Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

STRATEGI PENGORGANISASIAN MATERI SECARA MAKRO

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Strategi Pengorganisasian Pelatihan

Dosen Pengampu:

Prof. Dr. C. Asri Budiningsih, M.Pd.

Disusun oleh :

Ahmad Rasyid Firmansyah 18105244004

Firmansyah Saeful Hariwijaya 18105244010

Laila Anjani Wulandari 18105241036

KONSENTRASI TEKNOLOGI KINERJA


JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2021
Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami
panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-
Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Strategi
Pengorganisasian Materi secara Makro” sebagai syarat pemenuhan tugas kelompok mata kuliah
Strategi Pengorganisasian Pelatihan ini diharapkan bisa menambah wawasan dan dapat
bermanfaat bagi pembaca.
Dalam penyusunan makalah ini kami mengucapkan terimakasih kepada berbagai sumber
dan pihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penyusunan makalah ini,
diantaranya:
1. Prof. Dr. C. Asri Budiningsih, M.Pd. selaku Dosen Mata Kuliah Strategi
Pengorganisasian Pelatihan yang telah memberikan kepercayaan untuk
menyelesaikan tugas ini sekaligus memberikan bimbingan;
2. Teman-teman yang ikut terlibat dalam pembuatan makalah ini;

3. Dan kepada semua pihak yang telah memberikan masukan, saran, dan bantuan kepada
kelompok kami.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, kami menerima segala saran dan
kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini. kami berharap semoga makalah
ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca, dan dapat mendorong kita
untuk lebih giat dalam proses menimba ilmu dengan sebaik-baiknya.

Yogyakarta, 02 Mei 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

Sampul.................................................................................................................................1

Kata Pengantar.....................................................................................................................2

BAB 1..................................................................................................................................4

PENDAHULUAN...............................................................................................................4

A. Latar Belakang.......................................................................................................4

B. Rumusan Masalah..................................................................................................4

C. Tujuan Penulisan....................................................................................................5

D. Metode Kepenulisan..............................................................................................5

BAB II..................................................................................................................................6

PEMBAHASAN..................................................................................................................6

Strategi Makro.................................................................................................................6

A. Hirarki Belajar........................................................................................................6

B. Analisis Tugas........................................................................................................7

C. Subsumtive Sequence............................................................................................8

D. Kurikulum Spiral....................................................................................................9

E. Teori Skema.........................................................................................................10

F. Webteaching.........................................................................................................10

G. Teori Elaborasi.....................................................................................................11

BAB III..............................................................................................................................14

PENUTUP..........................................................................................................................14

Kesimpulan....................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................15

3
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Strategi merupakan usaha untuk memperoleh kesuksesan dan keberhasilan dalam
mencapai tujuan. Dalam dunia pendidikan strategi dapat diartikan sebagai a plan,
method,or series of activites designed to achieves a particular education goals ( J. R.
David, 1976 ). Strategi pembeajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi
tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Hal yang perlu diperhatikan dalam menata atau mengorganisasikan isi
pembelajaran dapat memilih antara dua strategi pembelajaran yaitu dengan strategi
mikro maupun makro. Strategi mikro adalah strategi untuk menata urutan sajian untuk
suatu ide tunggal (konsep, prinsip, dan sebagainya). Sedangkan makro adalah strategi
untuk menata urutan keseluruhan isi bidang studi ( leih dari satu ide ).
Pengorganisasian pembelajaran model cakupan makro bersifat suprasistem,
sangat luas, bisa saja bersifat nasional sehingga desain ini merupakan cikal bakal
dirumuskannya suatu kurikulum. Disain pembelajaran dirancang sebagai suatu
suprasistem. Strategi pada tingkat makro mempreskripsikan cara – cara penanganan
empat bidang masalah 4S ( Selection, Sequenzing, Synthesizng, Summary ), kajian dari
aspek – aspek tersebut dilakukan secara terpisah, dengan penekanan pada salah satu
aspek tersebut ( Degeng, 1988 ). Beberapa pemikiran ke arah strategi makro ini
diuraikan secara singkat yaitu hierarki belajar, analisis tugas, subsumptive sequence,
kurikulum spiral, teori skema, webteaching, dan teori elaborasi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas, dapat diperoleh rumusan masalah berikut.
1. Apa pengertian dari pengorganisasian isi pembelajaran secara makro?
2. Bagaimana konsep dari hierarki belajar?
3. Bagaimana konsep dari analisis tugas?
4. Bagaimana konsep subsumtive sequence?
5. Bagaimana konsep kurikulum spiral?

