Anda di halaman 1dari 21

TUGAS MATA KULIAH EPHB

DOSEN PENGAMPU : Ajat Sudrajat, M. Si


Feri Andi Syuhada, S.Pd, M.Pd

“PENENTUAN SKOR DAN MENGOLAH DATA HASIL PENGUKURAN”

OLEH :

KELOMPOK 10
1. Rizkina Hakiki (4192431016)
2. Suci Ayu Simeru (4193331001)
3. Tiur Maida Nababan (4193131009)

PSPK 2019 A

PENDIDIKAN KIMIA 2019 A


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya
yang berlimpah sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Tanpa pertolongan-
Nya kami tidak akan sanggup menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah
yang berjudul “Penentuan Skor Dan Mengolah Data Hasil Pengukuran” ini
merupakan syarat wajib untuk memenuhi tugas mata kuliah EPHB.

Ucapan terima kasih kepada para pendukung penulis dalam menyelesaikan


makalah ini, khususnya kepada Bapak Ajat Sudrajat, M. Si dan Bapak Feri Andi
Syuhada, S.Pd, M.Pd. selaku dosen mata kuliah yang telah memberikan bimbingan.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya.Untuk itu, kami
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, agar menjadi lebih
baik lagi.Kami juga berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca baik secara
pribadi maupun kelompok.

Medan, 19 April 2021

Kelompok 10

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................i

DAFTAR ISI.................................................................................................................ii

BAB I.............................................................................................................................1

PENDAHULUAN.........................................................................................................1

I.1 Latar Belakang......................................................................................................1

I.2 Rumusan Masalah.................................................................................................1

I.3 Tujuan...................................................................................................................1

BAB II...........................................................................................................................2

PEMBAHASAN............................................................................................................2

II. 1 Penilaian.............................................................................................................2

II. 2 Teknik Pengolahan Hasil Tes.............................................................................4

II.3 Skor Total (Total Score)......................................................................................8

II.4 Konversi Skor......................................................................................................8

II.5 Pengolahan Data Hasil Tes: PAP dan PAN........................................................8

II.6 Persamaan dan perbedaan PAP dan PAN.........................................................14

BAB III........................................................................................................................16

PENUTUP...................................................................................................................16

III.1 Kesimpulan......................................................................................................16

III.2 Saran.................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................18

ii
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Sebagai calon pendidik kita dituntut untuk bisa berkerja seprofesional
mungkin, untuk menjadi guru yang profesianal kiata di tuntut untuk menguasai hal-
hal yang berkaitan dengan proses kegiatan pembelajaran. dalam proses pembelajaran
guru diharapkan mampu menilai peserta didiknya seobjektif mungkin atau sesuai
dengan kemampuan si anak, sehingga tidak menimbulkan kontrofersi dalam penilaian
tersebut. Pada penilaian hasil belajar ada standarisasi tersendiri agar penilaian
tersebut tidak menimbulkan kontrofersi.Kita mengenal Penilaian acuan Patokan
(PAP) dan Penilaian Acuan Norma (PAN). Dua acuan penilaian inilah yang akan kita
bahas pada makalah ini.

I.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu Penilaian Acuan Patokan (PAP)?
2. Apaitu Penilaian Acuan Norma (PAN)?
3. Apa persamaan dan Perbedaan PAN dan PAP?

I.3 Tujuan
1. Untuk mengetahuiapa itu Penilaian Acuan Patokan (PAP).
2. Untuk mengetahui apa itu Penilaian Acuan Norma (PAN).
3. Untuk Mengetahui persamaan dan Perbedaan PAN dan PAP.

