MAKALAH HUKUM PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT Salinan
MAKALAH HUKUM PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT Salinan
DISUSUN OLEH :
MUHAMMAD TAUPIKURRTAHMAN
NISRINA ARLITA
ELIZABETH SILABAN
FIRLIANI ANDHIKA PUTRI
ABDUL RAHIM HUTABARAT
i
KATA PENGANTAR
Akhir kata semoga barmanfaat bagi para mahasiswa, umum khususnya bagi
para rekan-rekan yang membaca makalah ini semoga bisa di pergunakan
dengan semestinya.
Oleh kerena itu kami penulis memahami bahwa makalah ini masih jauh dari
kata sempurna, sehingga kami penulis sangat berharap atas kritik dan saran
yang bersifat membangun motivasi demi terciptanya makalah selanjutnya
yang lebih baik lagi.
Demikian yang dapat kami penulis sampaikan, semoga para pembaca dapat
memahami manfaat dari makalah ini, amin.
Penulis
Daftar isi
Halaman Judul...................................................................................................... i
Kata pengantar..................................................................................................... ii
BAB I.................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN............................................................................................... 1
A. Latar Belakang........................................................................................ 1
B. Permasalahan........................................................................................... 1
C. Motivasi..................................................................................................... 2
BAB II................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN.................................................................................................. 3
A. Pengertian Kartel.....................................................................................3
B. Pengertian Trust.......................................................................................3
C. Pengertian Oligopsoni...........................................................................5
BAB III............................................................................................................... 12
PENUTUP........................................................................................................... 12
A. Kesimpulan............................................................................................. 12
B. Saran......................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................13
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hukum persaingan usaha sehat diperlukan dalam era dunia usaha yang
berkembang dengan pesat. Globalisasi erat kaitannya dengan efisiensi dan daya
saing dalam dunia usaha. Terlebih ekonomi pasar bebas menuntut persaingan
ketat dalam setiap prosesnya. Analogi persaingan dalam kehidupan sehari-hari
dan dalam berbisnis adalah dimana persaingan dianggap bersifat individualistik
dan selalu berorientasi pada keuntungan. Hal tersebut dapat menjadi landasan para
pelaku usaha melakukan beragam cara guna memenangkan persaingan usaha baik
secara sehat maupun secara tidak sehat. Praktek monopoli dan persaingan usaha
yang tidak sehat dalam dunia usaha, mengakibatkan terhambatnya mekanisme
pasar secara sehat serta terhambatnya perekonomian suatu bangsa.
Dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, mengatur mengenai beberapa
perjanjian yang dilarang seperti oligopoli, penetapan harga, pembagian wilayah,
pemboikotan, kartel, trust, oligopsoni, integrasi vertikal, perjanjian tertutup dan
perjanjian dengan pihak luar negeri. Selain itu juga, mengatur mengenai kegiatan
yang dilarang yang meliputi monopoli, monopsoni, penguasaan pasar, kegiatan
menjual rugi, kecurangan dalam menetapkan biaya produksi dan persekongkolan,
serta juga melarang dalam penyalahgunaan posisi dominan yang meliputi hal umum,
jabatan rangkap, pemilikan saham. Disamping itu juga, mengatur larangan terhadap
penggabungan, peleburan dan pengambilalihan yang mengakibatkan persaingan
usaha tidak sehat dan atau praktek monopoli. Undang-Undang ini juga mengatur hal
formil dalam hal penyelesaian kasus di Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU).
1. Permasalahan
a. Penjelasan dari Kartel, Trust, dan Oligopsoni yang merupakan perjanjian yang
dilarang dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999
1
2. Motivasi
a. Agar mampu memahami lebih lanjut apa saja yang di maksud dengan
Persaingan Usaha Yang Tidak Sehat di Indonesia.
b. Agar mampu memahami mengenai beberapa perjanjian yang dilarang dalam
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999;
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kartel
Sebagian ahli ada yang mengatakan bahwa kartel adalah suatu kegiatan dalam
bentuk kerjasama antar beberapa perusahaan demi menetapkan suatu harga
menguasai produksi dan penjualan, melakukan kegiatan monopoli atas suatu
komoditas ataupun industri tertentu.
