Modul TLMD Teori NDT
Modul TLMD Teori NDT
Disusun Oleh :
Mohammad Thoriq Wahyudi, ST.,MM.
Hendri Budi Kurniyanto, S.ST., MT.
Mengetahui,
Ketua Program Studi, Penulis,
Menyetujui,
Direktur Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
i
KATA PENGANTAR
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
1.3.1 Pencahayaan.............................................................................................. 20
1.3.2 Persyaratan Umum .................................................................................... 20
1.3.2 Urutan Pengujian ...................................................................................... 20
1.4 Evaluasi ....................................................................................................... 22
iii
1.4.3 Berdasarkan API 1104 .............................................................................. 25
1.4.4 Berdasarkan AWS D1.1 ............................................................................ 25
1.5 Reporting ..................................................................................................... 27
iv
3.4 Evaluasi ............................................................................................................ 68
v
5.3.1 Perlindungan Terhadap Radiasi ............................................................. 104
5.3.2 Surface Preparation................................................................................ 104
5.3.3 Film Identification .................................................................................. 105
5.3.4 Source (Sumber radiasi).......................................................................... 105
5.3.5 Pemilihan dan Peletakan Wire IQI ......................................................... 105
5.3.6 Marker Lokasi ......................................................................................... 106
5.3.7 Source to Object Distance (SOD) ........................................................... 107
5.3.8 Teknik Exposure ..................................................................................... 108
5.3.9 Waktu Paparan (Exposure Time) ............................................................ 111
5.3.10 Film Processing .................................................................................... 113
5.4 Kalibrasi ......................................................................................................... 114
vi
BAB 1
UJI VISUAL
1.1 Umum
1.1.1 Dasar-Dasar Pengujian Visual
Visual test (VT) merupakan teknik pemeriksaan yang paling banyak digunakan,
seringkali penglihatan (mata)seorang inspektor merupakan satu-satunya peralatan
yang dipakai untuk pemeriksaan. VT hampir dapat diaplikasikan pada semua jenis
material pada semua tahapan manufaktur pada semua usia pakai suatu komponen atau
struktur. Agar pengujian VT berhasil disyaratkan pencahayaan yang memadai dan
penglihatan inspektor yang baik. Jika akases terhadap daerah tertentu dari benda yang
diuji terbatas dapat digunakan alat bantu seperti borescope, fiberscope, videoscope dan
CCTV untuk melakukan VT jarak jauh.
a) Penglihatan
Indera penglihatan atau mata seorang inspektor merupakan bagian terpenting
dalam VT. Mata adalah organ tubuh yang komplek, tersusun dari banyak
bagian yang semuanya harus berfungsi dengan benar agar pengujian yang
baik dapat dialkukan. Bagian-bagian mata dapat dilihat pada Gambar 1.1
Cahaya yang memasuki mata akan melalui lapisan tembus pandang di dalam
kornea dimana terjadi senagian besar pembiasan cahaya. Cahaya selanjutnya memalui
iris, membran tipis berwarna yang mengendalikan jumlah cahaya yang melalui mata.
1
Iris adalah lensa kristal yang dapat berubah bentuk untuk memfokuskan cahaya pada
retina dibagian belakang bola mata. Untuk mempertahankan bentuknya, bola mata
terisi gel bening yang disebut vitreous humor. Retina tertutup oleh sel-sel khusus
dinamakan rod dan cone, yang mengubah cahaya masuk menjadi impuls-impuls syaraf
melalui proses fotokimia. Impuls-impuls syaraf ini berjalan menuju otak melalui
syaraf mata dimana terjadi proses decoding.
Penglihatan dapat berkurang akibat kegagalan fungsi dari salah satubagian mata.
Glaucoma, yaitu peningkatan tekanan fluida di dalam mata dapat menghasilkan sedikit
penyimpangan penglihatan atau bahkan kebutaan. Myopia, hyperopia dan
astigmatisma terjadi apabila cahaya difokuskan pada sebuah bidang selain bidang
retina mata. Dengan bertambahnya usia mata, lensa kristal akan kehilangan
kelenturannya untuk memfokuskan cahayadan dapat terjadi katarak.
Untuk menjamin bahwa seorang inspektor memiliki penglihatan yang baik, ujian
penglihatan dilakukan secara berkala untuk memverifikasi ketajaman penglihatan,
pemahaman penglihatan dan pembedaan warna. Seseorang yang didiagnosa
penyimpangan penglihatan yang diperbaiki dengan memakai kaca mata akan
disyaratkan untuk memeaki kaca mata itu selama melakukan pengujian visual.
b) Pemahaman Penglihatan
Pemahaman penglihatan adalah perbandingan dari apa yang dilihat oleh mata
dengan apa yang dilihat oleh pikiran. Walaupun tersedia sejumlah besar informasi
yang tersedia pada sembarang citra yang diberikan, yang diarahkan ke retina, hanya
sedikit persentase yang dipakai untuk pengenalan detil. Hal tersebut dikarenakan
keseluruhan dari cara kerja sistem penglihatan manusia. Mata tidak lebih dari sekedar
penerima yang mengumpulkan dan memfokuskan informasi yang datang yang dibawa
oleh foton, sedangkan otak mengambil dan memproses informasi yang disediakan
menjadi suatu citra yang akan diinterpretasi.
c) Pencahayaan
Untuk mengerti pentingnya pencahayaan dalam suatu lingkungan pemeriksaan,
perlu untuk mengetahui dasar-dasar cahaya, bagaimana cahaya diukur dan tingkat
pencahayaan yang disarankan untuk melalkukan pemeriksaan. Ada beberapa teori
2
yang menguraikan fonomena energi radian, teori gelombang dan kuantum adalah yang
paling banyak diterima. Teori gelombang menyakan bahwa radiasi berasal dari
pertikel bermuatan yang dipercepat (elektron-elektron yang bergetar) yang merambat
melalui ruang dan waktu dalam bentuk pergerakan seperti gelombang. Teori kuantum
dikembangkan melalui fisika medern menyatakan bahwa energi dipancarkan dan
diserap dalam bentuk kuanta atau paket energi (foton) tersendiri. Kedua model tersebut
didasarkan pada perpindahan energi tak bermassa, tak bermuatan pada kecepatan 3 x
1010 cm/detik, masing-masing menyatakan kejelasan yang berbeda mengenai interaksi
cahaya dengan benda.
Cahaya tampak, energi yang menstimulasi sel penerima cahaya pada mata
manusia, umumnya didefinisikan sebagai energi dalam rentang panjang gelombang
380-770 nm. Cahaya tampak memperlihatkan kedua sifat sebagai model gelombang
dan model kuantum.
Spektrum elektromagnetik adalah cara yang mudah untuk menggambarkan secara
grafis radiasi-radiasi elektromagnetik. Ia didasarkan pada model teori gelombang
spektum elektromagnetik mencakup rentang energi dari sinar kosmis dengan panjang
gelombang sangat pendek hingga gelombang listrik dengan pangjang gelombang
tinggi, spektrum elektromagnetik dapat dilihat pada Gambar 1.2
Cahaya tampak dikenal sebagai “cahaya putih” sebenarnya terdiri dari spektrum
frekuensi yang lebar. Apabila cahaya putih dilewatkan melalui sebuah prisma, cahaya
akan dipisahkan menjadi unsur-unsur frekuensi yang menghasilkan warna-warna.
3
Hal penting yang perlu diingat adalah semua radiasi elektromagnetik memiliki
sifat yang serupa, dan sifat khusus mata lah yang memungkinkan bagian tampak dari
spektrum tersebut untuk menstimulasi penglihatan.
Pengukuran cahaya (fotometri) adalah suatu cara untuk menguatifikasi energi
radiandari cahaya tampak. Pengukuran diperoleh dari alat fotometer yang mengubah
energi radian cahaya menjadi sinyal listrik yang dapat diukur. Pada pengukuran cahaya
tampak sering digunakan hukum inverse square dan lambert cosine. Hukum inverse
square menyatakan bahwa pencahayaan sebuah permukaan berbanding terbalik
dengan kuadrat jarak antar sumber cahaya dan permukaan (persamaan 1.1)
E = I/d2 (1.1)
Contoh, sebuah sumber cahaya dengan pencahayaan 1000 lm diukur pada jarak
0,3 m akan berkurang menjadi 250 lm pada jarak 0,6 m.
Hukum lamber cosine (persamaan 1.2 & 1.3) menyatakan bahwa pencahayaan
permukaan bervariasi sebagai cosinus sudut datang cahaya.
E = I cos θ (1.2)
Dimana: I = pencahayaan sumber
E = pencahayaan permukaan
θ = sudut datang
4
Gambar 1.4 Hukum Lambert Cosine
5
1.1.2 Faktor Yang Mempengaruhi Pengujian Visual
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pengujian visual antara lain adalah sifat
meterial, kondisi permukaan, lingkungan pemeriksaan dan faktor-faktor fisik dari
inspektor.
Ukuran fisik dan kondisi objek yang diuji memainkan peranan penting dalam
menentukan hasil pengujian. Pengetahuan mengenai berbagai variabel yang
mempengaruhi pengujian akan membantu inspektor dalam mengurangi kemungkinan
terlewatnya indikasi.
Kondisi permukaan yang mempengaruhi pengujian visual antara lain meliputi
kebersihan, warna, tekstur, kondisi spesimen, dan temperatur. Salah satu
persyaranatan dasar agar pengujian visual menjadi efektif adalah benda kerja yang
bersih, material pengotor yang tidak diinginkan seperti debu, minyak, gemuk dll dapat
menutupi permukaan diskontinuitas akatual atau menghasilkan indikasi palsu.
Permukaan pemeriksaan yang bersih mencegan kemungkinan terlewatnya indikasi.
Warna cahaya yang datang relatif terhadap warna objek yang diuji berperan
penting didalam pendeteksian diskontinuitas. Warna cahaya dapat digunakan untuk
menambah kontras dengan caramengintensifkan atau melemahkan warna-warna
tertentu.
Sebuah permukaan yang memantulkan cahaya dapat menyilaukan dan
mengganggu pengujian pada permukaan benda uji. Permukaan yang sangat kasar
dapat mensyaratkan pencahayaan khusus untuk menerangi seluruh daerah tersebut
secara mencukupi. Silau dapar dikurangi dengan cara membesarkan sudut antara
sumber cahaya dan garis pengamatan atau dengan meredupkan sumber cahaya.
Kondisi fisik seperti bentuk dan ukuran spesimen dapat berfungsi sebagai faktor
pembatas selama pengujian visual. Objek dengan bentuk yang komplek dapat
mengganggu pengujian, daerah ini perlu mendapat perhatian lebih banyak. Saat
menguji objek dengan ukuran besar, perhatian tertentu sebaiknya diberikan untuk
memastikan bahwa pengujian menyeluruh telah dilakukan.
Suhu tinggi mengurangi usia pakai komponen-komponen logam. Penggunaan
komponen-komponen logam pada suhu tinggi dapat menghasilkan creep, kelelahan
akibat pemanasan, dan kegagalan karena beban berlebih. Creep adalah perubahan
bentuk logam akibat terkena tegangan, umumnya pada suhu tinggi Retak karena
6
kelelahan pada suhu tinggi adalah akibat dari siklus pemanasan berulang yang
mengakibatkan pemuaian dan penyusutan logam. Jika siklus pemanasan diakibatkan
oleh gesekan, seperti yang terjadi pada komponen sistem rem, dapat terjadi retak
karena kelelahan dan panas yang dinamakan heat checking. Manifold gas buang mesin
yang tertahan selama siklus pemanasan dan pendinginan yang berulang dapat
mengakibatkan retak fatik karena tegangan tarik sisa. Siklus pemanasan yang berulang
di dalam atmosfer pengoksidasi dapat menimbulkan lapisan kerak oksida pada
material. Lapisan oksida ini dapat menutupi diskontinuitas permukaan dan perlu
kehati-hatian saat memeriksa daerah ini.
Faktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi pemeriksaan adalah
atmosfer, kebersihan benda yang diperiksa, dan posisi benda terhadap inspektor.
Atmosfer dalam konteks ini mengacu pada bagian lingkungan yang berpengaruh
secara fisik atau kejiwaan terhadap penguji. Atmosfer yang bebas dari kebisingan
tingkat tinggi, debu, asap, dan gangguan lainnya akan lebih kondusif terhadap
performa penguji.
Seperti telah disebutkan sebelumnya, kebersihan benda yang diuji adalah
penting saat melakukan pengujian visual. Yang tidak kalah pentingnya lagi adalah
kebersihan lingkungan pengujian. Sumber utama zat-zat pengotor pada lingkungan
pemeriksaan adalah perpindahan bagian-bagian benda yang diperiksa dari satu tempat
ke tempat lainnya. Saat terjadi perpindahan bagian-bagian benda yang diperiksa,
kotoran dan zat pengotor lainnya juga dapat berpindah ke permukaan benda jika daerah
sekitarnya tidak bersih. Lingkungan pengujian dapat terkontaminasi melalui berbagai
macam cara. Salah satunya adalah melalui asap dan uap di udara yang menempel pada
permukaan yang mengkilap dan mengurangi kontras yang diperlukan untuk
menentukan lokasi diskontinuitas.
Kelembaban dan suhu adalah faktor lingkungan yang mempengaruhi performa
pengujian visual. Orang yang berbeda akan memiliki kemampuan yang berbeda untuk
bertoleransi terhadap panas dan kelembaban, dan jika suhu inti tubuh meningkat,
kemampuan mental dari inspektor akan berkurang.
Faktor kejiwaan, variabel-variabel kejiwaan yang dapat mempengaruhi hasil
pengujian adalah kenyamanan fisik, kesehatan, dan sikap mental dari inspektor,
kelelahan, dan posisi benda yang diuji terhadap inspektor.
7
Posisi benda uji dan jaraknya dari inspektor memiliki pengaruh pada hasil
pemeriksaan. Jarak dan sudut pengamatan yang direkomendasikan adalah maksimum
sebesar 610 mm pada sudut tidak kurang dari 30o terhadap permukaan pemeriksaan
seperti yang diperlihatkan dalam Gambar 1.5
Jika permukaan benda yang diuji tidak dapat dipindahkan atau disesuaikan
sehingga mata tidak dapat diatur pada posisi ini, alat bantu visual yang sesuai seperti
cermin harus digunakan. Benda-benda yang letaknya tinggi juga menimbulkan
masalah terhadap pengujian. Sebuah komponen yang letaknya tinggi dan diluar
jangkauan inspektor tidak dapat diuji seluruhnya tanpa memakai peralatan bantu.
1.1.3 Diskontinuitas
Pengujian visual dipakai untuk menentukan lokasi diskontinuitas dalam berbagai
tahapan proses manufaktur. VT umumnya dilakukan pada hasil pengecoran (casting),
penempaan, dan pengelasan dan juga dilakukan setelah proses pemesinan.
Benda cor dibuat dengan menuangkan logam cair ke dalam sebuah cetakan. Pada
benda cor dapat terjadi berbagai macam diskontinuitas bawaan. Jenis diskontinuitas
cor yang umum terjadi pada permukaan adalah inklusi, porositas, sobek panas, retak
susut, dan cold shut. Inklusi dapat diakibatkan oleh pasir yang dipakai membuat
cetakan, slag dari logam yang dituangkan, material logam keras, atau material lain
yang tidak leleh dan menyatu dengan logam cair. Inklusi muncul di sembarang tempat
pada permukaan dan menghasilkan tampilan permukaan yang kasar dan berpori.
