Anda di halaman 1dari 18

WAWANCARA KERJA DAN PRESENTASI BISNIS

1.1 Capaian Pembelajaran


1. Mahasiswa mampu mengetahui arti penting wawancara kerja bagi para
pelamar kerja.
2. Mahasiswa mampu mengetahui bagaimana memepersiapkan wawancara
kerja.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan bagaimana pentingnya pengenalan
pekerjaan dan perusahaan.
4. Mahasiswa mampu mengantisipasi berbagai pertanyaan dalam wawancara
kerja.
5. Mahasiswa mampu menjelaskan bagaimana membuat surat ucapan
terimakasih setelah berakhirnya wawancara kerja.
6. Mahasiswa mampu menjelaskan tujuan presentasi bisnis.
7. Mahasiswa mampu menjelaskan bagaimana cara mempersiapkan suatu
presentasi bisnis yang baik.
8. Mahasiswa mampu mengidentifikasi perlengkapan yang diperlukan dalam
presentasi bisnis.
9. Mahasiswa mampu menganalisis siapa audiens Anda.
10. Mahasiswa mampu menganalisis sinyal nonverbal yang Anda gunakan.
11. Mahasiswa mampu menumbuhkan percaya diri pada saat presentasi bisnis.

1.2 Arti Penting Wawancara Kerja


Wawancara menurut Dwyer (2003:474), merupakan alat untuk
mengumpulkan informasi atau pertukaran informasi. Wawancara, merupakan
percakapan yang terencana dengan tujuan tertentu, yang melibatkan dua

STIE Indonesia Membangun (inaba)


www.inaba.ac.id
orang. Bahkan, menurut bovee dan Thill (1983:415), setiap dua orang bertemu
untuk mendiskusikan suatu masalah, berarti mereka terlibat dalam suatu
wawancara. Suatu wawancara melibatkan pewawancara (interviewer) dan
orang yang diwawancarai (interviewee). Agar wawancara dapat berhasil baik,
infornasi harus mengalir dengan baik diantara mereka.
Wawancara, berbeda dengan percakapan biasa. Karakteristik yang
membedakannya adalah sebagai berikut:
1. Lebih mempunyai tujuan dari percakapan biasa (more purposeful). Karena
tujuan ini telah ditetapkan lebih dahulu, maka wawancara cenderung lebih
formal
2. Wawancara adalah percakapan yang lebih terstruktur (more structured).
Pembicaraan biasa seringkali tidak mempunyai struktur, tetapi wawancara
mempunyai tahap-tahap yang tersusun
3. Wawancara lebih ditekankan untuk mendapatkan informasi (more
information oriented). Apapun tujuan spesifiknya, dalam wawancara
tersebut biasanya terjadi pertukaran informasi. Pelaksanaan wawancara
terutama melibatkan bentuk komunikasi verbal secara lisan, baik
mendengar maupun berbicara, serta komunikasi nonverbal.

Wawancara kerja merupakan salah satu cara yang sangat penting bagi
suatu perusahaan dalam menyaring jumlah pelamar yang ada. Seorang calon
pelamar mungkin saja diwawancarai lebih dari satu kali. Selain berlatih menulis
resume dan surat lamaran kerja, menyiapkan diri menghadapi wawancara juga
termasuk kegiatan dari usaha untuk mendapatkan pekerjaan. Berbagai aspek
khususnya kepribadian yang ditempilkan baik secara verbal maupun non verbal
bahkan saat memasuki ruang wawancara akan memeproleh perhatian dari

STIE Indonesia Membangun (inaba)


www.inaba.ac.id
pewawancara. Aspek-aspek kepribadian (personality aspects) yang akan
dinilai antara lain:
a. Penampilan secara fisik
b. Gerak-gerik dan sopan santun
c. Nada suara (tone voice)
d. Rasa percaya diri
e. Inisitif
f. Kebijaksanaan
g. Daya tanggap dan kerja sama
h. Ekspresi wajah
i. Kemampuan berkomunikasi
j. Sikap terhadap pekerjaan
k. Selera humor

Dengan memperhatikan berbagai karakter di atas pewawancara akan dapat


memprediksi apakah Anda termasuk salah satu orang yang terpilih untuk
menduduki posisi tertentu dalam suatu perusahaan atau tidak. Pewawancara
juga bisa melihat apakah nantinya Anda mempunyai peluang untuk sukses
atau tidak dengan melihat isyarat verbal maupun non verbal yang Anda
tmapilkan saat wawancara. Wawancara pada tahap awal disebut wawancara
pendahuluan (preliminary interview), selanjutnya terdapat wawancara seleksi
(selection interview), yang pada umumnya memerlukan waktu yang lebih lama.