Aktivitas kartel terjadi karena munculnya persaingan usaha pada suatu bisnis
industri, sehingga muncul ide untuk saling bekerjasama antar beberapa pebisnis
agar bisa memenangkan persaingan tersebut. Artinya, kartel dilakukan agar
beberapa pihak tertentu bisa menguasai pasar.
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka ciri ciri kartel adalah sebagai berikut:
Memahami kartel perlu pula memahami prinsip dasar atau pengertian dasar
dari perilaku monopoli. Pengertian monopoli bukan lagi menitikberatkan pada
jumlah pelaku usaha atau produsen, melainkan pada perilakunya untuk
mengendalikan harga dan distribusi output atau kapasitas output. Jadi bisa saja
perilaku monopoli tadi ditemukan pada struktur persaingan yang terdiri atas
beberapa perusahaan, biasanya sekitar 2-5 perusahaan besar atau ditemukan
pada struktur pasar persaingan oligopoli. Pasar persaingan yang memiliki cukup
besar konsumen, tetapi hanya memiliki beberapa produsen akan cukup kuat
mengindikasikan adanya praktik monopoli. Munculnya praktik kartel tidak lain
adalah untuk mewujudkan kekuatan (perilaku) monopoli.
4
1. Kartel Harga
Kartel harga adalah kartel yang dilakukan untuk menetapkan suatu harga
pokok produk yang dihasilkan oleh para produsen yang tergabung dalam suatu
kartel. Umumnya, ketentuan harga yang ditentukan adalah harga jual minimal
pada suatu produk. Dalam pelaksanaannya, seluruh produsen yang tergabung
dalam suatu kartel akan dilarang untuk menjual produknya di bawah harga yang
lebih rendah daripada harga yang sebelumnya telah disepakati. Tapi, mereka
diperbolehkan untuk menjual harga yang lebih tinggi dengan risiko yang
ditanggung masing-masing penjual.
2. Kartel Syarat
Kartel syarat adalah kartel yang erat hubungannya dengan penetapan suatu
persyaratan tertentu dalam suatu kegiatan perdagangan maupun bisnis, seperti
persyaratan penjualan, standar kualitas suatu barang, standar keemasan, dan
juga standar pengiriman barang. Pada dasarnya, jenis kartel ini dilakukan untuk
menghadirkan variasi produk dan atributnya demi menghindari persaingan yang
terjadi antar tiap produsen.
3. Kartel Rayon
Kartel rayon adalah kartel yang dilakukan dengan membagi wilayah penjualan
pada setiap anggota kartel. Dalam hal ini, masing-masing anggota kartel
mempunyai daerah tertentu untuk menjual produknya dengan penetapan harga
yang sudah ditetapkan pada masing-masing daerah. Dengan hadirnya
kesepakatan seperti ini, maka setiap anggota kartel dilarang untuk menjual
produknya ke wilayah lainnya.
4. Kartel Kontingentering
Sebaliknya, jika ada anggota kartel yang meningkatkan jumlah produksi lebih
dari yang sudah ditetapkan, maka mereka akan mendapatkan sanksi denda.
5. Kartel Penjualan
6. Kartel Pool
Kartel pool atau kartel pembagian keuntungan adalah jenis kartel yang ada
pada kesepakatan tentang pembagian laba dan pendapatan. Dalam
pelaksanaanya, setiap anggota kartel akan menghimpun laba kotor yang
diperoleh dari kas bersama. Lalu, laba bersih yang diperoleh akan dibagikan ke
seluruh anggota kartel sesuai kesepakatan.
Karakteristik Kartel
7
• Usaha penguasaan harga produk yang dilakukan oleh kartel akan memicu
adanya inflasi yang bisa merugikan masyarakat.
• Hasil laba yang diperoleh oleh tiap anggota kartel cenderung akan lebih
besar dan berjangka panjang.
• Kegiatan kartel bisa membangun hubungan kerja antar tiap perusahaan dan
para pekerja pun akan cenderung lebih kondusif, karena peningkatan upah
akan lebih mudah untuk dilakukan.
• Setiap anggota kartel mempunyai posisi yang lebih baik dalam persaingan
pasar bebas, sehingga risiko PHK akan sangat minim terjadi.
