Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat serta karunia-
Nya, sehingga tim kami mampu menyelesaikan kompilasi dan ringkasan materi yang berjudul
“SIMULTAX Edisi UTS”, sebagai salah satu suplemen keambiestan mahasiswa PKN STAN khususnya
Jurusan Pajak.
Tim kami menyadari bahwa kompilasi dan ringkasan materi ini tidak mungkin terselesaikan
tanpa adanya dukungan, bantuan, bimbingan, dan nasehat dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan
ini kami menyampaikan terima kasih kepada:
1. Kepala Jurusan Pajak
2. Kepala Program Studi DIII Pajak
3. Dosen-Dosen Pembimbing dan pengajar
4. Pengurus KMP 2019 khususnya Bidang Pendidikan dan Prestasi
5. Fungsional yang sekaligus menjadi Tim Simultax sebagai berikut:
No Nama Mata Kuliah Kontak
1 Muhammad Irfan Hilmy Penanggung jawab 0852-2019-1540
2 Ammar Lab PPN dan PPnBM 0895351058854
5 Angelin
6. Serta semua pihak yang turut membantu proses penyusunan kompilasi materi ini yang
tidak dapat kami sebutkan satu persatu.
Dalam kompilasi dan ringkasan materi ini tentunya masih banyak kekurangan dan kesalahan,
karena itu kritik dan saran yang membangun akan menyempurnakan penulisan. Semoga kompilasi dan
ringkasan materi ini bermanfaat dan dapat dijadikan referensi para pembaca.
SELAMAT AMBIS KAWAN~
4 Juni 2019
Tim Simultax
Bidang Pendidikan dan Prestasi
KMP PKN STAN 2019
PERTEMUAN 1-2
Kode form
1111 A1 Kode form Kode form
kode form 1111 A DM 1107 PUT 1
1111 A2
Kode form
1111 B1
Kode form Kode form
Kode form
1111 R DM 1107 PUT 2
1111 B2
Kode form
1111 B3
C. Bagian-Bagian SPT
1. SPT terdiri dari SPT induk dan lampiran yang merupakan satu kesatuan yang tidak
terpisahkan.
2. Dalam kondisi tertentu, harus dilampiri dengan keterangan dan/atau dokumen sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan.
Ketentuan lebih lanjut mengenai:
1. bentuk, isi, dan tata cara pengisian SPT;
2. keterangan dan/atau dokumen yang harus dilampirkan dalam SPT;
3. tempat dan cara lain pengambilan SPT;
4. tata cara penandatanganan SPT;
5. tata cara penyampaian SPT dan Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan;
6. tata cara pembetulan SPT; dan
7. tata cara penelitian, pengelompokan, perekaman, dan pengelolaan SPT,
3. diatur dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak. (PER-29/PJ/2015 tentang
Bentuk, Isi, dan Tata Cara Pengisian serta Penyampaian SPT Masa PPN).
PERTEMUAN 3-4
A. Ekspor
Dasar Hukum :
PMK-145/PMK.04/2014 Perubahan Kedua Atas PMK-145/PMK.04/2007 Tentang
Ketentuan Kepabeanan Di Bidang Ekspor
Pengertian :
1. Ekspor adalah kegiatan mengeluarkan barang dari daerah pabean.
2. Barang Ekspor adalah barang yang telah diajukan pemberitahuan pabean untuk
diekspor dan telah mendapatkan nomor pendaftaran.
3. Pemberitahuan Pabean Untuk Diekspor yang selanjutnya disebut Pemberitahuan
Pabean Ekspor adalah pernyataan yang dibuat oleh Orang dalam rangka
B. Pemberitahuan Pabean
Dasar Hukum :
PMK - 226/PMK.04/2015 tanggal 16 Desember 2015 Tentang Perubahan Atas PMK-
155/PMK.04/2008 Tentang Pemberitahuan Pabean
Pengertian :
Pemberitahuan Pabean adalah pernyataan yang dibuat oleh orang dalam rangka
melaksanakan kewajiban pabean.
meliputi Pemberitahuan Pabean dalam rangka:
1. pengangkutan barang impor, ekspor dan/atau barang asal Daerah Pabean yang
diangkut ke tempat lain dalam Daerah Pabean melalui luar Daerah Pabean;
2. impor barang;
3. ekspor barang;
4. pemasukan barang dari tempat lain dalam Daerah Pabean ke tempat yang berada
dibawah pengawasan DJBC;
5. pengangkutan barang dan/atau pengiriman barang tertentu asal Daerah Pabean yang
diangkut ke tempat lain dalam Daerah Pabean.
NEGATIF LIST
Kewajiban untuk menyampaikan Pemberitahuan Pabean Ekspor tidak berlaku atas ekspor
barang berupa:
1. barang pribadi penumpang;
2. barang awak sarana pengangkut;
3. barang pelintas batas; atau
4. barang kiriman melalui pos dengan berat tidak melebihi 100 (seratus) kilogram
C. Tahapan Ekspor
PELABUHAN
PENGIRIMAN 11B NEGARA
TUJUAN
16
EKSPORTIR 1 IMPORTIR
6
9
2
11A
Menyiapkan 5 13 12 3 15
Barang DINAS / SUDIN
7 PERINDAG
8
10 4
BANK DEVISA BANK IMPORTIR
14
BEA CUKAI
EMKL / PERUSAHAAN
EXPENDITUR PELAYARAN
Keterangan :
1. Ekportir melakukan korespondensi dengan Importir di LN (mutu, harga, delivery dll)
D. Terjadinya Ekspor
Sarana Pengangkut
1. sarana pengangkut yaitu setiap kendaraan, pesawat udara, kapal laut, atau
sarana lain yang digunakan untuk mengangkut barang atau orang.
2. Yang dimaksud dimuat yaitu dimasukkannya barang ke dalam sarana pengangkut
dan telah diajukan pemberitahuan pabean termasuk dipenuhinya pembayaran bea
keluar.
Pernyataan ini memberikan penegasan bahwa walaupun barang tersebut telah dimuat di
sarana pengangkut yang akan berangkat keluar daerah pabean, jika dapat dibuktikan
barang tersebut akan dibongkar dalam daerah pabean dengan menyerahkan suatu
pemberitahuan pabean , barang tersebut tidak dianggap sebagai barang ekspor.
Pengertian Jasa
Jasa adalah setiap kegiatan pelayanan yang berdasarkan suatu perikatan atau perbuatan
hukum yang menyebabkan suatu
1. barang,
2. fasilitas,
3. kemudahan, atau
4. hak tersedia untuk dipakai,
5. termasuk jasa yang dilakukan untuk menghasilkan barang karena pesanan atau
permintaan dengan bahan dan atas petunjuk dari pemesan
G. Impor Barang
Dasar Hukum :
PERTEMUAN 5-6
A. Faktur Pajak
Peraturan Terkait :
1. PMK-151/PMK.03/2013, tentang tata cara pembuatan dan tata cara pembetulan atau
penggantian Faktur Pajak
2. PER-17/PJ/2014, tentang perubahan atas PER-24/PJ/2012 tentang bentuk, ukuran,
prosedur pemberitahuan dalam rangka pembuatan, tata cara pengisian
keterangan, pembetulan atau penggantian, dan pembatalan Faktur Pajak
3. SE-26/PJ/2015 tentang Penegasan Penggunaan Nomor Seri Faktur Pajak dan Tata
Cara Pembuatan Faktur Pajak
Pengertian
Faktur Pajak secara sederhana dapat disebut sebagai suatu dokumen bukti pemungutan
PPN yang diterbitkan oleh PKP yang menyerahkan BKP/JKP kepada pihak yang
menerima/memperoleh manfaat.
Peraturan Terkait :
PMK 40/PMK.03/2010 SMB 1 April 2010 SE-147/PJ/2010 22 Desember 2010
Saat Terutang :
terjadi pada saat dimulainya pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dan/atau
Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean tersebut.
1. BKP TB dan/atau Jasa Kena Pajak tersebut secara nyata digunakan oleh pihak yang
memanfaatkannya
2. harga perolehan BPK TB dan/atau JKP tersebut dinyatakan sebagai utang oleh pihak
yang memanfaatkannya;
3. saat harga jual BKP TB dan/atau penggantian JKP tersebut ditagih oleh pihak yang
menyerahkannya; atau
4. saat harga perolehan BKPTB dan/atau JKP tersebut dibayar baik sebagian atau
seluruhnya oleh pihak yang memanfaatkannya.
Dalam hal saat dimulainya pemanfaatan BKP TB dan/atau JKP dari luar Daerah Pabean
tidak diketahui, maka saat terutang terjadi pada saat dimulainya pemanfaatan adalah
tanggal ditandatanganinya kontrak atau perjanjian atau saat lain yang ditetapkan oleh
Direktur Jenderal Pajak.
Pemungutan PPN menggunakan SSP
Dokumen tertentu yang kedudukannya dipersamakan dengan Faktur Pajak antara lain
adalah:
Contoh :
PT A (NPWP 01.234.567.8-011.000) adalah Pengusaha Kena Pajak yang bergerak di
bidang industri perlengkapan olahraga, seperti sepatu, bola, dan lain-lain. PT A dalam
salah satu produksinya menggunakan desain model sepatu yang diperoleh dari B Ltd yang
berasal dari Amerika Serikat
1. Pada tanggal 10 Januari 2011 ditandatangani kontrak dengan kesepakatan bahwa
royalti yang akan dibayarkan kepada B Ltd. adalah sebesar US$ 5 per pasang sepatu
yang diproduksi dan diekspor
2. 25 Februari 2011 Sepatu yang didasarkan pada desain model sepatu dari B Ltd mulai
diproduksi.
3. 10 Mei 2011 Dilakukan ekspor 40.000 pasang sepatu ke Eropa senilai US$
4,000,000.00.
4. 20 Juni 2011 Dilakukan ekspor 60.000 pasang sepatu ke Eropa senilai US$
6,000,000.00.
5. 30 Juni 2011 Dilakukan pembayaran atas pemanfaatan desain model sepatu dengan
nilai US$ 500,000.00.
Perhitungan :
Saat terutang PPN atas penggunaan desain model sepatu tersebut adalah:
1. Tanggal 10 Mei 2010, yaitu pada desain model sepatu yang diperoleh dari B Ltd.
dimanfaatkan oleh PT A untuk memproduksi dan mengekspor 40.000 pasang sepatu;
a. DPP PPN terutang untuk royalti atas penjualan ekspor tanggal 10 Mei 2011 adalah
US$ 5 X 40.000 = US$200,000.00.
b. Besarnya PPN terutang yang disetorkan pada tanggal 15 Juni 2011 adalah 10% X
US$200,000.00 X Rp 10.000,00 = Rp 200.000.000,00
2. Tanggal 20 Juni 2010, yaitu pada desain model sepatu yang diperoleh dari B Ltd.
dimanfaatkan oleh PT A untuk memproduksi dan mengekspor 60.000 pasang sepatu.
a. DPP PPN terutang untuk royalti atas penjualan ekspor tanggal 20 Juni 2011 adalah
US$ 5 X 60.000 = US$300,000.00
b. Besarnya PPN terutang yang disetorkan pada tanggal 15 Juli 2011 adalah 10% X
US$300,000.00 X Rp 9.500,00 = Rp 285.000.000,00.
SSP yang harus diisi oleh PT A
PERTEMUAN 7
1. PKP yang melakukan kegiatan usaha yang atas penyerahannya sebagian terutang
pajak dan sebagian lainnya tidak terutang pajak, sedangkan PM untuk Penyerahan
yang Terutang Pajak tidak dapat diketahui dengan pasti, jumlah PM yang dapat
dikreditkan untuk Penyerahan yang Terutang Pajak dihitung dengan menggunakan
pedoman penghitungan Pajak Masukan yang dapat dikreditkan.