Porositas dihasilkan oleh gas-gas yang keluar dari logam cair dan terperangkap saat
proses pembekuan. Sobek panas dan retak susut diakibatkan oleh laju pembekuan
logam yang tidak rata atau perubahan ketebalan material yang drastis akibat bentuk
8
benda cor yang tidak teratur. Sobek panas dan retak susut biasanya terjadi pada daerah-
daerah bertegangan seperti sudut-sudut, daerah dimana bagian benda cor tertahan, atau
daerah dimana terjadi perbedaan ketebalan yang drastis. Cold shut adalah tidak fusinya
logam cor yang diakibatkan oleh penuangan logam yang terhenti, atau pada daerah
dimana pembekuan terjadi sebelum proses penuangan selesai. Cold shut dapat terjadi
di sembarang tempat pada benda cor, namun umumnya ditemukan dekat dengan
daerah aliran yang terputus dekat dengan inti benda cor.
Benda tempa dibuat dengan meletakkan logam panas antara dua cetakan dan
gaya tekan yang besar membentuk logam panas menjadi benda jadi. Beberapa jenis
diskontinuitas dapat ditemukan saat pengujian visual, misalnya laps (lipatan), bust
(pecahan), dan retak pada garis cetakan (flash line tears). Laps dihasilkan saat material
terlipat dalam proses penempaan. Material ditekan ke bawah dan tidak menyatu
dengan bagian material lainnya akibat adanya oksidasi di permukaan. Lipatan dapat
terjadi hampir di sembarang tempat pada benda tempa, namun mereka biasanya
muncul sepanjang garis cetakan. Burst adalah pecahnya material yang terjadi saat
penempaan dilakukan pada suhu yang kurang panas, atau terjadinya perubahan
ketebalan yang drastis saat material ditekan ke dalam cetakan. Flash line tear adalah
retakan sepanjang garis cetakan akibat pemotongan bekas cetakan yang tidak benar.
Proses pemesinan dilakukan pada bahan mentah untuk menghasilkan komponen
jadi. Proses bubut, milling, gerinda, bor, dan potong adalah berbagai proses pemesinan
yang dapat menghasilkan diskontinuitas. Retak penggerindaan diakibatkan oleh panas
berlebihan yang dihasilkan pada benda kerja selama proses penggerindaan dan muncul
sebagai retakan yang halus dan tipis. Sobekan terjadi akibat kecepatan perkakas
pemesinan yang tidak tepat sehingga menimbulkan sobekan pada material.
Pengelasan, yaitu proses penyambungan bagianbagian komponen memakai
panas untuk melelehkan dan meleburkan material, menghasilkan sejumlah
diskontinuitas yang dapat muncul saat pengujian visual. Porositas, retakan, slag, fusi,
penembusan, undercut, dan overlap adalah diskontinuitas yang dapat muncul pada
hasil laslasan.
Porositas, seperti halnya yang terbentuk pada proses pengcoran, diakibatkan
oleh gas-gas yang dikeluarkan oleh logam las cair yang terjebak saat pembekuan
logam.
9
Retak dapat terjadi akibat ada bagian dari logam induk yang tertahan selama
proses pendinginan. Saat logam las mendingin terjadi penyusutan, dan sembarang
penahanan dapat mengakibatkan peretakan.
Slag adalah sisa-sisa flux pelindung yang dipakai untuk melindungi logam las
cair dari kontaminasi atmosfer. Jika slag tidak seluruhnya dibersihkan sebelum
pendeposisian logam las berikutnya, maka ia akan terjebak di dalam logam las. Slag
muncul sebagai indikasi memanjang yang terletak di antara manik las.
Fusi adalah pelelehan dan pencampuran antara logam las dan logam induk, atau
lapisan las sebelumnya. Jika tidak terjadi penggabungan yang sempurna, bisa muncul
indikasi linier di antara manik las, atau di antara manik las dengan logam induk.
Penembusan adalah istilah yang digunakan untuk mendefinisikan suatu
tingkatan dimana logam las telah memasuki sambungan las. Penembusan adalah
penting untuk menentukan apakah sisi las bagian bawah dapat diakses oleh inspektor.
Akar las yang paling tidak setinggi logam induk dan menyatu halus dengan logam
induk menunjukkan penembusan yang mencukupi.
Undercut diakibatkan oleh kegagalan logam las untuk mengalir ke dalam daerah
yang lebih tipis yang dihasilkan oleh logam induk yang mencair. Hal ini menghasilnya
adanya diskontinuitas berbentuk takikan pada daerah transisi antara logam las dan
logam induk atau kaki las (weld toe).
Overlap terjadi saat logam las mengalir dan menumpuki material di bawahnya
namun tidak melebur jadi satu. Diskontinuitas berbentuk takikan yang dihasilkannya
mengakibatkan timbulnya konsentrasi tegangan pada bagian bawah takikan.
1.2.1 Borescopes
Borescope yang kaku memungkinkan pemeriksaan visual dilakukan pada daerah
bagian dalam, atau obyek yang letaknya jauh dari lingkungan pemeriksaan dengan
akses fisik yang terbatas. Dengan menggunakan sistem lensa dan prisma, borescope
10
dapat membesarkan citra daerah interest saat melakukan pengujian. Cahaya pada
daerah pemeriksaan dihasilkan oleh lampu pada ujung borescope atau melalui serat
optik atau penuntun cahaya cair dari sumber cahaya berintensitas tinggi yang lokasinya
jauh. Borescope terdapat dalam berbagai kombinasi diameter dan panjang.
Borescope dapat menggunakan sistem relay lensa cembung, sistem relay lensa
cembung dan batang hibrida, atau batang kaca rigid, ditambah lensa-lensa okular dan
obyektif. Sistem relay lensa-lensa cekung mengirimkan citra secara berantai dari satu
lensa ke lensa lainnya sepanjang borescope.
Batang lensa hibrida terdiri dari serangkaian batang-batang lensa untuk
mengirimkan citra. Rangkaian batang lensa memiliki keuntungan dibandingkan
rangkaian lensa sederhana karena menghasilkan lebih sedikit pembiasan akibat
penyebaran cahayanya lebih sedikit, dan mereka berdiameter kecil, yang akan
mengurangi diameter borescope.
1.2.2 Fiberscope
Fiberscope serupa dengan borescope karena dapat dipakai memeriksa daerah-
daerah yang umumnya tidak dapat diakses; namun demikian fiberscope bekerja
dengan prinsip yang berbeda. Borescope menggunakan sistem lensa untuk
mengirimkan citra dari obyek ke mata, sedangkan fiberscope menggunakan
11
sekumpulan serat pengirim cahaya yang dibuat dari kaca atau quartz. Kumpulan serat
ini dinamakan penuntun citra. Sifat penuntun citra yang fleksibel ini memungkinkan
fiberscope memeriksa daerah lekukan dan sudut sementara borescope yang
rigid hanya dapat memasuki lintasan yang lurus.
Fiberscope mengumpulkan citra menggunakan lensa obyektip dan merambatkan
cahaya melalui sekumpulan serat tipis sebesar 8 µm. Cahaya dirambatkan pada bagian
dalam serat melalui proses pemantulan cahaya. Hal ini dimungkinkan karena serat-
serat tersebut dilapisi dengan lapisan kaca tipis yang memiliki indeks pembiasan lebih
rendah ketimbang serat tersebut. Hal ini mengakibatkan cahaya dipantulkan di dalam
serat tanpa keluar ke udara atau ke serat yang berdekatan.
Karena masing-masing serat hanya merambatkan sejumlah kecil citra, maka
sekumpulan serat tersebut harus disusun agar masing-masing ujung serat berakhir pada
posisi yang sama pada lensa okuler yang sesuai pada lensa obyektip. Hal ini dinamakan
sebagai penjajaran koheren yang memungkinkan terjadinya kohesivitas citra pada
lensa pengamatan. Jika serat diletakkan secara sembarangan pada ujung-ujung lensa,
citra yang dihasilkan akan tidak beraturan.
fiberscope dapat difokuskan memakai lensa obyektip yang dapat bergerak-
gerak, atau fokusnya tetap jika lensa obyektip tidak dapat digerakkan. Cahaya untuk
daerah pemeriksaan dihasilkan oleh kumpulan serat lain yang merambatkan cahaya
yang dihasilkan oleh sumber cahaya luar berintensitas tinggi. Serat-serat ini memiliki
diameter yang lebih besar ketimbang serat citra dan mereka tidak perlu disusun secara
koheren karena mereka tidak merambatkan citra. Ujung yang dapat diarahkan
merupakan pilihan pada fiberscope. Ujung dapat diarahkan memakai perangkat
mekanis atau pneumatis yang memungkinkan ujung fibersope menjangkau dan
memperoleh pandangan yang lebih besar.
12
1.2.3 Penggaris
Perangkat mekanis paling sederhana untuk pengukuran linier adalah penggaris
baja sepanjang 150 mm yang dapat menghasilkan keakuratan hingga 0.5 mm jika
digunakan dengan benar. Keakuratan juga dibatasi oleh lebar dari tanda ukuran yang
dietsa pada penggaris.
Untuk memperoleh pengukuran yang akurat dengan penggaris baja, gunakan 10
mm sebagai referensi awal perhitungan dan kurangkan 10 mm dari ukuran perhitungan
yang diperoleh. Cara ini disarankan karena lebih sulit untuk memulai perhitungan dari
angka nol. Juga adanya kemungkinan dari kerusakan pada ujung-ujung angka nol yang
dapat mempengaruhi pengukuran. Saat melakukan pengukuran, penggaris seharusnya
diatur tegak lurus dengan tes piece sehingga tanda ukurannya sedekat mungkin dengan
daerah pengukuran seperti diperlihatkan dalam Gambar 1.8 penjajaran ini juga
meminimumkan kesalahan paralaks. Karena penggaris baja memiliki beberapa skala
dengan tanda ukuran yang berbeda, harus diperhatikan untuk memilih skala yang
sesuai untuk menghindari perkiraan hasil pengukuran. Jika pengukuran dilakukan
dengan skala yang dipilih dan hasil pengukuran jatuh antara garis tanda, skala terkecil
selanjutnya yang dibaca.
13
diameter luar dilakukan dengan mengatur jangka sehingga kedua kakinya menyentuh
bagian terluar benda. Jarak ini selanjutnya dipindahkan ke penggaris baja untuk
memperoleh hasil pengukuran. Jika dilakukan dengan benar, jenis pengukuran ini
keakuratannya mencapai 0.4 mm.
14
Peralatan ukur mekanis terdiri dari jangka yang beroperasi dengan menentukan
seberapa jauh ujung sekrup bergeser setelah satu putaran penuh. Komponen dari alat
ukur mekanis diperlihatkan dalam Gambar 1.11
Alat ukur las Palmgren, Gambar 1.13 dapat dipakai untuk menentukan ukuran
las fillet, ukuran leher las aktual pada las fillet yang cembung dan cekung, tinggi
capping las tumpul, dan bukaan akar las dari 3 mm hingga 8 mm.
15
Gambar 1.13 Palmgren Weld Gage
Peralatan lain yang lebih serbaguna yang dipakai untuk pemeriksaan las adalah
alat ukur las, yang umum disebut dengan alat ukur Cambridge karena dikembangkan
oleh the Welding Institute of Cambridge, England. Memakai peralatan ini, sudut alur
penyiapan sambungan, ketidaklurusan sambungan, ukuran las fillet dan pengukuran
kedalaman dapat diperoleh dengan mudah. Gambar 1.14 memperlihatkan
penggunaannya.
16
1.2.7 Lensa Pembesar
Adakalanya, rentang penglihatan mata manusia tidak mencukupi untuk
melakukan pengamatan tertentu. Pada kasus ini, alat bantu penglihatan seperti lensa
pembesar dipakai untuk meningkatkan penglihatan natural. Lensa pembesar tersedia
dalam berbagai variasi rentang perbesaran, dari 1.5x hingga 2000x dengan bidang
pengamatan dari 89 mm hingga 0.15 mm. Rentang ketelitian dari 0.05 mm hingga 2
µm. Mikroskop, kaca pembesar, dan optical comparator adalah varian dari lensa
pembesar. Pada saat memilih lensa pembesar, perlu dipertimbangkan daya perbesaran,
jarak kerja, dan bidang pengamatan. Hal tersebut saling berhubungan dimana
perbesaran yang tinggi memiliki jarak kerja yang pendek dan bidang pengamatan yang
sempit. Sebaliknya, daya perbesaran yang rendah memiliki jarak kerja yang panjang
dan bidang pengamatan yang luas.
1.2.8 Cermin
Penggunaan cermin kadangkala diperlukan apabila semua atau sebagian daerah
pemeriksaan tidak dapat ditempatkan dengan mudah di dalam rentang pengamatan
yang disarankan (610 mm pada 30o). Berbagai jenis cermin pemeriksaan dijual dengan
sambungan yang dapat ditekuk, pegangan yang dapat dipanjangkan, dan ada yang
memiliki sumber cahaya sendiri yang memungkinkan penempatan cermin dan sumber
cahaya tersebut pada lokasi pemeriksaan.
17
Sebagai contoh, industri baja menggunakan kamera CCD untuk memindai slab
baja panas guna mencari diskontinuitas pada saat slab tersebut melewati meja
pengerolan. Industri kendaraan bermotor menggunakan sistem yang diotomasi untuk
mengkarakterisasi adanya blirik, bintik, dan distribusi partikel logam pada cat metalik.
18
Tampilan videoprobe serupa dengan fiberscope; namun, videoprobe
menggunakan kumpulan serat optik hanya untuk menghantarkan cahaya ke lokasi
pengamatan. Pantulan cahaya (citra) dikumpulkan dalam CCD dan diteruskan sebagai
sinyal listrik menuju video pemroses. Sinyal-sinyal tersebut diteruskan melalui
serangkaian kabel (kabel ini menggantikan berkas citra fiberscope) menuju pemroses
video. Selanjutnya, pemroses menguraikan kode-kode listrik dan menguatkan data
tersebut untuk ditampilkan di layar CRT. CCD adalah rangkaian kapasitor
semikonduktor yang mengumpulkan muatan sebagai foton cahaya yang mengenainya.
19
1.2.13 Closed Circuit Television
CCTV memakai tabung kamera televisi untuk mengubah cahaya yang
dipantulkan dari benda yang diamati menjadi citra listrik yang dipancarkan dan
ditampilkan pada layar CRT. Tabung kamera dapat berupa tabung citra orthicon yang
bekerja berdasarkan prinsip emisi foton atau tabung vidicon yang bekerja berdasarkan
prinsip konduksi foton.
Emisi foton terjadi saat elektron dipancarkan oleh permukaan yang sensitip
terhadap foton yang distimulasi oleh cahaya. Konduksi foton adalah proses dimana
konduktivitas dari permukaan yang sensitip terhadap foton berubah seiring
berubahnya intensitas cahaya yang mengenainya. Kedua proses tersebut menghasilkan
arus listrik berupa sinyal-sinyal video. Sinyal tersebut selanjutnya diproses, diperkuat,
dan ditampilkan pada layar CRT.
1.3 Prosedur
1.3.1 Pencahayaan
Pengujian harus dilakukan di bawah cahaya tampak dengan intensitas cahaya
minimum 1000 Lux (100 fc) pada permukaan yang sedang diuji. Untuk memperoleh
pencahayaan yang diperlukan selama pengujian dapat digunakan lampu senter, lampu
portabel, lampu-lampu berintensitas tinggi, atau memindahkan benda kerja ke daerah
yang lebih terang jika memungkinkan.
