Anda di halaman 1dari 11

STATION PEDIATRIC

(NON EMERGENCY)

Skenario :
Seorang ibu membawa anak laki-laki usia 6 bulan untuk dilakukan imunisasi. Namun saat
anak usia 4 bulan, anak belum mendapatkan imunisasi polio dikarenakan kehabisan. Untuk
imunisasi lainnya sudah diberikan.

Soal :
1. Lakukan anamnesis
2. Lakukan pemeriksaan fisik (untuk menentukan apakah anak perlu diberi
imunisasi/tidak)
3. Lakukan proses pemberian imunisasi
4. Pemberian edukasi pada orang tua pasien
5. Pemberian terapi dan penulisan resep

Check-list

No Aspek yang dinilai Skor


Anamnesis – perkenalan, membina sambung rasa, melengkapi 0 1 2 3
identitas pasien
1. Mengucap salam, memperkenalkan identitas pemeriksa dan
mempersilahkan pasien duduk dengan sopan (kontak mata,
senyum, jabat tangan)
“selamat pagi ibu perkenalkan saya dr.D yang bertugas
disini, silahkan duduk, bu. Ada yang bisa saya bantu?”
(termasuk keluhan utama)
2. Jelaskan pada pasien bahwa anda perlu identitas lengkap
pasien dan akan mencatat hasil anamnesis mereka.
Menunjukan empati (verbal/prilaku/perhatian) dan Menjadi
pendengar yang baik dan biarkan pasien menceritakan
riwayatnya tanpa merasa di interupsi.
“sebelumnya saya akan menanyakan identitas ibu dan anak
ibu terlebih dahulu dan saya juga akan mencatat semua
wawancara dan pemeriksaan ibu hari ini.”
- Nama lengkap
- Umur
- Jenis kelamin
- Alamat
- Pekerjaan
- Tingkat pendidikan
- Suku bangsa
- Agama
Anamnesis
3. Menanyakan kepentingan pasien (mengkroscek ulang keluhan
utama). Anamnesis keluhan utama dengan pernyataan terbuka,
biarkan pasien menceritakan keluhannya.
- KU : ingin imunisasi anaknya.
4. Menanyakan Riwayat Penyakit Sekarang :
- Apakah saat ini anak sedang sakit atau tidak? Jika iya
tanyakan sakit apa yang sedang diderita oleh anak.
Apabila sakit sedang-berat dengan/tanpa demam
sebaiknya tidak dilakukan imunisasi.
- Meminta pasien untuk menunjukkan kartu imunisasi untuk
melihat riwayat imunisasi sebelumnya.
- Jika imunisasi pasien ada yang kurang, tanyakan alasannya
mengapa tidak diberi imunisasi tersebut.
- Menentukan imunisasi yang akan diberikan saat ini dan
melengkapi register imunisasi guna mengevaluasi
imunisasi yang diberikan.
5. Menanyakan Riwayat Penyakit Dahulu:
Apakah pasca pemberian imunisasi yang terdahulu pasien
pernah :
- Terjadi reaksi anafilaktik
- Demam > 40.50C, kolaps, dan episode hipotonik-
hiporesponsif dalam 48 jam pasca imunisasi
- Kejang dalam 3 hari pasca imunisasi
- Menangis terus >= 3 jam dalam 48 jam pasca imunisasi
6. Menanyakan Riwayat Penyakit Keluarga –
Apakah ada riwayat alergi dalam keluarga?
7. Menanyakan Riwayat Alergi :
Apakah pasien memiliki riwayat alergi jika terpapar dengan
suatu allergen? (cuaca, debu, makanan, obat)
Pemeriksaan Fisik
8. Mencuci tangan 7 langkah dengan benar di tempat yang
disediakan
9. Meminta kesediaan ibu pasien untuk dilakukan pemeriksaan
fisik
10. Menempatkan diri di sebelah kanan penderita dan membina
sambung rasa
11. Status Generalis : (dilakukan secara singkat)
Keadaan umum
Kesadaran
Tanda vital
Status gizi (BB,TB)
Kepala / leher
Thorax
Abdomen
Ekstremitas
Proses Pemberian Imunisasi
12. Mempersiapkan prosedur imunisasi
- Menyiapkan alat-alat yang akan digunakan :
a. Sabun untuk cuci tangan
b. Handscoon
c. Spuit
d. Kapas alcohol
e. Pisau besi untuk membuka ampul
f. Tempat sampah medis dan non medis
- Mengeluarkan vaksin dan pelarut dari lemari es (tentukan
dulu sebelumnya vaksin apa yang akan digunakan). Hal
tersebut bertujuan untuk meminimalkan frekuensi dan
lamanya membuka dan menutup pintu lemari es.
- Sebelum menggunakan vaksin lakukan :
a. Mengecek label pada vaksin dan pelarut
b. Mengecek tanggal kadaluarsa
c. Mengecek VVM (vaccine vial monitor)
- Pilih dan gunakan vaksin yang berdasarkan urutan :
a. Vial yang sudah dibuka (sisa dari sebelumnya, sesuai
persyaratan)
b. Vial vaksin yang sudah dibawa untuk sesi imunisasi
dan keluar dari lemari es, dan kemudian dikembalikan
ke lemari es tanpa dibuka (belum dibuka)
c. Vaksin dengan VVM (vaccine vial monitor) yang
mulai berubah
d. Vaksin paling lama, namun belum melebihi tanggal
kadaluarsa
- Mengecek indicator temperature pada lemari es.
- Melakukan Shake Test
