Makalah Kelompok 4 Teknologi Sediaan Steril (Infus)
Makalah Kelompok 4 Teknologi Sediaan Steril (Infus)
OLEH :
KELOMPOK 4
KELAS : D-III/3A
DOSEN PENGAMPU :
Apt, FERDY FIRMANSYAH, M.Sc
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................1
1.3 TujuanPenulisan...................................................................................2
BAB II ISI.................................................................................................4
2.7 Jurnal..................................................................................................21
3.1 Kesimpulan....................................................................................31
3.2 Saran..............................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA...……….....……………………………………..32
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
cara parentral (intravena). Nutrisi parenteral tidak menggantikan fungsi
alamiah usus, karena itu hanya merupakan jalan pintas sementara sampai
usus berfungsi normal kembali (Ramli, 2009).
2
1.3 Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui Apa Pengertian dari terapi cairan/infus
Untuk mengetahui Apa Tujuan pemberian terapi cairan/infus
Untuk mengetahui Apa saja Macam-macam cairan infus
Untuk mengetahui nBagaimana Komposisi cairan infus
Untuk mengetahui Bagaimana indikasi dan kapan penggunaan cairan infus
Bagaimana Cara pemakaian infu
Untuk mengetahui Bagaimana Jurnal yang membahasan cara pembuatan
infus
1.4 manfat
dapat mengetahui Apa Pengertian dari terapi cairan/infus
Dapat mengetahui Apa Tujuan pemberian terapi cairan/infus
Dapat mengetahui Apa saja Macam-macam cairan infus
Dapat mengetahui nBagaimana Komposisi cairan infus
Dapat mengetahui Bagaimana indikasi dan kapan penggunaan cairan infus
Dapat mengetahui Bagaimana Cara pemakaian infu
Dapat mengetahui Bagaimana Jurnal yang membahasan cara pembuatan
infus
3
BAB II
ISI
2.1 PENGERTIAN
Terapi intravena digunakan untuk mengobati berbagai kondisi
pasien. Infus intravenous adalah sediaan steril berupa larutan atau emulsi,
bebas pirogen dan sedapat mungkin dibuat isotonis terhadap darah,
disuntikkan langsung ke dalam vena dalam volume relatif banyak. Infus
cairan intravena (intravenous fluids infusion) merupakan pemberian
sejumlah cairan ke dalam tubuh, melalui sebuah jarum, ke dalam pembuluh
vena (pembuluh balik) untuk menggantikan kehilangan cairan atau zat-zat
makanan dari tubuh.
4
Pengantian parenteral meliputi pemberian nutrisi parenteral total (NPT),
terapi cairan dan elektrolit inter vena serta pergantian darah.
5
Memperbaiki keseimbangan asam-basa
Memperbaiki volume komponen-komponen darah
Memberikan jalan masuk untuk pemberian obat-obatan kedalam tubuh
Memonitor tekanan vena sentral (CVP)
Memberikan nutrisi pada saat system pencernaan diistirahatkan
2.3 Macam-Macam Cairan Infus
Saat ini jenis cairan untuk terapi parenteral sudah tersedia banyak sekali
dipasaran. Kondisi orang sakit membutuhkan cairan yang berbeda sesuai dengan
penyakitnya. Cairan sebagai terapi seharusnyalah tepat sehingga dicapai efek yang
optimal. Pemberian cairan yang salah bisa memperberat penyakit pasien.
Rancangan cairan disesuaikan dengan kondisi patologis (Darmawan, 2007 dalam
Senja, 2015). Sementara itu Leksana (2010) membagi jenis cairan yang sering
digunakan dalam pemberian terapi intravena berdasarkan kelompoknya adalah
sebagai berikut:
2.3.1 KRISTALOID
A. Cairan Hipotonik
Osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan serum (< 285
mOsmol/L) à cairan “ditarik” dari dalam pembuluh darah keluar ke
jaringan sekitarnya
Digunakan pada keadaan sel “mengalami” dehidrasi, misalnya pada
pasien cuci darah (dialisis) dalam terapi diuretik, juga pada pasien
hiperglikemia (kadar gula darah tinggi) dengan ketoasidosis diabetik.
Komplikasi : kolaps kardiovaskular dan peningkatan tekanan
intracranial
Contoh NaCl 45% dan Dekstrosa 2,5%.
