Modul Hukum Perdata Materiil: Disusun Oleh: Tim Penyusun Modul Badan Diklat Kejaksaan R.I
Modul Hukum Perdata Materiil: Disusun Oleh: Tim Penyusun Modul Badan Diklat Kejaksaan R.I
MODUL
HUKUM PERDATA MATERIIL
DISUSUN OLEH :
TIM PENYUSUN MODUL
BADAN DIKLAT KEJAKSAAN R.I.
BAB I PENDAHULUAN
BAB IV PERIKATAN
A. PENGERTIAN PERIKATAN .................................................................... 41
H. BENTUK PERJANJIAN............................................................................. 73
ii
BAB VIII KAPITA SELEKTA
A. PERJANJIAN SEWA BELI DAN CICILAN ............................................. 78
B. PERJANJIAN FRANCHISE /WARALABA ............................................. 78
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Diskripsi Singkat
Pada modul ini akan disajikan mengenai hal-hal yang berkaitan
dengan hukum perdata materiil. Menyadari betapa pentingny’a pemberian
pengenalan dan pemahaman tentang hukum perdata materiil kepada para
Peserta Diklat Pembentukan Jaksa (PPPJ), maka keberadaan modul ini
cukup penting.
Dalam modul ini, materi yang diberikan antara lain mengenai asas
hukum perdata, sejarah hukum perdata, sistimatika hukum perdata, dan
perihal hukum perikatan termasuk juga aneka perjanjian baik perjanjian
bernama maupun perjanjian jenis lainnya yang tumbuh dan berkembang
berdasarkan asas kebebasan berkontrak.
C. Tujuan Pembelajaran
1. Peserta Diklat mampu memahami dan menjelaskan pengertian dan
ruang lingkup hukum perdata, sejarah singkat hukum perdata, dan asas-
asas hukum perdata, sistematika hukum perdata materiil.
2. Peserta Diklat mampu memahami dan menjelaskan perihal pengertian
hukum perikatan, sumber perikatan, syarat perikatan, jenis perikatan
dan berakhirnya perikatan,
3. Peserta Diklat mampu memahami dan menjelaskan perihal perihal
hukum perjanjian, jenis perjanjian dan pelaksanaan perjanjian
4. Manfaat yang dapat diharapkan bagi peserta Diklat Pembentukan Jaksa
(PPPJ) setelah mengikuti mata ajar ini adalah mampu menjelaskan
D. Indikator Keberhasilan
1. Widyaswara memberikan penjelasan mengenai pengertian Hukum
Perdata, ruang lingkup Hukum Perdata, asas-asas Hukum Perdata
hingga subyek dan obyek perjanjian serta bentuk-bentuk perjanjian
Hukum Perdata.
2. Latihan/praktek menganalisa permasalahan Hukum Perdata dalam
bentuk Pendapat Hukum.
3. Ujian.
4. Peserta Diklat mampu memahami ruang lingkup dan beberapa
permasalahan Hukum Perdata sehingga saat melaksanakan Tugas
Fungsi sebagai Jaksa Pengacara Negara sudah dapat memahami.
Contoh:
1. Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan.
Dengan berlakunya Undang-Undang No. 1 Tahun 1974
Tentang Perkawinan, maka ketentuan-ketentuan yang diatur
dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (Burgerlijk
Wetboek), Ordonansi Perkawinan Indonesia Kristen (Huwelijks
Ordonantie Christen Indonesiers S.1933 No. 74), Peraturan
Perkawinan Campuran (Regeling op de gemengde Huwelijken S.
1898 No. 158), dan peraturan-peraturan lain yang mengatur
EVALUASI:
1. Jelaskan perbedaan antara Hukum Perdata dengan Hukum Dagang,
dan bagaimana keterkaitan antar keduanya.
2. Apakah yang dimaksud dengan hukum perdata materiil
3. Apakah tugas dan kewenangan Kejaksaan RI di bidang perdata dan
tata usaha negara. Jelaskan.
2. MAHADI:
Mahadi berpendapat sebagai berikut:
(1) Bahwa B.W itu dibentuk berdasarkan pasal 1311 IS yang
menganut adanya faham Ras Diskriininasi
(2) Bahwa Ras Diskriminasijustru tidak dikehendaki oleh bangsa
Indonesia dan hal ini jelas bertentangan dengan UUD’45 dan
Pancasila;
(3) Mengenai ketentuan-ketentuan yang bertentangan dengan Jiwa
Bangsa Indonesia agar tidak dipergunakan;
(4) Sedangkan mengenai ketentuan-ketentuan yang tidak
bertentangan tetap masih dapat dipergunakan sebagai Hukum
yang Tertulis atau bagian dan Kodifikasi.
