Anda di halaman 1dari 8

Setelah saudara memahami proses terjadinya pembungaan dan pembuahan, khususnya pada

tanaman buah tahunan, selanjutnya pada pertemuan kali ini saudara bisa lanjut mempelajari hand
out dibawah ini yang akan menguraikan bagaimana proses kita mampu mengatur tanaman sesuai
kebutuhan kita dalam ber agribisnis buah tahunan yang umumnya berbuahnya di alam berdasar
musim buah, sesuai kondisi iklim pada masing-masing daerah. Baca dengan seksama (berulang
kali), fahami maknanya (pilah-pilah istilah baru yang ada, catat/hafalkan dan maknai artinya) dan
pelajari prosesnya. Semoga bermanfaat menambah ilmu.

PRODUKSI BUAH-BUAHAN TROPIKA DI LUAR MUSIM


1. Pengertian dan Dasar Pemikiran.
Produksi buah diluar musim (off season) merupakan pengaturan pembuahan dengan tujuan untuk
mendapatkan buah diluar musim panen atau di luar masa berbuah normal (on season) melalui
perentangan periode pembuahan, yaitu mempercepat awal musim atau memerlambat akhir
musim buah. Hal ini dilakukan dengan mengatur waktu mulainya berbunga sedemikian rupa agar
tidak semua pohon berbuah pada saat yang sama, sehingga keseimbangan penawaran dengan
permintaan untuk buah yang bersangkutan dapat terjadi dalam rentang waktu yang lebih panjang.
Upaya untuk menghasilkan satu jenis buah tertentu sepanjang tahun di satu lokasi kebun
memang masih sangat sulit dicapai. Saat ini praktik pembuahan di luar musim masih terbatas
pada usaha memajukan atau memundurkan masa berbuah dalam selang waktu tidak lebih dari
sebulan sampai 3 bulan dari masa berbuah normal. Namun tidak menutup kemungkinan bahwa
dengan semakin majunya teknologi budidaya dan intensifnya penelitian tentang teknologi
produksi buah diluar musim, hal tersebut pada saatnya akan terwujud, bahkan mungkin bisa
melakukan panen buah sepanjang tahun dalam satu lokasi kebun.
Pengembangan teknologi industri diluar musim itu penting karena di Indonesia sebagian besar
buah dipanen secara musiman. Pada saat musim panen, umumnya berlangsung singkat sekitar 2-
3 bulan, ketersediaan buah melimpah. Sebaliknya pada saat tidak musim, buah tidak tersedia
dipasaran. Keadaan seperti itu menyebabkan fluktuasi harga sangat tajam. Penerapan teknologi
produksi diluar musim, yaitu mempercepat awal dan memperlambat akhir musim buah, maka
perentangan periode panen menjadi lebih panjang sehinga fluktuasi harga menjadi tidak terlalu
tinggi. Permintaan pasar dunia untuk buah tropika seperti manggis, mangga, dan yang lain
sangat tinggi. Peluang tersebut harus dimanfaatkan dengan baik karena potensi Indonesia
memang sangat besar. Namun sifat musiman merupakan kendala serius dalam memenuhi
kontinuitas ketersediaan. Dalam dunia perdagangan, kontinuitas pasokan merupakan syarat
penting yang harus diperhatikan dalam rangka memelihara dan merebut pangsa pasar. Produk
segar buah-buahan tidak tahan lama (perishable). Karena itu penen musiman dengan puncak
produksi pendek merupakan kendala tersendiri dalam agribisnis buah-buahan. Ekspor bisa saja
dalam bentuk buah awetan atau bahan olahan dan beku, tetapi teknologi untuk kebutuhan itu
juga belum berkembang dengan baik di negara kita.