B. Cairan isotonik
osmolaritas (tingkat kepekatan) cairannya mendekati serum (bagian
cair dari komponen darah) = 285 mOsmol/L, sehingga terus berada di
dalam pembuluh darah.
Bermanfaat pada pasien yang mengalami hipovolemi (kekurangan
cairan tubuh, sehingga tekanan darah terus menurun).
6
Memiliki risiko terjadinya overload (kelebihan cairan), khususnya
pada penyakit gagal jantung kongestif dan hipertensi.
Contoh: Ringer-Laktat (RL), dan normal saline / larutan garam
fisiologis (NaCl 0,9%)
C. Cairan Hipertonik
Osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan serum (> 285 mOsmol/L),
sehingga “menarik” cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel ke dalam
pembuluh darah.
Mampu menstabilkan tekanan darah, meningkatkan produksi urin, dan
mengurangi edema (bengkak).
Misalnya Dextrose 5%, NaCl 45% hipertonik, Dextrose 5%+Ringer-
Lactate, Dextrose 5%+NaCl 0,9%, produk darah (darah), dan albumin
2.3.2 Koloid
Cairan dengan berat molekul tinggi (>8000 Dalton), merupakan
larutan yang terdiri dari molekul-molekul besar yang sulit menembus
membran kapiler, digunakan untuk mengganti cairan intravaskuler.
Umumnya pemberian lebih kecil, onsetnya lambat, durasinya lebih panjang,
efek samping lebih banyak, dan lebih mahal.
7
3) Dextran: banyak digunakan untuk operasi atau pengobatan darurat
terhadap shock, untuk meningkatkan volume plasma darah, profilaksis
trombosis, menaikkan volume dan memperbaiki reologikal
1. Mannitol
2. Asering
3. Ka-En 1b
4. Ka-En 3a & Ka-En 3b
5. Ka-En Mg3
6. Ka-En 4a
7. Ka-En 4b
8. Otsu-Ns
9. Martos-10
10. Aminovel-600
11. Pan-Amin G
12. Tutofusin Ops
2.4 Komposisi Cairan Infus,Indikasi Dan Kapan Penggunaan
2.4.1 Cairan Kristaloid
1. Normal Saline
a. Resusitasi
8
intertisial karena gradien osmosis. Plasma expander berguna untuk
mengganti cairan dan elektrolit yang hilang pada intravaskuler.
b. Diare
c. Luka Bakar
9
Cara Kerja Obat :
keunggulan terpenting dari larutan Ringer Laktat adalah komposisi
elektrolit dan konsentrasinya yang sangat serupa dengan yang
dikandung cairan ekstraseluler. Natrium merupakan kation utama
dari plasma darah dan menentukan tekanan osmotik. Klorida
merupakan anion utama di plasma darah. Kalium merupakan
kation terpenting di intraseluler dan berfungsi untuk konduksi saraf
dan otot. Elektrolit-elektrolit ini dibutuhkan untuk menggantikan
kehilangan cairan pada dehidrasi dan syok hipovolemik termasuk
syok perdarahan.
Indikasi : mengembalikan keseimbangan elektrolit pada keadaan
dehidrasi dan syok hipovolemik. Ringer laktat menjadi kurang
disukai karena menyebabkan hiperkloremia dan asidosis
metabolik, karena akan menyebabkan penumpukan asam laktat
yang tinggi akibat metabolisme anaerob.
Kontraindikasi : hipernatremia, kelainan ginjal, kerusakan sel hati,
asidosis laktat.
Adverse Reaction : edema jaringan pada penggunaan volume yang
besar, biasanya paru-paru.
Peringatan dan Perhatian : ”Not for use in the treatment of lactic
acidosis”. Hati-hati pemberian pada penderita edema perifer
pulmoner, heart failure/impaired renal function & pre-eklamsia.
3. Dekstrosa
10
Kontraindikasi : Hiperglikemia.
Adverse Reaction : Injeksi glukosa hipertonik dengan pH rendah
dapat menyebabkan iritasi pada pembuluh darah dan
tromboflebitis.
11
parameter volume kinetik. Studi ini memperlihatkan pemberian RA dapat
mencegah hipotensi arteri yang disebabkan hipovolemia sentral, yang
umum terjadi setelah anestesi umum/spinal.