2. Pengusaha Kena Pajak yang telah mengkreditkan Pajak Masukan dengan
menggunakan pedoman penghitungan, harus menghitung kembali besarnya Pajak
Masukan yang dapat dikreditkan
3. Pajak Masukan yang dapat dikreditkan dari hasil penghitungan kembali diperhitungkan
dengan Pajak Masukan yang dapat dikreditkan pada suatu Masa Pajak, palin
g lama pada bulan ketiga setelah berakhirnya tahun buku.
Rumus
𝑃𝑀
𝑃= 𝑇
𝑥 𝑍
P = jumlah Pajak Masukan yang dapat dikreditkan dalam 1 tahun buku
T = masa manfaat BKP dan/atau JKP yang ditentukan sebagai berikut :
1. untuk BKP berupa tanah dan bangunan adalah 10 (sepuluh) tahun;
2. untuk BKP selain tanah dan bangunan dan Jasa Kena Pajak adalah 4 (empat)
tahun
PM = jumlah Pajak Masukan atas perolehan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak
Z = persentase yang sebanding dengan jumlah Penyerahan yang Terutang Pajak terhadap
seluruh penyerahan dalam 1 (satu) tahun buku.
ConSo :
PT NIKI MAWON PKP pabrik sepatu membeli generator listrik senilai Rp2.750 milyar.
Generator siap digunakan mulai 1 Januari 2014. Adapun data dan informasi yang tersedia
adalah:
a. Penggunaan listrik dalam kilowatt
No Data dan Informasi penggunaan kilowatt
1 Ruang manajemen pemasaran 20 30 50 88
2 Gudang produksi dan 250 300 580 943
penyimpanan
3 Fasilitas olahraga dan ibadah 30 45 70 80
b. Skedul pengkreditan
Tahun
No. Deskripsi
2014 2015 2016 2017
1 Alokasi PM per
62,5 M 62,5 M 62,5 M 62,5 M
tahun
2 Hasil penghitungan
56,25 M 55 M 56,25 M 57,99955 M
kembali
3 Jumlah yg tidak
6,25 M 7,5 M 6,25 M 4,50045 M
dapat dikreditkan
250 𝑚𝑖𝑙𝑦𝑎𝑟
1. Alokasi per tahun = 4 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
= 62,5 milyar
2. Hasil perhitungan kembali:
20𝑘𝑤+250𝑘𝑤
a. Tahun 2014 = x 62,5 milyar
20𝑘𝑤+250𝑘𝑤+30𝑘𝑤
270𝑘𝑤
= x 62,5 milyar
300𝑘𝑤
= 56,25 milyar
30𝑘𝑤+300𝑘𝑤
b. Tahun 2015 = 30𝑘𝑤+300𝑘𝑤+45𝑘𝑤 x 62,5 milyar
330𝑘𝑤
= x 62,5 milyar
375𝑘𝑤
= 55 milyar
50𝑘𝑤+580𝑘𝑤
c. Tahun 2016 = 50𝑘𝑤+580𝑘𝑤+70𝑘𝑤 x 62,5 milyar
630𝑘𝑤
= 700𝑘𝑤 x 62,5 milyar
= 56,25 milyar
88𝑘𝑤+943𝑘𝑤
d. Tahun 2017 = x 62,5 milyar
88𝑘𝑤+943𝑘𝑤+80𝑘𝑤
1031𝑘𝑤
= x 62,5 milyar
1111𝑘𝑤
= 57,99955 milyar
Dasar Hukum
PMK Nomor-163/PMK.03/2012
Pengertian
Kegiatan Membangun Sendiri adalah kegiatan usaha atau pekerjaan oleh orang pribadi
atau badan yang hasilnya digunakan sendiri atau digunakan pihak lain tertentu termasuk
di dalamnya kegiatan membangun bangunan yang dilakukan melalui kontraktor atau
pemborong tetapi atas kegiatan membangun tersebut tidak dipungut Pajak Pertambahan
Nilai (PPN) dan kontraktor atau pemborong tersebut bukan merupakan Pengusaha Kena
Pajak (PKP).
Syarat
1. Konstruksi utama dari kayu, beton, pasangan batu bata atau bahan sejenisnya
dan/atau baja.
Saat Terutang
PPN terutang saat Kegiatan Membangun Sendiri tersebut dimulai sampai dengan
bangunan selesai.
Kegiatan yang dilakukan secara bertahap merupakan satu kesatuan kegiatan sepanjang
tenggat waktu antar tahapan tersebut tidak lebih dari 2 tahun
PPN terutang di tempat bangunan tersebut didirikan.
Tarif PPN
Pembayaran PPN
Disetorkan oleh dan atas nama pihak yang melakukan kegiatan membangun sendiri ke
Kantor Pos atau Bank Persepsi.
Dengan kode Jenis Pajak dan Kode Jenis Setor :
Kode Jenis Pajak : 411211
Kode Jenis Setor : 103
Pembayaran dilakukan setiap bulan, selama kegiatan membangun sendiri berlangsung
hingga selesainya proses pembangunan tersebut.
Pelaporan PPN
Batas waktu pelaporan adalah akhir bulan berikutnya stelah berakhirnya masa pajak.
ConSo
Tn. Nurhadi melakukan kegiatan membangun sendiri yang selama 4 bulan pertama
membutuhkan biaya-biaya sebagai berikut:
No. Bulan Biaya Material Biaya Tenaga Kerja
1 Mei Rp170.000.000 Rp77.500.000
2 Juni Rp135.500.000 Rp70.000.000
3 Juli Rp220.000.000 Rp95.250.000
4 Agustus Rp132.500.000 Rp57.750.000
Biaya-biaya di atas masih belum termasuk biaya pembebasan lahan utama sebesar
Rp560.000.000 di bulan Mei dan pembebasan lahan perluasan sebesar Rp280.000.000 di
bulan Agustus. Lalu, berapakah PPN terutangnya setiap bulan?
Jadi, DPP kegiatan membangun sendiri adalah sebesar 20% dari total biaya bulanan
selain pembebasan lahan. Nah berikut ini adalah rincian PPN 10% adalah sebagai berikut:
CP : Ammar (0895351058854)
Standar Pemeriksaan
• Yaitu capaian minimum yang harus dicapai dalam melaksanakan pemeriksaan
• Bertujuan untuk:
o Keseragaman, ketertiban, dan pertanggungjawaban dalam pelaksanaan
pemeriksaan
o Efektivitas dan efisiensi pelaksanaan pemeriksaan
o Meningkatkan produktivitas
Pemeriksaan menguji kepatuhan dan pemeriksaan tujuan lain harus dilakukan sesuai standar
pemeriksaan sebagai ukuran mutu pemeriksaan.
Standar pemeriksaan ada 3, yaitu:
1. Standar umum pemeriksaan
2. Standar pelaksanaan pemeriksaan
3. Standar pelaporan pemeriksaan
Standar pemeriksaan menguji kepatuhan
1. Standar umum pemeriksaan
Standar umum pemeriksaan sama untuk pemeriksaan menguji kepatuhan dan
pemeriksaan tujuan lain.
a. standar umum berlaku untuk pemeriksaan pemenuhan kewajiban dan tujuan lain
b. merupakan standar yang bersifat pribadi dan berkaitan dengan persyaratan
Pemeriksa Pajak
c. pemeriksaan dilakukan oleh pemeriksa dengan syarat tertentu
d. apabila diperlukan dapat dilakukan oleh tenaga ahli dari luar DJP yang ditunjuk
Dirjen Pajak
Pemeriksaan dilaksanakan oleh Pemeriksa Pajak yang memenuhi syarat sebagai
berikut
a. Telah mendapat pendidikan dan pelatihan teknis yang cukup serta memiliki
keterampilan sebagai Pemeriksa Pajak
b. Menggunakan keterampilannya secara cermat dan seksama
c. Jujur dan bersih dari tindakan-tindakan tercela serta senantiasa
mengutamakan kepentingan negara
d. Taat terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan
2. Standar Pelaporan
Dilaporkan dalam bentuk LHP:
a. disusun ringkas dan jelas, memuat:
▪ ruang lingkup atau pos-pos yang diperiksa
▪ simpulan Pemeriksa Pajak
▪ pengungkapan informasi lain
b. sekurang-kurangnya memuat 7 poin:
1. identitas Wajib Pajak
2. penugasan Pemeriksaan
3. dasar (tujuan) Pemeriksaan
4. buku dan dokumen yang dipinjam
5. materi yang diperiksa
6. uraian hasil Pemeriksaan
7. simpulan dan usul Pemeriksa
c. disusun dan ditandatangani tim pemeriksa
d. ditandatangani kepala UP2 untuk mengetahui:
▪ pos-pos yang diperiksa telah sesuai dengan rencana
▪ dasar hukum koreksi
Kewajiban WP
Rahasia Jabatan
Pasal 34 UU KUP
• Setiap pejabat dilarang memberitahukan kepada pihak lain segala sesuatu yang
diketahui atau diberitahukan kepadanya oleh Wajib Pajak dalam rangka jabatan atau
pekerjaannya untuk menjalankan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan. ***)
Antara lain:
a. Surat Pemberitahuan, laporan keuangan, dan lain-lain yang dilaporkan oleh Wajib
Pajak
b. data yang diperoleh dalam rangka petaksanaan pemeriksaan
c. dokumen dan/atau data yang diperoleh dari pihak ketiga yang bersifat rahasia
d. dokumen dan/atau rahasia Wajib Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berkenaan.
• Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku juga terhadap tenaga ahli
yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak untuk membantu dalam pelaksanaan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. ***)
• Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) adalah:
o pejabat dan tenaga ahli yang bertindak sebagai saksi atau saksi ahli dalam
sidang pengadilan; atau
o pejabat dan/atau tenaga ahli yang ditetapkan Menteri Keuangan untuk
memberikan keterangan kepada pejabat lembaga negara atau instansi
Pemerintah yang berwenang melakukan pemeriksaan dalam bidang keuangan
negara.
Keterangan yang dapat diberitahukan adalah identitas Wajib Pajak dan informasi yang
bersifat umum tentang perpajakan identitas Wajib Pajak meliputi:
identitas wajib pajak:
1. nama Wajib Pajak
(1) Pejabat yang karena kealpaanya tidak memenuhi kewajiban merahasiakan hal
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1
(satu) tahun dan denda paling banyak Rp25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah). ***)
(2) Pejabat yang dengan sengaja tidak memenuhi kewajibannya atau seseorang yang
menyebabkan tidak dipenuhinya kewajiban pejabat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34
dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling banyak
Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah). ***)
(3) Penuntutan terhadap tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
hanya dilakukan atas pengaduan orang yang kerahasiaannya dilanggar. ***)
Ancaman pidana Pasal 368 KUHP dan Pasal 12 UU Tipikor dan perubahannya
Pasal 2 UU Tipikor
(1) Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri
sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara
atau perekonomian negara, dipidana penjara dengan penjara seumur hidup atau
pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun
dan denda paling sedikit Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak
Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).
Program Pemeriksaan
pernyataan pilihan Metode Pemeriksaan, Teknik Pemeriksaan dan Prosedur Pemeriksaan
yang akan dilaksanakan oleh Pemeriksa Pajak dalam melakukan pemeriksaan sesuai
dengan Rencana Pemeriksaan
Metode Pemeriksaan
teknik dan prosedur pemeriksaan yang dilakukan terhadap buku, catatan, dan dokumen
serta data, informasi, dan keterangan lain, yang terdiri atas metode langsung dan metode
tidak langsung
Teknik Pemeriksaan
cara-cara pengumpulan bukti, pengujian, dan/atau pembuktian yang dikembangkan oleh
Pemeriksa Pajak untuk menyakini kebenaran pos-pos yang diperiksa
Prosedur Pemeriksaan
serangkaian langkah dalam suatu Teknik Pemeriksaan, berupa petunjuk rinci yang biasanya
tertulis dalam bentuk perintah, untuk dilakukan oleh Pemeriksa Pajak
1. Metode Pemeriksaan
a. Metode langsung
Teknik dan prosedur pemeriksaan dengan melakukan pengujian yang
langsung dilakukan terhadap laporan keuangan, buku, catatan, serta dokumen
pendukung
Metode langsung terdiri dari:
• Pemeriksaan aspek umum
• Pemeriksaan aspek perpajakan
• Pemeriksaan atas akun dan saldo neraca yang terkait dengan SPT
• Pemeriksaaan atas akun dan saldo laba rugi yang terkait dengan SPT
Contoh metode langsung pada pengujian penjualan dengan mencocokkan
pos penjualan yang ada di SPT dengan laporan laba rugi kemudian
dicocokkan dengan buku penjualan dan invoice.
b. Metode Tidak Langsung
i. Teknik dan prosedur pemeriksaan dengan melakukan pengujian tidak
langsung melalui suatu pendekatan tertentu mengenai penghasilan
dan biaya.