Penerapan teknologi produksi di luar musim dapat digunakan untuk mengatasi sifat alternate
bearing atau biannual bearing pada pohon buah-buahan. Alternate bearing adalah suatu
fenomena dimana kultivar tertentu berbuah banyak pada suatu tahun kemudian pada tahun
berikutnya tidak berbuah atau hanya berbuah sedikit. Tahun pada saat berbuah banyak disebut on
year dan saat pohon tidak berbuah disebut off year. Terjadinya alternate bearing diduga
disebabkan oleh tiga faktor. Pertama, adanya produksi hormon giberelin yang tinggi pada saat
off year. Kedua, tingginya kompetisi dalam memperoleh karbohidrat antara buah dengan tunas
bunga yang menyebabkan gugurnya tunas bunga (flower bud abscision). Ketiga ada kaitannya
dengan sedikitnya pertumbuhan vegetatif setelah tanaman berbuah lebat, dimana secara tidak
langsung akan menurunkan produksi bunganya.

2. Teknik dan Praktik Budidaya untuk Mengatur Pembungaan dan Pembuahan Buahbuahan
Tropika di Luar Musim.
Titik kritis proses pembungaan terletak pada tahap induksi bunga, yaitu saat terjadi transisi dari
fase vegetatif ke fase reproduktif. Pengaturan pembungaan sangat mungkin dilakukan bilamana
mengacu pada dua teori universal tentang pembungaan seperti yang dikemukaan oleh Bernier, et
al., (1985) yaitu: 1. inisiasi bunga pada tanaman tidak akan terjadi kecuali bila dirangsang
(diinduksi), 2. tanaman yang berada pada kondisi yang kurang sesuai untuk pembungaan
menghasilkan satu atau beberapa zat penghambat pembungaan dan inisiasi bunga akan terjadi
bila produksi zat tersebut dicegah. Berdasarkan teori tersebut, pengaturan pembungaan pohon
buah-buahan dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain dengan stress air, mengatur suhu
udara dan tanah, pemberian nutrisi, aplikasi teknik ringing/girdling dan strangulasi, dan
pemberian zat pengatur tumbuh.
2.1 Strees Air. Salah satu faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap pemunculan
bunga pada pohon buah-buahan tropika adalah curah hujan. Di Indonesia pada umumnya induksi
bunga pada pohon buah-buahan terjadi secara alamiah pada musim kemarau, karena mengalami
stress air dan bunga muncul menjelang musim hujan. Kondisi kering memacu pertumbuhan
generatif tanaman, sedangkan kondisi basah menyebabkan pertumbuhan lebih mengarah ke
vegetatif. Agar bunga dan buah muncul, pertumbuhan vegetatif perlu ditekan dengan mengatur
pemberian air. Penelitian berdasarkan pengaruh alami dari adanya periode kering terhadap
pembungaan, dan hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa stres air dapat mempercepat
induksi bunga. Beberapa perubahan yang terjadi selama induksi bunga akibat stres air adalah
terjadinya hidrolisis pati menjadi gula sederhana sebagai sumber energi untuk pembentukan
calon mata tunas generatif. Terjadinya hidrolisis protein asam amino seperti prolin, triptopan
dan phenilalanin yang diperkirakan berperan dalam induksi bunga. Terjadi penurunan sintesis
protein atau aktivias hormon giberelin sehingga merangsang induksi bunga.