4
6. Bagaimana konsep dari teori skema?
7. Bagaimana konsep dari webteaching?
8. Bagaimana konsep dan proses dari teori elaborasi?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan maslah yang telah dituliskan, dapat diperoleh tujuan penulisan
pada makalah ini:
1. Memahami Teori Makro dalam pengorganisasian pembelajaran
2. Memahami pemikiran – pemikiran para ahli dalam arah strategi makro
 Hierarki belajar
 analisis tugas
 subsumptive sequence
 kurikulum spiral
 teori skema
 webteaching
 dan teori elaborasi
D. Metode Kepenulisan
Penyusunan makalah ini dilakukan berdasarkan hasil studi pustaka dari beberapa
literatur seperti buku, jurnal, dan web yang digunakan untuk bahasan pada pada makalah
ini, serta hasil dari diskusi 3 orang anggota kelompok mengenai pengorganisasian
pembelajaran makro.

5
BAB II

PEMBAHASAN

Strategi Makro
Strategi makro diacukan untuk menata keseluruhan isi bidang studi. Sebenarnya
begitu banyak teori yang telah dikembangkan, untuk strategi mikro pengintegrasian
sejumlah teori seperti hierarki belajar dari gagne, teori spiral dari brunner, analisis tugas
dari gopper, teori skema dari mayer, urutan subsumtive dari ausubel, dan webteaching
dari norman; dilakukan oleh reigeluth untuk mendapatkan suatu teori yang komprehensif
yaitu teori elaborasi. Ciri dari strategi makro ini tidak terkait dengan KBM secara
langsung, namun bisa berdampak besar terhadap cakupan mikro ( KBM ) Beberapa
pemikiran ke arah strategi makro ini diuraikan secara singkat sebagai berikut:

A. Hirarki Belajar
Gagne (1968, 1977) menekankan kajiannya pada aspek penataan urutan
materi pelajaran dengan memunculkan gagasan mengenai prasyarat belajar, yang
dituangkan dalam suatu struktur isi yang disebut hirarki Belajar. Keterkaitan di
antara bagian-bagian bidang studi yang dituangkan dalam bentuk prasyarat belajar,
berarti bahwa pengetahuan tertentu harus dikuasai lebih dahulu sebelum
pengetahuan yang lain dapat dipelajari.
Sebagai contoh pada suatu hari, seorang guru matematika yang sudah mengajar
beberapa tahun di SMP mengeluh tentang sebagian besar siswanya yang tetap tidak bisa
atau belum mampu untuk memfaktorkan bentuk-bentuk aljabar seperti: x² –2x − 35
menjadi (x – 7)(x + 5). Padahal, menurut guru tersebut, ia sudah berulang-ulang
menjelaskan dengan berbagai cara; namun tetap saja siswanya tidak dapat memfaktorkan
beberapa soal baru yang angkanya berbeda dari yang dicontohkannya.
Penyelesaian masalah di atas tadi dapat didekati dengan menggunakan teori
hirarki belajar yang digagas Gagne tadi. Pertanyaan awal yang dapat diajukan
sebagaimana disarankan Gagne tadi adalah: Pengetahuan apa yang lebih dahulu harus
dikuasai siswa agar ia berhasil memfaktorkan?. Jawabannya, di saat memfaktorkan

6
bentuk seperti x² – 2x – 35 dimana –2 disebut koeffisien x dan −35 disebut konstanta,
para siswa harus mencari dua bilangan bulat yang kalau dijumlahkan akan menghasilkan
–2 (koeffisien x) dan kalau dikalikan akan menghasilkan –35 (konstanta). Kedua
bilangan yang dicari tersebut adalah –7 dan +5, karena –7 + (+5)= −2 dan (–7) × (5) = –
35. Ketika ditanyakan kepada guru tersebut tentang kemampuan siswanya untuk
menjumlahkan dan mengalikan dua bilangan bulat, sang guru menyatakan bahwa para
siswanya sering mengalami kesulitan dengan dua tugas tersebut. Pertanyaan selanjutnya,
kalau mereka tidak dapat menentukan dua bilangan bulat yang jumlah dan hasil kalinya
sudah tertentu, bagaimana mungkin mereka akan mampu memfaktorkan bentuk-bentuk
tersebut?.