3. Penghitungan Rasio
Pendekatan Rasio sebaiknya digunakan dalam kondisi:
a. terdapat data yang dapat digunakan sebagai pembanding dan/atau penghitungan
rasio baik dari Direktorat Jenderal Pajak, Wajib Pajak, maupun dari pihak lain.
b. kegiatan usaha Wajib Pajak dapat dibandingkan dengan rasio yang diperoleh.
Basis Data adalah data awal yang dimiliki oleh Pemeriksa Pajak baik yang berasal
dari internal Wajib Pajak pada tahun pajak yang sedang diperiksa atau tahun pajak
yang lain, maupun yang berasal dari pihak eksternal, misalnya:
a. peraturan perpajakan yang mengatur mengenai benchmarking;
b. publikasi komersial;
c. hasil pemeriksaan;
d. dan lain-lain.
Dalam hal volume usaha yang dapat diidentifikasi hanya untuk periode tertentu, maka
volume usaha sebagaimana rumus di atas diproyeksikan dengan cara sebagai berikut:
Dalam hal variabel yang dapat diidentifikasikan berupa input atau proses maka volume
pada periode yang diidentifikasikan dapat dihitung dengan cara sebagai berikut:
Teknik Pemeriksaan
Terdiri dari:
1. pemanfaatan informasi internal dan/atau eksternal
2. pengujian keabsahan dokumen;
3. evaluasi;
4. analisis angka-angka;
5. penelusuran angka-angka;
6. penelusuran bukti;
7. pengujian keterkaitan;
8. ekualisasi atau rekonsiliasi;
9. permintaan keterangan atau bukti;
10. konfirmasi;
11. inspeksi;
12. pengujian kebenaran fisik;
13. pengujian kebenaran penghitungan matematis;
14. wawancara;
15. uji petik (sampling):
16. Teknik Audit Berbantuan Komputer (TABK); dan/atau
17. Teknik-teknik Pemeriksaan lainnya.
• Untuk meyakini kebenaran Pos-pos SPT yang diperiksa. Pemeriksa Pajak dapat
menggunakan satu atau lebih Teknik-teknik Pemeriksaan sesuai pertimbangan
profesional Pemeriksa Pajak, kecuali ditentukan lain oleh suatu ketentuan.
• Dalam hal Pemeriksa Pajak menggunakan lebih dari satu Teknik Pemeriksaan, hasil
penggunaan suatu Teknik Pemeriksaan dapat digunakan untuk mendukung Teknik
Pemeriksaan yang lainnya.
• Pemeriksa Pajak harus menuangkan setiap Teknik Pemeriksaan dan Prosedur
Pemeriksaan yang ditempuh dalam pemeriksaan pada kertas kerja pemeriksaan.
Eksternal:
a. data internet;
b. media massa;
c. instansi, lembaga, organisasi, asosiasi, dan pihak lainnya;
d. hasil exchange of information (Eol) dengan negara mitra Persetujuan Penghindaran
Pajak Berganda (P3B);
e. dan sebagainya.
Pengujian keabsahan dokumen adalah pengujian yang dilakukan untuk meyakini keabsahan
suatu dokumen yang akan digunakan dalam pemeriksaan.
Prosedur:
d. dan sebagainya.
3. Evaluasi
Yaitu proses penilaian atas dokumen, kegiatan, sistem, dan sejenisnya berdasarkan
kriteria tertentu.
Evaluasi dapat dilakukan dalam 2 (dua) tahap:
a. sebelum (pretest); dan
berguna untuk mengukur tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban
perpajakan dan sebagai cara untuk mengukur keefektifan rencana pemeriksaan yang
telah disusun sebelumnya.
b. sesudah (posttest) proses pemeriksaan
berguna untuk mengetahui kualitas pemeriksaan dibandingkan denganprosedur formal
yang diatur dalam ketentuan perpajakan
Prosedur:
a. pahami gambaran umum dan kegiatan usaha Wajib Pajak, akta-akta Wajib Pajak,
bagan organisasi, bagan kepemilikan, proses produksi, hasil Rapat Umum Pemegang
Saham (RUPS), surat-surat keputusan, supplier utama, konsumen utama, dan
sebagainya;
b. pelajari dan cek kelengkapan SPT termasuk lampiran-lampiran dan dokumen-
dokumen Wajib Pajak lainnya;
c. lakukan penilaian atas sistem pengendalian internal Wajib Pajak;
d. identifikasi jenis-jenis pajak yang menjadi kewajiban Wajib Pajak berdasarkan master
file saat terdaftar, pengukuhan sebagai PKP, KLU, dan/atau profil Wajib Pajak;
e. buat checklist prosedur formal tata cara pemeriksaan;
f. pelajari hasil pemeriksaan pajak tahun-tahun sebelumnya;
g. lakukan penilaian kepatuhan Wajib Pajak berdasarkan informasi-informasi
yangtersedia;
h. bandingkan hasil pemeriksaan dengan rencana pemeriksaan;
4. Analisis Angka
• Yaitu penelaahan dan penguraian atas angka-angka dan bagian-bagiannya serta
hubungannya dengan angka pada pos lain untuk mengetahui kewajaran jumlah
suatu pos.
• Analisis angka-angka dilakukan dengan menelaah keterkaitan angka yang
terdapat pada suatu pos dengan angka dalam pos lainnya yang berhubungan.
• Misalnya
o kenaikan beban penyusutan mesin dengan penambahan jumlah atau nilai
aktiva mesin,
o hubungan biaya pemasaran dengan jumlah penjualan,
o hubungan biaya pengangkutan dengan penjualan,
o hubungan biaya bunga dengan pinjaman, dan sebagainya.
Prosedur
5. Penelusuran Angka
Yaitu penelaahan secara mundur untuk mentrasir angka-angka dalam suatu pos sesuai
dengan rekam jejak pemeriksaan (audit trail).
Prosedur:
a. identifikasi transaksi-transaksi yang berkaitan dengan pos yang diperiksa;
b. klasifikasi jenis transaksi yang telah diidentifikasi sesuai dengan jenis objek pajaknya;
c. identifikasi dokumen-dokumen pendukung yang berkaitan dengan pos atau transaksi
yang sedang diperiksa sesuai dengan rekam jejak pemeriksaan (audit trail);
d. lakukan penelaahan mundur atas pos yang diperiksa sampai dengan tanggal neraca;
e. lakukan penelusuran saldo pada neraca dan laporan laba rugi dengan saldo pada
buku besar, buku besar tambahan, jurnal umum, dan/atau dokumen-dokumen Wajib
Pajak terkait lainnya (seperti laporan penerimaan barang, permintaan bahan baku
langsung/inventory requisition, daftar upah buruh, daftar aktiva tetap, daftar gaji
pegawai);
f. dan sebagainya.
6. Penelusuran Bukti
• Yaitu Penelusuran bukti adalah pemeriksaan bukti yang mendukung suatu
transaksi yang telah dicatat (vouching) atau yang seharusnya dicatat (tracing).
Prosedur:
a. dapatkan buku persediaan, buku kas/bank, buku piutang, buku utang;
b. periksa kebenaran saldo- saldo persediaan, kas/bank, piutang, utang;
c. periksa kebenaran mutasi persediaan, kas/bank, piutang, utang;
d. lakukan uji keterkaitan dengan menggunakan formula;
e. dan sebagainya.
Mixed combination
Mengingat perkembangan bisnis dan akuntansi, teknik pengujian keterkaitan dapat
mendukung satu dengan yang lainnya dalam menguji kebenaran suatu pos SPT.
a. Pengujian arus uang → nilai tunai dari penjualan dan penghasilanbruto.
b. Pengujian arus piutang → nilai pelunasan tidak secara tunai.
c. Pengujian arus utang → uang muka penjualan/pelanggan atau penghasilan bruto
secara akrual.
10. Konfirmasi
Yaitu kegiatan untuk memperoleh penegasan atas kebenaran dan kelengkapan data
dan/atau informasi yang telah dimiliki kepada pihak lain terkait suatu transaksi yang
dilakukan Wajib Pajak
Konfirmasi yang digunakan dalam pemeriksaan dilakukan dengan meminta pihak lain
tersebut untuk menjawab pertanyaan yang diajukan, baik ada ataupun tidak ada.
Konfirmasi ini dapat dilakukan dengan mencantumkan maupun mengosongkan data
dan/atau informasi yang dikonfirmasi.
Prosedur:
a. tentukan data dan/atau informasi yang akan dikonfirmasi;
b. tentukan pihak-pihak yang akan
dimintai konfirmasi;
c. buat surat konfirmasi dengan mencantumkan data dan/atau informasi yang akan
ditanyakan dan minta pihak ketiga untuk menjawab; atau kosongkan data dan/atau
informasi yang akan ditanyakan (blank form) dan minta pihak ketiga untuk mengisi
jumlah tersebut;
d. lakukan Exchange of Information (EoI) untuk data dan/atau informasi yang berkaitan
dengan pihak lain di luar negeri; dsb
11. Inspeksi
• Yaitu kegiatan peninjauan secara langsung ke tempat kedudukan, tempat kegiatan
usaha atau pekerjaan bebas, tempat tinggal Wajib Pajak, dan/atau tempat lainnya.
• Teknik ini digunakan untuk mendapatkan keyakinan dan informasi yang lebih
lengkap atas data keuangan dan/atau non keuangan seperti:
a. proses bisnis atau
b. proses produksi Wajib Pajak
yang valid dan relevan sesuai kondisi terkini yang dilakukan dengan cara meninjau
langsung ke kantor, tempat usaha,tempat produksi, pusat pengolahan data, atau
tempat lain dimana suatu data dan/atau informasi tersebut berada.
Prosedur:
a. tentukan data dan/atau informasi yang akan diyakini;
b. tentukan tempat dimana data dan/atau informasi tersebut berada;
c. tentukan waktu pelaksanaan inspeksi; dsb
14. Wawancara
Yaitu proses tanya jawab yang dilakukan untuk memperoleh keterangan yang lebih
lengkap mengenai hal-hal terkait dengan pos-pos yang diperiksa dan/atau untuk
mengumpulkan data dan/atau informasi lain yang diperlukan dalam pemeriksaan baik
dengan Wajib Pajak maupun dengan pihak lain.
Prosedur
a. tentukan keterangan, data, dan/atau informasi yang dibutuhkan;
b. tentukan pihak-pihak yang dapat menyediakan;
c. buat daftar pertanyaan sebelum dilakukan wawancara;
d. tentukan jadwal, waktu, dan tempat;
e. dokumentasikan hasil wawancara dalam bentuk berita acara apabila dipandang perlu;
Prosedur:
Prosedur penggunaan teknik sampling mengacu pada kaidah sampling sesuai ketentuan
yang berlaku umum atau ilmu statistik kecuali apabila diatur khusus oleh Direktur
Jenderal Pajak.
16. TABK
Yaitu Teknik Pemeriksaan yang memanfaatkan aplikasi-aplikasi pada suatu komputer
maupun suatu sistem informasi untuk mendapatkan keyakinan terhadap kebenaran
suatu transaksi yang dicatat/diolah/dibukukan dengan menggunakan suatu aplikasi
tertentu.
