Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRATIKUM BIOLOGI

BUDIDAYA JAMUR TIRAM

GURU PEMBIMBING :
MITHA YUDISTIRA, S. Pd

DISUSUN OLEH :

XII – IPA 3
NAMA ANGGOTA KELOMPOK 1 :
1. Angeli Valencia Pratiwi (03)
2. Ayunda Putri Agustina (04)
3. Elsa Anggraini (11)
4. M. Akhyar Defa Izahwa (16)
5. Mohammad Javier Amru (20)
6. Virna Hari Nur Azalia (34)

SMAN 1 SUMBERREJO

TAHUN PELAJARAN 2019/2020


A. TUJUAN :

1. Untuk mengetahui proses pertumbuhan pada jamur tiram


2. Untuk mengetahui cara budidaya jamur tiram
3. Untuk mengetahui faktor yang memperngaruhi pertumbuhan jamur tiram

B. DASAR TEORI :
Jamur adalah organisme yang sel-selnya berinti sejati atau eukariotik, berbentuk benang,
bercabang-cabang, tidak berklorofil, dinding selnya mengandung kitin atau selulosa atau
keduanya, heterotrof, absortif dan sebagian besar tubuhnya terdiri dari bagian vegetatif
berupa hifa dan generatif yaitu spora. Jamur merupakan kelompok organisme eukariotik yang
membentuk dunia jamur atau regnum fungi. Jamur pada umumnya multiseluler (ber-sel
banyak).
Ciri-ciri jamur berbeda dengan organisme lainnya dalam hal cara makan, struktur tubuh,
pertumbuhan, dan reproduksinya. Tubuh jamur tersusun dari komponen dasar yang disebut
hifa. Hifa membentuk jaringan yang disebut miselium. Miselium menyusun jalinan- jalinan
semu menjadi tubuh buah. Hifa adalah struktur menyerupai benang yang tersusun dari
dinding berbentuk pipa (Pelczar and Reid, 1958). Dinding ini menyelubungi membran
plasma dan sitoplasma hifa. Sitoplasmanya mengandung organel eukariotik. Kebanyakan hifa
dibatasi oleh dinding melintang atau septa. Septa mempunyai pori besar yang cukup untuk
dilewati ribosom, mitokondria, dan kadang kala inti sel yang mengalir dari sel ke sel. Akan
tetapi, adapula hifa yang tidak bersepta atau hifa senositik.Struktur hifa senositik dihasilkan
oleh pembelahan inti sel berkali-kali yang tidak diikuti dengan pembelahan sitoplasma.Hifa
pada jamur yang bersifat parasit biasanya mengalami modifikasi menjadi haustoria yang
merupakan organ penyerap makanan dari substrat, haustoria dapat menembus jaringan
substrat. Semua jenis jamur bersifat heterotrof. Namun, berbeda dengan organisme lainnya,
jamur tidak memangsa dan mencernakan makanan. Untuk memperoleh makanan, jamur
menyerap zat organik dari lingkungan melalui hifa dan miseliumnya, kemudian
menyimpannya dalam bentuk glikogen. Oleh karena jamur merupakan konsumen maka jamur
bergantung pada substrat yang menyediakan karbohidrat, protein, vitamin, dan senyawa
kimia lainnya. Semua zat itu diperoleh dari lingkungannya. Sebagai makhluk heterotrof,
jamur dapat bersifat parasit obligat, parasit fakultatif, atau saprofit.
Jamur tiram adalah jamur pangan dari kelompok Basidiomycota dan termasuk kelas
Homobasidiomycetes dengan ciri-ciri umum tubuh buah warna putih hingga krem dan
tudungnya berbentuk setengah lingkaran mirip cangkang tiram dengan bagian tengah agak
cekung. Jamur tiram masih satu kerabat dengan Pleurotus eryngii dan sering dikeal dengan
sebutan King Oyster Mushroom.
Jamur tiram merupakan salah satu jamur kayu yang sekarang telah banyak dibudidayakan
orang. Media tanam atau substratnya yang sudah umum digunakan adalah gergajian kayu
alba (sengon), tetapi sembarang gergajian kayu sebetulnya dapat digunakan, tentunya kayu
yang tidak beracun, kemudian di campur dengan bahan-bahan yang lain dengan berbandingan
tertentu.
Jamur tiram mengandung banyak zat yang penting bagi tubuh, di antaranya serat, beta glucan,
vitamin B, mineral, kalium, dan beberapa jenis karbohidrat. Jamur ini baik dikonsumsi karena
bebas lemak, rendah kalori, dan bebas kolesterol. Selain itu, jamur tiram juga dipercaya bisa
memberikan banyak manfaat lain, seperti:
 Menangkal radikal bebas
Manfaat jamur tiram mengandung antioksidan bisa membantu menangkal radikal
bebas. Radikal bebas sangat berbahaya bagi tubuh karena bisa memicu gangguan
jantung dan kanker. Selain itu, antioksidan juga berperan dalam meningkatkan sistem
imunitas dan melindungi kulit dari penuaan.