Dari gambar 1 terlihat jelas bahwa pengetahuan atau ketrampilan memfaktorkan yang
telah ditetapkan menjadi salah satu tujuan pembelajaran khusus harus diletakkan
dipuncak dari hirarki belajar tersebut, diikuti di bawahnya, ketrampilan atau pengetahuan
prasyarat (prerequisite) yang harus dikuasai lebih dahulu agar para siswa berhasil
mempelajari ketrampilan atau pengetahuan di atasnya itu. Begitu seterusnya sehingga
didapatkan hirarki belajar tersebut.

B. Analisis Tugas
Cara lain yang dipakai untuk menunjukkan keterkaitan isi bidang studi adalah
information- processing approach to task analysis Seseorang dapat saja mempelajari

7
langkah terakhir dari suatu prosedur pertama kali, tetapi dalam unjuk kerja ia tidak dapat
memulai dari langkah terakhir. Gropeper, Landa, Merrill, Resnick, dan Scandura adalah
orang-orang yang pertama kali menekankan pentingnya hubungan jenis ini (information-
processing approach to task analysis ) dalam pengorganisasian pembelajaran pada
tingkat makro.
Analisis tugas dapat memperhatikan acuan seperti sifat pengetahuan ( pengetahuan
inti, prasyarat, lanjutan, pendukung ) dan jenjang belajar dan kompetensi ( menurut
Krathwohl dan Anderson: mengingat, mengerti, menerapkan, dan menganalisis).
Sebagai contoh materi pelajaran TIK BAB 4 Bagian C & D kelas 10 SMA tentang
“Mengenal, menggunakan, dan setting periferal”. Agar peserta didik berhasil mencapai
Kompetensi Dasar tersebut, harus melakukan langkah yang berurutan mulai dari instalasi
driver hingga mempraktikkan setting peripheral. Prosedur instalasi tersebut dapat
disajikan dalam materi pembelajaran sebagaimana dalam tabel dibawah ini :

Materi
Urutan Materi
Pembelajaran
Mengenal,  Mengidentifikasi informasi tentang jenis dan fungsi tiap-
menggunakan, dan tiap peripheral
setting peripheral  Jenis dan fungsi tiap-tiap peripheral
 Petunjuk pengoperasian peripheral
 Fungsi driver
 Instalasi driver peripheral
 Mempraktikkan setting peripheral

C. Subsumtive Sequence
Subsumtive sequence akan membuat proses belajar menjadi lebih bermakna
untuk para siswa sengan suatu gagasan tentang cara penyatuan materi pelajaran dari
yang keseluruhan menjadi lebih rinci dan dari yang umum ke khusus. Perolehan belajar
dan retensi akan dapat ditingkatkan bila pengetahuan baru diasimilasikan dengan
pengetahuan yang sudah ada (subsuming cognitive structures).

8
Pengetahuan yang sudah dimiliki siswa akan sangat menentukan berhasil
tidaknya suatu proses pembelajaran. Sebagai contoh tentang belajar bermakna ini,
perhatikan tiga bilangan berikut :