1
BAB II
PEMBAHASAN
II. 1 Penilaian
Penilaian atau asesmen merupakan kegiatan pengumpulan insformasi hasil
belajar peseta didik secara berkesinambungan menetapkan apakah peseta didik telah
menguasai kompetensi yang ditetapkan oleh kurikulum.Berdasarkan data dan
informasi yang telah diperoleh seorang guru dapat memberikan keputusan terhadap
prestasi peseta didiknya.
Setelah data dan informasi peseta didik terkumpul, baik secara langsung
mapun tidak langsung maka langkah selanjutnya adalah melakukan pengolahan data
(hasil penilaian). Mengolah data berarti memberikan nilai dan makna terhadap data
yang sudah dikumpulkan sebagaimana dikatakan oleh Carl H. Witherington (1952)
“an evaluation is a declaration that samething has or does not have value”. Jika
datanya tentang prestasi belajar, berarti pengolahan data tersebut memberi nilai
kepada peserta didik berdasarkan kualitas hasil pekerjaannya.
Penilaian harus memberikan sumbangan positif terhadap pecapaian belajar
peserta didik.Hasil penilaian tentunya harus dapat dinyatakan dan dirasakan sebagai
penghargaan kepada peserta didik yang berhasil atau sebagai pemicu semangat
belajar bagi peserta didik yang masih harus berjuang memperoleh keberhasilan
(Sudjatmiko dan Lili Nurlaili, 2003: 18).
Fenomena yang terjadi banyak guru (evaluator) yang sudah mengumpulkan
data hasil tes dari peserta didiknya, namun belum tahu bagaimana mengolahnya
sehingga data tersebut menjadi mubadzir, data tanpa makna. Sebaliknya jika ada data
yang relative sedikit, tetapi sudah mengetahui cara pengolahannya maka data tersebut
akan mempunyai makna. (Mariana, 2003).
Agar data yang terkumpul memiliki makna, guru sebagai evaluator harus
benar-benar menguasai bagaimana cara memberikan skor yang baik dan benar-benar
dilakukan secara adil sehingga tidak merugikan berbagai pihak. Mengingat begitu
pentingnya pengolahan data dan informasi yang kemudian akan memberikan makna
terhadap peserta didik maka dalam makalah ini akan mencoba memberikan

2
pemaparan tentang “Bagaimana Pengolahan Hasil Penilaian” yang harus dilakukan
oleh seorang evaluator, agar dalam pelaksanaan penilaian dapat dilakukan dengan
benar sehingga tidak membawa kerugian kepada semua pihak.
Sebagaimana diamanahkan oleh Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, bahwa agar mutu pendidikan terjamin kegiatan evaluasi
adalah bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran. Tentang penilaian
juga diatur di Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan bahwa penilaian merupakan proses pengumpulan informasi
dalam rangka mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik. Tanggung jawab itu
tentu harus dilakukan oleh guru ketika memberikan penilaian dan mengolah nilai
berdasarkan data dan informasi terhadap peserta didik secara obyektif sehingga tidak
melakukan kesalahan.
Skor adalah hasil pekerjaan menskor (memberikan angka) yang diperoleh
dengan jalan menjumlahkan angka-angka bagi setiap soal tes yang dijawab dengan
betul oleh siswa, dengan memperhitungkan bobot jawaban betulnya. Adapun yang
dimaksud nilai adalah angka (bisa juga huruf), yang merupakan hasil ubahan dari
skor yang sudah dijadikan satu dengan skorskor lainnya, serta disesuaikan
pengaturannya dengan standar tertentu. Oleh sebab itu nilai sering disebut dengan
skor standar (standart score). Nilai pada dasarnya adalah angka atau huruf atau
kategori yang melembangkan seberapa jauh atau seberapa besar kemampuan yang
telah ditunjukkan oleh siswa terhadap materi atau bahan yang diujikan, sesuai dengan
rumusan kompetensi dasar dan indikatornya yang telah ditentukan. Untuk sampai
kepada nilai, maka skor-skor hasil ujian yang pada hakekatnya masih merupakan
skor-skor mentah itu perlu diolah lebih dahulu sehingga dapat diubah atau dikonversi
menjadi skor yang sifatnya baku atau standar.
Skor menyimpan informasi mengenai kemampuan siswa. Menurut Crocker
dan Algina skor adalah jumlah dari tiap butir yang dijawab benar oleh siswa, dan
siswa mendapat nilai satu untuk jawaban yang benar dan nilai nol untuk jawaban
yang salah.11 Ada beberapa manfaat dengan adanya skor, diantaranya: akan
diperoleh deskripsi mengenai performansi siswa dalam tes, dapat melakukan analisis

3
kuantitatif terhadap tes dan kaitannya dengan variabel lain, dan yang paling penting
dapat memberikan evaluasi terhadap performansi siswa.

