Anda di halaman 1dari 53

CRITICAL BOOK REVIEW CRITICAL BOOK REVIEW

MK. KETERAMPILAN

BAHASA PRODUKTIF

SKOR NILAI:

KELOMPOK 1

1.Nanci Cindy Claudia Sibarani (2202411014)

2. Weandy nabilla.nr (2201111005)

3. Heni Atikah (2203111062)

4. Lisnawati Sitorus (2203311028)

5. Perdana Gemilang Manurung (2203111059)

DOSEN PENGAMPU : Dra. Nurmayani, M.Ag

MATA KULIAH : Profesi Pendidikan

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MERET 2021

KATA PENGANTAR
1
Puji Syukur senantiasa kita panjatkan ke hadirat Tuhan yang maha Esa, yang berkuasa
atas seluruh alam semesta, karena berkat rahmat, taufik serta hidayah-Nya jugalah maka
Critical Book Report mata kuliah Profesi Pendidikan ini dapat diselesaikan tepat pada
waktunya.

Dalam kesempatan ini saya sebagai penyusun mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu selesainya pembuatan Critical Book Report ini.Saya
menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tidak terlepas dari kesalahan dan sangat
jauh dari sempurna.Oleh sebab itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun demi sempurnanya makalah ini.

Saya berharap semoga makalah ini dapat digunakan sebagaimana mestinya dan bisa
memberikan manfaat bagi kita semua.Semoga Tuhan yang maha Esa mencurahkan rahmat
dan karunia-Nya kepada kita semua.

Tim Penulis

2
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2

DAFTAR ISI..............................................................................................................................3

BAB I........................................................................................................................................4

IDENTITAS BUKU...................................................................................................................4

BAB  II PEMBAHASAN..........................................................................................................7

 Buku Utama II..................................................................................................................25

BAB 3 KELEBIHAN DAN KEKURANGAN........................................................................50

Kelebihan Buku Utama I..........................................................................................................50

Kelebihan Buku Utama II........................................................................................................50

Kelebihan Buku Pendamping I................................................................................................50

Kelebihan Buku Pendamping II...............................................................................................50

Kekurangan Buku Utama I.......................................................................................................51

Kekurangan Buku Utama II.....................................................................................................51

Kekurangan Buku Pendamping I.............................................................................................51

Kekurangan Buku Pendamping II............................................................................................51

BAB 4 PENUTUP....................................................................................................................52

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................53

3
BAB I
IDENTITAS BUKU

IDENTITAS UTAMA I

IDENTITAS BUKU
Judul : PROFESI KEPENDIDIKAN

Pengarang : Dr. Yasaratodo, M.Pd

Tahun terbit : Januari 2020

Edisi : 10

Kota terbit : Medan

Penerbit : Unimed Press

ISBN : 978-602-7938-05-2

Jumlah halaman : 268 halaman

IDENTITAS UTAMA II

Judul Buku Profesi Pendidikan dan Tenaga Kependidikan

Penulis Dr. Rusydi Ananda, M.Pd

Editor Amiruddin, M.Pd

Penerbit Lembaga Peduli Pengembangan Pendidikan

Indonesia (LPPPI)

Website www.lpppindonesia.com

Penata Letak Amiruddin, M.Pd

Desain Sampul Mumtaz Advertising

ISBN 978-602-51316-0-8

IDENTITAS BUKU PEMBANDING I

 Judul : PROFESI KEPENDIDIKAN


 Pengarang : Drs.Ahmad Suriansyah,M.Pd.,Ph.D

4
Dr.Hj.Aslamiah Ahmad,M.Pd.,Ph.D.
Sulistiyana,S.Pd.,M.Pd.
 Tahun Terbit : Desember 2015
 Edisi : Edisi 1 Cetakan Ke-1
 Kota terbit : Jakarta
 Penerbit : PT RAJAGRAF INDO PERSADA
 Jumlah Halaman : 223 Halaman
 ISBN : 978-979-769-914-7

IDENTITAS BUKU PEMBANDING II


• Judul : PROFESI TENAGA KEPENDIDIKAN
• Pengarang : Prof.Dr.Hj Mintarsih Danumiharja,M.Pd.
• Tahun Terbit : Januari 2014
• Edisi : Edisi 1 Cetakan Ke-1
• Kota terbit : Yogyakarta
• Penerbit : Penerbit deepublish
• Jumlah Halaman : 297 Halaman
• ISBN : 978-602-280-182-5

BAB  II
PEMBAHASAN

 Buku Utama I

5
BAB I HAKIKAT PROFESI KEPENDIDIKAN
A. Konsep Dasar Profesi Kependidikan
a. Pengantar
Pemenuhan kebutuhan bagi manusia merupakan titik awal dalam menjadikan hidupnya sebagai
makhluk individu dan makhluk sosial, sehingga membuat manusia harus bekerja untuk memenuhi
kebutuhannya. Jika pada awalnya manusia hanya mencari atau mengumpulkan bahan-bahan
keperluan yang sudah tersedia di dalam raga namun setelah kebutuhan yang disediakan alam tersebut
semakin berkurang dan kadang-kadang langka, Maka mulailah manusia berusaha menanam sendiri
bahan makanan atau keperluan lain yang berhubungan dengan kebutuhan itu.

Meningkatnya taraf dan mutu kehidupan menyebabkan meningkatnya kebutuhan hidup yang pada
gilirannya meningkat usaha untuk menciptakan ragam dan butuh pekerjaan untuk memenuhi
kebutuhan itu. Pekerjaan yang dahulu dapat dikerjakan secara sederhana, mungkin sekarang harus
dikerjakan dengan penguasaan keterampilan dan pengetahuan yang lebih meningkat, bahkan ada yang
lebih melibatkan pikiran emosi dan perhatian yang lebih mendalam.

Dari sedemikian banyaknya jenis pekerjaan ada ahli yang mencoba menyederhanakannya ke dalam
golongan pekerjaan ada yang membuat penggolongan kepemilikannya yaitu 1)pekerja kasar, 2)petani
atau buruh tani, 3)pekerja jasa, 4)manajer, 5)profesional.

Dalam lingkungan masyarakat, guru adalah salah satu pekerjaan yang sudah lama dikenal dan tetap
akan dibutuhkan. Dalam kondisi masyarakat modern jelas bahwa orang tua tidak mampu
membimbing anak-anaknya dalam semua persiapan hidupnya. Dengan demikian masyarakat modern
semakin merasakan mutlaknya jasa guru. Lebih dari, guru dapat dilihat dari dua sisi seperti melihat
koin mata uang. Sisi pertama sebagai bidang pekerjaan yang hanya dapat dikerjakan oleh orang yang
profesional di bidang keburuan titik di sisi lain sebagai insan yang telah dinyatakan atau menyatakan
diri memiliki kualifikasi sebagai guru yang profesional.

b. Pengertian Profesional

Secara etimologis istilah profesi berasal dari bahasa Inggris “profession” yang berakar dari bahasa
Latin “profeus” yang artinya ‘mengakui’ atau ‘menyatakan mampu atau ahli dalam satu bentuk
pekerjaan’.

Secara semantik profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian dari para
anggotanya. Artinya, pekerjaan atau jabatan tersebut hanya dapat dikerjakan oleh orang-orang yang
memiliki keahlian yang dituntut oleh pekerjaan itu sendiri. Keahlian yang dimaksud bukan sekedar
keterampilan semata melainkan menyangkut kemampuan, sikap, kecakapan dan kemampuan yang
diperoleh melalui proses dan latihan tertentu.

Suatu pekerjaan dikatakan profesional apabila pekerjaan tersebut hanya dapat dikerjakan oleh orang
yang memenuhi persyaratan atau kriteria tertentu profesi dalam dirinya sendiri mengandung
pengertian tentang adanya penyerahan dan pengabdian penuh pada satu jenis pekerjaan yang
mengimplikasikan tanggung jawab pada diri sendiri. Seorang profesional bukan hanya bekerja,
melainkan ia tahu mengapa dan untuk apa ia bekerja serta tanggung jawab apa yang melekat dalam
pekerjaannya.

c. Ciri-Ciri Profesi
Sehubungan dengan tuntutan yang harus dipenuhi dalam suatu profesi, Sanusi mengemukakan
beberapa ciri profesi ditinjau dari beberapa segi :

6
1.segi fungsi dan signifikansi sosial, Suatu profesi merupakan pekerjaan yang memiliki fungsi sosial
yang penting.
2. Segi keahlian dan keterampilan, untuk mewujudkan fungsi ini dituntut derajat keahlian dan
keterampilan untuk mewujudkan fungsi ini dituntut derajat keahlian dan keterampilan tertentu.
3. Memperoleh keahlian dan keterampilan yang dilakukan secara rutin, serta bersifat pemecahan
masalah atau menangani situasi kritis melalui teori dan metode ilmiah.
4. Batang tubuh ilmu, artinya profesi didasarkan pada suatu disiplin ilmu yang jelas sistematis dan
eksplisit.
5. Masa pendidikan, upaya mempelajari dan menguasai batang tubuh ilmu dan keahlian/keterampilan
tersebut membutuhkan masa latihan yang lama dan dilakukan di tingkat perguruan tinggi.
6. Aplikasi dan sosialisasi nilai-nilai profesional proses pendidikan tersebut merupakan Wahana untuk
sosialisasi nilai profesional di kalangan mahasiswa.
7. Kode etik tertentu dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
8. Wewenang /kekuasaan untuk memberi suatu judgement/pendapat/putusan.
9. Tanggung jawab profesional atau otonomi.
10. Pengakuan dan imbalan sebagai imbalan dari pendidikan dan latihan yang lama, dan seluruh jasa
yang diberikan kepada masyarakat, maka seorang pekerja profesional mempunyai prestise yang tinggi
Oleh karena itu wajar mendapat imbalan yang layak.
d. Guru sebagai jabatan Profesional

Para ahli pendidikan pada umumnya memasukkan jabatan guru sebagai pekerjaan profesional yaitu
pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang khusus dipersiapkan untuk itu dan bukan
pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang karena tidak dapat memperoleh pekerjaan itu. Jauh
sebelum ada kebijakan nasional, guru sebagai jabatan dituntut memiliki tiga kompetensi: kompetensi
personal, Kompetensi sosial dan kompetensi profesional.

B. Ciri-Ciri Profesional Guru


a. Konsep dasar ciri Profesional

Dalam kamus bahasa Indonesia dijelaskan bahwa ciri adalah tanda-tanda khas yang membedakan
sesuatu dari yang lain. Dengan ciri ini sesuatu yang ada akan berbeda dengan sesuatu yang lain.
Demikian pula profesi pendidikan sebagai suatu jabatan yang memiliki tanda-tanda khas yang dapat
membedakannya dengan profesi-profesi lain. Banyak pekerjaan yang dapat dikategorikan sebagai
profesi, namun setiap jabatan tersebut memiliki ciri khas tersendiri. Jabatan dokter memiliki tanda-
tanda khas tersendiri jika dibandingkan dengan jabatan guru atau jabatan pekerja sosial lainnya.
Dengan tanda-tanda kasus tersebut profesi dapat dibedakan dan diperlakukan berbeda dengan profesi
profesi lainnya.

b. Ciri – ciri Profesional Guru

Pada gejala gejala perkembangan ilmu pengetahuan teknologi dan sosial, ada pihak berpendapat
bahwa ciri keprofesionalan guru terletak pada kemampuan (1)menguasai subjek, (2)memiliki
kemahiran dan keterampilan pedagogik, (3)memahami perkembangan dan menyayangi peserta didik, ,
(4)Memahami konseling pembelajaran, (5)Mahir menggunakan teknologi.

Sementara itu, penulis lain mengemukakan bahwa ada 10 ciri profesional yang meliputi,
1)keikhlasan dalam mendidik, 2)mengajarkan Sesuatu yang bermanfaat, 3)mendisiplinkan siswa
dengan bentuk contoh, 4)menjadi manajer kelas yang efektif, 5)mempercayai bahwa siswa hanya
memiliki peluang untuk menjadi seseorang yang sukses, 6)memiliki harapan bahwa siswanya bisa
menjadi lebih baik daripada dirinya sendiri, 7)berkomunikasi secara teratur dengan orang tua siswa,

7
8)menguasai bahan dengan baik, 9)menguasai pengajarannya dengan kurikulum yang berlaku,
10)menggunakan memiliki hubungan yang harmonis dengan siswanya.

c. Kriteria dan kompetensi Guru Profesional

Berdasarkan ciri-ciri guru profesional yang dikemukakan di atas, maka untuk menjadi guru yang
profesional harus memiliki seluruh ciri tersebut dan memenuhi sejumlah kriteria tertentu. Kriteria
untuk menjadi guru yang profesional sangat beragam namun kriteria utama meliputi tiga yaitu harus
ahli (expert), bertanggung jawab (responsibility), dan memiliki rasa kesejahwatan.

C. Peranan dan Tantangan Guru Abad 21

Abad 21 merupakan abad yang ditandai dengan bergantinya tahun 2000 menuju 2001, yang
merupakan Milenium ke-3 menurut kalender Greogorian. Pada abad 21 ini sering disebut dengan abad
globalisasi, oleh para penganalisis dunia ekonomi dan sosial menggambarkannya sebagai abad yang
krisis dalam kehidupan manusia mengingat semua upaya pemenuhan kebutuhan manusia di segala
bidang berbasis pengetahuan dan ekonomi dimana semua transaksi dalam kehidupan dilakukan secara
online, investasi dan pasar modal dilakukan tanpa melihat Gejolak kehidupan nyata hanya melihat
angka-angka di layar monitor.

Namun dibalik keadaan tersebut, abad 21 ini menghadapkan manusia pada permasalahan
kehidupan yang semakin rumit seperti munculnya krisis ekonomi global pemanasan global, terorisme,
rasisme, rendahnya kesadaran berbudaya, termasuk kesenjangan mutu pendidikan antar wilayah di
belahan dunia ini, dan sebagainya.

Guru abad 21 adalah guru yang harus siap melakukan transformasi pembelajaran yang mampu FU
menjadikan peserta didik sebagai titik pusat proses pendidikan dan pembelajaran titik guru berubah
peran dari penceramah dunia menjadi fasilitator, tutor, dan pembelajar bagi peserta didik. Peserta
didik harus dilayani dan menjadikan sebagai perisai, perancang strategi, Namun bukan pengingat
pesan. Dalam hal inilah, melalui penerapan kurikulum Nasional 2013 oleh guru dilatih
mengimplementasikan pendekatan saintifik Dalam proses pembelajaran dengan 5 tahap aktivitas yang
harus dilalui oleh peserta didik, yang meliputi observasi bertanya, asosiasi, Min coba dan komunikasi.

Karakteristik yang harus diperjuangkan guru untuk menghadapi tantangan abad 21 pada era
revolusi industri 4.0 dapat meliputi : 1)Life long Leaner, 2)kreatif dan inovatif, 3)mengoptimalkan
teknologi, 4)reflektif, 5)kolaboratif, 6)menerapkan student centered, 7)menerapkan pendekatan
diferensiasi.

BAB II
PROFESIONALISASI JABATAN GURU
A. Pengertian Profesionalisasi

Kata profesionalisasi mengacu pada kata proses. Kata proses mengandung arti runtutan perubahan
di perkembangan sesuatu, kemajuan sosial berjalan terus, rangkaian tindakan pembuatan atau
pengolahan yang menghasilkan produk (KBBI,1999) yang dapat diartikan sebagai pergerakan dari
sesuatu yang bergerak terus-menerus menurut aturan yang lazim atau harus dijalankan.

B. Profesionslisasi Jabatan Guru

Hanya guru yang profesional yang dapat diprediksi dapat menggerakkan sumber daya yang ada
menuju pada satu titik akhir pendidikan, yakni mencapai tujuan pendidikan peserta didik atau anak

8
didik untuk menjadi manusia sesungguhnya. Keprofesionalan seseorang terbentuk melalui proses
yang harus dijalani dalam waktu yang lama. Proses pembentukan seseorang menjadi yang profesional
secara singkat dapat disebut sebagai profesionalisasi. Profesionalisasi guru diawali dari niat seseorang
untuk menjadi guru dan akan berakhir saat seseorang itu tidak mampu atau kau tidak mau lagi
menjadi guru.

Berdasarkan kurikulum mahasiswa yang menempuh program studi pendidikan yang kelak akan
menjadi tenaga didik atau guru atau tenaga kependidikan diberi kesempatan mempersiapkan diri
dengan mengalami langsung dunia kerja guru sebelum kelak menjadi guru melalui program magang
melalui program magang tersebut diharapkan tahun guru memiliki pemahaman yang benar tentang
dunia kerja guru di bidang pendidikan titik berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, hasil refleksi
terhadap program magang oleh mahasiswa di jurusan pendidikan luar sekolah memiliki hubungan
yang positif terhadap komitmen mahasiswa untuk membekali diri menjadi calon pendidik dan tenaga
kependidikan di program studi yang dipilihnya di perguruan tinggi (Wau, Anifah, Zati, 2017).

C. Pengembangan Kinerja Guru

Kinerja guru merupakan salah satu indikator penentu ketercapaian tujuan pendidikan dan
pembelajaran baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Banyak faktor yang dapat dijadikan sebagai
indikator untuk menentukan tingkat keberhasilan pelaksanaan program pendidikan dan pembelajaran
seperti ke bermutuan Raw-Input, kabarmutuan instrumentalia pendidikan, ke bermutuan
envirmentalia pendidikan, dan keprofesionalan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan
intrumentalia.

Kinerja dalam bahasa Inggris disebut sebagai performance yang diartikan dengan penampilan atau
unjuk kerja. Kinerja mempunyai makna yang lebih luas yang tidak hanya menyangkut hasil kerja,
tetapi juga proses kerja yang berlangsung dalam memperoleh hasil kerja. Wibowo (2007) menyatakan
bahwa kinerja merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan yang kuat dengan tujuan
strategis organisasi, kepuasan konsumen dan memberikan kontribusi ekonomi. Sementara itu Anwar
(2004) mendefinisikan kinerja sebagai penampilan perilaku kerja yang ditandai oleh kekuasaan gerak,
ritual, dan urutan kerja sesuai prosedur sehingga diperoleh hasil yang memenuhi syarat kualitas,
kecepatan dan jumlah. Sementara Robinns (2007) mengemukakan kan bahwa kinerja adalah ukuran
kerja yang dilakukan dengan menggunakan kriteria yang disetujui bersama. Dan Mulyasa (2006)
mengemukakan bahwa dilihat dari karakteristik personil kinerja merupakan kemampuan keterampilan
kepribadian dan motivasi untuk melaksanakan tugas dengan baik.