a. Persiapkan sampel yang akan digunakan sebagai
kontrol.
Ambil satu vial vaksin yang tipe, nomor batch, dan
produsennya sama seperti vaksin yang akan diuji.
Bekukan vial tersebut (setidaknya 10 jam pada suhu
-100C) lalu biarkan mencair
b. Pilih sampel yang akan diuji.
c. Kocok sampel kontrol dan sampel tes secara
bersamaan disatu tangan selama 10-15 detik.
d. Diamkan kedua vial diatas meja. Diamkan di bawah
cahaya dan bandingkan kecepatan pengendapannya.
Apabila sampel tes menunjukkan pengendapan lebih
lambat dari kontrol, maka sampel layak digunakan
13. Melakukan prosedur imunisasi
- Siapkan vaksin dalam spuit (gunakan handscoon untuk
perlindungan diri dan pasien)
a. Buka ampul vaksin bisa dengan menggunakan pisau
besi atau menggunakan tangan dengan pelapis agar
tidak mengenai tangan pemeriksa.
b. Campurkan vaksin bubuk dengan pelarutnya
menggunakan spuit.
- Lepaskan handscoon yang telah dipakai, lalu cucilah
tangan 7 langkah dengan benar di tempat yang disediakan.
Setelah itu pasang handscoon baru kembali.
- Membantu ibu pasien memposisikan anaknya guna
mempermudah imunisasi.
- Minta ibu untuk duduk dan menempatkan anak
dipangkuannya. Satu tangan ibu diletakkan
dipunggung anak dan satu tangan anak melingkar
dibagian samping badan ibu.
- Minta ibu menjepit kaki anak diantara kakinya atau
memegangi kaki anak.
- Selalu beritahukan ibu saat akan melakukan injeksi.
- Melakukan pemberian vaksin Polio dengan benar
- Meminta orangtua untuk memegangi anak dengan
posisi kepala agak menengadah.
- Dagu dan pipi harus kering, guna penentu apabila
vaksin menyembur.
- Buka mulut anak dengan lembut, dengan cara
meletakkan ibu jari didagu atau dengan menekan kedua
pipi anak.
- Jatuhkan 2 tetes vaksin ke lidah anak. Jangan sampai
ujung botol vaksin menyentuh anak.
- Melakukan pemberian injeksi BCG dengan benar
- Posisikan anak menyamping dipangkuan ibu dan
singkirkan pakaian dari tangan dan lengan kirinya.
- Ibu memegang anak dekat dengan badannya,
memegang kepala dan tangan anaknya merapat ke
badan.
- Rentangkan kulit dengan ibu jari dan telunjuk.
- Posisikan spuit dan jarum hamper sejajar dengan kulit
anak
- Lakukan injeksi intrakutan/intradermal.
- Melakukan pemberian injeksi Hepatitis B dengan benar
- Posisikan anak
- Regangkan kulit diantara ibu jari dan telunjuk
- Injeksikan jarum dengan sudut 900, tekan dengan cepat
seluruh jarum kearah otot.
- Lakukan injeksi secara perlahan untuk mengurangi
nyeri.
- Melakukan pemberian injeksi DPT dengan benar
- Posisikan anak
- Regangkan kulit diantara ibu jari dan telunjuk
- Injeksikan jarum dengan sudut 900, tekan dengan cepat
seluruh jarum kearah otot.
- Lakukan injeksi secara perlahan untuk mengurangi
nyeri.
- Melakukan pemberian injeksi campak dengan benar
- Posisikan anak menyamping dipangkuan ibunya
dengan seluruh lengan telanjang.
- Ibu memegangi kaki anak.
- Cubit pelan kulit lengan anak.
- Lakukan injeksi dengan cepat. Dengan ujung jarum
harus mengarah ke bahu.
- Melengkapi kartu imunisasi (waktu, dosis, dan lokasi
penyuntikan)
14. Menyimpan obat-obat imunisasi dan memisahkan sampah
medis
- Menyimpan kembali obat-obatan imunisasi ke dalam
lemari es.
- Membuang alat dan bahan medis serta non medis yang
telah digunakan.
Alat dan bahan yang dibuang pada sampah medis : vial
kosong, vial yang dibuang, kapas bekas, perban,
handscoon, dan bahan plastic.
Berkomunikasi atau memberikan edukasi pada orang tua
pasien
15. - Menjelaskan penyakit yang dapat dicegah oleh pemberian
imunisasi.
- Menjelaskan efek samping pasca pemberian imunisasi dan
apa yang harus dilakukan.
- Bila vaksin yang diberikan berseri, jelaskan pada orang tua
bahwa anaknya harus kembali untuk melengkapi seri
imunisasi.
- Menjelaskan ke orang tua kapan dan dimana harus
melakukan imunisasi selanjutnya sambil memberikan
waktu alternative jika tidak bisa datang pada waktu yang
ditentukan.
- Menekankan kembali bahwa jangan sampai imunisasi ini
terlewat.
- Memberikan kesempatan orang tua pasien untuk bertanya.
Pemberian obat yang dibutuhkan
16 Memberikan obat simpomatik pada pasien. Karena ada
beberapa vaksin dengan KIPI nya berupa demam. Sehingga
bisa diberikan anti piretik.
Penulisan resep

