Anda di halaman 1dari 6

CIRI ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT INDIA

Nama : Muhammad Ahnaf Nadewa Biyangsa Ahyar


NIM : 16/397380/FI/04245

A. Ciri Aliran Filsafat Upanishad


Karateristik atau ciri khas dari aliran filsafat Upanishad adalah
kehomogenan mereka. Banyak konsepsi yang ternyata berbeda dapat
ditemukan di dalam Upanishad secara keseluruhan di dalam setiap
Upanishad. Walaupun dalam setiap Upanishad mungkin menekankan ide-ide
tertentu atau pandangan tertentu. Namun, perbedaan tersebut sering
tampak murni sebagai sebuah kecelakaan dan tidak begitu penting.
Beberapa ciri Upanisad lannya adalah :
1. Kebanyakan dalam bentuk dialog antara Guru dan Sisya.
2. Membedah filsafat Paravidya.
3. Menghindari upacara, lebih beralih ke meditasi.
4. Lebih menekankan kehidupan spiritual ( jiwa ).
5. Bersifat rahasia.
6. Optimistik.
7. Terpenting dari Prastana.
8. Segar, sederhana, alami.
9. Otoritasnya tinggi diantara pustaka suci.
10. Luhur, mulia, suci, awet/lestari.
11.
Indah.
12. Merupakan Wahyu Tuhan.
13. Sreya ( baik, mulia, kualitasnya penuh spiritual )
14. Tyaga ( tidak terikat )
15. Omnijektif ( obyektif dan subyektif dari Wahyu )

B. Ciri Aliran Filsafat Carwaka


Karateristik atau ciri khas dari aliran filsafat Carwaka antara lain :

1.

Karakteristik pemikiran Carwaka ditandai dengan penekanan

2.
3.

pada hidup gembira yang materialisme atau hedonisme.


Carwaka percaya bahwa dunia materialis adalah nyata
Dunia ini tersusun atas 5 elemen, yaitu : air, api, tanah,
udara, dan eter. Tetapi, Carwaka menolak eter karena

4.

menurutnya eter tidak dapat dirasakan keberadaannya.


Menolak konsep jiwa, tuhan, surga dan neraka, juga konsep
darma dan moksa

C. Ciri Aliran Filsafat Budhisme


Salah satu ciri khas Budhisme adalah pesimisme. Inti dari ajarannya
adalah segala sesuatu adalah duka (sarvam dukham). Penderiaan atas
suatu samsara adalah riil, oleh sebab itu manusia harus berusaha
melepaskan diri dari kesengsaraan.
Budha mengajarkan empat kebenaran utama (aryasatyani), yaitu:

Hidup adalah sengsara (dukha)


Penderitaan timbul karena keinginan (samudhaya)
Penderitaan dapat diakhiri dan di capai nirvana dimana segala

aliran kehidupan berakhir.


Hal ini dapat terlaksana dengan perbuatan-perbuatan dan
disiplin yang berpuncak pada konsentrasi dan meditasi.

D. Ciri Filsafat Jainisme


Aliran ini menolak seluruh otoritas Veda, setiap pendapat adalah sah,
dan melihat komleksitas
perbedaan

titk

tolak

realias.

yang

Perbedaan pendapat terjadi

digunakan

penemuan pada satu realitas saja.

seseorang

atau

karena

keterbatasan

Tujuh titik tolak Jainisme memandang realitas, yaitu : ada, tiada, tidak
dapat dilukiskan, ada dan dapat dilukiskan, tiada dan tidak dapat dilukiskan,
ada dan tiada, ada-tiada dan tidak dapat dilukiskan. Aliran ini juga
mengembangkan tradisi atheisme tetapi spiritual.
E. Ciri Filsafat Nyanya
Nyaya memiliki tipe filsafat yang analitis serta menjunjung tinggi akal
sehat dan sains. Ciri khas sistem Nyaya adalah penggunaan metode sains,
yakni pemeriksaan logis dan kritis. Dalam studi klasik tentang Hinduisme,
terdapat lima subjek yakni: sastra (kavya), drama (namaka), retorika
(alamkara), logika (tarka) dan tata bahasa (vyakarana). Studi apapun yang
kemudian akan diambil oleh si pelajar, ia harus mengambil studi awal
tentang logika yang merupakan dasar bagi semua studi lainnya. Setiap
sistem filsafat Hindu menerima prinsip dasar logika Nyaya. Jadi sistem Nyaya
berfungsi sebagai sebuah pengantar bagi semua filsafat sistematis.
Nyaya berpangkal pada keyakinan bahwa dunia di luar kita itu berdiri
sendiri, lepas daripada pikiran kita. Kita dapat mempunyai pengetahuan
tentang dunia luar kita itu, yaitu dengan perantaraan pikiran kita. Dalam
usahanya untuk mengetahui dunia di luarnya, pikiran dibantu (melalui
perantara) oleh indera kita. Karena pendirian yang demikian ini maka sistim
Nyaya dapat disebut sistim yang realistis.
Karena Nyaya meyakini kebenaran weda, maka penganut Nyaya
(Naiyayika) percaya akan adanya Tuhan dan Tuhan disamakan dengan siwa.