 Menjaga kesehatan jantung


Kandungan beta glucan yang terdapat di dalam jamur tiram bisa berperan besar dalam
mengendalikan kadar kolesterol di dalam darah sekaligus menjaga kesehatan jantung.
Selain itu, jamur tiram juga mengandung kalium yang berfungsi menjaga fungsi
jantung, otot, dan saraf.

 Mencegah penyakit diabetes


Selain menjaga kesehatan jantung, beta glucan juga membantu mengendalikan gula
darah untuk mengurangi risiko penyakit diabetes tipe 2. Jamur tiram juga
mengandung vitamin B yang berfungsi mendukung kinerja sel darah merah, sistem
pencernaan, dan menjaga kesehatan kulit.

 Menjaga kesehatan tulang dan saraf


Manfaat jamur tiram juga diyakini bisa membantu menjaga kesehatan tulang dan saraf
karena mengandung tembaga. Jamur tiram juga mengandung asam pantotenat yang
baik untuk mendukung kinerja sistem saraf dan membantu menghasilkan hormon
yang dibutuhkan.

 Mengatasi infeksi saluran pernapasan


Menurut penelitian pada anak-anak, manfaat jamur tiram juga bisa membantu
meredakan infeksi saluran pernapasan atas karena memiliki efek anti alergi. Namun,
efek ini masih membutuhkan pembuktian lebih lanjut untuk memastikan
kebenarannya.

 Mencegah pertumbuhan kanker


Berdasarkan hasil penelitian, ekstrak jamur tiram memiliki sifat melawan kanker. Zat
ini bekerja dengan cara meningkatkan sel imunitas tertentu, sehingga menekan
pertumbuhan dan penyebaran tumor atau kanker di beberapa bagian tubuh seperti
payudara dan usus besar.

Klasifikasi Taksonomi Jamur Tiram :


Kingdom : Fungi
Filum : Basidiomycota
Kelas : Homobasidiomycetes
Ordo : Agaricales
Famili : Tricolomataceae
Genus : Pleurotus
Spesies : Pleurotus ostreatus

C. WAKTU DAN TEMPAT KUNJUNGAN


Sabtu, 25 Januari 2020
Rumah Bapak Marjani. Dusun Klampok, Desa Mojodeso, Kecamatan Kapas, Bojonegoro.

D. NARASUMBER
Bapak Marjani

E. WAKTU DAN TEMPAT BUDIDAYA :

Kami melakukan budidaya jamur mulai Senin, tanggal 26 januari 2020 dengan media
tanam sudah dalam usia 40 hari.
Kami membudidayakan jamur di rumah masing-masing. Namun, data yang kami
cantumkan diambil dari bibit yang dibawa oleh M. Akhyar Defa Izahwa, yang bertempat
tinggal di Dusun Kemamang, Desa Kemamang, Kec. Balen, Kab. Bojonegoro. Dan bibit
diletakkan di bagian pojok rumah (tempat yang lembab).
 ANALISIS DATA PERTUMBUHAN JAMUR

NO. HARI UKURAN


USIA JAMUR FOTO KETERANGAN
KE- JAMUR
1. 1 - 41 hari Di hari pertama belum
terjadi pertumbuhan
pada bibit jamur

2. 2 - 42 hari Di hari kedua belum


terjadi pertumbuhan
pada bibit jamur

3. 3 - 43 hari Penutup atas jamur


dibuka karena jamur
sudah mulai tumbuh

4. 4 1 cm 44 hari Mulai tumbuh jamur


yang berukuran 1 cm
5. 5 2-3 cm 45 hari Tumbuh jamur yang
berukuran 2-3 cm

6. 6 ±5-6 cm 46 hari Tumbuh 9 badan jamur


dengan berbagai
ukuran

7. 7 Tangkai : ± 9- 47 hari Di hari ke-7 tangkai


10 cm jamur semakin panjang
dan bagian tudung atau
pileus jamur tiram
mulai melebar dengan
ukuran yang berbeda-
beda

8. 8 Tangkai : 9- 48 hari Dihari ke-8 tudung


11 cm jamur semakin lebar
dan bisa untuk dipetik
Dengan praktik budidaya ini, kami mengetahui cara membudidayakan jamur tiram.
Berikut alat dan bahan pembuatan beserta prosesnya :