D. Faktor Penentuan dan Penilaian Kinerja Guru

Kinerja guru ditentukan oleh berbagai faktor yang satu sama lain saling berkaitan seperti
kepemimpinan kepala sekolah, fasilitas kerja rekan guru, karyawan, maupun anak didik. Dijelaskan
bahwa profesionalisme seorang guru ditentukan oleh 3 faktor yakni: 1)faktor internal dari guru itu
sendiri, 2)kondisi lingkungan tempat kerja, dan 3)kebijakan oleh pemerintah.

Faktor internal dapat menentukan kinerja sejauh Bagaimana guru memandang dan memperlakukan
jabatan guru. Jika jabatan guru dipandang sebagai kewajiban, maka kinerja nya hanya sebatas
melakukan tugas semata. Jika selesai bertugas berarti selesai tanggung jawab tinggal
melaksanakannya di kelas. Sebaiknya, jika dipandang sebagai kebutuhan maka kinerja tidak hanya
sebatas melakukan tugas tetapi sampai apakah yang dikerjakannya itu telah memenuhi kebutuhan
dirinya sebagai pelayan bagi warga belajar dan juga kebutuhan yang dilayaninya sehingga merasa
puas.

9
Pembinaan dan Faktor lingkungan tempat mengabdi dapat menentukan kinerja guru
sejauh lingkungan mendukung setiap upaya yang baik dari guru. Jika
Pengembangan Profesi lingkungan dapat ditata sedemikian rupa dengan menciptakan dan
memelihara seluruh komponen berfungsi sebagaimana semestinya
melalui
Guru kepemimpinan administrator atau manajer sekolah yang efektif dan efisien sehingga suasana
sekolah benar-benar nyaman, aman, menyejukkan, guru akan termotivasi dan berjuang untuk
menampilkan kinerja yang terbaik. Guru akan memilih Daya juang dalam melaksanakan tugas
keprofesionalannya jika suasana sekolah memberi dukungan penuh kepada mereka.

Faktor kebijakan pemerintah juga dapat ditentukan kinerja guru sejauh bagaimana pemerintah
memperlakukan jabatan guru dan Guru itu sendiri. Jika Pemerintah memandang dan memperlakukan
jabatan guru sebagai profesi, sehingga yang mengisi Jabatan itu hanya mereka mereka yang benar-
benar profesional dapat diprediksi kinerja guru akan tinggi. Kebijakan pemerintah menyangkut
penyeleksian dan penempatan kadang tidak mendukung kinerja guru karena guru yang seharusnya
belum layak menjadi guru diangkat juga dan ditempatkan menjadi guru yang tidak sesuai dengan latar
belakangnya akhirnya guru menjadi guru yang sekedar guru saja tidak profesional.

Unsur-unsur yang perlu diadakan penilaian dalam proses penilaian kinerja guru menurut Siswanto
dalam lamatenggo 2001 adalah sebagai berikut: 1.kesetiaan 2.Prestasi Kerja 3.tanggung jawab
4.ketaatan 5.kejujuran 6.kerjasama 7.Prakarsa 8.Kepemimpinan.

E. Pengembangan Karier Guru

UU No.14 Tahun 2005 mengamanatkan bahwa terdapat dua jalur pembinaan dan pengembangan
profesi guru yaitu : 1) pembinaan dan pengembangan profesi, 2) pembinaan dan pengembangan
karier.

PROFESI

GURU PROFESIONAL

DENGAN AKSESIBILITAS
F. Pengawasan terhadap Pelaksanaan Kode Etik Keguruan
PENGEMBANGAN
PGRI telah mengeluarkan sebuah kode etik guru yang pada
KARIER
dasarnya mengatur perilaku etis guru, melindungi profesi danKARIER
individu
guru, mengatur batas kewenangan guru, dan mempertahankan
kesejahteraan guru. Oleh karena itu penyimpangan terhadap kode etik yang dikeluarkan oleh PGRI
harusnya pula dapat diawasi oleh PGRI. Kode etik tersebut hendaknya menjadi patokan perilaku
anggotanya, agar setiap anggotanya terhindar dari pelanggaran larangan dan terhindar pula dari sanksi
yang mungkin diberikan oleh organisasi profesi.

Oleh karena itu organisasi profesi yang dapat dikatakan berperan ganda yaitu sebagai penjaga bagi
praktisi untuk tidak keluar dari kode etik profesional, dan sebagai penggerak bagi pengembangan
profesi itu sendiri. Sebagai penjaga, organisasi profesi mempunyai fungsi kontrol terhadap para
anggotanya. Sebagai penggerak bagi pengembangan profesi, organisasi profesi berkewajiban berperan
aktif dalam pengembangan ilmu dan ketrampilan profesional.

10
G. Perlindungan Profesi Guru

Pekerjaan guru sebenarnya mengandung resiko tinggi, hanya akibatnya baru akan terlihat dalam
jangka waktu yang cukup lama. Demikian pula guru yang dalam memperlakukan siswa dengan cara
yang tidak edukatif akan dikuasai oleh sikap buruk selama hidupnya. Sikap itu antara lain pemalu,
sulit bergaul, tidak berani mengemukakan pendapat, tidak berani memimpin, dan lain-lain. Akibat
yang buruk ini memang tidak segera terlihat.

Ada juga guru yang bukan keluaran LPTK mungkin saja tumbuh dan berkembang menjadi
profesional melalui pengalaman namun pengalaman itu juga dapat menenggelamkan seorang guru di
dalam kegiatan belajar mengajar dan mendidik yang keliru, terutama apabila merasa sesuatu yang
dilihat dari segi disiplin itu kependidikan dan ilmu mata pelajaran yang diajarkannya, sebenarnya
telah bertahun-tahun mengulang sesuatu yang keliru atau melanggar norma-norma di dalam kode etik
guru Indonesia.

Menurut Martini dan Nawawi (1994 : 342) apabila profesi guru tidak dilindungi dengan kaidah-
kaidah hukum maka tidak sedikit lulusan non LPTK yang akan menjadi guru, sementara lulusan
LPTK sendiri belum memperoleh kesempatan menjadi guru titik berdasarkan kenyataan itu sekurang-
kurangnya harus diadakan penertiban dan pada gilirannya diperlakukan ketegasan mengenai
persyaratan seseorang untuk dibenarkan memangku jabatan guru, yang disertai dengan sanksi dan
hukum yang keras.

BAB III

ORGANISASI DAN SIKAP PROFESI KEPENDIDIKAN

A. Organisasi Profesi Keguruan

1. Konsep dasar dan peranan organisasi profesional keguruan Pengertian,Tujuan, dan


Fungsi Organisasi Profesional.

Organisasi profesi adalah suatu wadah perkumpulan orang-orang yang memiliki suatu keahlian
khusus yang merupakan ciri khas dari bidang keahlian tertentu. Dikatakan ciri khas oleh bidang
karena pekerjaan tersebut diperoleh bukan karena kebetulan oleh sembarang orang, tetapi diperoleh
melalui satu jalur khusus. Dalam prakteknya sebagai pekerjaan profesional yang melayani masyarakat
tentunya memerlukan satu wadah Organisasi yang anggotanya adalah orang-orang yang Memiliki
pekerjaan atau keahlian yang sejenis. Dalam wadah inilah diharapkan akan muncul satu sifat
kekeluargaan yang dapat memecahkan persoalan-persoalan yang dijumpai dalam praktik profesi.

Seorang guru dapat dikatakan memiliki hak profesional jika memiliki 5 aspek pokok yang perlu
diwujudkan yakni :

1) Mendapat pengakuan dan perlakuan hukum titik terhadap batas wewenang keguruan yang
menjadi tanggung jawabnya.
2) Memiliki kebebasan untuk mengambil langkah-langkah interaksi edukatif dalam batas
tanggung jawabnya, dan ikut serta dalam proses pengembangan pendidikan setempat.
3) Menikmati kepemimpinan teknis dan dukungan pengelolaan yang efektif dan efisien dalam
rangka menjalankan tugasnya sehari-hari.

11
4) Menerima perlindungan dan penghargaan yang wajar terhadap usaha usaha dan prestasi yang
inovatif dalam bidang pengabdiannya.
5) Menghayati kebebasan mengembangkan kompetensi profesionalnya secara individual
maupun secara institusional.

Organisasi profesional bertujuan untuk mengikat, mengawasi, dan meningkatkan kesejahteraan para
anggotanya. Organisasi profesional berfungsi sebagai pengendali keseluruhan profesi baik secara
mandiri maupun secara bersama-sama dengan pihak lain yang relevan. Fungsi pengendalian tersebut
diwujudkan dalam bentuk kegiatan kegiatan yang meliputi:

1) Pernyataan standar perilaku profesional guru. Fungsi ini berkaitan dengan landasan filsafat
etika dan kode etik guru
2) Penataan, standar kualifikasi dan wewenang guru. Fungsi ini berkaitan dengan pendidikan
dan pelatihan guru baik dalam hal pendidikan prajabatan maupun dalam jabatan dengan demikian
fungsi ini berkaitan pula dengan sertifikat dan perizinan kerja bagi para anggotanya.
3) Memberikan perlindungan kepada anggotanya. Fungsi ini berkaitan dengan perlindungan
profesional perlindungan hukum dan perlindungan kesejahteraan anggotanya.
4) Pengembangan profesi beserta ilmu yang melandasinya, serta pengembangan kemampuan
profesional dan akademik dari para anggotanya. Fungsi ini berkaitan dengan upaya Sinambung dari
organisasi profesi itu untuk mengembangkan profesi dan ilmu tersebut selaras dengan perkembangan
ilmu pengetahuan, kemajuan teknologi, dan Keluwesan kiat dalam segala bidang.
5) Menata alur kerja sama dengan profesi lainnya. Fungsi ini berkaitan dengan upaya organisasi
profesi itu untuk menjalin hubungan dengan organisasi profesi lainnya dalam rangka kelancaran
kerjanya maupun dalam rangka peningkatan kemampuan para anggotanya sendiri.

2. Analisis Peranan Organisasi Profesional Keguruan.


Bagi profesi kependidikan UU tentang SPN mempunyai arti yang sangat penting, karena

dalam undang-undang ini profesi kependidikan telah jelas dasar hukumnya bahkan pekerjaan guru

secara tegas telah dilindungi keberadaannya. Insan-insan pendidikan dilindungi secara hukum,

mempunyai hak-hak disamping kewajiban-kewajibannya.

Gagasan mendasar yang dikandung UU tentang SPN dalam kaitannya dengan tenaga

kependidikan ialah perlindungan dan pengakuan yang yang lebih pasti terhadap jabatan guru

khususnya dan tenaga kependidikan umumnya. Profesi ini secara tegas akan dilindungi, dihargai,

diakui, dan dijamin keberadaannya secara hukum. Perlindungan hukum begitu penting bagi tenaga

kependidikan, karena hanya dengan ada jaminan ini maka mereka akan terbebas dari rasa terancam

tidak berani mengambil resiko tidak mampu mengambil keputusan Mandiri titik padahal sifat-sifat

semacam ini justru merupakan ciri-ciri yang seharusnya melekat pada orang-orang profesional,

termasuk tenaga kependidikan titik perlindungan hukum bagi tenaga kependidikan memerlukan

penjabaran lebih lanjut dan yang lebih penting lagi adalah implementasinya secara nyata. Dan jangan

sampai jaminan ini hanya ada di atas kertas.

12
Permasalahan pokok yang dihadapi profesi guru dan juga organisasi profesi guru masa sekarang ini

adalah sebagai berikut:

1) Penjabaran yang operasional tentang ketentuan-ketentuan yang tersirat dalam peraturan yang
berlaku dan berkenaan dengan profesi guru beserta kesejahteraannya.
2) Peningkatan unjuk kerja guru melalui perbaikan program pendidikan guru yang lebih terarah,
yang memelihara keterpaduan antara pengembangan profesional dengan pembentukan kemampuan
akademik guru, dengan memberikan peluang kepada setiap calon guru untuk melatih unjuk kerjanya
sebagai calon guru yang profesional.
3) Proses profesionalisasi guru melalui sistem pengadaan guru terpadu sejak pendidikan
prajabatan, pengangkatan, penempatan, dan pembinaannya dalam jabatan.
4) Penataan organisasi profesi guru yang diarahkan kepada bentuk Wahana untuk pelaksanaan
proses profesionalisasi guru, dan dapat memberikan batasan yang jelas mengenai profesi guru dan
profesi lainnya.
5) Penataan kembali kode etik guru, terutama yang berkenaan dengan rambu-rambu perilaku
profesional yang tegas jelas, operasional serta perumusan sanksi sanksi terhadap penyimpangan yang.
6) Pemasyarakatan kode etik guru diterapkan oleh setiap guru dan diinginkan oleh masyarakat
tekanan sehingga tumbuh penghargaan dan pengakuan yang wajar terhadap profesi guru itu.
3. Kode Etik Guru
Berikut ini adalah isi dari Kode Etik Guru Indonesia adalah:

1. Guru berbakti dalam membimbing anak didik guna membentuk generasi Indonesia seutuhnya
yang berjiwa Pancasila.
2. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran profesional.
3. Guru berusaha mendapatkan informasi tentang anak didiknya sebagai alat untuk membina dan
membimbing.
4. Guru menciptakan suasana sekolah dengan sebaik-baiknya agar proses belajar mengajar bisa
beerhasil.
5. Guru menjaga hubungan baik dengan orang tua wali maupun dengan masyarakat sekitar
untuk membina peran serta dan rasa tanggung jawab bersama terhadap pendidikan.
6. Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan kualitas dan
martabat profesinya.
7. Guru menjaga hubungan dengan sesama rekan seprofesinya, menjaga rasa kekeluargaan dan
kesetiakawanan sosial.
8. Guru bersama-sama menjaga dan meningkatkan kualitas organisasi PGRI sebagai wadah
perjuanagn dan pengabdian.
9. Guru menjalankan segala kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan.
Kode Etik Guru Indonesia dibuat dengan landasan Pancasila, yaitu sebagai dasar falsafah bangsa

dan Tap MPRS No.XXVII/MPRS/1966

4. Pengawasan Terhadap Pelaksanaan Kode Etik Keguruan.


PGRI telah mengeluarkan sebuah kide etik gurj yang pada dasarnya mengatur perilaku etis guru,

melindungi profesi dan individu guru,mengayur batas kewenangan guru,dan mempertahankan

kesejahteraan guru. Oleh karena itu, penyimpangan terhadap kode etik yang dikeluarkan oleh PGRI

seharusnya dapat diawasi oleh PGRI. Kode etik tersebut hendaknya menjadi patokan perilaku

13
anggotanya,agar setiap anggota terhindar dari pelanggaran larangan dan terhindar dari sanksi – sanksi

yang mungkin diberikan oleh organisasi profesi.

B. Sikap Profesional Kependidikan.


1. Rasional sikap Profesional Kependidikan
Tenaga profesional pada dasaarnya menuntut standar dalam sejumlah dimensi,baik standar
pendidikan prajabatan maupun standar mutu kinerja nya atau sering disebut dengan Standar
Pelayanan Minimal (SPM). Standar pendidikan ditetapkan dalam bentuk UU seperti yang tertuang
dalam UU RI Nomor 20 tahun 2003 Pasal 35 ayat (1), sedangkan standar mutu kinerja umumnya
ditentukan oleh stakeholders atau pengguna lulusan,bisa masyarakat lugas atau bisa juga instansi
pemakai lulusan,seperti instansi pemerintah maupun swasta.
2. Pengertian Sikap Profesional
Sikap (attitude) merupakan suatu kecenderungan perasaan terhadap suatu objek yang dimiliki
seseorang terhadap suatu pekerjaan Justru itu sikap bisa dipakai sebagai alat untuk memprediksi
perilaku orang tersebut dalam bekerja. Sikap memiliki komponen yaitu. 1)kognisi, berkenaan dengan
keyakinan, ide dan konsep 2)afeksi,berkenaan dengan perasaan/emosional ; sedangkan konasi
berkenaan dengan kecenderungan tingkahlaku titik Oleh sebab itu Perilaku sikap memilih,
menentukan dan memutuskan untuk menjadi guru sesungguhnya sudah melalui proses yang kompleks
dalam dirinya. Dengan demikian jika seseorang sudah setuju untuk menjadi guru artinya mempunyai
sikap positif terhadap pekerjaan guru dengan segala resikonya, maka individu tersebut akan
melakukan tindakan positif dan mau melaksanakan dengan penuh rasa tanggungjawab. Tetapi jika
tidak setuju terhadap pekerjaan guru, maka tindakan yang muncul menunjukkan ke arah tindakan
negatif atau malah menentangnya, Oleh karena itu pekerjaannya pun tidak akan sempurna.
3. Sasaran sikap profesional kependidikan
Tilaar (1999) mengungkapkan bahwa profesi guru tidak diminati oleh putra-putra bangsa yang
terbaik, bagi para pemuda dewasa ini Apabila ada pilihan untuk memasuki dunia profesi maka pilihan
yang terakhir adalah profesi guru.
Pemerintah melalui undang-undang dan peraturan-peraturan pemerintah terus-menerus berusaha
untuk memperbaiki Citra guru dengan meningkatkan kesejahteraan guru, sekaligus dengan
meningkatkan kualitas pelayanan melalui kinerja guru. Undang-undang RI nomor 14 tahun 2005
tentang guru dan dosen di antaranya (pasal 14, ayat (1) butir a), mengatur penghasilan diatas
kebutuhan minimum dan jaminan Kesejahteraan Sosial, dan Pasal 2 ayat (1) Peraturan Pemerintah
Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Lingkup Standar Nasional Pendidikan
meliputi : a)standar isi, b)standar proses, c)standar kompetensi lulusan, d)standar pendidik dan tenaga
pendidikan, e)standar sarana dan prasarana, f)standar pengelolaan, g)standar pembiayaan dan
h)standar penilaian pendidikan.
Dalam rangka melengkapi peraturan peraturan dan perundang-undangan yang ada serta
meningkatkan mutu pendidikan sebagai mana diatur dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP), maka
pola tingkah laku guru yang harus profesional harus bersikap komitmen yang utuh terhadap 1)
peraturan perundang-undangan, 2) organisasi profesi 3) teman sejawat, 4) peserta didik, 5) profesi
guru, 6) Pimpinan, dan 7) pekerjaan.
4. Pengembangan sikap profesional.
Diungkapkan Bahwa dalam rangka meningkatkan mutu, baik mutu profesional maupun mutu
layanan, guru harus pula meningkatkan sikap profesionalnya. Ini berarti bahwa ketujuh sasaran
penyikapan yang telah disarankan harus selalu dipupuk dan dikembangkan titik pengembangan sikap
profesional ini dapat dilakukan baik selagi dalam pendidikan prajabatan maupun setelah bertugas atau
dalam jabatan. Dengan demikian jika seseorang sudah setuju untuk menjadi guru artinya mempunyai

14
sikap positif terhadap pekerjaan guru dengan segala resikonya, maka individu tersebut akan
melakukan tindakan positif dan mau melaksanakan dengan penuh rasa tanggung jawab.
Pengembangan sikap profesi pendidikan ini dilakukan sebelum dan selama memangku profesi
keguruan itu sendiri.