20
a) Jenis logam induk sesuai dengan detail gambar kerja
b) Bentuk dan ukuran alur las memenuhi persyaratan WPS
c) Daerah alur las dan logam induk yang berdekatan dengan alur las bersih dari
cat, kerak, karat, minyak, gemuk, dan material lainnya yang mengganggu
proses pengelasan
d) Daerah alur las memiliki permukaan yang cukup halus bebas takikan yang
dalam, alur tajam dan kekasaran permukaan lainnya.
e) Alur las bebas dari cacat logam induk seperti laminasi, inklusi dan lubang-
lubang kecil yang membuka ke permukaan.
f) Bagian-bagian yang disambung sudah fix sesuai dengan gambar. Jika ada
ketidak lurusan antar bagian-bagian yang disambung, lihat batasan toleransi
pada kriteria keberterimaan yang sesuai.
21
d) Profil capping las dan tinggi reinforcement memenuhi ketentuan dari
standard keberterimaan yang digunakan.
e) Permukaan capping las seragam, pola ayunan tampak rata dengan tampilan
visual yang memuaskan.
f) Lebar capping seragam disepanjang sambungan las dan memenuhi
persyaratan yang diberikan dalam gambar las. Pada butt joint harus
diperiksa agar tidak terjadi underfill.
g) Bagian akar las yang dapat diakses secara visual diperiksa mengenai
penembusan, kecembungan atau kecenkunagn akar las, undercut, retak dll
h) Alat bantu yang dilaskan sementara pada logam induk untuk memudahkan
produksi atau assembly telah dihilangkan dan bekasnya diratakan agar
benda tidak rusak, daerah dimana alat bantu tersebut dilaskan harus
diperiksa agar tidak terdapat retak.
1.4 Evaluasi
1.4.1 Berdasarkan ASME Section I (PW-33 & PW-35)
a) Kelurusan pada bagian ujung-ujung sambungan las tumpul harus sedemikian
rupa sehingga offset maksimum tidak melebihi besaran yang tercantum dalam
Tabel 1.1.
22
c) Sambungan las tumpul harus memiliki penetrasi penuh.
d) Kondisi permukaan as-welded diijinkan asalkan permukaan las harus bebas
dari bentuk ayunan las yang kasar, alur-alur, overlap, tonjolan kasar, dan
lekukan untuk menghindari konsentrasi tegangan.
e) Kedalaman undercut tidak boleh melebihi 0,8mm atau 10% ketebalan material,
mana yang lebih kecil, dan harus tidak boleh mengurangi ketebalan bagian
yang disyaratkan.
f) Reinforcement las harus tidak boleh melebihi ketentuan dalam Tabel 1.2
Tabel 1.2 Maksimum Reinforcement
23
b) Ketebalan bagian t adalah ketebalan nominal dari bagian sambungan yang
lebih tipis.
c) Sambungan las tumpul harus memiliki penembusan yang lengkap dan
peleburan yang sempurna
d) Kondisi permukaan as-welded diijinkan asalkan permukaan las harus bebas
dari bentuk ayunan las yang kasar, alur-alur, overlap, tonjolan kasar, dan
lekukan yang tidak mengganggu interpretasi film radiografi dan pengujian
NDT lainnya yang disyaratkan.
e) Pengurangan ketebalan akibat proses pengelasan (termasuk undercut) diijinkan
asalkan semua kondisi berikut terpenuhi
1. Pengurangan ketebalan harus tidak mengurangi metrial pada
permukaan yang disambung dibawah ketebalan minimum yang
disyaratkan pada sembarang lokasi.
2. Pengurangan ketebalan harus tidak melebihi 1 mm atau 10% ketebalan
nominal pada permukaan yang disambung, mana yang lebih kecil.
f) Apabila sambungan las tumpul single dibuat menggunakan pelat penahan
permanen yang tidak dihilangkan persyaratan tinggi reinforcement hanya
berlaku untuk sisi yang berlawanan dengan pelat penahan tersebut.
g) Ketinggian reinforcement las pada masing-masing permukaan las harus tidak
melebihi ketentuan dala Tabel 1.4
24
1.4.3 Berdasarkan API 1104
Semua las-lasan harus diperiksa secara visual dan harus diterima jika undercut
yang lokasinya dekat capping pass atau root pass tidak melebihi ukuran dalam Tabel
1.5
25
Tabel 1.6 Acceptance Criteria Visual Berdasarkan AWS D1.1
26
1.5 Reporting
Laporan pengujian visual tidak disyaratkan, kecuali untuk pengujian in-process.
Untuk setiap pengujian informasi berikut ini harus dilaporkan:
1. Tanggal pengujian
2. Identifikasi prosedur dan revisi yang digunakan
3. Teknik yang dipakai
4. Hasil-hasil pengujian
5. Identitas personel yang melakukan pengujian, dan apabila diminta oleh
referencing code section, level kualifikasi.
6. Identitas bagian atau komponen yang diuji.
27
BAB 2
UJI PENETRAN
2.1 Umum
Uji penetran merupakan salan satu metode NDT yang paling luas
penggunaannya, uji penetran dilakukan untuk mendeteksi diskontinuitas permukaan
dengan prinsip kapilaritas pada material padat yang tidak berpori. Dapat diaplikasikan
pada material yang bersifat magnetik dan nonmagnetik.
Prinsip dasar pengujian penetran adalah berdasarkan pada aksi kapilaritas,
kapilaritas bertanggung jawab terhadap masuk dan keluarnya cairan penetran dari dan
ke dalam diskontinuitas.
a b
Gambar 2.1 Demonstrasi aksi kapilaritas. (a) Panel kaca di jepit bersama. (b) Cairan
pewarna di aplikasikan pada sisi panel. (Mc Graw-Hill, 2003)
Gaya kapiler sangat kuat, ketika pengujian penetran dilakukan pada spesimen
pada posisi di atas kepala atau melawan gravitasi, cairan penetran akan tertarik
melewati bukaan atau celah melawan gaya gravitasi. Gaya kapilaritas lebih kuat
daripada gaya gravitasi dan diskontinuitas akan terdeteksi walaupun posisi benda uji
di atas kepala.
Pada uji cairan penetrant, cairan diaplikasikan di atas permukaan spesimen dan
diberikan waktu yang cukup untuk terserap ke dalam diskontinuitas. Jika
diskontinuitasnya kecil dan sempit seperti pada retak atau lubang jarum, kapilaritas
membantu penetrasi. Setelah waktu mencukupi bagi penetrant untuk memasuki
diskontinuitas, permukaan spesimen kemudian dibersihkan kemudian diaplikasikan serbuk
penyerap (developer) sehingga cairan penetran yang sudah meresap kedalam celah akan
tertarik keluar membentuk indikasi diskontinuitas. Gaya kapiler sekali lagi bekerja sebagai
penghisap yang menarik penetrant keluar dari dalam diskontinuitas.
28
Gambar 2.2 Prinsip pengujian penetran
Agar dapat terlihat, cairan penetrant diberi pewarna merah yang dapat dilihat
dengan cahaya biasa atau pewarna fluorescent yang dapat dilihat dengan cahaya
ultraviolet.
Pengujian penetrant dapat diplikasikan pada berbagai jenis material, termasuk
material logam dan nonlogam. Pengujian penetrant tidak dapat diaplikasikan untuk
menemukan diskontinuitas yang tidak membuka ke permukaan dan permukaan
material yang berpori.
Pengujian penetrant terdiri dari tahapan-tahapan berikut tanpa
mempertimbangkan material yang diuji:
Langkah 1: Pembersihan dan pengeringan benda atau lokasi yang diperiksa.
Langkah 2: Aplikasi penetrant. Dibiarkan beberapa lama agar menyusup ke
dalam diskontinuitas.
Langkah 3: Pembersihan penetrant sisa di permukaan.
Langkah 4: Aplikasi developer
Langkah 5: Evaluasi indikasi, diterima atau ditolak.
Langkah 6: Pembersihan benda atau lokasi setelah selesai diuji.
Semua kotoran yang menghalangi penetrant untuk memasuki diskontinuitas harus
dibersihkan. Jenis kotoran yang harus dibersihkan meliputi debu, gemuk, karat, kerak, asam,
bahkan air. Solvent yang digunakan untuk pembersih harus mudah menguap sehingga
cepat keluar dari dalam dikontinuitas dan tidak mengencerkan penetrant. Pembersihan
permukaan secara mekanis seperti memakai sikat baja, abrasive blasting, kertas gosok, dan
alat sekrap umumnya tidak direkomendasikan, namun ada kalanya cara-cara tersebut harus
digunakan.
29
Cairan penetrant yang dipakai di dalam NDT dapat dikagorikan berdasarkan jenis zat
pewarna yang ditambahkan yaitu sebagai berikut:
1. Visible dye penetrants mengandung zat pewarna merah.
2. Fluorescent penetrants mengandung zat pewarna fluorescent (hijau-kuning).
3. Dual sensitivity penetrants, mengandung kombinasi kedua zat pewarna, visible dan
fluorescent.
Penetrant dikelompokkan lebih lanjut berdasarkan proses pembersihan sisa penetrant
dari permukaan spesimen yaitu sebagai berikut:
1. Water-washable penetrants, mengandung zat pengemulsi atau dapat dibilas dengan air.
2. Post-emulsifiable penetrants, memerlukan pengemulsi terpisah untuk menjadikan
penetrant dapat dibilas dengan air.
3. Solvent removable penerants, harus dibersihkan dengan solvent khusus jika
menggunakan penetrant visible dalam kaleng bertekanan.
Pemilihan proses terbaik ditentukan oleh sensitivitas yang disyaratkan, jumlah artikel
atau spesimen yang diuji, kondisi permukaan komponen yang diperiksa, konfigurasi benda uji,
ketersediaan air, listrik, udara bertekanan, lokasi pengujian yang sesuai, dll.
30
Daftar berikut menunjukkan tingkat sensitivitas sistem penetrant, mulai dari yang paling
sensitif dan paling mahal:
1. Post-emulsified – fluorescent.
2. Solvent-removable – fluorescent
3. Water-washable – fluorescent.
4. Post-emulsified – visible.
5. Solvent-removable – visible.
6. Water-washable – visible.
Secara umum kelebihan dari pengujian penetrant adalah portable, biaya yang tidak
mahal, sensitifitas baik, serbaguna, hampir semua material padat tidak berpori dapat diuji,
efektif untuk inspeksi tak merusak suatu hasil produksi. Keterbatasan dari pengujian penetrant
adalah hanya diskontinuitas yang membuka kepermukaan spesimen yang dapat di deteksi,
banyak variable proses yang harus dikontrol, hasil dipengaruhi oleh temperatur yang
bervariasi, kondisi permukaan dan konfigurasi benda yang diuji, sangat membutuhkan
persiapan permukaan.
31
Gambar 2.3 Peralatan stasioner
Penetrant visible maupun fluorescent tersedia dalam bentuk paket yang dapat dipakai
memeriksa di lokasi terbuka, atau saat menguji bagian dari benda berukuran besar. Keduanya
dikemas dalam bentuk kaleng semprot bertekanan.
Paket penetrant visible terdiri dari:
• Kaleng berisi solvent pembersih.
• Kaleng berisi penetrant.
• Kaleng berisi nonaqueous wet developer.
• Kain lap dan kuas.
• Light meter
Paket penetrant fluorescent biasanya terdiri dari:
• Kaleng berisi solvent pembersih.
• Kaleng berisi penetrant fluorescent.
• Kaleng berisi nonaqueous wet developer
• Kain lap dan kuas.
• Lampu ultraviolet dan trafonya.
• Tudung kain hitam untuk melakukan pemeriksaan.
• Black light meter
32
• Water-washable penetrant – mengandung zat pengemulsi yang membuatnya mudah
dibersihkan dengan bilasan air. Material penetrant ini dapat dibeli dalam bentuk
visible atau fluorescent.
• Post-emulsifiable penetrant – memiliki kemampuan penetrasi yang bagus, berupa
minyak fluorescent atau visible yang tidak larut dalam air. Emulsifier harus
diaplikasikan pada permukaan penetrant agar dapat dibilas dengan air.
• Solvent-removable penetrant – berupa minyak penetrant yang tidak mengandung
zat pengemulsi, dan hanya bisa dibersihkan dengan solvent yang khusus digunakan
untuk tujuan tersebut.
• Zat Pengemulsi – jika diaplikasikan pada lapisan penetrant di permukaan spesimen
menghasilkan campuran yang dapat dibilas dengan air. Emulsifier memiliki sifat
penetrasi yang buruk sehingga tidak menghilangkan indikasi dari permukaan benda
uji.
• Remover (solvent) – didisain untuk digunakan bersama dengan jenis penetrant khusus.
Remover tertentu dijual dalam jumlah besar atau dalam kaleng semprot bertekanan.
• Developer kering – serbuk penyerap, halus, berwarna putih yang dipakai bersama
dengan pengujian penetrant visible dan fluorescent. Fungsinya adalah untuk menarik
penetrant dari dalam diskontinuitas sehingga tampak di permukaan.
• Developer basah – fungsinya mirip dengan developer kering, hanya saja merupakan
campuran serbuk developer dengan air.
• Nonaqueous wet developer – berbeda dengan developer basah, dimana serbuk
developer dicampur dengan cairan solvent yang mudah menguap.
33
2.3 Tahapan Pengujian
2.3.1 Surface Preparation
Pembersihan permukaan sangat penting dalam pengujian cairan penetrant karena
beberapa alasan:
1. Jika spesimen tidak bersih secara fisika dan kimia, pengujian penetrant menjadi tidak
efektif.
2. Jika semua bekas material penetrant tidak dibersihkan setelah pengujian, maka akan
merusak spesimen setelah benda tersebut terpasang (klorin dan sulfur dapat merusak
beberapa jenis paduan).
Pemilihan proses pembersihan ditentukan oleh faktor berikut:
• Jenis kotoran yang dibersihkan.
• Komposisi logam induk.
• Tingkat kebersihan yang disyaratkan.
• Ketersediaan peralatan pembersih.
• Faktor-faktor biaya dan waktu.
Pembersihan permukaan dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya
pembersihan dengan deterjen, pembersihan dengan uap solvent, pembersihan dengan uap air,
pembersihan dengan solvent, pembersihan dengan larutan asam (pickling), pembersihan
dengan paint remover, pembersihan dengan etsa, pembersihan ultrasonik, dan pembersihan
secara mekanis.
34
Pewarna dengan sensitivitas ganda atau mode ganda atau respon ganda mengandung
kombinasi pewarna visible dan fluorescent. Pewarna visible umumnya merah menyala dan
pewarna fluorescent berwarna kuning-perunggu atau biru-hijau. Kombinasi ini
memungkinkan pengujian penetrant dilakukan di bawah cahaya biasa dan indikasi yang
meragukan diperiksa di bawah cahaya ultraviolet.
Penetrant, baik fluorescent maupun visible dapat diaplikasikan dengan salah satu dari
cara berikut:
• Penyemprotan: menggunakan alat penyemprot bertekanan rendah atau dari kaleng
semprot bertekanan.
• Kuas atau kain: diaplikasikan dengan kain lap, kapas, atau kuas, apabila menguji
sebagian kecil/lokasi dari suatu benda.
• Pencelupan: benda uji dibenamkan ke dalam tangki penetrant, lalu diangkat dan
ditiriskan. Metoda ini tidak cocok untuk benda berukuran besar dan merupakan
pemborosan apabila hanya daerah kecil saja yang diuji.
• Penuangan: penetrant dituangkan di atas permukaan benda dan setelah itu ditiriskan.
Jangka waktu dimana penetrant berada di atas permukaan benda uji merupakan bagian
terpenting dari pengujian. Jangka waktu ini dikenal sebagai waktu diam (dwell time), yang
berhubungan langsung dengan ukuran dan bentuk diskontinuitas yang dicari mengingat
ukuran diskontinuitas menentukan kecepatan terjadinya penetrasi. Diskontinuitas yang rapat,
seperti retakan memerlukan waktu penetrasi lebih dari 30 menit untuk terbentuknya indikasi.