A. ALAT DAN BAHAN


1.      Bahan

Bahan media tanam untuk jamur tiram putih adalah gergajian kayu (serbuk) dicampur
dengan bahan-bahan dibawah ini dengan perbandingan sebagai berikut :

a) Serbuk Gergaji 100 kg                                                              

b) Bekatul atau dedak halus 10 kg             

c) Kalsium carbonat/ kapur (CaCO3) 4 kg                       

d) Gips (CaSO4) 2 kg

e) Pupuk TSP 1,5 kg


                                                        

f) Bibit 25

g) Air 50-60 liter                                                           

Disamping itu perlu disiapkan bahan-bahan yaitu kantong plastik tahan panas (ukuran 03 atau
04, 15 x 25 cm atau 17 x 30 cm), karet pengikat, kapas, cincin plastik.

2.      Alat

-      Alat pencampur seperti sekop dan cangkul

-      Alat sterilisasi berupa : drum perebus dengan tutup dan sarangan, sumber panas (kompor
minyak/ briket batu bara)

B. PROSES PEMBUATAN

 Proses pengomposan

Sebelum ditanam bibit, bahab-bahan media tanam tersebut di komposkan terlebih


dahulu selama 15 hari dengan tahapan sebagai berikut :
1. Merendam serbuk gergaji yang telah benar-benar kering dalam air bersih selama 1
malam
2. Menambahkan kapur serta bekatul setelah serbuk di tiriskan kemudian mengadukya
sampai rata lalu biarkan dalam tumpukan selama 5 hari

3. Mengaduk kembali dan menambahkan pupus TSP lalu membiarkannya selama 5


hari

4. Memasukkan gips dan mengaduknya lagi. Lalu membiarkan tumpukan selama 5


hari maka proses pengomposan telah selesai.         

 Proses Pembungkusan

Bahan-bahan media tanam yang telah dikomposkan dimasukkan ke dalam kantong


plastik. Kantong plastik pada kedua ujung pangkalnya ditekuk kedalam, sehingga setelah
diisi dan dipadatkan kantong plastik dapat berdiri seperti botol.

 Sterilisasi

Bertujuan menginaktifkan mikroba, bakteri, kapang, maupun khamir yang dapat


mengganggu pertumbuhan jamur. Sterilisasi dilakukan pada suhu 90 - 100⁰C selama 12 jam.

 Pemberian bibit

Merupakan kegiatan memasukkan bibit jamur ke dalam media jamur yang telah
disterilisasi. Baglog ditiriskan selama 1 malam setelah sterilisasi. Kemudian kita ambil dan
ditanami bibit diatasnya dengan mempergunakan sendok bibit sekitar +3 sendok kemudian
diikat dengan karet dan cincin plastik dan ditutup dengan kapas.

 Penumbuhan jamur (Pemeliharaan)

Setelah di bungkus butuh waktu 40 hari hingga bibit jamur berwarna putih. Setelah
semua bagian baglog ditumbuhi miselium, baglog dipindahkan ke tempat dengan suhu 28-
30oC serta dengan kelembapan 70-80%. Kemudian setelah 2-3 hari jamur akan mekar dan di
hari ke 8 jamur sudah bisa untuk dipanen.

