Makalah Kesalahan Bahasa (Alih Kode)
Makalah Kesalahan Bahasa (Alih Kode)
Di Susun Oleh :
2021
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmannirrahim
Puji serta syukur kehadirat illahi Rabbi yang telah memberikan saya sehat
wal’afiyat, sehat jasmani maupun rohani. Sehingga saya dapat menyelesaikan tugas
matakuliah Analisis Kesalahan bahasa yang diampu oleh Dosen Ibu Egi Nusivera
beserta teman-teman yang telah membantu menuangkan ide pemikirannya ke dalam
makalah saya ini.
Shalawat serta salam tak lupa pula saya haturkan kepada junjungan Nabi
Muhammas SAW yang telah membawa umatnya dari zaman kebodohan hingga zaman
yang terang benderang saat ini. Semoga dengan dibuatnya makalah ini dapat menambah
wawasan bagi penulis dan pembaca.
Bahasa adalah sarana interaksi yang sudah tersusun dalam bentuk satuan-satuan,
seperti contohnya kata, kelompok kata, klausa, dan kalimat yang diucapkan secara lisan
maupun tertulis. Kita dapat membandingkan hakikat Bahasa tersebut sebagai berikut :
Bahasa adalah sarana komunikasi manusia yang sudah disusun melalui suara atau
ungkapan tulis yang terstruktur untuk membentuk satuan. Seperti morfem, kata, dan
kalimat yang diterjemahkan dari Bahasa inggris “the system of human communication by
means of a structured arrangement of sounds (or written representation) to form lager
unis, eg. Morphemes, words, sentences” (Wiratno & Santosa, 2014).
Bahasa Indonesia masuk ke dalam Bahasa Nasional yang merupakan Bahasa asli
sebagai masyarakat Indonesia, sebagai masyarakat Indonesia juga kita wajib bertanggung
jawab untuk melestarikan. Tanpa adanya sebuah Bahasa maka segala teknologi tidak akan
berkembang di Indonesia. Bahasa Indonesia juga bukan hanya sebagai sarana komunikasi
antar manusia, tetapi juga sebagai alat pemersatu bangsa Indonesia. Rasa kagum bangsa
Indonesia belum sepenuhnya tertanam , bahkan ada yang menganggap bahwa Bahasa
asing lebih tinggi tingkatannya dibandingkan dengan Bahasa nasional mereka sendiri
yaitu Bahasa Indonesia. (Assapari, 2014).
Masyakarat Indonesia juga tak luput dari pembelajaran Bahasa Indonesia itu
sendiri. Dan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, salah satu peristiwa yang dapat kita
analisis yaitu kesalahan berbahasa yang bersifat inheren dalam setiap penggunaan baik
secara lisan maupun tertulis. Baik orang dewasa yang telah menggunakan bahasanya,
anak-anak, maupun orang asing yang sedang belajar Bahasa tersebut. Kesalahan tersebut
bisanya terdapat pada kesalahan Ketika mereka memakainya. Faktor penghambat dari
kesalahan berbahasa ini menyebabkan gangguan pada peristiwa interaksi, kecuali dalam
pemakaian secara khusus. Dalam masyakarat Bahasa tertentu, misalnya masyarakat jawa
yaitu kesalahan berbahasa terjadi pada kesalahan gramatika maupun yang berkenaan
dengan konteks yang berpengaruh terhadap pandangan orang lain mengenai kesalahan
berbahasa tersebut. (Supriani & Siregar, 2012)
Adapun tiga hal yang menjadi istilah kesalahan berbahasa yang pertama Lapses
adalah kesalahan berbahasa yang disebabkan oleh penutur, penutur tersebut beralih
menyatakan sesuatu sebelum tuturannya selesai. Yang kedua yaitu Error adalah kesalahan
berbahasa disebabkan penutur melanggar kaidah atau aturan dalam kebahasaan. Ketiga
yaitu mistake adalah kesalahan berbahasa disebabkan penutur tidak tepat dalam
menyatakan kata pada kondisi tertentu. (Marnetti, 2020)
1. Mengetahui analisis kesalahan berbahasa menggunakan alih kode dalam film calon
bini?
