Anda di halaman 1dari 3

Kasus XCO China

Hari itu merupakan pagi yang buruk bagi John Ross, seorang manajer umum ventura
bersama China XCO. Dia baru saja menerima telepon dari bosnya di St Louis,Phil Smith,
orang yang menuntut ingin mengetahui mengapa tingkat imbal hasil investasi ventura
bersama tersebut masih berada diangka 1 digit yang rendah selama 4 tahun setelah Ross
mengambil alih posisi puncak perusahaan. “Kami mengharapkan kinerja yang lebih baik
mulai sekarang,” kata Smith, “terutama catatan prestasi Anda; Anda harus memperbaikinya
John. Kesabaran kami bukan tidak terbatas. Anda mengetahui bahwa tujuan perusahaan
adalah untuk mencapai tingkat imbal hasil investasi sebesar 20% atas unut pelaksana, dan
unit Anda bahkan belum mendekati ke angka tersebut. “Ross mendapat perasaan yang buruk
bahwa Smith telah memberikan peringatan keras secara langsung kepadanya tersirat suatu
ancaman yang mendasari tuntutan Smith untuk meningkatkan kinerjanya. Untuk pertama
kalinya dalam 20 tahun karirnya di XCO, Ross merasakan bahwa jabatannya sedang
dipertaruhkan.

XCO merupakan perusahaan elektronik multinasional yang berada di Amerika Serikat


dengan tingkat penjualan mencapai senilai $2 Miliyar dan beroperasi di lebih dari 10 negara.
XCO China mengkhususkan diri dalam sektor produksi secara massal papan sirkuit yang
dicetak bagi perusahaan dalam industri telepon genggam dan komputer. Perusahaan ini
merupakan ventura bersama dengan Sanghai elektronik Corporation, perusahaan yang
dahulunya milik negara yang memiliki 40% ekuitas ventura bersama (selebihnya dimiliki
XCO). Meskipun XCO memegang ekuitas mayoritas, tetapi perusahaan harus berkonsultasi
dengan rekan usahanya sebelum mengambil keputusan investasi penting atau perubahan
dalam jenjang jabatan.

John Ross telah mengelola XCO China selama 4 tahun. Dia ditempatkan di XCO
China setelah karir gemilangnya di XCO, yang mana termasuk catatatn karir hebatnya di
Meksiko dan Hongaria. Ketika dia mengambil tawaran posisi di China, Ross berpikir bahwa
apabila dia berhasil mungkin dia akan ditempatkan pada posisi penting di kantor pusat dalam
beberapa tahun. Dia telah mengetahui bahwa dia telah mengambil tantangan dengan XCO
China, tetapi tidak mempersiapkan diri dengan apa yang dia temukan disana. Ventura
bersama itu sangat bermasalah. Kegiatan operasionalnya sangat tidak efisien. Kendati tingkat
upah yang sangat kecil, produktivitasnya dirusak dengan kualitas produk yang sangat rendah
dan sistem pengendalian atas persediaan yang lemah. Ventura bersama ini mungkin
memperkerjakan terlalu banyak karyawan, tetapi rekan usaha XCO China memandang
ventura bersama ini sebagai sebuah program untuk menciptakan banyak lowongan pekerjaan
dan berulang kali keberatan untuk memangkas karyawannya. Buat permasalahan menjadi
semakin parah. XCO China gagal dalam pengembangan terbarunya dalam Manufacturing
Technology dan jauh ketinggalan dibelakang para pesaingnya. Ross berniat untuk
mengubahnya, tetapi bukan merupakan pekerjaan yang mudah.

Untuk meningkatkan kegiatan operasional, Ross meminta kepada bagian sumber daya
manusia (human resources) perusahaan unruk mendatangkan dua orang tenaga ahli dari
Amerika Serikat untuk ditempatkan bekerja dengan karyawan bagian produksi di Cina. Hal
ini merupakan bencana. Satu orang hanya bertahan bekerja selama tiga bulan sebelum
meninta dipulangkan ke negara asalnya demi alasan pribadi. Nampaknya, pasangannya
sangat membenci Cina. Yang satunya lagi telah bertahan hingga satu tahun bekerja, tetapi dia
sangat buruk dalam berinteraksi dengan karyawan asal Cina sehingga dia harus dikirim lagi
Amerika Serikat. Ross berharap bahwa bagian HR perusahaan XCO melakukan pekerjaannya
dengan lebih baik untuk menyeleksi dan kemudian melatih karyawan-karyawan baru untuk
penempatan di luar negeri, tetapi mengingat kembali dia harus mengakui bahwa dia tidak
terkejut dengan kenyataan kekurangan dalam pelatihan yang terkait budaya-setelah
semuanya, dia tidak pernah menyerah.

Setelah kegagalannya, Ross mengambil strategi yang berbeda. Dia mengambil empat
karyawan terb aiknya dibagian produksi dan dikiramkan ke XCO di Amerika Serikat, dengan
dipandu seorang penerjemah, selama dua tahun mengikuti program pelatihan yang
menitikberatkan pada teknologi produksi terbaru. Hal ini berjalan dengan baik. Karyawan
Cina tersebut juga telah mengunjungi pabri XCO yang efisien di Amerika Serikat, Mexico
dan Brazil serta telah mengamati banyak mungkin. Kemudian mereka dikirim lagi ke Cina
yang bersemangat yntuk meningkatkan produktivitas di XCO Cina. Dalam setahun mereka
telah diperkenalkan dengan program pengendalian kualitas Six Sigma dan memajukan aliran
persediaan dari pabrik XCO. Ross sekarang dapat berjalan melewati pabrik tanpa dikejuykan
dengan pemandangan banyaknya persediaan barang yang tergeletak di latan atau tempat
sampah yang penuh dengan papan sirkuit yang dibuang karena telah gagal melewati uji
kualitas setelah perakitan. Produktivitas telah meningkat, dan setelah tiga tahun yang berat,
XCO Cina akhirnya memperoleh keuntungan.