Selama proses pemeliharaan ini kondisi tempat harus selalu dijaga kelembapannya
dengan cara memberikan siraman tiap harinya. Hasil wawancara pada pembudidaya ketika
musim kemarau penyiraman akan dilakukan lebih sering untuk menjaga kelembapan karena
udara pada musim kemarau cenderung lebih kering. Sedangkan pada musim penghujan
volume penyiraman dikurangi karena udara pada musim hujan cenderung lebih lembab dari
pada musim kemarau.
PEMBAHASAN
Kami melakukan budidaya jamur dengan menggunakan bibit yang sudah berusia 40
hari, yaitu yang sudah berwarna putih dari yang sebelumnya berwarna coklat. Jadi, kami
membudidayakan jamur tersebut dimulai dari usia 41 hingga 70 hari atau dalam jangka waktu
1 bulan. Pada hari pertama dan kedua, bibit jamur belum mengalami pertumbuhan. Pada hari
ketiga, cincin plastik pada bibit jamur mulai dibuka. Kemudian, pada hari keempat sampai
kedelapan bibit jamur mengalami pertumbuhan menjadi semakin panjang dan lebar dengan
berbagai ukuran. Dalam jangka waktu satu bulan, 1 baglog bisa 3-4 kali panen. Akan tetapi,
dari praktik yang kami lakukan hanya 2 dari 6 bibit yang berhasil tumbuh.
Kegagalan pertumbuhan tersebut dapat teradi karena beberapa faktor tertentu, yaitu
serbuk kayu yang digunakan, suhu dan kelembapan, air, komposisi bibit yang kurang baik,
serta kebersihan tempat pembibitan. Sangat penting untuk memperhatikan jenis serbuk kayu
yang digunakan untuk pembibitan. Pengaruh dalam lamanya waktu pengomposan dan juga
tentunya perkembangan miselium. Pencampuran dengan jenis lainnya boleh dilakukan tetapi
hendaknya 80% bersifat homogen. Seringkali kegagalan timbul karena pencampuran ini tidak
terkontrol, apalagi tercampur dengan jenis kayu yang bergetah seperti kayu pinus, damar,
cemara, dan sebagainya.
Bibit jamur tiram putih juga sangat penting sekali dalam menentukan tingkat keberhasilan
dalam budidaya jamur tiram putih. Kualitas bibit ini sangat menentukan keberhasilan. Bibit
yang berumur masih muda memiliki kekuatan yang lebih baik. Dalam membeli bibit
sebaiknya dalam kondisi 70% atau 80% miseliumnya.
Kelembaban tinggi merupakan syarat utama yang harus terpenuhi dalam budidaya jamur
tiram. Pada pembentukan jamur diperlukan kelembaban relatif 70% – 80%, sedangkan saat
pembentukan tubuh buah diperlukan kelembaban sekitar 80% – 90%. Meski demikian jamur
tiram cukup toleran terhadap kelembaban 60 – 70 %.
Kami menempatkan bibit jamur tiram ditempat yang kurang lembap dan suhu yang tidak
tepat sehingga dalam waktu satu bulan bibit tidak tumbuh. Kegagalan juga mungkin terjadi
karena pengontrolan kadar air yang tidak kami perhatikan. Kadar air dalam baglog ini sangat
berpengaruh dalam pertumbuhan jamur tiram nantinya. Jika kadar air kurang, maka
pertumbuhan jamur tiram tidak akan bisa optimal. Namun apabila kadar air berlebih, baglog
juga akan cepat membusuk, bahkan timbul ulat. Bahkan lagi bisa menghambat pertumbuhan
jamur.
Pada ruang inkubasi (pemeliharaan), faktor kebersihan, sirkulasi udara, kelembaban juga
harus sangat diperhatikan. Bisa jadi semua faktor sudah terlewati dengan baik, dan
perkembangan jamur juga baik, tetapi karena ruang inkubasi kurang bersih, perkembangan
miselium justru menjadi lambat dan malah terhenti sama sekali.
Selain itu, suhu baglog yang masih terlalu panas dapat menyebabkan kegagalan, begitu
juga sebaliknya, suhu yang sudah terlalu dingin juga dapat menimbulkan kegagalan. Suhu
yang baik kira-kira di kisaran 35-38 derajat C (masih hangat sedikit, tapi tidak panas).
Dalam kurun waktu satu bulan, bibit jamur yang kami budidayakan mampu dipanen 2
kali. Panen pertama kami lakukan setelah 8 hari, kemudian tumbuh lagi jamur yang baru
yang mampu di panen lagi. Setelah itu, bibit dalam baglog sudah tidak mampu menghasilkan
jamur lagi dan sudah mulai kering serta berubah warna menjadi lebih kuning.
KESIMPULAN

 Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) adalah jamur pangan dari kelompok Basidiomycota
dan termasuk kelas Homobasidiomycetes.
 Tahap pembuatan baglog dapat dilakukan dengan cara tahap pencampuran bahan,
tahap pembuatan log, tahap sterilisasi, tahap inokulasi.
 Pada praktikum yang telah dilakukan, miselium tumbuh sangat lambat dan hanya 2
dari 6 baglog yang dibudidayakan yang tumbuh miseliumnya. Yang lain mengalami
kegagalan.
DAFTAR PUSTAKA

Cahyana,Y. A., Muchrodji, dan M. Bakrun. 1999. Pembibitan, Pembudidayaan dan Analisis
Jamur Tiram.bogor. penebar Swadaya.

Pelczar, J. M., Reid D. Roger, 1958, Microbiology, Second Edition, McGraw Hill Inc., USA

Daisy P. Sriyanti dan Ari Wijaya. 1994. Teknik Kultur Jaringan. Yogyakarta : Kanisius

Dewi, I. K. 2009. Efektivitas Pemberian Blotong Kering Terhadap Pertumbuhan Jmur Tiram
Putih (Pleurotus ostreatus) pada Media Serbuk Kayu. Skripsi. Universitas Muhamadiah.
Surakarta.

Suriawiria. 2006. Budidaya Jamur Tiram. Yogyakarta: Kanisius..

Yusnita, 2003, Kultur Jaringan, Jakarta: Pustaka Agromedia

Anda mungkin juga menyukai