Anda di halaman 1dari 141

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat serta karunia-
Nya, sehingga tim kami mampu menyelesaikan kompilasi dan ringkasan materi yang berjudul
“SIMULTAX Edisi UTS”, sebagai salah satu suplemen keambiestan mahasiswa PKN STAN khususnya
Jurusan Pajak.
Tim kami menyadari bahwa kompilasi dan ringkasan materi ini tidak mungkin terselesaikan
tanpa adanya dukungan, bantuan, bimbingan, dan nasehat dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan
ini kami menyampaikan terima kasih kepada:
1. Kepala Jurusan Pajak
2. Kepala Program Studi DIII Pajak
3. Dosen-Dosen Pembimbing dan pengajar
4. Pengurus KMP 2019 khususnya Bidang Pendidikan dan Prestasi
5. Fungsional yang sekaligus menjadi Tim Simultax sebagai berikut:
No Nama Mata Kuliah Kontak
1 Muhammad Irfan Hilmy Penanggung jawab 0852-2019-1540
2 Ammar Lab PPN dan PPnBM 0895351058854

3 Cindy Ayu Dwikasari

4 Noor Rizky Firdhausy Pemeriksaan Pajak

5 Angelin

6 Dyah Ayu Purwokencono Analisis Laporan Keuangan


7 Novan Harikas Juon
8 Tantria Kusumawardhani Bahasa Indonesia

6. Serta semua pihak yang turut membantu proses penyusunan kompilasi materi ini yang
tidak dapat kami sebutkan satu persatu.

Dalam kompilasi dan ringkasan materi ini tentunya masih banyak kekurangan dan kesalahan,
karena itu kritik dan saran yang membangun akan menyempurnakan penulisan. Semoga kompilasi dan
ringkasan materi ini bermanfaat dan dapat dijadikan referensi para pembaca.
SELAMAT AMBIS KAWAN~

4 Juni 2019

Tim Simultax
Bidang Pendidikan dan Prestasi
KMP PKN STAN 2019

Kata PengantAR -SIMULTAX- 2


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................................... 1


Lab. PPN dan PPn BM .......................................................................................................... 4
Pemeriksaan Pajak .............................................................................................................. 19
Analisis Laporan Keuangan ................................................................................................. 76
Bahasa Indonesia .............................................................................................................. 102

Daftar Isi -SIMULTAX- 3


Lab. PPN dan PPn BM
CP: Ammar (0895351058854)

PERTEMUAN 1-2

A. Dasar Hukum Surat Pemberitahuan

1. PMK-243/PMK.03/2014 STTD PMK-9/PMK.03/2018 tentang Surat Pemberitahuan


(SPT)
2. PER-29/PJ/2015 tentang Bentuk, Isi, dan Tata Cara Pengisian serta Penyampaian
SPT Masa PPN

B. Jenis Surat Pemberitahuan Masa PPN


SPT Masa
PPN

SPTM PPN SPTM PPN SPTM PPN


1111 1111 DM 1107 PUT

kode form kode form kode form


1111 (Induk) 1111 DM (Induk) 1107 (Induk)
Kode form
1111 AB

Kode form
1111 A1 Kode form Kode form
kode form 1111 A DM 1107 PUT 1
1111 A2

Kode form
1111 B1
Kode form Kode form
Kode form
1111 R DM 1107 PUT 2
1111 B2

Kode form
1111 B3

SPTM PPN 1111


a. Pengguna : SPT Masa PPN 1111 wajib digunakan bagi setiap Pengusaha Kena Pajak
yang menggunakan mekanisme pengkreditan antara Pajak Masukan dengan Pajak
Keluaran.
b. SPT paling sedikit memuat:
1. jenis pajak;
2. nama Wajib Pajak dan Nomor Pokok Wajib Pajak;
3. Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak yang bersangkutan; dan
4. tanda tangan Wajib Pajak atau kuasa Wajib Pajak.
Selain berisi data minimal suatu SPT, SPT Masa PPN, juga memuat data mengenai:
1. jumlah penyerahan;
2. jumlah Dasar Pengenaan Pajak;

Lab. PPN dan PPn BM - KMP 2019 4


3. jumlah Pajak Keluaran;
4. jumlah Pajak Masukan yang dapat dikreditkan;
5. jumlah kekurangan atau kelebihan pajak;
6. tanggal penyetoran; dan
7. data lainnya yang terkait dengan kegiatan usaha Wajib Pajak.
SPTM PPN 1111 DM
a. Pengguna : SPT Masa PPN 1111DM wajib digunakan bagi setiap PKP yang
menggunakan pedoman penghitungan pengkreditan Pajak Masukan berdasarkan
peredaran usaha atau kegiatan usaha. PKP yang menggunakan pedoman
penghitungan pengkreditan Pajak Masukan yaitu Pengusaha Kena Pajak yang
peredaran usaha dalam 1 (satu) tahun tidak melebihi jumlah 4,8 Milliar yang memilih
untuk menggunakan pedoman penghitungan pengkreditan Pajak Masukan.
b. SPT paling sedikit memuat:
1. jenis pajak;
2. nama Wajib Pajak dan Nomor Pokok Wajib Pajak;
3. Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak yang bersangkutan; dan
4. tanda tangan Wajib Pajak atau kuasa Wajib Pajak.
SPTM PPN 1107 PUT
a. Pengguna : SPT Masa PPN 1107 untuk Pemungut PPN
b. SPT paling sedikit memuat:
1. jenis pajak;
2. nama Wajib Pajak dan Nomor Pokok Wajib Pajak;
3. Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak yang bersangkutan; dan
4. tanda tangan Wajib Pajak atau kuasa Wajib Pajak.
Selain berisi data minimal suatu SPT, SPT Masa PPN Pemungut, juga memuat
data mengenai:
1. jumlah Dasar Pengenaan Pajak;
2. jumlah pajak yang dipungut;
3. jumlah pajak yang disetor;
4. tanggal pemungutan;
5. tanggal penyetoran; dan
6. data lainnya yang terkait dengan kegiatan usaha Wajib.

C. Bagian-Bagian SPT

1. SPT terdiri dari SPT induk dan lampiran yang merupakan satu kesatuan yang tidak
terpisahkan.
2. Dalam kondisi tertentu, harus dilampiri dengan keterangan dan/atau dokumen sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan.
Ketentuan lebih lanjut mengenai:
1. bentuk, isi, dan tata cara pengisian SPT;
2. keterangan dan/atau dokumen yang harus dilampirkan dalam SPT;
3. tempat dan cara lain pengambilan SPT;
4. tata cara penandatanganan SPT;
5. tata cara penyampaian SPT dan Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan;
6. tata cara pembetulan SPT; dan
7. tata cara penelitian, pengelompokan, perekaman, dan pengelolaan SPT,
3. diatur dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak. (PER-29/PJ/2015 tentang
Bentuk, Isi, dan Tata Cara Pengisian serta Penyampaian SPT Masa PPN).

Lab. PPN dan PPn BM - KMP 2019 5


D. Bentuk, Isi, dan Tata Cara Pengisian serta Penyampaian SPT Masa PPN
1. Fungsi SPT Masa PPN
Dalam sistem self assessment, SPT Masa PPN berfungsi sebagai sarana bagi PKP
untuk mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah PPN atau PPN dan PPnBM
yang terutang dan melaporkan tentang:
- pengkreditan Pajak Masukan (PM) terhadap Pajak Keluaran (PK); dan
- pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri dan/atau melalui
pihak lain dalam suatu Masa Pajak.
Pengusaha yang berstatus sebagai pemungut PPN juga diwajibkan melaporkan PPN
yang telah dipungut dengan menggunakan formulir SPT Masa PPN untuk Pemungut
PPN.
2. Bentuk dan Isi SPT Masa PPN 1111
SPT Masa PPN 1111 terdiri dari:
1. Induk SPT Masa PPN; dan
2. Lampiran SPT Masa PPN, baik dalam bentuk formulir kertas (hard copy) atau data
elektronik, yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan, yang masing-
masing diberi nomor, kode, dan nama formulir.
3. Tata Cara Penyetoran PPN atau PPN dan PPnBM, Pelaporan dan Penyampaian SPT
Masa PPN 1111
a. Batas Waktu Penyetoran PPN atau PPN dan PPnBM
1) PPN atau PPN dan PPnBM yang terutang dalam satu Masa Pajak, harus
disetor paling lama akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak dan
sebelum SPT Masa PPN 1111 disampaikan.
2) Dalam hal tanggal jatuh tempo penyetoran bertepatan dengan hari libur
termasuk hari Sabtu atau hari libur nasional, penyetoran dapat dilakukan pada
hari kerja berikutnya.
b. Batas Waktu Pelaporan SPT Masa PPN 1111
1) SPT Masa PPN 1111 harus disampaikan paling lama akhir bulan berikutnya
setelah berakhirnya Masa Pajak.
2) Dalam hal batas akhir pelaporan bertepatan dengan hari libur termasuk hari
Sabtu atau hari libur nasional, pelaporan SPT Masa PPN 1111 dapat dilakukan
pada hari kerja berikutnya.
(Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada PER-29/PJ/2015 beserta
Lampirannya, karena ada contohnya juga lhoo)

PERTEMUAN 3-4

A. Ekspor

Dasar Hukum :
PMK-145/PMK.04/2014 Perubahan Kedua Atas PMK-145/PMK.04/2007 Tentang
Ketentuan Kepabeanan Di Bidang Ekspor
Pengertian :
1. Ekspor adalah kegiatan mengeluarkan barang dari daerah pabean.
2. Barang Ekspor adalah barang yang telah diajukan pemberitahuan pabean untuk
diekspor dan telah mendapatkan nomor pendaftaran.
3. Pemberitahuan Pabean Untuk Diekspor yang selanjutnya disebut Pemberitahuan
Pabean Ekspor adalah pernyataan yang dibuat oleh Orang dalam rangka

Lab. PPN dan PPn BM - KMP 2019 6


melaksanakan kewajiban kepabeanan di bidang ekspor dalam bentuk tulisan di atas
formulir atau data elektronik.

B. Pemberitahuan Pabean

Dasar Hukum :
PMK - 226/PMK.04/2015 tanggal 16 Desember 2015 Tentang Perubahan Atas PMK-
155/PMK.04/2008 Tentang Pemberitahuan Pabean
Pengertian :
Pemberitahuan Pabean adalah pernyataan yang dibuat oleh orang dalam rangka
melaksanakan kewajiban pabean.
meliputi Pemberitahuan Pabean dalam rangka:
1. pengangkutan barang impor, ekspor dan/atau barang asal Daerah Pabean yang
diangkut ke tempat lain dalam Daerah Pabean melalui luar Daerah Pabean;
2. impor barang;
3. ekspor barang;
4. pemasukan barang dari tempat lain dalam Daerah Pabean ke tempat yang berada
dibawah pengawasan DJBC;
5. pengangkutan barang dan/atau pengiriman barang tertentu asal Daerah Pabean yang
diangkut ke tempat lain dalam Daerah Pabean.
NEGATIF LIST
Kewajiban untuk menyampaikan Pemberitahuan Pabean Ekspor tidak berlaku atas ekspor
barang berupa:
1. barang pribadi penumpang;
2. barang awak sarana pengangkut;
3. barang pelintas batas; atau
4. barang kiriman melalui pos dengan berat tidak melebihi 100 (seratus) kilogram

C. Tahapan Ekspor
PELABUHAN
PENGIRIMAN 11B NEGARA
TUJUAN

16

EKSPORTIR 1 IMPORTIR
6
9
2
11A

Menyiapkan 5 13 12 3 15
Barang DINAS / SUDIN
7 PERINDAG
8
10 4
BANK DEVISA BANK IMPORTIR
14
BEA CUKAI

EMKL / PERUSAHAAN
EXPENDITUR PELAYARAN

Keterangan :
1. Ekportir melakukan korespondensi dengan Importir di LN (mutu, harga, delivery dll)

Lab. PPN dan PPn BM - KMP 2019 7


2. Eksportir & Importir mengadakan kontrak jual beli
3. Importir membuka L/C ke Bank Korespondensinya
4. Bank Koresponden Importir meneruskan L/C ke Bank Devisa Eksportir
5. Bank Devisa meneruskan L/C ke Eksportir
6. Eksportir menyiapkan barang-barangnya
7. Eksportir mendaftarkan PEB ke Bea Cukai
8. Eksportir memesankan ruang kapal
9. Eksportir sendiri/ melalui EMKL mengirimkan barang
Eksportir atau PPJK menyampaikan PEB ke Kantor Pabean pemuatan: paling cepat 7
(tujuh) hari sebelum tanggal perkiraan ekspor; dan paling lambat sebelum barang
dimasukkan ke Kawasan Pabean tempat pemuatan. Atas ekspor barang curah,
Eksportir atau PPJK dapat menyampaikan PEB sebelum keberangkatan sarana
pengangkut.
10. Eksportir sendiri/ melalui EMKL memfiatmuatkan barang
11A. EMKL memberitahukan pengiriman barang
11B. Pengiriman barang keluar Daerah Pabean menuju Importir
12. Eksportir mengajukan SKA kepada Dinas/Sudin (bila perlu). SKA = Surat Keterangan
Asal, (Rules of Origin). Setiap negara wajib mencegah illegal
transshipment/circumvention akibat kebijakan anti dumping suatu negara
13. Eksportir melakukan pencairan uang muka ke Bank Devisa
14. –
15. Bank Devisa Importir mengirimkan Dokumen Ekspor kepada Importir
16. Importir mengambil barang di Pelabuhan

D. Terjadinya Ekspor

Dalam Penjelasan Pasal 2 Undang-undang Kepabeanan dinyatakan bahwa secara


nyata ekspor terjadi pada saat barang melintasi daerah pabean, namun mengingat dari
segi pelayanan dan pengamanan tidak mungkin menempatkan pejabat bea dan cukai di
sepanjang perbatasan untuk memberikan pelayanan dan melakukan pengawasan barang
ekspor. Maka secara yuridis ekspor dianggap telah terjadi pada saat barang tersebut telah
dimuat di sarana pengangkut yang akan berangkat ke luar daerah pabean.

Sarana Pengangkut
1. sarana pengangkut yaitu setiap kendaraan, pesawat udara, kapal laut, atau
sarana lain yang digunakan untuk mengangkut barang atau orang.
2. Yang dimaksud dimuat yaitu dimasukkannya barang ke dalam sarana pengangkut
dan telah diajukan pemberitahuan pabean termasuk dipenuhinya pembayaran bea
keluar.
Pernyataan ini memberikan penegasan bahwa walaupun barang tersebut telah dimuat di
sarana pengangkut yang akan berangkat keluar daerah pabean, jika dapat dibuktikan
barang tersebut akan dibongkar dalam daerah pabean dengan menyerahkan suatu
pemberitahuan pabean , barang tersebut tidak dianggap sebagai barang ekspor.

E. Dokumen Terkait Kegiatan Ekspor BKP

Lab. PPN dan PPn BM - KMP 2019 8


1. PEB yang telah diberikan persetujuan ekspor oleh pejabat DJBC yang berwenang dan
dilampiri dengan faktur penjualan yang merupakan satu kesatuan yang tidak
terpisahkan dengan PEB tersebut.
2. Instruksi pengangkutan (melalui darat, udara atau laut), ocean B/L atau Master B/L
atau Airway Bill (dalam hal ocean B/L atau Master B/L tidak ada, maka B/L harus
dilampiri dengan fotokopi ocean B/L atau Master B/L yang telah dilegalisasi oleh pihak
yang menerbitkannya), dan packing list;
3. Fotokopi wesel ekspor atau bukti penerimaan uang lainnya dari bank, yang telah
dilegalisasi oleh bank yang bersangkutan atau fotokopi L/C yang telah dilegalisasi oleh
bank koresponden, dalam hal ekspor menggunakan L/C;
4. Asli atau fotokopi yang telah dilegalisasi polis asuransi BKP yang dieskpor, dalam hal
BKP yang diekspor diasuransikan; dan
5. Sertifikasi dari instansi tertentu seperti Departemen Perindustrian, Departemen
Perdagangan, Departemen Pertanian, Departemen Kehutanan, atau badan lain seperti
kedutaan besar negara tujuan, sepanjang diwajibkan adanya sertifikasi

F. Ekspor JKP dan BKPTB

Dasar Hukum : PMK-30/PMK.03/2011 tanggal 28 Pebruari 2011 tentang Perubahan Atas


PMK-70/PMK.03/2010 Tentang Batasan Kegiatan dan Jenis JKP Yang Atas Ekspornya
Dikenai PPN

Kewajiban Membuat Pemberitahuan Ekspor


1. Pengusaha Kena Pajak yang melakukan Ekspor Jasa Kena Pajak wajib membuat
Pemberitahuan Ekspor Jasa Kena Pajak pada saat Ekspor Jasa Kena Pajak
2. Pemberitahuan Ekspor Jasa Kena Pajak dilampiri dengan invoice sebagai satu
kesatuan yang tidak terpisahkan adalah dokumen tertentu yang kedudukannya
dipersamakan dengan Faktur Pajak
3. menggunakan formulir sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran PMK-
70/PMK.03/2010.

Pengertian Jasa
Jasa adalah setiap kegiatan pelayanan yang berdasarkan suatu perikatan atau perbuatan
hukum yang menyebabkan suatu
1. barang,
2. fasilitas,
3. kemudahan, atau
4. hak tersedia untuk dipakai,
5. termasuk jasa yang dilakukan untuk menghasilkan barang karena pesanan atau
permintaan dengan bahan dan atas petunjuk dari pemesan

Pengertian Jasa Maklon


Jasa Maklon adalah pemberian jasa dalam rangka proses penyelesaian suatu barang
tertentu yang proses pengerjaannya dilakukan oleh pihak pemberi jasa (disubkontrakkan),
dan pengguna jasa menetapkan spesifikasi, serta menyediakan bahan baku dan/atau
barang setengah jadi dan/atau bahan penolong/pembantu yang akan diproses sebagian
atau seluruhnya, dengan kepemilikan atas barang jadi berada pada pengguna jasa. (PMK-
30/PMK.03/2011)

Lab. PPN dan PPn BM - KMP 2019 9


Ekspor Jasa Maklon
Atas kegiatan ekspor Barang Kena Pajak yang dihasilkan dari kegiatan ekspor Jasa
Maklon oleh Pengusaha Kena Pajak eksportir Jasa Maklon dilaporkan sebagai ekspor
Barang Kena Pajak dalam SPTM PPN. (PMK-30/PMK.03/2011)

Pajak Pertambahan Nilai atas:


1. perolehan Barang Kena Pajak;
2. perolehan Jasa Kena Pajak;
3. pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean;
4. pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean; dan/atau
5. impor Barang Kena Pajak,
merupakan Pajak Masukan yang dapat dikreditkan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.
(PMK-30/PMK.03/2011)

Batasan Kegiatan Ekspor Jasa Maklon


1. pemesan atau penerima JKP berada di luar Daerah Pabean dan merupakan WPLN
serta tidak mempunyai Bentuk Usaha Tetap (BUT) sebagaimana dimaksud dalam UU
PPh;
2. spesifikasi dan bahan disediakan oleh pemesan atau penerima JKP;
3. bahan adalah bahan baku, barang setengah jadi, dan/atau bahan penolong/pembantu
yang akan diproses menjadi BKP yang dihasilkan;
4. kepemilikan atas barang jadi berada pada pemesan atau penerima JKP;
danpengusaha Jasa Maklon mengirim barang hasil pekerjaannya berdasarkan
permintaan pemesan atau penerima JKP ke luar Daerah Pabean.
Batasan Kegiatan Ekspor Selain Jasa Maklon
Jasa yang melekat pada atau jasa untuk barang bergerak yang dimanfaatkan di luar
Daerah Pabean :
1. jasa perbaikan dan perawatan
2. jasa konstruksi, yaitu :
a. layanan jasa konsultasi perencanaan pekerjaan konstruksi,
b. layanan jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi, dan
c. layanan jasa konsultasi pengawasan pekerjaan konstruksi
Saat Terutang PPN adalah Saat Ekspor Jasa
Saat Ekspor Jasa Kena Pajak adalah pada saat Penggantian atas jasa yang diekspor
tersebut dicatat atau diakui sebagai penghasilan.

G. Impor Barang

Dasar Hukum :

Lab. PPN dan PPn BM - KMP 2019 10


PMK-226/PMK.04/2015 tanggal 16 Desember 2015 Perubahan Atas PMK-
155/PMK.04/2008 Tentang Pemberitahuan Pabean

PERTEMUAN 5-6

A. Faktur Pajak

Peraturan Terkait :
1. PMK-151/PMK.03/2013, tentang tata cara pembuatan dan tata cara pembetulan atau
penggantian Faktur Pajak
2. PER-17/PJ/2014, tentang perubahan atas PER-24/PJ/2012 tentang bentuk, ukuran,
prosedur pemberitahuan dalam rangka pembuatan, tata cara pengisian
keterangan, pembetulan atau penggantian, dan pembatalan Faktur Pajak
3. SE-26/PJ/2015 tentang Penegasan Penggunaan Nomor Seri Faktur Pajak dan Tata
Cara Pembuatan Faktur Pajak
Pengertian
Faktur Pajak secara sederhana dapat disebut sebagai suatu dokumen bukti pemungutan
PPN yang diterbitkan oleh PKP yang menyerahkan BKP/JKP kepada pihak yang
menerima/memperoleh manfaat.

Syarat Formal Faktur Pajak


Faktur pajak harus mencantumkan keterangan tentang penyerahan Barang Kena Pajak
(BKP)/Jasa Kena Pajak (JKP) yang paling sedikit memuat keterangan berikut ini:
1. Nama, alamat, Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) pihak yang menyerahkan BKP/JKP.
2. Nama, alamat, dan NPWP pihak pembeli BKP atau penerima JKP.
3. Jenis jasa/barang, jumlah penggantian atau harga jual serta potongan harga.
4. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang dipungut.
5. Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) yang dipungut.
6. Tanggal Pembuatan faktur pajak, nomor seri dan kode.
7. Nama dan tanda tangan pihak yang berhak menandatangani faktur pajak. Untuk Faktur
Pajak berbentuk elektronik, tanda tangan berupa Tanda Tangan Elektronik.

Syarat Material Faktur Pajak


Berdasarkan pasal 13 ayat 9 UU PPN, faktur pajak dianggap memenuhi persyaratan
material apabila berisi keterangan sesungguhnya mengenai penyerahan BKP/JKP, ekspor
BKP berwujud, ekspor BKP tidak berwujud, ekspor JKP, impor BKP atau pemanfaatan
JKP dan pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar daerah pabean di dalam daerah
pabean.
Faktur Pajak wajib harus diisi secara lengkap, jelas, dan benar serta ditandatangani oleh
PKP atau pegawai yang ditunjuk. Jika Faktur tidak memenuhi ketentuan maka disebut
Faktur Pajak Tidak Lengkap.

Lab. PPN dan PPn BM - KMP 2019 11


Saat Penerbitan Faktur Pajak
Faktur Pajak harus dibuat pada:
1. saat penyerahan Barang Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1)
huruf a dan/atau Pasal 16D Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai;
2. saat penyerahan Jasa Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1)
huruf c Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai;
3. saat ekspor Barang Kena Pajak Berwujud sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat
(1) huruf f Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai;
4. saat ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud sebagaimana dimaksud dalam Pasal
4 ayat (1) huruf g Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai; dan/atau
5. saat ekspor Jasa Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf h
Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai.

Faktur Pajak juga harus dibuat pada kondisi sebagai berikut:


1. saat penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan pembayaran terjadi sebelum
penyerahan BKP dan/atau sebelum penyerahan JKP;
2. saat penerimaan pembayaran termin dalam hal penyerahan sebagian tahap pekerjaan;
atau
3. saat lain yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan tersendiri.

B. TATA CARA PENGHITUNGAN, PEMUNGUTAN, PENYETORAN, DAN PELAPORAN


PPN ATAS PEMANFAATAN BKP TIDAK BERWUJUD DAN/ATAU JKP DARI LUAR
DAERAH PABEAN

Peraturan Terkait :
PMK 40/PMK.03/2010 SMB 1 April 2010 SE-147/PJ/2010 22 Desember 2010

Saat Terutang :
terjadi pada saat dimulainya pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dan/atau
Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean tersebut.
1. BKP TB dan/atau Jasa Kena Pajak tersebut secara nyata digunakan oleh pihak yang
memanfaatkannya
2. harga perolehan BPK TB dan/atau JKP tersebut dinyatakan sebagai utang oleh pihak
yang memanfaatkannya;
3. saat harga jual BKP TB dan/atau penggantian JKP tersebut ditagih oleh pihak yang
menyerahkannya; atau
4. saat harga perolehan BKPTB dan/atau JKP tersebut dibayar baik sebagian atau
seluruhnya oleh pihak yang memanfaatkannya.

Dalam hal saat dimulainya pemanfaatan BKP TB dan/atau JKP dari luar Daerah Pabean
tidak diketahui, maka saat terutang terjadi pada saat dimulainya pemanfaatan adalah
tanggal ditandatanganinya kontrak atau perjanjian atau saat lain yang ditetapkan oleh
Direktur Jenderal Pajak.
Pemungutan PPN menggunakan SSP
Dokumen tertentu yang kedudukannya dipersamakan dengan Faktur Pajak antara lain
adalah:

Lab. PPN dan PPn BM - KMP 2019 12


Surat Setoran Pajak untuk pembayaran Pajak Pertambahan Nilai atas pemanfaatan
Barang Kena Pajak tidak berwujud atau Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean
1. wajib dipungut dan disetorkan seluruhnya ke Kas Negara melalui Kantor Pos atau
Bank Persepsi dengan menggunakan Surat Setoran Pajak.
Kode Akun Pajak 411211 dengan kode jenis setoran:
a. 101 = Setoran PPN BKP tidak berwujud dari luar Daerah Pabean
b. 102 = Setoran PPN JKP dari luar Daerah Pabean
2. oleh orang pribadi atau badan yang memanfaatkan Barang Kena Pajak tidak berwujud
dan/atau Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean.
3. paling lama tanggal 15 bulan berikutnya setelah saat terutangnya pajak.

Contoh :
PT A (NPWP 01.234.567.8-011.000) adalah Pengusaha Kena Pajak yang bergerak di
bidang industri perlengkapan olahraga, seperti sepatu, bola, dan lain-lain. PT A dalam
salah satu produksinya menggunakan desain model sepatu yang diperoleh dari B Ltd yang
berasal dari Amerika Serikat
1. Pada tanggal 10 Januari 2011 ditandatangani kontrak dengan kesepakatan bahwa
royalti yang akan dibayarkan kepada B Ltd. adalah sebesar US$ 5 per pasang sepatu
yang diproduksi dan diekspor
2. 25 Februari 2011 Sepatu yang didasarkan pada desain model sepatu dari B Ltd mulai
diproduksi.
3. 10 Mei 2011 Dilakukan ekspor 40.000 pasang sepatu ke Eropa senilai US$
4,000,000.00.
4. 20 Juni 2011 Dilakukan ekspor 60.000 pasang sepatu ke Eropa senilai US$
6,000,000.00.
5. 30 Juni 2011 Dilakukan pembayaran atas pemanfaatan desain model sepatu dengan
nilai US$ 500,000.00.

Perhitungan :
Saat terutang PPN atas penggunaan desain model sepatu tersebut adalah:
1. Tanggal 10 Mei 2010, yaitu pada desain model sepatu yang diperoleh dari B Ltd.
dimanfaatkan oleh PT A untuk memproduksi dan mengekspor 40.000 pasang sepatu;
a. DPP PPN terutang untuk royalti atas penjualan ekspor tanggal 10 Mei 2011 adalah
US$ 5 X 40.000 = US$200,000.00.
b. Besarnya PPN terutang yang disetorkan pada tanggal 15 Juni 2011 adalah 10% X
US$200,000.00 X Rp 10.000,00 = Rp 200.000.000,00
2. Tanggal 20 Juni 2010, yaitu pada desain model sepatu yang diperoleh dari B Ltd.
dimanfaatkan oleh PT A untuk memproduksi dan mengekspor 60.000 pasang sepatu.
a. DPP PPN terutang untuk royalti atas penjualan ekspor tanggal 20 Juni 2011 adalah
US$ 5 X 60.000 = US$300,000.00
b. Besarnya PPN terutang yang disetorkan pada tanggal 15 Juli 2011 adalah 10% X
US$300,000.00 X Rp 9.500,00 = Rp 285.000.000,00.
SSP yang harus diisi oleh PT A

Lab. PPN dan PPn BM - KMP 2019 13


Administrasi Perpajakan
1. Bagi Pengusaha Kena Pajak, PPN yang telah disetor dilaporkan dalam SPTM PPN
bulan terutangnya pajak atau dan dapat dilaporkan pada masa pajak berikutnya paling
lama 3 (tiga) bulan setelah berakhirnya masa pajak yang bersangkutan.
2. Orang pribadi atau badan yang melakukan penyetoran PPN setelah melewati batas
waktu dikenai sanksi administrasi berupa bunga sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang mengatur mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan.
3. PPN atas pemanfaatan BKP TB atau JKP dari luar Daerah Pabean yang terlambat
disetor tersebut tetap dapat dikreditkan pada Masa Pajak saat terutangnya PPN atau
pada Masa Pajak yang tidak sama, sesuai dengan ketentuan pengkreditan Pajak
Masukan yang berlaku
4. Dalam hal pengisian Surat Setoran Pajak untuk pembayaran PPN yang terutang atas
pemanfaatan BKP TB atau JKP dari luar Daerah Pabean oleh Wajib Pajak tidak
memenuhi ketentuan, maka pembayaran PPN tersebut tidak dapat dikreditkan.

PERTEMUAN 7

Lab. PPN dan PPn BM - KMP 2019 14


A. Pengkreditan Pajak Masukan Bagi PKP Yang Melakukan Penyerahan Yang Terutang
Pajak dan Penyerahan Yang Tidak Terutang Pajak

1. PKP yang melakukan kegiatan usaha yang atas penyerahannya sebagian terutang
pajak dan sebagian lainnya tidak terutang pajak, sedangkan PM untuk Penyerahan
yang Terutang Pajak tidak dapat diketahui dengan pasti, jumlah PM yang dapat
dikreditkan untuk Penyerahan yang Terutang Pajak dihitung dengan menggunakan
pedoman penghitungan Pajak Masukan yang dapat dikreditkan.
2. Pengusaha Kena Pajak yang telah mengkreditkan Pajak Masukan dengan
menggunakan pedoman penghitungan, harus menghitung kembali besarnya Pajak
Masukan yang dapat dikreditkan
3. Pajak Masukan yang dapat dikreditkan dari hasil penghitungan kembali diperhitungkan
dengan Pajak Masukan yang dapat dikreditkan pada suatu Masa Pajak, palin
g lama pada bulan ketiga setelah berakhirnya tahun buku.

Rumus
𝑃𝑀
𝑃= 𝑇
𝑥 𝑍
P = jumlah Pajak Masukan yang dapat dikreditkan dalam 1 tahun buku
T = masa manfaat BKP dan/atau JKP yang ditentukan sebagai berikut :
1. untuk BKP berupa tanah dan bangunan adalah 10 (sepuluh) tahun;
2. untuk BKP selain tanah dan bangunan dan Jasa Kena Pajak adalah 4 (empat)
tahun
PM = jumlah Pajak Masukan atas perolehan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak
Z = persentase yang sebanding dengan jumlah Penyerahan yang Terutang Pajak terhadap
seluruh penyerahan dalam 1 (satu) tahun buku.

ConSo :
PT NIKI MAWON PKP pabrik sepatu membeli generator listrik senilai Rp2.750 milyar.
Generator siap digunakan mulai 1 Januari 2014. Adapun data dan informasi yang tersedia
adalah:
a. Penggunaan listrik dalam kilowatt
No Data dan Informasi penggunaan kilowatt
1 Ruang manajemen pemasaran 20 30 50 88
2 Gudang produksi dan 250 300 580 943
penyimpanan
3 Fasilitas olahraga dan ibadah 30 45 70 80

b. Skedul pengkreditan
Tahun
No. Deskripsi
2014 2015 2016 2017
1 Alokasi PM per
62,5 M 62,5 M 62,5 M 62,5 M
tahun
2 Hasil penghitungan
56,25 M 55 M 56,25 M 57,99955 M
kembali
3 Jumlah yg tidak
6,25 M 7,5 M 6,25 M 4,50045 M
dapat dikreditkan

Lab. PPN dan PPn BM - KMP 2019 15


Perhitungan
10
PPN = 110 x Rp2.750 milyar = Rp250 milyar

250 𝑚𝑖𝑙𝑦𝑎𝑟
1. Alokasi per tahun = 4 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
= 62,5 milyar
2. Hasil perhitungan kembali:
20𝑘𝑤+250𝑘𝑤
a. Tahun 2014 = x 62,5 milyar
20𝑘𝑤+250𝑘𝑤+30𝑘𝑤
270𝑘𝑤
= x 62,5 milyar
300𝑘𝑤
= 56,25 milyar
30𝑘𝑤+300𝑘𝑤
b. Tahun 2015 = 30𝑘𝑤+300𝑘𝑤+45𝑘𝑤 x 62,5 milyar
330𝑘𝑤
= x 62,5 milyar
375𝑘𝑤
= 55 milyar
50𝑘𝑤+580𝑘𝑤
c. Tahun 2016 = 50𝑘𝑤+580𝑘𝑤+70𝑘𝑤 x 62,5 milyar
630𝑘𝑤
= 700𝑘𝑤 x 62,5 milyar
= 56,25 milyar

88𝑘𝑤+943𝑘𝑤
d. Tahun 2017 = x 62,5 milyar
88𝑘𝑤+943𝑘𝑤+80𝑘𝑤
1031𝑘𝑤
= x 62,5 milyar
1111𝑘𝑤
= 57,99955 milyar

3. Jumlah yang tidak dapat dikreditkan


a. Tahun 2014 = 62,5 M – 56,25 M = Rp 6,25 M
b. Tahun 2015 = 62,5 M – 55 M = 7,5 M
c. Tahun 2016 = 62,5 M – 56,25 M = Rp6,25 M
d. Tahun 2017 = 62,5 M - 57,99955 M = Rp4,50045 M

B. PPN dalam Kegiatan Membangun Sendiri (KMS)

Dasar Hukum
PMK Nomor-163/PMK.03/2012

Pengertian
Kegiatan Membangun Sendiri adalah kegiatan usaha atau pekerjaan oleh orang pribadi
atau badan yang hasilnya digunakan sendiri atau digunakan pihak lain tertentu termasuk
di dalamnya kegiatan membangun bangunan yang dilakukan melalui kontraktor atau
pemborong tetapi atas kegiatan membangun tersebut tidak dipungut Pajak Pertambahan
Nilai (PPN) dan kontraktor atau pemborong tersebut bukan merupakan Pengusaha Kena
Pajak (PKP).

Syarat
1. Konstruksi utama dari kayu, beton, pasangan batu bata atau bahan sejenisnya
dan/atau baja.

Lab. PPN dan PPn BM - KMP 2019 16


2. Diperuntukkan bagi tempat tinggal atau tempat usaha. Baik di atas tanah atau di
perairan.
3. Luas keseluruhan paling sedikit : 200 m2.

Saat Terutang
PPN terutang saat Kegiatan Membangun Sendiri tersebut dimulai sampai dengan
bangunan selesai.
Kegiatan yang dilakukan secara bertahap merupakan satu kesatuan kegiatan sepanjang
tenggat waktu antar tahapan tersebut tidak lebih dari 2 tahun
PPN terutang di tempat bangunan tersebut didirikan.

Tarif PPN

10% x 20% x Biaya Bangun*

Biaya Bangun adalah :


Jumlah biaya yang dikeluarkan dan/atau dibayarkan untuk membangun bengunan, tidak
termasuk harga perolehan tanah.

Pembayaran PPN
Disetorkan oleh dan atas nama pihak yang melakukan kegiatan membangun sendiri ke
Kantor Pos atau Bank Persepsi.
Dengan kode Jenis Pajak dan Kode Jenis Setor :
Kode Jenis Pajak : 411211
Kode Jenis Setor : 103
Pembayaran dilakukan setiap bulan, selama kegiatan membangun sendiri berlangsung
hingga selesainya proses pembangunan tersebut.

Pelaporan PPN
Batas waktu pelaporan adalah akhir bulan berikutnya stelah berakhirnya masa pajak.
ConSo
Tn. Nurhadi melakukan kegiatan membangun sendiri yang selama 4 bulan pertama
membutuhkan biaya-biaya sebagai berikut:
No. Bulan Biaya Material Biaya Tenaga Kerja
1 Mei Rp170.000.000 Rp77.500.000
2 Juni Rp135.500.000 Rp70.000.000
3 Juli Rp220.000.000 Rp95.250.000
4 Agustus Rp132.500.000 Rp57.750.000
Biaya-biaya di atas masih belum termasuk biaya pembebasan lahan utama sebesar
Rp560.000.000 di bulan Mei dan pembebasan lahan perluasan sebesar Rp280.000.000 di
bulan Agustus. Lalu, berapakah PPN terutangnya setiap bulan?