RINGKASAN MENGENAI IMUNISASI

 Kontraindikasi dan perhatian khusus untuk imunisasi :


o Vaksin DPT
 Tidak boleh diberikan sebelum umur 6 minggu. Interval pemberian 4-8 minggu.
 Ulangan booster DPT selanjutnya diberikan satu tahun setelah DPT ke 3 yaitu
pada usia 18-24 bulan dan DPT -5 saat masuk sekolah usia 5 tahun. Ulangan
DPT-6 diberikan pada 12 tahun.
 Dosis : 0.5 ml, intramuskular
 Kontraindikasi :
 Reaksi anafilaksis terhadap vaksin, sehingga kontra indikasi pemberian vaksin
berikutnya.
 Sakit sedang atau berat, dengan atau tanpa demam
 Ensefalopati dalam 7 hari pasca DPT sebelumnya
 Perhatian Khusus
 Deman > 40.50C, kolaps dan episode hipotonik-hiporesponsifdalam 48 jam
pasca DPT sebelumnya yang tidak berhubungan dengan penyebab lain.
 Kejang dalam 3 hari pasca DPT sebelumnya.
 Menangis terus selama 3 jam berturut-turut dalam 48 jam pasca DPT
sebelumnya.
 GBS dalam 6 minggu pasca vaksinasi
 Bukan kontraindikasi
 Demam <40.50C pasca DPT sebelumnya
 Riwayat kejang dalam keluarga
 Riwayat KIPI dalam keluarga pasca DPT
o Vaksin Polio
 Polio ulangan diberikan 1 tahun sejak imunisasi polio 4 dan selanjutnya saat
masuk sekolah dasar (5-6 tahun)
 Vaksin Polio Oral (OPV)
 Dosis : 2 tetes per oral
 Kontraindikasi
o Reaksi anafilaksis terhadap vaksin, sehingga kontra indikasi pemberian
vaksin berikutnya.
o Sakit sedang atau berat, dengan atau tanpa demam
o Infeksi HIV atau kontak HIV serumah
o Imunodefisiensi
o Imunodefisiensi penghuni serumah
 Perhatian Khusus
o Kehamilan
 Bukan kontraindikasi
o Menyusui
o Sedang dalam terapi antibiotic
o Diare ringan
 Vaksin Polio Inactived (IPV)
 Diberikan pada anak yang sehat atau yang menderita imunokompromais, dan
dapat diberikan sebagai imunisasi dasar atau ulangan
 Dosis : 0.5 ml, intramuscular
 Kontraindikasi
o Reaksi anafilaksis terhadap vaksin, sehingga kontra indikasi pemberian
vaksin berikutnya.
o Sakit sedang atau berat, dengan atau tanpa demam
o Reaksi anafilaksis terhadap neomisin, streptomisin, atau polimiksin-B.
 Perhatian Khusus
o Kehamilan
 Bukan kontraindikasi
o Menyusui
o Sedang dalam terapi antibiotic
o Diare ringan
o MMR
 Kontraindikasi
 Reaksi anafilaksis terhadap vaksin, sehingga kontra indikasi pemberian vaksin
berikutnya.
 Sakit sedang atau berat, dengan atau tanpa demam
 Reaksi anafilaksis terhadap neomisin atau gelatin.
 Kehamilan
 imunodefisiensi
 Perhatian Khusus
 Baru dapat mendapat transfuse darah
 Trombositopenia
 Riwayat purpura trombositopenia
 Bukan kontraindikasi
 TB atau uji tuberculin positif
 Uji tuberculin bersama vaksinasi
 Menyusui
 Kehamilan ibu
 Imunodefisiensi dalam keluarga
 Infeksi HIV tanpa imunosupresi berat
 Alergi telur
o HiB
 Kontraindikasi
 -
 Perhatian Khusus
 -
o Hepatitis B
 Imunisasi ulangan pada usia 5 tahun
 Kontraindikasi
 Reaksi anafilaksis terhadap ragi
 Bukan kontraindikasi
 Kehamilan
o Campak
 Wajib diberikan dalam 1 dosis 0.5 ml secara subkutan dalam, pada umur 9 bulan.