Pengaruh stres air tidak langsung menyebabkan tanaman berbunga, tetapi menyebabkan
terjadinya induksi bunga atau transisi dari fase vegetatif ke reproduktif. Agar primordia bunga
dapat berkembang dan tumbuh menghasilkan bunga sempurna, tanaman memerlukan lingkungan
yang sesuai untuk pertumbuhannya. Stres air dapat menginduksi pembungaan karena adanya
perubahan perimbangan produksi hormon giberelin, sitokinin, dan ABA serta meningkatkan
nisbah karbon dan nitrogen (C/N rasio) pada pucuk. Stres air menyebabkan produksi hormon
giberelin dan sitokinin menurun, sebaliknya kandungan ABA menigkat. Partisi asimilat pada
tanaman yang diberi stress air juga berperan penting dalam induksi pembungaan. Tanaman
dalam keadaan stres air terjadi alokasi asimilat dengan proporsi yang lebih besar untuk memulai
pertumbuhan organ reproduktif. Pada jeruk perlakuan stres air cukup untuk mendorong
terjadinya induksi pembungaan. Bunga sudah terinduksi 2 mingu setelah perlakuan stres air,
tetapi pertumbuhan bunga yang cepat dan pekembang tunas bunga aksilar baru terjadi setelah
pengairan kembali (re-watering)
Peluang keberhasilan panen diluar musim dengan manipulasi stes air menjadi lebih besar kalau
kondisi lingkungan mendukung perlakuan yang diberikan. Kondisi yang dimaksud adalah selama
periode manipulasi stres air berlangsung, tanaman tidak digangu oleh turunnya hujan dengan
maksud agar tanaman mendapat periode kering yang cukup sehingga meminimalisasi resiko
kegagalan. Di wilayah Indonesia bagian barat yang umumnya beriklim basah dengan curah
hujan cukup banyak, aplikasi teknik manipulasi stres air berbeda dengan wilayah Indonesia
bagian timur yang curah hujannya lebih sedikit. Didaerah iklim kering tanaman sulit tumbuh,
dibutuhkan air irigasi untuk menghasilkan pertumbuhan dan perkembangan yang optimal.
Pemberian air dapat diatur dengan teknik mikroirigasi seperti sistem irigasi tetes (drip irigation)
dan irigasi curah (sprinkle irrigation) sehingga resiko gagalnya pembungaan dan pembuahan
diluar musim akibat turunya hujan sangat kecil. Didaerah basah, agar bunga dan buah muncul,
pertumbuhan vegetatif dihambat. Saluran drainase diatur dengan membuat parit-parit agar air
dapat dijauhkan dari pohon. Teknik tersebut perlu dikombinasikan dengan teknik budidaya yang
lain seperti pemangkasan tunas dan pemangkasan akar
agar seluruh asimilat yang terbentuk dari proses fotosintesis dapat dialokasikan untuk
menginisiasi pembentukan bunga dan buah
Manipulasi pembungaan diluar musim dengan stres air juga bisa dilakukan dimusim hujan. Hal
itu tergambar dari hasil percobaan Pusat Kajian Buah-buahan Tropika IPB pada tanaman jeruk di
Purwerejo (Poerwanto, 2003). Manipulasi stres air pada musim hujan dilakukan dengan
membuat parit drainase sekeliling tanaman dan lahan di bawah tajuk ditutup dengan mulsa
plastik hitam perak. Mulsa tersebut dibuka 2 bulan setelah perlakuan. Hasil yang diperoleh,
tanaman yang mendapat perlakuan segera berbunga sedangkan tanaman kontrol tetap tidak
berbunga. Tanaman yang diberi perlakuan tadi menghasilkan 52 tunas bunga dan 48 tunas
vegetatif, sedangkan tanaman kontrol hanya menghasilkan 0,25 tunas bunga dan 58 tunas
vegetatif.
2.2 Ringing/Girdling dan Strangulasi. Ringing atau girdling adalah pembuangan kulit kayu
dengan menguliti atau membuat pelukaan melingkar pada kulit pohon atau cabang yang akan
diinduksi pembungaannya sehingga menyerupai cincin selebar 2-5mm, tergantung jenis tanaman
dan besar pohon. Strangulasi adalah melilit batang atau cabang dengan kawat. Diameter kawat
yang digunakan sesuai dengan tebal kulit pohon buah yang akan diinduksi pembungaannya.