BAB IV
PERANAN GURU DALAM MANAJEMEN PENDIDIKAN
A. Hakekat Manajemen Pendidikan
1. Pengertian Manajemen Pendidikan
Kata manajemen berasal dari bahasa Inggris dengan istilah kata dasar "manage" yang berarti kelola.
Management berarti pengelolaan, yang berarti penggunaan sumber daya secara efektif untuk
mencapai sasaran titik sedangkan pengelolaan merupakan proses yang memberikan pengawasan
terhadap semua hal hal yang terlibat dalam pelaksanaan kebijakan dan pencapaian tujuan.
Manajemen berasal dari kata "managio" yaitu pengurusan atau "managiare" yaitu Melati dalam
mengatur langkah-langkah titik manajemen sering diartikan sebagai ilmu kiat, dan prestasi titik karena
itu manajemen merupakan suatu sistem tingkah laku manusia yang kooperatif dalam melaksanakan
tugas dan tanggung jawabnya dengan kepemimpinan yang teratur melalui usaha yang terus-menerus
dilandasi tindakan yang rasional.
Parker (Stoner & Freeman,2000) mendefinisikan manajemen sebagai "the art of getting things done
through people" atau dapat diartikan lebih luas sebagai proses pencapaian tujuan melalui
pendayagunaan sumber daya manusia dan material secara efisien. Secara khusus dalam konteks
pendidikan, Usman 2006 memberikan pengertian manajemen pendidikan sebagai "seni dan ilmu
mengelola sumber daya pendidikan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan pengendalian diri kepribadian kecerdasan akhlak mulia serta keterampilan yang
diperlukan dirinya masyarakat bangsa dan negara". Sementara itu, Nawawi 1992 mengemukakan
bahwa "administrasi pendidikan sebagai rangkaian kegiatan atau keseluruhan proses pengendalian
usaha kerjasama sejumlah orang untuk mencapai tujuan pendidikan secara sistematis yang
diselenggarakan di lingkungan tertentu terutama berupa lembaga pendidikan formal".

2. Fungsi manajemen pendidikan


Fungsi manajemen telah banyak dikemukakan oleh para ahli, diantaranya adalah :
• William H.Newman dengan mengklasifikasikan fungsi manajemen atas lima kegiatan dengan :
1)perencanaan, 2)pengorganisasian, 3)pengumpulan sumber, 4)pengendalian, 5)pengawasan.
• Dalton E.Mc.Farland membaginya dengan tiga fungsi : 1)perencanaan, 2)pengorganisasian,
3)pengawasan.
• H.Koontz dan O'Donnell mengklasifikasikannya atas lima proses yaitu : 1)perencanaan,
2)pengorganisasian, 3)kepegawaian, 4)pengarahan, 5)pengwasan.
• Luther Gulick membaginya atas tujuh fungsi yaitu: 1)perencanaan, 2)pengorganisasian,
3)kepegawaian, 4)pengarahan, 5)pengkoordinasi, 6)pelaporan, 7)penganggaran.

3. Bidang tugas manajemen pendidikan


Bidang tugas manajemen pendidikan adalah bidang atau jenis tugas pokok yang harus dikelola oleh
administrator atau manajer pendidikan titik secara operasional bidang tugas ini disebut sebagai
substansi manajemen yang harus diberdayakan sedemikian rupa oleh administrator atau manajer agar
tujuan pendidikan dan Pembelajaran dapat tercapai secara efektif dan efisien. Bidang tugas
manajemen pendidikan di sekolah menyangkut berbagai aspek, yang meliputi kurikulum, peserta

15
didik, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, keuangan, layanan khusus,
ketatausahaan, dan kemitraan antara sekolah dengan masyarakat.

B. Hubungan Kemitraan dengan Stakeholders Pendidikan


1. Stakeholders Pendidikan
Perkataan stakeholder pada awalnya digunakan dalam dunia usaha, terdiri atas 2 kata: stake dan
holder. "Stake" berarti "to give support to", "Holder" berarti "pemegang". Jadi stakeholder pendidikan
dapat diartikan sebagai orang yang menjadi pemegang dan sekaligus memberi support terhadap
pendidikan atau lembaga pendidikan.

2. Hubungan sekolah dan masyarakat.


Hubungan sekolah dengan masyarakat termasuk instansi pemerintah maupun swasta adalah suatu
proses komunikasi dengan masyarakat dengan maksud dapat meningkatkan pengertian warga
masyarakat tentang kebutuhan dan praktek pendidikan serta mendorong minat dan kerjasama
warganya dalam usaha memperbaiki sekolah titik Apabila sekolah dipandang sebagai suatu organisasi
sosial, Maka organisasi tersebut mempunyai lingkungan di mana ia memperoleh pengaruh dan
membutuhkan hubungan titik di Indonesia sekolah sekolah-sekolah bernaung dibawah Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan Nasional baik tingkat pusat maupun tingkat provinsi.

 Buku Utama II

BAB I PENDAHULUAN
Profesi menunjuk pada suatu pekerjaan atau jabatan yang menuntut keadilan, tanggung
jawab, dan kesetiaan terhadap profesi. Suatu profesi secara teori tidak bisa dilakukan oleh
sembarang orang yang tidak dilatih atau disiapkan untuk itu. Profesional menunjuk pada dua
hal yaiitu penampilan seseorang yang sesuai dengan tuntutan yang seharusnya, dan menunjuk
pada individunya. Profesionalisme mengacu kepada sikap dan komitmen anggota profesi
untuk bekerja berdasarkan standar yang tinggi dan kode etik profesinya. Profesionalitas
menunjuk pada derajat penampilan seseorang sebagai profesional atau penampilan suatu
pekerjaan sebagai profesi. Profesionalisasi menunjuk pada proses menjadikan individu
sebagai seorang profesional melalui pendidikan prajabatan dan/atau dalam jabatan.
Ciri profesi yang dikemukakan oleh para ahli adalah: profesi merupakan panggilan hidup dan
adanya keahlian. Ciri panggilan hidup mengacu kepada mutu pelayanan atau mutu dedikasi
sedangkan ciri keahlian menentukan keunggulan pengabdian atau layanan tersebut.
Tugas pokok tenaga kependidikan sebagaimana dijelaskan dalam Undang-Undang Republik
Indonesia nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bab XI pasal 39 ayat 1
disebutkan bahwa tugas pokok tenaga kependidikan adalah melaksanaka administrasi,
pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses
pendidikan pada satuan pendidikan.
Sebagaimana dipaparkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah sebagai berikut: 1. Memperoleh penghasilan dan
jaminan kesejahteraan sosial yang pantas dan memadai. 2. Memperoleh penghasilan sesuai
dengan tugas dan prestasi kerja. 3. Memperoleh pembinaan karir sesuai dengan tuntunan
pengembangan kualitas. 4. Memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas dan
hak atas hasil kekayaan intelektual. 5. Memperoleh kesempatan untuk menggunakan sarana,
prasarana, dan fasilitas pendidikan untuk menunjang kelancaran pelaksanaan tugas.

16
Sedangkan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh tenaga kependidikan adalah: 1.
Menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis dan
dialogis. 2. Mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan.
3. Memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi da kedudukan sesuai dengan
kepercayaan yang diberikan kepadanya.
Klasifikasi tenaga kependidikan sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Republik
Indonesia nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan sebagai
berikut: Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan | 18 1. Kepala satuan pendidikan. Kepala
satuan pendidikan adalah orang yang diberi wewenang dan tanggung jawab untuk memimpin
institusi atau satuan pendidikan. Termasuk tenaga kependidikan ini adalah: a. Rektor. b.
Kepala sekolah. c. Direktur atau istilah lainnya. 2. Pendidik. Pendidik adalah tenaga
kependidikan yang berpartisipasi dalam penyelenggaraan pendidikan dengan tugas khusus
sebagai profesi pendidik. Termasuk dalam tenaga kependidikan ini adalah: a. Guru. b. Dosen.
c. Konselor. d. Pengawas. e. Pamong belajar. f. Widyaiswara. g. Tutor. h. Fasilitator. i. Ustad
dan sebutan dalam istilah lain yang berlaku di masyarakat. 3. Tenaga kependidikan lainnya.
Tenaga kependidikan lainnya adalah orang yang berpartisipasi dalam penyelenggaraan
pendidikan pada satuan pendidikan atau institusi walaupun tidak secara langsung terlibat
dalam proses pendidikan. Tenaga kependidikan ini adalah: a. Wakil kepala sekolah. b.
Pustakawan. c. Laboran. d. Tata usaha. e. Pelatih ekstrakurikuler. f. Petugas keamanan.
Bab 2 GURU
Guru adalah semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab untuk membimbing dan
membina anak didik, baik secara individual maupun secara klasikal, di sekolah maupun di
luar sekolah. Dalam penjelasan tersebut terkandung makna bahwa guru merupakan tenaga
professional yang memiliki tugas-tugas professional dalam pendidikan dan pembelajaran.
Peran dan fungsi guru sangatlah strategis dalam menyukseskan pelaksanaan pendidikan dan
pembelajaran. Peran strategis tersebut tidak dapat tergantikan oleh siapapun, memang melalui
penggunaan teknologi, penyampaian materi pelajaran terhadap peserta didik dapat dilakukan,
tetapi hanya sekedar itu, peran-peran lainnya dari seorang guru tidak dapat tergantikan
terutama dalam pembentukan nilai-nilai moral, religiusitas dan kemandirian.
Kompetensi guru Indonesia meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi sosial dan kompetensi professional. Kompetensi pedagogik adalah kemampuan
mengelola pembelajaran peserta didik. Kompetensi kepribadian adalah kemampuan
kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta
didik. Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas
dan mendalam. Kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan
berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orangtua/wali
peserta didik, dan masyarakat sekitar.
Sebagai konsekuensi tugas profesionalnya, maka guru mendapatkan hak-haknya. Di dalam
Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
dijelaskan hak-hak yang diperoleh guru. sebagai berikut:
1. Memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minium dan jaminan kesejahteraan
sosial. Penghasilan tersebut meliputi; gaji pokok, tunjangan yang melekat pada gaji, serta
penghasilan lain berupa tunjangan profesi, tunjangan fungsional, tunjangan khusus dan
tunjangan maslahat yang terkait tugas guru yang ditetapkan dengan prinsip penghargaan atas
dasar prestasi.

17
2. Mendapatkan promosi dan penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja.
3. Memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas dan hak atas kekayaan intelektual.
4. Memperoleh dan memanfaatkan sarana prasarana pembelajaran untuk menunjang
kelancaran tugas keprofesionalan.
5. Memiliki kebebasan dalam memberikan penilaian dan ikut menentukan kelulusan,
penghargaan dan/atau sanksi kepada peserta didik sesuai dengan kaidah pendidikan, kode etik
guru, dan peraturan perundang-undangan.
6. Memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam melaksanakan tugas.
7. Memiliki kebebasan untuk berserikat dalam organisasi sosial.
8. Memiliki kesempatan untuk berperan dalam menentukan kebijakan pendidikan.
9. Memperoleh kesempatan untuk mengembangkan dan meningkatkan kualifikasi akademik
dan kompetensi.
10. Memperoleh pelatihan dan pengembangan profesi dalam bidangnya. Selanjutnya
mengenai kewajiban yang harus dilakukan guru dalam melaksanakan tugas profesionalnya
adalah: 1. Merencanakan pembelajaran/bimbingan, melaksanakan pembelajaran/ bimbingan
yang bermutu, menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran/ bimbingan serta melaksanakan
pembelajaran/perbaikan dan pengawasan. 2. Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi
akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni. 3. Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas
pertimbangan jenis kelamin, agama, suku, ras dan kondisi fisik tertentu, latar belakang
keluarga, dan status sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran. 4. Memelihara dan
memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.
E. Jabatan dan Pangkat Guru
Di dalam peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan reformasi Birokrasi
nomor 16 Tahun 2009 diatur jenjang jabatan dan pangkat fungsional guru. Jenjang jabatan
fungsional guru dari yang terendah sampai dengan yang tertinggi adalah:
1. Guru pertama.
2. Guru muda.
3. Guru madya.
4. Guru utama.
Selanjutnya jenjang kepangkatan guru untuk setiap jenjang jabatan tersebut adalah:
1. Guru pertama, meliputi:

 Penata muda, golongan ruang III-a

 Penata muda tingkat I, golongan ruang III-b.


2. Guru muda, meliputi:

18
 Penata, golongan ruang III-c.

 Penata tingkat I, golongan ruang III-d.


3. Guru madya meliputi:

 Pembina, golongan ruang IV-a.

 Pembina tingkat I, golongan ruang IV-b.

 Pembina utama muda, golongan ruang IV-c.


4. Guru utama.

 Pembina utama madya, golongan ruang IV-d.

 Pembina utama, golongan ruang IV-a.

Bab 3 KEPALA SEKOLAH


Kepala sekolah menurut Wahjosumidjo (2001:83) didefinisikan sebagai seorang tenaga
fungsional yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah di mana diselenggarakan proses
belajar-mengajar, atau tempat di mana di mana terjadi interaksi antara guru yang memberi
pelajaran dan murid yang menerima pelajaran.
Kualifikasi umum harus dimiliki untuk menjadi kepala sekolah/madrasah adalah sebagai
berikut:
1. Memiliki kualifikasi akademik sarjana (S1) atau diploma empat (D-IV) kependidikan atau
nonkependidikan pada perguruan tinggi yang terakreditasi.
2. Pada waktu diangkat sebagai kepala sekolah berusia setinggi- tingginya 56 tahun.
3. Memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun menurut jenjang
sekolah masing-masing, kecuali di Taman Kanak- kanak /Raudhatul Athfal (TK/RA)
memiliki pengalaman mengajar sekurangkurangnya 3 (tiga) tahun di TK/RA.
4. Memiliki pangkat serendah-rendahnya III/c bagi pegawai negeri sipil (PNS) dan bagi non-
PNS disetarakan dengan kepangkatan yang dikeluarkan oleh yayasan atau lembaga yang
berwenang. Sedangkan kualifikasi khusus kepala sekolah/madrasah sebagai berikut:
1. Kepala taman kanak-kanak/raudhatul athfal (TK/RA) adalah sebagai berikut: a. Berstatus
sebagai guru TK/RA. b. Memiliki sertifikat pendidik sebagai guru TK/RA. c. Memiliki
sertifikat kepala TK/RA yang diterbitkan oleh lembaga yang ditetapkan Pemerintah.
2. Kepala sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah (SD/MI) adalah sebagai berikut: a. Berstatus
sebagai guru SD/MI. b. Memiliki sertifikat pendidik sebagai guru SD/MI. c. Memiliki
sertifikat kepala SD/MI yang diterbitkan oleh lembaga yang ditetapkan Pemerintah.
3. Kepala sekolah menengah pertama/madrasah tsanawiyah (SMP/MTs) adalah sebagai
berikut: a. Berstatus sebagai guru SMP/MTs. b. Memiliki sertifikat pendidik sebagai guru
SMP/MTs. c. Memiliki sertifikat kepala SMP/MTs yang diterbitkan oleh lembaga yang
ditetapkan Pemerintah.

19
4. Kepala sekolah menengah atas/madrasah aliyah (SMA/MA) adalah sebagai berikut: a.
Berstatus sebagai guru SMA/MA. b. Memiliki sertifikat pendidik sebagai guru SMA/MA. c.
Memiliki sertifikat kepala SMA/MA yang diterbitkan oleh lembaga yang ditetapkan
Pemerintah.
5. Kepala sekolah menengah kejuruan/madrasah aliyah kejuruan (SMK/ MAK) adalah
sebagai berikut: a. Berstatus sebagai guru SMK/MAK. b. Memiliki sertifikat pendidik
sebagai guru SMK/MAK. c. Memiliki sertifikat kepala SMK/MAK yang diterbitkan oleh
lembaga yang ditetapkan Pemerintah.
6. Kepala sekolah dasar luar biasa/sekolah menengah pertama luar biasa/sekolah menengah
atas luar biasa (SDLB/SMPLB/SMALB) adalah sebagai berikut:
a. Berstatus sebagai guru pada satuan pendidikan SDLB/SMPLB/SMALB.
b. Memiliki sertifikat pendidik sebagai guru SDLB/SMPLB/SMALB.
c. Memiliki sertifikat kepala SLB/SDLB yang diterbitkan oleh lembaga yang ditetapkan
Pemerintah.
7. Kepala sekolah Indonesia luar negeri adalah sebagai berikut: a. Memiliki pengalaman
sekurang-kurangnya 3 tahun sebagai kepala sekolah. b. Memiliki sertifikat pendidik sebagai
guru pada salah satu satuan pendidikan. c. Memiliki sertifikat kepala sekolah yang diterbitkan
oleh lembaga yang ditetapkan Pemerintah.
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia nomor 13 tahun 2007
tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah disyaratkan kompetensi yang melekat pada diri
seorang kepala sekolah adalah sebagai berikut:
1. Kompetensi Kepribadian.
2. Kompetensi Manajerial
3. Kompetensi Kewirausahaan.
4. Kompetensi Supervisi.
5. Kompetensi Sosial.