II. 2 Teknik Pengolahan Hasil Tes


Menurut Zainal Arifin (2006) dalam mengolah data hasil tes, ada 4 (empat)
langkah pokok yang harus ditempuh, yaitu:
 Menskor, yaitu memberi skor terhadap hasil tes yang dapat diperoleh oleh
peserta didik. Untuk memperoleh skor mentah diperlukan tiga jenis alat bantu
yaitu kunci jawaban, kunci skoring dan pedoman konversi.
 Mengubah skor mentah menjadi skor standard sesuai dengan norma tertentu.
 Mengkonversikan skor standar ke dalam nilai baik berupa huruf maupun
angka.
 Melakukan analisis soal (jika diperlukan) untuk mengetahui derajat validitas
dan reliabilitas soal, tingkat kesukaran soal (difficulty index), dan daya
pembeda.
Setelah melaksanakan kegiatan tes dan lembar pekerjaan peserta didik telah
diperiksa kebenaran, kesalahan dan kelengkapannya langkah selanjutnya adalah
menghitung skor mentah untuk setiap peserta didik berdasarkan rumus-rumus tertentu
dan bobot setiap soal.Kegiatan ini harus dilakukan dengan ekstra hati-hati karena
menjadi dasar bagi kegiatan pengolahan hasil tes sampai menjadi nilai
prestasi.Sebelum melakukan tes, guru harus sudah menyusun pedoman pemberian
skor.Pedoman penskoran sangat penting disiapkan terutama bentuk soal esai.Hal ini
dimaksudkan untuk meminimalisir subyektivitas penilai.
Begitu juga ketika melakukan tes domain afektif dan psikomotor peserta
didik, karena harus ditentukan ukuran-ukuran sikap dan pilihan tindakan dari peserta
didik dalam menguasai kompetensi yang telah ditetapkan.Rumus penskoran yang
digunakan bergantung pada bentuk soalnya, sedangkan bobot (weight) bergantung
pada tingkat kesulitan (difficulty indek), sebagai misal sukar, sedang dan
mudah.Untuk lebih jelasnya kami paparkan cara- cara pengolahan hasil evaluasi
sebagai berikut:

4
a. Cara Memberi Skor Mentah untuk Tes Uraian
Dalam bentuk uraian skor mentah dicari dengan menggunakan system bobot,
system bobot itu sendiri dibagi dua cara, yaitu:
1) Bobot dinyatakan dalam system skor maksimum sesuai dengan tingkat
kesukarannya. Sebagai missal untuk soal yang mudah skor maksimumnya adalah
6, untuk skor yang sedang skor maksimumnya 7 dan untuk skor yang tergolong
sulit diberi skor maksimum 10. Dengan demikian ketika menggunakan cara ini
peserta didik tidak mungkin mendapatkan skor 10.
Contoh 1.
Seorang peserta didik diberi tiga soal dalam bentuk uraian.Setiap soal diberi skor (x)
maksimum dalam rentang 1-10 sesuai dengan kualitas peserta didik.
Tabel 1
Penghitungan Skor dengan Sistem Bobot Pertama
No. Soal Tingkat Kesukaran Jawaban Skor (x)
1 Mudah Betul 6
2 Sedang Betul 7
3 Sukar Betul 10
Jumlah 23

∑X
Rumus Skor:
∑S
Keterangan:
∑X = jumlah skor ∑S = jumlah soal
23
Jadi Skor peserta didik = = 7,67
3

2) Bobot dinyatakan dalam bilangan-bilangan tertentu sesuai dengan tingkat


kesukaran soal. Sebagai contoh; soal mudah diberi bobot 3, soal sedang diberi
bobot 4 dan soal yang sulit diberi bobot 5. Dengan menggunakan cara ini
memungkinkan peserta didik mendapatkan skor 10.
Contoh 2.