F. Ciri Filsafat Waisesika


Waisesika menganut paham realisme pluralistik. Aliran filsafat ini
berpendapat bahwa setiap efek adalah ciptaan baru atau sebuah awal baru,

dengan demikian aliran filsafat ini membantah teori pra-eksistensi. Waisesika


menganut paham theistik, artinya percaya dengan eksistensi Tuhan. Aliran
filsafat ini menyamakan tuhan dengan siwa. Penyebab dunia ini adalah atom
yang kekal.
Waisesika mengakui sembilan zat utama: Lima material dan empat zat
non-material. Lima zat material: bumi, air, api, udara dan akasha. Keempat
zat non-materi adalah: ruang, waktu, jiwa dan pikiran. Bumi, air, api dan
udara adalah atom tapi akasha adalah non-atom dan tak terbatas.
Ruang dan waktu tak terbatas dan kekal. Konsep jiwa adalah
sebanding dengan diri atau atman. Aliran filsafat ini juga menganggap
bahwa kesadaran bukan kualitas penting bagi jiwa. Pikiran (manas) diterima
sebagai zat atom tapi terpisahkan dan abadi. pikiran membantu untuk
membangun kontak diri ke objek dunia luar.

G. Ciri Filsafat Samkhya


Samkhya memiliki ciri yang membedakannya secara menyolok dari
sistem filsafat Hindu yang lain. Yaitu penekanannya pada persoalan dualitas
dan pluralitas. Pendukung sistem ini menyangkal bahwa dunia ini dicipta dari
tiada atau ketiadaan.
Dalam

mencari

pengetahuan

yang

benar,

filsuf

Samkhya

menggariskan tiga metode. Yaitu: Pratyaksa pramana atau pengamatan


langsung; Anumana pramana (penyimpulan); Apta Vakya atau penegasan
yang pantas, berlandaskan apa yang diajarkan kitab Veda atau ucapan para
maharesi.

Penekanan

pada

dualitas

dapat

dilihat

pada

ajarannya

yang

menyatakan bahwa awal terjadinya dunia atau alam semesta ialah purusha
dan prakrti. Purusha ialah asas ruhani, dan prakrti ialah asas kebendaan
atau jasmani.
Aliran ini tidak percaya akan adanya tuhan

H. Ciri Filsafat Yoga

Keseluruhan aliran Yoga dan Samkhya adalah sama, kecuali pada


bagian ketuhanan. Samkhya menolak adanya konsep ketuhanan sedangkan
Yoga mengakui adanya konsep ketuhanan.

I. Ciri Filsafat Mimamsa


Bersifat realis, idealis, monistis, atau pluralis. Menerima Brahman
sebagai realitas tertinggi. Orientasi usaha merealisasikan Brahman seabagai
jiwa sendiri:
a.

Sankara (sistem non dualistis)

b.

Ramanuja (menekan perbedaan nondualisme sankara)

c.

Madhava (bersifat dualistis)

d.

Pasupata, sakta dan Pancaratra

DAFTAR PUSTAKA
http://www.slideshare.net/AnishShah8/charvaka-phiosopy (Diakses pada
Selasa, 15 November 2016)
https://msu.edu/~puhek/miem/Upanishads.html (Diakses pada Selasa, 15
November 2016)
http://dekutakerug.blogspot.nl/2012/01/upanisad.html (Diakses pada Selasa,
15 November 2016)
http://abc333.yu.tl/filsafat-india.xhtml (Diakses pada Selasa, 15 November
2016)
Matius Ali, Filsafat India, Karang Mulya: Sanggar Luxor , cet l, 2010, h. 33-35
I Gede Rudia Adiputra dkk, Tattwa Darsana, h. 26
http://indianphilosophy.50webs.com/vaishesh.html (Diakses pada Selasa, 15
November 2016)
https://ahmadsamantho.wordpress.com/2010/01/19/samkhya-filsafat-yangmengajarkan-optimisme/ (Diakses pada Selasa, 15 November 2016)

Anda mungkin juga menyukai