DI INDONESIA
Disusun oleh :
Kelompok 3
A. LATAR BELAKANG
Terapi komplementer adalah cara penanggulangan penyakit yang
dilakukan sebagai pendukung kepada pengobatan medis konvensional atau
sebagai pengobatan pilihan diluar pengobatan medis konvensional. Tujuan
terapi komplementer adalah untuk memperbaiki fungsi dan sistem kerja
organ-organ tubuh secara menyeluruh, meningkatkan sistem kekebalan
tubuh terhadap penyakit, serta menstimulasi dan mengaktifkan mekanisme
penyembuhan alami tubuh.
Pengobatan komplementer alternatif adalah pengobatan yang
prinsipnya tidak menekan gejala tetapi mencari penyebab dan
mengobatinya. Ruang lingkup pelayanan medik pengobatan komplementer
alternative yang dapat dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan meliputi :
1. Mind and Body Interventions: hipnotherapi, meditasi, yoga dan doa.
2. Alternative Systems of Medical Practice: akupunktur, akupresur,
naturopati dan aromaterapi.
3. Manual Healing Methods: healing touch dan chiropractice.
4. Pharmacologic and Biologic Treatments: herbal.
5. Diet and Nutrition for Prevention and Treatment: diit makro nutrient
dan mikro nutrient.
6. Unclassified Diagnostic and Treatment Methods: terapi ozon dan
hiperbarik.
Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 oleh Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI
tentang pemanfaatan pelayanan kesehatan tradisional (yankestrad) bahwa
sejumlah 89.753 dari 294.962 (30,4%) rumah tangga di Indonesia
memanfaatkan yankestrad. Jenis dari yankestrad ada empat, yaitu
yankestrad ramuan (pelayanan kesehatan yang menggunakan jamu,
aromaterapi, gurah, homeopati dan spa), ketrampilan dengan alat
(akupunktur, chiropraksi, kop/bekam, apiterapi, ceragem dan akupresur),
ketrampilan tanpa alat (pijat-urut, pijat-urut khusus ibu/bayi, pengobatan
patah tulang dan refleki) dan ketrampilan dengan pikiran (hipnoterapi,
pengobatan dengan meditasi, prana dan tenaga dalam. Yankestrad yang
dimanfaatkan oleh rumah tangga terbanyak adalah ketrampilan tanpa alat
(77,8%) dan ramuan (49,0%). Proporsi rumah tangga yang memanfaatkan
yankestrad tertinggi di Kalimantan Selatan (63,1%) dan terendah di Papua
Barat (5,9%). Propori rumah tangga yang memanfaatkan yankestrad
ramuan tertinggi di Jawa Timur (65,2%) dan yang terendah di Bengkulu
(23,5%). Proporsi rumah tangga yang memanfaatkan yankestrad
ketrampilan dengan alat tertinggi di DKI Jakarta (20,7%) dan terendah di
Gorontalo (1,3%).
B. TUJUAN
Tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Mahasiswa mampu memahami definisi terapi komplementer.
2. Mahasiswa mampu memahami perkembangan terapi komplementer di
Indonesia.
3. Mahasiswa mampu memahami aplikasi terapi komplementer sebagai
terapi alternatif di masyarakat.
4. Mahasiswa mampu memahami aspek budaya dalam terapi
komplementer di Indonesia.
BAB II
MATERI INTI
A. KESIMPULAN
Pengobatan komplementer adalah pengobatan nonkonvensional
yang ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dengan
upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang diperoleh melalui
pendidikan terstruktur dengan kualitas, keamanan dan efektifitas yang tinggi
berlan. Perkembangan terapi komplementer atau alternatif sudah luas,
termasuk didalamnya orang yang terlibat dalam memberi pengobatan karena
banyaknya profesional kesehatan dan terapis yang terlibat dalam terapi
komplementer. Hal ini dapat meningkatkan perkembangan ilmu pengetahuan
melalui penelitian-penelitian yang dapat memfasilitasi terapi komplementer
agar menjadi lebih dapat dipertanggungjawabkan.
Perawat sebagai salah satu profesional kesehatan, dapat turut serta
berpartisipasi dalam terapi komplementer. Peran yang dijalankan sesuai
dengan peran-peran yang ada. Arah perkembangan kebutuhan masyarakat dan
keilmuan mendukung untuk meningkatkan peran perawat dalam terapi
komplementer karena pada kenyataannya, beberapa terapi keperawatan yang
berkembang diawali dari alternatif atau tradisional terapi.
B. SARAN
Adapun saran yang kami dapat dari pembuatan makalah ini adalah
perawat maupun mahasiswa keperawatan dapat memahami dan mengetahui
tentang terapi komplementer sehingga diharapkan dalam praktek di masa
depan mahasiswa bisa mengaplikasikan terapi ini sebagai pengobatan
alternatif dengan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki kepada
pasiennya.
DAFTAR PUSTAKA
Andrews, M., Angone, K. M., Cray, J. V., Lewis, J.A. & Johnson, P. H. (1999).
Nurse’s handbook of alternative and complementary therapies.
Pennsylvania: Springhouse.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.
(2013). Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2013).
Erry, Andy, L. S., Raharni & Rini, S. H. (2014). Kajian Implementasi Kebijakan
Pengobatan Komplementer Alternatif dan Dampaknya Terhadap Perijinan
Tenaga Kesehatan Praktek Pengobatan Komplementer Alternatif
Akupuntur. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 17 No. 3 Juli
2014: 275–284.
Hadibroto & Alam, S. (2006). Seluk beluk Pengobatan Komplementer. Jakarta:
Buanan Ilmu Popular.
Hamijoyo, L. (2003). Complementary medicine in Reumatology,
(http://medikaholistik.com).
Setiadarma, M. P. (2002). Terapi Musik. Jakarta: Milenia Populer.
Setyaningsih, Y. (2012). Hubungan Antara Persepsi Dengan Sikap Masyarakat
Terhadap Pengobatan Komplementer Di Kecamatan Grogol Kabupaten
Sukoharjo. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Surakarta
Smith, S.F., Duell, D.J., & Martin, B.C. (2004). Clinical nursing skills: Basic to
advanced skills. New Jersey: Pearson Prentice Hall.
Sudarma, M. (2008). Sosiologi untuk Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.
Synder, M. (2002). Complementary alternative therapies in nursing. Newyork:
Springer Publishing Company Inc.
Widyatuti. (2008). Terapi Komplementer dalam Keperawatan, Jurnal
Keperawatan Indonesia, Volume 12, No. 1, Maret 2008; hal 53-57.