 Selain itu diberikan imunisasi campak kesempatan kedua pada umur 6-59 bulan
dan SD kelas 1-6
o BCG
 Diberikan pada umur sebelum 3 bulan. Namun depkes menganjurkan pemberian
pada usia 0-12 bulan.
 Dosis : bayi <1 tahun = 0.05 ml, anak >1tahun = 0.1 ml, secara intrakutan di
daerah lengan kanan atas pada insersio M. deltoideus. Tujuannya karena :
penyuntikan secara intraderma di daerah deltoid lebih mudah dilakukan (jaringan
subkutis tipis), ulkus yang terbentuk tidak mengganggu struktur otot setempat, dan
sebagai tanda baku untuk keperluan diagnosis.
 Vaksin ini tidak dapat mencegah TBC namun dapat mencegah komplikasinya.
 Vaksin ini tidak dianjurkan pada penderita imunokompromais (leukemia, anak
dengan pengobatan steroid jangka panjang, dan penderita HIV) karena merupakan
vaksin hidup.
 Apabila BCG diberika pada usia >3bulan, sebaiknya dilakukan uji tuberculin. Jika
hasil negative maka harus diberikan.
o Varisella
 Kontraindikasi
 Reaksi anafilaksis terhadap neomisin atau gelatin
 Kehamilan
 Infeksi HIV
 Imunodefisiensi
 Perhatian Khusus
 Baru mendapat immunoglobulin (dalam 5 bulan)
 Riwayat imunodefisiensi dalam keluarga
 Bukan kontraindikasi
 Imunodefisiensi penghuni serumah
 Infeksi HIV penghuni serumah
 Kehamilan
 Hal PENTING yang harus dilakukan SEBELUM dan SESUDAH Imunisasi
Diberitahukan kepada orangtua agar memberikan antipiretik parasetamol 15mg/bb
kepada bayi/anak 30 menit sebelum melakukan imunisasi. Bertujuan agar mengurangi
ketidaknyamanan pasca imunisasi. Kemudian dilanjutkan setiap 3-4 jam sesuai
kebutuhan, maksimal 6 kali dalam 24 jam.
 Reaksi KIPI
Reaksi umumnya ringan, mudah diatasi, dan akan hilang dalam 1-2 hari. Ditempat
suntikan terkadang timbul kemerahan, pembengkakan, gatal, nyeri selama 1-2 hari.
Kompres hangat akan mengurangi keadaan tersebut
o BCG
Dalam 2-6 minggu pasca imunisasi BCG dapat timbul bisul kecil (papul) yang
semakin membesar dan dapat terjadi ulserasi dalm waktu 2-4 bulan, kemudian
menyembuh secara perlahan dengan menimbulkan jaringan parut tanpa pengobatan
khusus. Bila ulkus mengeluarkan cairan dapat mengompres dengan menggunakan
cairan antiseptic. Bila cairan bertambah banyak atau koreng semakin membesar harus
segera dibawa ke dokter.
o Hepatitis B
Dapat timbul demam yang tidak tinggi, pada tempat suntikan timbul kemerahan,
pembengkakan, nyeri, rasa mual, dan nyeri sendi. Dianjurkan untuk memberikan
minum lebih banyak. Jika demam dapat menggunakan pakaian tipis. Bekas suntikan
yang nyeri ndapat dikompres dengan menggunakan air dingin. Jika demam berikan
parasetamol 15mg/bb setiap 3-4 jam bila diperlukan, maksimal 6 kali dalam 24 jam,
boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat.
o DPT
Reaksi yang terjadi demam tinggi, rewel, ditempat suntikan timbul kemerahan, nyeri,
dan pembengkakan yang akan hilang ndalam 2 hari. Dianjurkan untuk memberikan
minum lebih banyak. Jika demam dapat menggunakan pakaian tipis. Bekas suntikan