Jadi, DPP kegiatan membangun sendiri adalah sebesar 20% dari total biaya bulanan
selain pembebasan lahan. Nah berikut ini adalah rincian PPN 10% adalah sebagai berikut:

Lab. PPN dan PPn BM - KMP 2019 17


No. Bulan Biaya Material Biaya Tenaga Biaya Bulanan DPP (20% x PPN yang
Kerja biaya bulanan) Terutang
(10% x DPP)

1. Mei Rp170.000.000 Rp77.500.000 Rp247.500.000 Rp49.500.000 Rp4.950.000

2. Juni Rp135.500.000 Rp70.000.000 Rp205.500.000 Rp41.100.000 Rp4.110.000

3. Juli Rp220.000.000 Rp95.250.000 Rp315.250.000 Rp63.050.000 Rp6.305.000

4. Agustus Rp132.500.000 Rp57.750.000 Rp190.250.000 Rp38.050.000 Rp3.805.000

CP : Ammar (0895351058854)

Lab. PPN dan PPn BM - KMP 2019 18


Pemeriksaan Pajak
CP: Cindy Ayu D. / Noor Rizky F.

Minggu I - Gambaran Umum Pemeriksaan Pajak

Perbedaan Financial Audit dan Tax Audit


• Financial Audit adalah suatu proses pengumpulan dan pengevaluasian bukti tentang
informasi yang dapat diukur tentang suatu entitas ekonomi yang dilakukan oleh pihak
yang kompeten dan independent dengan tujuan menilai kewajaran atau kelayakan
penyajian laporan keuangan.
Hasil dari Financial Audit berupa opini, yaitu:
1. Unqualified
2. Qualified
3. Adversed
4. Dosclaimer
• Tax Audit/pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data,
keterangan, bukti yang dilakukan secara objective dan professional berdasarkan
standar pemeriksaan dengan tujuan untukk menguji kepatuhan pemenuuhan
kewajiban perpajakan, dan/atau tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan
perundang-undangan perpajakan.

Kewenangan Melakukan Pemeriksaan


Pasal 29 ayat 1 UU KUP
Direktur Jenderal Pajak berwenang melakukan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan
pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak dan untuk tujuan laindalam rangka
melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Penjelasan Pasal 29 ayat 2 UU KUP
Pemeriksaan dilaksanakan oleh petugas pemeriksa yang jelas identitasnya.
Berdasarkan bunyi pasal tersebut, kewenangan melakukan pemeriksaan ada pada Dirjen
Pajak, dan wewenang tersebut diperpanjangtangankan kepada petugas pemeriksa pajak,
sehingga pemeriksa pajak bertanggung jawab kepada Dirjen Pajak.

Dasar Hukum Pemeriksaan


UU KUP
• Definisi pemeriksaan
• kewenangan Dirjen Pajak
• melakukan pemeriksaan
• Tanda pengenal Pemeriksa, SP2
• Kewajiban WP, dst

Pemeriksaan Pajak - KMP 2019 19


PP 74/2011 Tata Cara Pelaksanaan Hak Dan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
PMK 17/PMK.03/2013 sttd PMK 184/PMK.03/2015 Tata Cara Pemeriksaan
Surat Edaran Dirjen Pajak

Peta Konsep Pemeriksaan Untuk Tujuan Menguji Kepatuhan Pemenuhan Kewajiban


Perpajakan

Pemeriksaan Pajak - KMP 2019 20


Ruang Lingkup, Kriteria, dan Jenis Pemeriksaan
PMK Nomor 17/PMK.03/2013 sttd. PMK Nomor 184/PMK.03/2015 Tentang Tata Cara
Pemeriksaan
Ruang Lingkup Pemeriksaan
• Menguji Kepatuhan wajib pajak
o Satu, beberapa atau seluruh jenis pajak
o Satu atau beberapa masa pajak, bagian tahun pajak, atau tahun pajak dalam
tahun-tahun lalu maupun tahun berjalan
• Tujuan lain
o Penentuan
o Pencocokan atau
o Pengumpulan materi
yang berkaitan dengan tujuan pemeriksaan.
Kriteria Pemeriksaan
• Pemeriksaan Rutin
Dilakukan sehubungan dengan pemenuhan hak dan/atau pelaksanaan kewajiban
perpajakan Wajib Pajak.
• Pemeriksaan Khusus
o Keterangan lain berupa data konkret
Dilakukan terhadap Wajib Pajak yang berdasarkan keterangan lain berupa data
konkret menunjukkan adanya indikasi ketidakpatuhanpemenuhan kewajiban
perpajakan.
o Analisis resiko
Dilakukan terhadap Wajib Pajak hasil analisis risiko menunjukkan indikasi
ketidakpatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan.
Kriteria WP diperiksa menguji kepatuhan:
a. Wajib Pajak yang mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran
pajak (Pasal 17B UU KUP)
b. Keterangan lain berupa data konkret (Pasal 13 (1) UU KUP)
c. Wajib Pajak menyampaikan SPT LB selain yang mengajukan permohonan
pengembalian kelebihan pembayaran pajak pada huruf (a)
d. Wajib Pajak yang telah diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran
pajak
e. Wajib Pajak menyampaikan SPT yang menyatakan Rugi
f. Wajib Pajak melakukan penggabungan, peleburan pemekaran, likuidasi, pembubaran,
atau meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya
g. Wajib Pajak melakukan perubahan tahun buku atau metode pembukuan atau
dilakukannya penilaian kembali aktiva tetap
h. Wajib Pajak tidak menyampaikan SPT atau menyampaikan SPT tetapi melampaui
jangka waktu yang telah ditetapkan dalam surat teguran, yang terpilih untuk dilakukan
pemeriksaan berdasarkan Analisis Risiko
i. Wajib Pajak menyampaikan SPT yang terpilih untuk dilakukan Pemeriksaan
berdasarkan Analisi Resiko
Kriteria WP diperiksa Tujuan Lain
a. Pemberian NPWP Jabatan selain yang dilakukan berdasarkan Verifikasi
b. Penghapusan NPWP selainyang dilakukan berdasarkan Verifikasi
c. Pengukuhan atau pencabutan PKP selain yang dilakukan berdasarkan Verifikasi.
d. Wajib Pajak mengajukan keberatan

Pemeriksaan Pajak - KMP 2019 21


e. Pengumpulan bahan ( NPPN)
f. Pencocokan data dan/atau alat keterangan
g. Penentuan Wajib Pajak berlokasi di daerah terpencil
h. Penentuan satu atau lebih tempat terutang PPN.
i. Pemeriksaan dalam rangka penagihan pajak
j. Penentuan saat produksi dimulai atau memperpanjang jangka waktu kompensasi
kerugian (fasilitas perpajakan.)
k. Memenuhi permintaan informasi dari negara mitra P3B
Jenis-jenis pemeriksaan
1. Pemeriksaan Lapangan
• Tempat tinggal/tempat kedudukan WP
• Tempat kegiatan usaha/ pekerjaan bebas WP
• Lokasi objek pajak/ tempat kedudukan subjek pajak/ wajib pajak (Pemeriksaan
PBB)
• Tempat lain yang dianggap perlu oleh pemeriksa pajak
2. Pemeriksaan Kantor
Jenis jenis pemeriksaan Uji Kepatuhan
a. Wajib Pajak yang mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran
pajak (Pasal 17B UU KUP)
Dapat dilakukan dengan pemeriksaan kantor apabila WP memenuhi persyaratan :
1. Laporan keuangan tahun pajak diperiksa, diaudit akuntan publik,atau; salah satu
tahun pajak dari 2 (dua) tahun pajak sebelum tahun pajak yang diperiksa diaudit
akuntan public dengan pendapat WTP
2. WP tidak sedang dilakukan Pemeriksaan Bukti Permulaan, Penyidikan, atau
Penuntutan Tindak Pidana Perpajakan; dan/atau dalam 5 (lima) tahun terakhir tidak
pernah dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan.
b. Keterangan lain berupa data konkret (Pasal 13 (1) UU KUP)
a. Dilakukan pemeriksaan kantor, apabila:
Ruang lingkup pemeriksaan hanya dilakukan terhadap keterangan lain berupa
data konkret
b. DIlakukan pemeriksaan lapangan, apabila:
Ruang lingkup pemeriksaan dilakukan tidak terbatas hanya terhadap
keterangan lain berupa data konkret.

Unit Pelaksana Pemeriksaan


1. Kantor Pusat : Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan
2. Kanwil DJP : Bidang Pemeriksaan Penagihan Intelijen dan Penyidikan
3. KPP : Seksi Pemeriksaan.

Pemeriksaan Pajak - KMP 2019 22


Pemeriksa pajak terdiri dari :
a. Fungsional pemeriksa pajak
b. Tenaga ahi yang ditunjuk Dirjen Pajak
c. Petugas Pemeriksa Pajak
Untuk fungsional pemeriksa pajak dan tenaga ahli yang ditunjuk Dirjen Pajak harus memenuhi
standar umum pemeriksaan,yaitu standar yang bersifat pribadi dan berkaitan dengan
persyaratan Pemeriksa Pajak
Persyaratan pemeriksa pajak sebagai berikut:
a. telah mendapat pendidikan dan pelatihan teknis yang cukup serta memiliki
keterampilan sebagai Pemeriksa Pajak;
b. menggunakan keterampilannya secara cermat dan seksama;
c. jujur dan bersih dari tindakan-tindakan tercela serta senantiasa mengutamakan
kepentingan negara; dan
d. taat terhadap berbagai ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
perpajakan.
Untuk petugas pemeriksa pajak diatur dalam SE Dirjen Pajak Nomor SE 27/PJ/2015 tentang
Pemeriksaan oleh Petugas Pemerika Pajak.
Petugas Pemeriksa Pajak adalah PNS DJP selain pejabat fungsional pemeriksa pajak, yang
ditunjukKepala Kantor yang diberi tugas, wewenang dan tanggung jawab oleh Dirjen Pajak
untuk melaksanakan pemeriksaan.
Persyaratan yang dibutuhkan sebagai berikut:
a. pendidikan formal serendah-rendahnya:
a. Diploma III di bidang akuntansi/perpajakan/PBB/penilai atau DiplomIII lainnya
a yang telah lulus diklat teknis dasar perpajakan;
b. SMA atau sederajat, dalam hal sebagai berikut:
i. diangkat sebagai Account Representative (AR); atau
ii. ditugaskan untuk melakukan pemeriksaan sebagai berikut:

Pemeriksaan Pajak - KMP 2019 23


1. pemberian NPWP secara jabatan;
2. penghapusan NPWP; dan/atau
3. pengukuhan atau pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena
Pajak;
b. nilai kinerja pegawai 2 (dua) tahun terakhir minimal baik; dan
c. diutamakan pegawai yang:
a. telah mengikuti diklat setingkat pemeriksaan dasar;
b. telah mengikuti On the Job Training (OJT) pemeriksaan pajak;
c. memiliki pengalaman melakukan pemeriksaan pajak; atau
d. memiliki keahlian/pengetahuan khusus pada bidang tertentu yang berkaitan
dengan pelaksanaan pemeriksaan.

Minggu 2 Standar, Kode Etik,dan Aspek Hukum Pemeriksaan Pajak

Standar Pemeriksaan
• Yaitu capaian minimum yang harus dicapai dalam melaksanakan pemeriksaan
• Bertujuan untuk:
o Keseragaman, ketertiban, dan pertanggungjawaban dalam pelaksanaan
pemeriksaan
o Efektivitas dan efisiensi pelaksanaan pemeriksaan
o Meningkatkan produktivitas
Pemeriksaan menguji kepatuhan dan pemeriksaan tujuan lain harus dilakukan sesuai standar
pemeriksaan sebagai ukuran mutu pemeriksaan.
Standar pemeriksaan ada 3, yaitu:
1. Standar umum pemeriksaan
2. Standar pelaksanaan pemeriksaan
3. Standar pelaporan pemeriksaan
Standar pemeriksaan menguji kepatuhan
1. Standar umum pemeriksaan
Standar umum pemeriksaan sama untuk pemeriksaan menguji kepatuhan dan
pemeriksaan tujuan lain.
a. standar umum berlaku untuk pemeriksaan pemenuhan kewajiban dan tujuan lain
b. merupakan standar yang bersifat pribadi dan berkaitan dengan persyaratan
Pemeriksa Pajak
c. pemeriksaan dilakukan oleh pemeriksa dengan syarat tertentu
d. apabila diperlukan dapat dilakukan oleh tenaga ahli dari luar DJP yang ditunjuk
Dirjen Pajak
Pemeriksaan dilaksanakan oleh Pemeriksa Pajak yang memenuhi syarat sebagai
berikut
a. Telah mendapat pendidikan dan pelatihan teknis yang cukup serta memiliki
keterampilan sebagai Pemeriksa Pajak
b. Menggunakan keterampilannya secara cermat dan seksama
c. Jujur dan bersih dari tindakan-tindakan tercela serta senantiasa
mengutamakan kepentingan negara
d. Taat terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan

2. Standar pelaksanaan pemeriksaan


a. Pelaksanaan Pemeriksaan:

Pemeriksaan Pajak - KMP 2019 24


b. diawali dengan persiapan yang baik sesuai tujuan pemeriksaan
c. dilakukan pengujian melalui metode dan teknik pemeriksaan
d. temuan berdasarkan bukti kompeten
e. dilakukan oleh tim pemeriksa
f. dapat dibantu oleh tenaga ahli
g. dapat dilakukan bersama-sama dengan pemeriksa instansi lain
h. pemeriksaan dapat dilakukan di kantor DJP, tempat tinggal/ kedudukan WP,
tempat kegiatan usaha, atau tempat lain
i. dilakukan dalam jam kerja atau bila diperlukan di luar jam kerja
j. di dokumentasikan dalam
k. bentuk KKP
Persiapan pemeriksaan yang baik sesuai dengan tujuan pemeriksaan dan mendapat
pengawasan yang seksama:
1. mengumpulkan dan mempelajari data Wajib
a. profil
b. data keuangan
c. data lain yang relevan
2. Penyusunan Rencana Pemeriksaan (audit plan).
a. disusun supervisor
b. berdasar identifikasi masalah
c. ditelaah dan disetujui kepala UP2
d. berisi minimal identitas WP, identitas tim pemeriksa, uraian rencana
pemeriksaan
e. dapat dilakukan perubahan rencana
3. Penyusunan Program Pemeriksaan (audit program)
a. disusun supervisor dibantu ketua tim
b. berisi metode, teknik dan prosedur pemeriksaan, buku, catatan,
dokumen yang diperlukan
c. dimungkinkan adanya perubahan
d. sesuai rencana pemeriksaan
e. berisi minimal identitas WP, identitas tim pemeriksa, uraian rencana
pemeriksaan
f. ditandatangani kepala UP2
g. rencana program dan realisasi program
4. Menyiapkan sarana Pemeriksaan
Temuan hasil pemeriksaan harus didasarkan pada bukti kompeten yang cukup:
1. Cukup
• bukti yang memadai untuk mendukung temuan hasil Pemeriksaan
• kecukupan terkait dengan pertimbangan profesional (professional
judgement) Pemeriksa Pajak
2. Kompeten
a. Valid\
bukti dapat diandalkan untuk menyimpulkan suatu fakta.
tingkat valididtas ditentukan:
i. Independensi dan kualifikasi sumber diperolehnya bukti
ii. Kondisi bukti diperoleh
iii. Cara bukti diperoleh
b. Relevan

Pemeriksaan Pajak - KMP 2019 25


bukti harus berkaitan dengan pos-pos yang akan diperiksa
Pelaksanaan pemeriksaan harus didokumentasikan dalam bentuk KKP.
1. KKP wajib disusun oleh Pemeriksa Pajak dan berfungsi sebagai:
a. bukti bahwa Pemeriksaan telah dilaksanakan sesuai standar pelaksanaan
Pemeriksaan
b. bahan dalam melakukan pembahasan akhir hasil Pemeriksaan dengan Wajib
Pajak mengenai temuan hasil Pemeriksaan
c. dasar pembuatan LHP
d. sumber data atau informasi bagi penyelesaian keberatan atau banding yang
diajukan oleh Wajib Pajak
e. referensi untuk Pemeriksaan berikutnya
2. KKP harus memberikan gambaran mengenai:
a. Prosedur Pemeriksaan yang dilaksanakan
b. data, keterangan, dan/atau bukti yang diperoleh
c. pengujian yang telah dilakukan
d. simpulan dan hal-hal lain yang dianggap perlu yang berkaitan dengan
Pemeriksaan
3. KKP harus ditelaah Supervisor:
a. Pemeriksaan telah dilakukan sesuai dengan Rencana Pemeriksaan dan
perubahannya
b. Pemilihan Metode Pemeriksaan, Teknik Pemeriksaan, Prosedur
Pemeriksaan, penghitungan matematis koreksi, dan dasar hukum koreksi
telah dilakukan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan perpajakan
4. KKP harus diparaf oleh pembuat dan penelaah KKP

3. Standar Pelaporan Pemeriksaan


Dilaporkan dalam bentuk LHP:
a. disusun ringkas dan jelas
i. memuat ruang lingkup dan pos-pos yang diperiksa
ii. memuat simpulan Pemeriksa
iii. memuat pula pengungkapan informasi lain
b. sekurang-kurangnya memuat 11 poin
i. penugasan Pemeriksaan;
ii. identitas Wajib Pajak;
iii. pembukuan atau pencatatan Wajib Pajak;
iv. pemenuhan kewajiban perpajakan;
v. data/informasi yang tersedia;
vi. buku dan dokumen yang dipinjam;
vii. materi yang diperiksa;
viii. uraian hasil Pemeriksaan;
ix. ikhtisar hasil Pemeriksaan;
x. penghitungan pajak terutang; dan
xi. simpulan dan usul Pemeriksa Pajak
c. disusun dan ditandatangani tim pemeriksa
d. ditandatangani kepala UP2 untuk mengetahui:
e. pos-pos yang diperiksa telah sesuai dengan rencana
f. dasar hukum koreksi.

Pemeriksaan Pajak - KMP 2019 26


Standar Pemeriksaan Tujuan Lain
1. Standar Pelaksanaan
a. diawali dengan persiapan yang baik sesuai tujuan pemeriksaan:
i. program pemeriksaan
ii. pengawasan seksama
b. luas Pemeriksaan disesuaikan dengan kriteria
c. Pemeriksaan dilakukan oleh tim Pemeriksa
d. Pemeriksaan dapat dilaksanakan di kantor DJP, tempat tinggal atau tempat
kedudukan Wajib Pajak, tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas Wajib
Pajak, dan/atau di tempat lain
e. dilaksanakan pada jam kerja atau di luar jam kerja
f. didokumentasikan dalam bentuk KKP:
i. disusun oleh Pemeriksa
ii. memberikan gambaran mengenai data, prosedur, simpulan dan hal lain
iii. ditelaah Supervisor
iv. diparaf oleh pembuat dan penelaah KKP

2. Standar Pelaporan
Dilaporkan dalam bentuk LHP:
a. disusun ringkas dan jelas, memuat:
▪ ruang lingkup atau pos-pos yang diperiksa
▪ simpulan Pemeriksa Pajak
▪ pengungkapan informasi lain
b. sekurang-kurangnya memuat 7 poin:
1. identitas Wajib Pajak
2. penugasan Pemeriksaan
3. dasar (tujuan) Pemeriksaan
4. buku dan dokumen yang dipinjam
5. materi yang diperiksa
6. uraian hasil Pemeriksaan
7. simpulan dan usul Pemeriksa
c. disusun dan ditandatangani tim pemeriksa
d. ditandatangani kepala UP2 untuk mengetahui:
▪ pos-pos yang diperiksa telah sesuai dengan rencana
▪ dasar hukum koreksi

Kewajiban dan Wewenang Pemeriksa serta Kewajiban dan Hak WP

Pemeriksaan Pajak - KMP 2019 27


Wewenang Pemeriksa

Kewajiban WP

Pemeriksaan Pajak - KMP 2019 28


Hak WP

Kode Etik Pemeriksa


Kode Etik DJP
Setiap pegawai mempunyai kewajiban untuk:
• menghormati agama, kepercayaan, budaya, dan adat istiadat orang lain
• bekerja secara profesional, transparan, dan akuntabel;
• mengamankan data dan atau informasi yang dimiliki Direktorat Jenderal Pajak;
• memberikan pelayanan kepada Wajib Pajak, sesama Pegawai, atau pihak lain dalam
pelaksanaan tugas dengan sebaik-baiknya;
• mentaati perintah kedinasan;

Pemeriksaan Pajak - KMP 2019 29


• bertanggung jawab dalam penggunaan barang iventaris milik Direktorat Jenderal
Pajak;
• mentaati ketentuan jam kerja dan tata tertib kantor;
• menjadi panutan yang baik bagi masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakan;
• bersikap, berpenampilan, dan bertutur kata secara sopan.
Setiap Pegawai dilarang :
1. bersikap diskriminatif dalam melaksanakan tugas;
2. menjadi anggota atau simpatisan aktif partai politik;
3. menyalahgunakan kewenangan jabatan baik langsung maupun tidak langsung;
4. menyalahgunakan fasilitas kantor;
5. menerima segala pemberian dalam bentuk apapun, baik langsung maupun tidak langsung,
dari Wajib Pajak, sesama Pegawai, atau pihak lain, yang menyebabkan Pegawai yang
menerima, patut diduga memiliki kewajiban yang berkaitan dengan jabatan atau
pekerjaannya;
6. menyalahgunakan data dan atau informasi perpajakan;
7. melakukan perbuatan yang patut diduga dapat mengakibatkan gangguan, kerusakan dan
atau perubahan data pada sistem informasi milik Direktorat Jenderal Pajak;
8. melakukan perbuatan tidak terpuji yang bertentangan dengan norma kesusilaan dan dapat
merusak citra serta martabat Direktorat Jenderal Pajak.

Rahasia Jabatan
Pasal 34 UU KUP
• Setiap pejabat dilarang memberitahukan kepada pihak lain segala sesuatu yang
diketahui atau diberitahukan kepadanya oleh Wajib Pajak dalam rangka jabatan atau
pekerjaannya untuk menjalankan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan. ***)
Antara lain:
a. Surat Pemberitahuan, laporan keuangan, dan lain-lain yang dilaporkan oleh Wajib
Pajak
b. data yang diperoleh dalam rangka petaksanaan pemeriksaan
c. dokumen dan/atau data yang diperoleh dari pihak ketiga yang bersifat rahasia
d. dokumen dan/atau rahasia Wajib Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berkenaan.
• Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku juga terhadap tenaga ahli
yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak untuk membantu dalam pelaksanaan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. ***)
• Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) adalah:
o pejabat dan tenaga ahli yang bertindak sebagai saksi atau saksi ahli dalam
sidang pengadilan; atau
o pejabat dan/atau tenaga ahli yang ditetapkan Menteri Keuangan untuk
memberikan keterangan kepada pejabat lembaga negara atau instansi
Pemerintah yang berwenang melakukan pemeriksaan dalam bidang keuangan
negara.
Keterangan yang dapat diberitahukan adalah identitas Wajib Pajak dan informasi yang
bersifat umum tentang perpajakan identitas Wajib Pajak meliputi:
identitas wajib pajak:
1. nama Wajib Pajak

Pemeriksaan Pajak - KMP 2019 30


2. Nomor Pokok Wajib Pajak;
3. alamat Wajib Pajak;
4. alamat kegiatan usaha;
5. merek usaha; dan/atau
6. kegiatan usaha Wajib Pajak.
Informasi yang bersifat umum:
1. penerimaan pajak secara nasional;
2. penerimaan pajak per Kantor
3. penerimaan pajak per jenis pajak
4. penerimaan pajak per KLU
5. jumlah WP dan/atau PKP
6. register permohonan
7. tunggakan pajak secara nasional
8. tunggakan pajak per Kantor

Sanksi Pidana Rahasia Jabatan Pasal 41 UU KUP

(1) Pejabat yang karena kealpaanya tidak memenuhi kewajiban merahasiakan hal
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1
(satu) tahun dan denda paling banyak Rp25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah). ***)

(2) Pejabat yang dengan sengaja tidak memenuhi kewajibannya atau seseorang yang
menyebabkan tidak dipenuhinya kewajiban pejabat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34
dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling banyak
Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah). ***)

(3) Penuntutan terhadap tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
hanya dilakukan atas pengaduan orang yang kerahasiaannya dilanggar. ***)

Resiko Pemeriksaan dilakukan tidak sesuai tata cara pemeriksaan

1. Pasal 23 (2) huruf d UU KUP, Gugatan Wajib Pajak


Gugatan Wajib Pajak atau Penanggung Pajak terhadap
a. pelaksanaan Surat Paksa, Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan, atau
Pengumuman Lelang;
b. keputusan pencegahan dalam rangka penagihan pajak;
c. keputusan yang berkaitan dengan pelaksanaan keputusan perpajakan, selain
yang ditetapkan dalam Pasal 25 ayat (1) dan Pasal 26; atau
d. penerbitan surat ketetapan pajak atau
Surat Keputusan Keberatan yang dalam penerbitannya tidak sesuai dengan
prosedur atau tata cara yang telah diatur dalam ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan

2. Pasal 36 (1) huruf d UU KUP, Pembatalan Hasil Pemeriksaan

Pemeriksaan Pajak - KMP 2019 31


Catatan : untuk pemeriksaan terkait permohonan pengembalian kelebihan
pembayaran pajak Ps.17B(1) UU KUP, pemeriksaan dilanjutkan dengan:
a. penerbitan SKP sesuai pembahasan akhir à jangka waktu 12 bulan belum
lewat
b. penerbitan SKPLB sesuai SPT à jangka waktu 12 bulan sudah lewat.
dalam hal susunan keanggotaan tim pemeriksa berubah, maka menunggu SP2
perubahan.
3. Pasal 36 A ayat (1) dan (2) UU KUP
(1) Pegawai pajak yang karena kelalaiannya atau dengan sengaja menghitung atau
menetapkan pajak tidak sesuai dengan ketentuan undang-undang perpajakan dikenai
sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. ***)
(2) Pegawai pajak yang dalam melakukan tugasnya dengan sengaja bertindak di luar
kewenangannya yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan, dapat diadukan ke unit internal Departemen Keuangan yang berwenang
melakukan pemeriksaan dan investigasi dan apabila terbukti melakukannya dikenai
sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. ***)

Aspek Pidana terkait Pemeriksaan bagi Pemeriksa Pajak

Pasal 36A ayat (3) dan (4) UU KUP


(3) Pegawai pajak yang dalam melakukan tugasnya terbukti melakukan pemerasan dan
pengancaman kepada Wajib Pajak untuk menguntungkan diri sendiri secara melawan hukum
diancam dengan pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 368 Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana. ***)
(4) Pegawai pajak yang dengan maksud menguntungkan diri sendiri secara melawan hukum
dengan menyalahgunakan kekuasaannya memaksa seseorang untuk memberikan sesuatu,
untuk membayar atau menerima pembayaran, atau untuk mengerjakan sesuatu bagi dirinya
sendiri, diancam dengan pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 Undang-Undang
Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan perubahannya. ***

Ancaman pidana Pasal 368 KUHP dan Pasal 12 UU Tipikor dan perubahannya

Pemeriksaan Pajak - KMP 2019 32


Pasal 368 KUHP
(1) Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara
melawan hukum, memaksa seorang dengan kekerasan atau ancaman kekerasan
untuk memberikan barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan
orang itu atau orang lain, atau supaya membuat hutang maupun menghapuskan
piutang, diancam karena pemerasan dengan pidana penjara paling lama sembilan
bulan.
(2) Ketentuan pasal 365 ayat kedua, ketiga, dan keempat berlaku bagi kejahatan ini.

Pasal 423 KUHP


Seorang pejabat dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara
melawan hukum, dengan menyalahgunakan kekuasaannya, memaksa seseorang
untuk memberikan sesuatu, untuk membayar atau menerima pembayaran dengan
potongan, atau untuk mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri, diancam dengan
pidana penjara paling lama enam tahun.

Pasal 425 KUHP


Diancam karena melakukan pemerasan dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun:
1. seorang pejabat yang pada waktu menjalankan tugas, meminta, menerima, atau
memotong pembayaran, seolah- olah berhutang kepadanya, kepada pejabat lainnya
atau kepada kas umum, padahal diketahuinya bahwa tidak demikian adanya;
2. seorang pejabat yang pada waktu menjalankan tugas, meminta atau menerima
pekerjaan orang atau penyerahan barang seolah olah merupakan hutang kepada
dirinya, padahal diketahuinya bahwa tidak demikian halnya;
3. seorang pejabat yang pada waktu menjalankan tugas, seolaholah sesuai dengan
aturan- aturan yang bersangkutan telah menggunakan tanah negara yang di atasnya
ada hak-hak pakai Indonesia dengan merugikan yang berhak padahal diketahui nya
bahwa itu bertentangan dengan peraturan tersebut.

Pasal 2 UU Tipikor
(1) Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri
sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara
atau perekonomian negara, dipidana penjara dengan penjara seumur hidup atau
pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun
dan denda paling sedikit Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak
Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).

Pasal 12B UU Tipikor


(1) Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggaran negara dianggap
pemberian suap, apabila berhubungan dengan jabatannya dan yang berlawanan
dengan kewajiban atau tugasnya, dengan ketentuan sebagai berikut :
a. yang nilainya Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) atau lebih, pembuktian
bahwa gratifikasi tersebut bukan merupakan suap dilakukan oleh penerima
gratifikasi;
b. yang nilainya kurang dari Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah), pembuktian
bahwa gratifikasi tersebut suap dilakukan oleh penuntut umum.
(2) Pidana bagi pegawai negeri atau penyelenggaran negara sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) adalah pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat

Pemeriksaan Pajak - KMP 2019 33


4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun, dan pidana denda paling sedikit
Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp 1.000.000.000,00
(satu milyar rupiah)

Perlindungan pemeriksa pajak, Pasal 36 A ayat 5 UU KUP


Pegawai pajak tidak dapat dituntut, baik secara perdata maupun pidana, apabila dalam
melaksanakan tugasnya didasarkan pada iktikad baik dan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.
Penjelasan ayat 5 Pasal 36A UU KUP
Dianggap melakukan iktikad baik apabila:
❑ tidak untuk mencari keuntungan (diri sendiri, keluarga maupun kelompok) dan/atau
❑ tidak terindikasi korupsi, kolusi, nepotisme (KKN)

Minggu III Metode Teknik Prosedur Pemeriksaan Pajak

Program Pemeriksaan
pernyataan pilihan Metode Pemeriksaan, Teknik Pemeriksaan dan Prosedur Pemeriksaan
yang akan dilaksanakan oleh Pemeriksa Pajak dalam melakukan pemeriksaan sesuai
dengan Rencana Pemeriksaan
Metode Pemeriksaan
teknik dan prosedur pemeriksaan yang dilakukan terhadap buku, catatan, dan dokumen
serta data, informasi, dan keterangan lain, yang terdiri atas metode langsung dan metode
tidak langsung
Teknik Pemeriksaan
cara-cara pengumpulan bukti, pengujian, dan/atau pembuktian yang dikembangkan oleh
Pemeriksa Pajak untuk menyakini kebenaran pos-pos yang diperiksa
Prosedur Pemeriksaan
serangkaian langkah dalam suatu Teknik Pemeriksaan, berupa petunjuk rinci yang biasanya
tertulis dalam bentuk perintah, untuk dilakukan oleh Pemeriksa Pajak

1. Metode Pemeriksaan
a. Metode langsung
Teknik dan prosedur pemeriksaan dengan melakukan pengujian yang
langsung dilakukan terhadap laporan keuangan, buku, catatan, serta dokumen
pendukung
Metode langsung terdiri dari:
• Pemeriksaan aspek umum
• Pemeriksaan aspek perpajakan
• Pemeriksaan atas akun dan saldo neraca yang terkait dengan SPT
• Pemeriksaaan atas akun dan saldo laba rugi yang terkait dengan SPT
Contoh metode langsung pada pengujian penjualan dengan mencocokkan
pos penjualan yang ada di SPT dengan laporan laba rugi kemudian
dicocokkan dengan buku penjualan dan invoice.
b. Metode Tidak Langsung
i. Teknik dan prosedur pemeriksaan dengan melakukan pengujian tidak
langsung melalui suatu pendekatan tertentu mengenai penghasilan
dan biaya.

Pemeriksaan Pajak - KMP 2019 34


ii. Metode Tidak Langsung digunakan dalam hal Metode Langsung tidak
dapat diterapkan.
iii. Metode Tidak Langsung dapat digunakan untuk mendukung
penggunaan Metode Langsung atau untuk melakukan identifikasi
masalah
iv. Pemeriksa Pajak dapat menggunakan satu atau lebih pendekatan
Metode Tidak Langsung dalam melakukan pemeriksaan
v. Hasil penghitungan dengan menggunakan metode tidak langsung
hanya sebagai petunjuk untuk mengambil kesimpulan mengenai
ketidakbenaran SPT, sehingga masih diperlukan pencarian bukti yang
valid untuk membuktikan ketidakbenaran tersebut.
Metode tidak langsung terdiri dari 6 pendekatan, yaitu:

1. Transaksi tunai dan bank


Dalam pencatatan Wajib Pajak semua penghasilan dicatat di sisi debit dan
pengeluaran dicatat di sisi kredit.
Termasuk penghasilan-penghasilan yang bukan merupakan objek pajak dan
pengeluaran-pengeluaran yang tidak boleh dikurangkan menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.
Contoh penerimaan dan pengeluaran Wajib Pajak:

Pemeriksaan Pajak - KMP 2019 35


Rumus perhitungan penghasilan bruto

2. Sumber dan Penggunaan Dana


Pendekatan Sumber dan Penggunaan Dana sebaiknya digunakan dalam kondisi
apabila terdapat data:
sumber pendanaan baik internal maupun eksternal
penggunaan dana baik untuk kegiatan operasional maupun penambahan harta
“Apabila semua penghasilan dan pengeluaran dilaporkan dengan benar à minimal
jumlah sumber dana akan sama besarnya dengan jumlah penggunaan dana.”
“Setiap penggunaan dana selalu didukung oleh adanya sumber dana à bila
penggunaan dana lebih besar daripada sumber dana à berarti ada sejumlah sumber
dana yang tidak dilaporkan oleh Wajib Pajak. Sumber dana perlu diyakini apakah
sumber dana itu berasal dari penghasilan atau bukan.”
Untuk memudahkan penghitungan, maka dibuat suatu perkiraan, dimana di sisi debit
memuat sumber dana dan sisi kredit memuat penggunaannya

3. Penghitungan Rasio
Pendekatan Rasio sebaiknya digunakan dalam kondisi:
a. terdapat data yang dapat digunakan sebagai pembanding dan/atau penghitungan
rasio baik dari Direktorat Jenderal Pajak, Wajib Pajak, maupun dari pihak lain.
b. kegiatan usaha Wajib Pajak dapat dibandingkan dengan rasio yang diperoleh.

Pemeriksaan Pajak - KMP 2019 36


Pendekatan ini merupakan cara untuk menguji dan menghitung kembali peredaran
usaha, harga pokok penjualan, laba bruto, laba bersih, ataupun penghasilan bruto
secara keseluruhan.

Basis Data adalah data awal yang dimiliki oleh Pemeriksa Pajak baik yang berasal
dari internal Wajib Pajak pada tahun pajak yang sedang diperiksa atau tahun pajak
yang lain, maupun yang berasal dari pihak eksternal, misalnya:
a. peraturan perpajakan yang mengatur mengenai benchmarking;
b. publikasi komersial;
c. hasil pemeriksaan;
d. dan lain-lain.

Dalam melakukan perbandingan (internal atau eksternal), Pemeriksa Pajak harus


mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kesepadanan, misalnya:
a. karakteristik barang dan jasa yang dijual;
b. luas dan besarnya kegiatan usaha (skala usaha);
c. letak geografis usaha;
d. kondisi ekonomi; dan/atau
e. strategi bisnis yang meliputi umur perusahaan dan aktivitas perluasan/ekspansi.

4. Satuan dan Vokume


Pendekatan Satuan dan/atau Volume
cara untuk menentukan atau menghitung kembali jumlah penghasilan bruto Wajib
Pajak atau Pos SPT lainnya dengan menerapkan harga atau jumlah laba terhadap
jumlah satuan dan/atau volume usaha yang direalisasi oleh Wajib Pajak.
Satuan
segala sesuatu atau variabel dalam kuantum yang memberikan petunjuk besarnya
volume usaha. Pengertian satuan atau unit tidak hanya mengacu pada jumlah barang
yang diproduksi atau terjual saja tetapi segala variabel (dalam kuantum) yang
memberi petunjuk besarnya volume usaha.
Rumus Umum:
Dalam hal volume usaha dalam setahun dapat diidentifikasi maka peredaran usaha
setahun dihitung dengan cara sebagai berikut:

Dalam hal volume usaha yang dapat diidentifikasi hanya untuk periode tertentu, maka
volume usaha sebagaimana rumus di atas diproyeksikan dengan cara sebagai berikut:

Dalam hal variabel yang dapat diidentifikasikan berupa input atau proses maka volume
pada periode yang diidentifikasikan dapat dihitung dengan cara sebagai berikut:

Pemeriksaan Pajak - KMP 2019 37


5. Perhitungan Biaya Hidup
Biaya hidup seluruh pengeluaran Wajib Pajak tidak termasuk pengeluaran yang
digunakan untuk menambah kekayaan.
“Jika WP tidak punya utang, maka setidaknya penghasilan WP minimal akan sama
dengan biaya hidup. Penghasilan bruto tersebut merupakan titik impas (break even
point) bagi Wajib Pajak untuk mencukupi kebutuhan hidupnya tanpa adanya
penambahan harta kekayaannya.”
Dalam penerapan pendekatan ini, perlu diperhatikan:
▪ jumlah tanggungan Wajib Pajak
▪ pola dan gaya hidup dan
▪ keadaan tempat tinggal Wajib Sehingga didperoleh jumlah biaya hidup yang
sewajarnya.