Menurut Afifuddin (2005:268) fungsi dan peran kepala sekolah dalam menjalankan fungsi
administrator pendidikan dipaparkan sebagai berikut: 1. Memimpin pelaksanaan seluruh
kegiatan pendidikan dan pengajaran di sekolah. 2. Menyusun program kerja sekolah. 3.
Mengatur penyelenggaraan administrasi sekolah. 4. Mengatur kegiatan pembelajaran,
pelaksanaan penilaian dan proses pembelajaran serta bimbingan penyuluhan. 5. Mengatur dan
mengawasi penyelenggaraan kesiswaan. 6. Mengatur penyelenggaraan pembinaan kesiswaan.
7. Melaksanakan bimbingan dan penilaian bagi guru, tenaga kependidikan lainnya, dan tata
usaha sekolah. 8. Merencanakan pengembangan, pendayagunaan dan pemeliharaan sarana
dan prasarana sekolah. 9. Mengatur keuangan sekolah dan menyusun rencana anggaran
pembiayaan sekolah. 10. Mengatur pelaksanaan hubungan sekolah dengan lingkungan
sekitar, orang tua siswa dan masyarakat.

Bab 4 PENGAWAS SEKOLAH

20
Pengawas sekolah (supervisor) adalah personil yang memberikan layanan bantuan kepada
personil sekolah dan lembaga pendidikan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di
lembaga pendidikan tersebut. Keberadaannya memberikan dorongan dan bantuan dalam
menyelesaikan segala jenis dan bentuk persoalan yang muncul dalam pembelajaran dan
manajerial di sekolah.

B. Tugas Pokok Pengawas Sekolah


Di dalam Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi nomor 21 tahun 2010 tentang Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka
Kreditnya dinyatakan bahwa tugas pokok pengawas sekolah adalah melaksanakan tugas
pengawasan akademik dan manajerial pada satuan pendidikan yang meliputi penyusunan
program pengawasan, pelaksanaan pembinaan, pemantauan pelaksanaan delapan standar
pendidikan nasional, penilaian, pembimbingan dan pelatihan profesional guru, evaluasi hasil
pelaksanaan program pengawasan dan pelaksanaan tugas kepengawasan di daerah khusus.

Beban kerja pengawas sekolah/madrasah sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri


Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi nomor 21 tahun 2010
tentang Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya adalah 37,5 jam
perminggu termasuk di dalamnya pelaksanaan pembinaan, pemantauan, penilaian dan
pembimbingan di sekolah/madrasah binaan. Selanjutnya mengenai sasaran kerja pengawasan
yang dilakukan oleh seorang pengawas sekolah sebagaimana diatur di dalam Peraturan
Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi nomor 21 tahun
2010 tentang Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya adalah sebagai
berikut: Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan | 124 1. Untuk taman kanak-
kanak/raudathul athfal dan sekolah dasar/ madrasah ibtidaiyah paling sedikit 10 satuan
pendidikan dan/atau 60 (enam puluh) guru. 2. Untuk sekolah menengah pertama/madrasah
tsanawiyah dan sekolah menengah atas/madrasah aliyah/sekolah menengah
kejuruan/madrasah aliyah kejuruan paling sedikit 7 satuan pendidikan dan/atau 40 (empat
puluh) guru mata pelajaran/kelompok mata pelajaran. 3. Untuk sekolah luar biasa paling
sedikit 5 satuan pendidikan dan/atau 40 (empat puluh) guru. 4. Untuk pengawas bimbingan
dan konseling paling sedikit 40 (empat puluh) guru bimbingan dan konseling. 5. Untuk
daerah khusus, beban kerja pengawas sekolah paling sedikit 5 (lima) satuan pendidikan
secara lintas tingkat satuan dan jenjang pendidikan.

Jenjang jabatan fungsional pengawas sekolah dari yang terendah sampai dengan yang
tertinggi, yaitu:
1. Pengawas Sekolah Muda.
2. Pengawas Sekolah Madya.
3. Pengawas Sekolah Utama. Jenjang pangkat pengawas sekolah sesuai dengan jenjang
jabatannya, yaitu: 1. Pengawas Sekolah Muda.  Penata, golongan ruang III/c.  Penata
Tingkat I, golongan ruang III/d. 2. Pengawas Sekolah Madya.  Pembina, golongan ruang
IV/a.  Pembina Tingkat I, golongan ruang IV/b.  Pembina Utama Muda, golongan ruang
IV/c. 3. Pengawas Sekolah Utama.  Pembina Utama Madya, golongan ruang IV/d. 
Pembina Utama, golongan ruang IV/e.

21
Supervisi pendidikan menurut Rohani (1991:67) adalah segala usaha dari petugas-petugas
sekolah dalam memimpin guru-guru dan petugas pendidikan lainnya untuk memperbaiki
pembelajaran, mengembangkan pertumbuhan guruguru, menyelesaikan dan merevisi tujuan
pendidikan, bahanbahan pembelajaran, metode mengajar dan penilaian pembelajaran.
Sergiovanni sebagaimana dikutip Siahaan dkk (2006) menegaskan tujuan supervisi
pendidikan yaitu: (a) pengawasan Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan berkualitas,
(b) pengembangan profesional, dan (c) peningkatan motivasi guru. Dalam melaksanakan
supervisi pendidikan di sekolah harus dilakukan dengan memperhatikan prinsip-prinsip
sebagai berikut: (1) prinsip ilmiah, (2) prinsip demokratis, (3) prinsip kerjasama, dan (4)
prinsip konstruktif dan kreatif (Sahertian, 2000:20)
Bab 5 PENILIK
Penilik adalah tenaga kependidikan dengan tugas utama melakukan kegiatan pengendalian mutu dan
evaluasi program dampak pendidikan anak usia dini (PAUD), pendidikan kesetaraan dan keaksaraan
serta kursus pada jalur pendidikan nonformal dan informal (PNFI). Jabatan fungsional penilik adalah
jabatan fungsional yang mempunyai ruang lingkup, tugas, tanggung jawab, dan wewenang
untuk melakukan kegiatan pengendalian mutu dan evaluasi dampak program pendidikan anak usia
dini (PAUD), pendidikan kesetaraan dan keaksaraan, serta kursus pada jalur Pendidikan Nonformal
dan Informal (PNFI) sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang diduduki oleh Pegawai
Negeri Sipil.

Tugas pokok penilik sebagaimana dipaparkan di dalam Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi nomor 14 Tahun 2010 tentang Jabatan Fungsional Penilik
dan Angka Kreditnya adalah sebagai pelaksana teknis fungsional mutu dan evaluasi dampak program
PAUD, pendidikan kesetaraan dan keaksaraan, serta kursus pada jalur pendidikan nonformal dan
informal.

Bab 6 KONSELOR
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 27 Tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik
dan Kompetensi Konselor menjelaskan konselor adalah tenaga pendidik profesional yang telah
menyelesaikan pendidikan akademik strata 1 program studi bimbingan dan konseling dan program
pendidikan profesi konselor dari perguruan tinggi penyelenggara program pengadaan tenaga
kependidikan yang terakreditasi.

Kekhususan tugas dan tanggung jawab guru bimbingan konseling sebagai suatu profesi berbeda
dengan bentuk tugas guru mata pelajaran. Beban tugas dan tanggung jawab serta penghargaan jam
kerja guru bimbingan konseling ditetapkan 36 jam/minggu. Beban tugas itu meliputi: kegiatan
penyusunan program layanan dalam bidang bimbingan pribadi, sosial, belajar, dan karir serta semua
jenis layanan termasuk kegiatan pendukung dihargai sebanyak 12 jam, kegiatan melaksanakan
pelayanan bimbingan dan semua jenis layanan termasuk kegiatan pendukung dihargai 18 jam,
kegiatan evaluasi pelaksanaan bimbingan serta semua jenis layanan termasuk kegiatan pendukung
dihargai 6 jam, dan sebagaimana guru mata pelajaran, guru pembimbing yang mempunyai siswa asuh
150 siswa dihargai 18 jam. Di antara tugas pokok guru pembimbing yang telah diuraikan di atas
selanjutnya fungsi guru pembimbing adalah: (1) pemahaman yaitu fungsi untuk membantu peserta
didik memahami diri dan lingkungannya, (2) pencegahan yaitu fungsi untuk membantu peserta didik
mampu mencegah atau menghindarkan diri dari berbagai permasalahan yang dapat menghambat
perkembangan dirinya, (3) pengentasan yaitu fungsi untuk membantu peserta didik mengatasi
masalah yang dialaminya, (4) pemeliharaan dan pengembangan yaitu fungsi untuk membantu peserta

22
didik memelihara dan menumbuhkembangkan berbagai potensi dan kondisi positif yang dimilikinya,
dan (5) advokasi yaitu fungsi untuk membantu peserta didik memperoleh pembelaan atas hak dan atau
kesempatan yang sama mendapat perhatian.

Pengertian, Fungsi dan Tujuan Bimbingan Konseling.

Bimbingan konseling adalah proses pemberian bantuan yang diberikan oleh konselor kepada peserta
didik agar mencapai kemandirian, proses tersebut dilakukan atau hubungan timbalik balik melalui
pertemuan tatap muka.

Fungsi Menurut Hikmawati (2010:16) fungsi bimbingan konseling di sekolah sebagai berikut:

a. Fungsi pemahaman.
b. Fungsi preventif.
c. Fungsi pengembangan.
d. Fungsi penyembuhan.
e. Fungsi penyaluran.
f. Fungsi adaptasi.
g. Fungsi penyesuaian.
h. Fungsi perbaikan.
i. Fungsi fasilitasi.
j. Fungsi pemeliharaan.

Menurut Prayitno dan Amti (2004:114) tujuan umum bimbingan konseling adalah untuk membantu
individu memperkembangkan diri secara optimal sesuai dengan tahap perkembangan dan predisposisi
yang dimilikinya (seperti kemampuan dasar dan bakat-bakatnya), berbagai latar belakang yang ada
(seperti latar belakang keluarga, pendidikan, status sosial ekonomi), serta sesuai dengan tuntutan
positif lingkungannya. Sedangkan tujuan khusus bimbingan dan konseling merupakan penjabaran
tujuan umum tersebut dikaitkan secara langsung dengan permasalahan yang dialami oleh individu
yang bersangkutan sesuai dengan kompleksitas permasalahannya itu.

Bab 7 PUSTAKAWAN
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 43 tahun 2007 tentang Perpustakaan dijelaskan
bahwa pustakawan adalah seseorang yang memiliki kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan
dan/atau pelatihan kepustakawanan serta mempunyai tugas dan tanggungjawab untuk melaksanakan
pengelolaan dan pelayanan.

Pada dasarnya tugas pustakawan di sekolah/madrasah berperan dalam mengkampanyekan gemar


membaca dan mempromosikan literatur kepada warga sekolah (peserta didik, pendidik, kepala
sekolah maupun staf administrasi). Lebih jauh seorang pustakawan adalah bagian dari sistem
manajemen sekolah dan merupakan anggota yang profesional, sehingga berhak untuk ikut serta dalam
kerjasama dengan sekolah lainnya. Di samping itu, pustakawan dapat bekerjasama dengan guru dalam
hal mengembangkan dan mengevaluasi pengetahuan dan keterampilan peserta didik, mengembangkan
rencana pembelajaran, mempersiapkan program membaca, memadukan penggunaan teknologi dan
kurikulum, dan memfasilitasi dalam menyediakan sumber belajar lainnya

Perpustakaan sekolah/madrasah sebagai bagian yang tak terpisahkan dalam sistem pendidikan di
sekolah/madrasah memiliki beberapa fungsi yang urgen. Fungsi perpustakaan sekolah/madrasah
dijelaskan Yahya (2013:188) sebagai berikut: 1. Menyediakan buku teks pelajaran bagi kebutuhan
peserta didik dan pendidik. 2. Menyediakan buku dan sumber lain pendukung kurikulum
sekolah/madrasah. 3. Memfasilitasi kebutuhan buku teks dan pelajaran bagi peserta didik kesetaraan.

23
4. Menyediakan sumber atau bahan bacaan yang berbasis teknologi, seperti film-film dokumentasi,
sejarah dan berbagai animasi yang dapat memperjelas pembelajaran. 5. Menyediakan fasilitas yang
memungkinkan peserta didik dapat mengakses materi atau bahan yang sering menjadi tugas peserta
didik.

Bab 8 LABORAN
laboran adalah tenaga kependidikan yang bekerja di laboratorium dan membantu proses penelitian,
praktek dan eksperimentasi di labotarorium. Oleh karena seorang laboran bekerja di labotarorium
maka seyogyanya seorang laboran harus memiliki hard skills dan soft skills yang memadai, inisiatif,
ketekunan, kreativitas, kecakapan, ketrampilan serta pengetahuan terkait dengan pengelolaan
laboratorium.

Bab 9 TENAGA ADMINISTRASI


Tenaga administrasi sekolah adalah orang yang melakukan kegiatan atau usaha untuk membantu,
melayani, memudahkan atau mengatur semua kegiatan administrasi di sekolah.

Bab 10 DOSEN
Di dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
dijelaskan dosen adalah pendidik dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan,
mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan,
penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Selanjutnya dinyatakan bahwa jabatan fungsional
tertinggi bagi dosen yang masih mengajar di lingkungan satuan pendidikan tinggi adalah guru besar
atau profesor.

Hak Dan Tanggung Jawab Dosen.

Sebagaimana tercantum di dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 37 tahun 2009
tentang Dosen, maka sebagai pendidik dan tenaga profesional, dosen berhak mendapatkan hak-hak
sebagai berikut:

1. Memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan jaminan kesejahteraan sosial.
Penghasilan tersebut meliputi; gaji pokok, tunjangan yang melekat pada gaji, tunjangan profesi,
tunjangan fungsional, tunjangan khusus, tunjangan kehormatan bagi dosen yang memilki jabatan
akademik guru besar dan maslahat tambahan lainnya.

2. Mendapatkan promosi dan penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja. Promosi tersebut
dapat berupa kenaikan pangkat dan jenjang jabatan akademik sesuai dengan prestasi kerja. Adapun
penghargaan dapat berupa penghargaan kenaikan pangkat istimewa, penghargaan dalam bentuk
finansial, penghargaan dalam bentuk tanda jasa dan penghargaan purna bakti dosen.

3. Memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas dan hak atas prestasi kerja, seperti
perlindungan hukum, perlindungan profesi dan perlindungan keselamatan kerja dan kesehatan kerja.

4. Memperoleh kesempatan untuk meningkatkan kompetensi akses sumber belajar, informasi, sarana
dan prasarana pembelajaran, serta penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, seperti pendidikan
studi lanjut, mengikuti pendidikan dan pelatihan, workshop, seminar, lokakarya, dan sejenisnya.

5. Memiliki kebebasan akademik, mimbar akademik, dan otonomi keilmuan. Kebebasan akademik
yaitu kebebasan yang dimiliki dosen untuk melaksanakan kegiatan akademik yang terkait dengan
pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya dan/atau olahraga. Adapun
kebebasan mimbar, yaitu kebebasan yang memungkinkan dosen menyampaikan pikiran dan pendapat
akademik dalam forum akademik yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan tinggi, sesuai dengan
kaidah keilmuan, norma, dan nilai yang berlaku. Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan

24
6. Memiliki kebebasan dalam memberikan penilaian secara objektif, transparan, dan akuntabel dan
menentukan kelulusan peserta didik.

7. Memiliki kebebasan untuk berserikat dalam organisasi profesi/organisasi keilmuan.

8. Memperoleh cuti. Selanjutnya terkait dengan kewajiban dosen sebagaimana tercantum dalam
Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen meliputi: 1.
Melaksanakan pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. 2. Merencanakan,
melaksanakan proses pembelajaran, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran. 3.
Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan
sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. 4. Bertindak objektif dan tidak
diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin, agama, suku, ras, kondisi fisik tertentu, atau latar
belakang sosio-ekonomi peserta didik dalam pembelajaran. 5. Menjunjung tinggi peraturan
perundang-udangan, hukum, dan kode etik, serta nilai-nilai agama dan etika. 6. Memelihara dan
memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.

BAB XI EPILOG
Guru Vs Google, Ibarat Batman Vs Superman

Dengan demikian, jikapun seorang siswa bertanya ke google tentang ibukota Suriname maka dia akan
mendapatkan jawaban berupa video dari seorang guru bernama Paijo yang sedang jalan-jalan ke
Paramaribo lengkap dengan informasi luas kota, penduduk serta percakapan berbahasa Jawa dengan
penduduk Paramaribo yang leluhurnya memang berasal dari pulau Jawa. Jika ini terjadi, maka
siapapun boleh bertanya kepada google, guru jualah yang akan menjawabnya.

 BUKU PENDAMPING I

BAB 1 HAKIKAT PROFESI GURU


A. Profesi Guru dan Syarat Menjadi Guru
1. Guru
Setiap hari kita selalu mendengar sebuah kata yang sangat sering baik di
lingkungan keluarga, masyarakat apalagi dalam lingkungan pendidikan khususnya
sekolah yaitu kata “GURU”. Guru atau tenaga pendidik menurut Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional Pasal 39, ayat 2 tentang Tenaga
Kependidikan dinyatakan bahwa “pendidik merupakan tenaga profesional yang
bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil
belajar, melakukan bimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat”. Selanjutnya, Undang-Undang Nomor 14 Tahun
2005 tentang Guru dan Dosen dinyatakan bahwa guru adalah pendidik profesional
dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah.
B. Apakah Jabatan Guru Dapat Dikatakan Sebagai Profesi

1. Pendidikan Khusus

25
apakah jabatan guru belum dapat dikatakan profesi? Untuk menjawab pertanyaan
tersebut, mari kita lihat Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Sistem Pendidikan
Nasional Pasal 39, ayat 2 tentang tenaga kependidikan dinyatakan bahwa «pendidik
merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses
pembelajaran, menilai hasil belajar, melakukan bimbingan dan pelatihan serta
melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat». Hal tersebut akan semakin
kuat apabila kita amati setiap penerimaan guru baru selalu dipersyaratkan adanya latar
belakang pendidikan guru dan sertifikat akta mengajar yang berasal dari Lembaga
Pendidikan Tenaga Kependidikan . Dengan penjelasan tersebut apa yang dapat Anda
simpulkan, sudahkan guru memenuhi syarat pertama dari kriteria profesi yaitu
pendidikan khusus.
2. Pengakuan Masyarakat

Ada beberapa alasan yang menjadi penyebab belum kuatnya pengakuan


msyarakat akan profesi guru yaitu:
a. Masyarakat belum mampu melihat dampak dari layanan unik sebagai hasil kerja guru
dalam waktu singkat, misalnya kalau dokter salah melakukan pengobatan, maka pasien akan
meninggal, seorang pemain sepak bola salah dalam menjaga daerahnya akan kebobolan dan
kalah dalam permainan. Kesalahan dalam proses pendidikan akan terlihat dalam kurun waktu
20 sampai 25 tahun kemudian. Dokter salah hanya membuat meninggal 1 orang pasien, tetapi
guru salah akan membuat 40 bahkan ratusan orang yang gagal, tidak berkualitas dan menjadi
beban sosial bagi masyarakat dikemudian hari.
b. Di kalangan guru sendiri belum mampu menunjukkan komitmen dan dedikasi sebagai
guru yang menghayati dan mengimplementasikan tuntutan profesi secara optimal. Padahal
guru juga sebagai pendidik, pembimbing bahkan pelatih.
c. Rendahnya syarat yang dipenuhi oleh calon guru menyebabkan kualitas guru
masih rendah, hal ini merupakan salah satu faktor yang turut memengaruhi belum
mantapnya pengakuan masyarakat terhadap profesi guru itu sendiri.
3. Pengakuan Pemerintah

Pemerintah secara khusus menyatakan profesi guru sebagai pekerjaan


profesional yang dituangkan dalam Undang-Undang Guru dan Dosen (UUGD) Nomor 14
Tahun 2005, Pasal 1 ayat 1 dinyatakan guru adalah pendidik profesiona selanjutnya
pada Pasal 6 disebutkan bahwa profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang
dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang
memerlukan keahlian,kemahiran atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau
norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.
4. Kode Etik Profesi
Kenyataan yang kita temui sehari- hari, kode etik guru belum terlalu akrab dengan
kehidupan guru itu sendiri. Akibatnya, banyak guru yang belum kenal dengan kode etik
guru. Kita dapat menjawab dengan pasti bahwa guru telah memiliki kode etik profesi
guru. Seperti diuraikan di atas, bahwa jabatan guru adalah jabatan profesi yang memiliki
kode etik jabatan yang menjadi pedoman dan ditaati oleh segenap anggota profesi tersebut.