Prosedur:
Minggu V
• Persiapan pemeriksaan pajak adalah kegiatan yang dilakukan oleh pemeriksa pajak
sebelum pemeriksa tersebut melaksanakan pemeriksaan lapangan atau pemeriksaan
kantor
• Persiapan pemeriksaan merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
pemeriksa sebelum melaksanakan tindakan pemeriksaan agar pemeriksaan dapat
dilaksanakan secara yang efisien dan efektif
SP2
Penugasan,
persetujuan,
instruksi tahap
tahap pelaporan
pemeriksaan, tahap pelaksanaan hasil
atau persiapan pemeriksaan pemeriksaan
permintaan pemeriksaan
pemeriksaan
lokasi
Seksi Data
• Berkas induk
Pelayanan
• SPT dan SSP
• Berkas data
PDI • Data MPN
• e-SPT
• Ketetapan pajak
Penagihan
• Tunggakan pajak
• Profil WP
Waskon • Analisis risiko
• Info terkini
Pemeriksaan • KKP dan LHP sebelumnya
• Data eksternal
o Data dari kegiatan observasi lapangan tambahan
o Data dari media massa (baik media cetak maupun elektronik)
o Data dari internet
o Data dari Bursa Efek Indonesia
o Data dari pihak ketiga, yang terdiri dari:
▪ Notaris/PPAT
▪ Pemerintah daerah setempat, terkait IMB/SIUP/TDP
▪ Pihak kepolisian, terkait data kepemilikan mobil
▪ Pihak asosiasi
▪ Data kependudukan
▪ Data validasi alamat
▪ Data bidang usaha
Analisis kuantitatif
• Cakupan, atau ruang lingkup pemeriksaan merupakan cakupan dari jenis pajak dan
periode dari pencatatan atau pembukuan, yang menjadi objek untuk dilakukan
pemeriksaan.
• Cakupan ini meliputi pemeriksaan atas satu, beberapa, atau seluruh jenis pajak,
baik satu maupun beberapa Masa Pajak, bagian tahun pajak, atau tahun pajak,
baik tahun-tahun lalu maupun tahun berjalan.
Sarana
Prasarana
Minggu VI - VII
Jangka waktu pemeriksaan pajak terdiri atas jangka waktu PENGUJIAN dan PEMBAHASAN
AKHIR HASIL PEMERIKSAAN DAN PELAPORAN
*WP, wakil, kuasa dari WP, pegawai, atau anggota keluarga yang telah dewasa.
Pemeriksaan LAPANGAN (pengujian) dapat diperpanjang selama max 6 bulan dan dapat
dilakukan paling banyak 3 kali untuk:
Pemeriksaan keterangan lain berupa data konkret dengan pemeriksaan kantor tidak dapat
diperpanjang.
• Meminjam pada saat itu juga data yang diperlukan dan ditemukan/diperoleh di
lapangan dalam rangka pelaksanaan pemeriksaan seperti:
o Data lawan transaksi (data pelanggan, data pemasok, dll) beserta dokumen
pendukungnya yang berhubungan dengan penjualan barang dan harga pokok
penjualan
o Buku, catatan, dan/atau dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau
pencatatan, dokumen lain yang berhubungan dengan penghasilan yang
diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak, atau objek yan
terutang pajak
o Rekening koran Wajib Pajak
o Data lainnya
• Memperhatikan rekening koran Wajib Pajak yang bersifat transitory account,
yakni akun rekening koran yang memiliki slado awal dan/atau saldo akhir nihil akan
tetapi sepanjang periode tersebut terdapat transaksi bank.
• Meminta keterangan tertulis maupun lisan dari Wajib Pajak, wakil, kuasa Wajib
Pajak, pegawai atau anggota keluarga yang telah dewasa dari Wajib Pajak dan harus
dituangkan dalam Berita Acara.
o Keterangan tertulis seperti surat pernyataan tidak diaudit oleh kantor akuntan
publik, keterangan bahwa fotokopi dokumen yang dipinjamkan sesuai dengan
aslinya
o keterangan lisan yaitu wawancara tentang proses pembukuan wajib pajak
• Melakukan inspeksi untuk menguji eksistensi dan pengecekan fisik antara lain:
o Proses produksi dan alur kegiatan yang dilakukan oleh Wajib Pajak
o Kapasitas produksi, produk yang dihasilkan, jumlah karyawan, modal
sendiri, atau pinjaman yang dibutuhkan oleh WP dalam menjalankan
kegiatannya
o Harta berupa uang, persediaan, perlatan, aktiva tetap, dan lainnya.
Pemeriksaan Lapangan
Pemeriksaan Kantor
• Daftar buku, catatan, dan/atau dokumen, termasuk data yang dikelola secara
elektronik serta keterangan lain yang diperlukan dilampirkan pada Surat Panggilan
Dalam Rangka Pemeriksaan Kantor.
• Wajib dipinjamkan saat WP memenuhi panggilan dan pemeriksa membuat bukti
peminjaman dan pengembalian buku, catatan, dan dokumen.
• Apabila ada dokumen yang belum tercantum pada lampiran Surat Panggilan Dalam
Rangka Pemeriksaan Kantor, pemeriksa membuat permintaan peminjaman.
Ketentuan lain
✓ Dokumen yang diminta wajib diserahkan paling lama 1 bulan sejak surat permintaan
peminjaman
✓ Setiap penyerahan dokumen, pemeriksa membuat bukti peminjaman dan
pengembalian
✓ Apabila dokumen berupa fotokopi, WP membuat pernyataan bahwa fotokopi
sesuai dengan aslinya
✓ Apabila dokumen yang diminta belum diserahkan dan belum melampaui jangka 1
bulan, pemeriksa dapat menyampaikan peringatan tertulis sebanyak 2 kali:
➢ Peringatan I setelah 2 minggu sejak tanggal penyampaian surat permintaan
peminjaman
➢ Peringatan II setelah 3 minggu sejak tanggal penyampaian surat permintaan
peminjaman
✓ Apabila dokumen tidak dimiliki atau tidak dikuasai oleh WP, WP membuat surat
pernyataan bahwa dokumen yang diminta tidak dimiliki atau tidak dikuasai WP
✓ Apabila dokumen perlu dilindungi kerahasiaannya, WP dapat mengajukan permintaan
agar pemeriksaan dilaksanakan di tempat WP dengan menyediakan ruangan khusus.
✓ Apabila melampaui jangka waktu 1 bulan dan dokumen yang diminta tidak
diserahkan, pemeriksa membuat berita acara tidak dipenuhinya permintaan
peminjaman dokumen, dilampiri dokumen yang wajib dipinjamkan tetapi belum
diserahkan
✓ Apabila semua dokumen yang diminta telah diserahkan, pemeriksa membuat
berita acara pemenuhan seluruh peminjaman dokumen.
✓ Apabila WP tidak atau tidak sepenuhnya meminjamkan dokumen yang diperlukan,
pemeriksa menentukan dapat atau tidaknya melakukan pengujian dalam rangka
menghitung besarnya penghasilan kena pajak berdasarkan bukti kompeten yang
cukup sesuai dengan standar pelaksanaan pemeriksaan
• Data elektronik diperoleh dengan media penyimpanan yang tidak dapat diubah, yaitu
melakukan imaging file-file, dan hashing file image kemudian membuat Berita Acara*
• Perolehan data dilakukan dengan prosedur, wawancara, meminta ijin mengakses,
mengunduh, dan membuat Berita Acara*, serta mendokumentasikan proses perolehan
• Pemeriksa dapat meminta bantuan e-auditor jika terdapat kendala
• Jika wajib pajak tidak melakukan pembukuan elektronik, dan pemeriksa tidak dapat
melakukan pengolahan data karena keterbatasan database dan meminjam data non
elektronik, Pemeriksa membuat Berita Acara Peminjaman Data, Catatan, Dokumen
Non Elektronik
*berita acara perolehan data,catatan, dan/atau dokumen yang dikelola secara elektronik
Penyegelan
Pembukaan segel
Ketentuan lain
✓ Apabila dalam jangka waktu 7 hari setelah tanggal penyegelan atau jangka waktu lain
WP/wakil/kuasa tidak memberi izin kepada pemeriksa dan/atau tidak memberi
bantuan, WP dianggap menolak dilakukan pemeriksaan
✓ WP/wakil/kuasa wajib menandatangani pernyataan penolakan pemeriksaan*
✓ Apabila WP/wakil/kuasa menolak menandatangani surat pernyataan penolakan,
pemeriksa membuat dan menandatangani berita acara mengenai penolakan tersebut.*
*dapat dijadikan dasar penetapan pajak secara jabatan atau usulan pemeriksaan bukti
permulaan
Permintaan penjelasan/keterangan
Permintaan penjelasan WP
SE-10/PJ/2017
• Pada prinsipnya, terkait kerahasiaan keterangan pihak ketiga, terdapat dua kelompok
yaitu:
1 Bulan
Professional Judgment
WP tidak koorperatif:
Pemeriksaan atas buku, catatan, dokumen, dan keterangan lain dan didokumentasikan
dalam KKP
Bertujuan untuk:
• Menguji kebenaran angka-angka dalam pos-pos SPT yang diperiksa
• Menentukan apakah penghitungan pajak yang dilaporkan dalam SPT telah sesuai
dengan ketentuan
Ketentuan
✓ Pemeriksaan untuk menguji pos-pos yang diperiksa dilakukan menggunakan metode,
teknik, dan prosedur yang telah ditentukan dalam audit program
✓ Pemeriksaan dilaukan secara objektif dan profesional, dan temuan yang dihasilkan
harus didasarkan pada bukti kompeten yang cukup dan berdasarkan pada ketentuan
yang berlaku
✓ Pelaksanaan
Pengungkapan oleh WP
• WP mengungkapkan dalam laporan tersendiri secara tertulis mengenai
ketidakbenaran pengisian SPT sepanjang pemeriksa belum menyampaikan SPHP
• Laporan disampaikan ke KPP tempat WP terdaftar
• Laporan ditandatangani oleh WP/wakil/kuasa dan dilampiri:
o Penghitungan pajak kurang bayar sesuai dengan keadaan sebenarnya dalam
format SPT
o SSP atas pelunasan pajak kurang bayar
o SSP atas pembayaran sanksi kenaikan 50%
• Apabila pengungkapan ketidakbenaran tidak mengakibatkan kekurangan
pembayaran, tidak perlu dilampiri SSP
Tindak lanjut pemeriksa
• Pemeriksaan tetap dilanjutkan dan diterbitkan SKP berdasarkan hasil pemeriksaan,
mempertimbangan laporan tersendiri dan memperhitungkan pokok pajak yang telah
dibayar
• Apabila pemeriksaan membuktikan bahwa pengungkapan oleh WP tidak sesuai
keadaan sebenarnya, SKP diterbitkan sesuai dengan keadaan sebenarnya
• Apabila pemeriksaan membuktikan bahwa pengungkapan oleh WP sesuai keadaan
sebenarnya, SKP diterbitkan sesuai pengungkapan WP
Pemberitahuan hasil pemeriksaan dan tanggapan Wajib Pajak atas pemberitahuan hasil
pemeriksaan
Ketentuan umum
✓ WP harus diberikan hak hadir dalam PAHP
✓ Hak hadir diberikan melalui penyampaian undangan tertulis dengan menyampaikan
hari dan tanggal pelaksanaan PAHP
✓ Undangan disampaikan max 3 hari kerja sejak
➢ Diterimanya tanggapan tertulis atas SPHP
➢ Berakhirnya jangka waktu 7 hari kerja, apabila WP tidak menyampaikan
tanggapan tertulis
✓ Dalam hal pemeriksaan keterangan lain berupa data konkret dengan pemeriksaan
kantor, undangan disampaikan bersamaan dengan SPHP
✓ Undangan dapat disampaikan secara langsung atau melalui faksimili
Langkah yang dilakukan pemeriksa:
No. Tanggapan WP PAHP Tindakan yang Diambil
Pemeriksa membuat risalah pembahasan
Menyampaikan lembar
berdasarkan lembar pernyataan persetujuan dan
pernyataan
1. Hadir membuat berita acara PAHP dilampiri ikhtisar
persetujuan hasil
hasil pembahasan akhir, ditandatangani oleh tim
pemeriksaan
pemeriksa dan WP/wakil/kuasa.
