunia luar.

BACKDROP

Gambar 14. Desain backdrop

49
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penciptaan Produk

1. Hasil Penciptaan Desain Produk

Hasil mencipta desain busana pesta malam ini berdasarkan pada


tema pergelaran busana Authenture yang mengacu pada trend Resistance
2016, dengan trend Refugium dan sub trend Timurid yang dihiasi dengan
patchwork kombinasi kain tenun dan kain sari.

Sumber ide pada busana pesta malam ini yaitu Turk. Turk ialah
hiasan kepala bangsa Persia yang terbuat dari besi yang dihiasi dengan
ornamen tertentu dan memiliki ujung meruncing. Selain itu Turk memiliki
warna yang maskulin mencerminkan kesan yang kuat dan tangguh.
Konsep ini diharapkan mampu menciptakan pribadi yang kuat dan mampu
bertahan dari tekanan ketika dikeknakan.

Ciri khas dari busana ini adanya bentuk variasi yang menarik yaitu
patchwork perpaduan kain tenun dan kain sari yang diletakkan pada
bagian tengah muka rok. Desain busana pesta malam dengan sumber ide
Turk terdiri dari three piece yaitu gaun yang berbentuk dari kemben dan
rok menggunakan siluet I menggunakan bahan tenun, sifon dan jubah
bersiluet A yang juga menggunakan perpaduan kain tenun dan kain sari,
serta menggunakan hiasan patchwork yang diletakan pada bagian tengah
belakang dari jubah yang dikenakan model. Penyusunan keselarasan
diterapkan pada paduan bagian atas belakang jubah dan tengah muika
pada bagian rok. Penyusunan prinsip proporsi diterapkan pada bagian rok
dan lengan yang memberi kesan seimbang. Penyusunan pusat perhatian
pada busana ini terdapat pada tengah muka.

50
Gambar 15. Ilustrasi Desain

51
2. Hasil Pembuatan Produk

Pembuatan busana dimulai dengan mengukur model untuk


mengetahui ukuran badan yang akan digunakan sebagai acuan pembuatan
pola. Setelah ukuran sudah didapat kemudian membuat pola busana sesuai
ukuran badan model. Penulis menggunakan metode pola So-En dengan
skala ¼ dalam pembutan pola badan busana yang akan digunakan oleh
model. Pola dasar yang sudah dibuat kemudian dibuat pecah pola sesuai
dengan disain yang sudah dibuat sebelumnya. Pecah pola tersebut
meliputi bagian badan muka dan belakang, rok depan dan rok belakang,
dan jubah.

Gaun yang terdiri dari tiga bagian busana ini memiliki siluet I
dengan gaya busana pesta malam. Warna yang digunakan adalah warna-
warna alam biru, hijau coklat dan biru. Patchwork merupakan hiasan yang
dipilih dalam busana pesta malam ini agar terlihat lebih unik dan lebih
mencermintakan tema timurid. Teknologi yang digunakan adalah jahit
halus dan lebih banyak menggunakan tangan, kemudian kampuh yang
digunakan adalah kampuh buka dan kampuh tutup.

Gambar 16. Hasil Pembuatan Produk Detail Bagian Depan

52
Gambar 17. Hasil Pembuatan Produk Bagian Depan

Gambar 18. Hasil Pembuatan Produk Bagian Belakang

53
B. Pembahasan

Penciptaan desain busana harus memiliki kesesuaian antara desain


awal yang telah direncanakan, dari desain awal busana yang direalisasikan
tercipta busana yang sesuai dengan desain awal penulis.

1. Fitting 1
Fitting 1 dilakukan untuk mengepaskan pada tubuh model dimana
busana masih dalam keadaan jahitan tangan agar mudah untuk merubah
busana jika terjadi kesalahan. Hal-hal yang diamati daalam proses fitting
adalah:

a. Teknik jelujur jatuhnya busaana pada tubuh model

b. Kesesuaian pada desain yang telah direncanakan diawal

c. Hasil keseluruhan.