5
Seorang peserta didik dites dengan tiga soal dalam bentuk uraian. Asing-masing soal
diberi bobot sesuai dengan tingkat kesulitannya, yaitu bobot 5 untuk soal yang
sukar;4 untuk soal sedang, dan 3 untuk soal yang mudah. Tiap-tiap soal diberikan
skor (X) dengan rentang 1-10 sesuai dengan kualitas jawaban yang betul.Kemudian
skor (X) yang dicapai oleh setiap peserta didik dikallikan dengan bobot setiap soal.
Tabel 2
Penghitungan Skor dengan Sistem Bobot Kedua

No. Tingkat
Jawaban Skor (x) Bobot (B) XB
Soal Kesukaran

1 Mudah Betul 10 3 30
2 Sedang Betul 10 4 40
3 Sukar Betul 10 5 50
Jumlah 30 12 120

∑ XB
Rumus Skor:
∑B
Keterangan:
TK = tingkat kesukaran
X = skor tiap soal
B = bobot sesuai dengan tingkat kesukaran soal
∑XB= jumlah hasil perkalian X dengan B
120
Jadi, skor peserta didik adalah; = 10
12

b. Cara Memberikan Skor Mentah untuk Tes Objektif


Ada dua cara untuk memberikan skor pada soal tes bentuk objektif, yaitu:
1) Tanpa menggunakan rumus tebakan (Non Guessing Formula)
Cara ini digunakan apabila soal belum diketahui tingkat kebaikannya.Caranya
adalah dengan menghitung jumlah jawaban yang betul saja, setiap jawaban betul
diberi skor 1 dan jawaban salah diberi skor 0. Jadi, skor = jumlah jawaban yang betul.
2) Menggunakan Rumus Tebakan (Guessing Formula)

6
Rumus ini digunakan apabila soal-soal tes itu sudah pernah diujicobakan dan
dilaksanakan sehingga dapat diketahui tingkat kebenarannya. Adapun rumus-rumus
tebakan tersebut adalah;
a) Untuk item bentuk benar-salah (true-false)
Rumus: S = ∑B - ∑S
Keterangan:
S = skor yang dicari
∑B = jumlah jawaban yang benar
∑S = jumlah jawaban yang salah

b) Untuk item bentuk pilihan-ganda (multiple choice)


S
B−
Rumus: S = P−1
N
Keterangan:
S = skor yang dicari
∑B = jumlah jawaban yang benar
∑S = jumlah jawaban yang salah
n = jumlah alternative jawaban yang disediakan
1 = bilangan tetap

c) Untuk soal bentuk menjodohkan (matching)


Rumus: S = ∑B
Keterangan:
S = skor yang dicari
∑B = jumlah jawaban yang benar

d) Untuk soal bentuk jawaban singkat (short answer) dan melengkapi


(completion)
Rumus: S = ∑B

7
Keterangan:
S = skor yang dicari
∑B = jumlah jawaban yang benar

II.3 Skor Total (Total Score)


Skor total adalah jumlah skor yang diperoleh dari seluruh bentuk soal setelah
diolah dengan rumus tebakan (guessing formula) (Zainal Arifin, 2009: 231). Skor ini
merupakan skor mentah (raw score).Langkah selanjutnya adalah mengolah skor
mentah tersebut menjadi nilai-nilai jadi.

II.4 Konversi Skor


Konversi skor adalah proses transformasi skor mentah yang dicapai peserta
didik ke dalam skor terjabar atau skor standar untuk menetapkan nilai hasil belajar
yang telah diperoleh (Safari, 2003).
 Cara Memberi Skor untuk Skala Sikap
Data penilaian sikap bersumber dari catatan harian peserta didik berdasarkan
pengamatan atau observasi para evaluator.Data hasil pengamatan tersebut kemudian
dilengkapi dengan hasil penilaian berdasarkan pertanyaan langsung dan laporan
pribasi (Tim Penyusun, 2007: 35).

 Cara Memberi Skor untuk Domain Psikomotor


Dalam domain psikomotor yang diukur adalah penampilan dan kinerja.untuk
mengukurnya dapat dilakukan dengan cara menggunakan tes tindakan melalui
simulasi, unjuk kerja atau tes identifikasi. Salah satu instrument yang dapat
digunakan adalah skala penilaian yang terentang dari sangat baik (5), baik (4), cukup
baik (3), kurang baik (2), sampai pada hasil tidak baik (1).

II.5 Pengolahan Data Hasil Tes: PAP dan PAN


Setelah diperoleh skor setiap peserta didik, guru hendaknya tidak tergesa-gesa
menentukan prestasi belajar (nilai) peserta didik yang didasarkan pada angka yang

8
diperoleh setelah membagi skor dengan jumlah soal, karena cara tersebut dianggap
kurang proporsional. Misalnya, seorang peserta didik memperoleh skor 60, sementara
skala yang digunakan untuk mengisi buku rapor adalah skala 0 – 10 atau skala 0 – 5,
maka skor tersebut harus dikonversikan terlebih dahulu menjadi skor standar sebelum
ditetapkan menjadi nilai akhir.