Diskontinuitas berukuran besar memerlukan waktu penetrasi antara 3 sampai 5 menit. Suhu
benda uji dan suhu cairan penetrant dapat mempengaruhi waktu diam yang disyaratkan.
Menghangatkan benda uji mempercepat penetrasi dan mempersingkat waktu diam. Namun
demikian perlu diperhatikan agar tidak berlebihan memanaskan spesimen karena suhu
yang terlalu tinggi menyebabkan penguapan penetrant dari dalam diskontinuitas, yang
akhirnya akan mengurangi sensitivitas. Waktu diam didasarkan pada asumsi bahwa penetrant
tetap dalam kondisi basah pada permukaan benda. Penambahan penetrant selama waktu diam
diperbolehkan. Pada tiap kasus, waktu diam ditentukan oleh jenis diskontinuitas yang akan
dicari dan rekomendasi dari pabrik pembuat penetrant.
35
menghasilkan pembersihan yang optimal. Tekanan air tidak boleh melebihi 40 psi. Suhu air
pembilas yang direkomendasikan sebesar 10 oC - 38oC. Suhu air melebihi 38oC tidak
direkomendasikan karena dapat mempercepat penguapan penetrant. Sudut semprot yang
paling efektif adalah 45-75 derajat. Gambar di bawah memperlihatkan cara pembersihan sisa
penetrant water washable di permukaan benda uji.
Post-emulsifiable penetrant tidak mengandung zat pengemulsi. Penetrant ini tidak larut
dalam air. Post-emulsifiable penetrant memerlukan dua langkah proses pembersihan. Sisa
penetrant dibersihkan dengan aplikasi emulsifier secara terpisah sehingga penetrant dapat
dibilas dengan air. Lamanya waktu diam untuk emulsifier adalah satu sampai empat menit
mengacu pada rekomendasi pabrik pembuat dan jenis diskontinuitas yang dicari. Hasil
campuran antara penetrant dan emulsifier selanjutnya dapat dibilas dengan air.
36
Emulsifikasi penetrant jenis ini dilakukan dengan pencelupan, penyemprotan atau
penuangan, namun tidak boleh diaplikasikan dengan kuas. Aplikasi dengan kuas menyulitkan
pengontrolan emulsifikasi, disamping bulu-bulu kuas bisa masuk ke dalam diskontinuitas.
Terdapat dua jenis emulsifier yang digunakan dalam proses pembersihan yaitu lipophilic dan
hydriphilic. Proses lipophylic dan hydrophilic memiliki mekanisme yang sangat berbeda
dalam merubah penetrant berbahan dasar menjadi campuran yang bisa dibilas dengan air.
37
Gambar 2.7 Proses emulsifikasi hydrophylic (post-emulsifiable penetrant)
38
2.3.4 Aplikasi Developer
Indikasi adanya diskontinuitas bisa saja nampak sebelum developer
diaplikasikan, namun langkah ini akan memastikan bahwa semua diskontinuitas akan
tampak oleh mata telanjang. Proses developing dilakukan dengan mengaplikasikan
serbuk berdaya serap tinggi ke permukaan benda uji setelah sisa penetrant dibersihkan.
Penetrant akan tertarik keluar dari diskontinuitas akibat gaya kapiler yang kuat dari
serbuk developer.
39
penetrants. Nonaqueous wet developer merupakan jenis developer yang paling sensitif dalam
mendeteksi diskontinuitas halus. Hasil terbaik diperoleh apabila developer diaplikasikan
dalam bentuk lapisan tipis dan rata. Seperti halnya developer kering, nonaquous developer
hanya diaplikasikan pada permukaan yang benar-benar kering.
Water-base wet developer Pada water-base wet developer, serbuk developer dicampur
dengan air. Developer ini terdiri dari dua jenis: water suspended dan water soluble developers.
1. Pada water suspended developer, partikel serbuk developer terikat dalam suspensi
dengan air dan perlu diaduk terus-menerus agar tidak mengendap.
2. Pada water soluble developer, serbuk developer larut dalam air dan membentuk suatu
larutan yang tidak perlu diaduk lagi. Water soluble developer menghasilkan sensitivitas
yang lebih baik untuk mendeteksi diskontinuitas halus.
Water suspended dan water soluble developers umumnya digunakan dengan water
washable atau post emulsifiable penetrants, dan jarang dengan solvent removable penetrant.
Mereka diaplikasikan saat permukaan benda uji masih dalam kondisi basah setelah
pembilasan. Metoda aplikasi water base wet developer adalah dengan cara pencelupan,
penuangan, dan penyemprotan.
Indikasi palsu: Penyebab indikasi palsu yang paling umum adalah pembersihan yang
buruk, kondisi pemrosesan yang buruk, bilik pemeriksaan yang kurang bersih, atau aspek lain
dari proses penetrant. Operator dapat dengan mudah mengatakan jika pembilasan sudah
dilakukan dengan benar dengan memakai lampu ultraviolet selama dan setelah proses
40
pembersihan penetran fluorescent. Untuk menghindari indikasi palsu, harus diperhatikan agar
tidak ada kontaminasi dari luar seperti berikut ini:
1. Jejak penetrant di tangan operator.
2. Kontaminasi developer basah atau kering.
3. Penetran yang berpindah dari indikasi lain ke spesimen yang bersih.
4. Jejak penetrant di meja pemeriksaan.
Indikasi nonrelevant disebabkan karena ketidak teraturan permukaan atau konfigurasi
benda yang pada kebanyakan kasus akibat disain. Indikasi nonrelevant disebabkan karena
adanya press fitted, alur, splined, atau kelingan. Termasuk juga dalam indikasi nonrelevant
adalah kerak lepas dan pemukaan kasar pada benda tempa, benda cor dan pengelasan. Indikasi
nonrelevant dianggap tidak menggangu pemakaian komponen. Sama halnya dengan indikasi
palsu, inspektor harus memeriksa indikasi ini dengan hati-hati untuk memastikan agar jangan
sampai menutupi indikasi relevant.
Indikasi relevant (indikasi sebenarnya) disebabkan karena diskontinuitas permukaan
yang telah diinterpretasikan bukan sebagai indikasi palsu atau nonrelevant. Indikasi
sebenarnya harus dievaluasi penyebab sampai pada pengaruh yang ditimbulkannya pada usia
pakai komponen. Penting dicatat bahwa semua indikasi relevant adalah diskontinuitas, namun
tidak semua diskontinuitas adalah cacat.
41
Diagram Alir Tahapan Pengujian
42
Untuk Teknik Post-emulsifiable (lipophilic) (Proses I-B atau II-B).
43
Untuk Teknik Solvent Removable (Proses I-C atau II-C).
44
Untuk Teknik Post-emulsifiable (hydrophilic) (Proses I-D)
45
2.4 Prosedur
Pengujian penetrant harus dilakukan berdasarkan prosedur tertulis yang berisi
persyaratan-persyaratan minimal seperti tercantum dalam Tabel 2.2
Hydrophilic or lipophilic
emulsifier concentration and
dwell time in dip tanks and x -
agitation tome for hydrophilic
emulsifiers
Hydrophilic emulsifier
concentration in spray x -
applications
46
Minimum and maximum time
periods beetween steps in drying x -
aids
Permormance demontration,
x -
when required
Personel qualification
- x
requirements
Post-examination cleaning
- x
teqhnique
47
rendah dari temperatur standard. Kualifikasi ini dilakukan menurut Mandatory
Appendix III ASME Section V Article 6.
2.4.4 Kalibrasi
Light meter baik visible maupun fluorescent (black light meter) harus dikalibrasi
minimal sekali dalam setahun atau setelah dilakukan perbaikan, jika light meter tidak
digunakan dalam jangka waktu setahun atau lebih, kalibrasi harus dilakukan sebelum
digunakan.
2.4.6 Pencahayaan
Intensitas cahaya pada permukaan benda uji atau lokasi yang diperiksa harus
minimal 100 fc (1000 lx) untuk visible penetrant dan minimal 1000 μW/cm2 untuk
fluorescent penetrant.
48
2.5 Evaluasi
Interpretasi dan evaluasi akhir dilakukan antara 10 (sepuluh) hingga 30 (tiga
puluh) menit dihitung setelah developer yang disemprotkan ke permukaan mulai
mengering. Indikasi diskontinuitas bisa lebih besar dari diskontinuitas yang
menyebabkannya, namun ukuran indikasi yang dipakai sebagai dasar untuk
mengevaluasi keberterimaan. Indikasi relevan adalah indikasi yang diakibatkan oleh
diskontinuitas yang membuka ke permukaan yang ukuran terbesarnya > 1.5 mm.
Indikasi nonrelevan adalah indikasi yang diakibatkan oleh kondisi-kondisi selain
diskontinuitas seperti ketidakteraturan permukaan akibat permesinan, penggerindaan,
atau pengelasan. Latar belakang berwarna merah di daerah yang diperiksa yang dapat
menutupi indikasi diskontinuitas adalah tidak diijinkan dan daerah tersebut harus
dibersihkan dan diuji ulang. Indikasi linier adalah indikasi-indikasi yang memiliki
panjang lebih besar dari tiga kali lebarnya (L > 3W). Indikasi rounded adalah indikasi-
indikasi yang bentuknya bundar atau elips dengan panjang kurang dari atau sama
dengan tiga kali lebarnya (L ≤ 3W).
KRITERIA KEBERTERIMAAN
Semua permukaan yang diuji harus bebas dari:
a) Indikasi linier yang relevan (> 1.5 mm).
b) Indikasi rounded yang relevan, dimana ukurannya > 5 mm.
c) Empat atau lebih indikasi rounded yang relevan berjajar dalam satu garis,
terpisah satu sama lainnya pada jarak ≤ 1.5 mm, dari ujung ke ujung.
2.6 Reporting
Form laporan hasil pengujian penetrant dapat dilihat pada Lampiran 1
49
BAB 3
UJI MAGNETIK PARTIKEL
3.1 Umum
Saat ini teknik pengujian magnetik partikel sangat luas mencakup perangkat
pemeriksaan portabel, tetap, dan semi-otomatis. Pengujian magnetik partikel
menggunakan magnet permanen, elektromagnet baik menggunakan AC atau DC, atau
kombinasi keduanya. Media deteksi yang tersedia sebagai bubuk kering atau sebagai
suspensi cair. Tersedia banyak warna sehingga memberikan kontras dengan warna
permukaan atau latar belakang benda uji dan juga tersedia partikel fluorescent untuk
sensitivitas maksimum.
Pengujian magnetik partikel (MT) adalah metode uji tak rusak (NDT) untuk
mendeteksi diskontinuitas, terutama diskontinuitas linear yang terletak di permukaan
atau dekat permukaan pada material feromagnetik.
Berdasarkan sifat magnetnya logam diklasifikasikan menjadi diamagnetik,
paramagnetik dan feromagnetik. Logam-logam diamagnetik memiliki kerentanan
yang kecil dan negatip terhadap magnetisasi (sedikit menolak), air raksa, bismuth,
seng, tembaga, perak, dan emas adalah contoh material diamagnetik. Logam-logam
paramagnetik memiliki kerentanan yang kecil dan positip terhadap magnetisasi
(sedikit tertarik), aluminium, platina, tembaga sulfat, magnesium, molybdenum,
lithium, dan tantalum adalah contohnya. Logam-logam ferromagnetik – memiliki
kerentanan yang besar dan positip terhadap magnetisasi, memiliki daya tarik yang
kuat, dan mampu menahan magnetisasi setelah medan magnet dihilangkan, besi,
cobalt, nikel, dan gadolinium adalah contoh logam ferromagnetik. Hanya logam-
logam ferromagnetik yang umumnya diperiksa menggunakan metoda pengujian
partikel magnet.
Magnet adalah material yang memiliki kemampuan menarik besi atau baja dan
material logam lainnya. Apabila material dimagnetisasi maka akan memiliki medan
magnet dan akan menarik logam tertentu dan medan magnet lain. Karena
memungkinkan untuk memagnetisasi logam tertentu, maka dimungkinkan juga untuk
menampakkan diskontinyuitas menggunakan media berupa serbuk besi yang memiliki
50
daya tarik magnet. Medium tersebut diaplikasikan pada permukaan benda uji setelah
atau selama diinduksi medan magnet
Gambar 3.1 Kebocoran medan magnet akibat diskontinuitas menyebabkan serbuk besi
tertarik pada area sekitar diskontinuitas.
Gambar 3.2 Karakteristik Domain Magnet Material yang Tidak Termagnetisasi dan
Termagnetisasi
51
Kemampuan sebuah magnet untuk menarik atau menolak terpusat pada daerah
yang dinamakan kutub magnet. Kutub utara dan selatan memperlihatkan daya tarik.
Gambar 3.3 di bawah ini yang dinamakan garis gaya magnet yang membentuk sebuah
rangkaian tertutup.
52
Gambar 3.4 Magnetisasi Melingkar Induksi Langsung Menggunakan Head shot &
Prods
53
Gambar 3.6 Magnetisasi Memanjang Menggunakan Yoke
Sifat-sifat logam berikut ini dapat menentukan seberapa efektif penggunaan metoda
partikel magnet untuk mengevaluasi sebuah komponen.
1. Permeabilitas, mengacu pada mudah tidaknya medan magnet terbentuk di
dalam benda yang diperiksa. Permeabilitas tinggi mudah menjadi magnet.
Permeabilitas rendah sulit menjadi magnet.
2. Reluktansi, lawan dari permeabilitas magnet. Material dengan permealitias
tinggi akan memiliki reluktansi yang rendah.
3. Magnetisme sisa, mengacu pada jumlah magnetisme yang tertahan setelah
gaya magnet dihilangkan.
4. Retentivity, yaitu kemampuan suatu material untuk menahan sejumlah
tertentu magnetisme sisa.
54
5. Gaya coercive, yaitu gaya magnet pembalik yang diperlukan untuk
menghilangkan magnetisme sisa dari benda.
Contoh: jika sebuah baja karbon tinggi ditempatkan dalam medan magnet akan
menunjukkan hal-hal berikut:
a) Baja tersebut memiliki permeabilitas rendah karena sulit termagnetisasi.
b) Baja memiliki reluktansi yang tinggi untuk menerima medan magnet karena
tingginya kadar karbon.
c) Baja memiliki medan magnetisme sisa yang tinggi. Baja karbon tinggi enggan
untuk menerima medan magnet, namun enggan juga untuk mengeluarkannya
setelah menerima.
d) Baja memiliki penahanan yang tinggi terhadap medan magnet yang telah ia
peroleh.
e) Diperlukan gaya magnet pembalik yang tinggi untuk menghilangkan
magnetisme sisa dari komponen baja berkadar karbon tinggi.
55
Type peralatan untuk pengujian partikel magnet meliputi peralatan stasioner
(peralatan horizontal partikel basah) peralatan mobile dan portable (menggunakan
yoke, prods atau magnet permanen)
a) Pie Gauge
b) Burmah Castrol Strips
56
(a) (b)
Gambar 3.10 (a) Pie Gauge dan (b) Burmah Castrol Strips
Alat ini berfungsi untuk menentukan arah megnetisasi, selain itu juga berfungsi
sebagai verifikator, dalam arti memastikan jika memang ada diskontinuitas pada benda
yang diuji akan ditampilkan.
57
bergerigi memiliki daya tarik terbaik, namun tidak memiliki mobilitas yang baik untuk
bergerak ke arah kebocoran medan magnet. Pada metoda basah, dipakai oksida besi
yang bersifat magnetis karena ukurannya sangat halus dan memiliki permeabilitas
lebih rendah ketimbang partikel logam kering. Ukuran partikel harus sangat kecil pada
metoda basah agar partikel tetap berada dalam suspensi cairan.