Perlakuan ringing dan strangulasi dapat menginduksi pembungaan terkait dengan terhambatnya
translokasi fotosintat dari tajuk keakar untuk sementara waktu sehingga terjadi penumpukan
karbohidrat pada bagian tajuk tanaman. Disisi lain terhambatnya translokasi karbohidrat ke akar
menyebabkan akar kekurangan fotosintat (hungry root) dan respirasi akar menurun sehingga
mengganggu aktivitas akar dalam hal absorbsi air (tanaman mengalami stres air) dan absorbsi
mineral. Berkurangnya absorsi hara terutama nitrogen akan meningkatkan nisbah C/N pada
pucuk. Disamping itu akar yang mengalami kekurangan fotosintat mengganggu sintesa hormon,
diantaranya giberelin. Stres air, penurunan giberelin dan peningkatan C/N pada pucuk dapat
menginduksi pembungaan. Kandungan giberelin yang rendah dapat menyebabkan tanaman
berbunga.
Hasil penelitian menunjukan bahwa perlakuan penghambatan translokasi karbohidrat kebagian
bawah tanaman seperti ringing dan strangulasi mampu meningkatkan akumulasi karbohidrat di
bagian atas tanaman sehingga merangsang pembungaan. Secara umum dari hasil-hasil penelitian
yang ada menunjukan bahwa ringing menghambat pertumbuhan vegetatif, merangsang dan
mempercepat pembentukan tunas bunga serta meningkatkan akumulasi pati pada daun.
Keberhasilan strangulasi dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain waktu/saat dilakukan
strangulasi, kondisi tanaman, prosedur dan teknik strangulasi seperti lama waktu strangulasi
dibiarkan, kedalaman strangulasi, posisi strangulasi (pada batang atau cabang), dan kondisi iklim
pada saat stragulasi dilakukan. Keberhasilan ringing, disamping dipengaruhi oleh waktu/saat
dilakukan ringing, kondisi tanaman, dan prosedur atau teknik ringing, hal terpenting yang harus
dipertimbangkan adalah lebar ringing. Menurut Goren & Monselise (1971) ringing pada jeruk
hanya baik dilakukan pada tanaman sehat, karena periode waktu yang diperlukan untuk
membentuk jembatan kalus baru untuk menghubungkan kembali daerah luka yang di-ringing
cukup lama, yaitu selama setahun. Menghindari efek merusak dari perlakuan ringing dan
strangulasi, perlakuan sebaiknya dilaksanakan sebelum musim kemarau saat kambium lateral
aktif membelah dan kulit mudah dihilangkan.
2.3 Penggunaan Zat Pengatur Tumbuh. Penggunaan zat pengatur tumbuh merupakan salah satu
cara yang paling memungkinkan untuk mengatur pembungaan. Terdapat banyak hasil penelitian
menunjukan bahwa pemakaian hormon eksogen ini mampu merangsang pembungaan. Jenis zat
pengatur tumbuh yang paling sering digunakan untuk memacu pembungaan pada tanaman
buahbuahan adalah paklobutrazol. Paklobutrazol merupakan zat pengahambat tumbuh (growth
retardant), bersifat menghambat biosintesis giberelin yang sudah banyak dibuktikan sangat
efektif menurunkan pertumbuhan vegetatif tanaman sehingga penggunaan zat tersebut dapat
merangsang terjadinya pembungaan. Zat penghambat tumbuh adalah suatu senyawa organik
yang mampu menghambat pemanjangan batang, meningkatkan warna hijau daun secara tidak
langsung mempengaruhi pembungaan, mengahambat pembelahan dan pembesaran sel pada
meristem sub-apikal, tanpa
menyebabkan pertumbuhan yang abnormal. Zat penghambat tumbuh berfungsi menurunkan
aktivitas enzim proteolitik sehingga degradasi protein menjadi terhambat, menekan laju respirasi
tetapi meningkatkan RNA, protein, sukrosa, pati dan klorofil yang semuanya menunjang
terjadinya pembungaan.