1. Penilaian Acuan Patokan (PAP)


Pendekatan ini dititikberatkan pada apa yang dapat dilakukan oleh peserta
didik. Dapat pula dikatakan penilaian ini dititikberatkan pada kemampuan-
kemampuan apa yang telah dicapai oleh eserta didik sesudah menyelesaikan satu
bagian kecil dari suatu keseluruhan program.
Dengan demikian PAP meneliti apa yang dapat dikerjakan oleh peserta didik,
bukan membandingkan seorang peserta didik dengan teman sekelasnya, melainkan
dengan suatu kriteria atau patokan yang spesifik. Kriteria yang dimaksud adalah suatu
pengalaman tingkat belajar yang diharapkan tercapai sesudah selesai kegiatan belajar,
atau sejumlah kompetensi dasar yang telah ditetakan terlebih dahulu sebelum
kegiatan belajar berlangsung. Misalnya kriteris itu menggunakan 75% atau 80%. Bagi
peserta didik yang kemampuannya berada di bawah kriteria yang telah ditetapkan
dinyatakan belum berhasil dan harus mendapatkan remedial.
Tujuan penilaian acuan patokan adalah untuk mengukur secara pasti tujuan
atau kompetensi yang telah ditetapkan sebagai kriteria keberhasilannya.Penilaian
acuan patokan sangat bermanfaat dalam upaya meningkatkan kualitas hasil belajar
dari para peserta didik, karena dalam penilaian tersebut peserta didik diusahakan
mencapai standar yang telah ditentukan, dan hasil belajar peserta didik dapat
diketahui derajat pencapaiannya.Dalam menentukan batas kelulusan (passing grade)
dalam pendekatan ini, maka setiap skor peserta didik dibandingkan dengan skor ideal
yang mungkin dicapai oleh peserta didik. Misalnya, dalam suatu tes ditetapkan skor
idealnya adalah 100, maka peserta didik yang memperoleh skor 85 sama dengan
memperoleh nilai 8,5 dalam skala 0 – 10, dan demikian seterusnya.

9
Penilaian acuan patokan atau kriteria disebut juga dengan pendekatan ideal,
yaitu idealnya siswa mampu menjawab dengan benar semua soal maupun
menunjukkan penguasaan semua ketrampilan yang diujikan.
Rumus yang digunakan untuk mengolah nilai dengan PAP adalah:
Skor riil
Rentangan = ×100
Skor maksimum ideal
Keterangan:
Skor riil : Skor yang berhasil dicapai oleh setiap siswa
Skor maks Ideal : Skor yang mungkin dapat dicapai oleh setiap siswa bila mampu
menjawab dengan benar semua soal ujian
100 : Skala yang dipakai, yakni skala dengan rentangan mulai dari 0 s/d 100
Contoh :
Pada sebuah tes objektif pilihan ganda dengan jumlah soal sebanyak 50 butir. seorang
siswa menjawab dengan benar 30 soal. Maka skor yang dicapai adalah 30. Maka nilai

30
yang dicapai adalah = ×100 = 60.
50

2. Penilaian Acuan Norma (PAN)


Dalam penilaian acuan norma, makna angka (skor) seorang peserta didik
ditemukan dengan cara membandingkan hasil belajarnya dengan hasil belajar peserta
didik lainnya dalam satu kelompok atau kelas. Peserta didik dikelompokkan
berdasarkan jenjang hasil belajar sehingga dapat diketahui kedudukan relative
seorang peserta didik jika dibandingkan dengan teman sekelasnya (Suyitno, 2013).
Tujuan penilaian acuan norma ini adalah untuk membedakan peserta didik
atas kelompok-kelompok tingkat kemampuan, mulai dari yang terendah sampai
dengan yang tertinggi. Secara ideal, pendistribusian tingkat kemampuan dalam satu
kelompok menggambarkan suatu kurva normal.
Pada umumnya, penilaian acuan norma dipergunakan untuk seleksi. Soal tes
dalam pendekatan ini dikembangkan dari bagian bahan yang diangggap oleh guru
urgen sebagai sampel dari bahan yang telah disampaikan. Guru berwenang untuk