6. Pertambahan Kekayaan Bersih


Networth adalah selisih antara harta dan kewajiban/utang yang dimiliki oleh Wajib
Pajak orang pribadi.
“Penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dapat digunakan untuk
konsumsi (biaya hidup) dan/atau untuk menambah kekayaan sehingga penghasilan
Wajib Pajak orang pribadi dihitung dengan menjumlahkan pertambahan kekayaan
bersih dengan biaya hidup.”

Pemeriksaan Pajak - KMP 2019 38


Minggu ke-4 Teknik dan Prosedur Pemeriksaan Pajak

Teknik Pemeriksaan
Terdiri dari:
1. pemanfaatan informasi internal dan/atau eksternal
2. pengujian keabsahan dokumen;
3. evaluasi;
4. analisis angka-angka;
5. penelusuran angka-angka;
6. penelusuran bukti;
7. pengujian keterkaitan;
8. ekualisasi atau rekonsiliasi;
9. permintaan keterangan atau bukti;
10. konfirmasi;
11. inspeksi;
12. pengujian kebenaran fisik;
13. pengujian kebenaran penghitungan matematis;
14. wawancara;
15. uji petik (sampling):
16. Teknik Audit Berbantuan Komputer (TABK); dan/atau
17. Teknik-teknik Pemeriksaan lainnya.
• Untuk meyakini kebenaran Pos-pos SPT yang diperiksa. Pemeriksa Pajak dapat
menggunakan satu atau lebih Teknik-teknik Pemeriksaan sesuai pertimbangan
profesional Pemeriksa Pajak, kecuali ditentukan lain oleh suatu ketentuan.
• Dalam hal Pemeriksa Pajak menggunakan lebih dari satu Teknik Pemeriksaan, hasil
penggunaan suatu Teknik Pemeriksaan dapat digunakan untuk mendukung Teknik
Pemeriksaan yang lainnya.
• Pemeriksa Pajak harus menuangkan setiap Teknik Pemeriksaan dan Prosedur
Pemeriksaan yang ditempuh dalam pemeriksaan pada kertas kerja pemeriksaan.

1. Pemanfaatan Informasi Internal dan ekstrenal


Internal:
a. alat keterangan;
b. profil Wajib Pajak;
c. hasil pemeriksaan sebelumnya;
d. keputusan keberatan;
e. putusan banding;
f. hasil analisis Informasi Data Laporan dan Pengaduan (IDLP);
g. data sistem informasi;
h. dan sebagainya.

Eksternal:
a. data internet;
b. media massa;
c. instansi, lembaga, organisasi, asosiasi, dan pihak lainnya;
d. hasil exchange of information (Eol) dengan negara mitra Persetujuan Penghindaran
Pajak Berganda (P3B);
e. dan sebagainya.

Pemeriksaan Pajak - KMP 2019 39


Prosedur:
a. pengumpulan;
b. pengidentifikasian; dan
c. pengolahan data, informasi, dokumen, dan/atau pihak yang berhubungan dengan
Wajib Pajak yang sedang diperiksa.

2. Teknik Pengujian Keabsahan dokumen

Pengujian keabsahan dokumen adalah pengujian yang dilakukan untuk meyakini keabsahan
suatu dokumen yang akan digunakan dalam pemeriksaan.

Prosedur:

a. teliti keabsahan dokumen,misalnya pembubuhan tanda tangan pihak yang


berwenang, cap/stempel, dan tanggal dokumen;

b. lakukan klarifikasi kepada pihak yang terkait;

c. minta surat pernyataan Wajib Pajak;

d. dan sebagainya.

3. Evaluasi
Yaitu proses penilaian atas dokumen, kegiatan, sistem, dan sejenisnya berdasarkan
kriteria tertentu.
Evaluasi dapat dilakukan dalam 2 (dua) tahap:
a. sebelum (pretest); dan
berguna untuk mengukur tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban
perpajakan dan sebagai cara untuk mengukur keefektifan rencana pemeriksaan yang
telah disusun sebelumnya.
b. sesudah (posttest) proses pemeriksaan
berguna untuk mengetahui kualitas pemeriksaan dibandingkan denganprosedur formal
yang diatur dalam ketentuan perpajakan

Prosedur:
a. pahami gambaran umum dan kegiatan usaha Wajib Pajak, akta-akta Wajib Pajak,
bagan organisasi, bagan kepemilikan, proses produksi, hasil Rapat Umum Pemegang
Saham (RUPS), surat-surat keputusan, supplier utama, konsumen utama, dan
sebagainya;
b. pelajari dan cek kelengkapan SPT termasuk lampiran-lampiran dan dokumen-
dokumen Wajib Pajak lainnya;
c. lakukan penilaian atas sistem pengendalian internal Wajib Pajak;
d. identifikasi jenis-jenis pajak yang menjadi kewajiban Wajib Pajak berdasarkan master
file saat terdaftar, pengukuhan sebagai PKP, KLU, dan/atau profil Wajib Pajak;
e. buat checklist prosedur formal tata cara pemeriksaan;
f. pelajari hasil pemeriksaan pajak tahun-tahun sebelumnya;
g. lakukan penilaian kepatuhan Wajib Pajak berdasarkan informasi-informasi
yangtersedia;
h. bandingkan hasil pemeriksaan dengan rencana pemeriksaan;

Pemeriksaan Pajak - KMP 2019 40


i. bandingkan checklist prosedur formal tata cara pemeriksaan dengan pelaksanaan
pemeriksaan;
j. dan sebagainya.

4. Analisis Angka
• Yaitu penelaahan dan penguraian atas angka-angka dan bagian-bagiannya serta
hubungannya dengan angka pada pos lain untuk mengetahui kewajaran jumlah
suatu pos.
• Analisis angka-angka dilakukan dengan menelaah keterkaitan angka yang
terdapat pada suatu pos dengan angka dalam pos lainnya yang berhubungan.
• Misalnya
o kenaikan beban penyusutan mesin dengan penambahan jumlah atau nilai
aktiva mesin,
o hubungan biaya pemasaran dengan jumlah penjualan,
o hubungan biaya pengangkutan dengan penjualan,
o hubungan biaya bunga dengan pinjaman, dan sebagainya.

Prosedur

a. cek penghitungan matematis seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan


pembagian dalam SPT;
b. bandingkan dan lakukan analisis atas angka-angka dalam SPT Wajib Pajak dengan
neraca, laporan laba rugi, dan laporan atau dokumen lainnya;
c. bandingkan dan lakukan analisis atas laporan keuangan Wajib Pajak tahun pajak
yang diperiksa dengan tahun-tahun sebelumnya;
d. lakukan analisis rasio dengan menggunakan informasi baik yang berasal dari
internal atau eksternal Wajib Pajak;
e. dan sebagainya.

5. Penelusuran Angka
Yaitu penelaahan secara mundur untuk mentrasir angka-angka dalam suatu pos sesuai
dengan rekam jejak pemeriksaan (audit trail).
Prosedur:
a. identifikasi transaksi-transaksi yang berkaitan dengan pos yang diperiksa;
b. klasifikasi jenis transaksi yang telah diidentifikasi sesuai dengan jenis objek pajaknya;
c. identifikasi dokumen-dokumen pendukung yang berkaitan dengan pos atau transaksi
yang sedang diperiksa sesuai dengan rekam jejak pemeriksaan (audit trail);
d. lakukan penelaahan mundur atas pos yang diperiksa sampai dengan tanggal neraca;
e. lakukan penelusuran saldo pada neraca dan laporan laba rugi dengan saldo pada
buku besar, buku besar tambahan, jurnal umum, dan/atau dokumen-dokumen Wajib
Pajak terkait lainnya (seperti laporan penerimaan barang, permintaan bahan baku
langsung/inventory requisition, daftar upah buruh, daftar aktiva tetap, daftar gaji
pegawai);
f. dan sebagainya.

6. Penelusuran Bukti
• Yaitu Penelusuran bukti adalah pemeriksaan bukti yang mendukung suatu
transaksi yang telah dicatat (vouching) atau yang seharusnya dicatat (tracing).

Pemeriksaan Pajak - KMP 2019 41


• Bertujuan untuk menguji apakah suatu transaksi yang telah dilaporkan didukung
oleh bukti kompeten yang cukup (vouching) atau apakah bukti kompeten yang
cukup tersebut telah dicatat dan dilaporkan (tracing) oleh Wajib Pajak.
Prosedur:
a. identifikasi transaksi-transaksi yang berkaitan dengan pos yang diperiksa;
b. kumpulkan bukti-bukti yang mendukung transaksi;
c. cocokkan isi bukti dengan transaksi;
d. teliti validitas dan relevansi bukti;
e. pastikan apakah bukti transaksi telah dicatat dan dilaporkan;
f. dan sebagainya.
7. Pengujian Keterkaitan
• Yaitu pengujian yang dilakukan untuk meyakini suatu transaksi berdasarkan
pengujian atas mutasi pos- pos lain yang terkait atau berhubungan dengan
transaksi tersebut
• Hasil pengujian keterkaitan tidak serta-merta merupakan koreksi atas pos yang
diperiksa, misalnya:
1. apabila terdapat selisih dari hasil penghitungan dengan pengujian
keterkaitan atas penghasilan bruto, tidak serta-merta dapat disimpulkan
sebagai penjualan/peredaran usaha.
2. apabila terdapat selisih dari pengujian keterkaitan atas penyerahan kena
pajak, tidak serta-merta dapat disimpulkan sebagai penyerahan kena
pajak.

Prosedur:
a. dapatkan buku persediaan, buku kas/bank, buku piutang, buku utang;
b. periksa kebenaran saldo- saldo persediaan, kas/bank, piutang, utang;
c. periksa kebenaran mutasi persediaan, kas/bank, piutang, utang;
d. lakukan uji keterkaitan dengan menggunakan formula;
e. dan sebagainya.

Pos saling terkait antara lain:


a. Penghasilan bruto (tunai) terkait dengan penerimaan kas/bank, uang muka
penjualan
b. Penghasilan bruto (akrual) terkait dengan pelunasan piutang usaha
c. Pembelian terkait dengan pelunasan utang usaha
d. Barang masuk/keluar terkait dengan mutasi persediaan
Jenis pengujian keterkaitan:
a. pengujian arus barang
Pengujian arus barang dilakukan untuk meyakini kebenaran unit barang yang
keluar dari gudang/digunakan/dijual ataupun yang masuk ke gudang, baik
berupa:
1. bahan baku,
2. bahan pembantu,
3. barang dalam proses,
4. maupun barang jadi.
Termasuk :
1. barang yang dipakai sendiri,
2. barang rusak

Pemeriksaan Pajak - KMP 2019 42


3. sampel,
4. pemberian cuma-cuma,
5. retur pembelian,
6. barang dalam pengiriman (FOB Destination)/perjalanan (in transit).

b. pengujian arus uang


Pengujian arus uang meliputi:
i. transaksi kas,
ii. bank, dan
iii. setara kas lainnya
Pengujian ini dilakukan untuk menguj:
a. aliran uang suatu transaksi dan/atau;
b. mendapatkan jumlah penerimaan uang dalam suatu kurun waktu
dalam rangka mendukung pengujian kebenaran penghasilan bruto yang
dilaporkan Wajib Pajak berdasarkan kas (cash basis).

c. pengujian arus piutang


Pengujian arus piutang dilakukan untuk mendapatkan jumlah pelunasan piutang
usaha dalam suatu kurun waktu dalam rangka mendukung pengujian kebenaran
penghasilan bruto yang dilaporkan Wajib Pajak secara akrual (accrual basis).
2 cara:
1. menggunakan mutasi kredit akun piutang usaha untuk mendapatkan
penjualan secara akrual (non tunai). + hasil penghitungan penjualan tunai
2. menggabungkan hasil pengujian arus uang dan utang-piutang sekaligus,
untuk mendapatkan penghasilan bruto baik dari tunai maupun non tunai.
Harus memperhatikan:
a. penerimaan uang/tunai dan non tunai,
b. saldo-saldo uang muka pelanggan
c. pendapatan ditangguhkan.

Pemeriksaan Pajak - KMP 2019 43


Penyesuaian:
1) ditambah penghapusan piutang;
2) dikurangi retur penjualan;
3) dikurangi PPN dipungut sendiri yang ada dalam penerimaan kas/bank;
4) saldo-saldo uang muka penjualan/pelanggan;
5) saldo-saldo pendapatan yang ditangguhkan; dan
6) penyesuaian lain yang tidak ada hubungan dengan penerimaan dan
penghasilan

d. pengujian arus utang


Dapat digunakan untuk menguji:
a. pembelian kredit → utang dagang
b. Pinjaman → utang bank/afiliasi/pemegang saham
c. Penjualan terkait uang muka → uang muka pelanggan

Mixed combination
Mengingat perkembangan bisnis dan akuntansi, teknik pengujian keterkaitan dapat
mendukung satu dengan yang lainnya dalam menguji kebenaran suatu pos SPT.
a. Pengujian arus uang → nilai tunai dari penjualan dan penghasilanbruto.
b. Pengujian arus piutang → nilai pelunasan tidak secara tunai.
c. Pengujian arus utang → uang muka penjualan/pelanggan atau penghasilan bruto
secara akrual.

Pemeriksaan Pajak - KMP 2019 44


8. Ekualisasi
Yaitu pencocokan saldo 2 atau lebih angka yang mempunyai hubungan satu dengan yang
lainnya.
Apabila hasilnya terdapat perbedaan, maka perbedaan tersebut harus dapat dijelaskan
Prosedur:
a. tentukan saldo-saldo atau pos-pos yang akan dicocokkan (misalnya penjualan,
penyerahan DPP PPN, pembelian);
b. gunakan saldo-saldo:
1. peredaran usaha dan penghasilan lain-lain dengan jumlah penyerahan
menurut SPT
2. Masa PPN;
3. peredaran usaha dengan objek PPh Pasal 22 kegiatan usaha di bidang lain;
4. pembelian (bahan baku, barang jadi, dan aktiva) dengan Dasar Pengenaan
Pajak PPN Masukan;
5. pembelian dengan objek PPh Pasal 22 pedagang pengumpul;
6. biaya yang merupakan objek pemotongan dan pemungutan Pajak Penghasilan
7. dengan objek PPh Pemotongan Pemungutan;
8. objek pemotongan PPh dengan DPP PPN Masukan;
9. objek PPh Pasal 26 dengan objek PPN jasa luar negeri;
10. buku besar bank dengan rekening koran;
11. dan sebagainya, untuk meyakini kebenaran angka dengan melakukan
penghitungan berdasarkan formula;
c. lakukan permintaan data/keterangan Wajib Pajak atas perbedaan yang terjadi;

Pemeriksaan Pajak - KMP 2019 45


d. pastikan pemfakturan antar waktu telah dilakukan tepat waktu;
e. dan sebagainya.

Rumus Ekualisasi PPh Badan vs PPN

Rumus Ekualisasi PPh Pot/Put vs Biaya

9. Permintaan Keterangan Bukti


Yaitu kegiatan untuk meminta keterangan atau bukti kepada pihak ketiga yang
mempunyai hubungan dengan Wajib Pajak secara tertulis.
Prosedur:
a. tentukan keterangan atau bukti yang dibutuhkan;
b. tentukan pihak-pihak yang akan dimintai keterangan atau bukti;
c. buat surat permintaan keterangan atau bukti dan/atau surat panggilan pemberian
keterangan atau bukti;
d. buat daftar pertanyaan;

Pemeriksaan Pajak - KMP 2019 46


e. tuangkan hasil pemberian keterangan atau bukti dalam berita acara;
f. dan sebagainya.

10. Konfirmasi
Yaitu kegiatan untuk memperoleh penegasan atas kebenaran dan kelengkapan data
dan/atau informasi yang telah dimiliki kepada pihak lain terkait suatu transaksi yang
dilakukan Wajib Pajak
Konfirmasi yang digunakan dalam pemeriksaan dilakukan dengan meminta pihak lain
tersebut untuk menjawab pertanyaan yang diajukan, baik ada ataupun tidak ada.
Konfirmasi ini dapat dilakukan dengan mencantumkan maupun mengosongkan data
dan/atau informasi yang dikonfirmasi.
Prosedur:
a. tentukan data dan/atau informasi yang akan dikonfirmasi;
b. tentukan pihak-pihak yang akan
dimintai konfirmasi;
c. buat surat konfirmasi dengan mencantumkan data dan/atau informasi yang akan
ditanyakan dan minta pihak ketiga untuk menjawab; atau kosongkan data dan/atau
informasi yang akan ditanyakan (blank form) dan minta pihak ketiga untuk mengisi
jumlah tersebut;
d. lakukan Exchange of Information (EoI) untuk data dan/atau informasi yang berkaitan
dengan pihak lain di luar negeri; dsb

11. Inspeksi
• Yaitu kegiatan peninjauan secara langsung ke tempat kedudukan, tempat kegiatan
usaha atau pekerjaan bebas, tempat tinggal Wajib Pajak, dan/atau tempat lainnya.
• Teknik ini digunakan untuk mendapatkan keyakinan dan informasi yang lebih
lengkap atas data keuangan dan/atau non keuangan seperti:
a. proses bisnis atau
b. proses produksi Wajib Pajak
yang valid dan relevan sesuai kondisi terkini yang dilakukan dengan cara meninjau
langsung ke kantor, tempat usaha,tempat produksi, pusat pengolahan data, atau
tempat lain dimana suatu data dan/atau informasi tersebut berada.
Prosedur:
a. tentukan data dan/atau informasi yang akan diyakini;
b. tentukan tempat dimana data dan/atau informasi tersebut berada;
c. tentukan waktu pelaksanaan inspeksi; dsb

12. Pengujian Kebenaran Fisik


Yaitu pengujian yang dilakukan untuk meyakini keberadaan, kuantitas, dan kondisi aktiva
yang dilaporkan Wajib Pajak, misalnya persediaan dan aktiva tetap.
Prosedur:
a. tentukan aktiva yang akan dilakukan pengujian kebenaran fisik;
b. buat checklist aktiva;
c. tentukan lokasi aktiva yang akan diuji fisik;
d. cek keberadaan dan kuantitas aktiva yang ada dalam checklist dan tuangkan dalam
berita acara penghitungan fisik;

Pemeriksaan Pajak - KMP 2019 47


e. dokumentasikan dalam bentuk foto dan dengan seizin Wajib Pajak dalam hal
diperlukan;
f. dan sebagainya.

13. Pengujian kebenaran matematis


Yaitu pengujian yang dilakukan untuk meyakini kebenaran penghitungan matematis,
seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian atas objek yang diperiksa
Prosedur:
a. pelajari kebijakan akuntansi Wajib Pajak;
b. teliti dokumen pendukung penghitungan;
c. teliti metode penghitungan yang digunakan oleh Wajib Pajak;
d. uji kebenaran penghitungannya; dsb.

14. Wawancara
Yaitu proses tanya jawab yang dilakukan untuk memperoleh keterangan yang lebih
lengkap mengenai hal-hal terkait dengan pos-pos yang diperiksa dan/atau untuk
mengumpulkan data dan/atau informasi lain yang diperlukan dalam pemeriksaan baik
dengan Wajib Pajak maupun dengan pihak lain.
Prosedur
a. tentukan keterangan, data, dan/atau informasi yang dibutuhkan;
b. tentukan pihak-pihak yang dapat menyediakan;
c. buat daftar pertanyaan sebelum dilakukan wawancara;
d. tentukan jadwal, waktu, dan tempat;
e. dokumentasikan hasil wawancara dalam bentuk berita acara apabila dipandang perlu;

15. Uji Petik Sampling


Sampling adalah suatu Teknik Pemeriksaan yang dilakukan dengan cara menguji
sebagian bukti atau transaksi, yang dipilih berdasarkan metode statistik tertentu, yang
tujuannya bukan untuk mendapatkan koreksi namun untuk memperoleh keyakinan atas
pos-pos SPT dan/atau pos- pos turunannya.
Dalam menggunakan teknik sampling setidaknya dapat menguraikan:
a. tujuan sampling;
b. jumlah populasi dan sampel yang ditentukan;
c. metode pemilihan sampel dan pengujiannya;
d. tingkat penyimpangan yang dapat ditolerir;
e. kesimpulan.

Prosedur:
Prosedur penggunaan teknik sampling mengacu pada kaidah sampling sesuai ketentuan
yang berlaku umum atau ilmu statistik kecuali apabila diatur khusus oleh Direktur
Jenderal Pajak.

16. TABK
Yaitu Teknik Pemeriksaan yang memanfaatkan aplikasi-aplikasi pada suatu komputer
maupun suatu sistem informasi untuk mendapatkan keyakinan terhadap kebenaran
suatu transaksi yang dicatat/diolah/dibukukan dengan menggunakan suatu aplikasi
tertentu.
Prosedur:

Pemeriksaan Pajak - KMP 2019 48


a. pelajari sistem informasi Wajib Pajak;
b. siapkan sarana-sarana TABK;
c. minta bantuan tenaga ahli jika diperlukan;
d. dokumentasikan pelaksanaan TABK;
e. dan sebagainya.

17. Teknik lain


• Teknik-teknik Pemeriksaan dalam rangka meyakini kebenaran suatu transaksi
tidak dibatasi hanya sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya, namun
Pemeriksa Pajak dapat mengembangkan dan/atau menggunakan teknik lainnya
yang berlaku umum.
• Pemeriksa Pajak harus mengungkapkan secara jelas Teknik Pemeriksaan yang
digunakan beserta alasannya, sehingga pemeriksaan tetap dapat
dipertanggungjawabkan berdasarkan bukti kompeten yang cukup.

Minggu V

Gambaran umum tahapan pemeriksaan

• Persiapan pemeriksaan pajak adalah kegiatan yang dilakukan oleh pemeriksa pajak
sebelum pemeriksa tersebut melaksanakan pemeriksaan lapangan atau pemeriksaan
kantor
• Persiapan pemeriksaan merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
pemeriksa sebelum melaksanakan tindakan pemeriksaan agar pemeriksaan dapat
dilaksanakan secara yang efisien dan efektif

SP2
Penugasan,
persetujuan,
instruksi tahap
tahap pelaporan
pemeriksaan, tahap pelaksanaan hasil
atau persiapan pemeriksaan pemeriksaan
permintaan pemeriksaan
pemeriksaan
lokasi

KEGIATAN DALAM TAHAP PERSIAPAN PEMERIKSAAN

Mengumpulkan berkas dan data Wajib Pajak

• Bertujuan untuk mendapatkan data dan informasi WP yang diperlukan dalam


melakukan pemeriksaan
• Terdiri atas kegiatan mengumpulkan dan mempelajari data internal dan eksternal,
terdiri dari 3 bagian:
o Memperlajari profil WP
o Menganalisis data keuagan WP
o Mempelajari data lain yang relevan, baik dari DJP maupun pihak lain

Pemeriksaan Pajak - KMP 2019 49


• Berkas data internal dari KPP

Seksi Data
• Berkas induk
Pelayanan
• SPT dan SSP
• Berkas data
PDI • Data MPN
• e-SPT
• Ketetapan pajak
Penagihan
• Tunggakan pajak
• Profil WP
Waskon • Analisis risiko
• Info terkini
Pemeriksaan • KKP dan LHP sebelumnya

• Data eksternal
o Data dari kegiatan observasi lapangan tambahan
o Data dari media massa (baik media cetak maupun elektronik)
o Data dari internet
o Data dari Bursa Efek Indonesia
o Data dari pihak ketiga, yang terdiri dari:
▪ Notaris/PPAT
▪ Pemerintah daerah setempat, terkait IMB/SIUP/TDP
▪ Pihak kepolisian, terkait data kepemilikan mobil
▪ Pihak asosiasi
▪ Data kependudukan
▪ Data validasi alamat
▪ Data bidang usaha

Mempelajari dan menganalisis berkas dan data Wajib Pajak

Analisis yang harus disiapkan oleh account representative

• Analisis yang berhubungan dengan omset


• Analisis yang berhubungan dengan biaya
• Analisis yang berhubungan dengan produksi
• Analisis yang berhubungan dengan laba
• Analisis yang berhubungan dengan harga
• Analisis biaya terhadap pemotongan / pemungutan
• Analisis output terhadap input
• Equalisasi omset PPh Badan terhadap omset PPN
• Analisis Potensi Pajak dan Benchmarking

Analisis kuantitatif

• Analisis laporan keuangan komparasi


o Kegiatan analisis dengan membandingkan pos – pos tertentu dalam
laporan keuangan dalam kurun waktu 2 periode atau lebih.
o Metode komparatif :

Pemeriksaan Pajak - KMP 2019 50


▪ Perbandingan data absolut dalam jumlah rupiah
▪ Kenaikan atau penurunan dalam jumlah rupiah
▪ Kenaikan atau penurunan dalam persentase
▪ Perbandingan yang dinyatakan dalam rasio
▪ Dinyatakan dalam persentase dari total
• Analisis rasio
o Teknik analisis dengan membandingkan pos yang satu dengan pos yang lain
dalam laporan keuangan yang sama.
o Rasio Keuangan dibedakan menjadi :
▪ Perbandingan Internal, yaitu membandingkan rasio-rasio finansial
perusahaan dari satu periode ke periode lainnya.
▪ Perbandingan Eksternal, yaitu membandingkan rasio-rasio antara
perusahaan satu dengan perusahaan yang lain yang sejenis pada
saat yang bersamaan
o Rasio keuangan:
▪ Liquidity Ratio
❖ Current Ratio
❖ Quick Ratio
▪ Activity Ratio
❖ Account Receivable Turnover
❖ Average Collection Period
❖ Inventory Turnover
❖ Average days in Inventory
❖ Total Asset Turnover
▪ Solvability Ratio
❖ Debt to Total Asset Ratio
❖ Time Interest Earned Ratio
▪ Profitability Ratio
❖ Operating Profit Margin
❖ Net Profit Margin
❖ Return on Assets
❖ Return on Equity
❖ Berry Ratio
❖ Interest Coverage Ratio
o Keterbatasan analisis rasio
▪ Ada perbedaan metode akutansi yang dipakai untuk menyusun
laporan keuangan
▪ Penjualan – penjualan bersifat musiman
▪ Kesulitan menentukan jenis industri apabila perusahaan mempunyai
berbagai lini produk
▪ Perusahaan dapat melakukan window dressing
• Analisis ekualisasi SPT
o Kegiatan membandingkan pos-pos yang sama dengan sumber berbeda.
Pemeriksa dapat melakukan analisis ekualisasi dengan membandingkan
antara pos – pos dalam laporan keuangan dengan kewajiban perpajakan
lainnya.
o Bertujuan untuk mengidentifikasi kewajiban perpajakan yang belum
dilaksanakan

Pemeriksaan Pajak - KMP 2019 51


• Analisis perbandingan usaha sejenis
o Hasil persentase dari analisis komparatif dan rasio dapat dijadikan
perbandingan dengan persentase analisis komparatif dan rasio perusahaan
lain.
o Bertujuan untuk menguji kewajaran perbandingan dan nilai rasio beberapa
pos laporan keuangan wajib pajak yang diperiksa dengan perusahaan sejenis.
o Kegiatan ini dinamakan benchmarking, yaitu proses sistematik dalam
membandingkan produk, jasa atau praktik suatu organisasi terhadap
kompetitor untuk menentukan apa yang harus dilakukan dalam mencapai
tingkat kinerja yang tinggi

Melakukan identifikasi masalah

• kegiatan yang dilakukan oleh pemeriksa untuk mengidentifikasi atau mencermati


secara mendalam terhadap setiap pos-pos perkiraan, yang setelah dilakukan analisis
data, baik analisis kuantitiatif maupun kualitatif terdapat:
o perbedaan-perbedaan;
o kecenderungan-kecenderungan; atau
o kesalahan,
yang memerlukan perhatian khusus di dalam pelaksanaan pemeriksaan
• KKP identifikasi masalah didasarkan pada data dan/atau informasi yang tersedia
o KKP Perbandingan Data Keuangan WP
o Informasi dari Profil WP yang telah disusun oleh AR
o LHP sebelumnya
o Data lain yang relevan, meliputi alket, analisis risiko, hasil analisis dan
pengembanan IDLP, dan/atau informasi intern dan ekstern yang tersedia
• Menyusun KKP identifikasi masalah
o Melakukan analisis risiko data keuangan yang terkait dengan pos-pos SPT
o Melakukan analisis trend dan benchmark dengan industri atau perusahaan
sejenis;
o Melakukan ekualisasi antara pos SPT PPh Badan/OP dengan objek pajak
lainnya;
o Melakukan analisis keterkaitan antara alket, analisis risiko yang dibuat oleh
AR, hasil analisis dan pengembangan IDLP, dan informasi intern dan ekstern
yang ada.
o KKP Identifikasi Masalah disusun dengan format pada Lampiran III Surat
Edaran Dirjen Pajak No. SE-126/PJ/2010
• Analisis data yang tersedia
o Data Keuangan
o Data SPT
o Profil WP
o Hasil pemeriksaan sebelumnya
o Data lain
• Identifikasi masalah
o PPh Badan
o PPh pasal 21
o PPh Pasal 23
o PPh Final Pasal 4 ayat 2

Pemeriksaan Pajak - KMP 2019 52


o PPN DN
o PBB
o Lokasi/cabang Wajib Pajak yang dimintakan pemeriksaan
• Apabila ada temuan yang signifikan
o Poin-poin yang ditetapkan tersebut, tidak selalu menjadi koreksi (tidak ada
tambahan pajak yang masih harus dibayar oleh Wajib Pajak).
o Jika Wajib Pajak dapat menjelaskan atas temuan tersebut, maka temuan
tersebut “dianggap tuntas” dan tidak ada temuan/koreksi pemeriksa. Namun
demikian, apapun penjelasan WP tetap dituangkan dalam KKP

Menentukan pos-pos yang akan diperiksa

• Cakupan, atau ruang lingkup pemeriksaan merupakan cakupan dari jenis pajak dan
periode dari pencatatan atau pembukuan, yang menjadi objek untuk dilakukan
pemeriksaan.
• Cakupan ini meliputi pemeriksaan atas satu, beberapa, atau seluruh jenis pajak,
baik satu maupun beberapa Masa Pajak, bagian tahun pajak, atau tahun pajak,
baik tahun-tahun lalu maupun tahun berjalan.

Menentukan buku dan dokumen yang akan dipinjam

• Pada awal permintaan peminjaman buku-buku/dokumen WP, pemeriksa tidak harus


meminjam semua buku, dokumen, dan/atau catatan yang dimiliki oleh WP, melainkan
disesuaikan dengan program pemeriksaan yang telah ditetapkan.
• Disampaikan melalui Surat Peminjaman Dokumen, disertai dengan lampiran yang
berisi Daftar Buku-buku dan Dokumen yang Akan Dipinjam dalam pemeriksaan.
• Pemeriksa dapat membuat Permintaan Data/Dokumen lagi kepada WP. Pemeriksaan
difokuskan pada data-data yang dibutuhkan saja, agar tetap EFEKTIF dan EFISIEN.
• Apabila yang disampaikan bukan dokumen asli, yaitu photocopy maupun softcopy,
Pemeriksa meminta surat pernyataan ke WP

Membuat rencana pemeriksaan (audit plan)

• Audit plan adalah program pemeriksaan yang:


o disusun terhadap pos-pos yang akan diperiksa dalam Rencana
Pemeriksaan
o disusun oleh Supervisor
o harus ditelaah dan disetujui oleh Kepala Unit Pelaksana Pemeriksaan
o berisikan tentang Identitas WP, Identitas Pemeriksa, dan Uraian rencana
pemeriksaan serta ruang lingkup pemeriksaan dan program pemeriksaan

Pemeriksaan Pajak - KMP 2019 53


• Rencana pemeriksaan memuat
o Identitas WP
o Identitas Tim Pemeriksa Pajak dan Beban Tim Pemeriksa
o Uraian rencana pemeriksaan:
▪ Kriteria pemeriksaan
▪ Jenis pemeriksaan
▪ Ruang lingkup pemeriksaan
▪ Identifikasi masalah
▪ Tanggal selesai pemeriksaan
▪ Tanggal jatuh tempo penyelesaian restitusi (SPT LB)
▪ Tenaga ahli yang dibutuhkan
▪ Sarana pendukung yang diperlukan
▪ Pos-pos yang akan diperiksa
▪ Lokasi/ Cabang WP yang akan dimintakan pemeriksaan lokasi

Membuat program pemeriksaan (audit program)

• Audit program adalah suatu pernyataan pilihan Metode Pemeriksaan, Teknik


Pemeriksaan, dan Prosedur Pemeriksaan yang akan dilaksanakan pemeriksa
pajak dalam melakukan pemeriksaan sesuai dengan Rencana Pemeriksaan.
• Fungsi audit program:
o Sarana bagi supervisor untuk melakukan pengendalian dan pengawasan
atas pelaksanaan pemeriksaan serta memberikan bimbingan;
o petunjuk kerja bagi Tim Pemeriksa Pajak;
o sarana evaluasi penerapan metode, teknik, dan prosedur pemeriksaan suatu
pos SPT dan/atau pos turunannya dengan metode, teknik, dan prosedur
pemeriksaan yang telah direncanakan; dan
o referensi bagi penyusunan Program Pemeriksaan yang akan datang
• Rencana program pemeriksaan

Pemeriksaan Pajak - KMP 2019 54


o program pemeriksaan yang disusun terhadap pos-pos yang akan
diperiksa dalam Rencana Pemeriksaan yang telah dibuat oleh pemeriksa
o dibuat oleh Supervisor, dengan dibantu oleh Ketua Tim
o ditandatangani oleh Kepala UP2 sebelum penyampaian SP2
o format:
▪ Pos-pos SPT/turunannya yang akan diperiksa menurut KKP Rencana
Pemeriksaan;
▪ Uraian Rencana Program Pemeriksaan masing-masing pos
SPT/turunannya, yang antara lain memuat:
❖ Tujuan pemeriksaan suatu pos SPT/turunannya;
❖ Metode pemeriksaan yang akan digunakan;
❖ Teknik pemeriksaan yang dipilih;
❖ Prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan; dan
❖ Buku, catatan, dan dokumen Wajib Pajak yang akan dipinjam.
• Realisasi program pemeriksaan
o Supervisor harus membuat Realisasi Program Pemeriksaan berdasarkan
kondisi nyata yang ditemukan saat pelaksanaan pemeriksaan.
o Apabila ada metode, teknik, atau prosedur yang tidak dilakukan dalam
pelaksanaan pemeriksaan, maka alasannya harus dicantumkan disini.

Menyiapkan sarana dan prasarana pemeriksaan

Sarana

• Formulir-formulir, diantaranya adalah:


o Kartu Tanda Pengenal Pemeriksa Pajak
o Surat Perintah Pemeriksaan (SP2)
o Berita Acara Pertemuan dengan Wajib Pajak
o dsb.

Prasarana

• Surat Tugas dalam rangka Perjalanan Dinas;


• dana yang dibutuhkan;
• kendaraan dinas; dan
• akomodasi lainnya

Minggu VI - VII

Jangka Waktu Pemeriksaan Pajak

Jangka waktu pemeriksaan pajak terdiri atas jangka waktu PENGUJIAN dan PEMBAHASAN
AKHIR HASIL PEMERIKSAAN DAN PELAPORAN

Jangka waktu pengujian:

1. Pemeriksaan lapangan—max 6 bulan sejak surat pemberitahuan pemeriksaan


lapangan disampaikan sampai tanggal SPHP disampaikan.
2. Pemeriksaan kantor—max 4 bulan sejak tanggal WP* datang memenuhi surat
panggilan dalam rangka pemeriksaan kantor sampai tanggal SPHP disampaikan.

Pemeriksaan Pajak - KMP 2019 55


3. Pemeriksaan keterangan lain berupa data konkret dengan pemeriksaan kantor—max
1 bulan sejak tanggal WP* datang memenuhi surat panggilan dalam rangka
pemeriksaan kantor sampai tanggal SPHP disampaikan.

*WP, wakil, kuasa dari WP, pegawai, atau anggota keluarga yang telah dewasa.

Jangka waktu pembahasan akhir hasil pemeriksaan dan pelaporan

1. max 2 bulan sejak tanggal SPHP disampaikan.


2. Max 10 hari kerja untuk pemeriksaan keterangan lain berupa data konkret dengan
pemeriksaan kantor sejak tanggal SPHP disampaikan.

Perpanjangan jangka waktu pengujian—max 2 bulan, dengan pertimbangan:

1. Pemeriksaan diperluas ke masa/bagian tahun/tahun pajak lainnya.


2. Terdapat konfirmasi atau permintaan data dan/atau keterangan kepada pihak ketigas.
3. Ruang lingkup pemeriksaan meliputi seluruh jenis pajak.
4. Berdasarkan pertimbangan kepala unit pelaksana pemeriksaan.

Pemeriksaan LAPANGAN (pengujian) dapat diperpanjang selama max 6 bulan dan dapat
dilakukan paling banyak 3 kali untuk:

1. WP kontraktor Kontrak Kerja Sama Minyak dan Gas Bumi


2. WP dalam satu grup
3. WP yang terindikasi melakukan transaksi transfer pricing

Pemeriksaan keterangan lain berupa data konkret dengan pemeriksaan kantor tidak dapat
diperpanjang.

KEGIATAN DALAM TAHAP PELAKSANAAN PEMERIKSAAN

Penyampaian Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan atau Surat Panggilan Dalam


Rangka Pemeriksaan Kantor

Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan

• Dapat disampaikan secara langsung saat dimulainya pemeriksaan lapangan atau


melalui faksimili, pos dengan bukti pengiriman surat, atau jasa pengiriman lainnya.
• Apabila disampaikan secara langsung dan WP tidak ada di tempat, dapat disampaikan
pada:
o Wakil atau kuasa WP
o Pegawai—pemeriksaan WP badan
o Anggota keluarga yang telah dewasa—pemeriksaan WP OP
o Pihak lainnya yang dapat mewakili WP
• Apabila pihak yang mewakili tidak dapat ditemui, surat pemberitahuan pemeriksaan
lapangan dikirim melalui pos atau jasa pengiriman lainnya dengan bukti pengiriman.