Adapun evaluasi pada proses fitting 1 adalah sebagai berikut :

a. Patchwork tidak rapi

b. Sisi pinggang bahan utama terlihat lurus, terlalu besar, dan kurang
sempurna

c. Panjang busana terlihat panjang menyentuh lantai

d. Belum selesai pemasangan bagian - bagiannya

Cara mengatasi hasil evaluasi adalah sebagai berikut:

a. Mengulang penjahitan patchwork.

b. Memperkecil sisi bahan utama gaun dengan membentuk lekuk


pinggang Untuk panjang busana pada bagian bawah kampuh
dikecilkan.

54
c. Memendekan gaun pada bagian bawah. panjang dress disesuaikan
diatas lutut peragawati agar memudahkan untuk berjalan.

d. Menyambung bagian – bagian gaun yang belum terpasang

2. Kendala Dalam Proses Pembuatan

Penulis menemukan kendala, waktu pembuatan yang sangat singkat


dan teknik pengerjaan yang tinggi bagi penulis. Kendala tersebut juga
ditambah dengan peran penulis sebagai koordinator dekorai dan lighting
yang bertugas mendesign dekorasi panggung dan tata lampu serta
memastikan hasil pada hari H sesuai dengan desain yang telah disetujui.
Penulis harus pandai-pandai dalam memanajemen proporsi waktu dalam
menuntaskan semua pekerjaan tersebut. Penulis harus tetap
menyelesaikan pembuatan gaun diluar jam kerja agar semua bagian gaun
dan detail hiasan dapat terpasang dan sesuai dengan desain awal yang
direncanakan.

Berbagai usaha penulis lakukan untuk menyempurnakan busana


sampai hari pelaksanaan pagelaran. Proses Fitting 1 dan sesi pemotretan
berhasil memacu penulis untuk menyelesaikan busana. Meskipun masih
terlihat kurang rapi namun masih sesuai dengan konsep dengan desaign
yang diinginkan. Berikut ini merupakat foto hasil akhir pembuatan busana
yang diperagakan model pada saat pagelaran.

55
.

Gambar 19. Busana yang Diperagakan oleh Model dalam Pagelaran

Meskipun masih terdapat banyak evaluasi dan kekurangan dalam


penjahitan busana, penulis yakin proses pagelaran busana ini memberikan
banyak pelajaran bagi penulis untuk tetap terus belajar memberikan hasil
terbaik dalam mencipta karya inovasi produk fashion yang sempurna.

7. Pergelaran Busana

Hasil daripada pergelaran busana ini yaitu dapat terselenggaranya


pergelaran busana dengan tema ARCHSENSE dengan lancar serta
mendapat respon positif yang bertempat di Auditorium Universitas
Negeri Yogyakarta pada hari Selasa, 28 April 2015 dan diikuti oleh 104
mahasiswa. Pergelaran ini menggunakan dekorasi dengan penataan
panggung letter + dilengkapi dengan lighting. Untuk busana pesta malam
dengan sumber ide Turk ini dikenakan dan ditampilkan oleh seorang
peragawati profesional yaitu Ines dari Agensi PAPMI dengan nomor urut
64.

56
Hasil evaluasi penulis sebagai koordinasi dekorasi dan lighting
adalah sebagai berikut:

a. Evaluasi

1) Pemasangan panggung terlambat dari yang diharapkan dan


meyebabkan koordinator tinggal di auditorium lebih larut dari yang
diharapkan.

2) Antar panitia inti masih banyak missed communication.

3) Lighting harus selalu didampingi agar tetap tepat pada sasaran dan
seiring dengan musik.

b. Rekomendasi

1) Menambah kekompakan, membangun komunikasi dan koordinasi


yang baik antara panitia inti dengan panitia tambahan.

2) Pembagian jobdesk dikomunikasikan semua diawal, jika ada


tambahan segera diinformasikan.

3) Antar panitia harus sadar dan peka akan kewjiban dan jobdesk
sebelum maupun ketika hari H.
4) Ketika rapat sie, maksimalkan membahas teknis yang perlu
diketahui oleh sie yang berhubungan sebelum dan ketika hari H
sehingga teknis berjalannya acara bisa sesuai dengan yang
diharapkan.