1.4 Jenis-jenis Wawancara Dalam Bisnis

Wawancara yang ditemukan dalam bisnis dapat dikelompokkan menjadi


wawancara yang didominasi oleh pertukaran informasi, dan wawancara yang

STIE Indonesia Membangun (inaba)


www.inaba.ac.id
didominasi oleh pertukaran perasaan.
1. Wawancara yang Didominasi oleh Pertukaran Informasi
Semua jenis wawancara sebenarnya tidak hanya melibatkan pertukanan
informasi tetapi juga melibatkan emosi. Contoh-contoh wawancara yang
akan dijelaskan berikut ini adalah wawancara yang lebih didominasi oleh
pertukaran informasi.
a. Wawancara pekerjaan (Job Interview)
Dalam wawancara pekerjaan, pelamar ingin mempelajari mengenai
posisi yang ditawarkan perusahaan dan mengenai perusahaannya. Di
sisi lain pewawancara ingin mempelajari mengenai kemampuan dan
pengalaman pelamar. Kedua belah pihak di sini berkeinginan untuk
memberikan kesan yang baik.

b. Wawancara informasi (Information Interview)


Dalam wawancara informasi, pewawancara berusaha mencari fakta
atau data untuk pengambilan keputusan atau untuk memahami suatu
masalah. Informasinya kebanyakan mengalir satu arah, dimana
pewawancara memberikan serangkaian pertanyaan yang harus
dijawab oleh pihak lain. Dalam hal ini keterampilan mendengan
menjadi sangat dominan. Contoh wawancara ini misalnya: reporter
yang mencari berita, konsultan yang berusaha mengenali sikap
karyawan perusahaan yang menjadi kliennya, dan sebagainya.

c. Wawancara yang bersifat membujuk (Persuasive Interview)


Pewawancara dalam wawancara yang bersifat membujuk akan
menjelaskan kepada pihak lainnya mengenai ide, produk, atau, jasa,
dan menjelaskan mengapa pihak lainnya tersebut perlu melakukan apa
yang direkomendasikannya. Wawancara seperti ini seringkali terjadi
dalam penjualan. Misalnya pewawancara mendiskusikan dengan calon
pembeli mengenai keb utuhan pembeli, dan menjelaskan bagaimana
produknya dapat memenuhi kebutuhan pembeli tersebut.

d. Wawancara bagi karyawan yang mengundurkan diri (Exit


Interview)
Pada wawancara yang dilakukan kepada karyawan yang akan
mengundurkan diri dari perusahaan, pewawancara mencoba untuk
memahami alasan mengapa karyawan tersebut akan pindah atau
keluar dari pekerjannya. Orang yang akan meninggalkan perusahaan
biasanya dapat memberikan pandangan yang lebih jujur mengenai
kelebihan dan kelemahan perusahaan.
2. Wawancara yang Didominasi oleh Pertukaran Perasaan

a. Wawancara evaluasi (evaluation interview)


Sebagai tindak lanjut atau bagian dari proses penilaian kinerja, atasan

STIE Indonesia Membangun (inaba)


www.inaba.ac.id
langsung dari pegawai akan memberikan umpan balik mengenai
kinerjanya. Atasan dapat melakukan tanya jawab dengan pegawai
tersebut mengenai pencapaiannya dan langkah-langkah perbaikan
yang diperlukan untuk kinerja yang lebih baik.
b. Wawancara pemberian nasihat (counseling interview)
Wawancara ini dilakukan oleh seorang atasan kepada bawahannya,
mengenai masalah- masalah pribadi yang mengganggu atau
mempengaruhi kelancaran pekerjaannya.
c. Wawancara untuk mengatasi konflik (conflict resolution interview)
Konflik terjadi apabila dua individu atau kelompok berselisih
pandangan. Wawancarajenis ini dapat dilakukan untuk menelusuri
permasalahannya, dengan tujuan untuk mendapatkan solusi atau
kesepakatan diantara kedua pihak tersebut.
d. Wawancara teguran (diciplinary interview)
Wawancara teguran dilakukan apabila seorang pegawai melakukan
tindakan indisipliner. Atasan langsung mewawancarai pegawai yang
bersangkutan untuk mencoba mengoreksi perilaku perilakunya yang
mengabaikan aturan dan tata tertib perusahaan.
Selain contoh-contoh di atas, masih banyak wawancara di bidang bisnis
lainnya yang sering dilakukan, baik yang didominasi oleh pertukaran informasi,
maupun yang didominasi oleh pertukaran perasaan. Misalnya di bidang
pemasaran, utamanya dalam melakukan riset pemasaran dan dalam melayani
pelanggan.

