Anda di halaman 1dari 5

TUGAS TERSTRUKTUR

TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBERDAYA LINGKUNGAN ASPEK


HUKUM

“HUKUM DAN KAJIAN KEILMUAN”

Disusun Oleh :
Muhammad Bagas Dwi Nugroho 185040201111081
Kelas D

Dosen Pengampu : Bambang Sudjito, SH., MHum

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG

2020
“Aspek Hukum”

Keberadaan ilmu hukum atau jurisprudence, sebagaimana pendapat Satjipta


Rahardja adalah suatu kajian keilmuan yang mempelajari hukum sebagai obyeknya
untuk memeproleh sesuatu secara keseluruhan daripada hukum sebagai tujuannya
dengan berbagai cara yang diterapkan sebagai metodenya serta memiliki hakekat
interdisipliner serta multidisipliner dengan ilmu pengetahuan lainnya. Keberadaan
istilah “hukum”, sebagaimana pendapat Immanuel Kant, bahwa tidak ada satupun
batasan tentang hukum yang tepat dan dapat memusakan para ahli (Noch suchen
dieyuristen eine Definition zu Begriffe von Recht). Ilmu hukum adalah ilmu
pengetahuan yang berusaha menelaah hukum. Ilmu hukum mencakup dan
membicarakan segala hal yang berhubungan dengan hukum. Ilmu hukum objeknya
hukum itu sendiri. Demikian luasnya masalah yang dicakup oleh ilmu ini, sehingga
sempat memancing pendapat orang untuk mengatakan bahwa “batas- batasnya tidak
bisa ditentukan” (Curzon, 1979). Menurut J.B. Daliyo menyebutkan bahwa Ilmu
hukum adalah ilmu pengetahuan yang objeknya hukum. Dengan demikian maka ilmu
hukum akan mempelajari semua seluk beluk mengenai hukum, misalnya mengenai
asal mula, wujud, asas-asas, sistem, macam pembagian, sumbersumber,
perkembangan, fungsi dan kedudukan hukum di dalam masyarakat. Walaupun
demikian, keberadaan karaktersitik hukum, yang meliputi :
a. peraturan tingkah laku manusia dalam pergaulan masyarakat
b. peraturan diadakan oleh badan resmi yang berwenang
c. peraturan bersifat memaksa
d. sanksi pelanggaran peraturan tegas
Ketentuan hukum bertujuan untuk mewujudkan sesuatu yang bermanfaat bagi
orang banyak atau ketentuan hukum sesuai dengan kepentingan masyarakat, melalui
penerapan asas manfaat dari peraturan perundang undangan dalam kehidupan
masyarakat. Demikian pula, nilai dasar manfaat bagi masyarakat, sebagaimana
pendapat John Stuart Mill, bahwa ketentuan hukum terkait dengan faktor keadilan,
kegunaan, dan kepentingan individu serta masyarakat umum. Keberadaan fungsi
hukum dalam upaya perwujuan cita hukum sebagai tujuan hukum yang bersangkutan,
antara lain :
a. fungsi hukum sebagai sarana kebijakan dalam kehidupan masyarakat,
bahwa hukum sebagai sarana untuk mencapai tujuan bermasyarakat, karena
hukum bersifat rasional, integratif, dan legitimasi, yang ditunjang dengan
mekanisme penerapan serta sanksi;
b. fungsi hukum sebagai sarana pembaharu masyarakat atau law as a tool of
social engineering bahwa hukum sebagai sarana untuk mengubah perilaku
masyarakat, yang sejalan dengan perilaku yang dihendaki oleh hukum yang
bersangkutan,
c. fungsi hukum sebagai sarana pengendali perilaku masyarakat atau law as a
tool of social control, bahwa hukum sebagai sarana untuk mengendalikan
perilaku masyarakat yang melanggar berbagai ketentuan hukum yang
berlaku.
Keberlakuan norma / kaidah hukum dalam kehidupan masyarakat tersebut
senantiasa terkait dengan keberadaan suatu sistem, sebagaimana pendapat Soerjono
Soekanto, yang meliputi :
