Anda di halaman 1dari 2

Menurut Reed (2013) 

Automaticity adalah karakteristik dari proses kognitif yang


dipraktekkan perilaku komponen yang konsisten dilakukan dengan cepat , dengan sedikit
usaha atau dengan alokasi otomatis perhatian pada pengolahan stimulus.

LaBerge (dalam Soslo, 2007) mendefinisikan pemerosesan otomatis adalah aktivitas-


aktivitas yang telah dilatih dengan baik atau sering dilakukan akhirnya menjadi otomatis
sehingga hanya memerlukan sedikit atensi, dibandingkan melakukan aktivitas-aktivitas baru,
atau yang belum anda kuasai. hubungan antara pemerosesan otomatis (Automatic Processing)
dan atensi oleh LaBerge dideskripsikan sebagai contoh apa bila kita membayangkan hafalan
nama dari sebuah aksara yang sungguh-sungguh asing. Hal itu seperti menghafal nama dan
wajah seseorang yang baru saja anda jumpai. Ketika stimuli visual di tampilkan kembali,
seseorang mampu mengingat waktu dan tempat kejadian. Yang selanjut nya menghasilkan
respons yang tepat dengan latihan lebih anjut. Nama dapat muncul hampir bersamaan dengan
kejadian. “jalan pintas” semacam ini direpresentasikan oleh sebuah garis lurus yang
menghubungkan kode-kode visual dan kode-kode nama.

Pemerosesan informasi secara otomatis diteliti secara mendalam oleh Posner dan
Snyder (dalam Solso,2007) yang menyebutkan tiga karakteristik pemerosesan otomatis 

a. Pemerosesan otomatis terjadi tanpa ada niat sadar. Dalam eksperimen-eksperimen priming,
dampak yang terjadi tanpa adanya niat atau tujuan sadar dari partisipan penelitian. Sebagai
contoh. Partisipan lebih mudah mengenali kata NURSE  (Perawat) setelah sebelumnya
melihat kata DOCTOR (kata “doctor” ini berfungsi sebagai pemicu. Yang mampu membuat
partisipan mengenali kata-kata yang analog dengan kata-kata pemicu tersebut)
b. Pemerosesan otomatis tersembunyi dari kesadaran. Dampak-dampak eksperimen priming
sebagian besar tidak disadari.
c. Pemerosesan otomatis hanya sedikit menggunakan sumber daya sadar (atau bahkan tidak
memerlukan sumber daya sadar sama seka

Pada tahun 1935 Stroop mempelajari interference dengan membuat tugas yang
melibatkan  membaca dan penamaan warna. Pada percobaan pertamanya, ia membandingkan
waktu yang di gunakan untuk membaca nama-nama warna yang dicetak dengan tinta hitam
dan waktu yang digunakan  untuk membaca  nama-nama warna yang dicetak dengan tinta
dengan warna yang tidak sesuai hasilnya   
Solso, L. R., Maclin. H. O., & Maclin M. K. (2007). Psikologi Kognitif, edisi kedelapan. Jakarta:
Erlangga.
Reed, S. K. (2013). Cognition : Theories and Applications, ninth edition. USA : Wodsworth

Karya Johnston dan Heinz dan psikolog kognitif lainnya telah menunjukkan bahwa tugas
sangat bervariasi dalam jumlah upaya mental yang diperlukan untuk melakukannya.
Beberapa keterampilan dipraktikkan dengan sangat baik dan rutin sehingga membutuhkan
kapasitas yang sangat minimal. Psikolog telah menggunakan istilah pemrosesan otomatis
untuk merujuk pada keterampilan semacam itu.

Salah satu ciri dari pemrosesan otomatis adalah bahwa itu terjadi tanpa kesadaran. Memang,
beberapa ahli teori berpendapat bahwa banyak dari apa yang kita lakukan ditentukan bukan
oleh pilihan yang disengaja tetapi oleh fitur lingkungan yang memulai proses mental yang
beroperasi di luar kesadaran (Bargh & Chartrand, 1999).

Shiffrin dan Schneider (1977) dan Schneider dan Shiffrin (1977) memberikan kontribusi
besar untuk memahami efek praktik. Mereka membedakan antara proses terkontrol dan
otomatis:
• Proses terkontrol berkapasitas terbatas, memerlukan perhatian dan dapat digunakan secara
fleksibel dalam mengubah keadaan.
• Batasan kapasitas proses otomatis, tidak memerlukan perhatian, dan sangat sulit untuk
dilakukan.

Dalam penelitian Shiffrin dan Schneider (1977), peserta menghafal hingga empat huruf
(kumpulan memori) diikuti dengan tampilan visual yang berisi hingga empat huruf.
Akhirnya, peserta dengan cepat memutuskan apakah ada item dalam tampilan visual yang
sama dengan item apa pun di set memori. Manipulasi krusial adalah jenis pemetaan. Dengan
pemetaan yang konsisten, hanya konsonan yang digunakan sebagai anggota himpunan
memori dan hanya angka yang digunakan sebagai pengganggu dalam tampilan visual (atau
sebaliknya). Dengan demikian, peserta yang hanya diberi konsonan untuk dihafal akan
mengetahui konsonan yang terdeteksi dalam tampilan visual harus ada dalam set memori.
Dengan pemetaan yang bervariasi, angka dan konsonan digunakan untuk membentuk
himpunan memori dan untuk memberikan gangguan dalam tampilan visual.

Anda mungkin juga menyukai