26
C. Syarat Apa yang Harus Dipenuhi Sebagai Seorang Guru
Pada kenyataannya ada guru yang hampir memenuhi harapan kita, namun
tidak sedikit pula mereka yang hanya memenuhi sebagian dari apa yang kita
harapkan ada pada sosok seorang guru. Secara ideal syarat seorang yang dapat
menjadi guru tersebut dapat kita klasifikasikan sebagai berikut:
1. Syarat pribadi
Dilihat dari syarat pribadi seseorang dapat menjadi guru apabila memenuhi
beberapa kriteria yaitu:
a. Fisik, harus memiliki kesehatan fisik yang baik, dalam arti tidak memiliki
cacat yang dapat mengganggunya pada saat melaksanakan tugas sebagai guru.
b. Psikis, yaitu kesehatan rohani yang optimal dari seorang calon
guru.Keseimbangan dan kematangan emosional dan sosial sangat besar pengaruhnya
terhadap keberhasilan guru dalam melaksanakan tugas, karena guru lebiih banyak
berinteraksi dengan siswa yang memiliki keberagaman sikap dan perilaku.
c. Watak, yaitu sikap yang baik terhadap profesi, berdedikasi dan
bertanggung jawab terhadap tugasnya.

2. Syarat akademis,
Syarat akademis seorang guru merupakan sejumlah pengetahuan dan
keterampilan yang diperlukan untuk melaksanakan tugas mengajar dan mendidik.
Secara singkat tugas mengajar dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) aspek yaitu:
a. Merencanakan pembelajaran, mencakup kemampuan akademis yang berkaitan
dengan:
1) Merumuskan tujuan pembelajaran
2) Merumuskan alat evaluasi
3) Menentukan materi bahan ajar yang mendukung pencapaian tujuan
4) Merumuskan strategi pembelajaran dan menentukan kegiatan belajar mengajar,
media dan sumber belajar
5) Melaksanakan evaluasi formatif dan sumatif
6) Melakukan tindakan umpan balik

b. Melaksanakan pemb elajaran, mencakup pengetahuan dan


keterampilan melaksanakan proses pembelajaran yang efektif, yang mencakup:
1) Keterampilan membuka dan menutup pelajaran
2) Memilih dan mengorganisasikan bahan ajar
3)Keterampilan memilih dan menggunakan pendekatan, model dan strategi
pembelajaran dengan metode, media dan sumber belajar yang tepat.
4) Keterampilan melaksanakan pengelolaan kelas dan pendekatan terhadap
siswa.

27
c.Melakukan dan memberikan bimbingan kepada siswa yang
menghadapi masalah dalam belajar. Tugas ini merupakan bagian dari tugas guru
sebagai pembimbing sebagaimana juga diamanatkan oleh UUGD, dalam istilah
lain disebut teacher as counselor.

d. Melakukan evaluasi pembelajaran, yang mencakup pengetahuan dan


keterampilan dalam:
1) Memilih prosedur dan teknik evaluasi
2) Membuat instrumen evaluasi yang baik
3) Melakukan evaluasi dan analisis hasilnya
4) Melakukan tindak lanjut terhadap hasil evaluasi berupa pembelajaran
remedial atau pengayaan/pendalaman.

D. Tugas dan Fungsi Guru Serta Indikator Guru yang Profesional


1. Tugas dan Fungsi Guru
Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, dinyatakan bahwa guru bertugas untuk:
1) Merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran
2) Menilai hasil pembelajaran
3) Melakukan pembimbingan dan pelatihan
4) Melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat
Dalam rangka melaksanakan tugas tersebut,maka guru/tenaga
kependidikan menurut UU Nomor 20 Tahun 2003 berkewajiban untuk:
1)Menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis
dan dialogis.
2)Mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu
pendidikan.
3)Memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi dan
kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya.
Tilaar (1999), mengemukakan beberapa fungsi guru dalam konteks era
globalisasi yang memiliki ciri persaingan yang sangat ketat tidak hanya persaingan
regional, tetapi juga persaingan nasional dan global. Fungsi tersebut adalah
sebagai berikut:
1) Guru sebagai agen perubahan
2) Guru sebagai seorang pengembang sikap toleran dan saling pengertian
3) Guru sebagai pendidik yang profesional

2. Tugas Guru
Para ahli pendidikan, khususnya yang tergabung dalam tim perumus
Pengembangan Sistem Pendidikan Tenaga Kependidikan Abad ke-21 (SPTK-
21) pada tahun 2002, merumuskan beberapa tugas operasional konkret guru
sebagai berikut:

28
1.Menjabarkan kebijakan dan landasan pendidikan dalam wujud perencanaan
pembelajaran di kelas dan luar kelas.
2.Mengaplikasikan komponen-komponen pembelajaran sebagai suatu sistem
dalam proses pembelajaran.
3.Melakukan komunikasi dalam komunitas profesi, sosial dan memfasilitasi
pembelajaran masyarakat.
4.Mengelola kelas dengan pendekatan dan prosedur yang tepat dan relevan
dengan karakteristik peserta didik.
5.Meneliti, mengembangkan, berinovasi di bidang pendidikan dan
pembelajaran dan mampu memanfaatkan hasilnya untuk pengembangan profesi.
6.Melaksanakan fungsinya sebagai pendidik untuk menghasilkan lulusan yang
menjunjung tinggi nilai-nilai etika, kesatuan dan nilai luhur bangsa, masyarakat dan
agama.
7.Melaksanakan fungsi dan program bimbingan dan konseling dan administrasi
pendidikan.
8.Mengembangkan diri dalam wawasan, sikap dan keterampilan profesi.
Memanfaatkan teknologi, lingkungan, budaya dan sosial serta lingkungan alam dalam
mengembangkan proses pembelajaran.

E. Organisasi Guru dan Kode Etik Guru Indonesia


1. Kode Etik Guru
Adapun kode etik jabatan guru adalah sebagai berikut:
1)Guru sebagai manusia Pancasilais hendaknya senantiasa menjunjung tinggi dan
mewujudkan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.
2)Guru selaku Pendidik hendaknya bertekad untuk menciptakan anak-anak dan
jabatannya, serta selalu menjadikan dirinya suri teladan bagi anak didiknya.
3)Setiap guru berkewajiban selalu menyelaraskan pengetahuan dan
meningkatkan kecakapan profesinya dengan perkembangan ilmu
pengetahuan tersebut.
4)Setiap guru diharapkan selalu memperhitungkan masyarakat sekitarnya, sebab
pada hakikatnya pendidikan itu merupakan tugas pembangunan dan tugas
kemanusiaan.
5)Setiap guru berkewajiban meningkatkan kesehatan dan keselarasan
jasmaniahnya, sehingga berwujud penampilan pribadi yang sebaik- baiknya, agar
dapat melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya.
6)Di dalam hal berpakaian dan berhias, seorang guru hendaknya memerhatikan
norma-norma estetika dan sopan santun.
7)Guru hendaknya bersikap terbuka dan demokratis dalam hubungan dengan
atasan dan sanggup menempatkan dirinya sesuai dengan hierarki kepegawaian.

29
8)Jalinan hubungan antara seorang guru dengan atasannya hendaknya selalu
diarahkan untuk meningkatkan mutu dan pelayanan pendidikan yang menjadi
tanggung jawab bersama.
9)Setiap guru berkewajiban untuk selalu memelihara semangat korps dan
meningkatkan rasa kekeluargaan dengan sesama guru dan pegawai lainnya.
10)Setiap guru hendaknya bersikap toleran dalam menyelenggarakan setiap
persoalan yang timbul atas dasar musyawarah dan mufakat demi kepentingan bersama.
11)Setiap guru dalam pergaulan dengan murid-muridnya tidak dibenarkan mengaitkan
persoalan politik dan ideologi yang dianutnya, baik secara langsung maupun tidak
langsung.
12)Setiap guru hendaknya mengadakan hubungan yang baik dengan instansi, organisasi
atau perseorangan dalam menyukseskan kerjanya.
13)Setiap guru berkewajiban untuk berpartisipasi secara dalam melaksanakan program
dan kegiatan sekolah
14)Setiap guru berkewajiban memakai peraturan-peraturan dan menekankan adat
istiadat setempat secara fleksibel.
2. Organisasi Profesi
Di Indonesia ada dua organisai profesi yang terkait dengan profesi
keguruan/kependidikan yang sudah lama hadir adalah Persatuan Guru Republik
Indonesia (PGRI) dan Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPO)

BAB II BIMBINGAN DAN KONSELING

A. Pengertian Bimbingan dan Konseling


1. Pengertian Bimbingan
Dari beberapa pengertian bimbingan di atas dapat dikatakan bahwa ada
beberapa indikator sebuah kegiatan dapat dikatakan sebagai proses bimbingan yang
dilakukan oleh seorang guru pembimbing atau juga oleh konselor sebagai berikut:
a. suatu proses yang berkelanjutan (berkesinambungan),
b. suatu proses membantu individu atau sekelompok individu,
c.bantuan yang diberikan itu dimaksudkan agar individu yang bersangkutan dapat
mengarahkan dan mengembangkan dirinya secara optimal sesuai dengan
kemampuan atau potensinya,
d.kegiatan yang bertujuan utama memberikan bantuan agar individu dapat
memahami keadaan dirinya dan mampu menyesuaikan dengan lingkungannya, dan
e.bantuan yang diberikan tidak memberikan satu keputusan pemecahan masalah akan
tetapi mengarah kepada pemahaman individu pada masalah yang dihadapinya, sehingga
individu dapat mengambil keputusan sesuai dengan kemampuannya sendiri dan mampu
menanggung risiko yang akan dihadapinya kelak.

30
Atau dapat dikatakan bahwa bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan
kepada individu secara terus-menerus (berkelanjutan), sistematis, dan bertahap, yang
dilakukan oleh seorang ”ahli”, ini dimaksudkan agar individu dapat memahami
dirinya,lingkungannya serta dapat mengarahkan dan menyesuaikan diri dengan
lingkungan serta wajar untuk dapat mengembangkan potensi dirinya secara
optimal untuk kesejahteraan dirinya dan kesejahteraan masyarakat.

2. Pengertian Konseling
Konseling sebagai salah satu teknik dalam memberikan pelayanan
bimbingan kepada klien dapat dilakukan melalui wawancara pada saat
dilakukan pertemuan langsung dan tatap muka antara guru/konselor dengan klien.
Dengan demikian akan dapat diperoleh pemahaman yang baik, rinci dan nyata oleh
konselor tentang kliennya. Di sisi lain klien melalui pelayanan wawancara ini juga
memperoleh pemahaman yang lebih baik terhadap dirinya, mampu memecahkan
masalah yang dihadapinya dan mampu mengarahkan dirinya untuk
mengembangkan potensi yang dimiliki ke arah perkembangan yang optimal, sehingga ia
dapat mencapai kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan sosial.
Secara singkat bimbingan dan konseling dapat dikatakan sebagai sebuah pelayanan dan
pemberian bantuan kepada peserta didik baik individu/ kelompok agar tumbuh
kemandirian dan perkembangan hubungan pribadi, sosial, belajar, karier dapat secara
optimal.

B. Peranan Bimbingan dan Konseling dalam Pendidikan diSekolah


1. Peranan BK dalam Proses Pembelajaran di Sekolah
Pertama, kaitan antara bimbingan konseling dengan administrasi sekolah, di
mana yang dimaksud dengan administrasi sekolah bukanlah aspek tata usaha,
melainkan lebih pada aspek manajerial dan kepemimpinan sekolah. Secara khusus
bimbingan konseling dan administrasi sekolah mempunyai hubungan yang
bersifat mutualistik. Administrasi sekolah membutuhkan bimbingan konseling
dalam hal masukan, saran-saran, dam laporan-laporan yang terutama berkaitan
dengan kebutuhan siswa, tujuannya adalah supaya terjadi peningkatan mutu dan
layanan yang diberikan pihak sekolah terhadap siswa (Winkel, 2005).

Kedua, kaitan antara bimbingan konseling dengan aspek pengajaran dan


pembelajaran di sekolah. Aspek pengajaran dan pembelajaran di sekolah identik
dengan kurikulum yang ada, di mana kemudian tujuannya adalah menyediakan
pengalaman belajar bagi siswa. Sedangkan bimbingan konseling membantu siswa
untuk meresapi pengalaman belajar tersebut. Dengan kata lain, bidang pengajaran
menyajikan pengalaman belajar, sedangkan bimbingan konseling mengajak siswa
untuk merefleksikan pengalaman belajar itu dalam konteks personal dan sosialnya
(Winkel, 2005).

Ketiga, keterkaitan antara bimbingan konseling dengan siswa. Di mana


sesungguhnya, bimbingan konseling punya peran besar dalam meningkatkan kualitas
siswa. Hal ini sejalan dengan tujuan utama dari bimbingan dan konseling di sekolah

31
yakni untuk membantu individu (siswa) mengembangkan diri secara optimal sesuai
dengan tahap perkembangan dan predisposisi yang dimilikinya (seperti: kemampuan
dasar dan bakat-bakatnya), berbagai latar belakang yang ada (seperti: latar belakang
keluarga, pendidikan, status sosial ekonomi) serta sesuai dengan tuntutan positif
lingkungannya.

2. Tujuan Bimbingan dan Konseling di Sekolah


Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek akademik (belajar)
adalah:
a.Memiliki kesadaran tentang potensi diri dalam aspek belajar, dan memahami
berbagai hambatan yang mungkin muncul dalam proses belajar yang dialaminya.
b.Memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang positif, seperti kebiasaan membaca
buku, disiplin dalam belajar, mempunyai perhatian terhadap semua pelajaran,
dan aktif mengikuti semua kegiatan belajar yang diprogramkan.
c.Memiliki motif yang tinggi untuk belajar sepanjang hayat.
d.Memiliki keterampilan atau teknik belajar yang efektif, seperti
keterampilan membaca buku, mengggunakan kamus, mencatat pelajaran, dan
mempersiapkan diri menghadapi ujian.
3. Fungsi Bimbingan dan Konseling
Pelayan bimbingan dan konseling memiliki beberapa fungsi, yaitu (1) fungsi
pencegahan (preventif), (2) pemahaman, (3) pengentasan, (4) pemeliharaan,(5)
penyaluran, (6) penyesuaian, (7) pengembangan dan (8) perbaikan (kuratif), serta
(9) advokasi.

C. Prinsip Bimbingan dan Konseling


1. Prinsip-prinsip BK
a.Prinsip Umum
Di bawah ini akan diuraikan beberapa prinsip bimbingan konseling, baik prinsip
yang sifatnya umum maupun yang sifatnya khusus.
1)Bimbingan harus berpusat pada individu yang dibimbingnya.
2)Bimbingan diberikan kepada memberikan bantuan agar individu yang dibimbing
mampu mengarahkan dirinya dan menghadapi kesulitan- kesulitan dalam hidupnya.
3)Pemberian bantuan disesuaikan dengan kebutuhan individu yang dibimbing.
4)Bimbingan berkenaan dengan sikap dan tingkah laku individu.
5)Pelaksanaan bimbingan dan konseling dimulai dengan mengidentifikasi kebutuhan
yang dirasakan individu yang dibimbing.
6)Upaya pemberian bantuan harus dilakukan secara fleksibel.
7)Program bimbingan dan konseling harus dirumuskan sesuai dengan
program pendidikan dan pembelajaran di sekolah yang bersangkutan.
8)Implementasi program bimbingan dan konseling harus dipimpin oleh orang
yang memiliki keahlian dalam bidang bimbingan dan konseling dan
pelaksanaannya harus bekerja sama dengan berbagai pihak yang terkait, seperti
dokter psikiater, serta pihak-pihak yang terkait lainnya.

32
9)Untuk mengetahui hasil yang diperoleh dari upaya pelayanan bimbingan dan
konseling, harus diadakan penilaian atau ekuivalensi secara teratur dan
berkesinambungan.
b. Prinsip-prinsip Khusus yang Berhubungan dengan Siswa

1)Pelayanan BK harus diberikan kepada semua siswa.