2. Manfaat Teoretis Manfaat penelitian ini bagi peneliti terdapat tiga point penting, yakni :
a. Untuk mengetahui terjadinya alih kode dalam film Calon Bini.
b. Untuk menambah dan memperluas wawasan pengetahuan tentang alih kode.
c. Untuk menambah dan mengetahui wawasan pengetahuan tentang terjadinya alih kode
dalam film Calon Bini.
` 3. Manfaat Praktis Manfaat penelitian ini bagi pembaca terdapat tiga point penting, yakni :
a. Sebagai tambahan informasi tentang teori alih kode dan dunia perfilm-an di Indonesia.
b. Sebagai tambahan informasi tentang alih kode khususnya yang terjadi dalam film Calon
Bini
BAB II
KAJIAN TEORI
Untuk menganalisis penelitian ini, maka perlu diperhatikan beberapa teori yang berkaitan
dengan masalah yang akan dibahas. Oleh karena itu penulis mengambil berupa teori,
pendapat, dan pikiran pokok para ahli yang membahas hakikat film, kemudian dijadikan
acuan untuk menunjang penelitian dan mempermudah peneliti melakukan analisis.
1. Hakikat Bahasa
Bahasa merupakan sarana informasi yang digunakan untuk mengekspresikan sebagai
sarana komunikasi pada situasi tertentu. Bahasa memiliki peranan penting agar kita
mengembangkan empat keterampilan yaitu berbicara, menyimak, membacam dan
menulis. Dengan menguasai empat keterampilan tersebut kita dapat berkomunikasi
dengan baik dan mampu melakukan perubahan terhadap perkembangan pribadi,
masyarakat, dan bangsa. Karena sekarang peserta didik dituntut untuk menggunakan
Bahasa untuk berinteraksi dengan baik kepada lawan tutur. Bahkan Bahasa dapat
menciptakan Kerjasama antar penutur dan lawan tutur. (Noermanzah, 2019)
2. Hakikat Film
Istilah film bermula pada suatu media yang sejenis plastik, kemudian dilapisi oleh
peka cahaya. Media peka cahaya ini sering disebut selluloid. Dalam bidang fotografi
film ini menjadi media yang sering digunakan untuk menyimpan cahaya pada saat
tertangkap lensa. Dalam bidang sinematografi perihal media penyimpan ini
mengalami kemajuan yang begitu pesat. Bahkan media menyimpan selluloid (film),
analog, dan yang terakhir yaitu media digital. Seiring berjalannya waktu media
penyimpanan dalam bidang sinematografi, maka hakikat film menjadi bergeser.
Bahkan saat ini sudah semakin turun film yang menggunakan media selluloid pada
tahap pengambilan gambar. (Diahloka, 2012).
Faktor Penyebab Alih Kode Suwito (1983: 72) mengatakan, bahwa faktor penyebab
terjadinya alih kode ada enam, yaitu penutur, mitra tutur, hadirnya penutur ketiga, pokok
pembicaraan, untuk membangkitkan rasa humor, dan untuk sekedar bergengsi. 1) Penutur
(O1) Seorang penutur ketika berbicara kepada lawan bicara kadang-kadang dengan sadar
mengganti kode bahasanya dengan maksud tertentu, seperti mengkritik, merayu,
merendahkan diri, menyindir, menghormati, dan sebagainya. 2) Lawan Tutur (O2) Setiap
penutur pada umumnya akan berusaha mengimbangi bahasa yang digunakan oleh lawan
bicaranya.oleh karena itu, bagi penutur yang menguasai lebih dari satu bahasa biasanya
akan berusaha mengganti kode bahasanya sesuai dengan bahasa lawan bicaranya 3)
Hadirnya penutur ketiga (O3) Dua orang yang berasal dari daerah yang sama biasanya akan
berinteraksi menggunakan bahasa daerahnya. Namun, ketika hadir pihak ketiga yang
berbeda latar kebahasaannya, maka dua orang yang pertama akan mengganti kode bahasa
mereka ke bahasa yang dikuasai oleh ketiganya .
Fungsi Alih Kode sendiri disetiap penuturan suatu >ahasa biasanya mempunyai fungsi
tertentu. Demikian pula dengan adanya peristiwa alih kode yang dilakukan oleh seorang
penutur terhadap lawan tuturnya. Fungsi alih kode ini berkaitan erat dengan >ahasa> atau
>ahasa-faktor yang melatarbelakangi terjadinya alih kode.