Dalarn hal ini Beliau tidak sependapat dengan Sahardjo yang
mengatakan bahwa untuk Ketentuan-ketentuan yang tidak
bertentangan dengan jiwa Bangsa Indonesia tetap berlaku, tetapi
sebagai Hukum yang Tidak Tertulis atau tidak merupakan bagian
dan Kodifikasi lagi. Indonesia masih dapat diperlakukan, tetapi
tidak lagi merupakan hukum Tertulis atau Kodifikasi, oleh sebab
itu B.W berlakunya hanya sebagai
Beliau selanjutnya berpendapat bahwa untuk menentukan
ketentuan-ketentuan mana didalam B. W yang bertentangan dengan
U.U.D’45 dan mana yang tidak bertentangan, penilaian ini
Contoh:
KASUS PERDATA
EVALUASI:
2. Buku Kedua: Tentang Hak dan Kewajiban yang terbit dari pelayaran.
Pasal 57:
A. Pengertian Perikatan
Istilah ―Perikatan‖ dalam bahasa Belanda ―Verbintenis‖ atau juga dikenal
dengan istilah ―Binding‖ (bahasa Inggris), ―Obligation‖ ( bahasa Perancis) dan
―Obligatio‖ (Latin).
- Menurut Pitlo, Perikatan adalah suatu hubungan hukum yang bersifat harta
kekayaan antara dua orang atau lebih atas dasar mana pihak yang satu berhak
(kreditor) dan pihak yang lain berkewajiban (debitor) atas sesuatu prestasi.
- Menurut Vollmar, Ditinjau dari isinya, ternyata bahwa perikatan itu ada
selama seseorang itu (debitor) harus melakukan suatu prestasi yang mungkin
dapat dipaksakan terhadap (kreditor), kalau perlu dengan bantuan hakim.
Dengan demikian perikatan adalah suatu hubungan hukum antara dua atau
beberapa orang atau pihak, yang menjadi dasar dimana pihak yang satu (kreditor)
berhak atas suatu hal (barang) dari pihak lain dan pihak lain (debitor)
berkewajiban menyerahkannya kepada kepada kreditor.
Hubungan para pihak dalam perikatan ini adalah suatu hubungan hukum yang
diatur oleh hukum dan hak kreditor disini di jamin/dilindungi hukum apabila
debitor tidak memenuhi tuntutan kreditor secara sukarela maka kreditor dapat
menuntutnya ke pengadilan.
Menurut Buku III KUHPerdata, sering disebut pengertian dalam arti sempit
yakni hukum dalam lapangan hukum kekayaan dimana disatu pihak ada hak dan
dipihak lain ada kewajiban. Hak yang lahir dari hubungan seperti itu disebut hak
hukum sedangkan kewajibannya disebut kewajiban hukum.
B. SUMBER PERIKATAN
Ketentuan yang pertama mengatur tentang perikatan, yaitu sebagaimana yang
diatur dalam Pasal 1233 KUHP Perdata, yang menyebutkan bahwa :
―Tiap-tiap perikatan dilahirkan baik karena persetujuan, baik karena undang-
undang‖.
Dengan demikian, dari rumusan Pasal 1233 KUHPerdata tersebut dapat
diketahui, suatu perikatan sekurang-kurangnya membawa serta di dalamnya 4
(empat) unsur (Gunawan Wijaya, 2006: 311-13), yaitu:
1. Perikatan itu merupakan suatu hubungan hukum
2. Hubungan hukum tersebut melibatkan dua atau lebih orang (pihak)
3. Hubungan hukum tersebut merupakan hubungan hukum dalam lapangan
hukum harta kekayaan
4. Hubungan hukum tersebut melahirkan kewajiban (debitor) pada salah satu
pihak dalam perikatan.
Hak orang lain adalah hak subyektif orang lain yang dilindungi
oleh hukum obyektif.
Hukum Subyektif meliputi :
a. Hak Absolut : Seperti hak kebendaan, termasuk Hak 1
b. Hak atas lntegritas Jasmani kehidupan dan kehormatan
A. SUBYEK PERIKATAN.
Subyek perikatan terdiri dari kreditor dan debitor
a. KREDITOR. Dapat berupa orang secara individual manusia (Naturlijike
person) maupun Badan Hukum (Recht Person.) Kreditor dapat berupa orang
yang ditunjuk secara individual atau badan hukum sehingga perikatan yang
dibuat disebut perikatan atas nama.Tuntutan yang terjadi disebut Tuntutan
AtasNama.