Surat Panggilan Dalam Rangka Pemeriksaan Kantor—disampaikan melalui faksimili, pos


dengan bukti pengiriman surat, atau jasa pengiriman lainnya.

Pertemuan dengan Wajib Pajak

Pemeriksaan Pajak - KMP 2019 56


• Dilaksanakan paling lama 5 hari kerja sejak diterbitkannya surat panggilan,
mempertimbangkan lokasi WP
• Dapat juga dilakukan dengan wakil/kuasa WP
• Dilakukan setelah Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan disampaikan
(pemeriksaan lapangan)
• Dilakukan saat WP/wakil/kuasa datang memenuhi Surat Panggilan Dalam Rangka
Pemeriksaan Kantor
• Pemeriksa Pajak wajib membuat berita acara hasil pertemuan yang ditandatangani
oleh pemeriksa pajak dan WP/wakil/kuasa.
• Apabila WP/wakil/kuasa menolak menandatangai berita acara hasil pertemuan,
pemeriksa pajak membuat catatan mengenai penolakan tersebut pada berita acara
dan pertemuan dianggap telah dilaksanakan.

Dalam pertemuan dengan WP, pemeriksa memberikan penjelasan mengenai:

• Alasan dan tujuan pemeriksaan


• Hak dan kewajiban WP selama dan setelah pelaksanaan pemeriksaan
• Hak WP mengajukan permohonan pembahasan dengan tim quality assurance dalam
hal terdapat hasil pemeriksaan yang terbatas pada dasar hukum koreksi yang belum
disepakai pada saat PAHP, kecuali untuk pemeriksaan atas keterangan lain berupa
data konkret dengan jenis pemeriksaan kantor
• Kewajiban WP untuk memenuhi permintaan peminjaman dokumen.

Pemeriksaan di tempat Wajib Pajak

✓ Pemeriksaan di tempat WP bertujuan untuk:


➢ mengetahui proses bisnis Wajib Pajak sehingga Pemeriksa Pajak
memperoleh gambaran yang memadai mengenai kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas Wajib Pajak yang sebenarnya;
➢ memperoleh gambaran mengenai sistem pengendalian intern termasuk di
dalamnya sistem akuntansi yang diselenggarakan oleh Wajib Pajak

Pemeriksaan Pajak - KMP 2019 57


➢ meyakinkan kebenaran/keberadaan secara fisik aktiva yang dilaporkan
oleh Wajib Pajak berikut kepemilikannya.
✓ Dasar pengujian di tempat Wajib Pajak berupa Berita Acara Pemberian keterangan
dalam pertemuan dengan Wajib Pajak.
✓ Pengujian dapat dilaksanakan pada hari yang sama atau berbeda sejak pertemuan
dengan Wajib Pajak di Kantor DJP dengan mempertimbangkan risiko Wajib Pajak,
lokasi Wajib Pajak, dan SDM yang dibutuhkan
✓ Pengujian di tempat Wajib Pajak dilakukan secara mendadak dan dilaksanakan dalam
jangka waktu paling lama 1 bulan sejak pertemuan dengan Wajib Pajak
✓ Pelaksanaan pengujian di tempat Wajib Pajak dilakukan oleh Tim Pemeriksa Pajak
✓ Apabila diperlukan, Pemeriksa Pajak dapat dibantu oleh pegawai DJP lainnya yang
ditunjuk melalui Surat tugas dari Kepala UP2 atau tenaga ahli yang ditunjuk melalui
Surat Tugas Tenaga Ahli
✓ Pengujian di tempat WP didampingi oleh petugas yang ditunjuk oleh kepala unit
pelaksana pemeriksaan melalui surat tugas
✓ Petugas yang ditunjuk bertugas:
➢ Memastikan tata cara pemeriksaan telah dijalankan sesuai ketentuan yang
berlaku
➢ Memastikan WP dapat melaksanakan hak-haknya sesuai ketentuan berlaku
➢ Memastikan pemeriksaan terselenggara sesuai tata kelola pemerintahan yang
baik
✓ Setelah melakukan pendampingan, petugas yang ditunjuk menyusun dan
menyampaikan laporan kepada kepala unit pelaksana pemerintahan

Cara memahami proses bisnis dan SPI WP

• Mengumpulkan data dan informasi mengenai proses bisnis dan sistem


pengendalian intern Wajib Pajak dengan cara:
o Mempelajari struktur organisasi Wajib Pajak dan manual yang ada, antara
lain bagan perkiraan, pedoman pembukuan, arus dokumen, dan arus
barang;
o Melakukan wawancara mengenai proses bisnis Wajib Pajak dan sistem
pengendalian intern termasuk di dalamnya sistem akuntansi yang
diselenggarakan oleh Wajib Pajak kepada pejabat/pihak yang bertanggung
jawab
o Mengamati proses pelaksanaan sistem pengendalian intern termasuk di
dalamnya sistem akuntansi yang diselenggarakan Wajib Pajak.
• Melakukan penelaahan atas data dan informasi yang terkumpul dengan membuat
catatan yang dapat berupa:
o Uraian singkat (narrative descriptions)
o Bagan arus (flow chart)
o Daftar pertanyaan (internal control questionaire) yang telah dijawab
• Melakukan pengujian mengenai kepatuhan/ketaatan Wajib Pajak dalam mengikuti
sistem/prosedur/peraturan yang telah ditetapkan dalam bentuk:
o Pengujian transaksi : pengujian terhadap arus dokumen dan pencatatan pada
setiap siklus transaksi
o Pengujian fungsional : pengujian terhadap fungsi yang ada dalam
perusahaan apakah fungsi-fungsi tersebut telah dilaksanakan sesuai dengan

Pemeriksaan Pajak - KMP 2019 58


pembagian tugas yang telah ditetapkan dan harus memperhatikan kaitan
antara fungsi yang satu dengan fungsi yang lainnya (pemisahan fungsi).

Hal-hal yang harus dilakukan pemeriksa:

• Meminjam pada saat itu juga data yang diperlukan dan ditemukan/diperoleh di
lapangan dalam rangka pelaksanaan pemeriksaan seperti:
o Data lawan transaksi (data pelanggan, data pemasok, dll) beserta dokumen
pendukungnya yang berhubungan dengan penjualan barang dan harga pokok
penjualan
o Buku, catatan, dan/atau dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau
pencatatan, dokumen lain yang berhubungan dengan penghasilan yang
diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak, atau objek yan
terutang pajak
o Rekening koran Wajib Pajak
o Data lainnya
• Memperhatikan rekening koran Wajib Pajak yang bersifat transitory account,
yakni akun rekening koran yang memiliki slado awal dan/atau saldo akhir nihil akan
tetapi sepanjang periode tersebut terdapat transaksi bank.
• Meminta keterangan tertulis maupun lisan dari Wajib Pajak, wakil, kuasa Wajib
Pajak, pegawai atau anggota keluarga yang telah dewasa dari Wajib Pajak dan harus
dituangkan dalam Berita Acara.
o Keterangan tertulis seperti surat pernyataan tidak diaudit oleh kantor akuntan
publik, keterangan bahwa fotokopi dokumen yang dipinjamkan sesuai dengan
aslinya
o keterangan lisan yaitu wawancara tentang proses pembukuan wajib pajak
• Melakukan inspeksi untuk menguji eksistensi dan pengecekan fisik antara lain:
o Proses produksi dan alur kegiatan yang dilakukan oleh Wajib Pajak
o Kapasitas produksi, produk yang dihasilkan, jumlah karyawan, modal
sendiri, atau pinjaman yang dibutuhkan oleh WP dalam menjalankan
kegiatannya
o Harta berupa uang, persediaan, perlatan, aktiva tetap, dan lainnya.

WP bersikap kooperatif—pemeriksa melanjutkan pengujian pemeriksaan sesuai dengan


ruang lingkup pemeriksaan dan audit plan

WP bersikap tidak kooperatif—berupa tidak memberi kesempatan untuk memasuki tempat


atau ruang yang dipandang perlu dan memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan,
Pemeriksa pajak dapat melakukan penyegelan

Peminjaman buku, catatan dan dokumen* Wajib Pajak


*disingkat menjadi hanya dokumen

Pemeriksaan Lapangan

• Proses peminjaman dimulai saat penyampaian Surat Panggilan dalam Rangka


Pertemuan Sehubungan dengan Pemeriksaan Lapangan dengan dilampiri Daftar
Buku, Catatan, Dokumen yang Harus Dibawa Saat Pertemuan, dan harus
dipinjamkan oleh wajib pajak
• buku, catatan, dan/atau dokumen, termasuk data yang dikelola secara elektronik serta
keterangan lain yang diperlukan dan diperoleh/ditemukan pada saat pelaksanaan

Pemeriksaan Pajak - KMP 2019 59


Pemeriksaan di tempat Wajib Pajak, dipinjam pada saat itu juga dan Pemeriksa
Pajak membuat bukti peminjaman dan pengembalian buku, catatan, dan dokumen.
• Apabila buku, catatan, dan/atau dokumen, termasuk data yang dikelola secara
elektronik serta keterangan lain yang diperlukan belum ditemukan atau diberikan
pada saat pemeriksaan, pemeriksa membuat surat permintaan peminjaman yang
dilampiri dengan daftar dokumen yang diperlukan.
• Terkait data elektronik (mengakses/mengunduh) memerlukan peralatan/keahlian
khusus, pemeriksa dapat meminta bantuan kepada:
o WP untuk menyediakan tenaga/peralatan atas biaya WP
o Ahli tertentu, baik berasal dari DJP maupun luar DJP

Pemeriksaan Kantor

• Daftar buku, catatan, dan/atau dokumen, termasuk data yang dikelola secara
elektronik serta keterangan lain yang diperlukan dilampirkan pada Surat Panggilan
Dalam Rangka Pemeriksaan Kantor.
• Wajib dipinjamkan saat WP memenuhi panggilan dan pemeriksa membuat bukti
peminjaman dan pengembalian buku, catatan, dan dokumen.
• Apabila ada dokumen yang belum tercantum pada lampiran Surat Panggilan Dalam
Rangka Pemeriksaan Kantor, pemeriksa membuat permintaan peminjaman.

Ketentuan lain

✓ Dokumen yang diminta wajib diserahkan paling lama 1 bulan sejak surat permintaan
peminjaman
✓ Setiap penyerahan dokumen, pemeriksa membuat bukti peminjaman dan
pengembalian
✓ Apabila dokumen berupa fotokopi, WP membuat pernyataan bahwa fotokopi
sesuai dengan aslinya
✓ Apabila dokumen yang diminta belum diserahkan dan belum melampaui jangka 1
bulan, pemeriksa dapat menyampaikan peringatan tertulis sebanyak 2 kali:
➢ Peringatan I setelah 2 minggu sejak tanggal penyampaian surat permintaan
peminjaman
➢ Peringatan II setelah 3 minggu sejak tanggal penyampaian surat permintaan
peminjaman
✓ Apabila dokumen tidak dimiliki atau tidak dikuasai oleh WP, WP membuat surat
pernyataan bahwa dokumen yang diminta tidak dimiliki atau tidak dikuasai WP
✓ Apabila dokumen perlu dilindungi kerahasiaannya, WP dapat mengajukan permintaan
agar pemeriksaan dilaksanakan di tempat WP dengan menyediakan ruangan khusus.
✓ Apabila melampaui jangka waktu 1 bulan dan dokumen yang diminta tidak
diserahkan, pemeriksa membuat berita acara tidak dipenuhinya permintaan
peminjaman dokumen, dilampiri dokumen yang wajib dipinjamkan tetapi belum
diserahkan
✓ Apabila semua dokumen yang diminta telah diserahkan, pemeriksa membuat
berita acara pemenuhan seluruh peminjaman dokumen.
✓ Apabila WP tidak atau tidak sepenuhnya meminjamkan dokumen yang diperlukan,
pemeriksa menentukan dapat atau tidaknya melakukan pengujian dalam rangka
menghitung besarnya penghasilan kena pajak berdasarkan bukti kompeten yang
cukup sesuai dengan standar pelaksanaan pemeriksaan

Pemeriksaan Pajak - KMP 2019 60


✓ Apabila WP yang diperiksa adalah WP badan dan WP OP menjalankan usaha dan
pemeriksa tidak dapat melaksanakan pengujian, penghasilan kena pajak dihitung
secara jabatan sesuai ketentuan pajak.
✓ Apabila penghasilan kena pajak tidak dihitung secara jabatan, pemeriksa dapat
meminjam tambahan dokumen selain yang sudah dipinjam.
✓ dokumen yang dipinjam wajib dikembalikan dengan Bukti Peminjaman dan
Pengembalian Buku, Catatan, Dokumen paling lambat 7 hari sejak tanggal LHP

Perolehan data elektronik

• Data elektronik diperoleh dengan media penyimpanan yang tidak dapat diubah, yaitu
melakukan imaging file-file, dan hashing file image kemudian membuat Berita Acara*
• Perolehan data dilakukan dengan prosedur, wawancara, meminta ijin mengakses,
mengunduh, dan membuat Berita Acara*, serta mendokumentasikan proses perolehan
• Pemeriksa dapat meminta bantuan e-auditor jika terdapat kendala
• Jika wajib pajak tidak melakukan pembukuan elektronik, dan pemeriksa tidak dapat
melakukan pengolahan data karena keterbatasan database dan meminjam data non
elektronik, Pemeriksa membuat Berita Acara Peminjaman Data, Catatan, Dokumen
Non Elektronik

*berita acara perolehan data,catatan, dan/atau dokumen yang dikelola secara elektronik

Kegiatan apabila terdapat penolakan pemeriksaan oleh Wajib Pajak

Penolakan pemeriksaan lapangan

• Apabila WP/wakil/kuasa menolak pemeriksaan atau menolak menerima surat


pemberitahuan pemeriksaan lapangan, WP/wakil/kuasa wajib menandatangani surat
pernyataan penolakan pemeriksaan.
• Apabila WP/wakil/kuasa menolak untuk tanda tangan, pemeriksa membuat berita
acara penolakan Pemeriksaan yang ditandatangani oleh tim Pemeriksa
• Apabila WP/wakil/kuasa tidak ada ditempat:
o Pemeriksaan tetap dapat dilakukan sepanjang terdapat pegawai atau
anggota keluarga yang telah dewasa dari Wajib Pajak yang dapat dan
mempunyai kewenangan untuk mewakili Wajib Pajak, terbatas untuk hal yang
berada dalam kewenangannya
o Pemeriksaan ditunda untuk dilanjutkan pada kesempatan berikutnya
• Penyegelan sebelum penundaan
o WP/wakil/kuasa tidak berada di tempat, tidak memberi izin untuk membuka
atau memasuki tempat penyimpanan, atau tidak memberi bantuan
o Pemeriksa pajak meminta pegawai/anggota keluarga yang telah dewasa untuk
membantu
o pegawai/anggota keluarga yang telah dewasa menolak untuk membantu,
pegawai/anggota keluarga yang telah dewasa menandatangani surat
penolakan membantu kelancaran pemeriksaan
o pegawai/anggota keluarga yang telah dewasa menolak untuk menandatangani
surat penolakan, pemeriksa membuat berita acara penolakan membantu
kelancaran pemeriksaan yang ditandatangani oleh tim pemeriksa

Penolakan pemeriksaan kantor

Pemeriksaan Pajak - KMP 2019 61


Tindakan WP Tindakan Pemeriksa
Memenuhi surat panggilan tetapi menolak Meminta WP menandatangani surat
pemeriksaan pernyataan penolakan pemeriksaan
Membuat berita acara penolakan
Menolak menandatangani surat pernyataan
pemeriksaan dan ditandatangani oleh tim
penolakan pemeriksaan
pemeriksa
Membuat berita acara tidak dipenuhinya
Dalam 1 bulan tidak dikembalikan oleh pos
panggilan pemeriksaan oleh WP dan
dan WP tidak memenuhi panggilan
ditandatangani oleh tim pemeriksa

Tindak lanjut penolakan pemeriksaan

Surat pernyataan penolakan pemeriksaan


Berita acara penolakan pemeriksaan Penetapatan pajak secara
Berita acara tidak dipenuhinya panggilan jabatan
Pemeriksa
pemeriksaan atau
pajak
Surat penolakan membantu kelancaran mengusulkan
berdasarkan
pemeriksaan pemeriksaan bukti
Berita acara penolakan membantu permulaan
kelancaran pemeriksaan

Penyegelan

✓ Pemeriksa berwenang melakukan penyegelan untuk memperoleh atau mengamankan


dokumen dan benda lainnya yang dapat memberi petunjuk tentang kegiatan usaha
atau pekerjaan bebas WP yang diperiksa agar tidak dipindahkan, dihilangkan,
dimusnahkan, diubah, dirusak, ditukar, atau dipalsukan
✓ Dilakukan apabila:
➢ WP/wakil/kuasa tidak memberi kesempatan pemeriksa untuk memasuki
tempat/ruang serta memeriksa barang bergerak/tidak bergerak yang
diduga digunakan untuk menyimpan data
➢ WP/wakil/kuasa menolak memberi bantuan guna kelancaran Pemeriksaan
yang antara lain berupa tidak memberi kesempatan kepada Pemeriksa Pajak
untuk mengakses data yang dikelola secara elektronik atau membuka barang
bergerak/tidak bergerak
➢ WP/wakil/kuasa tidak berada di tempat dan tidak ada pegawai atau
anggota keluarga yang telah dewasa dari Wajib Pajak yang mempunyai
kewenangan untuk bertindak selaku pihak yang mewakili Wajib Pajak
➢ WP/wakil/kuasa tidak berada di tempat dan pegawai atau anggota
keluarga yang telah dewasa dari Wajib Pajak yang mempunyai kewenangan
untuk bertindak selaku pihak yang mewakili Wajib Pajak menolak memberi
bantuan

Tata cara penyegelan

• Dilakukan menggunakan tanda segel


• Disaksikan oleh minimal 2 orang yang telah dewasa selain anggota tim pemeriksa
pajak

Pemeriksaan Pajak - KMP 2019 62


• Pemeriksa membuat berita acara penyegelan yang ditandatangani oleh pemeriksa
pajak dengan disaksikan oleh minimal 2 orang yang telah dewasa selain anggota tim
pemeriksa pajak
• Berita acara dibuat 2 rangkap, rangkap kedua diserahkan kepada
WP/wakil/kuasa/pegawai/anggota keluarga yang telah dewasa
• Apabila saksi menolak menandatangani berita acara, pemeriksan membuat catatan
tentang penolakan dalam berita acara
• Pemeriksa dapat meminta bantuan Polri atau pemda setempat

Pembukaan segel

• Pembukaan dilakukan apabila


o WP/wakil/kuasa memberi izin untuk membuka atau memasuki
tempat/ruangan/barang bergerak/tidak bergerak, dan/atau memberi bantuan
guna kelancara pemeriksaan
o Berdasarkan pertimbangan pemeriksa, penyegelan tidak diperlukan lagi
o Terdapat permintaan dari penyidik yang sedang melakukan penyidikan tindak
pidana
• Disaksikan oleh minimal 2 orang yang telah dewasa selain anggota tim pemeriksa
pajak
• Dapat dibantu oleh Polri atau pemda setempat
• Apabila tanda segel rusak/hilang, pemeriksa pajak membuat berita acara mengenai
kerusakan/kehilangan dan melaporkan ke Polri
• Pemeriksa membuat berita acara pembukaan segel, ditandatangani oleh pemeriksa
dan saksi
• Apabila saksi menolak menandatangani berita acara, pemeriksan membuat catatan
tentang penolakan dalam berita acara
• Berita acara dibuat 2 rangkap, rangkap kedua diserahkan kepada
WP/wakil/kuasa/pegawai/anggota keluarga yang telah dewasa

Ketentuan lain

✓ Apabila dalam jangka waktu 7 hari setelah tanggal penyegelan atau jangka waktu lain
WP/wakil/kuasa tidak memberi izin kepada pemeriksa dan/atau tidak memberi
bantuan, WP dianggap menolak dilakukan pemeriksaan
✓ WP/wakil/kuasa wajib menandatangani pernyataan penolakan pemeriksaan*
✓ Apabila WP/wakil/kuasa menolak menandatangani surat pernyataan penolakan,
pemeriksa membuat dan menandatangani berita acara mengenai penolakan tersebut.*

*dapat dijadikan dasar penetapan pajak secara jabatan atau usulan pemeriksaan bukti
permulaan

Permintaan penjelasan/keterangan

Permintaan penjelasan WP

Pemeriksaan Pajak - KMP 2019 63


• Pemeriksa melalui kepada unit pelaksana pemeriksaan dapat memanggil
WP/wakil/kuasa/pegawai/anggota keluarga yang telah dewasa melalui penyampaian
surat panggilan
• Dapal dilakukan pada saat pemeriksaan di tempat WP (pemeriksaan lapangan)
• Penjelasan yang diberikan dituangkan dalam berita acara mengenai pemberian
penjelasan WP yang ditandatangani tim pemeriksa dan
WP/wakil/kuasa/pegawai/anggota keluarga yang telah dewasa
• Apabila WP/wakil/kuasa/pegawai/anggota keluarga yang telah dewasa menolah
menandatangani, pemeriksa membuat catatan penolakan dalam berita acara tersebut

Permintaan keterangan kepada pihak ketiga—pemeriksa melalui kepada unit pelaksana


pemeriksaan dapat meminta kterangan/bukti kepada pihak ketiga secara tertulis sesuai PMK
87/PMK.03/2013 stdd PMK 235/PMK.03/2016

• Pihak ketiga meliputi:


o Bank
o Akuntan publik
o Notaris
o Konsultan pajak/hukum/keuangan
o Pelanggan
o Pemasok
o Kantor administrasi
o Pihak ketiga lain yang memiliki hubungan tindakan, pekerjaan, kegiatan usaha,
atau pekerjaan bebas WP
• Apabila pihak ketiga merahasiakan, kewajiban merahasiakan ditiadakan berdasarkan
permintaan tertulis DJP
• Surat permintaan keterangan/bukti dari Dirjen Pajak minimal memuat:
o Identitas WP
o Keterangan/bukti yang diminta
o Maksud dilakukannya permintaan keterangan/bukti
• Pihak yang dimintai keterangan/bukti wajib memberikannya max 7 hari kerja setelah
diterimanya surat permintaan.
• Apabila pihak ketiga memerlukan izin dari pihak berwenang, jangka waktu pemberian
keterangan/bukti paling lama 7 hari kerja setelah diterimanya surat izin
• Apabila permintaan tidak dipenuhi oleh pihak ketiga dalam jangka waktu, Dirjen Pajak
dapat menyampaikan surat peringatan
• Pihak ketiga yang diberi Surat Keterangan tersebut wajib memberikan keterangan atau
bukti paling lama 7 hari setelah diterimanya Surat Peringatan.
• Apabila permintaan keterangan dalam Surat Peringatan belum juga dipenuhi dalam
jangka waktu yang ditetapkan, pihak tersebut diancam pidana sesuai Pasal 41A UU
KUP.

SE-10/PJ/2017

• Pada prinsipnya, terkait kerahasiaan keterangan pihak ketiga, terdapat dua kelompok
yaitu:

Pemeriksaan Pajak - KMP 2019 64


o Bank yang kerahasiannya ditiadakan dalam hal terdapat ijin dari OJK
berdasarkan permintaan tertulis dari Menteri Keuangan;
o Pihak ketiga lainya seperti pemasok, pelanggan, akuntan public, notaris,
konsultan pajak, kantor administrasi, yang kerahasiaanynya ditiadakan
berdasarkan permintaan Dirjen Pajak yang telah dilimpahkan kepada Kepala
UP2.
• Apabila persyaratan untuk melakukan permintaan keterangan secara tertluis sudah
berhasil diperoleh, maka prosedur permintaan keterangan secara tertulis kepada pihak
ketiga harus segera dilaksanakan.
• Termasuk ke dalam permintaan keterangan secara tertulis adalah pembukaan rahasia
nasabah penyimpan yang dilakukan secara elektronik melalui Aplikasi Buka Rahasia
(AKASIA) berdasarkan PMK 235/PMK.03/2016
• Permintaan keterangan secara tertulis kepada bank melalui pembukaan rahasia
nasabah penyimpan pada saat pelaksanaan pemeriksaan dilakukan dalam hal WP
tidak memberikan surat kuasa kepada Pemeriksa Pajak untuk meminta keterangan
atau bukti dari bank tentang keadaan keuangan WP atau berdasarkan pertimbangan
Pemeriksa Pajak diperlukan permintaan pembukaan rahasia nasabah penyimpan
(WP).

Perubahan Rencana Pemeriksaan dan Program Pemeriksaan

Perubahan rencana pemeriksaan

• apabila mempertimbangkan fakta, data, informasi, dan keterangan yang diperoleh


pada tahap pelaksanaan pemeriksaan yang disesuaikan dengan rencana pemeriksaan
saat tahap persiapan, pemeriksa merasa perlu mengubah rencana pemeriksaan.
• Usulan perubahan berisi antara lain:
o Uraian rencana pemeriksaan yang diubah
o Rencana pemeriksaan sebelumnya
o Rencana pemeriksaan yang dimutakhirkan
o Alasan perubahan
• Kepala UP2 harus memberikan persetujuan atas usulan perubahan rencana
pemeriksaan paling lambat 3 hari kerja usulan perubahan rencana pemeriksaan
diterima
• Apabila Kepala UP2 tidak menyetujui usulan perubahan rencana pemeriksaan,
Kepala UP2 harus memberikan catatan/alasan pada formulir perubahan rencana
pemeriksaan dan pemeriksaan tetap dilanjutkan sesuai dengan rencana
pemeriksaan sebelumnya
• Apabila terjadi perubahan rencana pemeriksaan WP Domisili, maka pemeriksa WP
Domisili harus mengirimkan Salinan perubahan rencana pemeriksaan kepada
pemeriksa WP Lokasi, paling lambat 3 hari kerja setelah disetujuinya perubahan
rencana pemeriksa WP Domisili, demikian sebaliknya

Perubahan program pemeriksaan—apabila perubahan rencana pemeriksaan juga mengubah


pengujian atas pos-pos yang diperiksa

Tindak lanjut pemeriksaan setelah pengujian di tempat WP

Pemeriksaan Pajak - KMP 2019 65


Pengujian di Tempat WP

1 Bulan

Professional Judgment

Pemeriksa Pajak Kepala UP2

Tindak Lanjut Pemeriksaan


Dituangkan dalam Kertas Kerja Pemeriksaan (KKP)
Dan didukung Berita Acara Pemenuhan Dokumen

WP bersikap kooperatif, pemeriksa pajak:

• Melanjutkan pengujian dengan menggunakan metode dan teknik pemeriksaan sesuai


dengan rencana pemeriksaan (audit plan) dan program pemeriksaan (audit program)
yang telah disusun.
• apabila Pemeriksa Pajak menemukan kondisi yang berbeda antara audit plan dengan
pelaksanaan pengujian di tempat WP, Pemeriksa Pajak dapat melakukan perubahan
rencana pemeriksaan
• Dalam jangka waktu paling lama 1 bulan sejak selesainya pengujian di tempat WP,
Pemeriksa Pajak harus memutuskan untuk menyampaikan kepada WP bahwa WP
memiliki hak untuk mengungkapkan dalam laporan tersendiri tentang ketidakbenaran
pengisian SPT yang telah disampaikan sebagaimana diatur dalam Pasal 8 ayat (4) UU
KUP atau mengusulkan pemeriksaan bukti permulaan
• Apabila Pemeriksa Pajak memutuskan untuk menyampaikan kepada WP bahwa WP
memiliki hak yang diatur dalam pasal 8 ayat (4) UU KUP, maka harus
memperhatikan:
o WP tersebut terbukti tidak melaporkan usaha maupun biaya-biaya yang
sebenarnya atau terdapat temuan-temuan yang bersifat material dalam SPT
yang sedang dilakukan pemeriksaan
o Temuan-temuan tersebut harus didukung dengan Berita Acara Permintaan
Keterangan kepada WP

Hak pasal 8(4)


Bukti permulaan Tindak lanjut
UU KUP
WP/wakil/kuasa membuat surat
pernyataan akan memanfaatkan hak
Memanfaatkan -
pasal 8(4) UU KUP dengan formal
sesuai lampiran XII SE-10/PJ/2017

Pemeriksaan Pajak - KMP 2019 66


Tidak Pemeriksa dapat mengusulkan
Ya
memanfaatkan pemeriksaan bukti permulaan
Pemeriksa menyelesaikan
Tidak pemeriksaan dengan membuat LHP
Tidak
memanfaatkan sebagai dasar penerbitan SKP
dan/atau STP

WP tidak koorperatif:

• Pemeriksa menentukan apakah akan menghitung penghasilan kena pajak secara


jabatan dan menggunakan NPPN atau mengusulkan pemeriksaan bukti permulaan

Pemeriksaan atas buku, catatan, dokumen, dan keterangan lain dan didokumentasikan
dalam KKP

Bertujuan untuk:
• Menguji kebenaran angka-angka dalam pos-pos SPT yang diperiksa
• Menentukan apakah penghitungan pajak yang dilaporkan dalam SPT telah sesuai
dengan ketentuan
Ketentuan
✓ Pemeriksaan untuk menguji pos-pos yang diperiksa dilakukan menggunakan metode,
teknik, dan prosedur yang telah ditentukan dalam audit program
✓ Pemeriksaan dilaukan secara objektif dan profesional, dan temuan yang dihasilkan
harus didasarkan pada bukti kompeten yang cukup dan berdasarkan pada ketentuan
yang berlaku
✓ Pelaksanaan

Kegiatan apabila terjadi pengungkapan ketidakbenaran pengisian Surat Pemberitahuan


(SPT) oleh Wajib Pajak

Pengungkapan oleh WP
• WP mengungkapkan dalam laporan tersendiri secara tertulis mengenai
ketidakbenaran pengisian SPT sepanjang pemeriksa belum menyampaikan SPHP
• Laporan disampaikan ke KPP tempat WP terdaftar
• Laporan ditandatangani oleh WP/wakil/kuasa dan dilampiri:
o Penghitungan pajak kurang bayar sesuai dengan keadaan sebenarnya dalam
format SPT
o SSP atas pelunasan pajak kurang bayar
o SSP atas pembayaran sanksi kenaikan 50%
• Apabila pengungkapan ketidakbenaran tidak mengakibatkan kekurangan
pembayaran, tidak perlu dilampiri SSP
Tindak lanjut pemeriksa
• Pemeriksaan tetap dilanjutkan dan diterbitkan SKP berdasarkan hasil pemeriksaan,
mempertimbangan laporan tersendiri dan memperhitungkan pokok pajak yang telah
dibayar
• Apabila pemeriksaan membuktikan bahwa pengungkapan oleh WP tidak sesuai
keadaan sebenarnya, SKP diterbitkan sesuai dengan keadaan sebenarnya
• Apabila pemeriksaan membuktikan bahwa pengungkapan oleh WP sesuai keadaan
sebenarnya, SKP diterbitkan sesuai pengungkapan WP

Pemeriksaan Pajak - KMP 2019 67


• SSP dalam pengungkapan WP atas pelunasan pajak kurang bayar diperhitungkan
sebagai kredit pajak dalam SKP yang diterbitkan berdasarkan pemeriksaan
• SKP yang diterbitkan berdasarkan pemeriksaan yang membuktikan pengungkapan
oleh WP tidak sesuai keadaan sebenarnya ditambah sanksi administrasi bunga 2%
per bulan paling lama 24 bulan (UU KUP pasal 13(2))
• Apabila pengungkapan dilakukan terhadap SPTM PPN, pajak masukan yang tidak
dilaporkan dalam SPTM tidak diperhitungkan sebagai kredit

Pembuatan Konsep Laporan Hasil Pemeriksaan

Pemberitahuan hasil pemeriksaan dan tanggapan Wajib Pajak atas pemberitahuan hasil
pemeriksaan

Pembahasan temuan sementara hasil pemeriksaan


Ketentuan pembahasan temuan sementara hasil pemeriksaan sebagaimana diatur dalam SE-
10/PJ/2017 adalah sebagai berikut:
a. Temuan pemeriksaan harus mencerminkan hasil pengujian sesuai dengan data,
dokumen, dan informasi yang relevan atas pos-pos yang diperiksa.
b. Sebelum penyampaian Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan, berdasarkan
pertimbangan Kepala UP2 atau berdasarkan usulan Tim Pemeriksa Pajak dilakukan
pembahasan temuan sementara hasil pemeriksaan.
c. Pembahasan temuan sementara dilakukan bersama antara Tim Pemeriksa Pajak
dengan Kepala UP2 dan tim yang dibentuk oleh Kepala UP2.
d. Hasil pembahasan temuan sementara dituangkan dalam Risalah Rapat yang menjadi
pertimbangan bagi Tim Pemeriksa Pajak untuk menghasilkan temuan yang lebih
objektif dan berkualitas
Pemberitahuan hasil pemeriksaan
• Dilakukan melalui penyampaian SPHP yang dilampiri dengan daftar temuan hasil
pemeriksaan, secara langsung atau melalui faksimili
• Apabila WP/wakil/kuasa menolak menerima SPHP, WP/wakil/kuasa harus
menandatangani surat penolakan menerima SPHP
• Apabila WP/wakil/kuasa menolak menandatangani surat penolakan menerima SPHP,
pemeriksa membuat berita acara penolakan menerima SPHP dan ditandatangani tim
pemeriksa
• Untuk pemeriksaan keterangan lain berupa data konkret dengan pemeriksaan kantor,
penyampaian SPHP dilakukan bersamaan dengan penyampaian undangan tertulis
untuk menghadiri PAHP
• Dalam hal terdapat data baru atau data yang semula belum terungkap pada saat
pengujian, maka Pemeriksa Pajak dapat melakukan revisi atas SPHP sepanjang:
o data tersebut baru ditemukan setelah penyampaian SPHP, misalnya data hasil
konfirmasi dari pihak ketiga;
o undangan pembahasan akhir belum dikirimkan kepada Wajib Pajak; dan
o masih dalam jangka waktu pembahasan akhir hasil pemeriksaan dan
pelaporan.
• Revisi atas SPHP hanya dapat dilakukan 1 kali. Apabila dilakukan revisi SPHP maka
atas Wajib Pajak tetap diberikan hak untuk menyampaikan tanggapan tertulis atas
revisi SPHP tersebut, termasuk perpanjangannya
Tanggapan WP atas pemberitahuan hasil pemeriksaan

Pemeriksaan Pajak - KMP 2019 68


• WP wajib memberikan tanggapan tertulis atas SPHP dan daftar temuan dalam bentuk:
o Lembar pernyataan persetujuan hasil pemeriksaan (WP menyetujui seluruh
hasil pemeriksaan)
o Surat sanggahan (WP tidak menyetujui sebagian atau seluruh hasil
pemeriksaan)
• Tanggapan disampaikan max 7 hari kerja sejak tanggal diterimanya SPHP oleh WP,
dapat diperpanjang max 3 hari kerja sejak berakhirnya masa 7 hari kerja
• Perpanjangan disampaikan melalui pemberitahuan tertulis sebelum berakhirnya
jangka waktu 7 hari kerja
• Tanggapan dan pemberitahuan tertulis disampaikan WP secara langsung atau melalui
faksimili
• Apabila WP tidak menyampaikan tanggapan tertulis, pemeriksa membuat berita acara
tidak disampaikannya tanggapan tertulis atas SPHP yang ditandatangani oleh tim
pemeriksa
• Dalam hal pemeriksaan keterangan lain berupa data konkret dengan pemeriksaan
kantor, tanggapan tertulis disampaikan paling lama pada saat WP harus memenuhi
undangan PAHP dan tidak dapat dilakukan perpanjangan.

