Anda di halaman 1dari 2

Nama : I Gede Surya Diva Ananda

Absen : 05
Kelas : X MIPA 2

Soal,

1. Jelaskan perbedaan filsafat Carwaka, Buddha, dan Jaina


2. Jelaskan tentang pendiri dan pokok-pokok ajaran filsafat mimamsa
3. Mengapa aliran filsafat Carwaka dikatakan bersifat materealistis?Jelaskan
4. Sebutkan 5 macam klesa dan pelepasannya

Jawaban,

1. A. Carwaka adalah filsafat yang atheisme, tidak percaya pada Sorga dan Neraka juga tidak percaya terhadap
Tuhan. Carwaka menitik beratkan untuk mencari kesenangan duniawi saja dan menjauhi hal-hal yang
menyebabkan penderitaan.
B. Buddha adalah protes dari ajaran Brahmana dan menolak ajaran Weda yang menekankan pada aspek etika,
cinta kasih, persaudaraan dan menolak kasta. Ia percaya bahwa yang memberikan nirwana bukan Tuhan, tetapi
diri sendiri.
C. Jaina artinya memperoleh kemenangan dalam menghadapi tantangan duniawi. Filsafat ini menekankan pada
aspek etika terutama komitmennya terhadap ajaran Ahimsa.

2. A. Pendiri ajaran Mimamsa adalah Maharsi Jaimini dengan sumber utama ajarannya adalah keyakinan akan
kebenaran dan kemutlakan upacara dalam kitab weda ( Brahmana dan Kalpa Sutra ) dan sumber ajarannya
tertulis dalam Jaiminisutra, karya Maharsi Jaimini.
B. Pokok-Pokok ajaran Mimamsa,
Sebagai filsafat, Mimamsa mencoba menegakkan keyakinan keagamaan Veda. Kejujuran yang mendasari
keyakinan keagamaan Veda terdiri dari bermacam-macam unsur,
1). Percaya dengan adanya roh yang menyelamatkan dari kematian dan menikmati hasil dari ritual di
sorga.
2). Percaya tentang adanya kekuatan atau potensi yang melestarikan dampak dari ritual yang
dilaksanakan.
3). Percaya bahwa dunia adalah suatu kenyataan dan semua tindakan yang kita lakukan dalam hidup ini
bukanlah suatu ilusi. Pengikut Buddha tidak mengakui adanya roh dan kenyataan dunia.
Ajaran Mimamsa adalah ajaran yang bersifat pluralistik dan realistik dalam artian jiwa itu berjumlah banyak atau
jamak, sedangkan alam semesta adalah nyata dan berbeda dengan jiwa. Tujuan utama sistem filsafat Mimamsa
adalah untuk mempertahankan dan memberikan landasan filsafat ritualisme bagi kitab suci Veda. Dukungan
diberikan dalam dua cara,
1). Dengan memberikan sebuah metodologi interpretasi agar ajaran-ajaran Veda yang rumit mengenai
ritual-ritual bisa dipahami, diharmoniskan dan diikuti tanpa suatu kesulitan.
2). Dengan menyediakan suatu justifikasi filsafat ritualisme. Dukungan ini dikembangkan berdasarkan
nalar untuk memperkuat posisi Veda sebagai kitab suci sabda Tuhan. Selain itu, tujuan Mimamsa adalah
menyusun aturan-aturan cara menerangkan isi Veda yang sebenarnya atau untuk menegakkan dharma.

3. Karena, ajaran ini hanya percaya terhadap apa yang dilihat secara langsung. Oleh karena itu ajaran ini percaya
hanya pada sesuatu yang ada di dunia ini sehingga letak titik fokusnya hanya pada mencari kesenangan duniawi
atau yang disebut materealistis.
4. Berikut 5 macam Klesa beserta Pelepasannya,
1. Awidya (Kebodohan),
Kebodohan atau awidya menjadi penyebab pertama dari penderitaan manusia. Bodoh berarti ia tidak
memiliki pengetahuan yang utuh pada suatu objek ataupun permasalahan. Kebodohan menyebabkan orang
mudah di tipudaya oleh orang lain, atau setidaknya ia menjerumuskan dirinya sendiri dalam kubang
penderitaan.
2. Asmita (Keakuan),
Keakuan atau asmita merupakan rasa ego yang berlebihan pada diri seseorang, merasa diri selalu lebih dari
orang lain. ‘Keakuan’ yang berlebih cenderung membuat orang ditinggalkan dari orang disekitarnya. “Aku
Paling Pintar, Aku Paling Kaya, Aku Paling mampu, Aku paling Berjasa”, merupakan beberapa tampilan dari
Asmita. Jika sikap hidup ini yang muncul dalam diri manusia, maka dia akan mengalami penderitaan, atau
setidaknya dia pada suatu titik akan menemukan kenyataan bahwa ada orang lain yang lebih dari dirinya.
3. Raga (Keterikatan),
Keterikatan atau Raga merupakan ikatan yang berlebihan pada suatu objek. Keterikatan yang berlebih
berarti ketidaksadaran akan sifat kesementaraan dari semua yang ada di dunia. Kepedihan dan penderitaan
akan menghampirinya, jika mulai kehilangan sesuatu yang dimiliki.
4. Dwesa (Kebencian),
Kebencian atau Dwesa menjadi salah satu potensi penyebab penderitaan. Kebencian adalah awal dari
kemarahan dan kemudian berlanjut menyebabkan orang menjadi gelap hati. Ketika sudah gelap hati, orang
mulai melakukan hal-hal yang nantinya menyebabkan diri terjerumus dalam penderitaan.
5. Abhiniwesa (Ketakutan dan kematian),
Ketakutan akan kematian atau Abhiniwesa berarti pengingkaran terhadap hukum alam, bahwa semua yang
terlahirkan pasti akan menghadapi kematian. Kesadaran akan hadirnya kematian merupakan penerimaan
dari hukum semesta. Ketika seseorang selalu dihantui ketakutan akan kematian, maka dirinya akan
dibelenggu oleh ketakutan dalam menjalani warna-warni hidup.

Anda mungkin juga menyukai