Mobilitas adalah sifat yang penting karena jika ada kebocoran medan, partikel
harus sanggup bergerak untuk membentuk sebuah pola atau indikasi. Pada metoda
kering, mobilitas dibantu dengan penyapuan atau peniupan partikel ke permukaan
yang diperiksa. Mobilitas dapat juga dibantu dengan cara menggetar-getarkan
spesimen setelah partikel disapukan ke permukaan benda. Arus bolak-balik juga
membantu mobilitas, karena medan arus bolak-balik menyebabkan partikel bergerak-
gerak. Pada metoda basah, mobilitas sangat terbantu karena partikel tersuspensi di
dalam cairan
Visibilitas merupakan sifat yang penting dalam pengujian partikel magnet dan
diperlukan sumber cahaya yang memadai. Partikel magnet biasanya tersedia dalam
warna abu-abu, merah, dan hitam, dimana pemilihan warna ditentukan oleh kontras
terbaik dengan permukaan benda. Partikel fluorescent umumnya digunakan dalam
metoda basah untuk membantu visibilitas, namun mensyaratkan pemakaian lampu
ultraviolet.
2. White Contrast Paint (WCP)
Merupakan pelapis permukaan benda yang akan diuji agar dapat memberikan
kontras yang baik sehingga visibilitas partikel magnet menjadi lebih baik.
58
3.3 Persyaratan Arus Magnetisasi
Besar arus magnetisasi yang diperlukan dipengaruhi oleh:
a. Permeabilitas material,
b. Bentuk dan ketebalan benda uji,
c. Jenis diskontinuitas yang dicari.
Jika penampang melintang benda tidak seragam, arus magnetisasi pertama
didasarkan pada penampang terkecil dulu, baru kemudian ke penampang yang lebih
besar dan seterusnya.
Pada magnetisasi melingkar, panjang spesimen uji tidak mempengaruhi
besarnya arus. Jika spesimen lebih panjang, maka hambatan listrik akan bertambah
besar, sehingga akan memerlukan potensial yang lebih besar untuk menghasilkan arus
yang disyaratkan.
Pada magnetisasi memanjang, panjang spesimen adalah faktor yang harus
diperhitungkan. Selalu gunakan arus terkecil terlebih dahulu untuk menguji
penampang terkecil, baru kemudian arus yang lebih besar untuk diameter penampang
berikutnya
3.3.1 Magnetisasi Melingkar
Besarnya arus akan bervariasi, mengikuti bentuk dan permabilitas material yang
diuji. Sebuah spesimen uji dengan indikasi khusus merupakan metoda yang bagus
untuk menjamin bahwa arus yang digunakan cukup untuk menampakkan indikasi.
Arus yang terlalu tinggi akan memanaskan komponen atau bisa menimbulkan
pengumpulan partikel besi secara berlebihan. Arus yang terlalu kecil tidak cukup untuk
menghasilkan kebocoran flux guna menarik partikel besi. Yang menentukan besarnya
arus untuk magnetisasi melingkar suatu spesimen adalah prosedur untuk pengujian
yang dilakukan tersebut. Kaidah berikut ini dipakai untuk menentukan besarnya arus
yang diperlukan:
Gunakan 700 – 1000 Ampere per inchi (280 – 400 Ampere per centimeter)
ketebalan/ diameter atau diagonal komponen
Untuk menggunakan kaidah ini pada benda dengan ketebalan lebih besar, langsung
kalikan 700 dan 1000 dengan inchi ketebalan benda, contoh:
Berapa arus yang diperlukan untuk benda berikut ini? Batang baja ukuran 10 x
3 x 2 inchi tebal. Jawab: 1400 sampai 2000 ampere.
59
Berapa arus yang disyaratkan untuk memagnetisasi melingkar sebuah poros
pada head shot berikut?
Jawab: 700 – 1000 untuk shot pertama 1750 – 2500 untuk shot kedua
Rumus berikut ini menghitung arus yang diperlukan untuk magnetisasi kontak
langsung dari penampang melintang benda yang bentuknya aneh.
𝑃
𝐼= 𝑥 (700 𝑡𝑜 1000 𝐴)
𝜋
Kaidah penggunaan 700 sampai 1000 ampere per inchi ketebalan juga
diaplikasikan untuk magnetisasi melingkar memakai central conductor. Tebal benda
diukur dari diameter terluarnya, contoh
Berapakah rentang arus untuk memagnetisasi tiga komponen pada central
conductor di bawah ini?
Jawab: 700 – 1000 untuk mur 1 inchi 1400 – 2000 untuk ring 2 inchi 2100 – 3000
untuk spacer 3 inchi.
60
Pada saat menggunakan central conductor untuk memagnetisasi sebuah benda,
selalu gunakan penghantar terbesar yang cocok untuk situasi tersebut, karena diameter
penghantar mempengaruhi medan magnet yang dihasilkan. Lebar medan magnet
efektif dari sebuah central conductor kira-kira empat kali diameternya seperti dalam
gambar berikut.
Prods adalah penghantar arus listrik (biasanya tembaga) yang dipakai untuk
memagnetisasi daerah tertentu seperti gambar di bawah ini. Perhatian: penggunaan
prods dilarang pada beberapa aplikasi karena kemungkinan terjadinya kebakaran pada
ujung sentuh.
Magnetisasi prods menghasilkan medan magnet melingkar pada benda. Pada gambar
di atas, dapatkah anda memakai kaidah tangan kiri untuk menentukan apakah arus
listrik mengalir dari A ke B atau dari B ke A. Saat menggunakan prods, besar arus
listrik yang dipakai akan bervariasi dengan hal-hal berikut:
a) Ketebalan benda
b) Jarak antar prods.
61
Pedoman untuk menentukan seberapa besar arus DC dan jarak terbaik antar prod
untuk sembarang pengujian ditunjukkan pada tabel di bawah ini.
Jika dipakai arus HWDC, kuat medan per ampere kurang lebih sama seperti arus
DC pada jarak antar prods tertentu (6 sampai 8 inchi). Namun demikian, mengingat
HWDC membutuhkan daya yang lebih kecil dan menghasilkan efek pemanasan lebih
rendah pada titik sentuh prods, arus ini lebih direkomendasikan. HWDC juga
menghasilkan mobilitas partikel yang lebih baik dibanding DC. Prods sebaiknya
diposisikan pada benda sehingga medan magnet melingkar yang dihasilkannya pada
arah 90o terhadap diskontinuitas yang dicari.
62
2. Faktor pengisian sedang – kondisi di antara faktor pengisian rendah dan tinggi.
2 x CSAbenda ≤ CSAkump < 10 x CSAbenda
3. Faktor pengisian tinggi – luas penampang melintang kumparan kurang dari dua
kali luas penampang melintang material yang dimagnetisasi. CSAkump < 2 x
CSAbenda
Rumus di bawah ini dipakai untuk benda dengan faktor pengisian rendah yang
diletakkan di pusat kumparan.
Rumus di bawah ini dipakai untuk kumparan dengan faktor pengisian sedang
apabila penampang melintang kumparan lebih besar atau sama dengan dua kali dan
kurang dari sepuluh kali penampang melintang benda.
63
Harga L/D
Harga L/D dan jumlah lilitan dalam sebuah kumparan menentukan besarnya arus yang
disyaratkan untuk pemeriksaan, asalkan kondisi berikut ini terpenuhi:
Perlu diingat seperti telah disebutkan sebelumnya, panjang efektif dari medan magnet
memanjang adalah 6 sampai 9 inchi (15 sampai 23 cm) pada kedua sisi kumparan. Sebuah
benda dengan panjang lebih dari 18 inchi mensyaratkan dua shot atau lebih.
64
3.4 Tahapan dan Prosedur Pengujian
1. Surface preparation and Pre-cleaning
Penyiapan permukaan dengan dengan penggerindaan atau permesinan dapat
dilakukan apabila kekasaran permukaan dapat menutupi indikasi diskontinuitas.
Permukaan yang diperiksa dan daerah di dekatnya pada jarak minimum 25 mm harus
dibersihkan dari gemuk, minyak, dan kotoran-kotoran yang dapat mengganggu
jalannya pengujiannya. Jika lapisan cat nonmagnetik tidak dihilangkan dari
permukaan benda yang diuji, maka harus didemonstrasikan bahwa indikasi masih
dapat dideteksi melalui ketebalan maksimum lapisan cat tersebut.
2. Equipment Preparation
Yoke elektromagnetik AC maupun DC bisa dipakai untuk pengujian. Yoke AC
harus mampu mengangkat blok kalibrasi standard seberat 4,5 kg pada jarak kutub
maksimum yang dipakai pengujian. Yoke DC harus mampu mengangkat blok kalibrasi
standard seberat 18 kg pada jarak kutub maksimum yang dipakai pengujian
Light meter yang terkalibrasi harus dipakai untuk memeriksa intensitas cahaya
pada permukaan benda uji. Light meter harus dikalibrasi minimum setahun sekali atau
apabila light meter tersebut selesai direpair. Jika light meter tersebut tidak dipakai
selama setahun atau lebih, kalibrasi harus dilakukan sebelum light meter tersebut
digunakan. Indikator medan magnet pie-shape atau pie gauge atau Burmah Castrol
digunakan untuk memverivikasi arah dan kekuatan medan magnet pada daerah yang
diuji. Gaussmeter yang terkalibrasi harus digunakan untuk memeriksa kekuatan
medan magnet sisa setelah obyek didemagnetisasi.
65
4. Magnetization
Magnetisasi benda uji, dapat digunakan beberapa diantara teknik magnetisasi
melingkar menggunakan head shot, prod atau central conductor. Teknik magnetisasi
memanjang menggunakan yoke atau menggunakan kumparan. Seluruh pengujian
harus dilakukan dengan overlap untuk memperoleh 100% cakupan pada sensitivitas
yang diminta. Minimum harus dilakukan dua kali pengujian terpisah pada satu lokasi
dimana pada pengujian kedua, garis-garis gaya magnetnya harus tegak lurus garis-
garis gaya magnet pada pengujian pertama.
66
Setelah indikasi diketahui lokasinya, selanjutnya diinterpretasi. Selama
interpretasi, penyebab dan pengaruh indikasi terhadap artikel atau benda uji harus
ditentukan. Pada tahap ini indikasi tersebut diklasifikasikan sebagai palsu, tidak
relevan atau relevan. Evaluasi mengikuti interpretasi. Jika selama tahap evaluasi
ditentukan bahwa diskontinuitas membahayakan pemakaian komponen, atau tidak
memenuhi kriteria penerimaan dan penolakan, diskontinuitas tersebut selanjutnya
diklasifikasikan sebagai cacat atau defect.
Indikasi palsu: Indikasi palsu disebabkan jika partikel terkumpul dan tertahan
secara mekanis atau gravitasi. Jika benda memiliki permukaan kasar, ini akan
mengakibatkan indikasi palsu.
Indikasi nonrelevant Merupakan kelompok gangguan magnetis nonrelevant
yang bukan akibat adanya diskontinuitas atau kepecahan pada logam. Indikasi
nonrelevant umumnya dapat diakibatkan oleh penahanan di dalam logam dimana
garis-garis gaya harus melewatinya, seperti poros yang ada alurnya (lihat Gambar
3.12). Indikasi nonrelevant dapat disebabkan karena hal-hal berikut:
1. Arus magnetisasi yang berlebihan.
2. Disain struktur benda tersebut.
3. Perbedaan permeabilitas di dalam benda.
67
Indikasi relevant (indikasi sebenarnya) disebabkan karena diskontinuitas
permukaan yang telah diinterpretasikan bukan sebagai indikasi palsu atau nonrelevant.
Indikasi sebenarnya harus dievaluasi penyebab sampai pada pengaruh yang
ditimbulkannya pada usia pakai komponen. Penting dicatat bahwa semua indikasi
relevant adalah diskontinuitas, namun tidak semua diskontinuitas adalah cacat.
Indikasi permukaan menghasilkan pola yang tajam, nyata, jelas, dan melekat. Indikasi
bawah permukaan cenderung menghasilkan pola yang kurang nyata, tersebar, dan
kabur.
8. Demagnetizing
Demagnetisasi bisa dilakukan memakai yoke elektromagnetik dengan membalik
arah medan magnet secara berulang-ulang sambil menjauhkan yoke dari permukaan
yang diuji. Besarnya medan magnet sisa harus diverifikasi memakai gaussmeter.
Besarnya medan magnet sisa di seluruh bagian komponen yang diuji maksimum
sebesar 3 (tiga) Gauss.
3.4 Evaluasi
Interpretasi harus mengidentifikasi apakah sebuah indikasi itu palsu, nonrelevan
atau relevan. Sebuah indikasi yang diidentifikasi sebagai palsu atau nonrelevan harus
dibuktikan apakah benar-benar palsu atau nonrelevan. Indikasi muncul akibat
penahanan partikel magnet. Semua indikasi yang muncul belum tentu merupakan
ketidaksempurnaan. Indikasi dari sebuah ketidaksempurnaan bisa lebih besar dari
ketidaksempurnaan yang mengakibatkannya; namun, ukuran indikasi adalah sebagai
dasar evaluasi penerimaan. Hanya indikasi yang memiliki ukuran terbesar lebih dari
1,5 mm dianggap relevan.
Indikasi linier adalah indikasi yang memiliki panjang lebih dari tiga kali lebarnya
(L > 3W).
68
Indikasi rounded adalah indikasi yang bentuknya bundar atau elips dengan panjang
kurang dari atau sama dengan tiga kali lebarnya (L ≤ 3W).
Berdasarkan ASME Section VIII Divisi 1 Mandatory Appendix 6 Semua
permukaan yang diuji harus bebas dari:
a) Indikasi linier yang relevan (> 1,5 mm).
b) Indikasi bundar yang relevan, dimana ukurannya > 5 mm.
c) Empat atau lebih indikasi bundar yang relevan berjajar dalam satu garis,
terpisah satu sama lainnya pada jarak ≤ 1,5 mm, dari ujung ke ujung.
3.5 Reporting
Untuk tiap-tiap pengujian informasi berikut ini harus dilaporkan:
a) Nomor prosedur dan revisi
b) Peralatan magnetisasi dan jenis arus pengujian
c) Jenis partikel magnet (visible/fluorescent)
d) Identitas personel penguji dan level kualifikasinya
e) Lokasi atau record dari indikasi
f) Jenis material dan ketebalannya
g) Peralatan pencahayaan
h) Tanggal pengujian
Form laporan hasil pengujian penetrant dapat dilihat pada Lampiran 2
69
BAB 4
UJI ULTRASONIK
4.1 Umum
Ultrasonik adalah teknik pemeriksaan yang serbaguna, dipakai untuk menguji
bermacam-macam produk logam dan nonlogam seperti sambungan las, benda tempa,
benda cor, lembaran tipis, tabung, plastik, dan keramik. Ultrasonik memiliki
keunggulan dapat mendeteksi diskontinuitas bawah permukaan dengan akses
hanya dari satu sisi spesimen. Tujuan pengujian ultrasonik adalah untuk memastikan
keandalan produk dengan cara:
1. Memperoleh informasi yang berhubungan dengan diskontinuitas.
2. Mengungkap sifat diskontinuitas tanpa mengganggu kegunaan benda.
3. Memisahkan material yang diterima dan ditolak dengan mengacu pada
standard yang telah ditetapkan.
Pengujian ultrasonik adalah bentuk lain dari pengujian tanpa merusak. Ini berarti
bahwa kita memiliki sistem pengujian tanpa merusak yang khusus. Pada dasarnya
dalam pengujian ultrasonik kita memasukkan getaran ultrasonik ke dalam spesimen.