2.4.2.Cairan Koloid
1. Albumin
Komposisi :
Albumin yang tersedia untuk keperluan klinis adalah protein 69-
kDa yang dimurnikan dari plasma manusia (cotoh: albumin 5%).
Albumin merupakan koloid alami dan lebih menguntungkan karena
: volume yang dibutuhkan lebih kecil, efek koagulopati lebih
rendah, resiko akumulasi di dalam jaringan pada penggunaan
jangka lama yang lebih kecil dibandingkan starches dan resiko
terjadinya anafilaksis lebih kecil.
Indikasi :
a. Pengganti volume plasma atau protein pada keadaan syok
hipovolemia, hipoalbuminemia, atau hipoproteinemia, operasi,
trauma, cardiopulmonary bypass, hiperbilirubinemia, gagal
ginjal akut, pancretitis, mediasinitis, selulitis luas dan luka
bakar.
b. Pengganti volume plasma pada ARDS (Acute Respiratory
Distress Syndrome). Pasien dengan hipoproteinemia dan ARDS
diterapi dengan albumin dan furosemid yang dapat memberikan
12
efek diuresis yang signifikan serta penurunan berat badan
secara bersamaan.
c. Hipoalbuminemia yang merupakan manifestasi dari keadaan
malnutrisi, kebakaran, operasi besar, infeksi (sepsis syok),
berbagai macam kondisi inflamasi, dan ekskresi renal berlebih.
d. Pada spontaneus bacterial peritonitis (SBP) yang merupakan
komplikasi dari sirosis. Sirosis memacu terjadinya
asites/penumpukan cairan yang merupakan media pertumbuhan
yang baik bagi bakteri. Terapi antibiotik adalah pilihan utama,
sedangkan penggunaan albumin pada terapi tersebut dapat
mengurangi resiko renal impairment dan kematian. Adanya
bakteri dalam darah dapat menyebabkan terjadinya multi organ
dysfunction syndrome (MODS), yaitu sindroma kerusakan
organ-organ tubuh yang timbul akibat infeksi langsung dari
bakteri.
Kontraindikasi : gagal jantung, anemia berat.
Produk : Plasbumin 20, Plasbumin 25.
13
Efek samping : HES dapat terakumulasi pada jaringan retikulo
endotelial jika digunakan dalam jangka waktu yang lama, sehingga
dapat menimbulkan pruritus.
Contoh : HAES steril, Expafusin.
3. Dextran
4. Gelatin
14
antikoagulan, Pada sebuah penelitian invitro dengan
tromboelastropgraphy diketahui bahwa gelatin memiliki efek
antikoagulan, namun lebih kecil dibandingkan HES.
Kontraindikasi : haemacel tersusun atas sejumlah besar kalsium,
sehingga harus dihindari pada keadaan hiperkalsemia.
Efek samping : dapat menyebabkan reaksi anafilaksis. Pada
penelitian dengan 20.000 pasien, dilaporkan bahwa gelatin
mempunyai resiko anafilaksis yang tinggi bila dibandingkan
dengan starches.
Contoh : haemacel, gelofusine.
1. MANNITOL
D-Manitol. C6H14O6
Indikasi :
Menurunkan tekanan intrakranial yang tinggi karena edema serebral,
meningkatkan diuresis pada pencegahan dan/atau pengobatan oliguria
yang disebabkan gagal ginjal, menurunkan tekanan intraokular,
meningkatkan ekskresi uriner senyawa toksik, sebagai larutan irigasi
genitouriner pada operasi prostat atau operasi transuretral.
2. ASERING
Indikasi:
Dehidrasi (syok hipovolemik dan asidosis) pada kondisi:
gastroenteritis akut, demam berdarah dengue (DHF), luka bakar, syok
hemoragik, dehidrasi berat, trauma.