Paklobutrazol dengan rumus empiris C15H20CIN3O menghambat biosintesis giberelin pada
oksidasi entkaurena untuk menjadi asam ent-kaurenoid (Sponsel, 1995). Selain paklobutrazol,
ada beberapa jenis zat penghambat tumbuh yang diketahui dapat menghambat biositesis
giberelin seperti ancimidol, uniconazol, AMO-1618 dan cyclocel. Mehouachi, et al., (1996)
mendapatkan bahwa giberelin menstimulasi pertumbuhan dan meningkatkan suplai karbon di
pucuk, tetapi sebaliknya paklobutrazol menghambat pertumbuhan dan meningkatkan jumlah gula
tersimpan di pucuk. Disamping giberelin, zat pengatur tumbuh sitokinin juga berperan penting
dalam pembungaan. Periode kering merangsang ujung akar mengalirkan sitokinin kepucuk yang
terinduksi sehingga terjadi peningkatan konsentrasi sitokinin pada tahap diferensiasi. Arteca
(1996) melaporkan bahwa pada tanaman Pharbitis nil, sitokonin berpengaruh secara tidak
langsung dalam mendorong pembungaan dengan meningkatkan translokasi asimilat dari daun ke
pucuk yang terinduksi.
Paklobutrazol dapat diserap oleh tanaman melalui daun, batang, dan akar yang selanjutnya
dialokasikan secara akropetal melalui xylem kebagian tanaman yang lain. Menurut Weaver
(1972), paklobutrazol menghambat produksi giberelin pada meristem sub-apikal kemudian
menyebabkan penurunan laju pembelahan sel sehingga menghambat pertumbuhan vegetatif dan
secara tidak langsung akan mengalihkan asimilat ke pertumbuhan reproduktif yang dibutuhkan
untuk membentuk bunga, buah dan perkembangan buah. Paklobutrazol dapat diaplikasi pada
tanaman melalui dua cara, yaitu dengan penyemprotan melalui daun (foliar spray) dan melalui
tanah (soil drenching). Aplikasi lewat tanah lebih efektif dibanding lewat daun dan pengaruhnya
dapat bertahan lebih lama. Efek lain dari aplikasi paklobutrazol dapat meningkatkan kandungan
karbohidrat dalam jaringan kayu, akan tetapi secara tidak langsung dapat meningkatkan
biosintesis ABA yang menyebabkan terjadinya dormansi tunas (Lang, 1994), sehingga aplikasi
paklobutrazol dengan maksud menstimulasi pembungaan perlu dikombinasikan dengan
pemberian zat pemecah dormansi. Tanaman yang dorman tidak dapat menginisiasi bunga
walaupun tunas bunganya terinduksi, untuk mengatasi hal tersebut, tanaman yang sudah
terinduksi harus diberi zat pemecah dormansi sehingga dapat mempercepat munculnya tunas
bunga.
Kalium Nitrat (KON3) juga dapat digunakan untuk merangsang produksi buah di luar musim.
Keberhasilan penggunaan kalium Nitrat dalam memproduksi buah diluar musim telah dilaporkan
oleh Efendi (1994) pada mangga. Etepon (asam 2-kloroetil fosfonat) adalah salah satu zat
pengatur tumbuh sintesis yng dikenal dengan nama dagang ethrel. Zat tersebut larut dalam air,
membentuk senyawa etilen, ion klor dan fosfat dalam larutan, juga dalam jaringan tanaman.
Proses pembentukan etilen tersebut adalah hasil degradasi atau dekomposisi etepon melalui
reaksi hidrolisis pada pH netral (Moore 1979). Etilen adalah zat pengatur tumbuh endogen atau
eksogen yang dapat menimbulkan berbagai respons fisiologis dan morfologis tanaman, antara
lain mendorong pemecahan dormansi tunas, menghambat pembentukan buah, pembentukan
umbi, inisiasi akar, penuaan, mengontrol ekspresi seks tanaman, merangsang eksudasi
(pengeluran getah) dan menghambat perluasan daun (Moore, 1979). Etilen dapat memecahkan
dormansi karena dapat meningkatkan sintesis enzim amilase, selulase, PEP karboksilase dan
mengiduksi sintesis mRNA (Salisbury dan Ross, 1992). Peningkatan sintesis enzim amilase dan
selulase menyebabkan gula pentosa meningkat, sedangkan peningkatan enzim, PEP karboksilase
menyebabkan glikolisis meningkat sehingga glukosa dan RNA juga meningkat.