10
menentukan bagian mana yang lebih urgen. Dengan demikian guru harus membatasi
jumlah soal yang diperlukan, karea tidak semua materi yang disampaikan kepada
peserta didik dapat dimunculkan soal- soalnya secara lengkap.
Soal-soal harus dibuat dengan tingkat kesukaran yang bervariasi mulai dari
yang mudah hingga yang sukar sehingga memberikan kemungkinan jawaban peserta
didik bervariasi, soal dapat menyebar, dan dapat membandingkan peserta didik antara
yang satu dengan yang lainnya.
Pengolahan nilai hasil evaluasi hasil belajar dengan menggunakan pendekatan
nilai acuan norma juga disebut dengan penilaian acuan kelompok (PAK), sebab
dalam penentuan nilai hasil evaluasi skor mentah yang dicapai siswa diperbandingkan
dengan skor mentah hasil evaluasi yang dicapai oleh siswa lain, sehingga kualitas
yang dimiliki oleh seorang siswa akan sangat ditentukan oleh kualitas kelompoknya.
Penentuan nilai dengan menggunakan standar relatif ini juga cocok untuk
diterapkan pada tes-tes sumatif (ulangan umum, ujian akhir semester, EBTANAS,
atau yang setara dengan itu).
Dalam proses pengolahan skor mentah hasil evaluasi belajar menjadi nilai
didasarkan pada nilai rata-rata yang dicapai kelompok dan simpangan baku atau
standar deviasinya. Setelah diperoleh atau berhasil diketahui besarnya nilai rata-rat
atau mean dan standar deviasi dari skor-skor hasil evaluasi tersebut, selanjutnya skor-
skor mentah yang dicapai masing-masing siswa bisa dikonversi atau diubah menjadi
nilai standar. Ada bermacam-macam nilai standar yang dapat digunakan untuk
melakukan konversi tersebut , namun yang biasa digunakan ditingkat pendidikan
dasar adalah nilai standar sebelas (standard eleven).
Langakah-langkah pengolahan nilai hasil evaluasi hasil belajar menggunakan
pendekatan PAN adalah dengan contoh sebagai berikut:
Hasil evaluasi yang diikuti oleh 20 siswa diperoleh skor sebagai berikut:
98785456789877689787
Dari skor-skor tersebut dapat dicari:
Σ X = 9+8+7+...+8+7 = 143

11
a. Menghitung nilai rata-rata (mean) dari skor-skor mentah yang dicapai kelompok
dengan menggunakan rumus:
Mx = ΣΧ N
Mx : Mean atau nilai rata-rata yang dicari
ΣX : Jumlah seluruh skor yang dicapai kelompok
N : Banyaknya siswa yang dievaluasi
Jadi meannya adalah:
Mx = 143 20 = 7, 15
Menghitung mean/ nilai rata-rata lebih mudah dengan microsoft excel dengan klik =
AVERAGE(klik kolom yang akan dicari rata-ratanya) lalu enter

b. Menghitung simpangan baku/deviasi standar dengan cara sederhana, yaitu dengan

Σ x 2 atau Σ fx 2
rumus : SD =
√ N √ N
SD : simpangan baku yang dicari
Σ x2 : jumlah semua deviasi, setelah mengalami proses penguadratan
Σfx2 : jumlah hasil perkalian antara frekuensi masing-masing skor, dengan deviasi
skor yang telah dikuadratkan
N : Banyaknya siswa dalam kelompok
Dari data diatas diketahui:
Σ fx2 = (9-7,15)2+(8-7,15)2+..........+(8-7,15)2+(7-7,15)2 = 30,260
N = 20
30,260
Jadi SDx =
√ 20
= √ 1,51 = 1,2

Menghitung standar deviasi pada microsoft excel dengan klik = STDEV.S(klik kolom
yang akan dicari standar deviasinya) lalu enter.