Komposisi:
Setiap liter asering mengandung:
1. Na 130 mEq
2. K 4 mEq
3. Cl 109 mEq
4. Ca 3 mEq
5. Asetat (garam) 28 mEq
15
Keunggulan:
1. Asetat dimetabolisme di otot, dan masih dapat ditolelir pada pasien
yang mengalami gangguan hati
2. Pada pemberian sebelum operasi sesar, RA mengatasi asidosis
laktat lebih baik dibanding RL pada neonatus
3. Pada kasus bedah, asetat dapat mempertahankan suhu tubuh
sentral pada anestesi dengan isofluran
4. Mempunyai efek vasodilator
5. Pada kasus stroke akut, penambahan MgSO4 20 % sebanyak 10 ml
pada 1000 ml RA, dapat meningkatkan tonisitas larutan infus
sehingga memperkecil risiko memperburuk edema serebral
3. KA-EN 1B
Indikasi:
1. Sebagai larutan awal bila status elektrolit pasien belum diketahui,
misal pada kasus emergensi (dehidrasi karena asupan oral tidak
memadai, demam)
2. Dosis lazim 500-1000 ml untuk sekali pemberian secara IV.
Kecepatan sebaiknya 300-500 ml/jam (dewasa) dan 50-100 ml/jam
pada anak-anak
3. Bayi prematur atau bayi baru lahir, sebaiknya tidak diberikan lebih
dari 100 ml/jam
Komposisi :
16
4. KA-EN 3A & KA-EN 3B
17
5. Elektrolit (mEq/L) :
a. Na+ 50,
b. K+ 20,
c. Cl- 50,
d. laktat- 20,
e. glukosa 27 g/L.
f. kcal/L. 108
5. KA-EN MG3
Indikasi :
a. Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air
dan elektrolit dengan kandungan kalium cukup untuk mengganti
ekskresi harian, pada keadaan asupan oral terbatas
b. Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)
c. Mensuplai kalium 20 mEq/L
d. Rumatan untuk kasus dimana suplemen NPC dibutuhkan 400
kcal/L
Komposisi :
Indikasi :
18
1. Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak
2. Tanpa kandungan kalium, sehingga dapat diberikan pada pasien
dengan berbagai kadar konsentrasi kalium serum normal
3. Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik
Komposisi (per 1000 ml):
1. Na 30 mEq/L
2. K 0 mEq/L
3. Cl 20 mEq/L
4. Laktat 10 mEq/L
5. Glukosa 40 gr/L
2.5 Cara Pemakaian Infus
Setelah itu dilanjutkan dengan tahap pemasangan infus, yang terdiri dari :
19
8. Perhatikan keluarnya darah melalui jarum ( abocath / surflo ) maka tarik
keluar bagian dalam ( jarum ) sambil meneruskan tusukan ke dalam vena.
9. Setelah jarum infus bagian dalam dilepaskan atau dikeluarkan, tahan
bagian atas vena dengan menekan menggunakan jari tangan agar darah
tidak keluar.
10. Kemudian bagian infus dihubungkan atau disambungkan dengan slang
infuse.
11. Buka pengatur tetesan dan atur kecepatan sesuai dengan dosis yang
diberikan.
12. Lakukan fiksasi dengan kasa steril Tuliskan tanggal dan waktu
pemasangan infus serta catat ukuran jarum Lepaskan sarung tangan dan
cuci tangan.
1. Dosis tunggal (single dose) adalah suatu wadah kedap udara yang
mempertahakan jumlah obat steril dengan tujuan pemberian parenteral
sebagai dosis tunggal dan yang bila dibuka, tidak dapat ditutup rapat
kembali dengan jaminan tetap steril. Pada umunya wadah mempunyai
bentuk ampul ukuran 1 ml-20 ml dengan sediaan larutan,.
2. Dosis ganda (multiple dose) adalah wadah kedap udara yang
memungkinkan pengambilan isinya per bagian berturut-turut tanpa terjadi
perubahan kekuatan, kualitas, atau kemurnian bagian yang tertinggal.
Wadah adalah alat untuk menampung suatu obat, atau mungkin dalam
hubungan langsung dengan obat tersebut. Wadah berkaitan erat dengan produk
sediaan (sediaan infus). Sifat fisika – kimia wadah akan mempengaruhi kestabilan
20
produk steril infus tersebut.Secara umum, hal yang harus diperhatikan dari wadah
adalah:
1. Termoset, yaitu jenis plastik yang stabil pada pemanasan dan tidak dapat
dilelehkan sehingga tidak dapat dibentuk ulang. Plastik termoset
digunakan untuk membuat penutup wadah gelas atau logam.
2. Termoplastik, yaitu jenis plastik yang menjadi lunak jika dipanaskan dan
akan mengeras jika didinginkan. Dengan kata lain, termoplastik adalah
jenis plastik yang dapat dibentuk ulang dengan proses pemanasan. Polimer
termoplastik digunakan dalam pembuatan berbagai jenis wadah sediaan
farmasi.