1.5 Cara Mengenali Pekerjaan dan Perusahaan

Sebelum melakukan wawancara Anda harus mencari berbagai informasi


yang berkaitan dengan perusahaan dan posisi yang Anda lamar. Wawancara
sebagai bentuk komunikasi dua arah merupakan kesempatan yang baik bagi
Anda untuk menanyakan secara langsung mengenai pekerjaan dan
perusahaan kepada pewawancara. Berbagai pertanyaan tersebut misalnya
sebagai berikut:
a. Apakah tugas dan tanggung jawab pekerjaan yang dilamar?
b. Bagaimana kebijaksanaan perusahaan mengenai promosi?
c. Bagaimana kesempatan untuk berkembang dalam perusahaan?
d. Apakah tersedia program pelatihan bagi pegawai baru?
e. Apa yang menjadi produk unggulan perusahaan?
f. Siapa pesaing utama perusahaan?
g. Bagaimana pangsa pasar bagi produk-produk yang diproduksi perusahaan

Pertanyaan yang Anda ajukan saat wawancara sangat penting artinya


bagi pewawancara terutama dalam kaitannya dengan tingkat keseriusan Anda
dalam melamar posisi tersebut. oleh sebab itu jangan sia-sia kan kesempatan

STIE Indonesia Membangun (inaba)


www.inaba.ac.id
yang diberikan oleh pewawancara dan hindari pertanyaan yang bersifat
introgasi.

1.6 Struktur Wawancara

Meskipun terdapat berbagai macam wawancara dengan tujuan yang


berbeda-beda, setiap wawancara pada dasarnya mempunyai struktur yang
sama. Kesadaran pewawancara untuk mengikuti struktur tersebut akan
menciptakan suatu wawancara yang efektif. Proses wawancara biasanya
dibagi ke dalam enam fase dan akan diuraikan di bawah ini. Penerapan fase
yang diambil sebagai contohnya adalah untuk wawancara pekerjaan.
a. Perencanaan Fase
Perencanaan sebenarnya tidak termasuk bagian dari wawancara, karena
dilakukan sebelum wawancara dilaksanakan. Walaupun demikian penting
untuk dimasukkan, karena perencanaan dapat menjamin keberhasilan
wawancara. Di bawah ini adalah hal-hal yang harus dilakukan saat
merencanakan wawancara:
b. Menetapkan tujuan
Mempelajari hal-hal mengenai pelamar dan subyek atau pekerjaan yang
ditawarkan. Menetapkan spesifikasi pepekerjaan yang akan ditawarkan
dan berdasarkan hal tersebut Mengembangkan pertanyaan-pertanyaan
yang penting Mengidentifikasikan jawaban-jawaban yang diinginkan.
Memilih tempat yang tepat dan memberitahukannya kepada pelamar
c. Menciptakan Hubungan
Bagi sebagian orang, wawancara merupakan suatu peristiwa yang bisa
menciptakan ketegangan. Untuk mengurangi ketegangan dan
memudahkan jalannya pertukaran informasi, di awal wawancara,
pewawancara harus menciptakan hubungan dengan pelamar. Jabatan
tangan, senyum yang hangat, dan suara yang ramah, merupakan salah
satu cara dalam menyambut pelamar. Sikap seperti ini sama dengan yang
dilakukan saat menerima tamu yang sedang mengunjungi kantor atau
rumah. Karena ada kemungkinan pewawancara merasa gugup, atau
mungkin asing dengan keadaan sekitarnya, maka sebaiknya percakapan
dimulai dengan yang ringan-ringan dahulu. Misalnya, mengajak bicara
mengenai cuaca, kejadian sehari-hari, atau mungkin topik yang
berhubungan dengan minat pelamar (olah raga, politik, dan lain-lain). hal
tersebut dilakukan untuk mengembangkan komunikasi dan
memenunjukkankan bahwa pewawancara menghargai minat pelamar.
Dengan sambutan hangat pelamar akan merasa percaya diri sehingga
informasi yang diharapkan dapat mengalir lancar.