2)Harus ada kriteria untuk mengatur prioritas pelayanan bimbingan dan
konseling kepada individu atau siswa.
3)Program pemberian bimbingan dan konseling harus berpusat pada siswa.
4)Pelayanan dan bimbingan konseling di sekolah dan madrasah harus dapat
memenuhi kebutuhan-kebutuhan individu yang bersangkutan beragam dan luas.
5)Keputusan akhir dalam proses BK dibentuk oleh siswa sendiri.
6)Siswa yang telah memperoleh bimbingan, harus secara berangsur-angsur dapat
menolong dirinya sendiri.

c. Prinsip Khusus yang Berhubungan dengan Pembimbing

1)Konselor harus melakukan tugas sesuai dengan kemampuannya masing-


masing.
2)Konselor di sekolah dipilih atas dasar kualifikasi kepribadian, pendidikan
pengalaman, dan kemampuan.
3)Sebagai tuntutan profesi, pembimbing atau konselor harus senantiasa berusaha
mengembangkan dirinya dan keahliannya melalui berbagai kegiatan.
4)Konselor hendaknya selalu mempergunakan berbagai informasi yang tersedia
tentang siswa yang dibimbing beserta lingkungannya sebagai bahan yang
membantu individu yang bersangkutan ke arah penyesuaian diri yang lebih baik.
5)Konselor harus menghormati,menjaga kerahasiaan informasi tentang siswa yang
dibimbingnya.
6)Konselor harus melaksanakan tugasnya hendaknya mempergunakan berbagai
metode yang sama.

d. Prinsip yang Berhubungan dengan Organisasi dan Administrasi (Manajemen)


Pelayanan Bimbingan Konseling

1)Bimbingan dan konseling harus dilaksanakan secara sistematis dan


berkelanjutan.
2)Pelaksanaan bimbingan dan konseling ada di kartu pribadi (commulative record)
bagi setiap siswa.
3)Program pelayanan bimbingan dan konseling harus disusun sesuai dengan
kebutuhan sekolah atau madrasah yang bersangkutan.

33
4)Harus ada pembagian waktu antar pembimbing, sehingga masing-masing
pembimbing mendapat kesempatan yang sama dalam memberikan bimbingan
dan konseling.
5)Bimbingan dan konseling dilaksanakan dalam situasi individu atau kelompok
sesuai dengan masalah yang dipecahkan dan metode yang dipergunakan dalam
memecahkan masalah terkait.
6)Dalam menyelenggarakan pelayanan bimbingan dan konseling, sekolah dan
madrasah harus bekerja sama dengan berbagai pihak.

7)Kepala sekolah atau madrasah merupakan penanggung jawab utama dalam


penyelenggaraan bimbingan dan konseling di sekolah.

e. Prinsip yang Berkenaan dengan Pemasalahan Individu

1)Bimbingan dan konseling berurusan dengan hal-hal yang menyangkut


pengaruh kondisi mental/fisik individu terhadap penyesuaian dirinya di
rumah, di sekolah, serta dalam kaitannya dengan kontak sosial dan pekerjaan
dan sebaliknya pengaruh lingkungan terhadap kondisi mental dan fisik individu.
2)Kesenjangan sosial, ekonomi, dan kebudayaan merupakan faktor
timbulnya masalah pada individu yang semuanya menjadi perhatian utama
pelayanan bimbingan dan konseling.

f. Prinsip yang Berkenaan dengan Program Layanan

1)Bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari upaya pendidikan dan
pengembangan individu; oleh karena itu, program bimbingan dan konseling
harus diselaraskan dan dipadukan dengan program pendidikan serta
pengembangan peserta didik.
2)Program bimbingan dan konseling harus fleksibel disesuaikan dengan
kebutuhan individu, masyarakat, dan kondisi lembaga.
3)Program bimbingan dan konseling disusun secara berkelanjutan dari jenjang
pendidikan terendah sampai tertinggi.

g. Prinsip-prinsip yang Berkenaan dengan Tujuan dan Pelaksanaan Pelayanan

1)Bimbingan dan konseling harus mengarahkan individu mampu


menyelesaikan permasalahan pribadi.
2)Dalam proses bimbingan dan konseling keputusan yang diambil dan akan dilakukan
oleh individu harusnya atas kemauan individu sendiri, bukan karena desakan atau
kemauan orang lain.
3)Permasalahan individu harus ditangani oleh tenaga ahli dan bidang yang relevan
dengan permasalahan yang dihadapi.

34
4)Kerja sama antara pembimbing dengan guru lain dan orangtua menentukan hasil
pelayanan pembimbingan.
5)Pengembangan program layanan bimbingan dan konseling ditempuh melalui
pemanfaatan yang maksimal dari hasil pengukuran dan penilaian terhadap individu
yang telibat dalam proses pelayanan dan program bimbingan dan konseling itu
sendiri.
D. Asas Bimbingan dan Konseling
1. Asas Kerahasiaan
Kerahasiaan dalam sebuah bimbingan dan konseling sangatlah ditekankan bahkan
menjadi kunci mendasar yang harus atau wajib ditaati oleh pemberi layanan dalam
penyelenggaraan layanan bimbingan dan konseling. Oleh karena itu, konselor harus menjaga
kerahasiaan data yang diperoleh dari kliennya. Sebagaimana firman Allah Swt. bahwa
memelihara amanah dan menepati janji merupakan salah satu karakteristik orang yang
beruntung.
2. Asas Kesukarelaan
Seperti telah diuraikan sebelumnya bahwa bimbingan dan konseling merupakan proses
membantu individu. Pengertian membantu di sini yaitu bimbingan bukan suatu
paksaan. Sebab layanan yang diberikan secara paksaan tidak akan mampu membuat klien
untuk terbuka semua hal yang melatarbelakangi masalah yang dihadapinya.
3. Asas Keterbukaan
Asas keterbukaan merupakan asas penting bagi konselor, karena hubungan tatap muka
antara klien dengan konselor merupakan pertemuan batin. Hal itu berarti diperlukan adanya
keterbukaan klien dalam mengungkapkan apa pun yang berkaitan dengan masalah yang
dihadapinya. Dengan cara ini konselor akan dapat memberikan berbagai alternatif
pemecahan masalah dengan memanfaatkan potensi yang ada pada masing-masing klien.
4. Asas Kekinian
Pada umumnya pelayanan bimbingan dan konseling bertitik tolak dari masalah
yang dirasakan klien saat sekarang, namun pada dasarnya pelayanan bimbingan dan
konseling itu sendiri menjangkau dimensi waktu yang lebih luas. Dalam hal ini
diharapkan konselor dapat mengarahkan klien untuk memecahkan masalah yang
sedang dihadapinya sekarang.
5. Asas Kemandirian
Sebagaimana diuraikan pada bagian terdahulu konseling diberikan untuk dapat
mengembangkan dan lebih memberdayakan potensi yang ada pada klien untuk
memecahkan permasalahan yang dihadapinya. Oleh karena itu, salah satu tujuan
diberikannya bimbingan dam konseling adalah agar konselor dapat menghidupkan
kemandirian di dalam diri klien.
6. Asas Kegiatan
Asas kegiatan yang dimaksudkan dalam layanan bimbingan konseling ini pada
dasarnya adalah asas yang menghendaki layanan bimbingan dan konseling yang
menghendaki agar klien berpartisipasi secara aktif di dalam proses

35
penyelenggaraan bimbingan. Dalam hal ini konselor perlu mendorong klien untuk
aktif dalam setiap kegiatan bimbingan dan konseling yang diperuntukkan
baginya.
7. Asas Kedinamisan
Keberhasilan usaha pelayanan bimbingan dan konseling ditandai dengan terjadinya
perubahan sikap dan tingkah laku klien ke arah yang baik. Untuk mewujudkan
terjadinya perubahan sikap dan tingkah laku itu membutuhkan proses dan waktu
yang sesuai dengan kedalaman dan kerumitan masalah yang dihadapi klien.
Konselor dan klien serta pihak-pihak lain diminta untuk bekerja sama sepenuhnya
agar pelayanan bimbingan dan konseling yang diberikan dapat dengan cepat
menimbulkan perubahan sikap dan tingkah laku baik pada klien.
8. Asas Keterpaduan
Asas ini yang menghendaki agar berbagai proses pelayanan bimbingan dan konseling
terjalin kerja sama yang baik antara konselor dengan pihak lain yang dapat membantu
penanggulangan masalah yang dihadapi klien. Kerja sama ini tidak hanya antara klien
dan konselor tetapi juga kerja sama dengan semua pihak yang membantu kegiatan
layanan bimbingan konseling.
9. Asas Kenormatifan
Pelayanan bimbingan dan konseling yang dilakukan hendaknya tidak bertentangan
dengan norma-norma yang berlaku didalam masyarakat dan lingkungannya.
Konselor harus dapat membicarakan secara terbuka dan terus terang segala
sesuatu yang menyangkut norma dari mulai bagaimana berkembangnya,
bagaimana penerimaan masyarakat, apa dan bagaimana akibatnya bila norma-
norma itu terus dianut dan lain sebagainya. Sehingga klien dapat menentukan dan
memilih norma-norma yang akan dianutnya.
10. Asas Keahlian
Untuk menjamin keberhasilan usaha bimbingan dan konseling, para konselor
harus mendapatkan pendidikan dan latihan yang memadai. Tidak semua orang
dapat menjadi konselor untuk memberikan layanan bimbingan konseling, karena
konseling adalah layanan ahli maka semua petugas dalam hal ini konselor harus
dilakukan oleh orang yang mendapat pendidikan khusus untuk itu.
11. Asas Alih Tangan

Bimbingan dan konseling merupakan kegiatan profesional yang menangani masalah-


masalah yang cukup sulit. Dengan keterbatasan konselor dalam membantu dan
menyelesaikan masalah klien sedangkan dalam bimbingan dan konseling
pelayanannya harus tuntas jangan sampai terkatung-katung sehingga klien menjadi
semakin susah dalam menyelesaikan masalahnya.

E. Landasan Bimbingan dan Konseling


1. Landasan Filosofis
Landasan filosofis merupakan landasan yang dapat memberikan arahan dan
pemahaman khususnya bagi konselor dalam melaksanakan setiap kegiatan
bimbingan dan konseling yang lebih bisa dipertanggungjawabkan secara logis, etis

36
maupun estetis. Landasan filosofis dalam bimbingan dan konseling terutama
berkenaan dengan usaha mencari jawaban yang hakiki atas pertanyaan filosofis.
2. Landasan Religius
Dimensi spiritual pada manusia menunjukkan bahwa manusia pada hakikatnya
adalah makhluk religius. Keyakinan bahwa manusia adalah makhluk Tuhan,
mengisyaratkan pada ketinggian derajat dan keindahan makhluk manusia serta
peranannya sebagai khalifah di bumi.
3. Landasan Psikologis
Landasan psikologis merupakan landasan yang dapat memberikan pemahaman
bagi konselor tentang perilaku individu yang menjadi sasaran layanan (klien).
Untuk kepentingan bimbingan dan konseling, beberapa kajian psikologi yang
perlu dikuasai oleh konselor adalah tentang: (a) motif dan motivasi, (b) pembawaan
dan lingkungan, (c) perkembangan individu, (d) belajar, dan (e) kepribadian.
4. Landasan Sosial-Budaya
Landasan sosial budaya merupakan landasan yang dapat memberikan
pemahaman kepada konselor tentang dimensi kesosialan dan dimensi
kebudayaan sebagai faktor yang memengaruhi terhadap perilaku individu.
Lingkungan sosial-budaya yang melatarbelakangi dan melingkupi individu
berbeda-beda sehingga menyebabkan perbedaan pula dalam proses
pembentukan perilaku dan kepribadian individu yang bersangkutan
5. Landasan Pedagogis
Landasan pedagogis pelayanan BK setidaknya berkaitan dengan: (1) pendidikan
sebagai upaya pengembangan manusia dan bimbingan merupakan salah satu bentuk
kegiatan pendidikan, (2) pendidikan sebagai inti proses bimbingan dan konseling,
(3) pendidikan lebih lanjut sebagai inti tujuan bimbingan dan konseling.
6. Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
Layanan bimbingan dan konseling merupakan kegiatan profesional yang memiliki
dasar-dasar keilmuan, baik yang menyangkut teori maupun praktiknya. Pengetahuan
tentang bimbingan dan konseling disusun secara logis dan sistematis dengan
menggunakan berbagai metode, seperti: pengamatan,wawancara,analisis
dokumen,serta prosedur tes.

F. Bidang Bimbingan Belajar, Sosial, Pribadi dan Karier


1. Bimbingan Belajar
Bimbingan ini dimaksudkan untuk mengatasi masalah-masalah yang
berhubungan dengan kegiatan belajar baik di sekolah maupun di luar sekolah.
Bimbingan ini antara lain meliputi:
a. Cara belajar, baik belajar secara kelompok ataupun individual.
b. Cara bagaimana merencanakan waktu dan kegiatan belajar.
c. Efisiensi dalam menggunakan buku-buku pelajaran.
d. Cara mengatasi kesulitan-kesulitan yang berkaitan dengan mata pelajaran tertentu.
e. Cara, proses, dan prosedur tentang mengikuti pelajaran.

37
2. Bimbingan dalam Mengatasi Masalah-masalah Pribadi

Selain masalah belajar, biasanya masalah-masalah pribadi ini juga sering


ditimbulkan sebagai akibat hubungan atau pergaulan remaja sesama siswa,
Personel Kantor
karena itu bimbingan masalah pribadi menjadi sangat urgen dan berkontribusi
untuk peningkatan prestasiDinas
belajar siswa. Sehubungan dengan hal tersebut
Pendidikan
Downing (1968), menyatakan bahwa layanan bimbingan di sekolah sangat
Kepala
bermanfaat terutama dalam membantu:
a. Menciptakan suasana hubungan sosial yang menyenangkan.
Sekolah
Tata Usaha
b. Menstimulasi siswa agar mereka meningkatkan partisipasinya dalam
kegiatan belajar-mengajar.
Wali Kelas Guru Mata Pelajaran
c. Menciptakan atau mewujudkan pengalaman belajar yang lebih bermakna.
d. Meningkatkan motivasi belajar siswa.
GuruPembimbing
e. Menciptakan dan menstimulasi tumbuhnya minat belajar.
3. Bimbingan Sosial
Tenaga Ahli BP 3
Bimbingan sosial ini dimaksudkan untuk membantu siswa dalam
memecahkan dan mengatasi kesulitan-kesulitan yang berkaitan dengan masalah
sosial, sehingga terciptalah suasana belajar-mengajar yang kondusif. Menurut
Ahmad (1977), bimbingan sosialSiswa
ini dimaksudkan untuk:

a) Memperoleh kelompok belajar dan bermain yang sesuai.


b) Membantu memperoleh persahabatan yang sesuai.
c) Membantu mendapatkan kelompok sosial untuk memecahkan masalah tertentu.
4. Bimbingan Karier

Bimbingan karier merupakan layanan bantuan kepada peserta didik dalam


mempertimbangkan pilihan kerja atau mempertimbangkan untuk bekerja atau tidak;
dan (jika perlu segera bekerja, baik part-time maupun full-time). Memilih lapangan
kerja yang cocok dengan ciri-ciri pribadi individu, menentukan lapangan
pekerjaan dan memasukinya, serta mengadakan penyesuaian kerja secara baik.
Dalam konteks ini siswa memiliki keterbatasan informasi tentang karier, dan mereka
sangat memerlukan informasi yang tepat. Untuk itu maka bimbingan karier menjadi
sangat urgen.

H. Struktur Organisasi Bimbingan Konseling di Sekolah

38
H. Orientasi Bimbingan dan Konseling
1. Orientasi Perorangan
Orientasi perorangan pada bimbingan dan konseling yaitu orientasi yang
menghendaki konselor menitikberatkan pandangan pada siswa secara individual.
Artinya seorang konselor harus menjadikan perhatian pada siswa secara individual,
yaitu satu persatu siswa perlu mendapat perhatian. Untuk itu maka pemahaman
seorang konselor yang utuh terhadap keseluruhan siswa sebagai individu dan
kelompok dalam kelas menjadi sangat penting.
2. Orientasi Perkembangan
Orientasi perkembangan dalam bimbingan dan konseling lebih menekankan lagi
pentingnya peranan perkembangan yang terjadi dan hendaknya diterjadikan pada
diri individu. Bimbingan dan konseling memusatkan perhatiannya pada
keseluruhan proses perkembangan itu.
3. Orientasi Permasalahan
Seperti kita ketahui bahwa fungsi-fungsi bimbingan dan konseling, maka orientasi
masalah secara langsung terkait dengan fungsi pencegahan dan fungsi pengentasan. Fungsi
pencegahan menghendaki agar individu dapat terhindar dari masalah-masalah yang
mugkin membebani dirinya, sedangkan fungsi pengentasan menginginkan agar
individu yang sudah terlanjur mengalami masalah dapat terentaskan masalahnya.

I. Ruang Lingkup Pelayanan Bimbingan dan Konseling


Pelayanan bimbingan dan konseling memiliki peranan penting bagi individu yang
berada dalam lingkungan sekolah, keluarga maupun masyarakat pada umumnya

J. Kode Etik Bimbingan Konseling


Rumusan kode etik bimbingan dan konseling dirumuskan oleh Ikatan Petugas
Bimbingan Indonesia (IPBI) yang dikutip oleh Syahril dan Ahmad
(1986),yaitu:
a.Pembimbing/konselor menghormati harkat pribadi, integritas, dan
keyakinan klien.

39
b.Pembimbing/konselor menempatkan kepentingan klien di atas
kepentingan pribadi pembimbing/konselor itu sendiri.
c.Pembimbing/konselor tidak membedakan klien atas dasar suku bangsa, warna
kulit, kepercayaan atau status sosial ekonominya.
d.Pembimbing/konselor mempunyai serta memperlihatkan sifat-sifat rendah
hati, sederhana, sabar, tertib, dan percaya pada paham hidup sehat.
e.Pembimbing/konselor memiliki sifat tanggung jawab, baik terhadap
lembaga dan orang-orang yang dilayani maupun terhadap profesinya.
f. Pembimbing/konselor mengusahakan mutu kerjanya setinggi mungkin.
g. Sesuatu tes hanya boleh diberikan oleh petugas yang berwenang
menggunakan dan menafsirkan hasilnya.
h.Konselor memberikan orientasi yang tepat kepada klien mengenai alasan
digunakannya tes psikologi dan hubungannya dengan masalah yang dihadapi
klien.