yang nyeri ndapat dikompres dengan menggunakan air dingin. Jika demam berikan
parasetamol 15mg/bb setiap 3-4 jam bila diperlukan, maksimal 6 kali dalam 24 jam,
boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat.
o DT
Reaksinya berupa kemerahan, bengkak, dan nyeri pada bekas suntikan. Bekas
suntikan yang nyeri dapat dikompres dengan air dingin.
o Polio Oral
Sangat jarang terjadi reaksi paska pemberian imunisasi polio oral.
o Campak dan MMR
Reaksinya berupa rasa tidak nyaman dibekas suntikan. Kemudian 5-12 hari akan
timbul demam tidak tinggi, erupsi kulit kemerahan halus yang tidak menular, dan
pilek yang akan hilang kurang dalam waktu 48 jam. 3 minggu pasca imunisasi MMR
aka nada pembengkakan kelenjar getah bening kepala. Dianjurkan untuk memberikan
minum lebih banyak. Jika demam dapat menggunakan pakaian tipis. Bekas suntikan
yang nyeri ndapat dikompres dengan menggunakan air dingin. Jika demam berikan
parasetamol 15mg/bb setiap 3-4 jam bila diperlukan, maksimal 6 kali dalam 24 jam,
boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat.
 Status Imunisasi tidak diketahui atau meragukan
o BCG
 Umur < 12 bulan, boleh diberikan kapan saja
 Umur > 12 bulan imunisasi kapan saja, namun sebaiknya dilakukan uji tuberculin
terlebih dahulu . apabila hasil negative maka berikan BCG dengan dosis 0.1 ml
intrakutan.
o DPT
 Bila terlambat jangan mengulang pemberiannya dari awal tetapi lanjutkan dan
lengkapi imunisasi seperti jadwal, tidak perduli berapa pun jarak waktu/interval
keterlambatan dari pemberian sebelumnya
 Bila belum pernah imunisasi dasar pada usia < 12 bulan, imunisasi diberikan
sesuai imunisasi dasar, baik jumlah maupun intervalnya.
o Polio oral
 Bila terlambat jangan mengulang pemberiannya dari awal tetapi lanjutkan dan
lengkapi imunisasi seperti jadwal, tidak perduli berapa pun jarak waktu/interval
keterlambatan dari pemberian sebelumnya
o Campak
 Pada umur 9-12 bulan, berikan kapan saja saat bertemu.
 Bila umur anak >= 1 tahun berikan MMR
 Bila booster belum didapat setelah umur 6 tahun, maka vaksin campak/MMR
diberikan kapan saja saat bertemu melengkapi jadwal.
o rHepatitis B
 Bila terlambat jangan memberikan dari awal, tetapi lanjutkan dan lengkapi
imunisasi seperti jadwal, tidak peduli berapapun jarak waktu/interval dari
pemberian sebelumnya.
 Anaka dan remaja yang belum pernah imunisasi hepatitis B pada masa bayi, bisa
mendapat serial imunisasi hepatitis B kapan saja saat berkunjung.
 Imunisasi pada anak yang sakit :
o Anak dengan sakit ringan : imunisasi seperti biasa
o Anak dengan demam : imunisasi seperti biasa, semua vaksin dapat masuk kecuali
DPT.
o Anak yang sakit berat sehingga masuk rumah sakit atau anak yang demam tinggi :
imunisasi seperti biasa bila memungkinkan
o Anak malnutrisi : HARUS DIIMUNISASI. Karena walaupun malnutrisi tapi dapat
menghasilkan respon imun yang baik.

Anda mungkin juga menyukai