Spesimen kemudian mengubah getaran tersebut dengan beberapa cara. Hasil
perubahannya dideteksi oleh sistem pengujian, dan melalui sebuah indikasi, kita
memperoleh informasi mengenai spesimen. Sebagai inspektor, pekerjaan kita adalah
mengaplikasikan sistem ke dalam spesimen dan menginterpretasi hasilnya melalui
indikasi yang kita peroleh.
Getaran merambat di dalam benda padat sebagai sebuah perpindahan partikel
yang saling berurutan. Hal ini dapat digambarkan sebagai berikut:
70
sebuah material sebenarnya terdiri dari banyak partikel kecil atau sekelompok atom.
Partikel-partikel tersebut memiliki posisi normal atau istirahat dan dapat berpindah
dari posisi ini akibat suatu gaya. Apabila gaya tersebut dihilangkan, partikel akan
cenderung kembali ke posisi awalnya. Energi dirambatkan di dalam benda padat
melalui serangkaian perpindahan partikel di dalam material. Perambatan getaran
ultrasonik di dalam sebuah material berhubungan dengan sifat elastis dari material
tersebut. Pada pengujian ultrasonik, perlu disadari bahwa konsep perpindahan juga
berlaku pada benda padat.
Waktu yang diperlukan oleh sebuah gerakan untuk menghasilkan satu siklus
lengkap dinamakan perioda.
Contoh: jika bola yang mengayun di atas bergerak sepanjang lintasan ABCDE
dalam satu detik, maka perioda untuk terjadinya satu siklus adalah satu detik. Jumlah
siklus dalam satu perioda waktu tertentu dinamakan frekuensi. Contoh: jika bola yang
mengayun tersebut membentuk tiga siklus lengkap dalam waktu satu detik, maka
frekuensinya adalah 3 siklus per detik.
Satuan frekuensi yang dipakai untuk menyatakan satu siklus per detik adalah
Hertz (disingkat Hz). Satu Siklus Per Detik (cps) sama dengan satu Hertz (Hz), 2 cps
= 2 Hz, dll. Suara merambat di dalam logam sebagaimana halnya di udara. Suara
adalah sebuah getaran dan memiliki rentang frekuensi tertentu. Manusia hanya dapat
mendengar getaran (suara) hingga sekitar 20,000 Hz. Namun demikian, getaran suara
yang berasal dari sebuah peralatan pengujian ultrasonik berkisar antara 5,000,000 Hz
(5 megahertz). Getaran di atas rentang pendengaran manusia dinamakan getaran
ultrasonik. Dua istilah, suara dan getaran, sebagaimana yang akan kita pakai, memiliki
pengertian yang sama. Definisi suara adalah getaran yang merambatkan energi melalui
serangkaian pergerakan-pergerakan material kecil.
71
Pengujian ultrasonik adalah proses pengaplikasian gelombang ultrasonik pada
sebuah spesimen untuk menentukan kemulusan, ketebalan, atau beberapa sifat fisik
lainnya. Transducer menghasilkan energi suara yang menyebabkan perpindahan
partikel di dalam spesimen.
Transducer adalah sebuah perangkat yang mengubah energi dari satu bentuk ke
bentuk lain. Contoh: energi listrik ke mekanis atau mekanis ke listrik. sebuah speaker
di dalam radio mengubah energi listrik menjadi gerakan mekanis maju-mundur.
Gambar di bawah menunjukkan efek piezoelectric. Energi listrik diaplikasikan melalui
dua kabel yang dihubungkan ke sebuah kristal, mengakibatkan kristal mengembang
dan mengerut, membentuk getaran mekanis. Penggunaan istilah kristal dan transducer
dapat saling menggantikan
72
Energi yang dipancarkan oleh sebuah transducer dapat berupa energi putus-
putus atau menerus. Energi suara putus-putus didefinisikan sebagai kelompok getaran
pendek yang dipancarkan sebelum dan setelah transducer dapat bertindak
sebagai penerima. Baja, air, dan minyak akan merambatkan gelombang suara dengan
sangat baik, namun tidak demikian halnya dengan udara.
Udara adalah penghantar suara yang buruk karena kerapatan partikelnya rendah
sehingga energi suara sulit merambat dari partikel ke partikel. Itulah mengapa kita
menambahkan minyak atau gemuk di antara transducer dan spesimen. Kerapatan
partikel suatu material menentukan cepat rambat suara. Cepat rambat suara akan
berubah saat ia merambat dari satu media ke media lain seperti gambar berikut.
Gambar 4.4 Cepat Rambat Gelombang pada Medium Udara Air dan Baja
Perlu waktu yang lebih lama bagi gelombang suara untuk merambat di air
dibandingkan di dalam baja. Cepat rambat suara di dalam baja kurang lebih empat kali
lebih besar dibandingkan di dalam air.
Panjang gelombang adalah jarak antara dua titik yang sama pada dua gelombang
yang berurutan. Panjang gelombang juga dapat didefinisikan sebagai jarak yang
ditempuh sebuah gelombang dalam satu siklus. Simbol λ digunakan untuk
menunjukkan panjang gelombang dan disebut sebagai lambda. Panjang gelombang
adalah perbandingan dari harga tetap (kecepatan) dibagi dengan variabel (frekuensi).
λ=V/f (4.1)
Dalam prakteknya, ukuran diskontinuitas terkecil yang dapat ditemukan dengan
pengujian ultrasonik adalah ½ λ (panjang gelombang). Oleh karena itu, untuk
mendeteksi cacat yang berukuran kecil, diperlukan transducer yang menghasilkan
frekuensi lebih besar. Umumnya pengujian ultrasonik menggunakan probe/transducer
dengan frekuensi 0,5 MHz – 25 MHz
73
Ada empat mode perambatan gelombang atau getaran diantaranyaadalah
compression waves atau longitudinal waves, Shear waves atau transverse waves,
Surface waves atau disebut juga Rayleigh waves dan Lamb waves atau disebut plate
waves
Pulse Echo adalah sistem ultrasonik yang paling banyak digunakan. Pulsa-pulsa
gelombang ultrasonik putus-putus berdurasi singkat secara teratur dirambatkan ke
dalam material yang diuji. Pulsa-pulsa ini dipantulkan kembali oleh diskontinuitas
sepanjang lintasannya, atau oleh perbatasan yang mereka temui. Pantulan yang
74
diterima kemudian ditampilkan pada layar. Transducer yang sama dapat dipakai untuk
memancarkan dan menerima gelombang. Teknik ini menyatakan diskontinuitas yang
ada di dalam material dengan menunjukkan variasi amplitudo energi yang diterima.
Gambar 4.6 Perbedaan Sistem Peralatan Pulse Echo dengan Through Transmission
75
4.2.3 Transducer
Transducer ultrasonik adalah komponen paling utama dari sistem perangkat
pengujian UT. Material kristal di dalam transducer ultrasonik dibuat dari material
material piezoelectric seperti quartz, lithium sulfate, dan polarized ceramics.
76
Ukuran merupakan faktor yang mempengaruhi unjuk kerja sebuah transducer.
Makin besar diameter transducer, makin kecil penyebaran berkas suaranya untuk
frekuensi yang sama. Transducer dengan diameter kecil dan frekuensi tinggi paling
cocok untuk mendeteksi diskontinuitas berukuran sangat kecil. Semakin besar ukuran
transducer, semakin besar energi suara yang dipancarkannya ke dalam benda uji.
Transducer dengan diameter besar dan frekuensi rendah seringkali dipakai untuk
memperoleh penetrasi yang dalam. Transducer dengan kristal tunggal berukuran besar
umumnya dibatasi untuk pemakaian frekuensi rendah. Kristal-kristal berfrekuensi
tinggi rentan terhadap kerusakan karena ukurannya sangat tipis.
Frekuensi transducer adalah faktor penting dalam pemakaiannya. Makin tinggi
frekuensi transducer, makin kecil penyebaran berkas suaranya, dan makin besar
sensitifitas dan resolusinya. Apabila gelombang suara menyebar seperti Gambar di
bawah ini, hanya sedikit energi suara yang dipantulkan dari sebuah diskontinuitas
berukuran kecil.
Semakin rendah frekuensi, makin dalam penetrasi energi suara karena makin
sedikit hamburannya. Penyebaran berkas suara yang lebar membantu mendeteksi
pemantul yang tidak tegak lurus terhadap sumbu berkas suara.ketebalan kristal juga
mempengaruhi frekuensi transducer. Makin tinggi frekuensi transducer, makin tipis
kristalnya. Kebanyakan pengujian ultrasonik memakai frekuensi 0.5 MHz sampai 25
MHz, namun kristal untuk pemakaian di atas 10 MHz terlalu tipis dan getas untuk
pengujian kontak. Oleh karena itu, transducer dengan frekuensi pengoperasian di atas
10 MHz utamanya dipakai untuk pengujian immersion.
77
Gambar 4.9 Probe Normal dan Probe Sudut
78
Gambar 4.11 Zona dekat dan zona jauh
Zona-zona tersebut dikenal sebagai zona dekat (atau zona fresnel) dan zona jauh
(atau zona fraunhofer). Pada zona dekat, intensitas energi suara bervariasi secara tak
beraturan. Dalam zona ini terdapat daerah-daerah lokal dengan intensitas rendah dan
tinggi. Pola tak beraturan dihasilkan akibat interferensi antar gelombang suara yang
dipancarkan oleh permukaan transducer. Dalam zona jauh, intensitas suara akan
berkurang secara teratur dengan bertambahnya jarak dari transducer. Hal ini
disebabkan karena material menyerap dan menghamburkan sebagian energi suara.
Panjang/kedalaman zona dekat bergantung pada diameter transducer dan panjang
gelombang berkas ultrasonik, dan dapat dinyatakan sebagai:
Ingat bahwa zona dekat berbeda dengan zona mati (dead zone).
79
Blok kalibrasi lainnya adalah BLOK IIW (International Institute of Welding)
V1. Blok tersebut berfungsi untuk: Memverifikasi besarnya jarak, sudut probe dan
lokasi exit point, dan memeriksa resolusi transducer.
Blok sudut miniatur V2 juga dapat dipakai untuk mengkalibrasi perangkat saat
pemeriksaan menggunakan probe sudut. Blok miniatur V2 dimaksudkan untuk
pemakaian saat pekerjaan di lapangan dan tidak selengkap blok IIW V1 yang lebih
besar.
80
4.2.5 Couplant
Tujuan utama pemakaian kuplan adalah untuk menyediakan lintasan suara yang
memadai antara transducer dan permukaan benda uji. Suatu kuplan harus secara
efektip membasahi atau secara sempurna menghubungkan permukaan transducer dan
benda uji.
1. Kuplan harus menghilangkan semua udara dari kedua permukaan mengingat
udara adalah penghantar suara yang buruk.
2. Kuplan mengisi dan menghaluskan ketidakteraturan permukaan pada benda uji.
3. Kuplan membantu pergerakan transducer sepanjang permukaan pada teknik
contact testing.
4. Kuplan harus mudah diaplikasikan dan dibersihkan. Kuplan juga harus tidak
merusak permukaan benda uji.
Oli atau air dicampur gliserin (2 bagian air dan 1 bagian gliserin) umum dipakai
sebagai kuplan. Bahkan pasta kertas dinding juga dapat dipakai sebagai kuplan.
Kuplan-kuplan yang lebih kental seperti gemuk atau oli kental dapat dipakai pada
permukaan kasar atau vertikal. Kuplan cair dan pasta yang diformulasikan secara
khusus juga dapat dibeli dari pabrik pembuat perangkat ultrasonik. Pada kondisi
dimana penggunaan cairan atau pasta tidak memungkinkan, dapat digunakan material
karet tipis sebagai kuplan. Aplikasi kuplan harus setipis mungkin. Jika ketebalan
kuplan berlebihan, dapat terjadi penyimpangan arah berkas gelombang suara.
4.3 Prosedur
4.3.1 Metoda Scanning
Dalam pengujian ultrasonik, seringkali dimungkinkan untuk mendekati ukuran
diskontinuitas yang sebenarnya selama ukurannya lebih besar dari diameter berkas
suara. Diskontinuitas akan memantulkan kembali seluruh energi suara seperti dalam
gambar di bawah ini sebelah kiri.
81
Dengan men-scan batas-batas diskontinuitas, dapat diperoleh informasi
mengenai bentuk dan ukurannya. Operator ultrasonik biasanya mengamati ketinggian
pulsa pantulan dari diskontinuitas. Posisi probe pada benda uji dimana tinggi pantulan
turun setengahnya menunjukkan bahwa separo berkas suara mengenai diskontinuitas,
seperti terlihat dalam gambar di atas sebelah kanan. Ini berarti bahwa sumbu akustik
berada tepat pada perbatasan diskontinuitas. Posisi probe ditandai dan operator
menentukan titik-titik batas berikutnya hingga terbentuk kontur diskontinuitas dengan
menyambungkan titik-titik tersebut, lihat gambar di bawah. Lokasi batas reflektor
akan menjadi lebih pasti jika diameter berkas suara yang mengenai reflektor lebih
kecil.
Ada dua cara untuk menentukan batas atau tepi dari diskontinuitas, yaitu dengan
teknik equalisasi dan teknik 6db drop. Teknik ekualisasi adalah menyamakan tinggi
amplitudo backwall dengan tinggi amplitudo diskontinuitas, ketika tinggi amplitudo
keduanya sama maka ditandai pada center dari probe itu adalah tepi dari
diskontinuitas.
Untuk probe sudut, tepi diskontinuitas tidak dapat dicari dengan teknik
equalisasi dan harus memakai teknik 6db drop yaitu dengan mencatat besarnya db dari
amplitudo diskontinuitas setelah itu dinaikkan amplitudonya sebesar 100% atau bisa
juga 80% tinggi layar atau FSH (full screen Height) kemudian probe di gerakkan, jika
amplitudo berkurang menjadi setengahnya maka di lokasi itu adalah tepi dari
diskontinuitas.
82
4.3.2 Koreksi Amplitudo Jarak (DAC)
Akibat pelemahan, amplitudo indikasi dari sebuah diskontinuitas berukuran
tertentu akan berkurang dengan penambahan jarak/kedalaman diskontinuitas. Untuk
mengimbangi pelemahan ini, suatu pengatur elektronis ditambahkan ke dalam unit
ultrasonik. Beberapa nama yang umum untuk pengaturan ini antara lain:
1. DAC – Distance Amplitude Correction
2. TCG – Time Corrected Gain
3. TVG – Time Varied Gain
4. STC – Sensitivity Time Control.
DAC mengimbangi secara elektronis atas terjadinya pelemahan suara selama
menembus lebih dalam ke benda uji. DAC memperkuat sinyal dari diskontinuitas yang
letaknya dalam melebihi sinyal dari diskontinuitas yang letaknya dekat permukaan.
Sebagai contoh, sebuah indikasi dari diskontinuitas berukuran 2 mm yang terletak 25
mm di bawah permukaan akan sama tinggi amplitudonya dengan diskontinuitas yang
ukurannya sama namun terletak 75 mm dari permukaan.
83
Gambar 4.17 Efek Penggunaan DAC
DAC sangat banyak membantu saat digunakan bersamaan dengan alarm cacat
dan dengan sistem perekaman. Setelah DAC dibuat, sensitivitas alarm dapat diatur
pada amplitudo indikasi yang mewakili diskontinuitas berukuran tertentu pada
sembarang jarak lintasan suara dalam benda.
Tanpa DAC, pengaturan amplitudo indikasi yang diperlukan untuk menyalakan
alarm bagi diskontinuitas berukuran 5 mm yang terletak 60 mm di bawah permukaan
akan menyalakan alarm untuk diskontinuitas yang berukuran jauh lebih kecil yang
letaknya 10 mm dari permukaan.