21
• Preformulasi adalah langkah awal pengembangan bentuk suatu sediaan
dari suatu bahan obat secara rasional dengan memanfaatkan
data-data fisikokimia dan biofarmakokinetik dari obat sendiri maupun
kombinasinya dengan bahan pembantu (eksipien) bahan harus selalu
melewati proses studi preformulasi .
1. RESEP
R/ NaCl 4,3 g
KCl 150 mg
CaCl2 250 mg
Glukosa 25 mg
Mf Infusa 500 ml
22
Kekuatan dosis: Di rumah sakit, kemasan 500 dan 1000 mL, dan
kadang ukuran lain tersedia; infuse 0,45%, 20%
KCl
23
E. NaCl 1,00 (FI ed IV hal 1251)
Ph 4,5 –7
Rute IV
Kasiat Kalorigenikum
24
1. Sediaan dilebihkan 10% untuk menghindari jumlah sediaan saat
penyaringan
Usul Penyempurnaan:
5. PERHITUNGAN
A. Volume di rencanakan
= 500 ml + 50 ml
= 550 ml
B. Perhitungan zat
25
%tonisitas = 1127,80887 ml /500 ml x 0,9% = 2,0300 %
6. FORMULA AKHIR
R/ NaCl 5,1975 g
KCl 0,13167 g
CaCl2 0, 202125 g
Glukosa 4,62 g
Norit 0,55 g
Aqua PI ad 500 ml
7. PENIMBANGAN BAHAN
• NaCl= 4,5 gram/500 x 550 ml= 4,95 ml + 5/100 x 4,95= 4,95 + 0,2475
= 5,1975 x 1 = 5,1975
26
Stanfer Flamber
Cawan pemguap Flamber
Spatel Flamber
Batang pengaduk Flamber
Kaca arlogi Flamber
Norit Autoklaf
9. CARA KERJA
27
9. Siapkan erlenmeyer,corong,beker glass dan kertas saring untuk
menyaring larutan
10. Beri etiket dan brosur
11. Lakukan evaluasi
10. EVALUASI
2. pH
• Alat: pH meter
28
indikator yang peka, elektrode kaca, dan electrode pembanding
yang sesuai.
4. Uji kebocoran
29
5. Uji Pirogen Untuk Volume Sekali Penyuntikan > 10 ml
• Tujuan: Untuk membatasi resiko reaksi demam pada tingkat yang
dapat diterima oleh pasien pada pemberian sediaan injeksi.
• Prinsip: Pengukuran kenaikan penyuntikan larutan uji secara IV
dan ditujukan untuk sediaan yang dapat ditoleransi dengan uji
kelinci dengan dosis penyuntikan tidak lebih dari 10 mL/kg bb
dalam jangka waktu tidak lebih dari 10 menit.
• Hasil: setip penurunan suhu dianggap nol. Sediaan memenuhi
syarat bila tak seekor kelinci pun dari 3 kelinci menunjukkan
kenaikan suhu 0,5° atau lebih. Jika ada kelinci yang menunjukkan
kenaikan suhu 0,5° atau lebih lanjutkan pengujian dengan
menggunakan 5 ekor kelinci. Jika tidak lebih dari 3 ekor dari 8
ekor kelinci masing-masing menunjukkan kenaikan suhu 0,5°
atau lebih dan jumlah kenaikan suhu maksimum 8 ekor kelinci
tidak lebih dari 3,3° sediaan dinyatakan memenuhi syarat bebas
pirogen.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
30
Infus adalah tindakan memasukkan cairan melalui intravena yang
dilakukan pada pasien untuk memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit serta
sebagai tindakan pengobatan dan pemberian makanan. Nutrisi sangat dibutuhkan
oleh setiap manusia tertutama pada pasien-pasien yang sakit untuk pembentukan
energi, akan tetapi pada pasien-pasien dengan kasus tertentu yang sulit untuk
mendapatkan nutrisi secara normal bisa digantikan dengan terapi intravena
parenteral feeding (nutrisi parenteral).
3.2 Saran
Daftra Pustaka
31
Departemen Kesehatan RI, 1979. Farmakope Indonesia, edisi III, Jakarta.
32