Tetapi nampkanya, keuntungan tersebut masih belum memadai bagi kantor pusat.
Ross memahami bahwa meningkatkan kinerja jauh lebih sulit dilakukan. Pangsa pasar di
Cina menjadi sangan kompetitif. XCO bersaing dengan banyak perusahaan untuk
memproduksi papan sirkuit yang dicetak bagi perusahaan multinasional besar yang mana
mereka sendiri memiliki divisi perakitan di Cina. Para konsumen secara tetap menuntut
penurunan harga dan bagi Ross harga akan turun sama cepatnya dengan biaya XCO. Lebih
lanjut lagi, kemampuan Ross terbatas untuk memangkas tenaga kerja karena permintaan dari
rekan kerja ventura bersamanya. Dia berusahan untuk menjelaskan semuanya kepada Phil
Smith, tetapi Smith nampaknya tidak memahaminya. “Pria itu hanya berorientasi pada
angka”, pikir Ross, “dia tidak memahami pangsa pasar di Cina sama seklai. Dia tidak
mengerti betapa sulitnya menjalankan usaha di sini. Saya telah bekerja dengan sangat keras
untuk menjalankan perusahaan perusahaan ini dan saya tidak memperoleh pujian atas hal ini,
tidak ada sama sekali”.

Pertanyaan:

1. Mengapa anda berpendapat bahwa John Ross seorang ekspatriat yang telah
mengalami banyak pengalaman gagal dalam mempersiapkan dirinya untuk
mengemban tugas mengelola XCO Cina?
2. Pengalaman apa yang diceritakan oleh ekspatriat XCO mengenai permasalahn dalam
pekerjaan luar negeri dan mengenai kesulitan menggunakan karyawan asal Amerika
Serikat untuk membagi pengetahuan yang berharga dengan perusahaan multinasional?

3. Dengan tujuan untuk membagi pengetahuan berharga, mengapa nampak lebih efektif
untuk mengirimkan tenaga kerja asal China ke Amerika Serikat, dan kemudian
mengirim mereka kembali ke China, daripada mengambil 2 orang ekspatriat asal
Amerika Serikat?

Jawaban Kasus

1. John Ross memang memiliki banyak pengalaman dan telah menunjukkan prestasinya
di XCO Meksico dan Hongaria akan tetapi dia gagal dalam mengelolah XCO China
hal ini diakibatkan karena John mengetahui bahwa dia mengambil tantangan dengan
XCO china, akan tetapi John Ross tidak mempersiapkan dirinya dengan kondisi yang
akan terjadi disana. Ventura tersebut bermasalah, dimana tercermin dari kegiatan
operasionalnya yang tidak efisien. Meskipun tingkat upah yang diberikan itu kecil
akan tetapi produktivitasnya dirusak dengan kualitas produk yang sangat rendah dan
sistem pengendalian atas persediaan yang lemah. Serta ventura ini terlalu banyak
mempekerjakan karyawan, John Ross ingin memangkas para karyawannya akan tetapi
rekan usaha XCO China menganggap ventura ini dapat menciptakan lapangan
pekerjaan dan tidak mau memangkas karyawannya. Dan ditambah John Ross gagal
dalam pengembangan terbarunya dalam manufacturing teknologi, dan jauh
ketinggalan dibelakang para pesaingnya.
2. Pengalaman ekspatriat XCO mengenai permasalahan pekerjaan ke luar negeri yaitu,
John Ross kurang paham tentang kondisi di XCO China dan terdapat perbedaan
dalam manajemen kerja antara John dengan rekan usaha XCO China. Untuk kesulitan
penggunaan karyawan Amerika tercermin ketika John Ross mengambil inisiatif untuk
meningkatkan kegiatan operasional yaitu dengan meminta kepada bagian HR
perusahaan untuk mendatangkan dua orang tenaga ahli dari Amerika Serikat untuk
dipekerjakan dengan karyawan bagian produksi di China. Akan tetapi usaha itu
mengalami permasalahan. Satu orang hanya bertahan bekerja selama tiga bulan
sebelum meminta ingin dipulangkan kenegara asalnya demi alasan pribadi yaitu
pasangannya sangat membenci China. Sedangkan yang satunya hanya bertahan
selama satu tahun, kemudian dia dikirim ke Amerika Serikat karena dia sangat buruk
dalam berinteraksi dengan karyawan asal China.
3. Strategi yang dilakukan John Ross lebih efektif ketika , John mengirimkan tenaga
kerja asal China ke Amerika Serikat, kemudian mengirim mereka lagi ke China hal ini
diakibatkan karena 4 karyawan asal China selama dua tahun mengikuti program
pelatihan yang berfokus pada teknologi produksi terbaru sehingga dengan adanya
pelatihan tersebut mereka mendapatkan pengetahuan yang baru yang bisa dipratekkan
di XCO china serta karyawan XCO China termotivasi untuk lebih bersemangat dalam
meningkatkan produktivitasnya di XCO China.

Anda mungkin juga menyukai