Membuat kurva DAC dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut
84
1. Kalibrasi peralatan untuk baja dengan range 100 mm.
2. Potong plastik transparan dan tempelkan pada layar. Tandai tiap skala, catat
besarnya sudut probe dan jenis kuplan pada plastik transparan.
3. Letakkan probe pada posisi A mengarah pada lubang ¼ T. Maksimumkan
amplitudo dan gunakan gain untuk memperoleh ketinggian amplitudo sebesar
80% FSH (= 100 % DAC ).
4. Tandai puncak indikasi tersebut pada plastik transparan dan catat besarnya gain
(G1).
5. Atur gain untuk memperoleh 50% DAC (turunkan 6 dB dari 100% DAC), dan
20% DAC (turunkan 8 dB dari 50% DAC), dan tandai tiap tiap puncaknya pada
plastik transparan. Setelah itu kembalikan gain ke G1.
6. Ulangi langkah 3 sampai 4 untuk lubang-lubang ½ T, ¾ T, 5/4 T, dst.
Perhatian: Jika amplitudo 100% DAC dari sembarang lubang tingginya kurang
dari 20% FSH, naikkan gain hingga amplitudo indikasi mencapai 80% FSH. Catat
besarnya gain pada plastik transparan sebagai G2.
4.3.3 Kalibrasi
Kalibrasi harus dilakukan untuk menyesuaikan pembacaan pada perangkan UT
dengan ukuran benda aktual. Kalibrasi harus dilakukan setiap kali memulai pekerjaan
atau setelah pemakaian 8 jam.
Untuk Probe Normal (Menggunakan Blok IIW-V1)
1. Tentukan besarnya range (misal 100)
2. Letakkan probe pada ketebalan 25
3. Jumlah indikasi yang akan muncul adalah range/tebal blok = 100/25= 4
indikasi
4. Letakkan ke empat indikasi pada skala atau divisi masing-masing
a. Indikasi 1 = (1 x 25 x 10)/100 = 2,5
b. Indikasi 2 = (2 x 25 x 10)/100 = 5,0
c. Indikasi 3 = (3 x 25 x 10)/100 = 7,5
d. Indikasi 4 = (4 x 25 x 10)/100 = 10
5. Jika ke empat indikasi sudah diatur menempati skala atau divisi tersebut
maka peralatan sudah terkalibrasi untuk range 100.
85
6. Lakukan scanning pada benda uji, jika menemukan indikasi
diskontinuitas hitung kedalamannya menggunakan persamaan
86
2. Menentukan Besar Aktual Sudut Probe
87
b) Atur range peralatan UTFD (ultrasonic flaw detector) sebesar 100 mm,
munculkan indikasi pantulan pertama dan tertinggi pada divisi 25, dan indikasi
pantulan kedua pada divisi 100. Atur memakai fungsi “zero” agar posisi
indikasi-indikasi tersebut tepat pada divisi 25 dan 100. Peralatan telah
terkalibrasi untuk range 100 mm.
4.4 Pengujian
4.4.1 Pemeriksaan Cacat Laminasi Menggunakan Probe Normal
Lembaran yang dirol dan pelat dapat diuji dengan probe normal atau probe sudut,
tergantung pada persyaratan yang diminta. Pengujian memakai probe normal memiliki
keuntungan yaitu mampu menemukan laminasi dengan mudah. Namun demikian,
pengujian memakai probe normal memboroskan waktu dan diskontinuitas dekat
permukaan mungkin tak terdeteksi, kecuali apabila dipakai teknik khusus.
88
Jarak skip ditentukan oleh sudut gelombang suara yang memasuki las, yang
ditentukan oleh sudut baji lucite. Setelah jarak skip diketahui, permukaan benda
ditandai dengan kapur untuk menunjukkan kemana probe harus digerakkan agar
diperoleh cakupan menyeluruh pada daerah las. Jarak skip juga akan bertambah jika
ketebalan benda uji bertambah besar seperti dalam Gambar di bawah.
89
Jarak permukaan (SD) ke suatu titik yang letaknya di atas diskontinuitas dapat
dihitung berdasarkan rumus:
SD = SP sin θ
SD = surface distance
SP = sound path distance
θ = refracted sound beam angle
Contoh, dengan memakai probe sudut 70o yang sudah dikalibrasi, berapakah
jarak “SD” dari exit point probe ke diskontinuitas ? Jarak “SP” pada CRT adalah 117
mm (tidak usah mempertimbangkan perambatan suara di dalam baji lucite). SP x sin
θ = 0.939 dikalikan dengan lintasan suara 117 mm sama dengan jarak permukaan
“SD” yaitu 110 mm.
untuk mengetahui jarak skip dari gelombang suara di dalam benda untuk probe
sudut yang dipakai. Jarak skip dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut:
P = 2 x T x tan θ
P = skip distance
T = plate thickness
θ = refracted sound beam angle
90
4.5 Reporting
Form laporan hasil pengujian radiografi dapat dilihat pada Lampiran 3
91
BAB 5
UJI RADIOGRAFI
5.1 Umum
Pengujian radiografi merupakan salah satu metode NDT yang memanfaatkan
kemampuan dari radiasi sinar X atau sinar Gamma dalam menembus logam, citra atau
banyangan dari diskontinuitas pada benda uji akan terekam pada film radiografi. Sama
halnya dengan uji ultrasonic, pada uji radiografi dapat mendeteksi diskontinnuitas
yang ada di bawah permukaan, akan tetapi ini membutuhkan akses dari kedua sisi
benda uji untuk meletakkan film radiografi.
Perbedaan mendasar antara cahaya tampak dan sinar X dan gamma bagi
radiografer adalah kemampuan penembusannya. Cahaya tampak akan dihentikan oleh
obyek yang tak tembus pandang. Namun demikian karena sinar X memiliki frekuensi
tinggi dan panjang gelombang yang pendek, mereka mampu menembus benda- benda
dan mengekspos film radiografi. Kedalaman penembusan sinar X tergantung pada
jenis material obyek dan energi sinar X tersebut.
92
Gambar 5.2 Radiasi merambat pada garis lurus
93
Gambar 5.3 Prinsip pendeteksian diskontinyuitas menggunakan radiasi
94
Gambar 5.4 Skema tabung sinar X
Sinar Gamma dihasilkan dari pancaran unsur radioaktif atau isotop (atom yang
tidak stabil karena kelebihan neutron pada inti atom) karena tidak stabil maka
dihasilkan pancaran radiasi dalam menuju kestabilannya, lama-lama aktifitas pancaran
radiasinya melemah, hingga suatu saat akan menjadi setengahnya ketika mencapai
waktu paruh.
95
Beberapa isotop radioaktif yang terdapat di alam adalah Radium dan Uranium,
isotop yang umum digunakan dalam pengujian radiografi adalah Iridium-192 dan
Cobalt-60. Satuan dasar banyaknya material radioaktif adalah Curie (Ci), apabila
material radioaktif meluruh ia dikatakan memiliki aktifitas 1 Curie apabila 37 miliar
atomnya meluruh dalam 1 detik. Satuan baru yang mulai menggantikan Curie adalah
Becquerel (Bq) yaitu 1 peluruhan atom per detik, sehingga 1Ci = 37 x 10 9 Bq.
Waktu paruh dari sebuah isotop adalah waktu yang diperlukan sebuah atom
untuk meluruh setengahnya, beberapa isotop meluruh dengan cepat atau memiliki
waktu paruh pendek. Waktu paruh dari beberapa isotop yang umum adalah sebagai
berikut:
Energi sinar gamma ditentukan oleh jenis sumbernya sedangkan intensitas sinar
gamma ditentukan oleh aktifitas atau besarnya curie dari isotop tersebut. energi sinar
X ditentukan oleh tegangan yang diberikan pada tabung sinar X, sedangkan intensitas
sinar X ditentukan oleh besarnya arus (miliamper) yang diberikan pada filamen tabung
sinar X.
96
5.2.2 Film Radiografi
Bahan dasar yang dipakai untuk pembuatan film radiografi adalah selulosa
asetat, sebagian besar film radiografi memiliki emulsi yang sensitif pada kedua sisi
plastik transparan/selulosa asetat. Lapisan terluar dari film adalah lapisan gelatin yang
melindungi lapisan emulsi dari goresan. Pada lapisan emulsi (lapisan penghasil citra)
terdapat suspensi butiran perak bromida dengan ukuran mikroskopis, butir-butir perak
bromida apabila terekspose ke cahaya atau radiasi alan menjadi terlihat dan mengubah
film menjadi hitam, namun demikian citra yang terbentuk pada film adalah laten,
artinya baru tampak oleh mata setelah dilakukan development.
Citra laten terbentuk pada film apabila sejumlah butiran perak bromida
terionisasi oleh sinar X, sinar Gamma atau cahaya. Citra laten akan nampak setelah
proses development, dimana butiran perak bromida yang terionisasi akan tereduksi
menjadi logam perak berwarna hitam. Butiran perak tidak dapat mengalami eksposure
sebagian, daerah-daerah berwarna terang dan gelap pada film menyatakan banyaknya
butiran yang terekspose di daerah tersebut, semakin banyak butiran yang terekspose
akan menimbulkan citra yang lebih gelap.
Ukuran butir pada film radiografi bervariasi, makin besar ukuran butir (film
cepat) semakin tidak tajam citra yang dihasilkan, film dengan ukuran butir besar
mengekspos lebih banyak perak terhadap sinar perbutirnya sehingga citra terekspose
lebih cepat namun detail yang halus tidak mampu dihasilkan oleh film berbutir kasar.
97
Gambar 5.8 Pengaruh ukuran butir film radiografi
Film berbutir besar (film cepat) seringkali dipakai untuk mengurangi waktu
eksposur, sedangkan film berbutir kecil (film lambat) menghasilkan definisi terbaik.
5.2.3 Screens
Terdapat 3 jenis screen radiografi yang memungkinkan untuk digunakan agar
radiografi lebih efektif:
1. Lead foil intensifying screen
Lead foil screen terdiri dari lembaran tipis timbal (0,125 mm – 0,25 mm) yang
biasanya diletakkan pada kertas karton. Lead screen ditempatkan di depan dan di
belakang film yang belum terekspose seperti pada Gambar di bawah ini
Lead screen pada bagian depan memiliki fungsi menyaring radiasi berenergi
rendah yang menyebabkan scatter dan meningkatkan aksi fotografi. Lead screen pada
98
bagian belakang sering kali lebih tebal berfungsi menyerap radiasi hamburan belakang
(back scatter). Lead screen berfungsi sebagai intensifier (penguat) krena sinar X dan
Gamma menyebabkan elektron memancar dari timbal, jika peletakan lead screen
sangat dekat dengan film elektron akan mengekspose film (ionisasi) dan sinar radiasi
akan diperkuat secara efektif. Lead screen di depan dan di belakang film menambah
pembentukan citra pada film karena efek hamburan elektron. Namun jika ada ruang
antara screen dan film akan terjadi penyebaran elektron yang mengakibatkan citra
yang tidak tajam. Lead screen pada dasarnya memperkuat sinar berenergi tinggi dan
menyerap sinar berenergi rendah.
Efek penguatan berlangsung paling efektif di atas 150 kV di bawah itu efek
perisai akan menutupi/lebih dominan dari efek penguatan. Lead screen harus bebas
dari kerutan , goresan atau lubang-lubang, screen yang sudah rusak harus dibuang dan
diganti dengan yang baru.
2. Fluorescent intensifying screen
Fluorescent screen mengandung zat kimia tertentu yang akan memancarkan
cahaya apabila menyerap sinar X dan Gamma, kalsium tangstat adalah salah satu zat
kimianya dan pancaran cahaya ini dinamakan fluorescence, cahaya tampak yang
dipancarkan oleh screen akan mengekspose film radiografi.
Secara umum lead screen memberikan definisi yang lebih baik daripada
fluorescent screen. Definisi yang buruk diakibatkan oleh penyebaran cahaya tampak
yang dipancarkan oleh fluorescent screen, akan tetapi fluorescent screen berguna
apabila daya penembusan mesin sinar X terbatas dan jika ingin meradiografi spesimen
yang relatif tebal.
3. Fluorometallic instensifying screen
Screen ini menggabungkan keuntungan dari lead foil dan fluorescent screen,
radiasi hamburan akan diserap oleh lead screen dan pada saat yang bersamaan akan
dipancarkan cahaya tampak untuk meningkatkan penguatan.
99
Gambar 5.9 Peletakan screen
Pada beberapa kasus dipakai kaset kaku yang pada penutupnya terdapat klem
pegas sehingga antara screen dengan film terjadi kontak yang baik. Fungsi utama film
holder atau kaset adalah untuk menciptakan kondisi yang kedap cahaya bagi film
radiografi.
100
Diskontinuitas tambahan tersebut dinamakan Image Quality Indicator (IQI). IQI
adalah sebuah alat yang citranya pada film radiografi digunakan untuk menentukan
tingkat kualitas atau sensitifitas film. IQI tidak untuk menilai ukuran atau menetapkan
batas keberterimaan diskontinuitas.
Karena IQI dianggap sebagai diskontinuitas yang diketahui ukuran dan
bentuknya maka untuk mengkompensasi keuntungan ini, IQI diletakkan pada posisi
yang paling tidak menguntungkan yaitu di atas spesimen (sisi sumber). Tetapi jika
tidak memungkinkan meletakkan pada posisi tersebut bisa diletakkan menggunakan
blok terpisah dengan jenis material dan ketebalan yang sama dengan spesimen uji.
Jenis-jenis IQI terdapat bentuk hole type, wire type. Hole type umum digunakan
di amerika sedangkan wire type umum di eropa. IQI hole type terdapat tiga buah
lubang dengan doameter berturut-turut 4, 1 dan 2 kali ketebalan IQI. IQI ASTM dan
ASME memiliki nomor identifikasi yang menunjukkan ketebalan IQI. IQI wire type
terdiri dari berbagai diameter kawat yang diletakkna di atas spesimen, diameter kawat
terkecil yang tampak di film radiografi merupakan indikasi sensitifitas.
101
Gambar 5.12 Keterangan detail wire IQI
01 Titanium
02 Aluminum
03 Magnesium
5 Tin bronzes
102
Gambar 5.13 Keterangan detail hole IQI
5.2.6 Viewer
Viewer merupakan alat bantu pencahayaan yang diiperlukan saat melakukan
interpretasi dan evaluasi film radiografi, dan harus memiliki regulator untuk mengubah
besar kecilnya intensitas pencahayaan
103
Gambar 5.15 Densitometer dan Step wedge comparison film
5.3 Prosedur
5.3.1 Perlindungan Terhadap Radiasi
Semua personil yang melakukan pekerjaan radiografi baik menggunakan sinar-
X maupun sinar Gamma harus mematuhi peraturan keselamatan radiasi, memakai
pocket dosimeter atau film bedge dan menggunakan survey meter untuk memonitor
daerah radiasi.