d. Menetapkan Tujuan
Seorang pewawancara harus menjelaskan tujuan utama wawancara

STIE Indonesia Membangun (inaba)


www.inaba.ac.id
tersebut. Berikan pengertian pada pelamar tentang keinginan anda, karena
seringkali masalah timbul disebabkan pewawancara mengasumsikan
bahwa tujuan-tujuan yang diharapkannya sudah jelas bagi pelamar. Untuk
menghindari hal ini maka jelaskan tujuan-tujuan tersebut pada saat
wawancara.
e. Tahap Tanya Jawab
Setelah tahap di atas, maka dimulai pembicaraan mengenai subyek yang
ingin diketahui dari pelamar. Skema yang baik harus mengikuti sebuah
kronologi yang tepat yaitu dimulai dengan latar belakang pendidikan dan
aktivitas pelamar, dilanjutkan dengan pengalaman pekerjaan (jika ada) dan
diakhiri dengan aktivitas pekerjaan. Dalam merangkum hal-hal tersebut,
pewawancara harus memeriksa kualifikasi teknis (kemampuan untuk
melakukan pekerjaan) dorongan dan aspirasi (kemauan untuk melakukan
pekerjaan), hubungan sosial dan keseimbangan emosi (hubungan dengan
sesama teman dan diri sendiri), karakter (sifat yang dapat dipercaya), dan
faktor lain yang dibutuhkan untuk mengukur keberhasilan suatu pekerjaan.
Faktor tersebut mungkin berhubungan dengan kekuatan fisik, sikap dari
suami/istri terhadap pekerjaan, stabilitas keuangan, kemauan untuk
melakukan perjalanan, kemauan pindah secara permanen. Hal yang juga
penting mengenai pelamar adalah mengenai aspek- aspek keperibadian
pelamar yang berhubungan dengan minat, sikap, karakter, dan
temperamen. Pada saat mempelajari kualifikasi penting dan perilaku
pelamar, perhatian dapat dialihkan dengan menjelaskan tentang
perusahaan. Misalnya gaji, bonus, dan hal lain yang menarik perhatian,
juga memberikan kesempatan kepada pelamar untuk bertanya,
sehubungan dengan pekerjaan dan perusahaan.
f. Tahap Meringkas
Pada saat wawancara, terjadi pertukaran informasi antara pewawancara
dengan pelamar, kemungkinan saja informasi yang didapat relevan dengan
tujuan, tetapi mungkin pula sama sekali tidak relevan. Informasi yang tidak
relevan akan mengakibatkan kesimpulan yang kabu atau tidak jelas. Untuk
menghindari hal tersebut, pewawancara harus meringkas hasil wawancara
pada saat akhir. Bila hal itu tidak dilakukan, akibatnya kedua pihak tidak
menyadari adanya perbedaan-perbedaan yang terjadi. Seorang pelamar
tidak akan sadar bahwa wawancara telah berakhir, sampai ia melihat tanda-
tanda yang ditunjukkan oleh pewawancara. Karena itu harus terdapat suatu
kesepakatan tentang kesimpulan wawancara tersebut sebelum wawancara
berakhir. Ringkasan ini juga harus dicatat dan disimpan sebagai suatu
arsip, sehingga akan memudahkan bila sewaktu-waktu dibutuhkan.
g. Tahap Evaluasi
Tahap ini dilakukan setelah wawancara berakhir. Semua informasi yang
telah didapatkan dari orang yang diwawancarai, harus dirangkum secara
keseluruhan tanpa ditambah ataupun dikurangi. Dalam wawancara kerja,
informasi tersebut dapat dilengkapi dengan fakta dari sumber lain yang
dapat digunakan sebagai indikator untuk menilai jalan pikiran pelamar.

STIE Indonesia Membangun (inaba)


www.inaba.ac.id
Indikator tersebut dapat berguna untuk bahan evaluasi. Setalah wawancara
perlu dibuat laporan tertulis mengenai hal-hal yang berhubungan dengan
wawancara. Pada akhir laporan tersebut diberikan kesimpulan, yang
memberikan gambaran mengenai penilaian secara keselurukan.