Pembahasan akhir hasil pemeriksaan

Ketentuan umum
✓ WP harus diberikan hak hadir dalam PAHP
✓ Hak hadir diberikan melalui penyampaian undangan tertulis dengan menyampaikan
hari dan tanggal pelaksanaan PAHP
✓ Undangan disampaikan max 3 hari kerja sejak
➢ Diterimanya tanggapan tertulis atas SPHP
➢ Berakhirnya jangka waktu 7 hari kerja, apabila WP tidak menyampaikan
tanggapan tertulis
✓ Dalam hal pemeriksaan keterangan lain berupa data konkret dengan pemeriksaan
kantor, undangan disampaikan bersamaan dengan SPHP
✓ Undangan dapat disampaikan secara langsung atau melalui faksimili
Langkah yang dilakukan pemeriksa:
No. Tanggapan WP PAHP Tindakan yang Diambil
Pemeriksa membuat risalah pembahasan
Menyampaikan lembar
berdasarkan lembar pernyataan persetujuan dan
pernyataan
1. Hadir membuat berita acara PAHP dilampiri ikhtisar
persetujuan hasil
hasil pembahasan akhir, ditandatangani oleh tim
pemeriksaan
pemeriksa dan WP/wakil/kuasa.
Pemeriksa membuat risalah pembahasan
Menyampaikan lembar berdasarkan lembar pernyataan persetujuan,
pernyataan Tidak berita acara ketidakhadiran WP dalam PAHP, dan
2.
persetujuan hasil hadir berita acara PAHP dilampiri ikhtisar hasil
pemeriksaan pembahasan akhir, ditandatangani oleh tim
pemeriksa
Pemeriksa melakukan PAHP dengan WP
Menyampaikan surat
3. Hadir berdasarkan surat sanggahan dan menuangkan
sanggahan
hasil pembahasan dalam risalah pembahasan,

Pemeriksaan Pajak - KMP 2019 69


ditandatangani oleh tim pemeriksan dan
WP/wakil/kuasa
Pemeriksa membuar risalah pembahasan
berdasarkan surat sanggahan, berita acara
Menyampaikan surat Tidak
4. ketidakhadiran WP dalam PAHP, dan berita acara
sanggahan hadir
PAHP dilampiri ikhtisar hasil pembahasan akhir,
ditandatangani oleh tim pemeriksa
Pemeriksa melakukan PAHP dengan WP dan
Tidak menyampaikan menuangkan hasil pembahasan dalam risalah
5. Hadir
tanggapan tertulis pembahasan, ditandatangani oleh tim
pemeriksan dan WP/wakil/kuasa
Pemeriksa membuat risalah pembahasan
berdasarkan SPHP, berita acara ketidakhadiran
Tidak menyampaikan Tidak
6. WP dalam PAHP, dan berita acara PAHP
tanggapan tertulis hadir
dilampiri ikhtisar hasil pembahasan akhir,
ditandatangani oleh tim pemeriksa

✓ Apabila terdapat hasil pemeriksaan yang belum disepakati dalam risalah pembahasan
dan WP mengajukan permohonan pembahasan dengan tim quality assurance, berita
acara PAHP yang dilampiri ihtisar hasil pembahasan akhir dibuat setelah pembahasan
dengn tim quality assurance
✓ Apabila WP tidak mengajukan permohonan pembahasan dengan tim quality
assurance, berita acara PAHP yang dilampiri dengan ihtisar dibuat berdasarkan risalah
pembahasan
✓ Apabila WP/wakil/kuasa menolak menandatangani risalah pembahasan dan/atau
berita acara PAHP yang dilampiri dengan ihtisar hasil pembahasan akhir, pemeriksa
pajak membuat catatan penolakan
✓ Apabila WP tidak hadir dalam PAHP, PAHP dianggap telah dilaksanakan dan berita
acara PAHP yang dilampiri ihtisar pembahasan akhir ditandatangani oleh tim
pemeriksa
Tim Quality Assurance
✓ Tim yang dibantuk oleh Direktur Jenderal Pajak dalam rangka membahas hasil
Pemeriksaan yang belum disepakati antara Pemeriksa Pajak dan Wajib Pajak dalam
Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan guna menghasilkan Pemeriksaan yang
berkualitas
✓ Tugas:
➢ Membahas perbedaan pendapat antara Wajib Pajak dengan Pemeriksa
Pajak yang terbatas pada dasar hukum koreksi pada saat PAHP
➢ Memberikan simpulan dan keputusan atas perbedaan pendapat antara
Wajib Pajak dengan Pemeriksa Pajak; dan
➢ Membuat risalah Tim Quality Assurance Pemeriksaan yang berisi
simpulan dan keputusan hasil pembahasan dan bersifat mengikat

✓ Anggota
➢ Penunjukan anggota Tim QA dilakukan dengan memperhatikan kompetensi
pegawai, apabila dipandang perlu, anggota Tim QA dapat diisi oleh Kepala
Seksi/Fungsional pemeriksa KPP di wilayah kanwil tersebut

Pemeriksaan Pajak - KMP 2019 70


Direktorat P2 Kanwil DJP
Ketua Kasubdit Direktorat P2 Kepala bidang
Sekretaris Kepala seksi di Direktorat P2 Kepala seksi di kanwil DJP
✓ Kepala seksi di kanwil
• Kepala seksi Direktorat P2
DJP
3 Anggota • Fungsional pemeriksa
✓ Fungsional pemeriksa
Direktorat P2
kanwil
✓ Tim QA Pemeriksaan yang melakukan pembahasan adalah tim yang didalamnya tidak
terdapat fungsional pemeriksa pajak yang melakukan pemeriksaan terhadap WP yang
mengajukan permohonan pembahasan
✓ Terkait permohonan dari WP untuk dilakukan pembahasan dengan Tim QA
Pemeriksaan, Tim Pemeriksa harus segera menginformasikan kepada Kasubdit TPP
atau Kabid P2IP
✓ Terkait informasi tersebut, Kasubdit TPP atau Kabid P2IP harus memantau surat
permohonan dari WP

✓ Pengadministrasian surat/dokumen yang terkait Tim QA dilakukan oleh:


➢ Seksi Pengendalian Mutu Pemeriksaan (Dit P2)
➢ Seksi Bimbingan Pemeriksaan (Kanwil)
✓ Pengadministrasian termasuk
➢ membuat undangan pembahasan dan menyampaikan kepada Wajib Pajak
dan tim pemeriksa
➢ membuat surat tugas yang ditandatangani oleh Dir P2 atau Kakanwil untuk
menunjuk Tim Quality Assurance Pemeriksaan yang ditugaskan untuk
melakukan pembahasan
➢ Mengadministrasikan Risalah Tim Quality Assurance Pemeriksaan

Pemeriksaan Pajak - KMP 2019 71


Dokumen yang dipertimbangkan dalam PAHP, apabila WP dilakukan penetapan secara
jabatan
✓ buku, catatan, dan/atau dokumen, termasuk data yang dikelola secara elektronik serta
keterangan lain yang dapat dipertimbangkan oleh Pemeriksa Pajak dalam
Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan terbatas pada:
➢ penghitungan peredaran usaha atau penghasilan bruto
➢ kredit pajak sebagai pengurang Pajak Penghasilan

Pelaporan hasil pemeriksaan dan pengembalian dokumen

Pemeriksaan Pajak - KMP 2019 72


✓ Kegiatan Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan
harus didokumentasikan dalam bentuk Kertas Kerja Pemeriksaan (KKP).
➢ KKP adalah catatan secara rinci dan jelas yang dibuat oleh Pemeriksa Pajak
mengenai prosedur Pemeriksaan yang ditempuh, data, keterangan, dan/atau
bukti yang dikumpulkan, pengujian yang dilakukan dan simpulan yang diambil
sehubungan dengan pelaksanaan Pemeriksaan.
➢ KKP berfungsi sebagai:
▪ bukti bahwa Pemeriksaan telah dilaksanakan sesuai standar
pelaksanaan Pemeriksaan;
▪ bahan dalam melakukan PAHP dengan Wajib Pajak mengenai temuan
hasil Pemeriksaan;
▪ dasar pembuatan LHP;
▪ sumber data atau informasi bagi penyelesaian keberatan atau
banding yang diajukan oleh Wajib Pajak; dan
▪ referensi untuk Pemeriksaan berikutnya
➢ KKP harus memberi gambaran mengenai:
▪ prosedur Pemeriksaan yang dilaksanakan;
▪ data, keterangan, dan/atau bukti yang diperoleh;
▪ pengujian yang telah dilakukan; dan
▪ simpulan dan hal-hal lain yang dianggap perlu yang berkaitan
dengan Pemeriksaan
✓ Setelah menyusun KKP, pemeriksa menyusun Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP)
➢ LHP adalah laporan yang berisi tentang pelaksanaan dan hasil Pemeriksaan
yang disusun oleh Pemeriksa Pajak secara ringkas dan jelas serta sesuai
dengan ruang lingkup dan tujuan Pemeriksaan.
➢ LHP disusun secara ringkas dan jelas, memuat ruang lingkup atau pos-
pos yang diperiksa sesuai dengan tujuan Pemeriksaan, memuat simpulan
Pemeriksa Pajak yang didukung temuan yang kuat tentang ada atau tidak
adanya penyimpangan terhadap peraturan perundang-undangan perpajakan,
dan memuat pula pengungkapan informasi lain yang terkait dengan
Pemeriksaan.
➢ LHP minimal memuat:
▪ penugasan Pemeriksaan;
▪ identitas Wajib Pajak;
▪ pembukuan atau pencatatan Wajib Pajak;
▪ pemenuhan kewajiban perpajakan;
▪ data/informasi yang tersedia;
▪ buku dan dokumen yang dipinjam;
▪ materi yang diperiksa;
▪ uraian hasil Pemeriksaan;
▪ ikhtisar hasil Pemeriksaan;
▪ penghitungan pajak terutang; dan
▪ simpulan dan usul Pemeriksa Pajak.
➢ Risalah pembahasan, risalah Tim Quality Assurance Pemeriksaan, dan/atau
berita acara Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan, merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari LHP
➢ LHP juga digunakan untuk membuat Nota Penghitungan. Nota
penghitungan digunakan sebagai dasar penerbitan SKP dan/atau STP

Pemeriksaan Pajak - KMP 2019 73


Pajak terutang dalam SKP/STP—sesuai dengan PAHP, kecuali:

PAHP Tanggapan Tertulis Pajak yang terutang


Lembar pernyataan
Dihitung sesuai dengan lembar
Tidak hadir persetujuan hasil
pernyataan persetujuan hasil
pemeriksaan pemeriksaan
Dihitungan berdasarkan SPHP dengan
Tidak hadir Surat sanggahan jumlah yang tidak disetujui sesuai
dengan surat sanggahan
Tidak menyampaikan Dihitung berdasarkan SPHP dan WP
Tidak hadir
tanggapan tertulis dianggap menyetujui hasil Pemeriksaan

Pembatalan hasil pemeriksaan

Dalam hal Pemeriksaan yang dilanjutkan terkait dengan permohonan pengembalian kelebihan
pembayaran pajak, Pemeriksaan dilanjutkan dengan penerbitan:

Pemeriksaan Pajak - KMP 2019 74


1. surat ketetapan pajak sesuai dengan PAHP apabila jangka waktu 12 bulan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17B ayat (1) Undang-Undang KUP belum
terlewati

2. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar sesuai dengan Surat Pemberitahuan apabila
jangka waktu 12 bulan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17B ayat (1) Undang-
Undang KUP terlewati.

Apabila susunan keanggotaan tim Pemeriksa Pajak untuk melanjutkan Pemeriksaan berbeda
dengan susunan keanggotaan tim Pemeriksa Pajak sebelumnya, Pemeriksaan tersebut
dilakukan setelah diterbitkan surat yang berisi perubahan tim Pemeriksa Pajak.

CP : Cindy Ayu Dwikasari/ Noor Rizky Firdhausy

Pemeriksaan Pajak - KMP 2019 75


Analisis Laporan Keuangan
CP: Angelin / Dyah Ayu P.

PERTEMUAN 1

OVERVIEW OF FINANCIAL REPORTING, FINANCIAL STATEMENT ANALYSIS AND


VALUATION

Dalam Wahlen Chapter 1, berikut langkah-langkah untuk melakukan analisis laporan


keuangan:

Dalam hal ini, analisis laporan keuangan yang efektif digambarkan sebagai three legged stool
seperti berikut:

Berdasarkan gambar tersebut, 3 poin utama dalam menganalisis laporan keuangan antara
lain:

1. Mengidentifikasi karateristik ekonomi dari industri dimana perusahaan berada, kemudian


melakukan mapping terhadap karateristik tersebut untuk menentukan profitabilitas dan
risiko perusahaan tersebut. Contoh: pada industri bank komersial
Karateristik industri:
- Uang merupakan komoditas
- Sebagian besar asetnya merupakan piutang kepada nasabahnya dan investment
in financial securities
- Sebagian besar pembiayaannya berasal dari tabungan nasabah dan short-term
borrowing

Analisis Laporan Keuangan - KMP 2019 76


Profitabilitas dan risiko:
- Profit margin kecil karena penghasilan didapatdari interest revenue dikurangi
interest expense
2. Mengidentifikasi strategi yang diterapkan perusahaan untuk membuat dirinya ‘berbeda’
sehingga mampu bersaing dengan para kompetitornya sebagai basis untuk mengevaluasi
keunggulan kompetitif perusahaan, sustainabilitas dan pertumbuhan potensial dari
earning perusahaan dan risikonya.
3. Mengevaluasi laporan keuangan perusahaan, termasuk konsep dan metode akuntansi
yang digunakan perusahaan serta kualitas informasi yang disajikan.

Sementara itu, berdasarkan Subramanyam Chapter 1, analisis laporan keuangan merupakan


bagian dari analisis bisnis, yaitu analisis atas prospek dan rasio perusahaan untuk
kepentingan pengambilan keputusan bisnis. Empat komponen analisis bisnis (segitiga)
tergambar seperti berikut:

Sebagai salah satu komponen analisis bisnis, analisis keuangan merupakan penggunaan
aporan keuangan untuk menganalisis posisi dan kinerja keuangan perusahaan, dan untuk
menilai kinerja perusahaan di masa depan.

Alat analisis:

1. Analisis laporan keuangan komparatif

Analisis ini dilakukan dengan cara menelaah neraca, laporan laba rugi, atau laporan arus
kas yang berurutan dari satu periode ke periode berikutnya. Analisis ini disebut juga
sebagai analisis horizontal. Terdapat dua teknik analisis komparatif yang populer: analisis
perubahan dari tahun ke tahun (year to year change analysis) dan analisis tren angka
indeks.

Analisis Laporan Keuangan - KMP 2019 77


Dalam hal ini, teknik yang sering digunakan adalah analisis perubahan dari tahun ke tahun
(year to year change analysis), baik perubahan dalam jumlah maupun persentase. Berikut
contohnya:

2. Analisis laporan keuangan common size


- Analisis common-size terhadap neraca
Total aset (atau total kewajiban ditambah ekuitas) dinyatakan sebagai 100%.
Kemudian, pos-pos lain dinyatakan sebagai persentase terhadap total yang
bersangkutan. Faktor yang patut diperhatikan:
• Sumber pendanaan (komposisi liabilitas dan ekuitas), termasuk distribusi
pendanaan antara kewajiban lancar, kewajiban tak lancar, dan ekuitas.
• Komposisi aset, termasuk jumlah untuk masing-masing aset lancar dan aset
tak lancar.
- Analisis common-size terhadap laporan laba rugi
Penjualan dinyatakan sebagai 100% dan pos-pos laporan laba rugi yang lain
dinyatakan sebagai persentase terhadap penjualan.

3. Analisis rasio
- Analisis kredit
• Likuiditas, untuk mengevaluasi kemampuan memenuhi kewajiban jangka
pendek
• Struktur modal dan solvabilitas, untuk menilai kemampuan memenuhi
kewajiban jangka panjang
- Analisis profitabilitas
• Tingkat pengembalian atas investasi (return on investment-ROI), untuk menilai
kompensasi keuangan kepada penyedia pendanaan ekuitas dan utang
• Kinerja operasi, untuk mengevaluasi margin laba dari aktivitas operasi
• Pemanfaatan aset (asset utilization), untuk menilai efektifitas dan intensitas
aset dalam menghasilkan penjualan, disebut pula perputaran (turnover)
- Valuasi, untuk mengestimasi nilai intrinsik perusahaan (saham)

Analisis Laporan Keuangan - KMP 2019 78


Analisis Laporan Keuangan - KMP 2019 79
4. Analisis arus kas
Terkait bagaimana perusahaan memperoleh pendanaannya (dari mana saja arus kas
masuk) dan bagaimana peruahaan menggunakan sumber dayanya (kemana saja arus
kas keluar)
5. Valuasi
Valuasi mengacu pada nilai intrinsik perusahaan atau sahamnya. Dalah hal ini, dasar
yang digunakan adalah teori nilai sekarang (present value theory) dan konsep time value
of money. Berdasarkan teori dan konsep tersebut, nilai utang atau saham sama dengan
jumlah seluruh hasil yang diharapkakn dari saham di masa depan yang didiskontokan ke
saat ini dengan menggunakan tingkat diskonto yang tepat.

PERTEMUAN 2

ACCOUNTING QUALITY, INCOME VS CASH FLOW


Analisis laporan keuangan merupakan early warning, yaitu hanya berupa tanda-tanda awal
adanya indikasi ketidakwajaran laporan keuangan. Bagi DJP, analisis laporan keuangan
berfungsi untuk memahami aktivitas wajib pajak berdasarkan laporan keuangan yang lengkap.
Selain itu, hasilnya dapat digunakan untuk bahan membuat audit plan dan audit program
dalam proses pemeriksaan pajak.

Analisis Laporan Keuangan - KMP 2019 80


1. Reporting Environment (Lingkungan Pelaporan Keuangan)
Laporan keuangan wajib (statutory financial report) merupakan produk reporting environmrnt
yang paling penting, yang terbagi ke dalam tiga kategori sebagai berikut:
- Laporan keuangan (tahunan dan kuartalan)
Laporan ini tersedia untuk umum setelah dibuat dan diaudit
- Pengumuman laba
Merupakan ringkasan informasi penting tentang posisi keuangan dan kinerja
perusahaan yang dipublikasikan kepada para pelaku pasar modal sebelum laporan
keuangan.
- Laporan wajib lainnya, berupa:
• Laporan proksi
• Form 8K
• Prospektus
Faktor-faktor yang mempengauhi sifat dan isi laporan keuangan wajib tersebut adalah:
- Prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum (GAAP atau IFRS)
Merupakan aturan dan panduan akuntansi keuangan yang menentukan kebijakan
pengukuran dan pengakuan yang digunakan perusahaan.
- Motivasi manajer
Manajer merupakan pihak yang bertanggung jawab atas laporan keuangan yang wajar.
Manajer dapat mempengaruhi laporan keuangan melalui managerial discretion dalam
penilaian dan nelalui pengaruh kolektif mereka dalam proses penetapan standar.
- Mekanisme pengawasan dan pelaksanan
Hal ini diperlukan untuk memastikan keandalan dan integritas laporan keuangan,
contohnya audit.
- Sumber informasi alternatif
Merupakan berita utama mengenaikondisi ekonomi, industri, dan perusahaan.

2. Sifat dan Tujuan Akuntansi Keuangan


- Kualitas informasi akuntansi yang diinginkan:
• Relevan
Merupakan kapasitas informasi untuk mempengaruhi suatu keputusan dan
merupakan kualitas primer pertama atas informasi akuntansi. Implikasi hal ini
adalah timeliness (tepat waktu) yang merupakan karateristik informasi yang
diinginkan. Sehingga laporan keuangan interim (kuartalan) dibuat untuk
memenuhi karateristik timeliness.
• Andal (realiability)
Untuk menjadi andal, informasi harus:
➢ dapat diverifikasi (dapat dikonfirmasi)
➢ disajikan dengan jujur (mencerminkn realitas)
➢ netral (benar dan tidak bias)
- Prinsip-prinsip akuntansi yang penting:
a) Akuntansi akrual
Berdasarkan prinsip ini, pendapatan diakui saat dihasilkan dan beban saat
terjadi, tanpa memperhatikan penerimaan atau pembayaran kas.
b) Historical cost dan fair value
Menyadari adanya keterbatasan historical cost ( nilai aktual transaksi
perusahaan di masa lalu), para pembuat standar beralih ke alternatif lain, yaitu

Analisis Laporan Keuangan - KMP 2019 81


pencatatan nilai aset atau kewajiban berdarkan konsep penilaian nilai wajar
alias fair value.
c) Materialitas
Menurut FASB, materialitas merupakan “sejauh mana kelalaian
mencantumkan atau salah saji informasi akuntansi yang dengan
memperhatikan situasi, memungkinkan peniaian seseorang yang
menggunakan informasi tersebut akan berubah atau terpengaruh.”
d) Konservatisme
Yaitu melaporkan pandangan yang paling tidak optimis saat menghadapi
ketidakpastian pengukuran.
- Relevansi dan keterbatasan akuntansi akrual
• Keterbatasan informasi laporan keuangan:
Forecast, laporan, dan rekomendasi analis bersama dengan sumber informasi
alternatif lain merupakan pesaing utama informasi akuntansi. Ada 3 keunggulan
dari sumber alternstif tersebut dibandingkan akuntansi, yaitu:
a) Tepat waktu (timeliness)
Laporan keuangan disusun kuartalan atau tahunan, sedangkan sumber
alternatif lain memperbarui dengan basis waktu sangat dekat.
b) Frekuensi
Sumber informasi alternatif disajikan untuk pasar di setiap terdapat
kejadian usaha yang membutuhkan revisi laporan. Sedangkan, laporan
keuangan dibuat berkala.
c) Orientasi ke masa depan (forward-looking)
Laporan keuangan hanya mencakup forecast (ramalan) yang terbatas.
Sementara sumber alternatif lain menggunakan informasi yag forward-
looking.
Namun demikian, laporan keuangan tetap menjadi sumber informasi penting
bagi pasar.
• Akrual sebagai pondasi laporan keuangan
Akuntansi akrual lebih unggul dibandingkan akuntansi berbasis kas, baik untuk
mengukur kinerja maupun kondisi keuangan. Arus kas memang sederhana,
mudah dipahami, dapat dihitung secara langsung, serta berwujud dan pasti.
Namun, kegunaan arus kas sangat terbatas, terlebih dalam aktivitas operasi
yang banyak melibatkan kredit dan aktivitas investasi jangka panjang.
Akuntansi akrual bertujuan untuk memberikan informasi kepada pemakai
mengenai konsekuensi aktivitas usaha terhadap arus kas perusahaan di masa
depan secepat mungkin dengan tingkat kepastian yang layak. Akuntansi akrual
mengurangi masalah ketepatan waktu yang merupakan keterbatasan arus kas.
Akuntansi akrual juga lebih memenuhi prinsip matching cost again revenue.
• Relevansi akuntansi akrual:
a) Relevansi akrual jangka pendek
Dengan cara mencatat pendapatan dan beban saat terjadinya, akrual ini
menghasilkan angka laba yang lebih mencerminkan profitabilitas serta
membuat aset dan kewajiban lancar menjadi informasi yang lebih
bermakna.
b) Relevansi akrual jangka panjang
Akuntansi akrual mengatasi keterbatasan free cash flow dengan
mengpitalisasi investasi jangka panjang pada aset jangka panjang dan

Analisis Laporan Keuangan - KMP 2019 82


mengalokasikan biayanya sepanjang periode masa manfaat, sehingga
dapat memperbaiki relevansi laba.

3. Konsep Laba
Laba (income) yang juga disebut earning atau profit merupakan ringkasan hasil bersih
kegiatan operasi usaha dalam periode tertentu yang dinyatakan dalam istilah keuangan.
- Konsep laba ekonomi
a) Laba ekonomi
Ditentukan dengan cara arus kas ditambah dengan present value dari prediksi
arus kas di masa depan, khususnya direpresentasikan dengan perubahan
market value dari aset usaha bersih.
b) Laba permanen (sustainable income atau recurring income)
Merupakan rata-rata laba stabil yang ditaksir dapat diperoleh perusahaan
sepanjang umurnya, dengan kondisi usaha masa sekarang.
c) Laba operasi
Merupakan laba yang timbul dari kegiatan operasi perusahaan. Laba ini sering
dianggap sebagai net operating profit after tax (NOPAT).
- Konsep laba akuntansi
Laba akuntansi atau laba dilaporkan (reported income) ditentukan berdasarkan konsep
akrual.
- Laba akuntansi dan laba ekonomi
Penyebab perbedaan kedua jenis laba tersebut adalah sebagai berikut:
• Konsep laba alternatif
• Biaya historis
• Basis transaksi
• Konservatisme
• Manajemen laba

4. Akuntansi Penilaian Wajar (Fair Value Accounting)


Dengan model akuntansi ini, nilai aset dan kewajiban ditentukn oleh nilai wajar (biasanya
harga pasar) pada saat tanggal pengukuran (kira-kira tanggal laporan keuangan).
Berikut beberapa perbedaan antara model biaya historis dan penilaian wajar:
a) Penilaian transaksi versus penilaian sekarang
Dengan akuntansi biaya historis, nilai aset dan kewajiban sangat bergantung
pada transaksi aktual perusahaan di masa lalu, dan sebaliknya.
b) Biaya historis versus harga pasar
Penilaian biaya historis terutama ditentukan dengan biaya yang dikeluarkan
perusahaan, sementara dengan model penilaian wajar didasarkan atas harga
pasar (asumsi nilai pasar).
c) Pendekatan laba alternatif
Dalam model biaya historis, laba ditentukan dengan mengaitkan antar biaya
dengan pendapatan yang diakuinya, yang harus direalisasikan dan diperoleh.
Dengan model penilaian wajar, laba ditentukan cukup dengan cara menghitung
perubahan nilai wajar antara aset dan kewajiban.

5. Pengantar Analisis Akuntansi


- Kebutuhan akan analisis akuntansi

Analisis Laporan Keuangan - KMP 2019 83


1. Akuntansi akrual memang memperbaiki akuntansi arus kas dengan
mencerminkan aktivitas usaha pada waktu yang lebih tepat. Namun, akuntansi
akrual menyebabkan distorsi akuntansi.
2. Laporan keuangan dibuat untuk berbagai jenis pemakai dan kebutuhan
informasi.
- Ditorsi akuntansi adalah penyimpangan dari informasi yang dilaporkan pada laporan
keuangan terhadap realitas usaha sebenarnya, meliputi: standar, kesalahan estimasi,
keseimbangan antara relevan dan reliability, srta kebebasan dalam aplikasinya.
- Manajemen laba
Merupakan “intervensi manajemen dengan sengaja dalam proses penentuan laba,
biasanya untuk memenuhi tujuan pribadi” (Schipper, 1989). Manajemen laba ini
mencakup kegiatan mempercantik laporan keuangan baik dengan memanipulasi
akrual yang tidak memiliki konsekuensi arus kas maupun memilih tindakan yang
memiliki konsekuensi arus kas dengan tujuan mengubah laba.

- Proses analisis akuntansi:


Mengevaluasi kualitas laba
1. melakukan identifikasi dan penilaian kebijakan akuntansi penting
2. mengevaluasi tingkat fleksibilitas akuntansi
3. menentukan strategi pelaporan
4. mengidentifikasi dan menilai tanda bahaya
5. Melakukan penyesuaian laporan keuangan

PENGELOMPOKAN JENIS INDUSTRI


• Komersial
Berdasarkan Peraturan Kepala BPS Nomor 57 Tahun 2009, untuk keseragaman
konsep, definisi dan klasifikasi lapangan usaha, maka setiap kegiatan ekonomi
dikelompokkan dalam klasifikasi baku lapangan usaha Indonesia (KBLI).

Analisis Laporan Keuangan - KMP 2019 84


• Fiskal
Dalam perpajakan, setiap perusahaan dikelompokkan berdasarkan Surat Edaran Direktur
Jenderal Pajak Nomor SE-03/PJ./2013 tentang Klasifikasi Lapangan Usaha Wajib Pajak.

PERTEMUAN 3

PROFITABILITY AND RISK ANALYSIS

I. PROFITABILITY ANALYSIS

Tujuan utama dari analisis laporan keuangan adalah menentukan nilai sekuritas modal
(saham) perusahaan. Nilai saham tersebut lebih sering diukur dengan profitabilitas
perusahaan di masa depan. Analisis terhadap profitabilitas perusahaan saat ini dapat
membantu seseorang untuk memproyeksikan bagaimana profitabilitas perusahaan di masa
depan dan return yang diharapkan investor atas investasi sahamnya pada perusahaan
tersebut. Salah satu ukuran kinerja perusahaan adalah NET INCOME. Meskipun perusahaan
juga melaporkan comprehensive income, namun NET INCOME–lah yang merupakan kunci
profitabilitas perusahaan dan memiliki keterkaitan paling kuat dengan return saham
perusahaan. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk menganalisis NET INCOME tersebut
tercantum dalam diagram dibawah ini:

Analisis Laporan Keuangan - KMP 2019 85


Berdasarkan diagram di atas, terdapat 2 pendekatan utama dalam menganalisis NET
INCOME antara lain:

A. ALTERNATIVE MEASURE OF PROFIT


1. Earnings Per Share (EPS)

• Rumus di atas digunakan untuk perusahaan yang memiliki struktur ekuitas sederhana
(simple capital structure), yaitu perusahaan yang dalam ekuitasnya tidak memiliki:
a) convertible bonds ataupun convertible preferred stock beredar yang dapat ditukar
dengan saham biasa oleh pemegangnya;
b) stock option ataupun warrants yang dapat digunakan untuk mengakuisisi saham
biasa oleh pemegangnya.
• Weighted average number of common shares outstanding merupakan jumlah
tertimbang dari saham biasa perusahaan yang beredar dalam suatu periode. Jumlah
tertimbang tersebut merefleksikan jumlah saham biasa baru yang terbit, akuisisi
kembali saham (treasury stock), dan transaksi sejenis lainnya yang terjadi selama
setahun.

Analisis Laporan Keuangan - KMP 2019 86


• Contoh penghitungan Basic EPS:

Dengan struktur ekuitas perusahaan seperti di atas dan asumsi:


- Preferred stock tersebut bukan convertible preferred stock
- Pembelian kembali saham beredar (treasury shares) dilakukan tanggal 1 Juli di
periode tersebut
- Tidak ada stock option ataupun warrants
Maka:

2. Common-size analysis
Terkait dengan profitabilitas, maka common-size analysis dilakukan terhadap laporan laba
rugi (Income Statement). Sebab, laporan laba rugi memuat indikator profitabilitas, yaitu
net income. Dengan common-size analysis, maka laporan keuangan perusahaan dapat
dibandingkan dengan perusahaan pesaing atau rata-rata industri yang memiliki nilai
rupiah penjualan yang sangat berbeda secara lebih bermakna. Common-size analysis
juga sangat berguna untuk membandingkan antar perusahaan yang menggunakan mata
uang berbeda dalam laporan keuangannya. Analisis ini juga dapat diterapkan terhadap
laporan laba rugi komparatif (antar tahun) untuk mengetahui pos-pos yang mengalami
perubahan signifikan.
Dalam common-size analysis terdadap laporan laba rugi, penjualan dinyatakan sebagai
100% dan pos-pos laporan laba rugi yang lain dinyatakan sebagai persentase terhadap
penjualan. Sehingga, Common-size analysis disebut juga analisis vertikal sebab
mengevaluasi pos dari atas ke bawah.

Analisis Laporan Keuangan - KMP 2019 87


Berikut rumusnya:

Keterangan:
- Analysis amount merupakan pos-pos penghasilan dan biaya dalam laporan laba rugi
- Base amount yang digunakan dalam hal ini adalah penjualan atau revenue
Contoh:

Dengan membuat laporan laba rugi common size yang lengkap, maka secara otomatis
akan diketahui berapa gross profit margin (GPM), operating perofit margin (OPM), dan net
profit margin (NPM) perusahaan tersebut. Dalam melakukan common-size analysis
laporan laba rugi sebuah perusahaan dengan perusahaan rata-rata industri yang patut
diperhatikan adalah:
- Perusahaan dalam satu industri yang sama memiliki tingkat margin yang relatif sama
(tidak jauh berbeda). Jika terdapat perbedaan yang signifikan, maka perlu dilakukan
analisis lebih lanjut penyebab dari perbedaan tersebut (melihat Catatan atas Laporan
Keuangan/CaLK perusahaan).
- Perusahaan dalam satu industri yang sama seharusnya memiliki struktur biaya yang
relatif sama, misalkan industri tekstil yang padat karya memiliki biaya gaji dan upah
dengan persentase tersesar. Jika terdapat perbedaan yang signifikan, maka perlu
dilakukan analisis lebih lanjut penyebab dari perbedaan tersebut (melihat Catatan atas
Laporan Keuangan/CaLK perusahaan).
Sementara itu, dalam melakukan common-size analysis terhadap laporan laba rugi
komparatif (antar tahun), dapat ditemui perubahan persentase yang disebabkan oleh:
- Perubahan expense yang independen terhadap perubahan sales (contoh: perubahan
tarif upah pegawai);
- Perubahan sales yang independen terhadap perubahan expense (contoh: terhadap
fixed expense);
- Efek interaksi antara expense dan sales (contoh: jika terjadi kenaikan advertising
expense maka cenderung terjadi kenaikan sales, namun tingkat kenaikan tersebut bisa
saja berbeda);
- Kombinasi dari ketiga hal di atas.

Analisis Laporan Keuangan - KMP 2019 88


3. Percentage change analysis
Analisis ini meliputi penelaahan perubahan saldo-saldo tiap pos laporan laba rugi dari
tahun ke tahun atau selama beberapa tahun. Informasi terpenting yang didapat dari
analisis ini adalah kecenderungan atau tren. Analisis ini termasuk analisis horizontal
karena analisis saldo akun dilakukan dari kiri ke kanan atau sebaliknya. Dalam hal ini,
yang menjadi fokus analisis adalah perubahan dalam bentuk persentase. Namun
demikian, perubahan dalam bentuk rupiah juga patut diperhatikan. Analisis perubahan
dalam jumlah rupiah maupun persentase menjadi lebih relevan karena dasar rupiah yang
berbeda dalam penghitungan persentase dapat menghasilkan perubahan besar yang
tidak konsisten dengan kepentingan aktualnya. Sebagai contoh, perubahan sebesar 50%
dari angka dasar Rp1.000.000,00 biasanya kurang signifikan dibandingkan dengan
persentase yang sama (50%) dari angka dasar Rp1.000.000.000,00. Sehingga, nilai
rupiah perubahan juga cukup pentiing untuk menjaga perspektif yang tepat dan membuat
kesimpulan yang valid.
Beberapa hal yang patut diperhatikan dalam penghitungan perubahan dalam persentase
adalah:
- Jika jumlah negatif muncul di tahun dasar dan jumlah positif di tahun berikutnya (atau
sebaliknya), kita tidak dapat menghitung perubahan persentase yang bermakna
- Jika tidak ada jumlah untuk tahun dasar (nilai=Rp0) maka tidak ada perubahan
persentase yang dapat dihitung
Contoh:
Berdasarkan gambar di atas, penjualan naik sebesar 7,38%, tetapi harga pokok penjualan
hanya naik 6,63%, sehingga meningkatkan gross profit sampai 8,01%, yaitu lebih tinggi
dari penjualan. Hal tersebut membutuhkan analisis lebih lanjut terkait penyebabnya
dengan melihat di CaLK. Apakah perubahan tersebut memang disebabkan karena
perusahaan mampu mengendalikan biaya produksinya sehingga margin keuntungan
meningkat atau karena hal lainnya. Selain itu, terhadap perubahan persentase yang
signifikan perlu untuk dianalisis lebih lanjut untuk mengetahui penyebabnya.

4. Alternative definitions of profits


a) Segment Profitability
Dalam hal ini, jika perusahaan memiliki beberapa segmen usaha, analisis dilakukan
dengan memperhatikan proofitabilitas masing-masing segmen. Contoh: dalam
pengungkapannya di CaLK, PepsiCo memiliki 4 unit bisnis (Americas foods,
Americas beverages, Europe, and Asia, Middle East and Africa) dan membagi unit
bisnis tersebut kedalam 6 segmen pelaporan.
b) Comprehensive Income
Compehensive income sama dengan net income ditambah atau dikurangi other
comprehensive income. Baik U.S. GAAP maupun IFRS memang mensyaratkan
penyajian komponen other comprehensive income ini dalam pelaporan keuangannya.
Contoh: certain foreign currency translation items, defined
benefit pension plan and other postretirement plan adjustments, certain unrealized
gains and losses on investment securities and derivatives.
c) Operating Income, EBIT, EBITDA, dan Ukuran Profit Lainnya
- Operating income adalah income sebelum terpengaruh aktivitas financing yaitu
financing cost (biaya bunga) dan financing income.
- EBIT merupakan earning atau income sebelum dikurangi interest expense dan
tax expense.

Analisis Laporan Keuangan - KMP 2019 89


- EBITDA adalah earning atau income sebelum dikurangi interest expense, tax
expense, depreciation expense, dan amortization expense.
d) Pro Forma, Adjusted, atau Street Earnings

B. Analisis Rate of Return (RoR)


• Return on Assets (ROA)

Average total assets = (total aset tahun n + total aset tahun n-1) : 2
Tax rate (Indonesia) = tarif PPh badan = 25%
Nilai ROA merefleksikan kesuksesan perusahaan dalam menggunakan asetnya
untuk menghasilkan net income, terepas dari pembiayaan aset tersebut bagaimana.
ROA dinyatakan dalam persen. Contoh nilai ROA 9,2% berarti bahwa perusahaan
hanya menghasilkan income Rp0,092 atas setiap Rp1 aset yang diinvestasikan.
• Return on Net Operating Assets (RNOA)

• Return on Common Shareholders’ Equity (ROCE) atau Return on Equity (ROE)

Average common equity = (common equity tahun n + common equity tahun n-1) : 2
ROCE dinyatakan dalam persen. Semakin besar nilai ROCE maka semakin bagus.
ROCE juga dapat dihitung dengan rumus berikut:

II. RISK ANALYSIS

Analisis Laporan Keuangan - KMP 2019 90


Risiko memiliki makna yang berbeda-beda bagi setiap orang sebab setiap risiko memiliki
konsekuensi potensial yang berbeda-beda bagi masing-masing stakeholder. Berikut
macam-macam risiko yang dimiliki perusahaan;

• Financial flexibility, terkait dengan kemampuan perusahaan untuk merespon secara


efektif terhadap suatu fenomena yang tidak terduga yang mana memberikan dampak
kepada arus kas perusahaan atau adanya kesempatan untuk melakukan investasi.
• Short-term liquidity risk, yaitu kemampuan jangka pendek untuk menghasilkan kas
dalam rangka memenuhi kebutuhan modal kerja (working capital) dan debt service
requirement (membayar bunga utang).
• Long-term solvency risk, yaitu kemampuan jangka panjang untuk menghasilkan kas
dengan cara internal maupun eksternal untuk memaksimalkan kapasitas pabrik dan
melunasi pokok utang.
• Credit risk, yaitu kemampuan perusahaan untuk membayar bunga utang secara
berkelanjutan dan membayar pokok utang yang jatuh tempo.
• Bankruptcy risk, yaitu risiko bahwa perusahaan akan bangkrut atau dilikuidasi.
• Market equity risk, yaitu risiko yang timbul karena penurunan nilai suatu investasi
yang disebabkan oleh pergerakan pada faktor-faktor pasar.