a. 50, 471, 198


b. 54, 918, 071
c. 17, 081, 945

Manakah yang lebih mudah dipelajari atau diingat para siswa? Seorang siswa dapat saja
mengingat ketiga bilangan tersebut yaitu dengan mengucapkan bilangan tersebut
berulang-ulang beberapa kali. Namun sebagai warga bangsa Indonesia tentunya kita
akan meyakini bahwa bilangan (c) yaitu 17.081.945 merupakan bilangan yang paling
mudah dipelajari jika bilangan tersebut dikaitkan dengan tanggal 17 – 08 – 1945 yang
merupakan hari kemerdekaan Republik Indonesia.
Proses pembelajaran bilangan 17.081.945 (tujuh belas juta delapan puluh satu
ribu sembilan ratus empat puluh lima) akan bermakna bagi siswa hanya jika siswa,
dengan bantuan gurunya, dapat mengaitkannya dengan tanggal keramat 17 Agustus 1945
yang sudah ada di dalam kerangka kognitifnya.
Bilangan (b) yaitu 54.918.071 akan lebih mudah dipelajari siswa daripada
bilangan (a) yaitu 50.471.198 karena bilangan (b) didapat dari tanggal 17–08–1945
dalam urutan terbalik yaitu 5491–80–71.
Bilangan (a) merupakan bilangan yang paling sulit untuk dipelajari karena aturan
atau polanya belum diketahui. Contoh di atas menunjukkan bahwa suatu proses
pembelajaran akan lebih mudah dipelajari dan dipahami siswa jika para guru mampu
dalam memberi kemudahan bagi siswanya sedemikian sehingga para siswa dapat
mengaitkan pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang sudah dimilikinya.

D. Kurikulum Spiral
Gagasan bruner ( 1960 ) mengenai a spiral curriculum juga dapat dikelompokkan ke
dalam cara pengorganisasian pembelajaran pada tingkat makro. Dengan konsepsi
kurikulum spiral, pengurutan pembelajaran dimulai dengan membelajarkan isi

9
pengajaran secara umum, kemudian secara berkala kembali mengajarkan isi yang sama
dalam cakupan yang lebih rinci. Jadi, pendekatan umum-ke-rinci juga dipakai di sini.
Contoh :
Pendidikan Dasar Menengah Pertama Menengah Atas
Memberikan pengalaman Mempelajari tentang Klasifikasi Makhluk hidup
tentang lingkungan yang ekosistem – ekosistem
ada di sekitar kita serta siklus makhluk hidup

E. Teori Skema
Pengurutan pembelajaran yang menggunakan teori assimilation to schema (Mayer,
1997), memandang bahwa proses belajar sebagai perolehan pengetahuan baru dalam diri
si-belajar cara mengaitkannya dengan struktur kognitif yang sudah ada, dan hasil belajar
sebagai hasil pengorganisasian struktur kognitif yang baru, yang mengintegrasikan
pengetahuan yang lama dengan yang baru. Struktur kognitif yang baru ini nantinya akan
menjadi assimilative schema pada proses belajar berikutnya.
Contoh :
Pantai pada pantai hal – hal yang dapat kita temui dan bisa menjadi pengetahuan baru
adalah siklus daur air dari laut sampai terbentuknya hujan, warna air laut, geografis
sekitar pantai, dan lain - lain

F. Webteaching
Norman (1973) mengenai webteaching sebagai prosedur menata urutan isi
bidang studi termasuk strategi makro. Prosedur ini menekankan pentingnya peran
struktur pengetahuan yang telah dimiliki oleh si belajar dan struktur isi bidang yang akan
dipelajari. Webteaching. Webteaching yang dikemukakan Norman, merupakan suatu
prosedur menata urutan isi bidang studi yang dikembangkan dengan menampilkan
pentingnya peranan struktur pengetahuan yang telah dimiliki oleh seseorang, dan struktur
isi bidang studi yang akan dipelajari. Hal ini sesuai dengan pendapat Tillema
(1983).Pengetahuan baru yang akan dipelajari secara bertahap harus diintegrasikan
dengan struktur pengetahuan yang telah dimilikinya.