B. Pengertian Trust.
Trust adalah perjanjian untuk melakukan kerja sama dengan membentuk
gabungan perusahaan atau perseroan yang lebih besar dengan tetap menjaga
dan mempertahankan kelangsungan hidup masing-masing perusahaan atau
perseorangan anggotanya, yang bertujuan untuk mengontrol produksi dan/atau
pemasaran atas barang dan/atau jasa.
“Pelaku usaha dilarang perjanjian dengan pelaku usaha lain untuk melakukan
kerja sama dengan membentuk gabungan perusahaan atau perseroan yang lebih
besar, dengan tetap menjaga dan mempertahankan kelangsungan hidup masing-
masing perusahaan atau perseroan anggotanya, yang bertujuan untuk
mengontrol produksi dan/atau pemasaran barang dan/atau jasa, sehingga dapat
mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan/atau persaingan usaha tidak
sehat”.
8
Trust merupakan wadah antar perusahaan yang didesain untuk membatasi
persaingan dalam bidang usaha atau industri tertentu. Gabungan antara
beberapa perusahaan dalam bentuk trust dimaksudkan untuk secara kolektif
mengendalikan pasokan, dengan melibatkan trustee sebagai coordinator
penentu harga. Dengan menempatkan saham-saham dari berbagai badan usaha
dalam suatu trust maka dapat di jamin tidak hanya kesatuan langkah kolektif
tetapi juga pembagian keuntungan bersama yang lebih besar dibandingkan
tiadanya trust.
Komaruddin
Pengertian dari trust tidak lain adalah bentuk konsentrasi terpusat dari
manajemen aset di berbagai unit bisnis. Secara teknis, perusahaan kehilangan
independensinya karena kepemilikan saham ada di tangan manajer utama.
Istilah lain untuk perusahaan kepercayaan adalah konsolidasi.
Proses Pembentukan Trust
Proses pembentukan dari trust diklasifikan berdasarkan cara pemusatan bisnis
atau konsentrasi usaha yang dilakukan. Metode tersebut terdiri dari tiga macam
proses, yakni:
1. Konsentrasi Horizontal
Maksud dari konsentrasi bisnis mendatar atau horizontal adalah untuk
memusatkan perusahaan yang beroperasi di bidang yang sama. Tujuan dari
konsentrasi horisontal adalah untuk mencapai harga berbiaya rendah untuk
mengendalikan pasar dengan risiko minimal. Manfaat yang dicapai adalah
rasionalisasi harga produksi, modal investasi yang terjangkau dan biaya
operasional yang lebih rendah.
9
2. Konsentrasi Vertikal
Konsentrasi bisnis vertikal merupakan peleburan beberapa badan bisnis untuk
keperluan proses produksi. Semua kegiatan manajemen dan operasional
digabungkan dalam satu perusahaan.
3. Konsentrasi Paralel
Untuk konsentrasi paralel, beberapa perusahaan dalam penawaran produk atau
layanan yang berbeda untuk menangani pesanan dari pelanggan yang sama.
Dengan demikian, efisiensi produksi dan distribusi dapat dicapai dengan risiko
kerugian yang lebih kecil. Biaya operasi juga menjadi lebih terjangkau.
Macam-Macam Trust
Trust Berdasarkan Obyeknya
Private Trust
Private Trust adalah kepercayaan yang diarahkan untuk kepentingan orang
atau sekelompok orang tertentu
Public Trust
Public Trust adalah kepercayaan yang untuk kepentingan umum.
Trust Berdasarkan Cara Terbentuknya
Express Trust
Express trus, yakni trust yang dibuat secara tegas oleh pembuat trust.
Keyakinan disebut kepercayaan eksplisit jika kehendak atau keinginan pihak-
pihak yang menciptakan kepercayaan itu masih dikenal dengan pasti.
Implied Trust
Implied Trust, trust yang dibentuk untuk kepentingan settlor tidak disebutkan
secara eksplisit dalam langkah-langkah hukum yang membangun perwalian
tersebut.
Resulting Trust
Resulting Trust, yakni trust yang dapat disimpulkan dari tindakan hukum para
pihak.