A. Analisis short-term liquidity risk

Analisis Laporan Keuangan - KMP 2019 91


• Keenam rasio perusahaan di atas jika dibandingkan dengan rata-rata industri
maka “bigger is better”.
• Current ratio dan quick ratio jika memiliki nilai lebih dari 1 berarti aset lancar yang
dimiliki perusahaan dapat meng-cover utang jangka pendek. Jadi perusahaan
dalam kondisi cukup aman.
• Semakin besar nilai account receivable turnover berarti semakin cepat
perusahaan dapat menagih piutangnya.
• Rasio-rasio turnover menunjukkan perputaran dalam setahun.

B. Analisis long-term solvency risk


1. Debt ratio

Debt ratio dinyatakan dalam bentuk persen. Rasio di atas menunjukkan bagaimana
perusahaan mendanai asetnya. Misalkan debt ratio sebesar 53,8% berarti 53,8% aset
perusahaan dibeli dengan debt.

Rasio di atas menunjukkan struktur pembiayaan perusahaan. Berapa proporsi utang


dan berapa proporsi ekuitas yang dalam struktur pembiayaan.
2. Long-term ratio

Rasio di atas disebut juga Time Interest Earned (TIE). Rasio ini mengukur
kemampuan perusahaan untuk membayar interest expense. Perusahaan dikatakan
memiliki risiko cukup rendah jika nilai TIE lebih dari 1. Misalkan TIE bernilai 5,67 kali

Analisis Laporan Keuangan - KMP 2019 92


berarti dengan net income yang dimiliki perusahaan saat ini mampu membayar
interest expense 5,67 kalinya. Selain TIE yang berbasis net income (accrual basis),
long-term ratio yang juga digunakan untuk menganalisis risiko adalah interest
coverage ratio (cash basis) seperti berikut:

3. Operating cash flow to total liabilities ratio

C. Analisis Credit Risk


Selain dengan menganalisis rasio-rasio short-term liquidity and long-term solvency,
Pemberi pinjaman (lender) akan memberikan pinjaman dengan memperhatikan
beberapa faktor berikut:
• Circumstances leading to the need for the loan
Alasan kenapa perusahaan meminjam uang akan mempengaruhi risiko pinjaman
tersebut. Perusahaan yang meminjam uang dengan alasan untuk memenuhi
kebutuhan operasinya yang ongoing memiliki risiko yang rendah.
• Firm’s credit history
Lender akan mempertimbangkan bagaimana kemampuan perusahaan untuk
melunasi hutang dimasa lalu.
• Cash flow
Lender juga mempertimbangkan bagaimana cash flow perusahaan yang
notabenenya akan digunakan untuk membayar bunga dan melunasi pokok
utang.
• Aset yang dapat digunakan sebagai jaminan utang (collateral)
Ketersediaan aset yang dapat digunakan untuk jaminan juga mempengaruhi
credit risk.
• Kontijensi
tKontijensi merupakan kewajiban yang mungkin terjadi di masa depan akibat
peristiwa di masa lalu. Kewajiban ini bersifat tidak pasti, namun dapat diukur dan
memimiliki probabilitas lebih dari 50% untuk benar-benar terjadi.
• Karateristik managemen
• Komunikasi
• Kondisi dan situasi

D. Analisis Bankrupty Risk


Model-model untuk memprediksi kebangkrutan:
• Univariate Bankruptcy Prediction Models
• Bankruptcy Prediction Models Using Multiple Discriminant Analysis (MDA)
• Bankruptcy Prediction Models Using Logit Analysis

E. Analisis Market Equity Risk

Analisis Laporan Keuangan - KMP 2019 93


Selain credit risk dan bankruptcy risk, perusahaan juga menghadapi systematic risk,
yaitu risiko yang apabila terjadi akan mengimbas terhadap semua perusahaan namun
dengan tingkatan sesuai dengan kegiatan operasi masing-masing perusahaan.
Risiko tersebut antara lain:
• Resesi
• Inflasi
• Perubahan suku bunga
• Fluktuasi kurs mata uang
• Pengangguran
• Faktor ekonomi sejenis lainnya
Persamaan CAPM (Capital Asset Pricing Model):

Beberapa faktor yang mempengaruhi Beta perusahaan:


• Operating leverage
• Financial leverage
• Variability leverage

PERTEMUAN 4

ANALISIS AKTIVITAS PENDANAAN (FINANCING ACTIVITIES ANALYSIS)

Pendanaan aktivitas bisnis suatu entitas dapat dilakukan melalui hutang, ekuitas, maupun
keduanya.

1. HUTANG
Hutang adalah kewajiban yang mengharuskan adanya pembayaran berupa
uang, jasa, atau aset lainnya di masa depan. Dengan kata lain, ada klaim dari pihak
luar atas aset dan sumber daya perusahaan saat ini dan masa mendatang yang harus
dipenuhi. Pada dasarnya hutang (liability) bisa dikategorikan sebagai pembiayaan
(financing) atau operasi (operating) dan lebih diprioritaskan dari pada ekuitas
pemegang saham. Hutang biasanya dilaporkan sebagai kewajiban lancar atau tidak
lancar dengan pertimbangan apakah kewajiban tersebut jatuh tempo dalam jangka
waktu satu tahun atau lebih.
a) Hutang Pembiayaan (financing liabilities)adalah semua bentuk dari debt
financing seperti hutang jangka panjang (long term liabilities), wesel, obligasi,
pinjaman jangka pendek (short term borrowings) dan sewa guna (leases).
b) Hutang Operasi (operating liabilities) adalah adalah kewajiban yang timbul dari
kegiatan operasi perusahaan, misalnya hutang dagang dari kreditur, kewajiban
pasca pensiun (postretirement obligation).

2. EKUITAS
Ekuitas mengacu pada klaim pemilik atas aset bersih (net asset)
perusahaan. klaim atas liability diprioritaskan dari pada klaim ekuitas sehingga pemilik
ekuitas mendapatkan klaim (residual) setelah klaim atas hutang telah terpenuhi. Di
satu sisi, pemegang ekuitas memiliki resiko yang tinggi. Namun di sisi lain, pemilik
memiliki hak atas semua pengembalian yang tersisa (residual return). Ada sekuritas
tertentu seperti obligasi konvertibel memiliki sifat sebagian hutang dan sebagian

Analisis Laporan Keuangan - KMP 2019 94


ekuitas sehingga disebut dengan bentuk campuran dari pembiayaan (hybrid form of
financing).
• PEMBIAYAAN HUTANG (DEBT FINANCING)
Mengacu pada dana-dana yang secara jelas perusahaan pinjam dari berbagai
penyedia modal. Berdasarkan penyedia modal, hutang dibagi menjadi hutang privat
(private debt) dan hutang publik (public debt).
Berdasarkan lamanya waktu jatuh tempo hutang dapat dibagi menjadi 2 jenis yaitu:
1) Hutang Jangka Panjang (long term debt)
Biasanya jenis hutang ini digunakan perusahaan untuk membiayai proyek jangka
panjangnya atau untuk memenuhi kebutuhan modal perusahaan yang
berkelanjutan.
2) Hutang Jangka Pendek (short term debt)
Tarif bunga hutang jangka pendek lebih rendah dari pada tarif bunga jangka
panjang. Namun, lebih beresiko karena jangka waktu untuk melunasinya lebih
singkat.
• SEWA (LEASES)
Sewa adalah perjanjian kontraktual antara lessor (pemilik) dan lessee
(pengguna). Bentuk pendanaan ini memberikan hak kepada lessee untuk
menggunakan aset yang dimiliki oleh lessor sesuai ketentuan sewa. Sebagai gantinya,
lessee melakukan pembayaran sewa yang disebut pembayaran sewa
minimum(minimum lease payment). Ketentuan sewa mewajibkan lessee untuk
melakukan pembayaran berkala selama periode tertentu di masa depan.
Jenis-jenis sewa (leases):
1) Sewa Pembiayaan (Financing or Capital Lease)
Yaitu jenis sewa yang mentransfer secara substansial segala manfaat dan resiko
kepemilikan serta dicatat sebagai perolehan aset dan terjadinya hutang oleh lessee.
Sementara lessor mencatat jenis sewa ini sebagai penjualan dan transaksi
pembiayaan. Baik aset sewa dan hutang sewa dilaporkan di neraca.
2) Sewa Operasi (Operating Lease)
Lessee mencatat pembayaran sewa minimum sebagai beban sewa dan lessor
mencatatnya sebagai pendapatan. Sehingga tidak melaporkannya sebagai aset dan
kewajiban di neraca.
Bagaimana analisis atas sewa (leases)?
Menurut US GAAP dan IFRS, semua sewa (leases) perlu diakui sebagai capital lease
karena:
• Sewa operasi mengecilkan (understate) kewajiban dengan membuatlease
financingtidak dicatat di laporan keuangan (off balance sheet). Tidak hanya
menyembunyikan pengakuan kewajiban di neraca, ini juga salah satu cara
perusahaan untuk membuat rasio solvabilitas (kemampuan perusahaan
memenuhi kewajiban jangka panjang) bernilai positif. Dampaknya seolah-olah
laporan keuangan perusahaan sehat atau perform.
• Sewa operasi mengecilkan (understate) aset. Dampaknya dapat menginflasi
rasio pengembalian investasi (return on investment) dan rasio perputaran aset
(asset turnover ratio).
• Sewa operasi menunda pengakuan biaya apabila dibandingkan dengan capital
lease. Sehingga pada awal masa sewa berdampak laba perusahaan overstate,
tapi laba perusahaan understate ketika mendekati akhir masa sewa.

Analisis Laporan Keuangan - KMP 2019 95


• Sewa operasi mengecilkan (understate) kewajiban lancar entitas dengan
membuat bagian pembayaran pokok (hutang) lancar tidak dicatat di neraca.
Dampaknya dapat meningkatkan rasio lancar (current ratio) dan rasio likuiditas
lainnya.
• Di dalam sewa operasi terdapat bunga dan biaya sewa (biaya operasi).
Akibatnya sewa operasi akan mengecilkan laba operasi (operating income) dan
beban bunga. Hal ini dapat menginflasi interest coverage ratio misalnya time
interest earned.
(Dianalisis juga bagaimana perlakuan perpajakan leases dalam perpajakan)
• KONTIJENSI DAN KOMITMEN
Kontijensi yaitu kemungkinan untung atau rugi yang bergantung pada
satu atau lebih peristiwa di masa depan. Kontijensi kerugian adalah
kemungkinan klaim atas sumber daya perusahaan (biasanya disebut kewajiban
kontijensi). Kewajiban kontijensi dapat timbul dari litigasi (perselisihan hukum di
pengadilan), ancaman pengambilalihan, kolektibilitas piutang, klaim atas garansi
atau cacat produk, jaminan kinerja, penilaian pajak, resiko yang diasuransikan
sendiri, dan kerugian properti yang besar. kewajiban kontijensi harus memenuhi 2
(dua) syarat sebelum perusahaan mencatatnya sebagai kerugian, yaitu:
1) Ada kemungkinan besar suatu aset akan mengalami penurunan nilai
(impairment) atau timbul kewajiban. Dalam kondisi ini tersirat bahwa harus ada
kemungkinan peristiwa di masa depan akan mengakibatkan kerugian;
2) Jumlah kerugian harus dapat diestimasi secara wajar. Contohnya dalam hal
kerugian piutang yang tidak tertagih dan kewajiban terkait garansi produk.
Ada 2 (dua) sumber informasi yang berguna dalam menentukan kewajiban
kontijensi yaitu catatan pengungkapan (notes disclosure) di laporan keuangan dan
informasi di bagian analisis dan diskusi manajemen.
Komitmen adalah kemungkinan klaim atas sumber daya perusahaan
dikarenakan adanya kontrak bahwa ada kinerja yang harus dipenuhi
perusahaan di masa depan. Komitmen tidak diakui dalam laporan keuangan
karena peristiwa seperti penandatanganan kontrak atau penerbitan pesanan
pembelian (purchase order) bukanlah transaksi yang lengkap (complete). Contoh
lain adalah kontrak jangka panjang yang tidak dapat dibatalkan (non-cancelable)
untuk membeli produk atau jasa dengan harga tertentu dan kontrak pembelian aset
tetap dengan pembayaran selama masa konstruksi.
• OFF BALANCE SHEET FINANCING
Yaitu jenis pembiayaan yang tidak dicatat di neraca perusahaan.
sebelumnya kita sudah bahas mengenai analisis sewa operasi. Selain sewa, ada
ketentuan pembiayaan off balance sheet lainnya mulai dari yang sederhana sampai
kompleks. Contohnya salah satu cara untuk membiayai properti, pabrik, dan
peralatan adalah dengan mencari pihak luar lain untuk memperolehnya, sementara
perusahaan setuju untuk menggunakan aset dan menyediakan dana yang cukup
untuk membayar hutang. Skema ketentuan ini disebut persetujuan pembelian
(purchase agreement) dan through-put agreement.
• EKUITAS PEMEGANG SAHAM (EQUITY OF SHAREHOLDER)
Analisis ekuitas pemegang saham dengan cara:
➢ Klasifikasikan dan bedakan mana sumber utama pembiayaan ekuitas
perusahaan;

Analisis Laporan Keuangan - KMP 2019 96


➢ Periksa apa saja hak-hak dan golongan pemegang saham serta tingkat
prioritas mereka dalam hal likuidasi;
➢ Evaluasi pembatasan hukum atas distribusi ekuitas;
➢ Tinjau kontrak, legalitas, dan pembatasan lainnya atas distribusi laba ditahan
(retained earning);
➢ Lakukan penilaian ketentuan dan persyaratan sekuritas konvertibel, opsi
saham (stock option), dan ketentuan lain yang melibatkan potensi adanya
penerbitan saham.
• KEWAJIBAN PASCA PENSIUN (POSTRETIREMENT BENEFIT
OBLIGATION)
Manfaat pasca pensiun yang diberikan pemberi kerja ke karyawan dapat
dibagi ke dalam 2 (dua) bentuk:
1) Tunjangan Pensiun (Pension Benefit)
Pemberi kerja berjanji memberikan imbalan moneter kepada karyawan setelah
karyawannya pensiun.
2) Tunjangan Pasca Pensiun Lainnya (Other Postretirement Employee
Benefit)
Pemberi kerja memberikan tunjangan lain (biasanya non moneter) setelah
karyawannya pensiun, misalnya perawatan kesehatan dan asuransi jiwa.
Standar akuntansi saat ini mensyaratkan bahwa biaya untuk memberikan
imbalan pascakerja pensiun harus diakui ketika karyawan masih aktif bekerja, bukan
ketika imbalan sebenarnya dibayarkan. Taksiran nilai kini dari manfaat yang masih
harus dibayar dilaporkan sebagai kewajiban bagi pemberi kerja. Karena
ketidakpastian mengenai waktu dan besarnya manfaat ini, biaya (dan kewajiban)
pasca-pensiun perlu diestimasi berdasarkan asumsi aktuaria mengenai harapan
hidup, pergantian karyawan, tingkat pertumbuhan kompensasi, biaya perawatan
kesehatan, tingkat pengembalian yang diharapkan, dan suku bunga.

PERTEMUAN 5

ANALISIS AKTIVITAS INVESTASI (INVESTING ACTIVITIES ANALYSIS)

ANALISIS ASET

Aset adalah sumber daya yang dimiliki perusahaan dengan tujuan menghasilkan laba
(profit). Aset dapat dikategorikan ke dalam 2 (kelompok) yaitu:
1) Aset lancar
adalah sumber daya yang siap dikonversi menjadi kas dalam siklus operasi
perusahaan. contohnya kas, setara kas, piutang, persediaan, dan beban dibayar
dimuka.
2) Aset tidak lancar
Adalah sumber daya yang diharapkan memberikan manfaat kepada perusahaan
selama periode di luar periode saat ini (lebih dari 1 tahun). Contohnya properti, pabrik,
peralatan, aset tak berwujud, investasi, dan biaya yang ditangguhkan.
Ada perbedaan lainnya mengenai aset yang dapat digunakan untuk melakukan analisis
yaitu menandai apakah suatu aset adalah aset keuangan/finansial atau aset operasi. Aset
keuangan terdiri dari surat berharga dan investasi lain yang dikategorikan aset non operasi.
Aset keuangan biasanya dinilai pada harga wajar (pasar) dan diharapkan memberikan
pengembalian (return) yang sama dengan biaya modal yang telah disesuaikan dengan resiko.

Analisis Laporan Keuangan - KMP 2019 97


Sementara aset operasional merupakan sebagian besar aset perusahaan dan biasanya dinilai
pada biaya perolehan atau cost. Aset operasional diharapkan menghasilkan pengembalian
atau return melebihi biaya modal rata-rata tertimbang (weighted-average cost of capital).
Modal kerja (Working Capital) adalah selisih lebih aset lancar setelah dikurangi dengan
kewajiban lancar. Modal kerja diibaratkan pedang bermata dua (double-edge sword) karena
di satu sisi perusahaan membutuhkan modal kerja agar dapat beroperasi secara efektif.
Namun di sisi lain, modal kerja itu mahal karena perlu didanai dan dapat menyebabkan
timbulnya biaya operasi lainnya seperti kerugian kredit pada piutang, biaya penyimpanan, dan
biaya logistik.
ANALISIS ASET LANCAR (PIUTANG DAN PERSEDIAAN)
Analisis Piutang
• Ada 2 hal penting dalam melakukan analisis piutang yaitu resiko penagihan piutang
dan keaslian piutang (apakah piutang itu benar-benar ada)
• Kenali apakah ada kemungkinan kesalahan penilaian kolektibilitas piutang. Tingkat
kolektibilitas piutang dapat mempengaruhi likuiditas perusahaan.
• Pahami insentif manajemen dalam melaporkan laba dan aset lebih tinggi.
Analisis Persediaan
• Hal penting dalam melakukan analisis persediaan adalah mengetahui apa saja biaya
persediaan dalam perusahaan manufaktur tersebut dan pengaruhnya terhadap
peningkatan produksi perusahaan.
• Pengelolaan persediaan harus cermat karena berkorelasi dengan laba perusahaan.
• Biaya persediaan dalam perusahaan manufaktur dibagi ke dalam 3 (tiga) jenis, yaitu:
a) Bahan baku (raw material), yaitu biaya paling dasar untuk membuat produk.
b) Tenaga kerja (labor), biaya tenaga kerja langsung untuk mengubah produk
menjadi produk jadi
c) Biaya overhead, biaya tidak langsung yang terjadi selama proses produksi
(misalnya penyusutan peralatan, gaji supervisor, dan biaya utilitas)
ANALISIS ASET TIDAK LANCAR (JANGKA PANJANG)
Meliputi analisis kapitalisasi, alokasi dan penurunan nilai aset
Mengkapitalisasi Vs Membebankan (Laporan keuangan dan dampaknya ke rasio):
• Dampak kapitalisasi terhadap pendapatan
• Dampak kapitalisasi terhadap pengembalian investasi (return on investment)
• Dampak kapitalisasi terhadap kemampuan membayar hutang (solvabilitas)
• Dampak kapitalisasi terhadap arus kas operasi
Penilaian Plant Asset
Berdasarkan penilaian biaya historis (historical cost valuation), nilai aset dicatat
sebesar biaya pembelian, termasuk setiap pengeluaran yang diperlukan untuk membawa aset
dalam kondisi siap digunakan. Misalnya biaya pengangkutan aset, instalasi, pajak, dan biaya
pengaturan. Semua biaya perolehan dan persiapan dikapitalisasi dan menjadi nilai aset di
neraca. Analisis apakah ada pertambahan atau pengurangan nilai aset tetap dibandingkan
dengan tahun sebelumnya. Apabila ada pengurangan, kemungkinan terjadi penjualan aset
(kalau terjadi penjualan tanah dan/atau bangunan lihat apakah PPh Pasal 4(2) telah terpenuhi
kewajibannya). Jika setelah dibandingkan terjadi penambahan harta (misalnya bangunan),
teliti kembali apakah termasuk kegiatan KMS atau bukan (lihat aspek PPN Pasal 16C).

PenilaianSumber Daya Alam (Natural Resource)

Analisis Laporan Keuangan - KMP 2019 98


Sumber daya alam atau sering disebut dengan wasting asset, adalah hak untuk
mengekstraksi atau mengonsumsi sumber daya alam. Contohnya biaya pembelian hak
mineral, kayu, gas alam, dan minyak bumi. Perusahaan melaporkan natural resource pada
nilai perolehan ditambah biaya untuk menemukan, mengeksplorasi, dan mengembangkannya.
Perusahaan biasanya mengalokasi biaya natural resource berdasarkan perkiraan total unit
cadangan yang tersedia.
Penilaian Aset Tak Berwujud (Intangible Asset)
Aset tidak berwujud adalah hak, hak istimewa, manfaat kepemilikan, atau
pengendalian. Ada 2 karakteristik umum dari aset tidak berwujud yaitu tingginya
ketidakpastian manfaat di masa depan dan keberadaan fisik (lack of physical existence).
Penilaian untuk barang tidak berwujud menggunakan nilai historis. Perbedaan akuntansi
antara aset berwujud dan aset tidak berwujud, yaitu pada aset tidak berwujud, hanya intangible
yang ‘dibeli’ yang dicatat di neraca.
Contoh aset tidak berwujud:
• goodwill
• paten, hak cipta, merek dagang
• kontrak sewa, kepunyaan yang disewakan (leasehold), perbaikan prasarana
(leasehold improvement)
• hak mengeksplorasi dan biaya pengembangan sumber daya alam
• formula khusus, proses, teknologi dan desain
• lisensi, waralaba, keanggotaan, dan daftar pelanggan (customer list)
Analisis Investasi Antar Perusahaan
• Sekuritas investasi
• Akuntansi metode ekuitas
• Kombinasi bisnis
• Sekuritas derivatif
• Opsi nilai wajar

PERTEMUAN 6&7

ANALISIS AKTIVITAS OPERASI (OPERATING ACTIVITIES ANALYSIS)


Laba adalah pendapatan dan keuntungan setelah dikurangi dengan beban dan
kerugian. Laba adalah salah satu ukuran penilaian kegiatan operasi dan ditentukan
menggunakan basis akrual akuntansi. Laporan laba rugi melaporkan laba bersih dalam
periode tertentu dengan komponen-komponen laba lainnya yaitu pendapatan, beban,
keuntungan, dan kerugian. Analisis laba dan komponennya berguna untuk menilai kinerja
perusahaan dan resiko yang ada serta memprediksi jumlah, waktu, dan ketidakpastian arus
kas di masa mendatang.
Pengukuran Laba
Laba ekonomi mengukur perubahan kekayaan bersih pemegang saham dalam satu
periode. Secara teoritis, ini sama dengan arus kas periode itu ditambah dengan perubahan
present value arus kas masa depan yang diharapkan.
Laba permanen adalah etimasi laba rata-rata stabil yang diharapkan diperoleh suatu
bisnis selama masa hidupnya, berdasarkan kondisi bisnisnya saat ini. Laba permanen sering
disebut dengan laba berkelanjutan (sustainable income) atau pendapatan teratur (recurring
income).

Analisis Laporan Keuangan - KMP 2019 99


Pendapatan Teratur dan Pendapatan Tidak Teratur
Laba rugi biasanya melaporkan 3 (tiga) ukuran pendapatan alternatif:
a) Laba bersih (net income)
Laba operasional adalah ukuran laba perusahaan dari aktivitas normal operasi. Laba
operasi mengeluarkan semua item-item yang tidak berulang atau tidak berkaitan
dengan aktivitas bisnis utama perusahaan.
b) Laba komprehensif
laba komprehensif adalah ukuran laba yang mencerminkan semua perubahan ekuitas
pemegang saham selain dari aktivitas pemilik, seperti dividen dan perubahan modal
saham. Ini adalah ukuran perubahan kekayaan bersih pemegang saham selama satu
periode. Oleh karena itu, ini merupakan ukuran laba ekonomi.
c) Laba dari operasi yang dilanjutkan (income from continuing operation)
Pos Tidak Berulang (non-recurring item)
• Pos Luar Biasa (extraordinary item)
Ciri-cirinya sifatnya tidak biasa dan jarang terjadi. Pos luar biasa diklasifikasikan
terpisah dari laporan laba rugi.
• Operasi yang Tidak Dilanjutkan (discontinued operation)
Perusahaan kadang-kadang memberhentikan operasi seluruh divisi atau lini produk.
Ketika pemberhentian ini berkaitan dengan komponen bisnis yang dapat diidentifikasi
secara terpisah, ini disebut operasi yang tidak dilanjutkan.
• Perubahan Akuntansi
Meliputi perubahan prinsip dan estimasi akuntansi
• Pos Spesial (special items)
Meliputi penurunan nilai aset dan biaya restrukturisasi
PENGAKUAN PENDAPATAN
Dalam praktiknya, pendapatan didefinisikan sebagai arus masuk atau peningkatan
lainnya dari aset atau penyelesaian kewajiban yang dihasilkan dari operasi utama perusahaan.
keuntungan (gain) adalah peningkatan aset bersih (ekuitas) yang dihasilkan dari transaksi
insidentil perusahaan.
PEDOMAN PENGAKUAN PENDAPATAN
Jika perusahaan mencatat pendapatan sebelum waktunya, maka pendapatan tersebut
diakui pada periode yang salah. Jika perusahaan mencatat pendapatan sebelum adanya
kepastian wajar mengenai realisasi, maka pendapatan mungkin dicatat di satu periode, dan
kemudian dibatalkan atau dibalik di periode lainnya. Ini dampaknya melebih-lebihkan
(overstate) laba di periode pertama dan understate laba di periode berikutnya.
PERTIMBANGAN PENGAKUAN PENDAPATAN
• Ketidakpastian penagihan pendapatan
• Pendapatan jika ada hak bagi konsumen untuk melakukan pengembalian
• Pendapatan waralaba
• Pengaturan pembiayaan produk
• Pendapatan berdasarkan kontrak
• Pendapatan diterima di muka
Biaya yang Ditangguhkan (deferred charges)
Yaitu biaya yang ditangguhkan karena diperkirakan memberikan manfaat di periode
yang akan datang. Contohnya biaya riset dan pengembangan (research and development),
biaya perangkat lunak komputer, dan biaya eksplorasi & pengembangan industri ekstraktif.
Employee Benefit

Analisis Laporan Keuangan - KMP 2019 100


• Kontrak kompensasi yang ditangguhkan
• Hak apresiasi saham (stock appreciation rights)
• Opsi saham karyawan
Bunga dan Pajak
Biaya bunga:
• Lakukan analisis perhitungan bunga
• Kapitalisasi bunga
• Analisis juga apakah biaya bunga yang dibebankan wajar (kemungkinan berkaitan
dengan hutang yang diberikan oleh pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa).
Pajak Penghasilan:
• Beda temporer dan beda tetap
• Pajak yang ditangguhkan
• Pengungkapan pajak penghasilan

CP : Angelin/Dyah Ayu Purwokencono

Analisis Laporan Keuangan - KMP 2019 101


Bahasa Indonesia
CP: Novan Harikas J. / Tantria K.

PERTEMUAN 1
KEBIJAKAN BAHASA INDONESIA
1. Sikap Berbahasa
▪ Kebanggaan : mengedepankan bahasa Indonesia dalam komunikasi lingkup nasional
▪ Kesetiaan : tidak melupakan bahasa Indonesia dalam era global
▪ Kesadaran terhadap Kaidah : tetap memerhatikan kaidah/norma bahasa dalam
berkomunikasi lisan dan tulisan

2. Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia


▪ Bahasa Nasional (Sumpah Pemuda 1928)
1) lambang kebanggaan kebangsaan
2) lambang identitas nasional
3) alat perhubungan antarwarga, antarbudaya, & antardaerah
4) alat pemersatu berbagai etnik Indonesia
▪ Bahasa Negara (UUD 1945 Pasal 36)
1) bahasa resmi kenegaraan (upacara, sidang kabinet, rapat DPR, dll)
2) bahasa pengantar dunia pendidikan
3) alat perhubungan tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan
4) alat pengembangan kebudayaan nasional
5) sarana pengembangan iptek
6) bahasa media massa
7) memperkaya ragam bahasa dan sastra Indonesia
8) mendukung karya sastra

3. Ragam Bahasa
▪ Media : lisan & tulis → baku & tidak baku
▪ Penutur : dialek (awam) & terpelajar ; resmi & tidak resmi
▪ Pokok persoalan (ranah ilmu) : hukum, niaga, akuntansi, sastra, dsb

4. Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar


▪ Baik : menyesuaikan situasi & kondisi
▪ Benar : sesuai kaidah

PERTEMUAN 2-3
EJAAN BAHASA INDONESIA (PUEBI)
1. Pemakaian Huruf
▪ Huruf Kapital
a. Huruf Kapital dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan & pangkat yang diikuti
nama orang atau pengganti nama orang tertentum nama instansi, atau nama tempat.

Bahasa Indonesia - KMP 2019 102


➢ Contoh: Kemarin Letnan Jenderal Joko Santoso dinaikkan pangkatnya menjadi
jenderal.
b. Huruf Kapital dipakai sebagai huruf pertama gelar kehormatan, keturunan, &
keagamaan yang diikuti nama orang.
➢ Contoh:
• Tahun ini Haji Bakir menunaikan ibadah haji untuk yang kedua kali.
• Para sultan se-Nusantara menghadap Sultan Hamengku Buwono X.
c. Huruf Kapital dipakai sebagai huruf pertama ungkapan yang berhubungan dengan
nama Tuhan, kata ganti Tuhan, & kitab suci.
➢ Contoh:
• Bimbinglah hamba-Mu ini, ya Allah Yang Mahakuasa, Yang Maha Pengasih.
(Maha disambung dengan kata dasar dan dipisah dengan kata berimbuhan,
kecuali Maha Esa)
• Pedoman hidup orang muslim adalah Alquran dan hadis.
d. Huruf Kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, & bahasa.
➢ Contoh:
• Kecintaan terhadap bahasa Indonesia ditunjukkan dengan mengindonesiakan
kata asing agar bahasa kita tidak tampak keinggris-inggrisan.
e. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan
peristiwa sejarah.
➢ Contoh:
 Hari Lebaran jatuh pada hari Sabtu.
 Setiap bulan Agustus masyarakat memperingati hari Proklamasi
Kemerdekaan RI.
 Perang Dunia II menelan banyak korban jiwa.
f. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.
➢ Contoh:
 Dalam perjalanan ke Ambon, Paman membawa pisang ambon.
 Setiap pulang ke Jawa Tengah, Amin selalu dipesani gula jawa.
- Nama jenis/spesies tidak ditulis kapital, contohnya

pisang ambon (ada jenis pisang raja, pisang kepok)

harimau sumatra (ada jenis harimau jawa, harimau bali)

kunci inggris (ada jenis kunci L, kunci ring)

- Nama kekhasan karena merujuk asal daerah ditulis kapital, contohnya

satai Padang (satai ‘khas’ Padang)

batik Pekalongan (batik ‘asal/khas’ Pekalongan)

g. Huruf kapital juga dipakai sebagai huruf pertama singkatan nama gelar (seperti Dr.
dan M.A.), pangkat (seperti Prof.), dan sapaan (seperti Sdr., Tn., Ny.)
➢ Contoh:
 Hari ini Dr. Sugiyono membuka lokakarya.
 Lokakarya itu juga dihadiri oleh Prof. Basuki, M.A.
 Saya berharap agar Sdr. Hanafi menaati peraturan.

Bahasa Indonesia - KMP 2019 103


▪ Huruf Miring
a. Huruf miring dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang
ditulis dalam kutipan.
➢ Contoh:
 Saya senang membaca majalah Gatra, selain surat kabar Warta Kota.
b. Huruf miring dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan sesuatu (huruf, bagian
kata, kata, kelompok kata).
➢ Contoh:
 Buatlah beberapa kalimat dengan menggunakan kata bunga.
c. Huruf miring dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah atau ungkapan asing,
kecuali yang sudah disesuaikan ejaannya.
➢ Contoh:
 Nama ilmiah buah manggis ialah Carcinia mangostana.

2. Penulisan Kata
a. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata yang mendapat awalan atau akhiran saja,
unsur gabungan kata itu tetap ditulis terpisah.
➢ Contoh:
 Informasi tersebar luas di masyarakat.
 Pahala ibadah pada bulan Ramadan akan berlipat ganda.
 KTP ditanda tangan oleh lurah.
b. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata yang mendapat awalan dan akhiran
sekaligus, unsur gabungan kata itu harus ditulis serangkai.
➢ Contoh:
 Kita harus menyebarluaskan informasi kepada warga.
 Setiap bulan Ramadan umat Islam melipatgandakan ibadahnya.
 Penandatanganan KTP dilakukan oleh lurah.
c. Gabungan kata yang salah satu unsur gabungan itu hanya dipakai dalam kombinasi
ditulis serangkai (bentuk terikat).
➢ Contoh:
antarkota, antarprovinsi, antarwilayah, antarnegara, purnajual, purnawirawan,
prapiala dunia, pramuniaga, pramusiwi, Pancasila, dasadarma, poligami,
semiprofesional, swalayan, swasembada, subsistem

d. Pemenggalan Kata
✓ Huruf diftong ai, au, dan oi tidak pernah diceraikan sehingga pemenggalan kata
tidak dilakukan di antara kedua huruf itu.
➢ Contoh:
 Adhika pergi ke Solo untuk menemui sau-
dara-saudaranya.

 Parawisudawan sudah berkumpul di au-


la kampus.

✓ Jika di tengah kata ada huruf konsonan (termasuk gabungan huruf) di antara dua
huruf vokal, pemenggalan dilakukan sebelum huruf konsonan.
➢ Contoh:
 Kita harus melawan kemiskinan de-
ngan cara mencerdaskan bangsa.

Bahasa Indonesia - KMP 2019 104


✓ Jika di tengah kata ada dua huruf konsonan berurutan, pemenggalan dilakukan di
antara kedua huruf konsonan itu.
➢ Contoh:
• Israel memang terbukti telah mencap-
lok daerah permukiman Palestina.

Mencaplok → men-cap-lok; men-caplok

✓ Jika di tengah kata ada tiga huruf konsonan atau lebih, pemenggalan dilakukan di
antara huruf konsonan pertama dan kedua.
➢ Contoh:
• Penelitian itu dilakukan dengan in-
strumen yang sudah diuji.

e. Singkatan : bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih.
✓ Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan atau pangkat diikuti dengan
tanda titik.
➢ Contoh:
• Ririen E.S.; Dr. Hadyan P.N., M.Si.
• Bpk. Joyo Diharjo
• Sdr. Budi Warsito, Kol. Bambang Suharjo.
✓ Singkatan nama resmi lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, badan atau
organisasi, serta nama dokumen resmi tidak disertai tanda titik.
➢ Contoh: DPR, PGRI, GBHN, PT, KTP, SMA, MA
✓ Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu titik.
➢ Contoh:
dll. (dan lain-lain); dsb.(dan sebagainya); dst. (dan seterusnya); hlm. (halaman);
sda.( sama dengan atas); Yth. (Yang terhormat)

✓ Singkatan yang terdiri atas dua huruf ditulis dengan dua titik
➢ Contoh:
a.n. (atas nama); d.a. (dengan alamat); u.b. (untuk beliau); u.p. (untuk perhatian).