2.4 Pemangkasan. Pemangkasan merupakan praktik budidaya hortikultura tradisional yang dapat
digunakan untuk merangsang pembungaan. Pemangkasan untuk merangsang pembungaan
dilakukan dengan penjarangan cabang atau ranting agar sinar matahari dapat masuk secara
merata mengenai seluruh bagian tajuk/kanopi tanaman. Daun yang ternaungi (shaded) atau
tumpang tindih (overlap) antara yang satu dengan yang lain merupakan daun “parasit” sehingga
daun tersebut tidak berfungsi sebagai penghasil fotosintat, malah mengambil fotosintat dari
daun-daun yang mendapatkan cahaya matahari. Membuang cabang atau ranting yang tidak
bermanfaat akan merangsang terjadinya transisi dari pertumbuhan vegetatif ke reproduktif,
sekaligus dapat mengendalikan pertumbuhan tanaman yang berlebihan dan mendukung
kontinuitas produksi. Pada prinsipnya pemangkasan untuk merangsang pembungaan akan
berhasil apabila pemangkasan yang dilakukan dapat meningkatkan akumulasi fotosintat pada
tajuk tanaman sehingga nisbah C/N meningkat. Tinggi rendahnya hasil fotosintesis dan
akumulasi fotosintat ditentukan oleh kapasitas sumber (source strenght) dan kapasitas sink (sink
strenght). Sumber pada umumnya adalah daun, merupakan organ tanaman yang mampu
mengekspor sebagian fotosintat yng dihasilkan.
Sink adalah organ tanaman yang memakai dan/atau menampung hasil fotosintat, misalnya tunas
baru, akar, bunga, buah dan daun yang ternaungi. Kapasitas sumber meliputi dua aspek yaitu:
aspek kuantitatif (source size) berkaitan dengan banyak sumber, ditunjukan oleh jumlah daun
atau luas daun aspek kualitatif (source activity), berkaitan dengan mutu sumber, yaitu kecepatan
berfotosintesis per satuan waktu per satuan luas daun. Kapasitas sink juga terdri dari dua aspek
yaitu: aspek kuantitaif (sink size) berkaitan dengan kemampuan ruang tersedia untuk
menampung aspek kualitatif (sink activity) berkaitan dengan kecepatan sink untuk menampung
hasil fotosintesis per satuan waktu. Pemangkasan cabang, ranting dan daun ternaungi di satu sisi
mengurangi source size sekaligus sink size tetapi di sisi lain menigkatkan source activity,
sehingga pada akhirnya meningkatkan akumulasi fotosintat yang terbentuk. Akumulasi fotosintat
ini dapat digunakan sebagai sumber energi untuk merangsang pembungaan.
Pemangkasan akar : prinsipnya mengurangi aktifitas akar (stresing akar), untuk mengendalikan
C/N ratio.