1.7 Teknik Wawancara

Wawancara bisa dilakukan dalam berbagai, wawancara dengan cara


langsung (direct interview), wawancara tidak langsung (indirect interview), atau
wawancara berpola (patterned interview).
a. Wawancara Langsung
Pada wawancara langsung pewawancara mengontrol secara terus
menerus jalannya wawancara. Pewawancara menggunakan daftar
pertanyaan yang telah dibuat sebelumnya. Semua yang diwawancarai
mendapatkan pertanyaan yang sama, walaupun di antara mereka terdapat
perbedaan-perbedaan, misalnya kemampuan, pengalaman, umur, dan
lain-lain.
b. Wawancara Tidak Langsung
Dalam wawancara tidak langsung, pewawancara memberikan rangsangan
atau umpan kepada pelamar untuk berbicara. Dengan demikian
pewawancara memberikan pertanyaan yang berbeda untuk orang yang
berbeda. dan lain-lain.
c. Wawancara Berpola
Wawancara berpola adalah kombinasi dari wawancara langsung dan tidak
langsung. Pada teknik wawancara seperti ini digunakan pula daftar
pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya, tetapi pewawancara juga
memberikan umpan kepada yang diwawancarai untuk mengembangkan
jawaban-jawabannya. Jadi pewawancara tidak selalu menanyakan
pertanyaan yang sama untuk seluruh pelamar, pewawancara akan
menyesuaikan pertanyaan dengan pelamar. Ada kalanya wawancara
berkembang bila orang yang diwawancarai aktif menjawab pertanyaan,
tetapi jika ia pasif sangat sulit untuk mengembangkan wawancara.

1.8 Pertanyaan Penting dalam Wawancara Kerja

Pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan kepada Anda bisa saja


berkaitan dengan pekerjaan yang Anda lamar, program pendidikan dan
pelatihan yang pernah diikuti, pengalaman kerja, pergaulan antar sesama,
pimpinan Anda, penilaian pribadi Anda, hobi, kepribadian, latar belakang
keluarga,dan tujuan karir.
a. Pertanyaan Terbuka
Pertanyaan terbuka adalah pertanyaan yang mengharapkan pendapat atau

STIE Indonesia Membangun (inaba)


www.inaba.ac.id
opini dari orang yang diwawancarai. Pada pertanyaan terbuka, orang yang
diwawancarai mempunyai kebebasan untuk menguraikan pendapatnya
sampai seberapa jauh ia ingin menjelaskan uraiannya. Di bawah ini adalah
contoh pertanyaan terbuka.
”Bisakah anda menceriterakan mengenai diri anda?”
”Mengapa anda melamar pekerjaan ini?”
”Apa pandangan anda mengenai bidang kerja yang anda tekuni?”
b. Pertanyaan Tertutup
Pertanyaan tertutup adalah pertanyaan yang mengharapkan jawaban yang
singkat, atau sangat singkat. Pada pertanyaan tertutup, pewawancara
membatasi jawaban yang akan diberikan. Contoh dari pertanyaan tertutup
adalah sebagai berikut:
”Apakah anda senang membaca buku?”
”Berapa umur anda,antara 17-25, 26-35, 36-45?”
”Anda sudah berkeluarga?”

”Apa jabatan anda sekarang?”


c. Pertanyaan Terarah
Pertanyaan terarah adalah pertanyaan yang mengarahkan jawabannya
pada suatu arah tertentu. Jawabannya sudah sama-sama diketahui oleh
pewawancara dan orang yang diwawancarai, dilakukan hanya untuk
ferivikasi informasi faktual saja. Contohnya:
”Anda sudah lulus D3, bukan?”
”Anda bersedia ditempatkan di mana saja?”
d. Pertanyaan Netral
Dalam pertanyaan netral, pewawancara tidak berusaha untuk
mengarahkan respon orang yang diwawancarai. Pertanyaan diungkapkan
sedemikian rupa sehingga tidak memperlihatkan indikasi jawaban yang
diinginkan pelamar. Misalnya:
”Bagaimana pendapat anda mengenai pekerjaan yang
membutuhkan banyak perjalanan?”
”Mengapa anda meninggalkan perusahaan?”
e. Pertanyaan Reflektif
Pertanyaan reflektif adalah pertanyaan yang diajukan berdasarkan refleksi
jawaban orang yang diwawancarai, dengan maksud untuk
mengembangkan jawaban. Contohnya:

Interviewee : ”Sebenarnya saya menyukai pekerjaan saya yang

STIE Indonesia Membangun (inaba)


www.inaba.ac.id
lalu, menarik, dan kompensasinya juga bagus.
Tetapi saya mendapatkan masalah dengan
supervisor”.
Interviewer : ”Masalah dengan supervisor?”
Interviewee : ”Selama ini saya telah berusaha bekerja dengan
baik, tetapi beberapa teman seringkali menimbulkan
cekcok”.
Interviewer : ”Cekcok?”

f. Pertanyaan Hipotetis
Pertanyaan hipotetis adalah pertanyaan untuk mengetahui kecepatan
reaksi dan daya pikir orang yang diwawancarai dalam kaitannya dengan
suatu masalah.
Contohnya:
”Jika bawahan anda nanti ternyata lebih terampil daripada anda dalam
beberapa hal, apa yang akan anda lakukan?”
Dalam pelaksanaan wawancara, pewawancara harus terampil
mengombinasikan bentuk pertanyaan yang akan diajukan.