Pemeriksa membuat risalah pembahasan
Menyampaikan lembar berdasarkan lembar pernyataan persetujuan,
pernyataan Tidak berita acara ketidakhadiran WP dalam PAHP, dan
2.
persetujuan hasil hadir berita acara PAHP dilampiri ikhtisar hasil
pemeriksaan pembahasan akhir, ditandatangani oleh tim
pemeriksa
Pemeriksa melakukan PAHP dengan WP
Menyampaikan surat
3. Hadir berdasarkan surat sanggahan dan menuangkan
sanggahan
hasil pembahasan dalam risalah pembahasan,
✓ Apabila terdapat hasil pemeriksaan yang belum disepakati dalam risalah pembahasan
dan WP mengajukan permohonan pembahasan dengan tim quality assurance, berita
acara PAHP yang dilampiri ihtisar hasil pembahasan akhir dibuat setelah pembahasan
dengn tim quality assurance
✓ Apabila WP tidak mengajukan permohonan pembahasan dengan tim quality
assurance, berita acara PAHP yang dilampiri dengan ihtisar dibuat berdasarkan risalah
pembahasan
✓ Apabila WP/wakil/kuasa menolak menandatangani risalah pembahasan dan/atau
berita acara PAHP yang dilampiri dengan ihtisar hasil pembahasan akhir, pemeriksa
pajak membuat catatan penolakan
✓ Apabila WP tidak hadir dalam PAHP, PAHP dianggap telah dilaksanakan dan berita
acara PAHP yang dilampiri ihtisar pembahasan akhir ditandatangani oleh tim
pemeriksa
Tim Quality Assurance
✓ Tim yang dibantuk oleh Direktur Jenderal Pajak dalam rangka membahas hasil
Pemeriksaan yang belum disepakati antara Pemeriksa Pajak dan Wajib Pajak dalam
Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan guna menghasilkan Pemeriksaan yang
berkualitas
✓ Tugas:
➢ Membahas perbedaan pendapat antara Wajib Pajak dengan Pemeriksa
Pajak yang terbatas pada dasar hukum koreksi pada saat PAHP
➢ Memberikan simpulan dan keputusan atas perbedaan pendapat antara
Wajib Pajak dengan Pemeriksa Pajak; dan
➢ Membuat risalah Tim Quality Assurance Pemeriksaan yang berisi
simpulan dan keputusan hasil pembahasan dan bersifat mengikat
✓ Anggota
➢ Penunjukan anggota Tim QA dilakukan dengan memperhatikan kompetensi
pegawai, apabila dipandang perlu, anggota Tim QA dapat diisi oleh Kepala
Seksi/Fungsional pemeriksa KPP di wilayah kanwil tersebut
Dalam hal Pemeriksaan yang dilanjutkan terkait dengan permohonan pengembalian kelebihan
pembayaran pajak, Pemeriksaan dilanjutkan dengan penerbitan:
2. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar sesuai dengan Surat Pemberitahuan apabila
jangka waktu 12 bulan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17B ayat (1) Undang-
Undang KUP terlewati.
Apabila susunan keanggotaan tim Pemeriksa Pajak untuk melanjutkan Pemeriksaan berbeda
dengan susunan keanggotaan tim Pemeriksa Pajak sebelumnya, Pemeriksaan tersebut
dilakukan setelah diterbitkan surat yang berisi perubahan tim Pemeriksa Pajak.
PERTEMUAN 1
Dalam hal ini, analisis laporan keuangan yang efektif digambarkan sebagai three legged stool
seperti berikut:
Berdasarkan gambar tersebut, 3 poin utama dalam menganalisis laporan keuangan antara
lain:
Sebagai salah satu komponen analisis bisnis, analisis keuangan merupakan penggunaan
aporan keuangan untuk menganalisis posisi dan kinerja keuangan perusahaan, dan untuk
menilai kinerja perusahaan di masa depan.
Alat analisis:
Analisis ini dilakukan dengan cara menelaah neraca, laporan laba rugi, atau laporan arus
kas yang berurutan dari satu periode ke periode berikutnya. Analisis ini disebut juga
sebagai analisis horizontal. Terdapat dua teknik analisis komparatif yang populer: analisis
perubahan dari tahun ke tahun (year to year change analysis) dan analisis tren angka
indeks.
3. Analisis rasio
- Analisis kredit
• Likuiditas, untuk mengevaluasi kemampuan memenuhi kewajiban jangka
pendek
• Struktur modal dan solvabilitas, untuk menilai kemampuan memenuhi
kewajiban jangka panjang
- Analisis profitabilitas
• Tingkat pengembalian atas investasi (return on investment-ROI), untuk menilai
kompensasi keuangan kepada penyedia pendanaan ekuitas dan utang
• Kinerja operasi, untuk mengevaluasi margin laba dari aktivitas operasi
• Pemanfaatan aset (asset utilization), untuk menilai efektifitas dan intensitas
aset dalam menghasilkan penjualan, disebut pula perputaran (turnover)
- Valuasi, untuk mengestimasi nilai intrinsik perusahaan (saham)
PERTEMUAN 2
3. Konsep Laba
Laba (income) yang juga disebut earning atau profit merupakan ringkasan hasil bersih
kegiatan operasi usaha dalam periode tertentu yang dinyatakan dalam istilah keuangan.
- Konsep laba ekonomi
a) Laba ekonomi
Ditentukan dengan cara arus kas ditambah dengan present value dari prediksi
arus kas di masa depan, khususnya direpresentasikan dengan perubahan
market value dari aset usaha bersih.
b) Laba permanen (sustainable income atau recurring income)
Merupakan rata-rata laba stabil yang ditaksir dapat diperoleh perusahaan
sepanjang umurnya, dengan kondisi usaha masa sekarang.
c) Laba operasi
Merupakan laba yang timbul dari kegiatan operasi perusahaan. Laba ini sering
dianggap sebagai net operating profit after tax (NOPAT).
- Konsep laba akuntansi
Laba akuntansi atau laba dilaporkan (reported income) ditentukan berdasarkan konsep
akrual.
- Laba akuntansi dan laba ekonomi
Penyebab perbedaan kedua jenis laba tersebut adalah sebagai berikut:
• Konsep laba alternatif
• Biaya historis
• Basis transaksi
• Konservatisme
• Manajemen laba
PERTEMUAN 3
I. PROFITABILITY ANALYSIS
Tujuan utama dari analisis laporan keuangan adalah menentukan nilai sekuritas modal
(saham) perusahaan. Nilai saham tersebut lebih sering diukur dengan profitabilitas
perusahaan di masa depan. Analisis terhadap profitabilitas perusahaan saat ini dapat
membantu seseorang untuk memproyeksikan bagaimana profitabilitas perusahaan di masa
depan dan return yang diharapkan investor atas investasi sahamnya pada perusahaan
tersebut. Salah satu ukuran kinerja perusahaan adalah NET INCOME. Meskipun perusahaan
juga melaporkan comprehensive income, namun NET INCOME–lah yang merupakan kunci
profitabilitas perusahaan dan memiliki keterkaitan paling kuat dengan return saham
perusahaan. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk menganalisis NET INCOME tersebut
tercantum dalam diagram dibawah ini:
• Rumus di atas digunakan untuk perusahaan yang memiliki struktur ekuitas sederhana
(simple capital structure), yaitu perusahaan yang dalam ekuitasnya tidak memiliki:
a) convertible bonds ataupun convertible preferred stock beredar yang dapat ditukar
dengan saham biasa oleh pemegangnya;
b) stock option ataupun warrants yang dapat digunakan untuk mengakuisisi saham
biasa oleh pemegangnya.
• Weighted average number of common shares outstanding merupakan jumlah
tertimbang dari saham biasa perusahaan yang beredar dalam suatu periode. Jumlah
tertimbang tersebut merefleksikan jumlah saham biasa baru yang terbit, akuisisi
kembali saham (treasury stock), dan transaksi sejenis lainnya yang terjadi selama
setahun.
2. Common-size analysis
Terkait dengan profitabilitas, maka common-size analysis dilakukan terhadap laporan laba
rugi (Income Statement). Sebab, laporan laba rugi memuat indikator profitabilitas, yaitu
net income. Dengan common-size analysis, maka laporan keuangan perusahaan dapat
dibandingkan dengan perusahaan pesaing atau rata-rata industri yang memiliki nilai
rupiah penjualan yang sangat berbeda secara lebih bermakna. Common-size analysis
juga sangat berguna untuk membandingkan antar perusahaan yang menggunakan mata
uang berbeda dalam laporan keuangannya. Analisis ini juga dapat diterapkan terhadap
laporan laba rugi komparatif (antar tahun) untuk mengetahui pos-pos yang mengalami
perubahan signifikan.
Dalam common-size analysis terdadap laporan laba rugi, penjualan dinyatakan sebagai
100% dan pos-pos laporan laba rugi yang lain dinyatakan sebagai persentase terhadap
penjualan. Sehingga, Common-size analysis disebut juga analisis vertikal sebab
mengevaluasi pos dari atas ke bawah.
Keterangan:
- Analysis amount merupakan pos-pos penghasilan dan biaya dalam laporan laba rugi
- Base amount yang digunakan dalam hal ini adalah penjualan atau revenue
Contoh:
Dengan membuat laporan laba rugi common size yang lengkap, maka secara otomatis
akan diketahui berapa gross profit margin (GPM), operating perofit margin (OPM), dan net
profit margin (NPM) perusahaan tersebut. Dalam melakukan common-size analysis
laporan laba rugi sebuah perusahaan dengan perusahaan rata-rata industri yang patut
diperhatikan adalah:
- Perusahaan dalam satu industri yang sama memiliki tingkat margin yang relatif sama
(tidak jauh berbeda). Jika terdapat perbedaan yang signifikan, maka perlu dilakukan
analisis lebih lanjut penyebab dari perbedaan tersebut (melihat Catatan atas Laporan
Keuangan/CaLK perusahaan).
- Perusahaan dalam satu industri yang sama seharusnya memiliki struktur biaya yang
relatif sama, misalkan industri tekstil yang padat karya memiliki biaya gaji dan upah
dengan persentase tersesar. Jika terdapat perbedaan yang signifikan, maka perlu
dilakukan analisis lebih lanjut penyebab dari perbedaan tersebut (melihat Catatan atas
Laporan Keuangan/CaLK perusahaan).
Sementara itu, dalam melakukan common-size analysis terhadap laporan laba rugi
komparatif (antar tahun), dapat ditemui perubahan persentase yang disebabkan oleh:
- Perubahan expense yang independen terhadap perubahan sales (contoh: perubahan
tarif upah pegawai);
- Perubahan sales yang independen terhadap perubahan expense (contoh: terhadap
fixed expense);
- Efek interaksi antara expense dan sales (contoh: jika terjadi kenaikan advertising
expense maka cenderung terjadi kenaikan sales, namun tingkat kenaikan tersebut bisa
saja berbeda);
- Kombinasi dari ketiga hal di atas.
Average total assets = (total aset tahun n + total aset tahun n-1) : 2
Tax rate (Indonesia) = tarif PPh badan = 25%
Nilai ROA merefleksikan kesuksesan perusahaan dalam menggunakan asetnya
untuk menghasilkan net income, terepas dari pembiayaan aset tersebut bagaimana.
ROA dinyatakan dalam persen. Contoh nilai ROA 9,2% berarti bahwa perusahaan
hanya menghasilkan income Rp0,092 atas setiap Rp1 aset yang diinvestasikan.