Contoh : Kristiadi Sebagai kreditor meininjamkan uang kepada Deborah
sebagaidebitor Tuntutan ini menurut pasal 613 dapat dialihkan kepada orang
lain.
Kreditor dapat berupa orang yang dapat berganti, dengan kata
aantoonderAantoonder yaitu peralihan kedudukan kreditor dengan
penyerahan surat semata-mata.Contoh cek kepada pembawanya.
Aan Order yaitu cara penyerahan surat disertai endorsemen dan tandatangan
pada punggung surat dari pihak yang menyerahkan.
Kreditordapat berupa pemegang kualitas tertentu peribadatannya disebut
perikatan kualitatif.
C. SYARAT-SYARAT PERIKATAN
D. JENIS-JENIS PERIKATAN
Dalam garis besar perikatan terdiri atas perikatan perdata (Civil Verbiteniss)
danperikatan clam (natuurlijke verbiteniss), suatu perikatan perdata pada
umumnyamemiliki schuld (hutang) dan haftung jaminan atas hutang), sedangkan
perikatan calam hanya memiliki haftung saja.Suatu perikatan yang memiliki
schuld dan haftung berarti perikatan tersebut yang menjamin pembayaran hutang
tersebut dan apabila kewajiban membayar hutang tersebut tidak dipenuhi maka
kreditor mempunyai hakuntuk menuntut dimuka pengadilan, perikatan yang hanya
memiliki schuld (hutang) jadi tidak memiliki jaminan pembayaran-nya tidak
memiliki hak menuntut dimukapengadilan.
Janis Perikatan Perdata
1. Perikatan untuk memberikan sesuatu (1234), berbuat sesuatu (1235) dan tidak
berbuat sesuatu (1239), berupa perikatan yang prestasinya adalah
8. Pembatalan (1446)
perjanjian yang tidak memenuni syarat subyektif dapat dibatalkan dan
berakibat pembatalan perikatannya
B. OVERMACHT/FORCE MAJEUR
Dalam hukum perjanjian dikenal istilan resiko yaitu kewajiban untuk
meinikulkerugian yang disebabkan oleh suatu kejadian diluar kesalahan para pihak,
Risikotimbul dari suatu keadaan memaksa atau overmacht /force majeure, yaitu
kejadian atau peristiwa yang tidak terduga pada waktu dibuat perjanjian dan tidak
dapat dipertanggung jawabkan oleh debitor.
Overmacht terdiri dari overmacht yang Sifatnya absolut dan sifatnya relatif
1. Overmacht absolut siapapun tidak mungkin dapatterhindardari keadaan memaksa
tersebut, sehingga dapat membebaskan pihak debitor dari tanggung jawabnya
(contoh :barang musnah karena kebakaran atau banjir).
2. Overmacht yang relatif masih ada kemungkinan untuk menghindar diri
darikerusakan karena kejadian yang tidak terduga tersebut dalam hal ini maka
debitormasih dapat dipertanggung jawabkan atas kerusakan yang ditimbulkannya.
Terhalangnya debitor melakukan prestasi karena suatu peristiwa yang dialami
oleh semua orang (obyektif) dan bila terhalangnya debitor melakukan prestasi
karena suatu peristiwa yang dialaini oleh debitor sendiri (subyektif)
Mengenai Force Majeur, undang-undang menggunakan 2 istilah yaitu Overmacnt
dan Toeval.
B. PENGERTIAN PERJANJIAN
Perjanjian (overee-nkomst) adalah perbuatan hukum antara dua orang /pihak
atau lebih yang saling mengingatkan diri untuk melaksanakan suatu hal (Pasal
1313 KUHPerdata terlalu sempit karena hanya menyebutkan bahwa : perjanjian
adalah suatu perbuatan dengan nama satu orang atau lebih mengingatkan diri
terhadapsatu orang atau lebih). Bentuk perjanjian dapat tertulis dan tidak tertulis
balam praktek muncul istilah kontrak menurut Subekti kontrak adalah perjanjian
yang bentuknyatertulis. Istilah kontrak dalam Hukum perjanjian ini mendapat
pengaruh dari istilah hukum Inggris Contract yang masuk dalam pengertian
hukum perjanjian Indonesianamun berbeda dalam pengertian (dalam hukum
Inggris Contract bentuknya dapat tertulis dan tidak tertulis).