a. komponen substansi, sebagaimana hasil aktual yang berbentuk produk
hukum dalam peraturan perundang undangan serta putusan hakim melalui
pengadilan;
b. komponen struktur, sebagaimana mekanisme sistem hukum melalui
lembaga pembentuk undang undang serta lembaga peradilan;
c. komponen manajerial, sebagaimana fasilitas yang menunjang keberadaan
hukum (perundang-undangan);
d. komponen kultur, sebagaimana sikap publik serta berbagai nilai yang
muncul terhadap produk hukum dari suatu sistem hukum dalam kehidupan
masyarakat.
Keberadaan hukum dalam sistem adaptif sebagai salah satu komponen yang
terlibat dalam proses timbal balik yang fungsional di antara sistem hukum dalam
masyarakat. melalui peran sistem pengetahuan dan teknologi, termasuk di
dalamnya aspek ekonomi, yang akan memberikan masukan untuk dimungkinkan
adanya verifikasi kebenaran, sehingga tertib hukum memperoleh keputusan yang
berwibawa dalam dalam lingkup penyesuaian. Keberadaan sumberdaya alam
dengan keanekaragamanya, sebagaimana ketentuan pasal 33 ayat (3) Undang
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 atau UUD NRI Tahun
1945, bahwa : „Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar besar kemakmuran rakyat‟.
Keberadaan tata ruang, yang diikuti dengan penataan ruang serta penyelenggaraan
penataan ruang, sebagaimana ketentuan Pasal 1 angka 2, angka 5, dan angka 6
Undang Undang Nomor 26 Tahun 1927 tentang Penataan Ruang atau UU Penataan
Ruang.
Kemudian, keberadaan asas asas dalam penyelenggaraan penataan ruang,
sebagaimana ketentuan Pasal 2 UU Penataan Ruang, yang meliputi :
a. keterpaduan
b. keserasian, keselarasan, dan keseimbangan
c. keberlanjutan
d. keberdayagunaan dan keberhasilgunaan
e. keterbukaan
f. kebersamaan dan kemitraan
g. perlindungan kepentingan umum
h. kepastian hukum dan keadilan
i. akuntabilitas
Dengan demikian, keberadaan peran Pemerintah Pusat serta Pemerintah
Daerah (Provinsi, Kabupaten dan / atau Kota) dalam kerangka penataan ruang
terkait dengan kegiatan manusia dalam kehidupan masyarakat terkait dengan
pemanfaatan lahan, termasuk di dalamnya tanah, dan air, antara lain:
a. kegiatan pertanian (pertanian rakyat, perkebunan, dan kehutanan);
b. industri dan pertambangan (pertambangan mineral dan
batubara serta pertambangan minyak dan gas bumi);
c. perumahan dan pemukiman;
d. perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dan konservasi
sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya.
Keberadaan manusia dalam kehidupan masyarakat melalui kegiatan budidaya
pertanian pada lahan pegunungan dengan topografinya yang berbukit serta lembah di
antara perbukitan, yang diikuti pula daerah aliran sungai yang membelah perbukitan
serta lembah tersebut. Oleh karena itu, dimungkinkan terjadinya berbagai kerusakan
dan / atau perusakan lahan, baik faktor alam ataupun faktor manusia. Keberadaan
berbagai bentuk kerusakan dan perusakan lahan (tanah dan air), yang dimungkinkan
dapat muncul pada lahan tertentu, antara lain : a. Kegiatan manusia pada lahan kering
dan kritis; b. kegiatan manusia untuk pertanian pada lahan pegunungan yang kurang
dan / atau tidak memperhatikan ketentuan Menteri Pertanian Nomor 47 /
PERMENTAN / OT.140 / 10 / 2006 tentang Pedoman Umum Budidaya Pertanian
Pada Lahan Pegunungan atau PERMENTAN 2006.

Anda mungkin juga menyukai