K. Peranan Guru dalam Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah


1. Guru Sebagai Mediator Kebudayaan
2. Guru Sebagai Mediator dalam Belajar
3. Guru Sebagai Pembimbing
4. Guru Sebagai Mediator antara Sekolah dan Masyarakat
5. Guru Sebagai Penegak Disiplin
6. Guru Sebagai Administrator dan Manager Kelas
7. Guru Sebagai Anggota Suatu Profesi

BAB III ADMINISTRASI SEKOLAH


A. Pengertian Administrasi Pendidikan di Sekolah
1. Pengertian Administrasi Pendidikan
Dalam setiap organisasi, apa pun bentuk dan jenisnya, administrasi dan
manajemen menempati kedudukan sentral dan menentukan dalam pembinaan dan
pengembangan serta keberhasilan kegiatan kerja sama. Oleh karena itulah, administrasi
telah dan selalu akan dikaji secara ilmiah. Administrasi sebagai disiplin ilmu telah dikaji
secara mendalam dan intensif secara teoretis maupun praktis tentang rangkaian perilaku
berkaitan dengan kegiatan pengendalian, pengelolaan dan usaha kerja sama dalam
mencapai suatu tujuan.
2. Pengertian Administrasi dan Administrasi Pendidikan
Dari berbagai definisi tersebut di atas, apabila kita coba untuk menarik
kesimpulan berdasarkan komponen pengertian administrasi yang terdapat pada masing-
masing pengertian yang dikemukakan oleh para ahli dapat dikatakan bahwa administrasi
pendidikan adalah keseluruhan proses pengelolaan dan pengendalian usaha kerja sama
sejumlah orang pada lembaga pendidikan yaitu kepala sekolah, guru, murid,

40
karyawan bahkan orangtua murid dengan mendayagunakan berbagai sumber dan
metode serta alat tertentu untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan
efisien.

B. Fungsi Administrasi
Secara umum dan banyak dikemukakan oleh beberapa ahli bahwa
administrasi pendidikan memiliki ruang lingkup yang luas. Tetapi sebelum membahas
ruang lingkup tersebut terlebih dahulu akan diuraikan tinjauan administrasi sebagai
proses kegiatan, yang di dalamnya menerapkan fungsi- fungsi manajemen (ada ahli
yang menyebutkan dengan fungsi organik). Sedangkan John Stephen Knezevich
menyebutnya dengan istilah administrasi pendidikan dilihat sebagai proses manajemen.
C. Kegiatan-kegiatan Administratif Guru di Sekolah
1. Pengelolaan Pengajaran
2. Pengelolaan Kesiswaan
3. Pengelolaan Personalia/Kepegawaian
4. Pengelolaan Alat Pelajaran
5. Pengelolaan Gedung Beserta Perlengkapannya
6. Pengelolaan Keuangan
7. Pengelolaan Hubungan Sekolah dengan Masyarakat

BAB IV SUPERVISI PENDIDIKAN

A. Perlunya Pembinaan Guru


Pengembangan staf juga berkaitan dengan terdapatnya kesenjangan
kemampuan dan kecakapan di satu pihak, dan adanya tuntutan efektivitas dan
efisiensi di lain pihak. Dari beberapa uraian tersebut di atas, dapat ditarik benang
merah perlunya pembinaan guru pada saat dia sudah bertugas sebagai guru secara
nyata di lapangan pendidikan (sekolah- sekolah) yaitu sebagai berikut: guru (lebih-
lebih bagi mereka yang baru bertugas) masih memiliki kemampuan yang terbatas
untuk mengendalikan dan menganalisis tingkah laku siswanya dalam proses belajar
mengajar. Proses belajar mengajar adalah sesuatu yang kompleks dan rumit sehingga
guru sulit memisahkan, merefleksikan dan menyadari tingkah lakunya pada saat dia
sedang melaksanakan kegiatan proses belajar mengajar.

B. Pengertian dan Fungsi Pokok Supervisi

1. Pengertian dan Fungsi Supervisi


supervisi merupakan peningkatan makna dari inspeksi yang berkonotasi
mencari-cari kesalahan. Jelaslah bahwa kesan seperti itu sangat kurang tepat dan tidak
sesuai lagi dengan zaman reformasi seperti sekarang ini. Supervisi adalah kegiatan
mengamati, mengidenfikasi mana hal-hal yang sudah benar, mana yang belum
benar, dan mana pula yang tidak benar, dengan maksud agar tepat dengan tujuan
memberikan pembinaan.

41
Tujuan utama kegiatan supervisi adalah meningkatkan kualitas
pembelajaran, harapan akhirnya juga pada prestasi belajar siswa.Tentu saja
peningkatan tersebut tidak dapat hanya mengenai satu aspek saja, tetapi semua
unsur yang terkait dengan proses pembelajaran, antara lain siswa itu sendiri, guru
dan personel lain, peralatan, pengelolaan, maupun lingkungan tempat belajar.

Berpijak pada batasan pengertian tersebut maka sedikitnya ada tiga fungsi
supervisi, yaitu: (1) sebagai kegiatan meningkatkan mutu pembelajaran (2) sebagai
pemicu atau penggerak terjadinya perubahan pada unsur-unsur yang terkait dengan
pembelajaran, dan (3) sebagai kegiatan memimpin dan membimbing.

C. Tanggung Jawab Pembinaan Profesionalisme Guru


Guru yang profesional tidak dapat dilahirkan hanya oleh satu institusi saja,
tetapi memerlukan keterpaduan oleh barbagai pihak yang terkait dan bertanggung
jawab. Dalam kaitan ini maka pembinaan dan pengembangan kompetensi profesionalisme
guru perlu dilakukan dengan integrasi segitiga emas (gold trianggle) yaitu: LPTK penghasil
guru, sekolah pemakai guru dan Dinas Pendidikan sebagai institusi Pembina guru.
D. Pendekatan Supervisi Pendidikan
Pendekatan supervisi sering dikelompokkan menjadi dua pendekatan, yaitu:
pendekatan langsung (direct contact) dan pendekatan tidak langsung (indirect
contact). Pendekatan pertama dapat disebut dengan pendekatan tatap muka dan
kedua pendekatan menggunakan perantara, seperti melalui surat menyurat, media
massa, media elektronik, radio, kaset, internet dan yang sejenis. Sementara dikenal
juga pendekatan kolaboratif, yaitu pendekatan yang menggabungkan kedua pendekatan
itu (Aqib, Zainal dan Rohmanto, Elham, 2007). Meskipun ahli lainnya ada yang
menggolongkan dalam tiga pendekatan. Hal ini akan diuraikan secara tersendiri pada
bagian lain buku ini.
Pendekatan supervisi pada dasarnya adalah pendekatan dalam proses
pembinaan guru yang berkaitan dengan bagaimana seorang pembina berinteraksi
dengan orang-orang yang dibina agar proses pembinaan dapat mencapai hasil yang
optimal. Karena itu pendekatan selalu terkait dengan aspek psikologis orang yang
dibina dan psikologis pembina itu sendiri.

Pendekatan yang digunakan dalam menerapkan supervisi modern


didasarkan pada prinsip-prinsip psikologis, sebab pendekatan yang efektif adalah
pendekatan yang sesuai dengan tipe, karakter atau prototipe orang- orang yang
menjadi sasaran pembinaan. Suatu pendekatan atau teknik pemberian supervisi,
sangat bergantung kepada prototipe guru.

BAB 5 MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH


A. Latar Belakang
Manajemen berbasis sekolah pada dasarnya adalah suatu model
penyelenggaraan pendidikan yang memberikan otonomi luas kepada sekolah
untuk mengembangkan program pengembangan sekolah (School Development)

42
berdasarkan kebutuhan nyata sekolah, serta memberdayakan sekolah secara
lebih optimal sesuai dengan potensi sekolah masing-masing, sehingga
diharapkan sekolah akan lebih cepat dalam meningkatkan mutu pendidikan di
sekolahnya masing-masing.
Keberhasilan Manajemen berbasis Sekolah dalam meningkatkan mutu
lulusannya, pada dasarnya masih ditentukan oleh berbagai faktor baik faktor
struktural maupun non struktural. Faktor struktural mencakup: komitmen
politik pemerintah daerah dan peran pemerintah kabupaten dan kota (Dinas
Pendidikan) dalam penataan dan pembinaan kelembagaan, peraturan
pemerintah daerah tentang pendidikan, kemampuan pemerintah daerah dalam
mengakomodasi aspirasi masyarakat daerah akan pendidikan, kurikulum dan
keuangan sekolah (anggaran belanja yang tersedia untuk pendidikan). Faktor
struktural ini pada dasarnya adalah kemauan politik pimpinan daerah terhadap
pendidikan, semakin tinggi komitmen politik pemerintah daerah terhadap
pendidikan semakin besar kemungkinan MBS memberikan kontribusi bagi
perbaikan dan peningkatan mutu.

B. Pengertian, Tujuan dan Manfaat Manajemen Berbasis Sekolah


1. Pengertian
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) pada dasarnya merupakan strategi
untuk mencapai sekolah yang efektif, karena itu MBS bukanlah tujuan akhir tetapi
merupakan sarana dan strategi untuk mencapai tujuan.
MBS adalah suatu konsep di mana kekuasaan pengambilan keputusan yang
berkaitan dengan pendidikan diletakkan pada tempat yang paling dekat dengan
terjadinya proses pembelajaran, dalam hal ini berarti sekolah. Jadi MBS pada
hakikatnya adalah kewenangan pengambilan keputusan yang berkaitan dengan
sekolah diberikan kepada sekolah itu sendiri. Hal ini sangat penting karena yang paling
memahami dan paling mengerti secara detail dan komprehensif tentang sekolah adalah
sekolah itu sendiri. Oleh sebab itu, apa yang harus dikembangkan oleh sekolah dan
aspek apa yang harus diperkuat untuk meningkatkan mutu sekolah adalah sekolah itu
sendiri.
2. Tujuan dan Manfaat
Implementasi manajemen berbasis sekolah, pada dasarnya bertujuan
untuk memberdayakan sekolah secara optimal dalam pengelolaan dan
pengembangan sekolah. Secara khusus penerapan Manajemen Berbasis
Sekolah ini bertujuan untuk:
1.Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah
dalam mengelola dan memberdayakan sumber daya yang tersedia, baik sumber
daya manusia maupun sumber daya lainnya. Sekolah tentunya sangat paham
dengan situasi, kondisi serta potensi yang dia miliki secara pasti
2.Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam
penyelenggaraan pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama semua warga
sekolah.Sekolah yang mengimplementasikan manajemen berbasis sekolah sudah

43
menjadi kewajiban baginya untuk melibatkan semua warga sekolah dalam
berbagai aktivitas hingga kegiatan yang menyangkut pengambilan keputusan sekolah.
3.Meningkatkan tanggung jawab sekolah kepada orangtua murid, masyarakat,
pemerintah dan unsur lainnya tentang mutu pelayanan di sekolah serta mutu sekolah
itu sendiri.
4.Meningkatkan suasana kompetisi yang sehat dan positif antarsekolah tentang
penyelenggaraan sekolah yang bermutu dan mutu sekolah yang dapat dicapai oleh
masing-masing sekolah.
Sedangkan manfaat yang akan diperoleh oleh lembaga pendidikan/sekolah
dengan diimplementasikannya pendekatan manajemen berbasis sekolah adalah
sebagai berikut:
1.Keleluasaan pengambilan keputusan pada tingkat sekolah dimaksudkan agar
sekolah dapat mengoptimalkan pengelolaan sumber daya dengan
mengalokasikannya sesuai prioritas program serta kebutuhan sekolahnya masing-
masing.
2.Manajemen berbasis sekolah mengupayakan penyelenggaraan sekolah,
khususnya pelayanan pembelajaran yang lebih baik dan bermutu bagi siswa.
3.Memberikan kesempatan bagi sekolah meningkatkan kinerja staf secara optimal
dan fleksibel.
4.Meningkatkan pemahaman masyarakat secara lebih mendalam dan
komprehensif karena mereka terlibat langsung dalam setiap kebijakan yang
diambil sekolah secara bersama-sama.
5.Dengan adanya kewenangan pengelolaan sumber daya, sekolah dapat
meningkatkan kualitas pendidikan dan kesejahteraan guru sehingga mereka dapat
berkonsentrasi penuh dalam pelaksanaan tugas mengajarnya.
6.Dengan diberikan kesempatan kepada sekolah mengembangkan kurikulum secara
luas, guru didorong berinovasi dengan melakukan berbagai pembaruan cara dan
metode pembelajaran, sehingga dapat mempercepat peningkatan mutu hasil belajar.
MBS menjamin partisipasi staf, orangtua murid, siswa dan masyarakat luas, hal ini
dapat meningkatkan komitmen dan kebersamaan dalam penyelenggaraan pendidikan
yang bermutu.

C. Prinsip Dasar Manajemen Berbasis Sekolah

Ada beberapa prinsip manajemen berbasis sekolah yang perlu


mendapatkan perhatian seorang kepala sekolah atau lembaga yang terkait
dengan pembinaan sekolah, agar implementasi MBS dapat lebih optimal.
Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
1.Keterbukaan, artinya segala sesuatu kegiatan yang akan dilaksanakan di
sekolah, dilakukan secara terbuka dengan semua sumber daya yang ada di
sekolah, mulai dari kepala sekolah, guru, staf tata usaha, komite sekolah, orangtua
murid, dan siswa.

44
2.Kebersamaan, artinya dalam mengimplementasikan manajemen berbasis
sekolah, maka harus dilakukan secara bersama-sama oleh semua komponen
sekolah, dengan demikian maka segala sesuatunya akan menjadi tanggung
jawab bersama pula.
3.Berkelanjutan, artinya manajemen berbasis sekolah dilaksanakan secara
berkelanjutan tanpa dipengaruhi oleh pergantian pimpinan sekolah. Segala
prinsip keterbukaan dan kebersamaan harus dilakukan secara terus- menerus,
bukan hanya bersifat insedental sewaktu-waktu.
4.Menyeluruh, artinya aktivitas yang perlu dilakukan dalam implementasi
manajemen berbasis sekolah adalah mencakup semua kegiatan yang mempunyai
kontribusi bagi keberhasilan pencapaian tujuan sekolah. Semua kegiatan sekolah
paling tidak ada 6 (enam) kegiatan sekolah yang harus dilaksanakan dalam
manajemen sekolah
5.Pertanggungjawaban, artinya manajemen berbasis sekolah harus dapat
dipertanggungjawabkan tidak hanya pada atasan sekolah,tetapi harus dapat
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat.
6.Demokratis, artinya semua keputusan dan kebijakan yang diambil sekolah, baik
menyangkut aspek administratif atau edukatif merupakan hasil musyawarah
semua komponen sekolah. Hal ini mendorong komitmen bersama untuk
menjalankan keputusan atau kebijakan yang diambil.
7.Kemandirian sekolah, artinya sekolah harus memulai sedikit demi sedikit untuk
tumbuh dan berkembang secara mandiri atas dasar kemampuan dan potensinya,
tidak menggantungkan diri pada orang atau lembaga lain dalam memajukan
sekolah. Untuk itu sekolah harus menumbuhkan prakarsa, inisiatif dan jiwa inovatif
dalam rangka mencapai tujuan sekolah.
8.Berorientasi pada mutu, artinya apa pun jenis kegiatan yang akan dilakukan,
yang menjadi dasar pertimbangan adalah sejauhmana kegiatan tersebut menunjang
pada percepatan peningkatan mutu sekolah. Oleh sebab itu budaya mutu dalam
setiap aspek kegiatan di sekolah harus tertanam pada semua komponen sekolah.
9.Pencapaian standar minimal, artinya sekolah mempunyai standar minimal yang
harus dicapai untuk selanjutnya secara bertahap dapat mencapai standar yang
lebih tinggi. Standar minimal ini selanjutnya dikekmbangkan menjadi Standar
Operasional Prosedur (SOP).
10.Pendidikan untuk semua artinya semua anak memiliki hak yang sama memeroleh
pendidikan. Dalam konteks sekolah maka semua siswa memiliki hak yang sama
untuk memperoleh pelayanan pendidikan yang bermutu. Prinsip ini menggambarkan
bahwa tidak ada perbedaan anak miskin dan kaya, anak buruh, petani dan pejabat
dalam mendapatkan pelayanan pembelajaran dan kegiatan lainnya di sekolah.

D. Konsep Dasar Manajemen Berbasis Sekolah dalam Perspektif


Teoretik

45
Sekolah sebagai sistem harus menekankan proses belajar mengajar sebagai
pemberdayaan siswa, yang dilakukan melalui interaksi perilaku pengajar dan
perilaku mengajar, baik di dalam kelas maupun di luar kelas, proses
pemberdayaan siswa dalam belajar, bukan hanya berarti terjadinya transper ilmu
dari guru kepada siswa dan siswa mampu menjawab soal-soal yang diberikan guru
secara tepat, tetapi jauh dari itu pemberdayaan siswa dalam belajar mencakup pula
pembelajaran yang dapat menumbuhkan daya kreativitas, rasionalitas (nalar) dan
jiwa ilmuwan, yaitu selalu ingin tahu, mencoba dan menemukan sesuatu. Hal ini
perlu ditumbuhkembangkan.

E. Kondisi yang Mendukung Implementasi MBS di Sekolah


Agar pelaksanaan manajemen berbasis sekolah dapat dilaksanakan secara optimal,
harus didukung oleh berbagai cara, yaitu:
1.Adanya dukungan dari pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders) terhadap
sekolah seperti: masyarakat dan orangtua murid, pemerintah daerah
kabupaten/kota dan bahkan dunia usaha serta LSM yang peduli terhadap
kemajuan pendidikan di sekolah. Kondisi ini perlu dipersiapkan dan
ditumbuhkembangkan oleh sekolah secara terus-menerus.
2.Lembaga pendidikan mempunyai kemampuan dalam inovasi atau
pembaruan, sehingga segala aktivitasnya akan selalu dapat menyesuaikan dengan
tuntutan perkembangan masyarakat. Hal ini merupakan modal awal untuk
memperoleh perhatian, penghargaan dan dukungan masyarakat. Dalam era global maka
cara-cara kerja tradsional sudah tidak dapat lagi dipertahankan, tetapi cara-cara inovasi
merupakan keharusan. Lebih-lebih dalam proses pembelajaran di sekolah.
3.Pendidikan di sekolah mampu memberi nilai tambah bagi masyarakat, artinya
masyarakat memperoleh sesuatu yang berharga dengan keterlibatannya pada
aktivitas sekolah, berharga bagi dirinya, anaknya atau bagi kehidupan masyarakat
secara umum.
4.Pelayanan pendidikan dapat mengembangkan potensi anak secara maksimal
dengan memerhatikan perbedaan individu. Ini berarti sekolah harus
memerhatikan prinsip individual defferences dalam proses pembelajaran anak di
sekolah.
5.Lingkungan sosial sekolah mendukung pencapaian visinya, artinya visi sekolah
mendapat dukungan dari lingkungan sosial, dengan demikian sekolah pada saat
merumuskan visi, misi dan strategi perlu melibatkan berbagai pihak agar dapat
merumuskan visi yang sesuai dengan kebutuhan sekolah dan masyarakat.
6.Potensi sumber daya sekolah dan masyarakat mendukung tercapainya target
yang ditetapkan. Sekolah dan masyarakat masing-masing memiliki potensi dan
kemampuannya yang mungkin berbeda satu dengan lainnya. Apabila kedua institusi
ini diintegrasikan kekuatan dan potensinya, maka akan memberikan pengaruh besar
bagi perkembangan dan kemajuan sekolah secara keseluruhan.