D. UNSUR-UNSUR PERJANJIAN
a. Essensialia
Unsur Essensialia adalah unsur perjanjian yang harus ada didalam suatu
perjanjian Unsur ini mutlak tanpa adanya unsur tersebut perjanjian
tidakmungkin ada.
Contoh "Sebab yang halal" merupakan unsur Essensialia untuk
adanyaperjanjian, Dalam perjanjian jual beli, harga dan barang yang disepakati
duapihak harus ada.
Contoh pada perjanjian riil
- Syarat penyerahan obyek perjanjian merupakan unsur essensialia.
- Bentuk tertentu perjanjian formal ; merupakan unsur essensialia
b. Naturalia
Unsur naturalia adalah unsur perjanjian yang diatur oleh UU tetapi parapihak
dapat mengingkarinya atau mengabaikannya atau dapat diganti atau
meniadakan.
Contoh:
1. Pasal 1476 tentang kewajiban penjual penanggung biaya penyerahan
(disinipara pihak dapat meniadakan ketentuan mai dalam perjanjian)
2. Pasal 1491 tentang ketentuan untuk menjamin (hal ini dapat diabaikan
parapihak dalam perjanjian)
c. Accidentolia
Unsur accidentalia adalah unsur perjanjian yang ditambahkan oleh para
pihakdalam perjanjian, undang-undang tidak mengatur tentang hal ini.
E. ASAS-ASAS PERJANJIAN
Dalam buku III banyak asas-asas yang tercantum didalamnya namun asas
yangsifatnya umum tidak dapat disimpangi adalah :
1. Asas Konsensual
Perjanjian yang dibuat berdasarkan kesepakatan para pihak dan telah lahir sejak
terjadinya kesepakatan tersebut, jadi perjanjian sudah sah apabila telah
disepakati hal-hal pokok, tidak perlu formalitas. Perjanjian dan telah mengikat
para pihak sejak tercapai kesepakatan tersebut (pasal 1320 KUHPerdata)
2. Asas kebebasan berkontrak.
Asas kebebasan berkontrak tersimpul dalam pasal 1338 KUHPerdata yang
menyebutkan bahwa :semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai
undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Artinya setiap orang dapat
membuat perjanjian apa saja dan mengenai apa saja berdasarkan keinginan dan
kehendak mereka asal tidak bertentangan dengan undang-undang,ketertiban,
kesusilaan kepantasan dan kepatutan perjanjian tersebut harus dibuat secara sah
sebagaimana syarat sahperjanjian dalam pasal 1320 KUHPerdata.
Asas kebebasan berkontrak yang tercantum dalam pasal 1338 KUHPerdatayat
(1) tersebut tarbuka jalan bagi perjanjian-perjanjian baru yang tidak
dikenaldalam KUHPerdata antara lain yang timbul karena masuknya modal
asing dan menimbulkan perkembangan hukum per dalam praktek.
3. Asas Terbuka
Asas terbuka ini terkandung dalam asas kebebasan berkontrak, karena
adaketentuan bahwa para pihak dapat melakukan perjanjian apa saja tersebut,
berarti membuka kemungkinan bagi semua bentuk perjanjian dan semua
jenispenjanjian sebagaimana dikehendaki oleh para pihak.
4. Asas kekuatan mengikat
Asas kekuatan mengikat ini terdapat dalam pasal 1338 KUHPerdata ayat (1)
bahwa perjanjian yang dibuat secara sah mengikat para pihak
sebagaimanaundang-undang yang dalam korelasi dengan ayat (2) yang
menyebutkanbahwa perjanjian hanya dapat diputuskan dengan kesepakatan
para pihakatau karena alasan yang ditentukan dalam undang-undang.
F. PENAFSIRAN PERJANJIAN.
Penafsiran perjanjian (Pasal 1342 1351 BW)
Dalam hal kata-kata suatu perjanjian jelas, maka tidak diperkenankan
memberipanafsiran yang menyimpang (pasal 1342). Apa yang dimaksud adalah
kata-kata yang jelas sulit untuk di jawab. Karena itu dihubungkan dengan
situasi tertentu.
Apabila kata kata mempunyai makna yang bemacam-macam maka perlu
maksud dari pihak-pihak dengan menafsir (pasal 1343 & 1350).
Kata-kata dengan allla maaarn pengertian, yang dipilih adalah kata-kata yang
sesuai dengan perjanjian (pasal 1345).