4. Peristiwa Tutur
peristiwa tutur (speech event) adalah terjadinya atau berlangsungnya interaksi
ahasatic dalam satu bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan dua pihak, yaitu penutur
dan lawan tutur, dengan satu pokok tuturan, di dalam waktu, tempat, dan situasi
tertentu. Menurut Chaer (2004: 47), maka dari itu suatu peristiwa tutur harus
memenuhi delapan komponen, yang diakronimkan menjadi SPEAKING, yaitu Setting
and scene, Participant, Ends, Act sequences, Key, Instrumentalities, Norms, dan
Genre. Dell Hymes (via Chaer, 2004: 48)
a. S (Setting and Scene) Setting berkenaan dengan waktu dan tempat tutur
berlangsung, sedangkan Scene mengacu pada situasi tempat dan waktu, atau situasi
psikologis pembicaraan. Waktu, tempat, dan situasi tuturan yang berbeda dapat
menyebabkan penggunaan variasi ahasa yang berbeda.
b. P (Participants) Participants adalah pihak-pihak yang terlibat dalam
pertuturan, bisa pembicara dan pendengar, penyapa dan pesapa, atau pengirim dan
penerima (pesan). Status sosial partisipan sangat menentukan ragam ahasa yang
digunakan.
c. E (Ends: purpose and goal) Ends merujuk pada maksud, tujuan, dan hasil
pertuturan.
d. A (Act sequences) Act sequences mengacu pada bentuk ujaran dan isi
ujaran. Bentuk ujaran ini berkenaan dengan kata-kata atau wacana yang digunakan,
bagaimana penggunaannya, dan hubungan antara apa yang dikatakan dengan topik
pembicaraan. Isi menunjuk pada pesan yang akan disampaikan.
e. K (Key: tone or spirit of act) Key mengacu pada nada, cara, dan semangat
dimana suatu pesan disampaikan: dengan senang hati, dengan serius, dengan humor,
dengan santai, dengan singkat, dengan sombong, dengan mengejek, dan sebagainya.
Hal ini dapat ditunjukkan dengan gerak tubuh dan isyarat.
f. I (Instrumentalities) Instrumentalities mengacu pada saluran atau jalur
ahasa yang digunakan, seperti jalur lisan, tertulis, melalui telegraf atau telepon.
Instrumentalities ini juga mengacu pada kode ujaran yang digunakan, seperti ahasa,
dialek, ragam atau register.
g. Norms (Norm of interaction an interpretation) Norm of interaction an
interpretation mengacu pada norma-norma atau aturan dalam berinteraksi, juga
mengacu pada norma penafsiran terhadap ujaran dari lawan bicara. Misalnya,
bagaimana caranya bertutur, ahasa atau ragam ahasa apa yang pantas digunakan
untuk bertutur, dan sebagainya.
h. G (Genre) Genre mengacu pada jenis bentuk penyampaian atau kategori
kebahasaan yang digunakan oleh pelaku tutur. Misalnya seperti narasi, percakapan,
diskusi, puisi, pepatah, doa, dan sebagainya.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Metode
Penelitian dilakukan dengan menganalisis dialog – dialog yang terdapat pada film
“Calon Bini” karya sutradara Asep Kusdinar, Dialog – dialog dalam film tersebut
peneliti analisis berdasarkan alih kode yang terdapat di masing masing dialog.
Penelitian kemudian dilanjutkan dengan menyusun analisis data sampai pembuatan
simpulan dan penyusunan laporan penelitian. Penelitian yang dilakukan termasuk
dalam penelitian kualitatif karena bertujuan untuk mengkaji dan mendeskripsikan ke
dalam bentuk kata-kata. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif.