c. Membuat patokan untuk konversi dengan menggunakan nilai standar sebelas

12
M + 2,25 SD = 7,15 + (2,25) (1,2) = 7,15 + 2,7 = 9,85 →10
M + 1,75 SD = 7,15 + (1,75) (1,2) = 7,15 + 2,1 = 9,25 →9
M + 1,25 SD = 7,15 + (1,25) (1,2) = 7,15 + 1,5 = 8,65 →8
M + 0,75 SD = 7,15 + (0,75) (1,2) = 7,15 + 0,9 = 8,05 →7
M + 0,25 SD = 7,15 + (0,25) (1,2) = 7,15 + 0,3 = 7,45 →6
M – 0,25 SD = 7,15 - (0,25) (1,2) = 7,15 – 0,3 = 6,85 →5
M – 0,75 SD = 7,15 – (0,75) (1,2) = 7,15 – 0,9 = 6,25 →4
M – 1,25 SD = 7,15 – (1,25) (1,2) = 7,15 – 1,5 = 5,65 →3
M – 1,75 SD = 7,15 – (1,75) (1,2) = 7,15 – 2,1 = 5,05 →2
M – 2,25 SD = 7,15 – (2,25) (1,2) = 7,15 – 2,7 = 4,45 →1
Dari hasil perhitungan tersebut dapat dibuat ringkasan patokan untuk konversi
sebagai berikut:
Skor mentah Skor standar
9,85 keatas 10
9,25 – 9,84 9
8,65 – 9,24 8
8,05 – 8,64 7
7,45 – 8,04 6
6,85 – 7,44 5
6,25 – 6,85 4
5,65 – 6,24 3
5,05 - 5,64 2
4,45 – 5,04 1
4,44 kebawah 0

d. Mengubah skor-skor mentah menjadi nilai standar dengan menggunakan patokan


diatas. Sebagai contoh, siswa caca mendapat skor 9, maka nilai standar yang
diperoleh adalah 8

e. Mengubah skor mentah menjadi skala 5 (skor huruf)


M + 2,0 (SD) = 7,15 + (2,0) (1,2) = 7,15 + 2,4 = 9,55
-------------------------------------------------------- A
M + 1,5 (SD) = 7,15 + (1,5) (1,2) = 7,15 + 1,8 = 8,95

13
-------------------------------------------------------- B
M + 0,5 (SD) = 7,15 + (0,5) (1,2) = 7,15 + 0,6 = 7,75
-------------------------------------------------------- C
M - 0,5 (SD) = 7,15 – (0,5) (1,2) = 7,15 – 0,6 = 6,55
-------------------------------------------------------- D
M – 1,5 (SD) = 7,15 – (1,5) (1,2) = 7,15 – 1,8 = 5,35
--------------------------------------------------------- E
Jadi jika siswa caca mendapat skor 9 maka nilai standar huruf yang diperoleh adalah
A
II.6 Persamaan dan perbedaan PAP dan PAN
1) Persamaan PAN dan PAP
 Penilaian acuan norma dan patokan memerlukan adanya tujuan evaluasi
spesifik sebagai penentuan fokus item yang diperlukan.
 Keduanya memerlukan sampel yang relevan untuk digunakan sebagai subjek
yang hendak dijadikan sasaran evaluasi.
 Untuk mendapatkan informasi yang diinginkan tentang siswa, kedua
pengukuran memerlukan berbagai item yang disusun dalam satu tes
menggunakan aturan dasar penulisan instrument. Keduanya mempunyai
syarat perumusan secara spesifik perilaku yang akan diukur.
 Keduanya dinilai kualitas dan segi validitas dan realibilitasnya
2) Perbedaan PAN dan PAP
 Penilaian acuan norma mengukur sejumlah besar perilaku khusus dengan
sedikit butir tes untuk setiap perilaku. Sedangkan penilaian acuan patokan
mengukur perilaku khusus dalam jumlah yang terbatas dengan banyak butir
untuk setiap perilaku.
 Penilaian acuan norma menekankan perbedaan diantara peserta tes dari segi
tingkat pencapaian belajar secara relatif. Sedangkan penilaian acuan patokan
menekankan penjelasan tentang perilaku yang dapat dan yang tidak dapat
dilakukan oleh setiap peserta tes.

14
 Penilaian acuan norma lebih mementingkan butir-butir tes yang mempunyai
tingkat kesulitan sedang dan biasanya membuang tes yang terlalu mudah
ataupun terlalu sulit. Sedangkan penilaian acuan patokan mementingkan butir-
butir tes yang relevan dengan perilaku yang akan diukur tapa peduli dengan
tingkat kesulitannya.
 Penilaian acuan patokan dimaksudkan untuk mengklasifikasikan seseorang,
mendiagnosa belajar siswa sedangkan penilaian acuan norma digunakan
Untuk mengadakan seleksi pada individu/membuat rangking.