Dalam hal terdapat hal yang meragukan, hal tersebut ditafsirkan sesuai
kebiasaan setempat dimana perjanjian dibuat (pasal 1346)
Hal-hal yang biasanya dimuat dalam perjanjian dianggap tetap ada dalam
perjanjian, meskipun tidak dinyatakan dalam perjanjian (pasal 1347)
Apabila masih ada tetap keraguan, maka penafsiran harus
denganmenguntungkan debitor (pasal 1349)
G. SIFAT PERJANJIAN
Perjanjian memiliki sifat riil dan konsensuil.
1. Perjanjian yang sifat riil perjanjian baru mengikat para pihak apabila
adaperbuatan nyata mengenal obyek jaminan, misalnya dalam
perjanjianpenitipan barang, perjanjian baru mengikat apabila barang yang
dititipkan telah diserahkan. Perjanjian secara hukum adat perjanjiannya selalu
riil. Contoh a)perjanjian pinjam pakai, b) perjanjian penitipan barang dan a)
perjanjian hutangpiutang,
2. Perjanjian bersifat konsensuil yaitu perjanjian telah mengikat para pihak
padasaat terjadi kesepakatan mengenai pokok isi perjanjian, misalnya
H. BENTUK PERJANJIAN
Dalam buku III KUHPerdata tidak ada keharusan bentuk perjanjian,
bentukperjanjian dapat tertulis maupun tidak tertulis Bentuk perjanjian :
1. Tertulis
a. Akta dibawah tangan
Berupa parjanjian yang dibuat dalam bentuk tertulis dan ditanda
tanganipara pihak, perjanjian memiliki kekuaran mengikat bagi para
pihak.Dalampernbuktian dipengadilan apabila perjanjian diragukan
Tergugat harus membuktikan kebenaran akta yang dibuatnya tersebut.
b. Akta Notaris
Perjanjian dibuat dalam bentuk tertulis dan dibuat oleh dan dihadapkan
pejabat yangberwenang dalam hal ini notaris.Akta demikian
memilikikekuatan pembuktian yang kuat, apabila ada gugatan pada akta
penggugat yang harus membuktikan kebenaran akta tersebut.
2. Tidak tertulis.
Perjanjian tidak tertulis biasanya dalam bentuk lisan atau lisan dengan saksi
Perjanjian tidak tertulis sering dibuat berdasarkan kebiasaan (perjanjian dalam
hukum adat selalu dalam bentuk tidak tertulis).
I. JENIS PERJANJIAN
1. Perjanjian Sepihak dan Timbal Balik
Perjanjian timbal balik adalah perjanjian dimana pada kedua belah pihak ada
hak dan kewajiban (misalnya perjanjian jual beli).
Perjanjian timbal balik ada yang tidak sempurna. Pada situ segera
timbalkewajiban sedangkan pada pihak yang lain hanya murakinakan
timbalkewajiban
Contoh :
- Pemberian kuasa dengan upah adalah perjanjian dua pihak (timbal balik)
- Pemberian kuasa tanpa upah pada penerimaan kuasa segera terikat
adakewajibannya Si pemberi kuasa baru terikat dan ada kewajibannya
sesudahada biaya-biaya pelaksaan kuasa tersebut.
PENUTUP
Melalui materi pembelajaran Hukum Perdata Materiil dan dengan latihan dan
praktek menganalisa permasalahan Hukum Perdata dalam bentuk suatu
Pendapat Hukum, diharapkan peserta diklat mampu memahami pengertian
Hukum Perdata, ruang lingkup, asas-asas Hukum Perdata hingga bentuk-bentuk
perjanjian Hukum Perdata serta beberapa permasalahan Hukum Perdata,
sehingga nantinya para peserta diklat yang telah dilantik sebagai Jaksa, pada
saat melaksanakan salah satu Tugas Fungsi dan Wewenang Jaksa yaitu sebagai
Jaksa Pengacara Negara, mampu memahami pengertian Hukum Perdata, ruang
lingkup, asas-asas Hukum Perdata hingga bentuk-bentuk perjanjian Hukum
Perdata serta beberapa permasalahan Hukum Perdata yang ada di Kejaksaan
tempat peserta diklat ditempatkan. Semoga modul ini bermanfaat bagi paserta
diklat untuk menambah ilmu dan menambah referensi pengetahuannya. Tak
lupa dalam kesempatan ini, penulis mohon saran dan kritik yang membangun
terhadap, demi sempurnanya penyusunan modul ini di masa-masa yang akan
datang.