10
G. Teori Elaborasi
Teori Elaborasi. Teori elaborasi mengintegrasikan sejumlah pengetahuan tentang
strategi penataan isi pelajaran yang sudah ada, untuk menciptakan model yang
komprehensif tentang cara mengorganisasi pengajaran pada tingkat makro. Teori ini
mempreskripsikan cara pengorganisasian isi bidang studi dengan mengikuti urutan umum
ke rinci, dimulai dengan menampilkan epitome (struktur isi bidang studi yang dipelajari),
kemudian mengelaborasi bagian-bagian yang ada dalam epitomesecara lebih rinci.
Teori ini mempreskripsikan cara mengorganisasikan pembelajaran dari umum ke
rinci, urutan umum ke rinci dimulai dari epitome kemudian mengelaborasi
dalam epitome ke lebih rinci.
Komponen Strategi Teori Elaborasi Menurut Reigeluth dan Stein (1983) ada 7
komponen strategi yang diintegrasikan dalam teori elaborsi, yaitu ; (1) urutan elaboratif;
(2) urutan prasarat belajar; (3) rangkuman; (4) synthesis; (5) analogi; (6) pengaktif
strategi kognitif; (7) kontrol belajar.
1. Urutan elaboratif adalah urutan dari yang sederhana kepada yang komplek atau
dari umum ke rinci yang memiliki karakteristik khusus.
2. Urutan prasyarat belajar dimaksud adalah sepadan dengan struktur belajar atau
herarki belajar yang dikemukakn oleh Gagne (1968).
3. Rangkuman adalah tinjauan kembali (review) terhadap apa yang telah dipelajari
penting sekali dilakuka untuk mempertahankan ritensi. Review juga sebagai
acuan yang mudah diingat untuk konsep, prosedur, atau prinsip yang diajarkan.
4. Pensintensis adalah komponen strategi teori elaborasi yang berfungsi untuk
menunjukkan kaitan-kaitan diantara konsep-konsep, prosedur-prosedur dan
prinsip-prinsip yang diajarkan. Dengan mengkaitkan konsep-konsep ini akan
meningkatkan kebermaknaan dengan jalan menunjukkan suatu konsep, prosedur,
atau prinsippada bagian yang lebih luas (Ausubel 1968) selain itu juga dapat
memberi pengaruh situasional pada si belajar (Keller 1983) juga berpeluang
meningkatkan retensi (Quillian 1968). Pensintesis berfungsi untuk menunjukkan
keterkaitan diantara konsep, prosedur, atau prinsip yang diajarkan. Komponen
strategi ini berpeluang untuk  Memudahkan pemahaman, meningkatkan motivasi
dan meningkatkan retensi.

11
5. Analogi, menurut Dreistadt (1969) dan Reigeluth (1983) analogi menggambarkan
persamaan antara pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang lain yang
berbeda diluar cakupan pengetahuan yang sedang dipelajari. Ini membantu
pemahaman terhadap pengetahuan yang sukar dipelajari siswa. Makin dekat
persamaan antara pengetahuan baru dengan pengetahuan yang dijadikan analogi,
makin efektif analogi itu.
6. Pengaktif Strategi Kognitif  adalah ketrampilan-ketrampilan yang diberlakukan
si-belajar untuk mengatur proses-proses internalnya ketika ia belajar, mengingat
dan berpikir (Gagne 1985). Rigney (1978) mengemukakan 2 cara unuk
mengaktifkan strategi kognitif yaitu dengan merancang pembelajaran sedemikian
rupa sehingga si belajar dipaksa untuk menggunakannya (embeded strategi) dan
dengan menyuruh si belajar menggunakannya (detaced strategi).
7. Kontrol Belajar menurut Merrill (1979) konspsi kontrol belajar mengacu pada
kebebasan si belajar dalam melakukan pilihan dan pengurutan terhadap isi yang
akan dipelajari (content controll), pace controll, display controll dan cosiuous
cognation controll. Dalam kaitan ini si belajar menentukan sendiri isi, urutan,
strategi kognitif yang paling cocok baginya untuk digunakan dalam suatu
pembelajaran.

Model Elaborasi
Prinsip-prinsip Model Elaborasi
1. Penyajian Kerangka Isi
Menyajikan kerangka isi dengan menunjukan bagian-bagian utama bidang studi dan
hubungan-hubungan utama diantara bagian-bagian itu.
2. Elaborasi Secara Bertahap
Bagian-bagian yang tercakup dalam kerangka isi hendaknya dielaborasi secara
bertahap
3. Penyajian Bagian Terpenting
Penyajian bagian yang terpenting  hendaknya dielaborasi pertama kali
4. Cakupan Optimal Elaborasi
Kedalaman dan keluasan tiap-tiap elaborasi hendaknya dilakukan secara optimal

12
5. Penyajian Pensintesis Secara Bertahap
Pensintesis hendaknya diberikan setelah  setiap kali melakukan elaborasi.
6. Penyajian Jenis Pensintesis
Jenis pensisntesis hendaknya disesuaikan dengan tipe isi bidang studi
7. Tahapan Pemberian Rangkuman
Rangkuman hendaknya diberikan sebelum setiap kali menyajikan pensintesis.