1.9 Ucapan Terima Kasih

Setelah wawancara kerja berakhir ucapkan terima kasih kepada


pewawancara meskipun Anda merasa kemungkinan Anda diterima bekerja di
perusahaan tersebut kecil. Hal ini perlu dilakukan untuk menunjukkan
penghargaan atas waktu yang telah mereka sediakan untuk wawancara

1.10 Surat Penerimaan Pegawai dan Surat Penerimaan Kerja


Perusahaan harus dapat membuat surat pemberitahuan dengan baik
dan mengirimkannya sesegera mungkin jika hendak menerima seseorang
sebagai pegawai. Diterimanya seseorang bekerja di suatu perusahaan,
tentunya menjadi kabar baik (good news), dapat diorganisasi dengan
perencanaan langsung (direct plan). Apabila menerima surat permintaan
pegawai Anda sebaiknya membuat surat balasan untuk organisasi, lembaga,
atau instansi tempat Anda diterima sebagai pegawai baru. Tiga poin yang perlu
diperhatikan dalam menulis surat penerimaan pegawai (menerima tawaran
pekerjaan) yaitu:
a. Nyatakan antusias Anda terhadap tawaran kerja tersebut
b. Konfirmasi kapan Anda dapat datang ke bagian personalia
c. Tunjukan antisipasi terhadap penawaran kerja tersebut

STIE Indonesia Membangun (inaba)


www.inaba.ac.id
1.11 Surat Penolakan Kerja

Ketika berniat untuk menolak pekerjaan, sebenarnya tidak ada


keharusan untuk membuat surat, karena pada dasarnya penolakan dapat
diungkapkan melalui lisan. Namun alangkah baiknya jika penolakan
diungkapkan secara tertulis. Anda berhak menulis surat penolakan yang
bernada negatif maupun positif. Namun demikian rencana organisasional surat
penolakan kerja sebaiknya menggunakan perencanaan tak langsung
sebagimana penulisan bad news.
Surat penolakan kerja (letter declining a job offer) merupakan surat yang
dibuat oleh pelamar kerja atau mereka yang sudah bekerja tetapi mendapat
atau mengharapkan pekerjaan di tempat lain yang lebih menguntungkan atau
menjanjikan prospek yang lebih baik daripada pekerjaan yang telah ada.

1.12 Tujuan Presentasi Bisnis

Secara umum presentasi bisnis memiliki empat tujuan pokok yaitu


diantaranya:
1. Menginformasikan pesan-pesan bisnis kepada audiens
2. Pesan-pesan yang disampaikan harus menarik, sederhana, mudah
diapahami dan enak didengar audiens. Hindari bentuk presentasi yang
membosankan, monoton, tidak jelas, dan sulit dipahami
3. Menghibur audiens
4. Untuk mencapai tujuan presentasi bisnis seorang pembicara perlu
menyelipkan humor- humor segar yang mampu menghidupkan suasana.
Perlu diingat bahwa humor yang diselipkan dalam suatu presentasi bisnis
haynyalah selingan dan bukan yang utama
5. Menyentuh emosi audiens
6. Dengan gaya dan intonasi suara yang menarik, seorang pembicara mampu
menggugah emosi audiens, seperti emosi bersemangat, terharu, hanyut
dalam keprihatinan, dan sebainya
7. Memotivasi audiens untuk bertindak sesuatu
8. Dalam memotivasi audiens seorang pembicara perlu menyatakannya
secara eksplisit dan bukan menggunakan bahasa basa-basi

1.13 Persiapan Presentasi Bisnis


Dalam bidang apapun, keberhasilan dapat dicapai apabila dilakukan
dengan persiapan yang baik, begitu pula dengan presentasi bisnis. Dalam hal
ini persiapan yang diperlukan untuk presentasi bisnis mencakup:
a. Penguasaan terhadap Topik atau Materi yang akan Dipresentasikan
Penguasaan terhadap materi yang akan dipresentasikan agar diperoleh
tujuan yang ingin disampaikan kepada audiens dapat mencapai sasaran