57
Gambar 20. Tata Panggung

58
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN


A. Simpulan

Berdasarkan hasil pembahasan dalam pembuatan “Kaldi Col”


Sebuah Karya Busana Pesta Malam dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :

1. Mencipta Karya Busana Pesta Malam dengan siluet I. Warna


dasar yang digunakan yaitu warna hijau, coklat, dan hijau yang
memberikan kesan maskulin, dan kuatt sesuai dengan pengertian dari
tema fashion trend refugium. Terdapat hiasan patchwork yang disusun
pada bagian muka depan dan bagian tengah belakang yang merupakan
kombinasi dari kain tenun, kain lurik dan kain sari yang membuat tampak
menarik dan memberikan kesan ketimuran saat dikenakan. Busana ini
dipakai untuk kesempatan pesta malam. Busana yang mengambil trend
mode 2016/2017 yaitu Resistane tema Refugium dengan sub tema trend
timurid. Sumber ide yang diambil adalah Turk. Busana ini nantinya cocok
dipakai wanita untuk rentang usia dari 25 tahun sampai 28 tahun.

2. Proses pembuatan busana pesta malam yang bersumber ide Turk


ini melalui 3 tahap antara lain tahap persiapan yang meliputi pembuatan
desain kerja busana pesta yang sesuai dengan sumber ide dan garapan
pesta yang digunakan, pengambilan ukuran, pembuatan pola busana,
perancangan bahan dan harga, dan pemilihan bahan. Tahap pelaksanaan
meliputi peletakan pola pada bahan, pemotongan bahan, pemberian tanda
jahitan pada bahan, penjelujuran, evaluasi tahap I, perbaikan kesalahan
bila ada, penjahitan dan evaluasi tahap II. Proses evaluasi dilaksanakan
untuk mengetahui tepat atau tidaknya busana yang dibuat, kemudian

59
setelah dua kali proses evaluasi dilakukan maka evaluasi yang terakhir
adalah tahap penilaian yang dilakukan oleh para dewan juri.

3. Penampilan busana dengan sumber ide Turk ini


ditampilkan dalam pergelaran Authenture. Pelaksanan pagelaran ini
diperlukan tiga tahap yaitu tahap persipan meliputi pembentukan panitia,
menentukan tema, menentukan tujuan pelaksanaan, menentukan waktu
dan tempat penyelenggaraan, menentukan anggaran, menentukan
rencana kegiatan dan pencarian dana Tahap yang kedua yaitu tahap
pelaksanaan pagelaran dengan tema Authenture yang dilaksanakan pada
hari Selasa pada tanggal 19 april 2016 di Auditorium Universitas Negeri
Yogyakarta pada pukul 18.30 WIB hingga selesai, dengan menampilkan
104 karya mahasiswa Teknik Busana dan mahasiswa Pendidikan Teknik
Busana Universitas Negeri Yogyakarta Tahap yang terakhir adalah tahap
evaluasi dari penyelenggaraan pagelaran pesta tersebut. Dalam tahap ini
ditemukan beberapa kekurangan antara lain panitia tambahan yang tidak
begitu efektif dan kurangnya komunikasi antara ketua panitia dengan
anggota yang lain. Pergelaran pesta dengan tema Authenture berjalan
dengan lancar dan sukses karena mendapat apresiasi dari masyarakat
umum dan dari pengamat koreografi pada khususnya. Dan acara ini dapat
terlaksana berkat kerja keras dan dukungan berbagai pihak serta berbagai
instansi terkait.

B. Saran

1. Pada saat menciptakan sebuah disain busana pesta, yang pertama


yaitu dengan cara mencari referensi dari buku-buku atau sumber lain yang
bersangkutan dengan Turk. Kedua Mengetahui secara jelas tentang
menentukan sumber ide yang bersangkutan dengan tema. Ketiga,
karakteristik dari sumber ide tersebut harus dipelajari terlebih dahulu agar

60
proses pembuatannya dapat berjalan lancar dan tidak banyak mengalami
kendala.

2. Pemilihan bahan busana pesta harus disesuaikan dengan desain


busana yang dibuat, agar jatuhnya bahan yang dipakai sesuai dengan
karakteristik dari sumber ide. Selama pembuatan busana terdapat
beberapa kendala yang perlu diperhatikan oleh disainer. Kendala tersebut
berupa estimasi waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan proyek.
Saran untuk disainer adalah supaya memperkirakan waktu yang dipakai
untuk membuat busana tersebut supaya disain awal sama dengan look
akhir busana pesta.