Teknik Pengumpulan data yang kami gunakan adalah, pertama kami menonton
film “Calon Bini” karya sutradara Asep Kusdinar secara menyeluruh . Pengumpulan
data dalam penelitian ini Kami menggunakan metode simak, dengan menggunakan
metode simak tidak berpartisipasi. metode simak dengan tidak berpartisipasi sendiri
merupakan metode simak dengan peneliti tidak ikut dalam proses pembicaraan
Menurut Sudaryanto (1988: 3), Metode menyimak ini dilakukan dengan berulang kali,
sehingga mendapatkan data yang benar-benar akurat sesuai objek yang diteliti dan
hal-hal yang menjadi permasalahan dalam penelitian.Teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini disesuaikan dengan metode yang digunakan. Metode
simak, menggunakan teknik lanjutan berupa (1) teknik catat pada kartu data dan (2)
teknik transkrip data. Yang dimaksud dengan teknik catat adalah mengadakan
pencatatan data yang relevan dan sesuai dengan sasaran dan tujuan penelitian. Teknik
transkrip data yaitu menerjemahan berbagai ragam bahasa ke dalam bahasa Indonesia.
Setelah melakukan pengamatan, peneliti melakukan pencatatan dialog terkait alih
kode yang terjadi pada film tersebut. Pencatatan ini dilakukan untuk memudahkan
dalam mentranskrip data-data yang telah diperoleh. Tahap selanjutnya dalam
pengumpulan data, yaitu transkrip data. Transkrip data ini dalam bentuk autografis.
Setelah data ditranskrip menjadi bentuk tulisan, data tersebut diklasifikasikan sesuai
dengan tujuan penelitian ini ke dalam kartu data.Setelah itu kami mencatat dan
mengumpulkan bagian bagian yang masuk dalam alih kode yang bisa kami analisis
lebih mendalam. Kemudian, apabila terdapat bahasa yang selain bahasa Indonesia
kami terjemahkan terlebih dahulu dialog tersebut. Setelah itu peneliti telusur lebih
dalam dengan teori teori yang sudah kami cari.
(5) Sapto : “lara atiku sih, tapi aku janji. Aku akan selalu setia kepadamu,
tak enteni kowe mulih... ih lucu”
(Calon Bini / 00:14:52)
Pada data (5) terdapat peristiwa alih kode yang terjadi di dalam kamar Sapto,
dengan suasana hening. Peristiwa tutur terjadi antara Sapto dengan dirinya sendiri
sembari menatap foto Ningsih. Topik pembicaraan yang melatarbelakangi peristiwa
alih kode tersebut adalah mengenai Sapto yang menunggu Ningsih agar pulang dari
Jakarta.
Terjadinya alih kode pada data (5) ini ditandai dengan munculnya peralihan
bahasa yang dilakukan oleh Sapto. Penggunaan bahasa pertama adalah bahasa Jawa,
kemudian beralih dalam bahasa Indonesia dan kembali pada penggunaan bahasa awal,
yaitu bahasa Jawa. Penggunaan bahasa Jawa ini ditunjukkan dengan adanya ungkapan
lara atiku sih yang artinya sakit hatiku sih dan kalimat tak enteni kowe mulih (aku
tunggu kamu pulang).
(7) Marni : "itu kamarnya omah, omah tuh jarang keluar, jarang
ngomong
Sekalinya ngomong bawaannya marah, galak banget.
Hidupnya gak lama lagi."
Ningsih : "masa mba? "
Marni : "Pembagian tugas...! Kamu bersih-bersih lantai bagian atas,
Lantai bawah, siram tanaman, masak
Ningsih : " Loh.. Terus mbak Marni tugase opo? "
Marni : "ya.. Aku ngurusin kamu lah, kan aku senior"
Ningsih : "Walah dalah.. "
(Calon Bini / 00:22:48)
Pada data (7) terdapat peristiwa alih kode yang terjadi di dalam Rumah
majikan Marni dan Ningsih, dengan suasana santai. Peristiwa tutur terjadi antara
Ningsih dengan Marni. Topik pembicaraan yang melatarbelakangi peristiwa alih kode
tersebut adalah mengenai Marni yang memberitahu bagian bagian rumah majikannya
dan pembagian tugas rumah.
Pada awalnya Ningsih merespon Marni menggunakan bahasa Indonesia yang
kemudian beralih kode menggunakan bahasa Jawa. Penutur beralih kode
menggunakan
bahasa jawa karena penutur dalam keadaan kaget dan heran terhadap yang diucapkan
Marni. Peralihan kode ini hanya terjadi sebentar, karena Ningsih kembali
menggunakan bahasa Indonesia, sesuai kode awal.