• Return on Net Operating Assets (RNOA)
Average common equity = (common equity tahun n + common equity tahun n-1) : 2
ROCE dinyatakan dalam persen. Semakin besar nilai ROCE maka semakin bagus.
ROCE juga dapat dihitung dengan rumus berikut:
Debt ratio dinyatakan dalam bentuk persen. Rasio di atas menunjukkan bagaimana
perusahaan mendanai asetnya. Misalkan debt ratio sebesar 53,8% berarti 53,8% aset
perusahaan dibeli dengan debt.
Rasio di atas disebut juga Time Interest Earned (TIE). Rasio ini mengukur
kemampuan perusahaan untuk membayar interest expense. Perusahaan dikatakan
memiliki risiko cukup rendah jika nilai TIE lebih dari 1. Misalkan TIE bernilai 5,67 kali
PERTEMUAN 4
Pendanaan aktivitas bisnis suatu entitas dapat dilakukan melalui hutang, ekuitas, maupun
keduanya.
1. HUTANG
Hutang adalah kewajiban yang mengharuskan adanya pembayaran berupa
uang, jasa, atau aset lainnya di masa depan. Dengan kata lain, ada klaim dari pihak
luar atas aset dan sumber daya perusahaan saat ini dan masa mendatang yang harus
dipenuhi. Pada dasarnya hutang (liability) bisa dikategorikan sebagai pembiayaan
(financing) atau operasi (operating) dan lebih diprioritaskan dari pada ekuitas
pemegang saham. Hutang biasanya dilaporkan sebagai kewajiban lancar atau tidak
lancar dengan pertimbangan apakah kewajiban tersebut jatuh tempo dalam jangka
waktu satu tahun atau lebih.
a) Hutang Pembiayaan (financing liabilities)adalah semua bentuk dari debt
financing seperti hutang jangka panjang (long term liabilities), wesel, obligasi,
pinjaman jangka pendek (short term borrowings) dan sewa guna (leases).
b) Hutang Operasi (operating liabilities) adalah adalah kewajiban yang timbul dari
kegiatan operasi perusahaan, misalnya hutang dagang dari kreditur, kewajiban
pasca pensiun (postretirement obligation).
2. EKUITAS
Ekuitas mengacu pada klaim pemilik atas aset bersih (net asset)
perusahaan. klaim atas liability diprioritaskan dari pada klaim ekuitas sehingga pemilik
ekuitas mendapatkan klaim (residual) setelah klaim atas hutang telah terpenuhi. Di
satu sisi, pemegang ekuitas memiliki resiko yang tinggi. Namun di sisi lain, pemilik
memiliki hak atas semua pengembalian yang tersisa (residual return). Ada sekuritas
tertentu seperti obligasi konvertibel memiliki sifat sebagian hutang dan sebagian
PERTEMUAN 5
ANALISIS ASET
Aset adalah sumber daya yang dimiliki perusahaan dengan tujuan menghasilkan laba
(profit). Aset dapat dikategorikan ke dalam 2 (kelompok) yaitu:
1) Aset lancar
adalah sumber daya yang siap dikonversi menjadi kas dalam siklus operasi
perusahaan. contohnya kas, setara kas, piutang, persediaan, dan beban dibayar
dimuka.
2) Aset tidak lancar
Adalah sumber daya yang diharapkan memberikan manfaat kepada perusahaan
selama periode di luar periode saat ini (lebih dari 1 tahun). Contohnya properti, pabrik,
peralatan, aset tak berwujud, investasi, dan biaya yang ditangguhkan.
Ada perbedaan lainnya mengenai aset yang dapat digunakan untuk melakukan analisis
yaitu menandai apakah suatu aset adalah aset keuangan/finansial atau aset operasi. Aset
keuangan terdiri dari surat berharga dan investasi lain yang dikategorikan aset non operasi.
Aset keuangan biasanya dinilai pada harga wajar (pasar) dan diharapkan memberikan
pengembalian (return) yang sama dengan biaya modal yang telah disesuaikan dengan resiko.
PERTEMUAN 6&7
PERTEMUAN 1
KEBIJAKAN BAHASA INDONESIA
1. Sikap Berbahasa
▪ Kebanggaan : mengedepankan bahasa Indonesia dalam komunikasi lingkup nasional
▪ Kesetiaan : tidak melupakan bahasa Indonesia dalam era global
▪ Kesadaran terhadap Kaidah : tetap memerhatikan kaidah/norma bahasa dalam
berkomunikasi lisan dan tulisan
3. Ragam Bahasa
▪ Media : lisan & tulis → baku & tidak baku
▪ Penutur : dialek (awam) & terpelajar ; resmi & tidak resmi
▪ Pokok persoalan (ranah ilmu) : hukum, niaga, akuntansi, sastra, dsb
PERTEMUAN 2-3
EJAAN BAHASA INDONESIA (PUEBI)
1. Pemakaian Huruf
▪ Huruf Kapital
a. Huruf Kapital dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan & pangkat yang diikuti
nama orang atau pengganti nama orang tertentum nama instansi, atau nama tempat.
g. Huruf kapital juga dipakai sebagai huruf pertama singkatan nama gelar (seperti Dr.
dan M.A.), pangkat (seperti Prof.), dan sapaan (seperti Sdr., Tn., Ny.)
➢ Contoh:
Hari ini Dr. Sugiyono membuka lokakarya.
Lokakarya itu juga dihadiri oleh Prof. Basuki, M.A.
Saya berharap agar Sdr. Hanafi menaati peraturan.
2. Penulisan Kata
a. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata yang mendapat awalan atau akhiran saja,
unsur gabungan kata itu tetap ditulis terpisah.
➢ Contoh:
Informasi tersebar luas di masyarakat.
Pahala ibadah pada bulan Ramadan akan berlipat ganda.
KTP ditanda tangan oleh lurah.
b. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata yang mendapat awalan dan akhiran
sekaligus, unsur gabungan kata itu harus ditulis serangkai.
➢ Contoh:
Kita harus menyebarluaskan informasi kepada warga.
Setiap bulan Ramadan umat Islam melipatgandakan ibadahnya.
Penandatanganan KTP dilakukan oleh lurah.
c. Gabungan kata yang salah satu unsur gabungan itu hanya dipakai dalam kombinasi
ditulis serangkai (bentuk terikat).
➢ Contoh:
antarkota, antarprovinsi, antarwilayah, antarnegara, purnajual, purnawirawan,
prapiala dunia, pramuniaga, pramusiwi, Pancasila, dasadarma, poligami,
semiprofesional, swalayan, swasembada, subsistem
d. Pemenggalan Kata
✓ Huruf diftong ai, au, dan oi tidak pernah diceraikan sehingga pemenggalan kata
tidak dilakukan di antara kedua huruf itu.
➢ Contoh:
Adhika pergi ke Solo untuk menemui sau-
dara-saudaranya.
✓ Jika di tengah kata ada huruf konsonan (termasuk gabungan huruf) di antara dua
huruf vokal, pemenggalan dilakukan sebelum huruf konsonan.
➢ Contoh:
Kita harus melawan kemiskinan de-
ngan cara mencerdaskan bangsa.
✓ Jika di tengah kata ada tiga huruf konsonan atau lebih, pemenggalan dilakukan di
antara huruf konsonan pertama dan kedua.
➢ Contoh:
• Penelitian itu dilakukan dengan in-
strumen yang sudah diuji.
e. Singkatan : bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih.
✓ Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan atau pangkat diikuti dengan
tanda titik.
➢ Contoh:
• Ririen E.S.; Dr. Hadyan P.N., M.Si.
• Bpk. Joyo Diharjo
• Sdr. Budi Warsito, Kol. Bambang Suharjo.
✓ Singkatan nama resmi lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, badan atau
organisasi, serta nama dokumen resmi tidak disertai tanda titik.
➢ Contoh: DPR, PGRI, GBHN, PT, KTP, SMA, MA
✓ Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu titik.
➢ Contoh:
dll. (dan lain-lain); dsb.(dan sebagainya); dst. (dan seterusnya); hlm. (halaman);
sda.( sama dengan atas); Yth. (Yang terhormat)
✓ Singkatan yang terdiri atas dua huruf ditulis dengan dua titik
➢ Contoh:
a.n. (atas nama); d.a. (dengan alamat); u.b. (untuk beliau); u.p. (untuk perhatian).
f. Akronim: Singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata, atau
gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata
✓ Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis
seluruhnya dengan huruf kapital:
➢ Contoh: STAN; LAN; STAIN
✓ Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis
seluruhnya dengan huruf awal kapital
➢ Contoh: Apindo, Bappenas, Iwapi, Kowani
✓ Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, atau
gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf kecil
➢ Contoh: pemilu, rapim, tilang, radar
1.2 Ilustrasi
✓ Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yg menunjukkan
waktu.
➢ Contoh: Pukul 1.35.15 (pukul 1 lewat 35 menit 15 detik)
✓ Tanda titik dipakai di antara nama penulis, judul, tempat terbit dalam daftar pustaka.
➢ Contoh: Keraf, Gorys. 1984. Tata Bahasa Indonesia. Ende-Flores: Nusa Indah.
✓ Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan dsb.
➢ Contoh: Acara Kunjungan Presiden RI.
✓ Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya
➢ Contoh:
• Saya lahir pada tahun 1956.
• Hal itu disebutkan pada halaman 125.
• Nomor teleponnya adalah 08128225976.
✓ Tanda titik tidak dipakai di belakang alamat pengirim dan tanggal surat atau nama
dan alamat penerima surat.
➢ Contoh:
• Badan Bahasa
Jalan Daksinapati Barat IV
Jakarta 13220
Sekretaris : S. Handayani
Bendahara : B. Hartawan
✓ Tanda titik dua dapat dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan
pelaku dalam percakapan.
➢ Contoh:
Ibu : (Meletakkan beberapa kopor) “Bawa kopor ini, Mir!”
✓ Tanda titik dua dapat dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halaman, (ii) di antara
bab dan ayat dalam kitab suci, (iii) di antara judul dan anak judul suatu karangan,
serta (iv) di antara nama kota dan penerbit buku.
➢ Contoh:
• Tempo, I (34), 1971: 7
• Surah Yasin: 9
• Karangan Ali Hakim, Pendidikan Seumur Hidup: sebuah Studi, sudah terbit.
• Djakarta: Eresco, 1968.
✓ Tanda titik dua tidak dipakai jika rangkaian atau pemerian itu merupakan pelengkap
yang mengakhiri pernyataan.
➢ Contoh:
• Kita memerlukan meja, kursi, dan lemari.
• Fakultas itu mempunyai jurusan Ekonomi Umum dan jurusan Ekonomi
Perusahaan.
Tanda ellipsis pada akhir kalimat diikuti oleh empat tanda titik.
➢ Contoh:
• Penyebab kemerosotan …. akan diteliti lebih lanjut.
• Dalam Undang-Undang Dasar 1945 disebutkan bahwa negara ialah ….
• …., lain lubuk lain ikannya.
✓ Tanda ellipsis dipakai untuk menulis ujaran yang tidak selesai dalam dialog.
➢ Contoh:
• “Menutur saya …. seperti …. bagaimana, Bu?”
• “Jadi, simpulannya …. oh, sudah saatnya istirahat.”
✓ Tanda kurung dipakai untuk mengapit huruf atau angka yang digunakan sebagai
penanda pemerincian.
➢ Contoh:
• Faktor produksi menyangkut (a) bahan baku, (b) biaya produksi, dan (c) tenaga
kerja.
• Dia harus melengkapi berkasnya dengan melampirkan
(1) akta kelahiran,
(2) ijazah terakhir, dan
(3) surat keterangan kesehatan.
✓ Tanda petik digunakan sebagai tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat
ditempatkan di belakang tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang
dipakai dengan arti khusus pada ujung kalimat atau bagian kalimat.
➢ Contoh:
• Karena warna kulitnua, Budi mendapat julukan “Si Hitam”.