STIE Indonesia Membangun (inaba)


www.inaba.ac.id
b. Penguasaan Berbagai Alat Bantu Presentasi dengan Baik
Di samping penguasaan materi yang baik, yang juga penting adalah
bagaimana seorang pembicara mampu memanfaatkan berbagai alat bantu
presentasi bisnis demi pencapaian tujuan yang dikehendaki. Sebagai
contooh whiteboard, spidol, OHP, slide, komputer, bagan, kamera, chart,
video, dan lainnya

c. Menganalisis Audiens
Melalui pendekatan bertanya dengan menggunakan kata tanya seperti: apa
siapa, di mana, kapan, mengapa dan bagaimana, seorang pembicara akan
dapat mengidentifikasikan siapa sebenarnya audiens yang dimaksud
sehingga dapat melakukan berbagai persiapan antisipatif

d. Menganalisis Berbagai Lingkungan Lokasi atau Tempat untuk


Presentasi
Pemahaman terhadap lingkungan atau suasana suatu lokasi untuk
presentasi bisnis akan memberikan kemudahan kepada seorang pembicara
dalam mengatur alat bantu presentasi yang sesuai dengan suasana lokasi
tersebut. misalnya apakah lokasi yang digunakan untuk presentasi sesuai
dengan suasana. Bagaimana kapasitas ruangannya, tata letak ruang, dan
sebagainya.

1.14 Alat Bantu Presentasi Bisnis

Pemilihan alat bantu audio visual presentasi yang akan digunakan


sangat bergantung pada sejauh mana seorang pembicara mampu
menganalisis materi, audiens, maupun suasana lokasi seorang pembicara akan
melakukan presentasi bisnis. Alat bantu presentasi cukup banyak variasinya,
mulai dari alat bantu presentasi yang konvensional sampai dengan yang
modern atau kontemporer.

1.15 Analisis Audiens


Untuk dapat melakukan presentasi bisnis yang baik, salah satu
persyaratannya pembicara harus dapat menganalisis audiens secara tepat.
Oleh karena itu, dalam menganalisis audiens seorang pembicara harus mampu
menjawab enam pertanyaan mendasar berikut:
a. Siapa audiensnya?
Analisis audiens ini berkaitan dengan kepada siapa seseorang itu
berbicara. Semakin banyak informasi yang dapat diperoleh dari para
audiens, pembicara semakin mudah melakukan presentasi secara tepat.
Audiens tersebut dapat ditinjau dari berbagai hal, misalnya dari sisi
pekerjaan atau jabatan, status, pekerjaan, usia, jenis kelamin, agama, asal

STIE Indonesia Membangun (inaba)


www.inaba.ac.id
daerah, pendidikan, dan sebagainya.

b. Apa yang diinginkan audiens?


Agar penyampaian pesan-pesan bisnis sesuai seperti yang diharapkan,
pembicara yang baik perlu mengetahui apa yang diinginkan oleh audiens.
Dengan memahami apa yang menjadi harapan audiens, seorang
pembicara tentunya akan berupaya semaksimal mungkin untuk melakukan
presentasi sebaik mungkin, sehingga dapat memuaskan keinginan
audiens.

c. Di mana melakukan presentasi?


Bagi pembicara, pemahaman terhadap tempat presentasi dilakukan sangat
penting. Pemahaman tempat presentasi akan membantu pembicara untuk
menyusun strategi yang tepat. Misalnya, apakah tempat presentasi bisnis
dilakukan di kota atau desa; apakah ruangan untuk presentasi ber-AC atau
tidak; apakah presentasi bisnis dilakukan sebelum atau sesudah makan
siang; apakah presentasi bisnis menggunakan podium, meja, atau gaya
panggung.

d. Kapan melakukan presentasi?


Seorang pembicara perlu memperhatikan secara seksama kapan
melakukan presentasi bisnis (rincian mengenai tanggal, bulan, hari dan jam
berapa). Sebagaimana dalam waktu sehari terdapat berjam-jam ketika
Audiens masih “segar”, tetapi juga terdapat jam-jam saat stamina audiens
telah menurun, melemah, bahkan cendrung mengantuk. Pagi hari sangat
baik untuk melakukan presentasi bisnis. Adapun waktu siang hari setelah
makan siang merupakan waktu yang cukup berat untuk presentasi bisnis,
karna audiens cendrung ngantuk.

e. Mengapa melakukan presentasi?