✓ Singkatan lambang kimia tidak menggunakan titik


➢ Contoh:
Cu (kuprum); TNT (trinitrotoluen); cm (sentimeter); kVA (kilovolt-ampere)

f. Akronim: Singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata, atau
gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata
✓ Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis
seluruhnya dengan huruf kapital:
➢ Contoh: STAN; LAN; STAIN
✓ Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis
seluruhnya dengan huruf awal kapital
➢ Contoh: Apindo, Bappenas, Iwapi, Kowani
✓ Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, atau
gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf kecil
➢ Contoh: pemilu, rapim, tilang, radar

Bahasa Indonesia - KMP 2019 105


3. Penulisan Unsur Serapan
a. Tulisan Tetap
➢ Contoh:
bus → bus problem → problem patriot → patriot program → program
bank → bank tank → tank data → data plus → plus
unit → unit radio → radio ideal → ideal

b. Tulisan dan Lafal Berubah


➢ Contoh:
management → manajemen concret → konkret generic → generik
computer → komputer congress → kongres genius → jenius
competent → kompeten credit → kredit curriculum → kurikulum
curriculum → kurikulum charisma → karisma focus → fokus

c. Sudah Telanjur Jadi


➢ Contoh:
Kata Asal Asal Kata Asal
Asal Kata
Serapan Bahasa Kata Serapan Bahasa
voorschot persekot Belanda igreja gereja Portugis
winkel bengkel Belanda janela jendela Portugis
dommekracht dongkrak Belanda camisa kemeja Portugis
frikadel perkedel Belanda cabuk cambuk Persia
khabar kabar Arab dunba domba Persia
i’lan iklan Arab caman taman Persia
fardu perlu Arab bah oan bakwan Cina
syaitan setan Arab be chchia becak Cina
sadaqah sedekah Arab cha oan cawan Cina
garfo garpu Portugis chin teng centeng Cina

d. Penyerapan Kata dari Bahasa Inggris dan Belanda


➢ Contoh:
Asal Kata Asal Kata Asal Kata Asal Kata
Kata Kata
Bahasa Bahasa Bahasa Bahasa
Serapan Serapan
Inggris Belanda Inggris Belanda
proclamation proclamatie Proklamasi Presidential Presidentieel Presidensial
Coordination Coordinatie Koordinasi Financial Financieel Finansial
Confrontation confrontatie Konfrontasi Spiritual spiritueel Spiritual
Consignation Consignatie konsinyasi realization Realisatie Realisasi
Dramatization Dramatiseren dramatisasi Modernization modderniseren modernisasi
Original Origineel orisinal Standardization Standardisatie standardisasi

e. Penyerapan Kata dari Bahasa Arab


➢ Contoh:
Adzan → azan Khazanah → khazanah Qudrat → kodrat
Bathin → batin Khiyanat → khianat Qurban → kurban

Bahasa Indonesia - KMP 2019 106


Da’wah → dakwah Khusus → khusus Ramadhan → Ramadan
Dharurat → darurat Maghfirah → magfirah Sah → sah
Dzat → zat Maghrib → magrib Shabar → sabar
Dzikir → zikir Qalbu → kalbu Shahabat → sahabat
Fardhu → fardu Qiblat → kiblat Shalat → salat
Ghaib → gaib Qirthas → kertas Shalawat → selawat
Ghafura → gapura Syarat → syarat Shahih → sahih
Hadits → hadis Qiyamat → kiamat Shalih → saleh
Idzin → izin Qiyas → kias Mushala → musala
Jamaah → jemaah Qubur → kubur Taqwa → takwa
Jum’at → Jumat Afdhal → afdal Ta’at → taat
Khusyu’ → khusyuk Khabar → kabar Thariqat → tarikat
Khawatir → khawatir Nafas → napas

4. Pemakaian Tanda Baca


a. Tanda Titik (.)
✓ Tanda titik dipakai pada akhir kalimat
➢ Contoh: Saya lahir di Jawa Tengah.
✓ Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dlm suatu bagan, ikhtisar, atau
daftar.
➢ Contoh:
1. Patokan Umum

1.1 Isi Karangan

1.2 Ilustrasi

✓ Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yg menunjukkan
waktu.
➢ Contoh: Pukul 1.35.15 (pukul 1 lewat 35 menit 15 detik)
✓ Tanda titik dipakai di antara nama penulis, judul, tempat terbit dalam daftar pustaka.
➢ Contoh: Keraf, Gorys. 1984. Tata Bahasa Indonesia. Ende-Flores: Nusa Indah.
✓ Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan dsb.
➢ Contoh: Acara Kunjungan Presiden RI.
✓ Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya
➢ Contoh:
• Saya lahir pada tahun 1956.
• Hal itu disebutkan pada halaman 125.
• Nomor teleponnya adalah 08128225976.
✓ Tanda titik tidak dipakai di belakang alamat pengirim dan tanggal surat atau nama
dan alamat penerima surat.
➢ Contoh:
• Badan Bahasa
Jalan Daksinapati Barat IV

Jakarta 13220

Bahasa Indonesia - KMP 2019 107


b. Tanda Koma (,)
✓ Tanda koma digunakan di antara unsur-unsur dl perincian.
➢ Contoh: Saya memberli kertas, pensil, penggaris, dan tinta.
✓ Tanda koma digunakan untuk memisahkan anak kalimat dan induk kalimat (jika
diawali dg anak kalimat).
➢ Contoh: Karena lelah, dia tidak sempat mengerjakan tugas.
✓ Tanda koma dipakai di belakang ungkapan penghubung antarkalimat.
➢ Contoh:
• Oleh karena itu, …
• Jadi, ….
• Akan tetapi, ….
• Namun, ….
• Meskipun demikian, ….
• Sehubungan dengan itu, ….
✓ Tanda koma digunakan untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain
kalimat.
➢ Contoh: Kata Ayah, “Andi harus belajar mandiri.”
✓ Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian alamat, (iii)
tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis
berurutan.
➢ Contoh: Sdr. Bakri, Jalan Dewan Bahasa, Kuala Lumpur, Malaysia

c. Tanda Titik Koma (;)


✓ Tanda titik koma dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan
setara.
➢ Contoh: Malam akan larut; pekerjaan belum selesai juga.
✓ Tanda titik koma dipakai sebaagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan
kalimat yang setara dalam kalimat majemuk.
➢ Contoh:
• Ayah mengurus tanamannya di kebun itu; Ibu sibuk bekerja di dapur.
• Adik menghafal nama-nama pahlawan nasional; saya sendiri asyik
mendengarkan siaran radio.
✓ Tanda titik koma dipakai untuk memisahkan perincian yang berupa klausa.
➢ Contoh:
Peserta perlu mempehatikan hal-hal penting berikut:

1) menaati peraturan yang berlaku;


2) mengikuti semua kegiatan yang ada;
3) menyelesaikan tugas yang diberikan; dan
4) mengikuti ujian.

d. Tanda Titik Dua (:)


✓ Tanda titik dua dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti
rangkaian atau pemerian.
➢ Contoh:
• Kita sekarang memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.
• Hanya ada dua pilihan bagi para pejuang kemerdekaan itu: hidup atau mati.

Bahasa Indonesia - KMP 2019 108


✓ Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
➢ Contoh:
Ketua : Ahmad Wijaya

Sekretaris : S. Handayani

Bendahara : B. Hartawan

✓ Tanda titik dua dapat dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan
pelaku dalam percakapan.
➢ Contoh:
Ibu : (Meletakkan beberapa kopor) “Bawa kopor ini, Mir!”

Amir : “Baik, Bu.” (mengangkat kopor dan masuk)

✓ Tanda titik dua dapat dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halaman, (ii) di antara
bab dan ayat dalam kitab suci, (iii) di antara judul dan anak judul suatu karangan,
serta (iv) di antara nama kota dan penerbit buku.
➢ Contoh:
• Tempo, I (34), 1971: 7
• Surah Yasin: 9
• Karangan Ali Hakim, Pendidikan Seumur Hidup: sebuah Studi, sudah terbit.
• Djakarta: Eresco, 1968.
✓ Tanda titik dua tidak dipakai jika rangkaian atau pemerian itu merupakan pelengkap
yang mengakhiri pernyataan.
➢ Contoh:
• Kita memerlukan meja, kursi, dan lemari.
• Fakultas itu mempunyai jurusan Ekonomi Umum dan jurusan Ekonomi
Perusahaan.

e. Tanda Hubung (-)


✓ Tanda hubung dipakai untuk menandai bagian kata yang terpenggal oleh pergantian
baris.
➢ Contoh:
• Kini ada cara untuk meng-
ukur panas.

• Nelayan pesisir itu berhasil membudidayakan rum-


put laut.

✓ Tanda hubung dipakai untuk menyambung unsur kata ulang.


➢ Contoh: anak-anak, berulang-ulang, kemerah-merahan, mengorek-ngorek
✓ Tanda hubung dipakai untuk menyambung tanggal, bulan, dan tahun yang
dinyatakan dengan angka atau menyambung huruf dalam kata yang dieja satu-satu.
➢ Contoh:
• 10-10-2010
• p-a-n-i-t-i-a
✓ Tanda hubung dipakai untuk memperjelas hubungan bagian kata atau ungkapan.
➢ Contoh:
• Ber-evolusi

Bahasa Indonesia - KMP 2019 109


• Meng-ukur
• Dua-puluh-lima ribuan (25 x 1.000)
• 23/25 (dua-puluh-tiga perdua-puluh-lima)
• mesin hitung-tangan
✓ Tanda hubung dipakai untuk merangkai:
▪ Se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital;
➢ Contoh: se-Indonesia, se-Jawa Barat
▪ Ke- dengan angka;
➢ Contoh: peringkat ke-2
▪ Angka dengan –an;
➢ Contoh: tahuan 1950-an
▪ Kata atau imbuhan dengan singkatan yang berupa huruf kapital;
➢ Contoh: hari-H, sinar-X, ber-KTP, di-SK-kan
▪ Kata dengan kata ganti Tuhan;
➢ Contoh: ciptaan-Nya, atas rahmat-Mu
▪ Huruf dan angka;
➢ Contoh: D-3, S-1
▪ Kata ganti –ku, -mu, dan –nya dengan singkatan berupa huruf kapital.
➢ Contoh: KTP-mu, SIM-nya, STNK-ku
✓ Tanda hubung dipakai untuk merangkai unsur bahasa Indonesia dengan unsur
bahasa daerah atau bahasa asing.
➢ Contoh: di-sowan-i (bahasa Jawa, ‘didatangi’), di-backup, me-recall
✓ Tanda hubung digunakan untuk menandai bentuk terikat yang menjadi objek
bahasan.
➢ Contoh:
• Kata pasca- berasal dari bahasa Sanskerta.
• Akhiran –isasi pada kata betonisasi sebaiknya diubah menjadi pembetonan.
✓ Tanda hubung tidak dipakai di antara huruf dan angka jika angka melambangkan
jumlah huruf.
➢ Contoh:
• BNP2TKI (Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja
Indonesia
• LP3I (Lembaga Pendidikan dan Pengembangan Profesi Indonesia)

f. Tanda Pisah (−)


✓ Tanda pisah dapat dipakai untuk membatasi penyisipan kata atau kalimat yang
memberi penjelasan di luar bangun kalimat.
➢ Contoh:
• Kemerdekaan bangsa itu−saya yakin akan tercapai−diperjuangkan oleh bangsa
itu sendiri.
• Keberhasilan itu−kita sependapat−dapat dicapai jika kita mau berusaha keras.
✓ Tanda pisah dapat dipakai untuk menegaskan adanya keterangan aposisi atau
keterangan yang lain.
➢ Contoh:
• Soekarno-Hatta−Proklamatar Kemerdekaan RI−diabadikan menjadi nama
bandar udara internasional.

Bahasa Indonesia - KMP 2019 110


• Rangkaian temuan ini−evolusi, teori kenisbian, dan pembelahan atom−telah
mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.
• Gerakan Pengutamaan Bahasa Indonesia−amanat Sumpah Pemuda−harus
terus digelorakan.
✓ Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan, tanggal, atau tempat yang berarti
‘sampai dengan’ atau ‘sampai ke’.
➢ Contoh:
• Tahun 2010−2013
• Tanggal 5−10 April 2019
• Jakarta−Yogyakarta

g. Tanda Elipsis (…)


✓ Tanda ellipsis dipakai untuk menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau kutipan
ada bagian yang dihilangkan.
Tanda ellipsis didahului dan diikuti dengan spasi.

Tanda ellipsis pada akhir kalimat diikuti oleh empat tanda titik.

➢ Contoh:
• Penyebab kemerosotan …. akan diteliti lebih lanjut.
• Dalam Undang-Undang Dasar 1945 disebutkan bahwa negara ialah ….
• …., lain lubuk lain ikannya.
✓ Tanda ellipsis dipakai untuk menulis ujaran yang tidak selesai dalam dialog.
➢ Contoh:
• “Menutur saya …. seperti …. bagaimana, Bu?”
• “Jadi, simpulannya …. oh, sudah saatnya istirahat.”

h. Tanda Tanya (?)


✓ Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.
➢ Contoh:
• Kapan Hari Pendidikan Nasional diperingati?
• Siapa pencipta lagu “Indonesia Raya”?
✓ Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang
disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
➢ Contoh:
• Monumen Nasional mulai dibangun pada tahun 1961 (?).
• Di Indonesia terdapat 740 (?) bahasa daerah.

i. Tanda Seru (!)


✓ Tanda seru dipakai untuk mengakhiri ungkapan atau pernyataan yang berupa
seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, atau
emosi yang kuat.
➢ Contoh:
• Alangkah indahnya taman laut di Bunaken!
• Mari kita dukung Gerakan Cinta Bahasa Indonesia!
• Bayarlah pajak tepat pada waktunya!

Bahasa Indonesia - KMP 2019 111


• Merdeka!

j. Tanda Kurung ((…))


✓ Tanda kurung dipakai untuk mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
➢ Contoh:
• Dia memperpanjang surat izin mengemudi (SIM).
• Warga baru itu belum memiliki KTP (kartu tanda penduduk).
• Lokakarya (workshop) itu diadakan di Manado.
✓ Tanda kurung dipakai untuk mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan
bagian utama kalimat.
➢ Contoh:
• Sajak Tranggono yang berjudul “Ubud” (nama tempat yang terkenal di Bali)
ditulis pada tahun 1962.
• Keterangan itu (lihat Tabel 10) menunjukkan arus perkembangan baru pasar
dalam negeri.
✓ Tanda kurung dipakai untuk mengapit huruf atau kata yang keberadaannya di dalam
teks dapat dimunculkan atau dihilangkan.
➢ Contoh:
• Dia berangkat ke kantor selalu menaiki (bus) Transjakarta.
• Pesepak bola kenamaan itu berasal dari (Kota) Padang.

✓ Tanda kurung dipakai untuk mengapit huruf atau angka yang digunakan sebagai
penanda pemerincian.
➢ Contoh:
• Faktor produksi menyangkut (a) bahan baku, (b) biaya produksi, dan (c) tenaga
kerja.
• Dia harus melengkapi berkasnya dengan melampirkan
(1) akta kelahiran,
(2) ijazah terakhir, dan
(3) surat keterangan kesehatan.

k. Tanda Kurung Siku ([…])


✓ Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai
koreksi atau tambahan atas kesalahan atau kekurangan di dalam naskah asli yang
ditulis orang lain.
➢ Contoh:
• Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.
• Penggunaan bahasa dalam karya ilmiah harus sesuai [dengan] kaidah bahasa
Indonesia.
• Ulang tahun [Proklamasi Kemerdekaan] Republik Indonesia dirayakan secara
khidmat.
✓ Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang
terdapat dalam tanda kurung.
➢ Contoh:

Bahasa Indonesia - KMP 2019 112


• Persamaan kedua proses itu (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab II [lihat
halaman 35-38]) perlu dibentangkan di sini.

l. Tanda Petik (“…”)


✓ Tanda petik dipakai untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari
pembicaraan dari naskah atau bahan tertulis lain.
➢ Contoh:
• “Saya belum siap,” kata Mira, “tunggu sebentar!”
• Pasal 36 UUD 1945 berbunyi, “Bahasa negara ialah bahasa Indonesia.”
✓ Tanda petik dipakai untuk mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang
dipakai dalam kalimat.
➢ Contoh:
• Bacalah “Bola Lampu” dalam buku Dari Suatu Masa dari Suatu Tempat.
• Karangan Andi Hakim Nasoetion yang berjudul “Rapor dan Nilai Prestasi di
SMA” dimuat dalam majalah Tempo.
✓ Tanda petik dipakai untuk mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata
yang mempunyai arti khusus.
➢ Contoh:
• Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara “coba dan ralat” saja.
• Ia bercelana panjang yang di kalangan remaja dikenal dengan nama “cutbrai”
✓ Tanda petik digunakan sebagai penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri
petikan langsung.
➢ Contoh:
Misalnya: Kata Tono, “Saya juga minta satu.”

✓ Tanda petik digunakan sebagai tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat
ditempatkan di belakang tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang
dipakai dengan arti khusus pada ujung kalimat atau bagian kalimat.
➢ Contoh:
• Karena warna kulitnua, Budi mendapat julukan “Si Hitam”.
• Bang Komar sering disebut “pahlawan”; ia sendiri tahu sebabnya.

m. Tanda Petik Tunggal (‘…’)


✓ Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit petikan yang terdapat dalam petikan
lain.
➢ Contoh:
• Tanya dia, “Kaudengar bunyi ‘kring-kring’ tadi?”
• “Kudengar teriak anakku, ‘Ibu, Bapak pulang!’, dan rasa letihku lenyap
seketika,” ujar Pak Hamdan.
• “Kita bangga karena lagu ‘Indonesia Raya’ berkumandang di arena olimpiade
itu,” kata Ketua KONI.
✓ Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan
kata atau ungkapan.
➢ Contoh:
• tergugat ‘yang digugat’
• retina ‘dinding mata sebelah dalam’

Bahasa Indonesia - KMP 2019 113


• noken ‘tas khas Papua’
• tadalako ‘panglima’
• marsiadap ari ‘saling bantu’
• tuah sakato ‘sepakat demi manfaat bersama’
• policy ‘kebijakan’
• wisdom ‘kebijaksanaan’
• mony politics ‘politik uang’

n. Tanda Garis Miring (/)


✓ Tanda garis miring dipakai dalam nomor surat, nomor pada alamat, dan penandaan
masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.
➢ Contoh:
• Nomor: 7/PK/II/2013
• Jalan Kramat III/10
• tahun ajaran 2012/2013
✓ Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata dan, atau, serta setiap.
➢ Contoh:
• Mahasiswa/mahasiswi = ‘mahasiswa dan mahasiswi’
• Dikirimkan lewat darat/laut = ‘dikirimkan lewat darat atau lewat laut’
• Buku dan/atau majalah = ‘buku dan majalah atau buku atau majalah’
• Harganya Rp1.500,00/lembar = ‘harganya Rp1.500,00 setiap lembar’
✓ Tanda garis miring dipakai untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai
koreksi atau pengurangan atas kesalahan atau kelebihan di dalam naskah asli yang
ditulis orang lain.
➢ Contoh:
• Buku Pengantar Ling/g/uistik karya Verhaar dicetak beberapa kali.
• Asmara/n/dana merupakan salah satu tembang macapat budaya Jawa.
• Dia sedang menyelesaikan /h/utangnya di bank.

o. Tanda Apostrof (‘ )
✓ Tanda apostrof atau penyingkat dipakai untuk menunjukkan penghilangan bagian
kata atau bagian angka tahun dalam konteks tertentu.
➢ Contoh:
• Dia ‘kan kusurati. (‘kan = akan)
• Mereka sudah datang, ‘kan? (‘kan = bukan)
• Malam ‘lah tiba. (‘lah = telah)
• 5-2-’13 (’13 = 2013)

PERTEMUAN 4
BENTUK DAN PILIHAN KATA

1. Pembentukan Kata → benar


 Bentuk Kata
a. Bentuk Dasar (Asal)
b. Bentuk Turunan (Jadian)

Bahasa Indonesia - KMP 2019 114


▪ Kata berimbuhan
▪ Kata ulang
▪ Kata majemuk (gabungan kata)

 Imbuhan
a. Awalan: meng-, ber-, per-, peng-, di-, ter-, se-
b. Akhiran: -an, -kan, -i, -nya
c. Sisipan: -em-, -el-, -er-
d. Imbuhan gabung (konfiks): ke- +…+ -an, peng- +…+ -an, per- +…+ -an, ber- +…+
-an, se- +…+ -nya

 Imbuhan meng-
a. Kata berimbuhan: awalan (prefiks) meng-
meng- {vocal, g, k, h, kh, x}
+
mem- {b, f, p, v}
+
meng- men- {c, d, j, sy, t, z}
+
meny- {s}
+
me- {l, r, w, y, nasal}
+
menge- + {kata bersuku tunggal}

Varian Kemunculan Contoh kata


meng-
meng- 10 mengantar, mengincar, mengusap, mengelak,
mengobral, menggombal, mengenang,
menghirup, mengkhitan, mengxray
mem- 4 membasuh, memfoto, memasang,
memvalidasi
men- 6 mencinta, mendapat, menjawab, menulis,
mensyukuri
meny- 1 menyapa
me- 6 melompat, merawat, mewarnai, meyakini,
menyanyi, menganga
menge- 1 mengecat

b. Jika imbuhan meng- ditambahkan pada kata dasar yang dimulai dengan konsonan
seperti k, p, s, dan t, konsonan tersebut luluh.
➢ Contoh:
meng- + saring menyaring
meng- + tari menari
meng- + pukul memukul

Bahasa Indonesia - KMP 2019 115


meng- + karang mengarang
meng- + taat + -i menaati
meng- + sukses + -kan menyukseskan
meng- + terjemah + -kan menerjemahkan
meng- + posisi + -kan memosisikan
meng- + koordinasi mengoordinasi
meng- + sosialisasi + -kan menyosialisasikan

meng- Kawal mengawal


+
kenal mengenal
kirim mengirim
kosong + -kan mengosongkan
kuras menguras
korban + -kan mengorbankan
kultus + -kan mengubur
kubur mengultuskan
kelola mengelola

meng- pasang memasang


+
pasok memasok
peras memeras
pesan memesan
pijat memijat
pinjam meminjam
pulih + -kan memulihkan
porot + -i memoroti
porak-poranda memorak-porandakan

meng- sadap menyadap


+
saran + -kan menyarankan
sihir menyihir
siram menyiram
sulap menyulap
suruh menyuruh
sorong menyorongkan
sukses + -kan menyukseskan
simpul + -kan menyimpulkan

meng- tawar + -i menawari


+
tahan menahan
tindas menindas

Bahasa Indonesia - KMP 2019 116


tikung menikung
tusuk menusuk
tulis menulis
toreh + -kan menorehkan
toleh menoleh
telaah menelaah

▪ Jika imbuhan meng- ditambahkan pada kata dasar yang dimulai dengan konsonan k,
p, s, dan t, dan dilanjutkan dengan huruf konsonan, konsonan tersebut tidak
luluh.
➢ Contoh:
meng- kristal mengkristal
+
kritik mengkritik
klasifikasi mengklasifikasi
klarifikasi mengklarifikasi

meng- produksi memproduksi


+
proklamasi + -kan memproklamasikan
proses memproses
prioritas + -kan memprioritaskan
prediksi memprediksi

meng- struktur + -kan menstrukturkan


+
stimulasi + -kan menstimulasikan

meng- transfer mentransfer


+
transfusi mentransfusi
transkripsi mentranskripsi
transliterasi mentransliterasi

c. Jika imbuhan meng- ditambahkan pada kata dasar yang bersuku satu, bentuk meng-
berubah menjadi menge-.
➢ Contoh:
meng- + tes mengetes
meng- + bom mengebom
meng- + cek mengecek
meng- + lap mengelap
meng- + pel mengepel

Bahasa Indonesia - KMP 2019 117


d. Gugus konsonan pada awal kata tidak luluh jika ditambah imbuhan meng-.
➢ Contoh:
meng- + kritik mengkritik
meng- + proses memproses
meng- + klasifikasi mengklasifikasi
meng- + syukur + -i mensyukuri
meng- + protes memprotes
meng- + prioritas + -kan memprioritaskan

e. Jika imbuhan meng- ditambahkan pada kata dasar yang dimulai dengan konsonan c,
konsonan itu tidak luluh.
➢ Contoh:
meng- + cuci mencuci
meng- + cinta + -i mencintai
meng- + caci mencaci
meng- + cocok + -kan mencocokkan
meng- + cuat mencuat

 Bentuk terikat ditulis serangkai dengan kata yang mengikuti (multi- + n., dll.)
➢ Contoh:
antarkota multilateral pascasarjana
antikorupsi narapidana prasejarah
ekstrakurikuler nonaktif subbab
mahakuasa pancasila taktembus
*catatan:
- maha dan tak ditulis terpisah jika diikuti kata berimbuhan.
- bentuk terikat yang diikuti kata berawalan kapital atau singkatan dirangkai dengan
tanda hubung (-): anti-KKN, non-Asia.

 Kata ulang ada empat


- Kata ulang murni (dwilingga): meja-meja
- Kata ulang sebagian (dwipurwa): pepohonan
- Kata ulang berubah bunyi: lauk pauk, warna warni
- Kata ulang semu: pura-pura kupu-kupu
- Kata ulang berimbuhan: tolong menolong

Kata Ulang: bentuk pengulangan yang dapat menentukan makna kata

➢ Contoh:
• orang-orang tua; orang tua-tua; orang tua-orang tua: bedakan maknanya
• sekali-sekali: kadang-kadang
• sekali-kali: tidak sekalipun
• tulis-menulis: perihal kegiatan menulis
• tolong-menolong: saling tolong
• menginjak-injak: menginjak berulang-ulang (salah: menginjak-nginjak)
• kata ulang murni yang diberi imbuhan yang berasal dari kata dasar berawalan
huruf ‘KPST’, huruf luluh pada semua unsur yang berulang
korek-korek → mengorek-ngorek (salah: mengorek-korek)

Bahasa Indonesia - KMP 2019 118


tepuk-tepuk → menepuk-nepuk (salah: menepuk-tepuk)

• kata ulang semu yang diberi imbuhan, ‘KPST’ luluh pada unsur pertama saja
porak-poranda → memorakporandakan (salah: memorakmorandakan)
• bentuk ulang menyatakan jamak/plural:
• bentuk ulang kata majemuk yang menyatakan jamak/plural ditulis dengan
mengulang semua unsur

rumah sakit → rumah sakit-rumah sakit

• bentuk ulang frasa yang menyatakan jamak/plural ditulis dengan mengulang


unsur pertama saja

mobil bekas → mobil-mobil bekas

murid sekolah → murid-murid sekolah

 Kata majemuk: gabungan kata yang membentuk kesatuan makna. Ditulis terpisah.
➢ Contoh: terima kasih, kerja sama, ibu kota
makan hati cuci tangan pangku tangan
naik haji rumah makan tekuk lutut
campur tangan jatuh bangun buang air
angkat kaki naik darah masuk angin

Kata majemuk yang sudah padu ditulis serangkai.

➢ Contoh:
acapkali adakalanya radioaktif
apalagi bagaimana kasatmata
saputangan kacamata olahraga

 Bentuk Jamak
a. Bentuk jamak dengan mengulang kata yang bersangkutan.
➢ Contoh:
anak-anak kursi-kursi rumah-rumah rumah sakit-rumah sakit
kantor-kantor mobil-mobil perusahaan-perusahaan mobil-mobil bekas
b. Bentuk jamak dengan menambah kata bilangan.
➢ Contoh:
lima mobil tujuh motor semua anak
c. Bentuk jamak dengan menambah kata bantu jamak.
➢ Contoh:
beberapa kursi sejumlah orang para undangan
berbagai banyak karyawan daftar kata
persoalan
d. Bentuk jamak dengan menggunakan kata ganti orang.
➢ Contoh: kami, kita, kamu sekalian, mereka

Bahasa Indonesia - KMP 2019 119


 Ungkapan Idiomatik
➢ Contoh:
bertemu dengan sejalan dengan bergantung
kepada
sehubungan terdiri atas berdiskusi tentang
dengan
sesuai dengan terjadi dari berbicara
mengenai
berhubungan disebabkan oleh berkenaan
dengan dengan
bertepatan berbicara bertemu dengan
dengan tentang

 Ungkapan Penghubung
a. Ungkapan Penghubung Intrakalimat: untuk menghubungkan unsur-unsur dalam
suatu kalimat.
➢ Contoh:
baik … maupun … seperti demikian
antara … dan … misalnya sebagai berikut
b. Ungkapan Penghubung Antarkalimat: untuk menghubungkan unsur penghubung
yang menyatakan pertalian dua kalimat.
➢ Contoh:
Oleh karena itu, Dengan demikian, Di samping itu,
Akan tetapi, Jadi, Padahal,
Lagipula, Meskipun begitu, Namun,

 Ungkapan yang Bersinonim: tidak digunakan sekaligus karena penggunaan dua


makna yang berarti sama merupakan pemakaian yang mubazir.
➢ Contoh:
sejak dan dari demi dan untuk agar dan
supaya
adalah dan antara lain serta dan lain-
merupakan lain
▪ Kata dan lain-lain sama kedudukannya dengan kata seperti, antara lain, dan
misalnya. Penggunaan kata-kata itu harus dipertimbangkan secara cermat.
➢ Contoh:
(1) Pembuatan peraturan itu harus melibatkan ahli kesehatan, ahli
kependudukan, pemilik industri, dan lain-lain.
(2) Kantor kami memerlukan barang-barang, seperti komputer, lemari, dan
meja.
(3) Pembuatan peraturan itu harus melibatkan, antara lain, ahli kesehatan,
ahli kependudukan, dan pemilik industri.

Bahasa Indonesia - KMP 2019 120


 Kata-Kata yang Bermiripan
➢ Contoh:
suatu dan sesuatu jam dan pukul
masing-masing dan tiap-tiap dari dan daripada
▪ Contoh penggunaan kata tiap-tiap dan masing-masing dalam kalimat:
(1) Tiap-tiap kelas terdiri atas 40 orang.
(2) Tiap-tiap peserta akan mendapat honorarium masing-masing berjumlah
Rp50.000,00.

 Pembentukan kata melalui penerjemahan kata asing


➢ Contoh:
Kata Asing Kata Indonesia Kata Asing Kata Indonesia
kemampuan after-sales
ability to pay layanan pascajual
bayar service
asuransi
accident and annual
kecelakaan dan laporan tahunan
health insurance report
kesehatan
santunan maslahat,
accident benefit benefit
kecelakaan santunan
account akun; rekening best seller pelaris
accident tingkat kekerapan branch
kantor cabang
requency kecelakaan office
branch manajer (kantor)
accountancy akuntansi
manager cabang
account payable utang usaha discount potongan
account market
piutang usaha harga pasar
receivable price
accounting
praktik perakunan marketing pemasaran
practice
accounting catatan maturity tanggal jatuh
records perakunan date tempo
accumulation akumulasi meeting rapat; pertemuan
money pedagang valuta
active stock saham aktif
changer asing
active trading perdagangan aktif

 Keteraturan Pembentukan Kata


➢ Contoh:
Kata Kerja Pelaku Kata Turunan
Kata Hasil
Tindakan/Kegiatan (peng- + Proses/Cara/Perbuatan
Asal (… + -an)
(meng- + …) …) (peng- + ... + -an)
tulis menulis penulis penulisan tulisan
pilih memilih pemilih pemilihan pilihan
bawa membawa pembawa pembawaan bawaan
pakai memakai pemakai pemakaian pakaian
pukul memukul pemukul pemukulan pukulan

Bahasa Indonesia - KMP 2019 121


simpul menyimpulkan penyimpul penyimpulan simpulan
ringkas meringkas peringkas peringkasan ringkasan
layan melayani pelayan pelayanan layanan
lukis melukis pelukis pelukisan lukisan
salin menyalin penyalin penyalinan salinan
catat mencatat pencatat pencatatan catatan
ajar mengajar pengajar pengajaran ajaran
pimpin memimpin pemimpin pemimpinan pimpinan
waris mewariskan pewaris pewarisan warisan
timbang menimbang penimbang penimbangan timbangan
putus memutuskan pemutus pemutusan putusan
prakarsa memprakarsai pemrakarsa pemrakarsaan -
proses memproses pemroses pemrosesan -
kritik mengkritik pengkritik pengkritikan kritikan
ubah mengubah pengubah pengubahan ubahan

▪ Proses Pembentukan Kata akan memengaruhi makna


1. ubah
meng- ber-
mengubah berubah
pengubahan perubahan

2. lindung
melindungi berlindung
pelindungan perlindungan

3. henti
menghentikan berhenti
penghentian perhentian

4. hitung
menghitung berhitung
penghitungan perhitungan

Beberapa kata ada yang hanya bisa diberi imbuhan meng- + ... atau ber- + ...
dan ada yang bisa diberi kedua bentuk imbuhan (memengaruhi makna).

Kata Turunan
Tindakan Pelaku
Kata Proses/Cara/Perbuatan
(meng- + …), (peng- + …), (pe- +
Asal (peng- + ... + -an),
(ber- + ...) …)
(per- + ... + -an),
tani menani (tidak ada) penani (tidak ada) penanian (tidak ada)
bertani petani pertanian
gulat menggulat (tidak ada) penggulat (tidak ada) penggulatan (tidak ada)
bergulat pegulat pergulatan

Bahasa Indonesia - KMP 2019 122


tinju meninju peninju peninjuan
bertinju petinju pertinjuan
tunjuk menunjuk penunjuk penunjukan
bertunjuk petunjuk pertunjukan
jabat menjabat penjabat penjabatan
berjabat pejabat perjabatan

2. Pemilihan Kata/Istilah
a. Ragam Bahasa
b. Kosakata dan Istilah
c. Kelas Kata
▪ Syarat Pilihan Kata:
a. Tepat : kata tersebut dapat mengungkapkan gagasan secara cermat
 Syarat Ketepatan Memilih Kata
1) Menguasai kosakata (memahami makna secara tepat).
➢ Contoh:
Benar Salah
Karena mengabaikan petunjuk Karena mengacuhkan
panitia, banyak peserta tidak dpt petunjuk panitia, banyak
menyelesaikan lomba. peserta tidak dpt
menyelesaikan lomba.
• acuh: peduli, mengindahkan
Warga yang mengerti tanda-tanda
gempa segera memberi tahu
warga lainnya.
Orang yang pertama kali
mengetahui peristiwa itu sudah
melapor ke kantor polisi.
Meskipun diprotes para pemain, Meskipun diprotes para
wasit tetap bergeming. pemain, wasit tidak
• bergeming: tidak bergerak bergeming.
Pemerintah berusaha Pemerintah berusaha
mengentaskan masyarakat dari mengentaskan kemiskinan
kemiskinan. masyarakat.
• mengentaskan: mengangkat
Dia mengaku dapat melihat Dia mengaku dapat melihat
makhluk yang takkasatmata. makhluk yang kasatmata.
• kasatmata: dapat dilihat
Kelakuannya yang tidak senonoh Kelakuannya yang senonoh
dan pakaiannya yang tidak dan pakaiannya yang seronok
seronok tidak patut ditiru. tidak patut ditiru.
• senonoh: sopan (selalu
diikuti kata tidak untuk
menunjukkan tidak pantas
• seronok: indah

Bahasa Indonesia - KMP 2019 123


2) Dapat membedakan denotasi dan konotasi.
➢ Contoh:
Denotasi Konotasi
Dia menanam bunga di halaman Dia memang menjadi bunga
rumahnya. di kampungnya.
• bunga: anak gadis atau
yang masih perawan paling
tercantik
Meja hijau itu dipakai untuk Jhony dibawa ke meja hijau.
bermain tenis meja. • meja hijau: pengadilan

3) Dapat membedakan bentuk bersinonim.


➢ Contoh:
• besar, agung, raya, akbar
• mati, wafat, meninggal, mangkat, tewas, mampus, gugur, pulang ke
rahmatullah
• cahaya, sinar, nur

4) Dapat membedakan kata-kata yang mirip ejaannya.


➢ Contoh:
intensif: insentif:
(a) secara sungguh-sungguh dan (n) tambahan penghasilan (uang,
terus-menerus dalam barang, dan sebagainya) yang
mengerjakan sesuatu hingga diberikan untuk meningkatkan
memperoleh hasil yang optimal gairah kerja; uang perangsang
syarat: sarat:
1. (n) janji (sebagai tuntutan atau 1. (a) penuh dan berat (karena
permintaan yang harus berisi muatan atau karena
dipenuhi) banyak buahnya dan
2. (n) segala sesuatu yang perlu sebagainya)
atau harus ada (sedia, dimiliki, 2. (a) terlalu banyak dan terlalu
dan sebagainya) berat
3. (n) segala sesuatu yang perlu 3. (a) penuh mengandung (air,
untuk menyampaikan suatu kesusahan, dan sebagainya)
maksud 4. (a) bunting; mengandung
4. (n) ketentuan (peraturan, 5. (n) jarak yang diukur tegak
petunjuk) yang harus lurus dari titik paling bawah
diindahkan dan dilakukan dari lunas kapal sampai ke
5. (n) biaya (barang-barang dan permukaan air
sebagainya) yang harus
diberikan kepada guru silat,
dukun, dan sebagainya
sah: syah:
1. (v) dilakukan menurut hukum 1. (n) raja; baginda raja
(undang-undang, peraturan) 2. (n) raja (dalam permainan
yang berlaku catur)

Bahasa Indonesia - KMP 2019 124


2. (v) tidak batal (tentang
keagamaan)
3. (v) berlaku; diakui
kebenarannya; diakui oleh
pihak resmi
4. (a) boleh dipercaya; tidak
diragukan (disangsikan);
benar; asli; autentik
5. (a) nyata dan tentu; pasti
kurban: korban:
1. (n) persembahan kepada Allah (n) orang, binatang, dan
(seperti biri-biri, sapi, unta sebagainya yang menjadi
yang disembelih pada hari menderita (mati dan sebagainya)
Lebaran Haji) sebagai wujud akibat suatu kejadian, perbuatan
ketaatan muslim kpd-Nya jahat, dan sebagainya
2. (n) pujaan atau persembahan
kepada dewa-dewa
lulus: lolos:
1. (v) dapat masuk atau lalu (ke (v) terlepas lari (dari kurungan,
dalam atau dari lubang dan kepungan, dan sebagainya)
sebagainya)
2. (v) dapat lepas atau lucut
(seperti gelang dari tangan
atau cincin dari jari)
3. (v) terperosok masuk (seperti
kaki ke dalam lantai bambu
dan sebagainya)
4. (v) berhasil (dalam ujian);
dapat melalui dengan baik
(dalam menghadapi segala
cobaan)
5. (v) diperkenankan; terkabul
(tentang permohonan,
permintaan, dan sebagainya)
6. (v) hilang lenyap
7. (v) lelap, tidak dapat ditebus
lagi (tentang barang gadai)
masa: massa:
1. (n) waktu; ketika; saat 1. (n) sejumlah besar benda (zat
2. (n) jangka waktu yang agak dan sebagainya) yang
lama terjadinya suatu peristiwa dikumpulkan (disatukan)
penting; zaman menjadi satu (atau kesatuan)
3. (n) jangka waktu tertentu yang 2. (n) jumlah yang banyak sekali;
ada permulaan dan batasnya sekumpulan orang yang
4. (adv) kata untuk menyatakan banyak sekali (berkumpul di
ketidakpercayaan dan sifatnya suatu tempat atau tersebar)
retoris

Bahasa Indonesia - KMP 2019 125


5. (n) satuan ukuran berat untuk 3. (n) kelompok manusia yang
emas dan perak bersatu karena dasar atau
pegangan tertentu
4. (n) ukuran kuantitatif sifat
kelembaman (inersia) benda

5) Dapat memakai kata penghubung yang idiomatis.