3. Pemilihan tempat dan waktu penyelenggaraan pagelaran juga


perlu diperhatikan demi terwujudnya tujuan dan pagelaran busana pesta
dan dalam proses penyelenggaran pagelaran, komunikasi dan tanggung
jawab yang baik harus dibina dengan baik antar semua komponen yang
terkait dengan penyelenggaraan kegiatan dapat diatasi dengan baik.

61
DAFTAR PUSTAKA

Adimodel, (2009), Lighting For Fashion, Jakarta:PT Elex Media


Komputindo.
Arifah A. Riyanto, (2003), Teori Busana, Bandung:Yapemdo.
Afif Ghurub Bestari, (2011), Menggambar Busana dengan Teknik Kering.
Yogyakarta:PT Intan Sejati Klaten.
BDA, (2016), Trend Forcasting 2016 Resistance, Rawamangun:BD+A
Design.
____, (2016), Trend Forcasting 2016 Decoding Fashion Resistance,
Rawamangun:BD+A Design.
Chodiyah & Wisri. A. Mamdy, (1982), Disain Busana Untuk SMKK/SMTK,
Jakarta:Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Diyah Janu Hardani, (2016), Menghias Busana dengan Manipulasi Kain,
Yogyakarta:CV Kompetensi Terapan Sinergi Pustaka.
Dharsono Sony Kartika, (2004) Seni Rupa Modern, Bandung:Rekayasa
Sain.
Enny Zuhni Khayati, (1998), Teknik Pembuatan Busana III,
Yogyakarta:FPTK IKIP Yogyakarta.
Goet Poespo, (2009), Membuat Blazer Satu Hari, Yogyakarta:Kanisius .
__________, (2005), Panduan Teknik Menjahit, Yogyakarta:Kanisius.
Nanie Asri Yuliati, (1993), Teknologi Busana, Yogayakarta:IKIP
Yogyakarta..
Prapti Karomah, (1990), Tata Busana Dasar, Yogyakarta:IKIP Yogyakarta.
Prapti Karomah, & Sicilia Sawitri, (1998), Pengetahuan Busana,
Yogyakarta: IKIP Yogyakarta.
Radias Saleh Aisyah, (1991), Tehnik Dasar Pembuatan Busana,
Jakarta:Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Sicilia Sawitri, (1997), Tailoring, Yogyakarta:IKIP Yogyakarta.

62
Soekarno, (2002), Membuat Pola Busana Tingkat Dasar, Yogyakarta:PT
Gramedia Pustaka Utama.
Soekarno, (2002), Buku Penuntun Membuat Pola Busana Tingkat Dasar,
Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama.
Sri Ardianti Kamil, (1986), Fashion Design, Jakarta:Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
Sri Widarwati, (2000), Desain Busana I, Yogyakarta:IKIP Yogyakarta.
Sri Widarwati, Sicilia Sawitri, & Widyabakti Sabatari, (1996), Desain
Busana II, Yogyakarta:IKIP Yogyakarta.
Sugeng Toekio M, (1990), Teknik Panggung, Yogyakarta:IKIP Yogyakarta.
Sujawi Bastomi, (1985), Seni dan Budaya Jawa, Semarang:IKIP Semarang.
Widjiningsih, (1982), Konstruksi Pola Busana, Yogyakarta:IKIP
Yogyakarta.
_________, (1982), Disain Hiasan Busana dan Lenan Rumah Tangga,
Yogyakarta:Universitas Negeri Yogyakarta
Sumber dari internet :

Suciati, (2008), Mood board, Prodi Pendidikan Tata Busana Universitas


Pendidikan Indonesia (UPI). Diambil pada tanggal 05 Mei 2016.
Dari
http://file.upi.edu/Direktori/FPTK/JUR_PEND_KESEJAHTERA
AN_KE LUARGA/19750128200112-SUCIATI/Moodboard.pdf
Triyanto, (2016), Mood Board. Diambil pada 05 Mei 2016. Dari
http://staff.uny.
ac. id/sites/default/files/pendidikan/dra-prapti-karomahmpd /moodboard
triyanto.pptx.

https://id.wikipedia.org/wiki/ Koreografi
https://id.wikipedia.org/wiki/Menara_Azadi

63

Anda mungkin juga menyukai