Anda di halaman 1dari 3

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Otitis Media Efusi (OME) adalah gangguan pada telinga tengah yang
disebabkan oleh proses inflamasi. Otitis media efusi ditandai dengan kumpulan
cairan pada telinga tengah tanpa gejala infeksi. Otitis media efusi atau sering juga
disebut sebagai Otitis Media Serosa umumnya akan sembuh dengan sendirinya
dalam dua sampai dengan empat minggu, namun pada beberapa kasus, dapat
berlangsung sampai berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun. Efusi kronik pada
telinga seringkali mengakibatkan gangguan pendengaran (Simbolon & Dwi
Saputra, 2019)

Walaupun jarang, OME dapat juga menyerang orang dewasa. Kasus OME
pada orang dewasa biasanya terjadi setelah pasien mengalami infeksi saluran
pernafasan atas yang berat seperti sinusitis, reaksi alergi berat, perubahan drastis
pada tekanan udara setelah naik pesawat atau menyelam, atau etiologi lain yang
dapat menyebabkan disfungsi tuba eustachius. Berdasarkan laporan WHO
mengenai epidemiologi otitis media, prevalensi OME di Indonesia adalah 3,8%.
Hasil Riskesdas tahun 2013 menunjukan bahwa penduduk Indonesia usia 5 tahun
ke atas 2,6% mengalami gangguan pendengaran, 0,09% mengalami ketulian,
18,8% ada sumbatan serumen, dan 2,4% ada sekret di liang telinga (Kementrian
Kesehatan RI, 2018).

Terapi pengobatan OME meliputi observasi, medikamentosa dan operasi.


Sebagian besar pasien OME tidak membutuhkan terapi kecuali observasi,
terutama apabila gangguan pendengaran yang dialami ringan. Pasien OME
umumnya akan diobservasi terlebih dahulu selama tiga bulan sejak awal atau
sejak didiagnosis OME. Pada kasus yang berat, yaitu pada pasien yang memiliki
kemungkinan kecil untuk resolusi spontan, dapat segera dilakukan terapi lebih
lanjut. Terapi pembedahan dianjurkan untuk pasien yang telah mengalami OME
persisten dan tidak menunjukkan perbaikan dengan medikamentosa atau
gangguan pendengaran yang menetap (Rusly et al., 2016)
Pilihan untuk terapi pembedahan pada pasien OME adalah pemasangan tuba
timpanostomi. Penelitian menunjukkan bahwa miringotomi dan aspirasi efusi
telinga tengah tanpa pemasangan tuba ventilasi hanya menunjukkan perbaikan
jangka pendek dan tidak direkomendasikan sebagai pilihan terapi utama pada
pasien OME. Pemasangan tuba timpanostomi bertujuan untuk memberikan
ventilasi rongga telinga tengah yang bertujuan untuk meningkatkan ambang batas
pendengaran. Saat ini tuba timpanostomi digolongkan ke dalam 2 grup besar,
yaitu tuba timpanostomi jangka pendek dan jangka panjang. Tuba timpanostomi
jangka pendek dipasang pada membran timpani selama rata-rata 12 bulan,
contohnya adalah grommet. Tuba timpanostomi jangka panjang dapat dipasang
pada membran timpani hingga rentang beberapa tahun, contohnya adalah T-tubes
(van Brink & Gisselsson-Solen, 2019).

Penelitian menunjukkan pemasangan grommets pada anak dapat meingkatkan


kualitas hidup penderita otitis media efusi. Peningkatan yang signifikan terlihat
pada individu dengan skor kualitas hidup setelah operasi (p <0,001). Tingkat
perbaikan pasca operasi berkorelasi dengan peningkatan kualitas hidup (p <0,001)
(van Brink & Gisselsson-Solen, 2019). Berdasarkan uraian tersebut, diperlukan
untuk membahas mengenai inovasi pemasangan Ventilation Tube Insertion atau
Grommets pada penderita Otitis Media Efusi (OME).

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana inovasi pemasangan Ventilation Tube Insertion atau Grommets


pada penderita Otitis Media Efusi (OME)?
1.3 Tujuan
1. Tujuan umum
Menjelaskan inovasi pemasangan Ventilation Tube Insertion atau
Grommets pada penderita Otitis Media Efusi (OME).
2. Tujuan khusus
a. Menjelaskan konsep Otitis Media
b. Menjelaskan konsep Ventilation Tube
c. Menjelaskan efektifitas Ventilation Tube Insertion pada penderita
Otitis Media Efusi (OME)

1.4 Manfaat

Tenaga medis dapat memperoleh pengetahuan tentang pemasangan


Ventilation Tube Insertion atau Grommets pada penderita Otitis Media Efusi
(OME) sehingga dapat dijadikan panduan dalam melakuakan asuhan medis dan
asuhan keperawatan.

Reference

Kementrian Kesehatan RI. (2018, March). Telinga Sehat Investasi Masa Depan.
https://www.kemkes.go.id/article/view/18030500002/telinga-sehat-investasi-
masa-depan.html

Rusly, R. F., Anggraeni, R., Dewi, Y. A., & Boesoirie, S. F. (2016). Pemasangan
Grommet pada Pasien Otitis Media Efusi dengan Riwayat Karsnoma
Nasofaring Pasca Raioterapi. Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran
RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung Alamat.

Simbolon, R. P., & Dwi Saputra, K. A. (2019). Distribusi penderita otitis media
efusi (OME) berdasarkan beberapa faktor risiko pada siswa Sekolah Dasar di
Kabupaten Karangasem, Propinsi Bali. Medicina, 50(1), 85–89.
https://doi.org/10.15562/medicina.v50i1.371

van Brink, J., & Gisselsson-Solen, M. (2019). Quality of life in Swedish children
receiving grommets – An analysis of pre- and postoperative results based on
a national quality register. International Journal of Pediatric
Otorhinolaryngology, 120(February), 44–50.
https://doi.org/10.1016/j.ijporl.2019.02.009

Anda mungkin juga menyukai