2.5 Pemupukan. Ada tiga unsur hara esensial utama bagi tanaman yaitu nitrogen, fosfor dan
kalium. Tanaman yang kekurangan unsur hara tersebut akan mengalami hambatan pertumbuhan
dan produksi, baik kuantitas, kualitas maupun kontinuitas. Pengamatan bahwa pohon yang
vegetatifnya vigor dan memproduksi bunga sedikit mendorong Kraus dan Kraybill (1918)
meneliti peran nitrogen dalam pembentukan bunga pada tomat. Ditemukan bahwa tomat
berbunga berhubungan dengan karbohidrat/nitrogen (nisbah C/N) yang tinggi. Ryugo (1988)
membuat model hubungan antar karbohidrat dan nitrogen pada pohon apel. Pohon apel termasuk
kelas I jika karbohidrat kurang, vegetatif lemah, nitrogen cukup, dan tidak terbentuk bunga; kelas
II jika karbohidrat agak kurang, vegetatif agak vigor karena pemupukan nitrogen, tidak
berbunga. Kelas III jika karbohidrat cukup, nitrogen cukup, pohon memproduksi bunga banyak
dan membentuk buah; Kelas IV jika pohon kekurangan nitrogen, memproduksi bunga sedikit
dan jarang membentuk buah. Berdasarkan model yang dikembangkan oleh Ryugo (1988)
tersebut, pohon buah-buahan dapat diatur pembungaannya dengan mengatur pemupukan
nitrogen secara tepat.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Produksi Buah di Luar Musim. Dua hal
penting dalam mengatur pembungaan diluar musim. Pertama, identifikasi terhadap faktor-faktor
yang mempengaruhi keberhasilan penerapan teknik atau metode yang digunakan. Kedua,
menghindari efek buruk yang ditimbulkan oleh perlakuan pembuahan di luar musim.
Kesesuaian iklim merupakan syarat mutlak bagi optimalnya pertumbuhan dan produksi tanaman.
Secara teori tanaman dapat berhasil baik bila tanaman sudah melampaui masa juvenil serta
kondisi pertumbuhannya sehat dan vigor sehingga dapat optimal menerima perlakuan. Kondisi
tanaman yang sehat dan vigor diperoleh apabila tanaman mendapatkan linkungan tumbuh yang
sesuai dan pemeliharaan kebun dilakukan secara benar. Masalahnya, kebun buah-buahan di
Indonesia merupakan kebun rakyat yang secara umum tidak mendapat pemeliharaan secara
memadai, dicampur dengan tanaman lain di perkarangan rumah dengan jarak tanam tidak teratur
yang sangat tergantung pada kondisi alam. Kondisi tersebut dapat dipastikan pertumbuhannya
kurang optimal. Syarat terpenting bagi tanaman agar penerapan teknologi pembuahan di luar
musim dapat berhasil dengan memuaskan adalah kondisi tanaman harus sehat dan vigor sehingga
secara metabolis dan fisiologis mendukung terjadinya perubahan atau transisi dari pertumbuhan
pucuk vegetatif ke pucuk reproduktif.
Mommy said :Semua jenis perlakuan yang bertujuan untuk memproduksi buah diluar musim
bersifat menginduksi terjadinya stress atau penghambatan pertumbuhan vegetative, tetapi stres
yang berlebihan mengakibatkan kondisi pohon setelah diperlakukan akan memburuk. Tanda-
tanda memburuknya pertumbuhan pohon (pada manggis) yang diberi perlakuan pembuahan di
luar musim dengan paklubutrazol secara visual terlihat dari memendeknya ruas tunas baru, hal
ini tidak dikehendaki karena mempengaruhi vigor, padahal syarat pohon untuk berbuah adalah
vigor yang bagus, sehingga hasil fotosintat dapat memenuhi proses fisiologi tanaman. Maka
keberhasilan membuat tanaman berbuah di luar musim perlu di tindak lanjuti dengan upaya
mempertahankan kondisi pohon agar setelah diberi perlakuan pembungaan diluar musim tetap
vigor. Persyaratan teknis seperti cara, dosis, waktu yang tepat dalam menerapkan teknik
merangsang pembungaan juga harus diperhatikan dengan sebaik-baiknya. Kesalahan kecil saja,
disamping mengakibatkan gagalnya program pembungaan dan pembuahan, juga dapat merusak
pertumbuhan tanaman setelah diberi perlakuaan

Anda mungkin juga menyukai