Terjadinya alih kode pada data (7) ini ditandai dengan munculnya peralihan
bahasa yang dilakukan oleh Ningsih. Penggunaan bahasa pertama adalah bahasa
Indonesia, kemudian beralih dalam bahasa Jawa dan kembali pada penggunaan
bahasa awal, yaitu bahasa Indonesia. Penggunaan bahasa Jawa ini ditunjukkan dengan
adanya ungkapan lah terus mbak Marni tugase opo? (Lah terus mbak Marni tugasnya
apa?).
(8) Barjo : "Ningsih makannya asik banget, makan akeh tapi esih
kelihatan kece. Gak kaya...... "
Marni : "Apa?! "
Barjo : "Ora.... "
(Calon Bini / 00:25:50)
Pada data (8) terdapat peristiwa alih kode yang terjadi di dalam Rumah
majikan Marni, dengan suasana santai yakni Ningsih,Barjo,dan Marni sedang makan
bersama. Peristiwa tutur terjadi pada Barjo dengan Mirna. Topik pembicaraan yang
melatarbelakangi peristiwa alih kode tersebut adalah mengenai Barjo yang melihat
Ningsih makan dengan lahap, dan membandingkannya dengan Mirna.
Pada awalnya Barjo berkata menggunakan bahasa Indonesia yang
kemudian beralih kode menggunakan bahasa Jawa. Penutur beralih kode
menggunakan
bahasa jawa karena penutur dalam keadaan kaget dan terpukau terhadap Ningsih yang
makan banyak dan lahap. Peralihan kode ini hanya terjadi sebentar, karena Barjo
kembali menggunakan bahasa Indonesia, sesuai kode awal. Terjadinya alih kode pada
data (8) ini ditandai dengan munculnya kalimat makan akeh tapi esih kelihatan kece
yang artinya makan banyak tapi masih terlihat kece (cakep)
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data tentang alih kode dalam
peristiwa tutur film “Calon Bini”, maka kesimpulan yang diperoleh adalah
jenis alih kode yang mendominasi dalam dialog film “Calon Bini” yakni Alih
kode berdasarkan sifatnya , berupa alih kode sementara meliputi alih kode dari
bahasa Indonesia ke bahasa Jawa ke bahasa Indonesia, dari bahasa Indonesia
ke bahasa Inggris ke bahasa Indonesia. Faktor penyebab terjadinya alih kode
dalam film “Calon Bini” ada lima, yaitu (1) pemeran serta, (2) topik
pembicaraan, (3) situasi tutur, (4) tujuan, dan (5) hadirnya orang ketiga. Pada
umumnya kecenderungan alih kode lebih besar kemungkinannya untuk terjadi
dalam wacana lisan. Namun, alih kode dan campur kode dapat juga terjadi
pada wacana tulis yang dilatarbelakangi oleh sebab-sebab tertentu, misalnya
tidak adanya ungkapan yang tepat dalam bahasa yang dipakai itu, sebagai
“pemanis” dalam cerita fiksi (karya sastra), dan sebab-sebab lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Farouq, M. A. Y. El. (2019). Analisis Peristiwa Alih Kode dan Campur Kode pada Novel
Negeri 5 Menara Karya Ahmad Fuadi. Hasta Wiyata, 2(2), 14–25.
https://doi.org/10.21776/ub.hastawiyata.2019.002.02.02
Marnetti, N. (2020). Analisis Kesalahan Berbahasa Pada Penulisan Media Luar Ruang di
Kabupaten Indragiri Hilir. Kelasa, 13(2), 117–126.
https://doi.org/10.26499/kelasa.v13i2.70
Noermanzah. (2019). Bahasa sebagai Alat Komunikasi, Citra Pikiran, dan Kepribadian.
Prosiding Seminar Nasional Bulan Bahasa (SEMIBA), 306–319.
Supriani, R., & Siregar, I. R. (2012). Penelitian Analisis Kesalahan Berbahasa. Edukasi
Kultura, 67–76.
Wiratno, T., & Santosa, R. (2014). Bahasa, Fungsi Bahasa, dan Konteks Sosial. Modul
Pengantar Linguistik Umum, 1–19. http://www.pustaka.ut.ac.id/lib/wp-
content/uploads/pdfmk/BING4214-M1.pdf