15
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
1. Penilaian Acuan Patokan (PAP), Pendekatan ini dititikberatkan pada apa yang
dapat dilakukan oleh peserta didik. Dapat pula dikatakan penilaian ini
dititikberatkan pada kemampuan-kemampuan apa yang telah dicapai oleh
eserta didik sesudah menyelesaikan satu bagian kecil dari suatu keseluruhan
program.
2. Penilaian Acuan Normal (PAN), PAN ialah penilaian yang membandingkan
hasil belajar mahasiswa terhadap hasil dalam kelompoknya. Pada pendekatan
Penilaian Acuan Norma, makna dari angka (skor) seorang peserta didik
ditemukan dengan cara membandingkan hasil belajarnya dengan hasil belajar
peserta didik lainnya dalam kelompok/kelas.
3. Persamaan dan Perbedaan PAN dan PAP
 Persamaan PAN dan PAP
a. Penilaian acuan norma dan patokan memerlukan adanya tujuan evaluasi
spesifik sebagai penentuan fokus item yang diperlukan.
b. Keduanya memerlukan sampel yang relevan untuk digunakan sebagai
subjek yang hendak dijadikan sasaran evaluasi.
c. Untuk mendapatkan informasi yang diinginkan tentang siswa, kedua
pengukuran memerlukan berbagai item yang disusun dalam satu tes
menggunakan aturan dasar penulisan instrumen
d. Keduanya mempunyai syarat perumusan secara spesifik perilaku yang akan
diukur
e. Keduanya dinilai kualitas dan segi validitas dan realibilitasnya
 Perbedaan PAN dan PAP
a. Penilaian acuan norma mengukur sejumlah besar perilaku khusus dengan
sedikit butir tes untuk setiap perilaku. Sedangkan penilaian acuan patokan
mengukur perilaku khusus dalam jumlah yang terbatas dengan banyak butir
untuk setiap perilaku.

16
b. Penilaian acuan norma menekankan perbedaan diantara peserta tes dari segi
tingkat pencapaian belajar secara relatif. Sedangkan penilaian acuan patokan
menekankan penjelasan tentang perilaku yang dapat dan yang tidak dapat
dilakukan oleh setiap peserta tes \
c. Penilaian acuan norma lebih mementingkan butir-butir tes yang mempunyai
tingkat kesulitan sedang dan biasanya membuang tes yang terlalu mudah
ataupun terlalu sulit. Sedangkan penilaian acuan patokan mementingkan butir-
butir tes yang relevan dengan perilaku yang akan diukur tapa peduli dengan
tingkat kesulitannya

III.2 Saran
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini, masih banyak terdapat
kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan.Oleh karena itu, kami mengharapkan
sumbangsi pikiran dari para pembaca demi penyempurnaan makalah ini.

17
DAFTAR PUSTAKA
Sriyanto, Agus. (2019). Teknik Pengolahan Hasil Asesmen Penentuan Standar
Asesmen, Teknik Pengolahan Dengan Menggunakan Pendekatan Acuan
Patokan (Pap) Dan Acuan Norma (Pan). Jurnal Al-lubab, vol 5(2): 242-258.
Arifin, Zainal, (2006) Konsep Guru tentang Evaluasi dan Aplikasinya dalam Proses
Pembelajaran, Tesis, Bandung: Program Pascasarjana UPI.
Khaeruddin, (2016). Teknik Penskoran Tes Obyektif Model Pilihan Ganda. Jurnal
Madaniyah, Volume 2:183-200.
Mariana, Made Alit, (2003) Pembelajaran Remidial, Jakarta: Dinas Pendidikan
Nasional.
Nasution, (2011) Teknologi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara.
Safari, (2003) Evaluasi Pembelajaran, Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Sudjatmiko dan Nurlaili, lili, (2003) Kurikulum Berbasis Kompetensi, Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional.
Suyitno, Teguh, (2013) Penilaian Pembelajaran (Materi Diklat Fungsional),
Semarang: BDK.

18

Anda mungkin juga menyukai