10
Constructive Trust
Constructive Trust, trust yang tercipta oleh implementasi hukum dan
implementasinya ditegakkan oleh pengadilan.
C. Pengertian Oligopsoni.
11
Dengan adanya praktek oligopsoni produsen atau penjual tidak memiliki
alternatif lain untuk menjual produk mereka selain kepada pihak pelaku usaha
yang telah melakukan perjanjian oligopsoni.
Tidak adanya pilihan lain bagi pelaku usaha untuk menjual produk mereka
selain kepada pelaku usaha yang melakukan praktek oligopsoni, mengakibatkan
mereka hanya dapat menerima saja harga yang sudah ditentukan oleh pelaku
usaha yang melakukan praktek oligopsoni.
UU No.5 Tahun 1999 memasukkan perjanjian oligopsoni ke dalam salah satu
perjanjian yang dilarang untuk dilakukan oleh pelaku usaha. Pasal 13 ayat (1)
UU No.5 Tahun 1999 menyebutkan bahwa:
“pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain yang
bertujuan untuk secara bersama-sama menguasai pembelian atau penerimaan
pasokan agar dapat mengendalikan harga atas barang dan/
atau jasa dalam pasar bersangkutan, yang dapat mengakibatkan terjadinya
praktek monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat.”
Sedangkan Pasal 13 ayat (2) menambahkan bahwa:
“pelaku usaha patut diduga atau dianggap secara bersama-sama menguasai
pembelian atau penerimaan pasokan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
apabila 2 (dua) atau 3 (tiga) pelaku usaha atau kelompok pelaku
usaha menguasai lebih dari 75% (tujuh puluh lima persen) pangsa pasar satu
jenis barang atau jasa tertentu.”
Oligopsoni oleh Pasal 13 UU No.5 Tahun 1999 dirumuskan secara rule of
reason, itu berarti sebenarnya oligopsoni tidak secara otomatis dilarang.
Tetapi dalam oligopsoni ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain
kemungkinan kemungkinan perjanjian tersebut memfasilitasi kolusi
penetapan harga sehingga menimbulkan efek anti persaingan.
Perjanjian tersebut tidak akan memfasilitasi kolusi harga apabila pembelian
produk yang dilakukan dengan perjanjian ini hanya berjumlah
relatif kecil terhadap total pembelian di pasar tersebut. selain itu, apabila
perjanjian tidak menghalangi anggotanya untuk melakukan pembelian pada
pihak lain secara independen, maka joint purchasing
tersebut tidak merugikan persaingan
12
Syarat Oligopsoni
6. Pendapatan Merata
Pendapatan para penjual di pasar ini cenderung merata karena di pasar ini
tidak terjadi monopoli ataupun penentuan secara semena-mena.
Kelebihan Pasar Oligopsoni
Hak-hak produsen terlindungi dengan baik meski pembeli berperan
sebagai penguasa. Hal ini bisa terpenuhi karena terdapat beberapa
pembeli, sehingga ketika penjual merasa dirugikan maka ia bisa
berpindah ke pembeli lain.
Pembeli tidak bisa bertindak semaunya, meski bisa menentukan harga,
pembeli harus menyesuaikan harga dengan barang yang dibeli agar
produsen mau menjual kepadanya.
Meski masih belum terorganisir dengan baik, tapi umumnya pasar ini
mengedepankan keadilan, menghindari kecurangan, dan tidak
menyalahgunakan kebebasan.
Kekurangan Pasar Oligopsoni
Kualitas produk kurang terjaga dengan baik karena penjualan
cenderung mudah. Produsen kurang memperhatikan kualitas karena
terdapat beberapa pembeli besar dan mudah menjual produknya
sehingga kualitas kurang terjaga.
Cukup rentan terjadi manipulasi dimana beberapa pembeli melakukan
kerjasama memanipulasi keadaan yang bisa merugikan produsen.
Biasanya manipulasi tersebut terjadi karena pembeli ingin
mendapatkan harga yang lebih murah.
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Demikian makalah yang penulis susun, penulis menyadari bahwa masih abanyak
kekurangan, oleh sebab itu kritik dan saran yang dapat memberi motivasi dari
para pembaca sangat penulis harapkan. Semoha makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita semua
20
Daftar Pustaka