➢ Contoh:
Benar Salah
antara … dan antara … dengan
tidak + kt. kerja/sifat … tetapi tidak + kt. kerja/sifat …
melainkan
bukan + kt. benda… bukan + kt. benda … tetapi
melainkan
baik …maupun baik … ataupun

6) Dapat membedakan kata umum dan khusus.


➢ Contoh:
Kata Umum Kata Khusus
bunga mawar, melati, kenanga, dahlia, anggrek, asoka,
cempaka, dsb.
ikan mujair, gurame, lele, sepat, tuna, baronang,
tawes, dsb.
unggas ayam, itik, burung, angsa, dsb.
• Catatan:
Dalam kata mawar atau melati sudah mengandung makna ‘bunga’.

Yang efektif adalah saya membeli bunga, bukan saya membeli bunga
melati.

7) Dapat membedakan makna keseluruhan dan makna bagian.


➢ Contoh:
Makna Makna Bagian
Keseluruhan
pohon batang, akar, daun, dahan, ranting
tubuh kepala, badan, tangan, kaki
kepala kepala, badan, tangan, kaki
• Contoh pemakaian kata yang tidak cermat:
Angin ribut itu menumbangkan pohon-pohon besar di jalan protokol.
(Padahal, yang berserakan itu hanya dahan dan rantingnya)

8) Dapat membedakan bentuk yang mirip


➢ Contoh:
penguji: orang yang menguji peuji: orang yang diuji
penyuluh: orang yang pesuluh: orang yang disuluh
menyuluh

Bahasa Indonesia - KMP 2019 126


penatar: (orang) yang menatar petatar: (orang) yang
bertatar/ditatar
Benar Salah
dan lain-lain :perincian yang beragam
dan :perincian yang sejenis
dan lain
sebagainya
sebagainya
dan :perincian yang berurutan
seterusnya

➢ Contoh:
jam & pukul suatu (diikuti nomina) & sesuatu
tiap-tiap & masing-masing sekali-kali, sekali-sekali, sesekali
latihan & pelatihan orang tua-tua & orang-orang tua
pemakaman & permakaman pemukiman & permukiman
pewaris (yang mewarisi) & ahli
waris (yang diwarisi)
• kata berimbuhan berbeda
penggunaan:
mengerti (dalam) & mengetahui (terbatas)
mendengar (tidak diniatkan) & mendengarkan (sungguh-sungguh)
menanyakan (mencari jawaban) & mempertanyakan (terdapat masalah)
memperingati (+benda/hal: ulang tahun) & memperingatkan (+orang)
menghadiahi (+orang) & menghadiahkan (+benda: kado)
menduduki (+benda: jabatan, kursi) & mendudukkan (+orang)
mewarisi (+orang) & mewariskan (+benda: harta warisan)
dikenai (orang dikenai benda/hal)
dikenakan (benda/hal dikenakan kepada orang)
▪ Ungkapan seperti merujuk kepada uraian selanjutnya.
➢ Contoh: Kami mohon dikirimi bahan-bahan bangunan, seperti semen, bata
merah, pasir, dan kayu.
▪ Ungkapan misalnya merujuk kepada uraian sebelumnya.
➢ Contoh: Penempatan pegawai baru, misalnya, termasuk masalah utama
yang akan dibicarakan.
▪ Ungkapan tiap-tiap merupakan adjektiva yang dapat diikuti nomina.
➢ Contoh: tiap-tiap pengendara sepeda motor wajib memakai helm.
▪ Ungkapan masing-masing merupakan kata ganti sehingga tidak diikuti nomina
➢ Contoh: murid kembali ke kelas masing-masing (bukan masing-masing
murid).
▪ Ungkapan demikian merujuk kepada uraian sebelumnya.
▪ Ungkapan sebagai berikut merujuk kepada uraian selanjutnya.
➢ Contoh:
Yang harus Anda siapkan adalah hal-hal sebagai berikut.

1. Rencana gambar bangunan.


2. Denah tanah yang akan digunakan.
3. Rincian biaya yang diperlukan.

Bahasa Indonesia - KMP 2019 127


 Padanan yang Tidak Serasi
➢ Contoh:
disebabkan karena karena … meskipun … tetapi
maka
dan lain untuk … maka jika/kalau/apabila
sebagainya … maka

Benar Salah
Karena modal di bank terbatas, Karena modal di bank terbatas
tidak semua pengusaha lemah sehingga tidak semua
memperoleh kredit. pengusaha lemah
memperoleh kredit.

 Pemakaian Kata Depan di, ke, dari, bagai, pada, dan daripada
➢ Contoh:
Benar Salah
Putusan pemerintah itu melegakan Putusan daripada pemerintah itu
rakyat. melegakan hati rakyat.
Cincin ini terbuat dari emas. Cincin ini terbuat daripada emas.
Ruangan ini lebih besar daripada Ruangan ini lebih besar dari
ruangan itu. ruangan itu.
Bukunya dititipkan pada saya Bukunya dititipkan di saya selama
selama ia sedang mengikuti ia sedang mengikuti Pelatihan
Pelatihan Bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia.
Peserta Penyuluhan Bahasa Peserta Penyuluhan Bahasa
Indonesia tiba di Pusat Bahasa Indonesia tiba ke Pusat Bahasa
tepat pukul 08.00. tepat pukul 08.00.

b. Benar: sesuai dengan kaidah kebahasaan


1) Pembentukan Kata (Pengimbuhan Kata)
2) Bentuk Berpasangan

➢ Contoh:
Bentuk yang Bentuk yang
Salah Benar
merubah mengubah
pengrusak perusak
pengrajin perajin
penyair pensyair
mengkelola mengelola
mencontek menyontek
pirsawan pemirsa
penetrapan penerapan

Bahasa Indonesia - KMP 2019 128


penglepasan pelepasan
menyicil mencicil
menterjemahkan menerjemahkan

1) Bentuk Berpasangan
a. Pasangan Seasal: pasangan kata yang memiliki bentuk asal yang sama dan
maknanya berdekatan.
➢ Contoh:
korban & kurban fardu & perlu sunat & sunah
lulus & lolos rela & rida
layak & laik berkat & berkah
b. Pasangan Bersaing
➢ Contoh: bentuk kata yang kebanyakan merupakan penyerapan dari bahasa
asing yang penggunaannya tidak tepat.
ambulans & ijin & izin kualitas & kwalitas
ambulan
analisis & analisa jadual & jadwal kuitansi & kwitansi
apotek & apotik jaman & zaman metode & metoda
atlet & atlit kaidah & kaedah November &
Nopember
azas & asas karier & karir praktik & praktek
bus & bis kharisma & karisma risiko & resiko
Februari & Pebruari khawatir & sekedar & sekadar
kawatir/kuatir
frekuensi & khazanah & khasanah seksama & saksama
frekwensi
hakikat & hakekat kompleks & komplek taqwa & takwa
lembap & lembab telanjur & terlanjur respons (merespons)
imbau & himbau frustrasi & frustasi & respon (meresponi)
c. Pasangan Rancu
➢ Contoh: bentuk kata yang terbentuk akibat kesalahan dalam memadukan
dua unsur yang berpasangan.
mengelola & melola ketawa & tertawa ketemu & bertemu
mengetrapkan & ketabrak &
menerapkan tertabrak

2) Kata Berawalan (me-)


➢ Contoh:
mensukseskan & menyukseskan menertawakan & mentertawakan
mensucikan & menyucikan memelopori & mempelopori
mensuplai & menyuplai mengkonsumsi & mengonsumsi
mentaati & menaati memopulerkan & mempopulerkan
menteror & meneror mengaitkan & mengkaitkan
menterjemahkan & mengkredit & mengredit
menerjemahkan
mempercayai & memercayai

Bahasa Indonesia - KMP 2019 129


memperhatikan & memerhatikan

- percaya → meng- + percaya + -i → memercayai (luluh);

- hati → ber- + hati → berhati → per- + hati + -kan → perhatikan

meng- + per- + hati + -kan → memperhatikan.

3) Kata Berakhiran
a. -kan / -an
➢ Contoh:
mendudukan & mendudukkan pendidikan & pendidikkan
menegakan & menegakkan penarikan & penarikkan
mengontrakan & mengontrakkan pengrusak & perusak
Pengrajin & perajin
b. –ir (salah)
➢ Contoh:
Benar Salah
Ijazah Saudara harus Ijazah Saudara harus dilegalisir
dilegalisasi dulu. dulu.
Sukarno-Hatta Soekarno-Hatta
memproklamasikan negara memproklamirkan negara
Republik Indonesia. Republik Indonesia.

4) Penulisan Kata yang benar


➢ Contoh:
Tidak
Baku Tidak Baku Baku Tidak Baku Baku
Baku
apotik apotek jadual jadwal metoda metode
aktip aktif jaman zaman obyek objek
aktifitas aktivitas joang juang operasionil operasional
azas asas karir karier organisir organisasi
bathin batin komplek kompleks produktip produktif
dirubah diubah konperensi konferensi produktifitas produktivitas
ekstrim ekstrem kwalitas kualitas rasionil rasional
foto kopi fotokopi kwantitas kuantitas standard standar
frekwensi frekuensi kwesioner kuesioner standarisasi standardisasi
pebruari februari kwitansi kuitansi subyek subjek
hirarki hierarki kondite konduite melola mengelola
intensip intensif merobah mengubah insyaf insaf
standar diserap dari standard (akhiran huruf ‘rd’ diserap tanpa ‘d’),
standardisasi diserap dari standardization (-isasi bukan imbuhan akhiran).

c. Hemat
 Bentuk bersinonim tidak digunakan dalam satu kalimat
➢ Contoh:
agar & supaya lalu & kemudian sejak & dari
adalah & sebab & karena tersebut & di
merupakan atas

Bahasa Indonesia - KMP 2019 130


demi & untuk sangat … sekali
 Penggunaan Kata yang Boros dan Hemat
➢ Contoh:
Benar (Hemat) Salah (Boros)
Apabila suatu reservoar masih Apabila suatu reservoar masih
mempunyai cadangan minyak, mempunyai cadangan minyak,
diperlukan tenaga dorong buatan maka diperlukan tenaga dorong
untuk memproduksi minyak lebih buatan untuk memproduksi minyak
besar. lebih besar.
Namun, pada saat ini banyak Namun demikian, pada saat ini
dilakukan sistem pengeboran banyak dilakukan sistem
daripada penumbukan karena pengeboran daripada
sistem pengeboran itu cepat penumbukan karena sistem
menghasilkan, efektif, dan hemat pengeboran itu cepat
biaya. menghasilkan, efektif, dan hemat
biaya.
(Meski demikian, Dengan demikian
✓)
Perkembangan komputer akhir- Perkembangan komputer akhir-
akhir ini sangat pesat atau akhir ini sangat pesat sekali.
Perkembangan komputer akhir-
akhir ini pesat sekali.
Kata di mana dan yang mana seharusnya katadigunakan
tanya bukan
sebagai
konjungsi
kata tanya
dan
Untuk mengeksplorasi dan Untuk mengeksplorasi dan
mengeksploitasi minyak dan gas mengeksploitasi minyak dan gas
bumi yang merupakan sumber bumi di mana sebagai sumber
devisa negara diperlukan tenaga devisa negara diperlukan tenaga
ahli yang terampil di bidang geologi ahli yang terampil di bidang geologi
dan perminyakan. dan perminyakan.
Dia berkunjung ke kota tempat Dia berkunjung ke kota di mana
neneknya tinggal. neneknya tinggal.
Warga akan terus melestarikan Warga akan terus melestarikan
budaya dan/sebab pemerintah budaya yang mana pemerintah
daerah juga sangat mendukung. daerah juga sangat mendukung.
 Dalam kalimat majemuk, subjek yang sama tidak disebutkan semuanya.
➢ Contoh: Amin belajar matematika sebelum (Amin) mengantar adiknya ke
sekolah.
 Dalam sebuah kalimat, penyebutan makna khusus tidak perlu disertai
penyebutan makna umum.
➢ Contoh: Ibu membeli mawar dan melati untuk ditanam di taman.
d. Lazim: kata tersebut sudah dibiasakan dan bukan merupakan bentuk yang dibuat-
buat.
➢ Contoh:
Hal yang Lazim Hal yang Tidak Lazim
Ayahnya telah meninggal. Ayahnya telah mati.

Bahasa Indonesia - KMP 2019 131


Ayam peliharaannya mati Ayam peliharaannya
mendadak. meninggal.
 Kelayakan
1) Kelayakan geografi: kelayakan menurut daerah
➢ Contoh:
betino di Bangka artinya wanita

butuh di Kalsel artinya alat kelamin laki-laki

2) Kelayakan temporal: kelayakan menurut waktu atau masa


➢ Contoh: kata sahaya atau hamba
3) Kelayakan gramatikal: kelayakan menurut tata bahasa
➢ Contoh: ada kedatangan, tetapi tidak ada ketibaan;
ada menyebababkan dan disebabkan, tetapi tidak ada
mengarenakan dan dikarenakan
 Eufemisme: kata atau ungkapan yang lebih halus sebagai pengganti ungkapan
yang dirasakan kasar atau tidak sopan.
➢ Contoh:
• ke belakang → buang hajat
• suami istri → laki bini
• tinja atau kotoran → tahi
• tunawisma → gelandangan
• tunasusila → pelacur
• diamankan → ditahan
• dirumahkan → dipecat
• ekonomi lemah → miskin
• rawan pangan → kelaparan
• panti wreda → rumah jompo
• waria → banci
• wisma tunanetra → rumah orang buta
• malagizi → gizi buruk
• malapraktik → praktik yang buruk
• pramusiwi → penjaga anak
• pramuwisma → PRT
• tunanetra → buta
• tunarungu → tuli
• tunawisma → gelandangan
• tunagrahita → bodoh/gila

PERTEMUAN 5 & 6
KALIMAT
- Kata → unsur terkecil dalam kalimat yang terdiri atas gabungan huruf memiliki
arti, contoh anak.
- Frasa → kelompok kata yang terdiri atas unsur inti & unsur keterangan yang tidak
melampaui batas fungsi sintaksis, contoh anak berambut ikal yang sangat
ramah.

Bahasa Indonesia - KMP 2019 132


- Klausa→ satuan gramatikal yang berupa kelompok kata, yang sekurang-kurangnya
terdiri atas subjek dan predikat, dan yang berpotensi menjadi kalimat,
contoh
anak berambut ikal yang sangat ramah sering kehujanan.
- Kalimat→ satuan bahasa terkecil yang dapat mengungkapkan pikiran yang
utuh atau setiap tuturan yang dapat mengungkapkan suatu informasi secara
lengkap,
contoh anak berambut ikal yang sangat ramah itu sering kehujanan sehinga
kepalanya pusing.
Struktur kalimat dasar: S+P = merokok itu berbahaya, kakinya terkilir
P + S = ada siswa yg mendatangi saya, sangat banyak uangnya
S + P + O = ibu memasak sayur lodeh
S + P + Pel = ia menjadi bingung, adik bermain bola
S + P + Ket = kampus stan berada di Bintaro
S + P + O + Pel = ia mengajari saya kesabaran
S + P + O + Pel + K = ia memberikan saya tugas saat rapat
K + S + P = ketika hujan ia datang

A. Syarat kalimat yang benar


- Diawali huruf kapital dan berintonasi final (diakhiri tanda titik, tanda
tanya, atau tanda seru).
- Di dalamnya terkandung informasi yang relatif lengkap.
- Informasi lengkap: minimal terdiri atas 1S + 1P
(atau 1S + 1P +1O/1Pel. jika predikat berjenis verba transitif).

Bukan kalimat yang benar


1) Di dalam pertemuan itu membahas masalah yang dihadapi siswa. (K-P-O) ×
Pertemuan itu membahas masalah yang dihadapi siswa. (S-P-O)
Di dalam pertemuan itu dibahas masalah yang dihadapi siswa. (K-P-S)
2) Dengan penjelasan semacam itu dapat membangkitkan semangat siswa (K-P-O) ×
Penjelasan semacam itu dapat membangkitkan semangat siswa. (S-P-O)
Dengan penjelasan semacam itu semangat siswa dapat dibangkitkan. (K-S-P)
3) Indonesia sejajar dengan bangsa yang lainnya (S + Pel) ×
Indonesia berdiri sejajar dengan bangsa yang lainnya (S + P)
Indonesia adalah sejajar dengan bangsa yang lainnya (S + P)
4) Gaji guru dengan berdasarkan kontrak kerja (S + K) ×
Gaji guru dibayar dengan berdasarkan kontrak kerja (S + P)
Guru digaji dengan berdasarkan kontrak kerja (S + P)
5) Karya tulis membahas tentang/mengenai amnesti pajak (S + P transitif + K) ×
Karya tulis membahas amnesti pajak (S + P v.transitif + O)
6) Kami mengharap atas kehadiran para tamu undangan (S + P v.transitif + K) ×
Kami mengharap kehadiran para tamuundangan (S + P v.transitif + O)
7) Pemimpin sidang mengingatkan agar peserta sidang diam (S + P v.transitif + K) ×
Pemimpin sidang mengingatkan peserta sidang agar diam (S + P v.transitif + K)
8) Demikian Jermiteti melaporkan dari Serang (konj. + S + P v.transitif + K) ×
Demikian Jermiteti melaporkan kejadian dari Serang (konj.+S+ Pv.transitif + K) ×
9) Kegiatan ini sangat menjanjikan (S + P v.transitif) ×
Kegiatan ini sangat menjanjikan masa depan Anda (S + P v.transitif + O)

Bahasa Indonesia - KMP 2019 133


B. Unsur-Unsur Kalimat
• Subjek
Ciri-ciri
a. Jawaban atas pertanyaan apaatau siapa
b. Dapat disertai kata itu
d. Dapat diberi keterangaan berpewatas yang
e. Umumnya berupa nomina atau frasa nomina
f. Tidak didahului preposisi/kt. depan (didahului preposisi itu ket.)
Bagi guru yang tidak hadir saat rapat akan dikenai sanksi.
Pada bab ini akan membicarakan teknik analisis data.
• Predikat
Ciri-ciri
a. Umumnya merupakan jawaban atas pertanyaan mengapa atau bagaimana
b. Dapat diisi hampir semua kelas kata
c. Dapat diingkarkan dengan kata tidak atau bukan
d. Dapat disertai aspek (sedang, akan, sudah, telah, belum, ingin, mau, lagi,
bakal) atau modalitas (harus, dapat, boleh, bisa)
Jenis
Dia pergi. (predikat verba)
Saya guru. (predikat nomina)
Karya tulis Anda bagus. (predikat adjektiva)
Saudara kandung saya dua orang. (predikat numeralia)
Ibu tadi siang ke pasar. (predikat preposisi)
• Objek
Ciri-ciri
a. Bersifat wajib pada verba tertentu (verba transitif)
b. Berada langsung di belakang predikat
c. Tidak didahului preposisi
d. Terdapat pada kalimat dengan predikat berawalan meng-
e. Dapat menjadi subjek dalam kalimat pasif
Para karyawan sedang mendiskusikan sesuatu.
S P O
(dapat dipasifkan:
Sesuatu sedang didiskusikan para karyawan)
S P Pel.
• Pelengkap
Ciri-ciri
a. Bersifat wajib pada verba tertentu (verba transitif)
b. Berada langsung di belakang predikat dan di belakang objek jika ada objek
c. Tidak didahului preposisi
d. Terdapat pada kalimat dengan predikat berawalan ber- dan
beberapa meng- (menjadi, merupakan)
e. Tidak dapat menjadi subjek dalam kalimat pasif
- Adik belajar melukis
S P Pel.

Bahasa Indonesia - KMP 2019 134


(tidak dapat dipasifkan karena mengubah makna: Melukis diajar adik)
- Saya bermain bola
S P Pel.
tdk dapat dipasifkan sebab dimainkan berasal dari verba aktif memainkan
- Pak Syamsul membelikan anaknya buku ensiklopedi
S P O Pel.
(jika dipasifkan:
Anaknya dibelikan Pak Syamsul buku ensiklopedi, bukan
S P Pel.
Buku ensiklopedi dibelikan oleh Pak Syamsul untuk anaknya)
• Keterangan
Ciri-ciri
a. Bukan unsur utama (bisa ditanggalkan)
b. Tidak terikat
c. Melekat dengan preposisi
d. Dapat diletakkan di depan, tengah, atau belakang kalimat

C. Kalimat Tunggal (Simpleks)


Kalimat simpleks adalah kalimat yang hanya terdiri atas satu klausa atau
satu struktur predikat.

D. Kalimat Majemuk
Kalimat yang terdiri atas dua (atau lebih) kalimat dasar/tunggal.
• Kalimat Majemuk Setara (Badan Bahasa: Majemuk)
- Kalimat yang terdiri atas, minimal, dua kalimat dasar yang
masing-masing dapat berdiri sendiri sebagai kalimat tunggal.
- Dalam kalimat majemuk setara tidak ada induk dan anak
kalimat.
- Jika kalimat-kalimat dasar dalam kalimat majemuk setara
memiliki subjek atau predikat yang sama, subjek atau predikat
itu cukup ditulis pada kalimat dasar pertama (Saya menyukai
nasi, sedangkan dia menyukai roti)
• Kalimat Majemuk Bertingkat (Badan Bahasa: Kompleks)
- Memiliki induk kalimat & anak kalimat (anak kalimat diawali konjungsi/kata
penghubung)
- Induk kalimat berkedudukan lebih tinggi daripada anak kalimat sehingga
induk kalimat harus memiliki unsur kalimat yang lengkap (terutama S dan
P).
- Induk kalimat dapat berdiri sendiri, sedangkan anak kalimat tidak.
- Jika anak kalimat mendahului induk kalimat, anak kalimat dan induk
kalimat dipisahkan tanda koma (Karena sakit, ia tidak datang).
- Pada kalimat majemuk bertingkat yang terdiri atas gabungan kalimat dasar
yang subjeknya sama, subjek itu cukup dituliskan satu kali dan harus
diletakkan pada induk kalimat (Setelah terdakwa divonis oleh hakim,
terdakwa dibawa ke LP Cipinang)

Bahasa Indonesia - KMP 2019 135


Konjungsi Koordinatif Konjungsi Subordinatif
Majemuk Setara Majemuk Bertingkat
dan jika, kalau,
(setelah itu, selain itu: konj. apabila
antarkalimat)
atau ketika, saat
sedangkan (sementara: konj. agar
antarkalimat)
tetapi (namun: konj. antarkalimat) supaya
melainkan karena, sebab, lantaran
lalu sehingga
kemudian maka
lantas walaupun, meskipun
sebelum
setelah
bahwa

*Dan dia datang begitu saja. × (Setelah itu dia datang begitu saja)
Tetapi, dia gagal. × (Akan tetapi/Namun, ia gagal)
Saya sakit, namun ingin pergi. × (Saya sakit, tetapi ingin pergi)
Tingkat inflasi tinggi, daya beli masyarakat menurun drastis. ×
(Karena (konj.) tingkat inflasi tinggi, daya beli masyarakat
menurun drastis; atau Tingkat inflasi tinggi menyebabkan
(predikat) daya beli masyarakat menurun drastis)
• Kalimat Majemuk Campuran (Badan Bahasa:Majemuk Kompleks)
- Kalimat yang terdiri atas tiga klausa atau lebih
- Dua di antara klausa dalam kalimat majemuk ini merupakan
induk kalimat, sedangkan klausa yang lain merupakan anak
kalimat yang berfungsi sebagai pemerluas salah satu atau
kedua fungsi dalam induk kalimat (Ayah sedang melukis dan
adik sedang belajar ketika kebakaran itu terjadi)

E. Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan
gagasan sesuai dengan yang diharapkan oleh si penulis
atau si pembicara.
Ciri kalimat efektif: (* adalah kalimat yang tidak efektif)
1) Lugas
informasi yang akan disampaikan dalam kalimat itu ialah yang
pokok-pokok saja, tidak boleh berbelit-belit, tetapi disampaikan
secarasederhana. Contoh
1a. *Terus meningkatnya permintaan terhadap produk kertas, mau
tidak mau memaksa industri kertas menambah produksinya dan lebih
meningkatkan mutu kertas itu sendiri.

Bahasa Indonesia - KMP 2019 136


1b. Terus meningkatnya permintaan terhadap produk kertas memaksa
industri kertas menambah produksi dan meningkatkan mutunya.
2a. *Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada PT Grand Shoe
Industry yang berdiri pada tanggal 23 Maret 1975 oleh Bapak Suwarno
Martodiharjo yang berlokasi di Jalan Sosial No. 4, Jakarta Barat.
2b. Berdasarkan penelitian, PT Grand Shoe Industry didirikan oleh
Bapak Suwarno Martodiharjo pada tanggal 23 Maret 1975 dan
berlokasi di Jalan Sosial No. 4, Jakarta Barat.
3a. *Berdasarkan cara pengobatannya, pelayanan kesehatan
tradisional terbagi menjadi dua, yaitu pelayanan kesehatan
tradisional yang menggunakan keterampilan dan pelayanan
kesehatan tradisional yang menggunakan ramuan.
3b. Berdasarkan cara pengobatannya, pelayanan kesehatan tradisional
dibedakan menjadi dua, yaitu pelayanan kesehatan tradisional yang
menggunakan keterampilan dan yang menggunakan ramuan.

2) Tepat
jitu atau kena benar (sesuai dengan sasaran) dan tidak multitafsir
sehingga dibutuhkan ketelitian. Contoh
1a. *Istri pejabat yang boros itu dibenci masyarakat.
(yang boros istri pejabat atau pejabat adalah ambigu)
2a. *Wajib pajak dikenakan pajak penghasilan untuk setiap masa
pajak.
2b. Wajib pajak dikenai pajak penghasilan untuk setiap masa pajak,
atau Pajak penghasilan dikenakan kepada wajib pajak untuk
setiap masa pajak (orang dikenai hal/benda, hal/benda dikenakan
kepada orang)

3) Jelas
jelas strukturnya dan lengkap unsur-unsurnya. Contoh
1a. *Berdasarkan analisis kapasitas produksi yang telah dilakukan,
dapat diketahui bahwa dalam menjalankan promosi memiliki
pengaruh terhadap penjualan. (K-P-S{K-P-O}).
1b. Berdasarkan analisis kapasitas produksi yang telah dilakukan,
dapat diketahui bahwa promosi memiliki pengaruh terhadap
penjualan. (K-P-S-{S-P-O}).
2a. *Pasal 52 ayat (2) UU SJSN memerintahkan kepada keempat
badan tersebut untuk melakukan penyesuaian dengan UU SJSN. (S-P
v.transitif-K-K)
2b. Pasal 52 ayat (2) UU SJSN memerintahkan penyesuaian dengan
UU SJSN kepada keempat badan tersebut. (S-P v. transitif-O-K)
3a. Kata penghubung berlebihan sehingga klausa utama takjelas.
jika …, maka ….
kalau …, maka ….
karena …, maka ….
walaupun …, tetapi ….
walaupun …, namun ….
meskipun …, tetapi ….

Bahasa Indonesia - KMP 2019 137


meskipun …, namun ….

4) Hemat
informasi yang akan disampaikan dalam kalimat itu harus cermat,
tidak boros, dan perlu kehati-hatian. Contoh
1a. *Pemberian penghargaan dapat diberikan dalam bentuk tanda
jasa, kenaikan pangkat istimewa, uang, piagam, dan/atau bentuk
penghargaan lain.
1b. Pemberian penghargaan dapat berbentuk tanda jasa, kenaikan
pangkat istimewa, uang, piagam, dan/atau bentuk penghargaan lain.
2a. Kata yang bersinonim jangan digunakan bersamaan, contohnya
sangat pandai sekali.
3a. Kata yang sudah jelas tidak perlu diikuti kata penjelas, contohnya
naik-ke atas, turun-ke bawah, adalah-merupakan, tersebut-di atas.
4a. Kata bersinonim, contohnya untuk/demi, agar/supaya, daftar
nama/nama-nama, para guru/guru-guru.

5) Sejajar
bentuk dan struktur yang digunakan dalam kalimat efektif harus
paralel, sama, atau sederajat. Contoh
1a. *Kebijakan itu bertujuan peningkatan produksi nasional,
mendorong daya guna produksi, dan menjamin mutu barang
1b. Kebijakan itu bertujuan meningkatkan produktivitas nasional,
mendorong daya guna produksi, dan menjamin mutu barang.
2a. * a. Biawak itu dipegang kepalanya agar tidak marah dan
melawan.
2b. Biawak itu dipegang kepalanya agar tidak marah dan tidak
melawan.

6) Logis
1a. *Acara selanjutnya ialah sambutan wakil mahasiswa. Waktu kami
persilahkan
1b. Acara selanjutnya ialah sambutan wakil mahasiswa. Saudara Anik
saya persilakan.
2a. *Pengunjung yang membawa tas harap dimasukkan ke loker.
2b. Tas pengunjung harap dimasukkan ke loker.
3a. *Dia bekerja saling membantu.
3b. Mereka bekerja saling membantu.

PERTEMUAN 7
PARAGRAF

A. Syarat Paragraf
→ Unit terkecil sebuah karangan yang terdiri dari kalimat utama atau
gagasan pokok dan kalimat penjelas atau gagasan penjelas.
Paragraf yang baik minimal terdiri dari dua kalimat atau dua gagasan.
1. Kohesi → kesatuan : menyatakan satu hal
a. kalimat utama

Bahasa Indonesia - KMP 2019 138


b. kalimat penjelas
2. Koherensi → kepaduan/ kekompakan: kompak tertuju kepada 1 hal.
a. repetisi → kepaduan paragraf dan kata kunci (manusia membutuhkan
kasih sayang. Kasih sayang itu...)
b. kata ganti → menghindari monotoni agar bervariasi (mereka,
keduanya)
c. kata transisi → penyambung antarkalimat (bagaimanapun juga, di sisi
lain, dll.)
3. Menggunakan metode pengembangan paragraf tertentu
4. Setiap paragraf harus mempunyai satu gagasan utama yang ditulis
dalam kalimat topik/utama.

B. Jenis Paragraf
• Berdasarkan Pola Penalaran
1. Paragraf deduktif: kalimat utamanya terletak di awal paragraf.
2. Paragraf induktif: kalimat utamanya terletak di akhir paragraf.
3. Paragraf deduktif-induktif: kalimat utamanya terletak di awal dan
akhir paragraf.
4. Paragraf ineratif: kalimat utamanya terletak di tengah paragraf.
5. Paragraf tersebar: kalimat utamanya tersebar di keseluruhan
paragraf (deskriptif, narasi)
• Berdasarkan Gaya Ekspresi/Pengungkapan
1. Deskripsi → Menggambarkan sesuatu
Bandung masih diselimuti kabut. Orang-orang baru satu dua yang
lalu lalang. Yang tampak dominan adalah para petugas kebersihan
kota.....
2. Eksposisi →Memaparkan atau Memerikan sesuatu
Kota Bandung adalah salah satu ibu kota propinsi dari sekian
banyak propinsi di Indonesia, yaitu Provinsi Jawa Barat. Sebagai
ibu kota provinsii Kota Bandung juga amat dikenal sebagai ...
3. Argumentasi → Meyakinkan sesuatu
Hampir semua orang yang pernah tinggal di Kota Bandung
menyatakan merasa betah tinggal di kota tersebut. Bisa dimengerti
mengapa mereka merasa betah. Kota ini memiliki tingkat
kriminalitas yg relatif kecil bila dibandingkan dengan kota
setaranya, Surabaya dan Medan misalnya...
4. Narasi → Menceritakan sesuatu
Hari itu ia telusuri sudut demi sudut kota Bandung yang amat
dicintainya seolah-olah tidak mau ada satu pun sudut yang
terlewat. Setiap sudut yang disinggahinya. Mula-mula ia...
5. Persuasi → Memengaruhi/Merajuk orang tentang sesuatu
Rumah tangga penyumbang terbesar sampah di Sungai Ciliwung.
Jika kondisi ini berlanjut, sejumlah daerah di sekitarnya akan
mengalami krisis. Untuk itu, kesadaran perlu ditanamkan secara
kuat kepada masyarakat. Jika lingkungan terjaga, kita jugalah
yang akan diuntungkan.
• Berdasarkan Urutan
1. Paragraf pembuka → pada awal karangan sebagai pengantar pokok

Bahasa Indonesia - KMP 2019 139


pikiran penulis yang ditempatkan pada bagian pendahuluan.
2. Paragraf isi → menguraikan pokok masalah dalam karangan, yaitu
bagian isi atau uraian karangan.
3. Paragraf penutup → menyimpulkan atau mengakhiri sebuah
karangan, yaitu bagian penutup atau kesimpulan.

C. Teknik Pengembangan Paragraf


1. Metode klimaks-antiklimaks → mulai dari yang rendah ke yang
paling tinggi.
Pak Bupati memerlukan cinta. Demikian juga, Bapak Gubernur, ia
memerlukan cinta. Bahkan Bapak Presiden pun memerlukan
cinta. Semua memerlukan cinta, tidak ada kecuali.
2. Metode ilustrasi/pandangan → dengan cara memandang sesuatu.
Dari loteng ia memandang ke kejauhan. Tampak benar bedanya
dengan keadaan dua puluh lima tahun lalu ketika ia masih kecil.
Ketika itu, ia masih bisa berkeliling alun-alun hanya dengan
menunggang delman. Keadaan alun-alun waktu itu masih amat
lengang dan leluasa tidak seperti sekarang yang hiruk-pikuk.
3. Metode pembandingan dan pertentangan → menunjukkan
persamaan dan perbedaan objek.
Pendidikan yang berlangsung di rumah dengan pendidikan yang
berlangsung di sekolah amat berbeda. Di sekolah kurikulumnya
jelas sedangkan di rumah bisa dikatakan tidak memiliki kurikulum.
4. Metode analogi → membandingkan segi kesamaan 2 hal berbeda
Teknik penceritaan dalam sastra modern bisa dianalogikan
dengan cara kita bercerita kepada siapapun dalam suasana lisan.
Ada kalanya kita memaparkan peristiwa, dan adakalanya kita
mengalihkan pikiran tokoh yang kita ceritakan seolah-olah itu
pikiran kita yang bercerita. Dalam sastra modern pun demikian
pula.
5. Metode satu per satu/contoh → dengan contoh
Penerapan teknologi itu harus diiringi pula oleh usaha
mempersiapkan mental para pemakainya. Contohnya
penggunaan boks telepon umum. Karena masyarakat belum siap
atau belum memiliki kesadaran yang baik, boks telepon umum itu
seringkali mereka pakai umtuk buang air kecil.
6. Metode kronologi/proses → mengemukakan tindakan/peristiwa
Kecelakaan itu secara kronologis prosesnya sebagai berikut.
Pertama, lampu stopan itu sudah menyala merah tetapi supir
angkutan kota yang kami tumpangi itu tetap menerobosnya.
Kedua, kami pun berusaha memperingatkannya dengan berbagai
cara tetapi ia tidak menghiraukannya. Ketiga, tiba-tiba dari arah
berlawanan ada mobil sedan mau belok kiri.
7. Metode sebab-akibat → rincian akibat dari suatu sebab
Anak-anak itu malas bekerja. Dapatkah mereka bertahan dalam
kemalasan ketika mereka lapar? Karena malas bekerja, mereka
mencuri jemuran orang. Mereka menjual pakaian orang dengan

Bahasa Indonesia - KMP 2019 140


harga yang sangat murah. Keruan saja pembelinya curiga tapi
dibelinya juga sebagai tindakan pura-pura.
Metode akibat-sebab → rincian sebab dari suatu akibat
Mereka kini mendekam di penjara. Pertama, mereka mabuk-
mabukan di tempat umum. Kedua, mereka membuat keributan di
tempat umum. Terakhir, dia membunuh orang-orang secara
membabi buta.
8. Metode umum-khusus → dari hal umum ke hal khusus
Anak-anak suka benar gula-gula. Mereka berusaha dengan
berbagai cara. Kadang-kadang mereka sembunyi-sembunyi dari
orangtuanya. Kadang-kadang pula mereka lupa bahwa mereka
sembunyi-sembunyi karena sisa gula menempel di giginya.
Metode khusus-umum → dari hal khusus ke hal umum
Mereka senang sekali bermain sepak bola. Mereka kadang-
kadang bermain seharian dan lupa makan. Mereka juga senang
membaca cerita. Itulah dunia anak-anak, dunia bermain.
9. Metode klasifikasi → mengelompokkan objek dengan persamaan
Berdasarkan kecerdasannya manusia dibagi atas empat
kelompok. Pertama, manusia yang genius. Kelompok ini sangat
jauh melampaui manusia yang rata-rata. Kedua, kelompok
manusia pandai. Kecerdasan mereka setingkat di atas manusia
rat-rata. Terakhir, manusia rata-rata. Mereka sebenarnya biasa-
biasa saja.
10. Metode definisi luas → memberi keterangan/arti secara luas
Karya sastra adalah ekspresi artistik manusia dengan
menggunakan bahasa. Tidak semua karya artistik menggunakan
bahasa, juga tidak semua ekspresi yang menggunakan bahasa
adalah satra. Oleh karena itu, yang dimaksud dengan sastra atau
karya sastra harus dikaitkan antara ekspresi artistik di satu pihak
dan penggunaan media bahasa di pihak lainnya.
11. Metode repetisi → mengulang kata/gugus kata
Di seluruh dunia, manusia memerlukan kebutuhan yang sama.
Manusia memerlukan udara segar dan air yang bersih. Manusia
juga memerlukan tanah yang sehat dan aman untuk bercocok
tanam.
12. Metode kombinasi → mengombinasikan beberapa metode di atas

CP : Novan Harikas Juon/Tantria Kusumawardhani

Bahasa Indonesia - KMP 2019 141

Anda mungkin juga menyukai