• Bang Komar sering disebut “pahlawan”; ia sendiri tahu sebabnya.
o. Tanda Apostrof (‘ )
✓ Tanda apostrof atau penyingkat dipakai untuk menunjukkan penghilangan bagian
kata atau bagian angka tahun dalam konteks tertentu.
➢ Contoh:
• Dia ‘kan kusurati. (‘kan = akan)
• Mereka sudah datang, ‘kan? (‘kan = bukan)
• Malam ‘lah tiba. (‘lah = telah)
• 5-2-’13 (’13 = 2013)
PERTEMUAN 4
BENTUK DAN PILIHAN KATA
Imbuhan
a. Awalan: meng-, ber-, per-, peng-, di-, ter-, se-
b. Akhiran: -an, -kan, -i, -nya
c. Sisipan: -em-, -el-, -er-
d. Imbuhan gabung (konfiks): ke- +…+ -an, peng- +…+ -an, per- +…+ -an, ber- +…+
-an, se- +…+ -nya
Imbuhan meng-
a. Kata berimbuhan: awalan (prefiks) meng-
meng- {vocal, g, k, h, kh, x}
+
mem- {b, f, p, v}
+
meng- men- {c, d, j, sy, t, z}
+
meny- {s}
+
me- {l, r, w, y, nasal}
+
menge- + {kata bersuku tunggal}
b. Jika imbuhan meng- ditambahkan pada kata dasar yang dimulai dengan konsonan
seperti k, p, s, dan t, konsonan tersebut luluh.
➢ Contoh:
meng- + saring menyaring
meng- + tari menari
meng- + pukul memukul
▪ Jika imbuhan meng- ditambahkan pada kata dasar yang dimulai dengan konsonan k,
p, s, dan t, dan dilanjutkan dengan huruf konsonan, konsonan tersebut tidak
luluh.
➢ Contoh:
meng- kristal mengkristal
+
kritik mengkritik
klasifikasi mengklasifikasi
klarifikasi mengklarifikasi
c. Jika imbuhan meng- ditambahkan pada kata dasar yang bersuku satu, bentuk meng-
berubah menjadi menge-.
➢ Contoh:
meng- + tes mengetes
meng- + bom mengebom
meng- + cek mengecek
meng- + lap mengelap
meng- + pel mengepel
e. Jika imbuhan meng- ditambahkan pada kata dasar yang dimulai dengan konsonan c,
konsonan itu tidak luluh.
➢ Contoh:
meng- + cuci mencuci
meng- + cinta + -i mencintai
meng- + caci mencaci
meng- + cocok + -kan mencocokkan
meng- + cuat mencuat
Bentuk terikat ditulis serangkai dengan kata yang mengikuti (multi- + n., dll.)
➢ Contoh:
antarkota multilateral pascasarjana
antikorupsi narapidana prasejarah
ekstrakurikuler nonaktif subbab
mahakuasa pancasila taktembus
*catatan:
- maha dan tak ditulis terpisah jika diikuti kata berimbuhan.
- bentuk terikat yang diikuti kata berawalan kapital atau singkatan dirangkai dengan
tanda hubung (-): anti-KKN, non-Asia.
➢ Contoh:
• orang-orang tua; orang tua-tua; orang tua-orang tua: bedakan maknanya
• sekali-sekali: kadang-kadang
• sekali-kali: tidak sekalipun
• tulis-menulis: perihal kegiatan menulis
• tolong-menolong: saling tolong
• menginjak-injak: menginjak berulang-ulang (salah: menginjak-nginjak)
• kata ulang murni yang diberi imbuhan yang berasal dari kata dasar berawalan
huruf ‘KPST’, huruf luluh pada semua unsur yang berulang
korek-korek → mengorek-ngorek (salah: mengorek-korek)
• kata ulang semu yang diberi imbuhan, ‘KPST’ luluh pada unsur pertama saja
porak-poranda → memorakporandakan (salah: memorakmorandakan)
• bentuk ulang menyatakan jamak/plural:
• bentuk ulang kata majemuk yang menyatakan jamak/plural ditulis dengan
mengulang semua unsur
Kata majemuk: gabungan kata yang membentuk kesatuan makna. Ditulis terpisah.
➢ Contoh: terima kasih, kerja sama, ibu kota
makan hati cuci tangan pangku tangan
naik haji rumah makan tekuk lutut
campur tangan jatuh bangun buang air
angkat kaki naik darah masuk angin
➢ Contoh:
acapkali adakalanya radioaktif
apalagi bagaimana kasatmata
saputangan kacamata olahraga
Bentuk Jamak
a. Bentuk jamak dengan mengulang kata yang bersangkutan.
➢ Contoh:
anak-anak kursi-kursi rumah-rumah rumah sakit-rumah sakit
kantor-kantor mobil-mobil perusahaan-perusahaan mobil-mobil bekas
b. Bentuk jamak dengan menambah kata bilangan.
➢ Contoh:
lima mobil tujuh motor semua anak
c. Bentuk jamak dengan menambah kata bantu jamak.
➢ Contoh:
beberapa kursi sejumlah orang para undangan
berbagai banyak karyawan daftar kata
persoalan
d. Bentuk jamak dengan menggunakan kata ganti orang.
➢ Contoh: kami, kita, kamu sekalian, mereka
Ungkapan Penghubung
a. Ungkapan Penghubung Intrakalimat: untuk menghubungkan unsur-unsur dalam
suatu kalimat.
➢ Contoh:
baik … maupun … seperti demikian
antara … dan … misalnya sebagai berikut
b. Ungkapan Penghubung Antarkalimat: untuk menghubungkan unsur penghubung
yang menyatakan pertalian dua kalimat.
➢ Contoh:
Oleh karena itu, Dengan demikian, Di samping itu,
Akan tetapi, Jadi, Padahal,
Lagipula, Meskipun begitu, Namun,
2. lindung
melindungi berlindung
pelindungan perlindungan
3. henti
menghentikan berhenti
penghentian perhentian
4. hitung
menghitung berhitung
penghitungan perhitungan
Beberapa kata ada yang hanya bisa diberi imbuhan meng- + ... atau ber- + ...
dan ada yang bisa diberi kedua bentuk imbuhan (memengaruhi makna).
Kata Turunan
Tindakan Pelaku
Kata Proses/Cara/Perbuatan
(meng- + …), (peng- + …), (pe- +
Asal (peng- + ... + -an),
(ber- + ...) …)
(per- + ... + -an),
tani menani (tidak ada) penani (tidak ada) penanian (tidak ada)
bertani petani pertanian
gulat menggulat (tidak ada) penggulat (tidak ada) penggulatan (tidak ada)
bergulat pegulat pergulatan
2. Pemilihan Kata/Istilah
a. Ragam Bahasa
b. Kosakata dan Istilah
c. Kelas Kata
▪ Syarat Pilihan Kata:
a. Tepat : kata tersebut dapat mengungkapkan gagasan secara cermat
Syarat Ketepatan Memilih Kata
1) Menguasai kosakata (memahami makna secara tepat).
➢ Contoh:
Benar Salah
Karena mengabaikan petunjuk Karena mengacuhkan
panitia, banyak peserta tidak dpt petunjuk panitia, banyak
menyelesaikan lomba. peserta tidak dpt
menyelesaikan lomba.
• acuh: peduli, mengindahkan
Warga yang mengerti tanda-tanda
gempa segera memberi tahu
warga lainnya.
Orang yang pertama kali
mengetahui peristiwa itu sudah
melapor ke kantor polisi.
Meskipun diprotes para pemain, Meskipun diprotes para
wasit tetap bergeming. pemain, wasit tidak
• bergeming: tidak bergerak bergeming.
Pemerintah berusaha Pemerintah berusaha
mengentaskan masyarakat dari mengentaskan kemiskinan
kemiskinan. masyarakat.
• mengentaskan: mengangkat
Dia mengaku dapat melihat Dia mengaku dapat melihat
makhluk yang takkasatmata. makhluk yang kasatmata.
• kasatmata: dapat dilihat
Kelakuannya yang tidak senonoh Kelakuannya yang senonoh
dan pakaiannya yang tidak dan pakaiannya yang seronok
seronok tidak patut ditiru. tidak patut ditiru.
• senonoh: sopan (selalu
diikuti kata tidak untuk
menunjukkan tidak pantas
• seronok: indah
Yang efektif adalah saya membeli bunga, bukan saya membeli bunga
melati.
➢ Contoh:
jam & pukul suatu (diikuti nomina) & sesuatu
tiap-tiap & masing-masing sekali-kali, sekali-sekali, sesekali
latihan & pelatihan orang tua-tua & orang-orang tua
pemakaman & permakaman pemukiman & permukiman
pewaris (yang mewarisi) & ahli
waris (yang diwarisi)
• kata berimbuhan berbeda
penggunaan:
mengerti (dalam) & mengetahui (terbatas)
mendengar (tidak diniatkan) & mendengarkan (sungguh-sungguh)
menanyakan (mencari jawaban) & mempertanyakan (terdapat masalah)
memperingati (+benda/hal: ulang tahun) & memperingatkan (+orang)
menghadiahi (+orang) & menghadiahkan (+benda: kado)
menduduki (+benda: jabatan, kursi) & mendudukkan (+orang)
mewarisi (+orang) & mewariskan (+benda: harta warisan)
dikenai (orang dikenai benda/hal)
dikenakan (benda/hal dikenakan kepada orang)
▪ Ungkapan seperti merujuk kepada uraian selanjutnya.
➢ Contoh: Kami mohon dikirimi bahan-bahan bangunan, seperti semen, bata
merah, pasir, dan kayu.
▪ Ungkapan misalnya merujuk kepada uraian sebelumnya.
➢ Contoh: Penempatan pegawai baru, misalnya, termasuk masalah utama
yang akan dibicarakan.
▪ Ungkapan tiap-tiap merupakan adjektiva yang dapat diikuti nomina.
➢ Contoh: tiap-tiap pengendara sepeda motor wajib memakai helm.
▪ Ungkapan masing-masing merupakan kata ganti sehingga tidak diikuti nomina
➢ Contoh: murid kembali ke kelas masing-masing (bukan masing-masing
murid).
▪ Ungkapan demikian merujuk kepada uraian sebelumnya.
▪ Ungkapan sebagai berikut merujuk kepada uraian selanjutnya.
➢ Contoh:
Yang harus Anda siapkan adalah hal-hal sebagai berikut.
Benar Salah
Karena modal di bank terbatas, Karena modal di bank terbatas
tidak semua pengusaha lemah sehingga tidak semua
memperoleh kredit. pengusaha lemah
memperoleh kredit.
Pemakaian Kata Depan di, ke, dari, bagai, pada, dan daripada
➢ Contoh:
Benar Salah
Putusan pemerintah itu melegakan Putusan daripada pemerintah itu
rakyat. melegakan hati rakyat.
Cincin ini terbuat dari emas. Cincin ini terbuat daripada emas.
Ruangan ini lebih besar daripada Ruangan ini lebih besar dari
ruangan itu. ruangan itu.
Bukunya dititipkan pada saya Bukunya dititipkan di saya selama
selama ia sedang mengikuti ia sedang mengikuti Pelatihan
Pelatihan Bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia.
Peserta Penyuluhan Bahasa Peserta Penyuluhan Bahasa
Indonesia tiba di Pusat Bahasa Indonesia tiba ke Pusat Bahasa
tepat pukul 08.00. tepat pukul 08.00.
➢ Contoh:
Bentuk yang Bentuk yang
Salah Benar
merubah mengubah
pengrusak perusak
pengrajin perajin
penyair pensyair
mengkelola mengelola
mencontek menyontek
pirsawan pemirsa
penetrapan penerapan
1) Bentuk Berpasangan
a. Pasangan Seasal: pasangan kata yang memiliki bentuk asal yang sama dan
maknanya berdekatan.