Langkah-langkah pengorganisasian teori elaborasi


Disamping prinsip-prinsip seperti dijelaskan di atas, dalam melakukan
pengorganisasian pembelajaran teori elaborasi juga harus dilakukan dengan langkah-
langkah yang sistematis. Menurut degneg (1989) dalam (Wena 2009:30), langkah-
langkah pengorganisasian pembelajaran dengan menggunakan model elaaborasi adalah
sebagai berikut:

a. Penyajian kerangka isi. Pembelajaran dimulai dengan menyajikan kerangkan isi:


struktur yang memuat bagian-bagian yang paling penting dari bidang studi.
b. Elaborasi tahap peratama. Elaborasi tahap pertama adalah mengelaborasi tiap-tiap
bagian yang ada dalam kerangka isi, mulai dari bagian yang terpenting. Elaborasi
tiap-tiap bagian diakhiri dengan rangkuman dan pensintesis yang hanya mencakup
konstruk-konstruk yang baru saja diajarkan (pensintesis internal)
c. Pemberian rangkuman dan sintesis eksternal. Pada akhir elaborasi tahap pertama,
diberikan rangkuman dan diikuti dengan pesintesis eksternal. Rangkuman berisi
pengertian-pengertian singkat mengenai konstruk-konstruk yang diajarkan dalam
elaborasi dan pensintesis eksternal menunjukan (a) hubungan penting yang ada
anatrbagian yang telah dielaborasi dan (b) hubungan antara bagian-bagian yang telah
dielabirasi dengan kerangka isi.
d. Elaborasi tahap kedua. Setelah elaborasi tahap pertama berakhir dan diintegrasi
dengan kerangka isi, pembelajaran diteruskan ke elaborasi tahap kedua yang
mengelaborasi bagian pada elaborasi tahap pertama dengan maksud membawa siswa
pada tingkat kedalaman sebagaimana ditetapkan dalam tujuan pembelajaran.
e. Pemberian rangkuman dan sintesis eksternal. Pada akhir elaborasi tahap kedua,
diberikan rangkuman dan sintesisi eksternal, seperti pada elaborasi tahap pertama
13
f. Setelah semua elaborasi tahap kedua disajikan, disintesiskan, dan diintegrasikan ke
dalam kerangka isi, pola seperti ini akan berulang kembali untuk elaborasi tahap
ketiga, dan seterusnya, seusai dengan tingkat kedalaman yang ditetapkan oleh tujuan
pembelajaran.
g. Pada tahap akhir pembelajaran, disajikan kembali kerangka isi untuk mensintesiskan
keseluruhan isi bidang studi yang telah diajarkan.

14
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
Strategi pengorganisasian isi pembelajaran secara makro merupakan salah satu model
pengorganisasian pembelajaran yang bersifat luas. Strategi makro diacukan untuk menata
keseluruhan isi bidang studi , jadi makro tidak terkait dengan KBM secara langsung, namun
bisa berdampak besar terhadap cakupan mikro ( KBM ). Model makro didasari oleh beberapa
pemikiran – pemikiran para ahli yang secara singkat diuraikan sebagai berikut;
1. Hirarki belajar
2. Analisis tugas
3. Subsumptive sequence
4. Kurikulum spiral
5. Teori skema
6. Webteaching
7. Dan teori elaborasi

15
DAFTAR PUSTAKA

Degeng, I Nyoman Sudana. 2013. Ilmu Pembelajaran : Klasifikasi variabel untuk


pengembangan teori dan penelitan. Aras Media.
Dewi Salma Prawiladilaga. 2008. “Prinsip Disain Pembelajaran: intructional Design
Principles”. Fajar Interpratama Offset. Jakarta
Bella Herkiana Risky. 2017. “Studi Deskriptif tentang Strategi Pengorganisasia
Pembelajarandalam Pengembangan Sub Tema Berbasis Potensi Lokal di Gugus Parkit
Kecamatan Ungaran Barat”. Skripsi. Fakultas Ilmu Pendidikan: Universitas Negeri
Semarang

16

Anda mungkin juga menyukai