104
5.3.3 Film Identification
Setiap film radiografi harus ditandai dengan benar, dan setidaknya dapat menjelaskan:
105
• Jika akses tidak memungkinkan untuk meletakkan IQI di sisi sumber maka IQI
bisa diletakkan pada sisi film/film side dan ditandai huruf “F” didekat IQI
tersebut (T-277.1(b))
• Wire IQI harus diletakkan tegak lurus dengan alur las
• Ketentuan peletakan IQI menurut AWS D1.1 sama dengan ketentuan ASME
Sec. V
• Ketika digunakan film satu atau lebih untuk exposure maka maka sedikitnya 1
citra IQI harus nampak pada tiap-tiap film radiografi (T-277.2)
106
b) Double Wall Viewing
• Untuk double wall viewing setidaknya satu marker lokasi harus diletakkan
berdekatan dengan las-lasan atau pada material di daerah interest pada tiap-
tiap film
5.3.7 Source to Object Distance (SOD)
• Agar diperoleh film yang memiliki definisi yang baik maka jarak minimum
dari sumber radiasi ke objek harus dihitung menggunakan persamaan:
𝐹 𝑥 𝑇𝑤
SOD = .......................(5.1)
𝑈𝑔
< 50 0.51
50 – 75 0.76
76 – 100 1.02
> 100 1.78
107
5.3.8 Teknik Exposure
Teknik single wall exposure sebisa mungkin harus digunakan untuk melakukan
radiografi. Apabila tidak memungkinkan penggunaan teknik single wall, maka harus
digunakan teknik double wall.
a) Single Wall Exposure Single Viewing (SWSV) [Teknik Panoramik]
• Untuk pipa dengan sembarang outside diameter.
• Dibutuhkan minimal 3 buah IQI diletakan pada jarak yang sama (0 o, 120o, dan
240o).
• SFD sebesar outside diameter dibagi dua.
• Penempatan IQI disarankan pada sisi sumber, jika tidak memungkinkan bisa
diletakkan pada sisi film.
• Penempatan marker lokasi pada salah satu sisi.
108
(a) (b)
Gambar 5.18 SWSV Permukaan Lengkung
109
• Jarak pergeseran sumber dari garis tengan las disarankan = 1/5 SFD + 2 kali
lebar capping las.
• Penempatan IQI pada sisi sumber.
• Penempatan marker lokasi pada salah satu sisi.
110
5.3.9 Waktu Paparan (Exposure Time)
a) Single Wall Single Viewing (SWSV) & Double Wall Single Viewing (DWSV)
• Untuk sumber radiasi sinar-X
𝑆𝐹𝐷𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 2 𝐸
𝑊𝑃 = ( )
𝑆𝐹𝐷𝑘𝑢𝑟𝑣𝑎 𝑖
• Untuk sumber radiasi sinar Gamma
𝑆𝐹𝐷𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 2 𝐸
𝑊𝑃 = ( )
𝑆𝐹𝐷𝑘𝑢𝑟𝑣𝑎 𝐴
Pada SWSV tebal satu dinding digunakan untuk menentukan
besarnya nilai paparan, E (Exposure), sedangkan pada DWSV
tebal dua dinding digunakan untuk menentukan besarnya nilai
paparan (lihat Tabel 5.3)
Dimana:
WP :waktu paparan (menit)
E :exposure atau paparan (Ci menit atau mA menit) diperoleh dari
exposure chart
i :arus tabung (mA)
A :aktivitas sumber (Ci)
SFD :jarak sumber ke film
111
(a)
(b)
Gambar 5.22 Exposure Chart (a) Iridium-192. (b) X-Ray exposure chart for steel
112
5.3.10 Film Processing
Saat exsposure selesai dilakukan, film diproses sehingga citra laten atau citra
tersembunyi yang dihasilkan oleh radiasi akan tampak. Pada dasarnya terdapat tiga larutan
pemroses yang dipakai untuk mengubah sebuah film yang telah terekspos menjadi film
radiografi, yaitu Developer, Stop Bath, dan Fixer.
Developer adalah suatu larutan, yang salah satu zat kimianya adalah “accelerator”
(pemercepat) yang membuat larutan bersifat basa. Zat kimia ini menghilangkan lapisan
pelindung dan menggembungkan pengemulsi, sehingga memungkinkan zat pengembang
bereaksi dengan butiran yang terekspos. Zat kimia lainnya di dalam developer adalah
“reducer” yang terbuat dari metol atau hydroquinone. Fungsinya adalah untuk mereduksi
butiran perak bromida yang terekspos menjadi logam perak berwarna hitam. Seluruh bagian
film tidak berubah menjadi hitam karena reducer dapat membedakan antara butiran yang
terekspos dan yang tidak terekspos. Namun demikian, jika film dibiarkan terendam dalam
larutan developer terlalu lama, reducer akan bereaksi dengan butiran yang tak terekspos dan
terjadi pengkabutan.
Waktu dan suhu adalah faktor-fafaktor penting di dalam proses development. Pada
proses development biasanya digunakan suhu 20 oC dengan waktu celup antara 5 sampai 8
menit. Namun demmikian, hal tersebut harus selalu diverifikasi dengan prosedur atau
spesifikasi yang digunakan. Jika suhu larutan dinaikkan, kecepatan penembusan larutan basa
juga akan bertambah besar.
Apabila sebuah film dikeluarkan dari dalam larutan developer, maka sejumlah kecil
larutan basa akan tertinggal di film tersebut. stop bath memiliki dua fungsi:
1. Menghentikan aksi developing dengan cara menetralkan zat basa developer (basa
dan asam saling menetralkan).
2. Menetralkan zat basa developer sebelum film dimasukkan ke dalam cairan fixer,
sehingga memperpanjang usia fixer.
Zat kimia yang digunakan di dalam stop bath biasanya adalah asam asetat glacial.
Fixer secara permanen mengefixkan citra pada film. Di dalam developer, butiran perak
bromida direduksi menjadi logam perak, namun demikian butiran perak bromida yang tak
terekspose masih tertinggal di dalam emulsi dan nampak berwarna kuning susu pada film.
Fixer menghilangkan semua butiran perak yang tidak terekspose dari dalam film. Di dalam
proses fixing, terdapat dua tahap yang terpisah.
113
1. Waktu pembersihan: ini menghilangkan semua butiran perak yang tidak terekspose
dan kabut pada film berangsurangsur hilang. Namun demikian, waktu total film di
dalam fixer sebaiknya dua kali waktu yang diperlukan untuk membersihkan film.
2. Pengerasan: fixer juga mengeraskan emulsi gelatin yang membantu mencegah
timbulnya goresan selama penanganan.
Setelah pemrosesan dengan zat kimia, film dicuci dan dikeringkan. Jika air menjadi
masalah, film kadangkala dicelupkan ke dalam suatu larutan untuk mencegah timbulnya
bintik-bintik air. Larutan ini membuat air mudah membasahi film dan menghasilkan
pengeringan yang merata.
5.4 Kalibrasi
5.4.1 Step Wedge Calibration Film
Adalah film yang digunakan untuk mengkalibrasi densitometer.
• Setidaknya harus memiliki 5 step mulai dari density 1.0 hingga 4.0.
• Step wedge calibration film bisa digunakan tanpa verifikasi selama setahun
mulai dari pertama dibuka selama tanggal expired belum terlewati. (T-262.1).
• Harus dilakukan verifikasi setahun sekali terhadap national standard step
tablet, kecuali disimpan didalam bungkus yang kedap dan tahan air bawaan
manufacturer (T-262.1).
5.4.2 Densitometer
• Wajib dikalibrasi setiap 90 hari. (T-262.1).
• Dikalibrasi terhadap step wedge calibration film.(T-262.1).
• Setiap memulai pekerjaan atau setelah penggunaan selama 8 jam atau setelah
penggatian lensa densitometer wajib di verifikasi/cek terhadap step wedge
calibration film.(T-262.3).
• Kalibrasi dilakukan pada step density yang mendekati 1.0, 2.0, 3.0 dan 4.0.
• Densitometer acceptable jika pembacaan density tidak melebihi ± 0.05 density
unit dari density aktual yang disebutkan pada step wedge calibration film.
5.4.2 Step Wedge Comparison Film
Adalah film pembanding yang bisa digunakan untuk mengukur densitas film.
• Density pada setiap step pada step wedge comparison film harus diverifikasi
menggunakan densitometer yang terkalibrasi. (T-262.2(b)).
114
• Step wedge comparison film acceptable jika pembacaan density pada
densitometer yang terkalibrasi tidak bervariasi melebihi ± 0.1 dari density yang
disebutkan pada step wedge comparison film (T-262.2(b)).
115
Besarnya Ug harus dihitung menggunakan persamaan
𝐹 𝑥 𝑇𝑤 𝐹 𝑥 𝑇𝑤
Ug = atau Ug = .......(5.2)
𝑆𝑂𝐷 𝑆𝐹𝐷−𝑇𝑤
5.5.5 Sensitivitas
Sensitivitas film radiografi menyatakan ukuran diskontinuitas terkecil yang
mampu di tampakkan pada film, besarnya sentitivitas dapat dilihat dari ukuran kawat
terkecil yang muncul di film, secara kuatitatif dapat dihitung besarnya dengan rumus
116
Sensitivitas dianggap memenuhi persyaratan apabila kawat yang diminta
(essential wire) muncul pada film radiografi, jika tidak maka harus dilakukan
radiografi ulang.
117
4. Kondisi las-lasan bagian root (biasanya root pipa yang tak dapat di inspeksi
visual) diterima apabila densitas pada film radiografi tidak berubah drastis
ROUNDED INDICATION
1. INDIVIDUAL
a) Nonrelevant indication diabaikan
• Ukuran maksimum = 1/10 X t untuk t < 3 mm
• Ukuran maksimum = 0.4 mm untuk t 3 mm – 6 mm
• Ukuran maksimum = 0.8 mm untuk t 7 mm – 50 mm
• Ukuran maksimum = 1.6 mm untuk t > 50 mm
b) Random ( spasi < 25 mm) ukuran maksimum ¼ X t atau 4 mm (pilih yang
terkecil)
c) Isolated ( spasi ≥ 25 mm) ukuran maksimum 1/3 X t atau 6 mm (pilih yang
terkecil)
2. ALIGNED OF ROUNDED INDICATIONS (INDIVIDU, JUMLAHNYA
≥ 4 INDIKASI)
a) Cek individu
• Random ( spasi < 25 mm) ukuran maksimum 1/4 X t atau 4 mm (pilih yang
terkecil)
• Isolated ( spasi ≥ 25 mm) ukuran maksimum 1/3 X t atau 6 mm (pilih yang
terkecil)
b) Cek panjang indikasi total sepanjang 12 t maksimum adalah < t
Jika salah satu dari point a) dan b) tidak memenuhi langsung REPAIR
3. GROUP OF ALIGNED ROUNDED INDICATIONS (GROUP,
JUMLAHNYA ≥ 4 INDIKASI)
a) Cek individu
• Panjang maksimum = 6 mm untuk t < 19 mm
• Panjang maksimum = 1/3 X t untuk t 19 – 57 mm
• Panjang maksimum = 19 mm untuk t > 57 mm
b) Cek spasi, spasi harus ≥ 3L (L panjang terbesar diantara dua group yang
berdekatan
c) Cek panjang indikasi total sepanjang 12 t, panjang total maksimum < t
Jika salah satu dari a, b dan c tidak memenuhi langsung repair
118
4. UNTUK TEBAL MATERIAL ˂ 3 mm
jumlah indikasi maksimum yang diijinkan adalah 12 indikasi di sepanjang
150 mm las-lasan (pengurangan jumlah indikasi secara proporsional
berlaku jika panjang las < 150 mm)
5. UNTUK CLUSTER
a) Panjang maksimum = 25 mm atau 2t (pilih yang lebih kecil)
b) Jika ada > 1 cluster sepanjang 150 mm las maka dijumlah dan tidak boleh
melebihi 25 mm. Jarak antar cluster diabaikan.
Acceptance Criteria berdasarkan ASME Section VIII Div. 1 Paragraf UW-52 (spot
radiografi)
ELONGATED INDICATION
119
a. Efek stokastik (probabilitas), tidak ada batas ambang, sekecil apapun
dosis yang diterima tubuh ada efeknya seperti kanker, leukemia dan
mutasi sel.
b. Efek deterministik (pasti), dosis yang diterima melebihi batas ambang
c. Efek genetik, berpengaruh pada keturunan
d. Efek somatic, efek fisik yang nampak pada tubuh kita
120
Contoh soal: Berapakah tebal shielding Pb yang diperlukan untuk melindungi seorang
pekerja radiasi yang berada pada jarak 10 meter dari sumber radiasi dengan aktifitas 2
curie ? deketahui HVL pb 4,8 mm, faktor gamma 0,5, laju dosis aman 25 mR/jam atau
5 Rem/tahun (asumsi jam kerja efektif 2000 jam kerja dalam setahun)
𝑥
0 1 𝐻𝑉𝐿
Jawab: 𝐷 = 𝐷𝑜0 (2)
𝑥
0
𝑇𝑥𝐴 1 𝐻𝑉𝐿
𝐷 = x ( )
𝑅2 2
𝑥
2,5 0,5 𝑥 2 1 4,8
= x ( )
1000 102 2
𝑥
1 4,8
0,0025 = 0,01 x ( )
2
𝑥
1 4,8
0,25 = ( )
2
𝑥
1 2 1 4,8
( ) = ( )
2 2
𝑥
2 =
4,8
𝑥 = 9,6 𝑚𝑚
Jadi kebutuhan tebal shielding agar pekerja menerima laju dosis yang aman
(dibawah NBD/nilai batas dosis) adalah sebesar 9,6 mm
Besar NBD tergantung pekerjaan perseorangan:
• Pekerja radiasi sebesar 5 Rem/tahun atau 2,5 mR/jam
• Pekerja non radiasi sebesar 1,5 Rem/tahun atau 0,75 mR/jam
• Pekerja umum 0,5 Rem/tahun atau 0,25 mR/jam
Pembagian daerah kerja aman radiasi didasarkan pada NDB tersebut, area laju
dosis pada besaran 2,5 mR/jam harus diberi batasan tali berwarna kuning, area laju
dosis pada besaran 0,75 mR/jam harus diberi tanda bahaya radiasi.
Peralatan keselamatan radiasi yang perlu digunakan saat bekerja meliputi:
• Survey meter, membaca laju paparan atau laju dosis
121
• Pen dosimeter, membaca eksposur kumulatif dalam satuan Roentgens
• Film bedge, membaca dosis equivalen atau dosis yang masuk tubuh
5.7 Reporting
Form laporan hasil pengujian radiografi dapat dilihat pada Lampiran 4
122
LAMPIRAN 1
PENETRANT TEST
Date : ………………………………
Material : ………………………………
Welding Process / Position : ………………………………
Reference : ………………………………
123
LAMPIRAN 2
Date : ………………………………
Material : ………………………………
Reference : ………………………………
124
LAMPIRAN 3
LAMINASI
126
LAMPIRAN 4
Report
1. Calculate the sensitivity level (EPS) for the radiograph !
2. What is the wire ID number (essential wire) or wire diameter that must appear on
radiograph ? (base on your calculation)
128
RADIOGRAPHIC EVALUATION REPORT
SINGLE WALL SINGLE VIEWING (SWSV) / DOUBLE WALL SINGLE VIEWING (DWSV)
C
L
129
RANCANGAN ALAT BANTU AJAR
Alat perga yang akan di buat dalam pengembangan metode pembelajaran Teori NDT
adalah:
Cacat las buatan ini selanjutnya akan digunakan dalam menjelaskan bagaimana tata
cara atau prosedur dalam melakukan NDT uji visual dengan menggunakan alat ukur
(welding gauge), selanjutnya mengevaluasi berdasarkan acceptance standart baik
menurut ASME Section I, VIII & IX, AWS D1.1, API 1104 dan BS/EN/ISO.
130
c. Welding gauge
d. Mirror inspection
3. Pembuatan Video tutorial Liquid Penetant Test dan Magnetic Particle Test
a. Pembuatan skenario
b. Proses shotting
c. Proses editing
131
DAFTAR PUSTAKA
AWS Welding Handbook. (2001), Welding Science and Technology, 9th edition,
American Welding Society., Miami.
AWS D1.1 (2015), Structural Welding Code – Steel, American Welding Society.,
Miami.
132