➢ Contoh:
korban & kurban fardu & perlu sunat & sunah
lulus & lolos rela & rida
layak & laik berkat & berkah
b. Pasangan Bersaing
➢ Contoh: bentuk kata yang kebanyakan merupakan penyerapan dari bahasa
asing yang penggunaannya tidak tepat.
ambulans & ijin & izin kualitas & kwalitas
ambulan
analisis & analisa jadual & jadwal kuitansi & kwitansi
apotek & apotik jaman & zaman metode & metoda
atlet & atlit kaidah & kaedah November &
Nopember
azas & asas karier & karir praktik & praktek
bus & bis kharisma & karisma risiko & resiko
Februari & Pebruari khawatir & sekedar & sekadar
kawatir/kuatir
frekuensi & khazanah & khasanah seksama & saksama
frekwensi
hakikat & hakekat kompleks & komplek taqwa & takwa
lembap & lembab telanjur & terlanjur respons (merespons)
imbau & himbau frustrasi & frustasi & respon (meresponi)
c. Pasangan Rancu
➢ Contoh: bentuk kata yang terbentuk akibat kesalahan dalam memadukan
dua unsur yang berpasangan.
mengelola & melola ketawa & tertawa ketemu & bertemu
mengetrapkan & ketabrak &
menerapkan tertabrak
3) Kata Berakhiran
a. -kan / -an
➢ Contoh:
mendudukan & mendudukkan pendidikan & pendidikkan
menegakan & menegakkan penarikan & penarikkan
mengontrakan & mengontrakkan pengrusak & perusak
Pengrajin & perajin
b. –ir (salah)
➢ Contoh:
Benar Salah
Ijazah Saudara harus Ijazah Saudara harus dilegalisir
dilegalisasi dulu. dulu.
Sukarno-Hatta Soekarno-Hatta
memproklamasikan negara memproklamirkan negara
Republik Indonesia. Republik Indonesia.
c. Hemat
Bentuk bersinonim tidak digunakan dalam satu kalimat
➢ Contoh:
agar & supaya lalu & kemudian sejak & dari
adalah & sebab & karena tersebut & di
merupakan atas
PERTEMUAN 5 & 6
KALIMAT
- Kata → unsur terkecil dalam kalimat yang terdiri atas gabungan huruf memiliki
arti, contoh anak.
- Frasa → kelompok kata yang terdiri atas unsur inti & unsur keterangan yang tidak
melampaui batas fungsi sintaksis, contoh anak berambut ikal yang sangat
ramah.
D. Kalimat Majemuk
Kalimat yang terdiri atas dua (atau lebih) kalimat dasar/tunggal.
• Kalimat Majemuk Setara (Badan Bahasa: Majemuk)
- Kalimat yang terdiri atas, minimal, dua kalimat dasar yang
masing-masing dapat berdiri sendiri sebagai kalimat tunggal.
- Dalam kalimat majemuk setara tidak ada induk dan anak
kalimat.
- Jika kalimat-kalimat dasar dalam kalimat majemuk setara
memiliki subjek atau predikat yang sama, subjek atau predikat
itu cukup ditulis pada kalimat dasar pertama (Saya menyukai
nasi, sedangkan dia menyukai roti)
• Kalimat Majemuk Bertingkat (Badan Bahasa: Kompleks)
- Memiliki induk kalimat & anak kalimat (anak kalimat diawali konjungsi/kata
penghubung)
- Induk kalimat berkedudukan lebih tinggi daripada anak kalimat sehingga
induk kalimat harus memiliki unsur kalimat yang lengkap (terutama S dan
P).
- Induk kalimat dapat berdiri sendiri, sedangkan anak kalimat tidak.
- Jika anak kalimat mendahului induk kalimat, anak kalimat dan induk
kalimat dipisahkan tanda koma (Karena sakit, ia tidak datang).
- Pada kalimat majemuk bertingkat yang terdiri atas gabungan kalimat dasar
yang subjeknya sama, subjek itu cukup dituliskan satu kali dan harus
diletakkan pada induk kalimat (Setelah terdakwa divonis oleh hakim,
terdakwa dibawa ke LP Cipinang)
*Dan dia datang begitu saja. × (Setelah itu dia datang begitu saja)
Tetapi, dia gagal. × (Akan tetapi/Namun, ia gagal)
Saya sakit, namun ingin pergi. × (Saya sakit, tetapi ingin pergi)
Tingkat inflasi tinggi, daya beli masyarakat menurun drastis. ×
(Karena (konj.) tingkat inflasi tinggi, daya beli masyarakat
menurun drastis; atau Tingkat inflasi tinggi menyebabkan
(predikat) daya beli masyarakat menurun drastis)
• Kalimat Majemuk Campuran (Badan Bahasa:Majemuk Kompleks)
- Kalimat yang terdiri atas tiga klausa atau lebih
- Dua di antara klausa dalam kalimat majemuk ini merupakan
induk kalimat, sedangkan klausa yang lain merupakan anak
kalimat yang berfungsi sebagai pemerluas salah satu atau
kedua fungsi dalam induk kalimat (Ayah sedang melukis dan
adik sedang belajar ketika kebakaran itu terjadi)
E. Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan
gagasan sesuai dengan yang diharapkan oleh si penulis
atau si pembicara.
Ciri kalimat efektif: (* adalah kalimat yang tidak efektif)
1) Lugas
informasi yang akan disampaikan dalam kalimat itu ialah yang
pokok-pokok saja, tidak boleh berbelit-belit, tetapi disampaikan
secarasederhana. Contoh
1a. *Terus meningkatnya permintaan terhadap produk kertas, mau
tidak mau memaksa industri kertas menambah produksinya dan lebih
meningkatkan mutu kertas itu sendiri.
2) Tepat
jitu atau kena benar (sesuai dengan sasaran) dan tidak multitafsir
sehingga dibutuhkan ketelitian. Contoh
1a. *Istri pejabat yang boros itu dibenci masyarakat.
(yang boros istri pejabat atau pejabat adalah ambigu)
2a. *Wajib pajak dikenakan pajak penghasilan untuk setiap masa
pajak.
2b. Wajib pajak dikenai pajak penghasilan untuk setiap masa pajak,
atau Pajak penghasilan dikenakan kepada wajib pajak untuk
setiap masa pajak (orang dikenai hal/benda, hal/benda dikenakan
kepada orang)
3) Jelas
jelas strukturnya dan lengkap unsur-unsurnya. Contoh
1a. *Berdasarkan analisis kapasitas produksi yang telah dilakukan,
dapat diketahui bahwa dalam menjalankan promosi memiliki
pengaruh terhadap penjualan. (K-P-S{K-P-O}).
1b. Berdasarkan analisis kapasitas produksi yang telah dilakukan,
dapat diketahui bahwa promosi memiliki pengaruh terhadap
penjualan. (K-P-S-{S-P-O}).
2a. *Pasal 52 ayat (2) UU SJSN memerintahkan kepada keempat
badan tersebut untuk melakukan penyesuaian dengan UU SJSN. (S-P
v.transitif-K-K)
2b. Pasal 52 ayat (2) UU SJSN memerintahkan penyesuaian dengan
UU SJSN kepada keempat badan tersebut. (S-P v. transitif-O-K)
3a. Kata penghubung berlebihan sehingga klausa utama takjelas.
jika …, maka ….
kalau …, maka ….
karena …, maka ….
walaupun …, tetapi ….
walaupun …, namun ….
meskipun …, tetapi ….
4) Hemat
informasi yang akan disampaikan dalam kalimat itu harus cermat,
tidak boros, dan perlu kehati-hatian. Contoh
1a. *Pemberian penghargaan dapat diberikan dalam bentuk tanda
jasa, kenaikan pangkat istimewa, uang, piagam, dan/atau bentuk
penghargaan lain.
1b. Pemberian penghargaan dapat berbentuk tanda jasa, kenaikan
pangkat istimewa, uang, piagam, dan/atau bentuk penghargaan lain.
2a. Kata yang bersinonim jangan digunakan bersamaan, contohnya
sangat pandai sekali.
3a. Kata yang sudah jelas tidak perlu diikuti kata penjelas, contohnya
naik-ke atas, turun-ke bawah, adalah-merupakan, tersebut-di atas.
4a. Kata bersinonim, contohnya untuk/demi, agar/supaya, daftar
nama/nama-nama, para guru/guru-guru.
5) Sejajar
bentuk dan struktur yang digunakan dalam kalimat efektif harus
paralel, sama, atau sederajat. Contoh
1a. *Kebijakan itu bertujuan peningkatan produksi nasional,
mendorong daya guna produksi, dan menjamin mutu barang
1b. Kebijakan itu bertujuan meningkatkan produktivitas nasional,
mendorong daya guna produksi, dan menjamin mutu barang.
2a. * a. Biawak itu dipegang kepalanya agar tidak marah dan
melawan.
2b. Biawak itu dipegang kepalanya agar tidak marah dan tidak
melawan.
6) Logis
1a. *Acara selanjutnya ialah sambutan wakil mahasiswa. Waktu kami
persilahkan
1b. Acara selanjutnya ialah sambutan wakil mahasiswa. Saudara Anik
saya persilakan.
2a. *Pengunjung yang membawa tas harap dimasukkan ke loker.
2b. Tas pengunjung harap dimasukkan ke loker.
3a. *Dia bekerja saling membantu.
3b. Mereka bekerja saling membantu.
PERTEMUAN 7
PARAGRAF
A. Syarat Paragraf
→ Unit terkecil sebuah karangan yang terdiri dari kalimat utama atau
gagasan pokok dan kalimat penjelas atau gagasan penjelas.
Paragraf yang baik minimal terdiri dari dua kalimat atau dua gagasan.
1. Kohesi → kesatuan : menyatakan satu hal
a. kalimat utama
B. Jenis Paragraf
• Berdasarkan Pola Penalaran
1. Paragraf deduktif: kalimat utamanya terletak di awal paragraf.
2. Paragraf induktif: kalimat utamanya terletak di akhir paragraf.
3. Paragraf deduktif-induktif: kalimat utamanya terletak di awal dan
akhir paragraf.
4. Paragraf ineratif: kalimat utamanya terletak di tengah paragraf.
5. Paragraf tersebar: kalimat utamanya tersebar di keseluruhan
paragraf (deskriptif, narasi)
• Berdasarkan Gaya Ekspresi/Pengungkapan
1. Deskripsi → Menggambarkan sesuatu
Bandung masih diselimuti kabut. Orang-orang baru satu dua yang
lalu lalang. Yang tampak dominan adalah para petugas kebersihan
kota.....
2. Eksposisi →Memaparkan atau Memerikan sesuatu
Kota Bandung adalah salah satu ibu kota propinsi dari sekian
banyak propinsi di Indonesia, yaitu Provinsi Jawa Barat. Sebagai
ibu kota provinsii Kota Bandung juga amat dikenal sebagai ...
3. Argumentasi → Meyakinkan sesuatu
Hampir semua orang yang pernah tinggal di Kota Bandung
menyatakan merasa betah tinggal di kota tersebut. Bisa dimengerti
mengapa mereka merasa betah. Kota ini memiliki tingkat
kriminalitas yg relatif kecil bila dibandingkan dengan kota
setaranya, Surabaya dan Medan misalnya...
4. Narasi → Menceritakan sesuatu
Hari itu ia telusuri sudut demi sudut kota Bandung yang amat
dicintainya seolah-olah tidak mau ada satu pun sudut yang
terlewat. Setiap sudut yang disinggahinya. Mula-mula ia...
5. Persuasi → Memengaruhi/Merajuk orang tentang sesuatu
Rumah tangga penyumbang terbesar sampah di Sungai Ciliwung.
Jika kondisi ini berlanjut, sejumlah daerah di sekitarnya akan
mengalami krisis. Untuk itu, kesadaran perlu ditanamkan secara
kuat kepada masyarakat. Jika lingkungan terjaga, kita jugalah
yang akan diuntungkan.
• Berdasarkan Urutan
1. Paragraf pembuka → pada awal karangan sebagai pengantar pokok