46
 BUKU PENDAMPING II
PENGEMBANGAN PROFESIONALISME GURU SEBAGAI JABATAN PROFESIONAL

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spirutual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU No.
20/2003). Menyadari walaupun terbukti bahwa pendidikan senantiasa berperan merintis dan
memantapkan kemajuan kehidupan, pada saat yang sama menyadari bahwa dari waktu
kewaktu pendidikan memerlukan penataan baru. Pendidikan mempunyai peranan strategis
untuk mempersiapkan generasi muda yang memiliki keberdayaan dan kecerdasan emosional
yang tinggi dan menguasai megaskills yang mantap. Untuk itu, lembaga penidikan dalam
berbagai jenis dan jenjang memerlukan pencerahan dan pemberdayaan dalam berbagai
aspeknya.

Sebagaimana disaksikan dan diberlakukan di Indonesia hingga saat ini, menurut Anwar dan
Sagala (2004:36) pendidikan dibedakan menjadi tiga kategori seperti yang dikelompokkan
oleh Coombs, sebagai berikut (1) pendidikan informal, yaitu pendidikan yang diperoleh
seseorang dari pengalaman sehari-hari, baik dengan penuh kesadaran atau tidak, sejak lahir
sampai mati; (2) pendidikan formal, yakni dengan model sekolah yang teratur, lancar, dan
mengikuti syarat-syarat yang jelas dan ketat; dan (3) pendidikan non-formal, yakni bentuk
pendidikan yang teratur dengan sadar dilakukan tetapi tidak terlalu mengikuti peraturan
secara ketat ataupun tetap. Adapun Wroczynsky menyebutkan pendidikan ada tiga jenis,
tetapi dengan istilah yang berbeda dari apa yang telah dikemukakan di atas, yakni: (1)
pendidikan formal, yang mencakup berbagai jenis sekolah pada semua tingkatan yaitu tingkat
formal, yakni dengan model sekolah yang teratur, lancar, dan mengikuti syarat-syarat yang
jelas dan ketat; dan (3) pendidikan non-formal, yakni bentuk pendidikan yang teratur dengan
sadar dilakukan tetapi tidak terlalu mengikuti peraturan secara ketat ataupun tetap. Adapun
Wroczynsky menyebutkan pendidikan ada tiga jenis, tetapi dengan istilah yang berbeda dari
apa yang telah dikemukakan di atas, yakni: (1) pendidikan formal, yang mencakup berbagai
jenis sekolah pada semua tingkatan yaitu tingkat.

Pendidikan telah menjadi sebuah kekuatan bangsa ini dengan taraf keragamannya yang
begitu tinggi. Melalui pendidikan berbangsa, telah tumbuh semangat persatuan yang kokoh
menjiwai segala keragaman sebagai potensi persatuan dan kesatuan bangsa. Pendidikan yang
memahami keragaman ini ternyata telah mampu menjadi sumber kekuatan, bukannya sebagai
sumber masalah. Pendidikan merupakan landasan utama dalam pengembangan sumberdaya
manusia, yang berlangsung secara formal, nonformal, dan informal. Dalam arti yang luas
menurut Makmun (2003:22) pendidikan dapat mencakup seluruh proses hidup dan segenap
bentuk interaksi individu dengan lingkungannya, baik secara formal, nonformal, maupun
informal dalam rangka mewujudkan dirinya sesuai dengan tahapan tugas perkembangannya
secara optimal sehingga ia mencapai suatu tarap kedewasaan tertentu. Lembaga-lembaga
pendidikan menuntut adanya manajemen pendidikan yang modern dan profesional yang
mampu mewujudkan peranannya secara efektif dengan keunggulan dalam kepemimpinan,

47
staf, proses belajar mengajar, pengembangan staf, kurikulum, tujuan dan harapan, iklim
sekolah, penilaian diri, komunikasi, dan keterlibatan orang tua/masyarakat.

Galbreath (1999) mengemukakan bahwa pendekatan pembelajaran yang digunakan pada


abad pengetahuan adalah pendekatan campuran yaitu perpaduan antara pendekatan belajar
dari guru, belajar dari siswa lain, dan belajar pada diri sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa
pendidikan memegang peranan kunci dalam pengembangan sumberdaya manusia dari insan
yang berkualitas. Secara umum berbagai hasil penelitian mengungkapkan problematika
pendidikan (1) pelayanan pendidikan belum merata, berkualitas, dan terjangkau; (2) tingginya
jumlah penduduk buta aksara; (3) rendahnya cakupan layanan pendidikan anak usia dini; (4)
rendahnya partisipasi pendidikan; (5) kesenjangan kemampuan bersekolah (geografis, sosial,
ekonomi, gender); (6) APK SMP/MTs/SMPLB 78,86% (2003) dan SMA/SMK/MA/MAK
mencapai 48,96% (2003); (7) mutu lulusan yang relatif masih belum kompetitif; (8)
ketersediaan dan mutu guru yang cenderung rendah; (9) pengembangan IPTEKS yang masih
terbatas; dan (10) penguasaan IPTEKS yang belum optimal. Kondisi pendidikan nasional kita
memang tidak secerah di negara-negara maju. Baik wadah (institusi) maupun isinya masih
memerlukan perhatian ekstra dari pemerintah maupun masyarakat. Namun pendidikan formal
masih merupakan institusi yang paling efektif untuk menyebarkan gagasan-gagasan inovatif,
pembaharuan, pemberdayaan dan demokrasi, dibandingkan institusi lain.

Dalam pendidikan formal, selain ada kemajemukan peserta, institusi yang mapan, dan
kepercayaan masyarakat yang kuat, juga merupakan tempat bertemunya bibit-bibit unggul
yang sedang tumbuh. Guru yang profesional memiliki peran utama dalam sistem pendidikan
nasional khususnya dan kehidupan umumnya. Penghargaan yang bernilai tinggi dari
pemerintah, akan membantu mewujudkan pendidikan yang diinginkan.

A. Satuan Pendidikan Sebagai Sistem


Satuan pendidikan adalah kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan
pendidikan pada jalur formal, nonformal, dan informal pada setiap jenjang dan jenis
pendidikan (UUSPN No. 20 tahun 2003). Satuan pendidikan menurut Anwar dan Sagala
(2004:34) menyelenggarakan kegiatan belajar-mengajar yang dilaksanakan di sekolah atau di
luar sekolah, menjelasakan bahwa satuan pendidikan dapat terwujud sebagai suatu sekolah,
kusrsus, kelompok belajar, ataupun bentuk lain, baik menempati bangunan tertentu maupun
yang tidak, seperti satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan jarak jauh.

Kualitas yang dimaksud adalah kualitas output satuan pendidikan yang bersifat akademik dan
non akademik. Mutu output satuan pendidikan dipengaruhi oleh tingkat kesiapan input dan
proses belajar mengajar.

Efektivitas adalah ukuran yang menyatakan sejauh mana tujuan (kualitas, kuantitas dan
waktu) telah dicapai. Dalam bentuk persamaan, efektivitas sama dengan hasil nyata dibagi
hasil yang diharapkan. Misalnya, nilai UAN idealnya berjumlah 30 untuk tiga matapelajaran
yaitu Matematika, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris, namun NUAN yang diperoleh
siswa hanya 18, maka efektivitasnya adalah 18 : 30= 60%. Indeks Prestasi (IP) mahasiswa
idealnya 4, namun IP yang diperoleh 3,00 sehingga efektivitasnya adalah 3,00:4,00 = 75%.

48
Ada beberapa aspek atau subaspek yang perlu menjadikan fokus perhatian para guru, antara
lain (1) apakah sekolah itu menggunakan model moving class untuk pergantian pelajaran, (2)
apakah dalam ruang kelas tersedia media dan sumber belajar yang cukup, (3) apakah hasil
karya siswa dipajang pada dinding kelas, dalam rak display atau bagaimana, (4) apakah hasil
karya siswa dijadikan bahan untuk penilaian portofolio, (5) bagaimana dengan jumlah siswa
per kelas, (6) apakah guru telah melaksanakan pendekatan PAKEM dalam proses
pembelajaran, (7) apakah guru telah menggunakan teknik penguatan (reinforcement) dalam
proses pembelajaran, (8) metode mengajar apa yang banyak digunakan oleh para guru, dan
sebagainya.

Sekolah merupakan institusi profesional dibidang kependidikan, sebagai organisasi


profesional pada lembaga sekolah tidak ada jabatan struktural yang mengacu pada sistem
eselonering. Kepala sekolah sebagai pimpinan bukan jabatan struktural, tetapi salah satu
anggota profesional kependidikan diberi tugas memimpin dan melaksanakan sistem
administrasi sekolah fokus kegiatannya pembelajaran. Sistem administrasi pendidikan di
sekolah kegiatannya menurut Sagala (2005:62) dilaksanakan oleh para profesional
kependidikan dibawah koordinasi kepala sekolah seperti guru, konselor, ahli kurikulum, dan
personal sekolah lainnya.

B. Permasalahan yang Berkaitan dengan Guru


Guru dan dosen (termasuk tenaga kependidikan) merupakan salah satu komponen satuan
pendidikan yang sangat esensial karena mereka adalah sumberdaya aktif, sedangkan
komponen-komponen yang lain bersifat pasif misalnya kurikulum, dana, dan sarana dan
prasarana. Tanpa campur tangan jasa guru dan dosen (pikiran, sikap, integritas, dan
sebagainya) komponen komponen yang lain tidak ada artinya.

Para guru di Indonesia yang merupakan komponen inti pembelajaran di sekolah dalam dua
dekade terakhir semakin dihanyuti kultur pragmatisme, pemikiran dan pandangannya
sebagai pencerahan ternyata tidaklah begitu penting. Dilain pihak budaya yang berkembang
dikalangan para sebagian guru adalah kultur kemalasan untuk terus belajar mengembangkan
ilmu dan wawasan sosial, kultur aji mumpung dengan terlibat praktik ”korupsi” kecil-
kecilan di sekolah (memberi les privat dengan kompensasi ”uang” dan nilai, aktif sebagai
makelar buku-buku pelajaran, hingga bisnis seragam siswa), serta kultur ”birokratis” yang
begitu patuh kepada atasan dan birokrat pendidikan agar cepat naik pangkat.

Pemecahan masalah guru menurut Akadum (1999) memerlukan kearifan dan kebijaksanaan
beberapa pihak terutama pengambil kebijakan. Faktor lain yang menyebabkan rendahnya
profesionalisme guru antara lain (1) masih banyak guru yang tidak menekuni profesinya
secara utuh, disebabkan banyak guru yang bekerja di luar jam kerjanya untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari, sehingga waktu membaca dan menulis untuk meningkatkan
diri tidak ada; (2) belum adanya standar profesional guru sebagaimana tuntutan di negara-
negara maju; (3) kemungkinan disebabkan oleh adanya perguruan tinggi swasta khususnya
kelas jauh sebagai pencetak guru yang lulusannya asal Pemecahan masalah guru menurut
Akadum (1999) memerlukan kearifan dan kebijaksanaan beberapa pihak terutama

49
pengambil kebijakan. Faktor lain yang menyebabkan rendahnya profesionalisme guru antara
lain (1) masih banyak guru yang tidak menekuni profesinya secara utuh, disebabkan banyak
guru yang bekerja di luar jam kerjanya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari,
sehingga waktu membaca dan menulis untuk meningkatkan diri tidak ada; (2) belum adanya
standar profesional guru sebagaimana tuntutan di negara-negara maju; (3) kemungkinan
disebabkan oleh adanya perguruan tinggi swasta khususnya kelas jauh sebagai pencetak
guru yang lulusannya asal jadi tanpa mempehitungkan outputnya kelak di lapangan,
sehingga menyebabkan banyak guru tidak patuh terhadap etika profesi keguruan; dan (4)
kurangnya motivasi guru dalam meningkatkan kualitas diri karena guru tidak dituntut untuk
meneliti sebagaimana yang diberlakukan pada dosen di perguruan tinggi.

BAB 3

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN


KELEBIHAN

Kelebihan Buku Utama I


Dari aspek tampilan buku yang direview,sampul buku terlihat menarik dengan paduan warna
cerah sehingga membuat pembaca tertarik untuk membaca buku ini. Jumlah halaman buku
ini sekitar 268 halaman, tebal namun tidak terlalu berat.

Didalam buku ini mengenai teori atau konsep,pengertian, jenis-jenis profesi dibidang
kependidikan, kode etik,organisasi kependidikan dan lain-lain. Dari aspek tata bahasa, buku
tersebut memiliki susunan kalimat, pemilihan kata, dan kesesuaian antar paragraph juga
cukup baik.

Kelebihan Buku Utama II


1. Mencakup materi secara jelas dan detail.
2. Menerangkanpengertian, tujuan, ciri-ciri, kualifikasi dan kompetensi, jabatan, peran
dan fungsi secara lengkap
3. Memberi penomoran yang tepat hingga membuat pembaca lebih mengerti
4. Bahasa yang digunakan dapat dimengerti
5. Mencakup banyak kutipan para ahli sehingga informasi yang diberikan akurat.

Kelebihan Buku Pendamping I


1. Pembahasan buku diktat disajikan secara detail, dan menyeluruh oleh penulis.
2. Hubungan antar gagasan yang diajukan oleh penulis disajikan secara naratif.

3. Buku tersebut juga mencantumkan daftar pustaka sebagai referensi, baik dari dalam
negeri maupun luar negeri.

4. Buku diktat tersebut menyajikan kajian materi yang didukung oleh para pendapat ahli.

5. Cover Buku sangat menarik.

50
Kelebihan Buku Pendamping II

Buku ini sangat bagus dan sangat lengkap dengan isi dari buku yang mengenai
pembelajaran profesi pendidikan.

KEKURANGAN

Kekurangan Buku Utama I


Dari aspek layout dan tata letak, serta tata tulis, termasuk penggunaan font adalah:  Dalam 1
halaman terdapat dua kolom paragraf yang pada masing-masing paragraf tidak rata antara kiri
dan kanan (justify), untuk font huruf bagian judul font nya sedikit lebih besar dari font tulisan
yang lain.

Kekurangan Buku Utama II


Mencakup banyaknya pengulangan kalimat hingga pemakaian kalimat kurang efektif

Kekurangan Buku Pendamping I


1.Banyaknya kata-kata yang tidak dapat dimengerti maksudnya.
2.Ada sebagian kalimat yang tidak dimengerti maksudnya.
3.Adanya pengulangan pembahasan pada bab awal kemudian dibahas lagi dibab akhir dan
isi paragraf.

Kekurangan Buku Pendamping II

Buku ini memiliki kesimpulan yang sangat sedikit dan membuat para pembaca tidak begitu
memahami kesimpulan tersebut.

BAB 4

PENUTUP
KESIMPULAN

Kesimpulan Buku ini layak dibaca dan layak juga dirujuk sebagai bahan studi maupun
karya ilmiah. Hal ini terwujud dengan bukti fisik buku ini yang menyajikan banyak data atau
informasi ilmiah yang penyampaiannya mengikuti pekembangan teknologi dan sifat
masyarakat global. Dari kesekian banyak kelebihan maka buku ini tidak menutup
kemungkinan hanya dipergunakan bagi kalangan pelajar/mahasiswa atau pakar ilmu, tetapi
juga layak bagi guru dan khalayak umum sebagai bentuk atau cara adaptif mempersiapkan
diri untuk menyikapi perubahan dalam dunia pendidikan yang cenderung dinamis berubah
terjadi disekitar kita. II. Saran Hendaknya penyajian buku ini mempertahankan keunikannya

51
tersendiri yang telah terbangun dari hal-hal yang berkaitan langsung dengan pribadi internal
dan eksternal di dunia profesi kependidikan.Dari kesekian banyak kelebihan diatas, telah juga
diuraikan kelemahan dari buku ini, harapan kedepan buku ini terus diperbaiki sesuai dengan
anggapan atau kebutuhan pembaca pada khususnya.Buku ini sangat banyak manfaatnya
terutama bagi kelangsungan kehidupan kita msing-msaing calon pendidik, maka diharapkan
kedepan buku ini tetp terupdate denga revisi-revisi yang lebih membangun dan mendetail lagi
sesuai dengan perkembangan zaman dan ilmu pengetahuan serta teknologi.

SARAN

Hendaknya penyajian buku ini mempertahankan keunikannya tersendiri yang telah


terbangun dari hal-hal yang berkaitan langsung dengan pribadi internal dan eksternal di dunia
profesi kependidikan.Dari kesekian banyak kelebihan diatas, telah juga diuraikan kelemahan
dari buku ini, harapan kedepan buku ini terus diperbaiki sesuai dengan anggapan atau
kebutuhan pembaca pada khususnya.Buku ini sangat banyak manfaatnya terutama bagi
kelangsungan kehidupan kita msing-msaing calon pendidik, maka diharapkan kedepan buku
ini tetp terupdate denga revisi-revisi yang lebih membangun dan mendetail lagi sesuai dengan
perkembangan zaman dan ilmu pengetahuan serta teknologi.

DAFTAR PUSTAKA

Ananda,Rusydi.2018.Profesi Pendidikan dan Tenaga Kependidikan. Medan : Lembaga Peduli

Pengembangan Pendidikan.

Dr. Yasaratodo Wau. M.Pd,2020, Profesi Kependidikan, Medan, Unimed Press.

Drs.Ahmad Suriansyah,M.Pd.,Ph.D.2015, Profesi Kependidikan"Perspektif Guru

Profesional"Jakarta

52
Danumiharja,mintarsih.2014.profesi tenaga pendidikan.yogyakarta :deepublishList

53

Anda mungkin juga menyukai