Sebelum melakukan presentasi bisnis, seorang pembicara harus mampu
menjawab pertanyaan mengapa harus melakukan presentasi bisnis.
Tentunya akan sangat bervariasi antara seseorang dengan yang lain.
Mungkin bagi pembicara yang lainnya bagi presentasi bisnis dimaksud
untuk memberikan alternatif solusi atas merosotnya omset penjualan buku-
buku referensi peguruan tinggi di tanah air akhir-akhir ini.

f. Mengapa melakukan presentasi?


Sebelum melakukan presentasi bisnis, seorang pembicara harus mampu
menjawab pertanyaan mengapa harus melakukan presentasi bisnis.
Tentunya akan sangat bervariasi antara seseorang dengan yang lain.
Mungkin bagi pembicara yang lainnya bagi presentasi bisnis dimaksud
untuk memberikan alternatif solusi atas merosotnya omset penjualan buku-
buku referensi peguruan tinggi di tanah air akhir-akhir ini.

STIE Indonesia Membangun (inaba)


www.inaba.ac.id
g. Bagaimana melakukan presentasi?
Seorang pembicara yang satu dengan pembicara dengan pembicara yang
lain tentunya memiliki strategi presentasi bisnis yang berbeda-beda.
Misalnya, presentasi dilakukan dengan memegagang catatan atau naskah
lengkap, menggunakan tranparansi overbead, slide, proyektor LCD,
computer atau multimedia, atau lainnya.

1.16 Analisis Bahasa Tubuh

Gerakan-gerakan yang sering dilakukan pembicara dalam melakukan


presentasi bisnis antara lain meliputi ekspresi wajah, senyuman, kontak mata,
gerakan tangan, gerakan bahu, gerakan kepala, dan cara berdiri.

1.17 Peninjauan Lokasi dan Percaya Diri

Peninjauan lokasi diperlukan guna mengetahui secara mendalam


kesiapan alat pendukung seperti penyediaan sound system, LCD Projector,
overhead projector, dan VCR. Di samping itu, juga guna mengetahui posisi
alat bantu presentasi bisnis, peninjauan lokasi juga mencakup tempat duduk
dan tata letaknya, ruangan ber-AC atau tidak, tata lampu, podium, posisi layar
(screen), posisi proyektor, dan sejenisnya.
Salah satu faktor yang menyebabkan keberhasilan presentasi bisnis
adalah adanya faktor percaya diri yang kuat dari pembicara. Pembicara yang
tidak memiliki rasa percaya diri yang kuat akan berdampak pada penyampaian
presentasi bisnis yang asal-asalan sehingga tidak mencapai sasaran yang
diinginkan. Ketidakpercayaan diri seseorang pembicara dalam suatu
presentasi bisnis diekspresikan dalam berbagai macam sikap atau perilaku
gemetar, bicara terputus-putus, tangan berkeringat dingin, mulut kering, terlalu
banyak air liur, tersenggal-senggal, tegang wajah, dan tenggorokan
tersumbat. Ada beberapa cara untuk mengendalikan hal-hal berikut:
A. Gemetar
Tangan dan lutut bergemetaran meupakan suatu homeostatik dari badan
yang membuang kelebihan energi. Jangan mecoba mengendalikan proses
ini dengan mencengkram mimbar atau memasukan tangan kedalam saku
karena akan semakin memperparah. Gunakan energi ke arah lebih positif
dengan menyapa audiens dan biarkan gerakan-gerakan itu secara wajar.
B. Bicara terputus-putus
Segera lepaskan kontak mata dengan audiens ketika pembicara kehilangan
fokus pemikiran. Ambilah nafas dalam-dalam dan hembuskan perlahan-
lahan sambil melihat catatan-catatan kecil.
C. Mulut kering
Sebaiknya sebelum melakukan presetasi untuk meminum segelas air. Hal
ini guna menghindari mulut kering danbhilangnya konsentrasi.

STIE Indonesia Membangun (inaba)


www.inaba.ac.id
D. Tenggorokan tersumbat
Apabila seorang pembicara melakukan presentasi bisnis tiba-tiba
tenggorokan terasa tersumbat seharusnya belajar menguap secara diam-
diam sambil menundukkan kepala.
E. Tersenggal-senggal
Percaya diri merupakan salah satu prasyarat bagi keberhasilan suatu
presentasi bisnis. Oleh karena itu, seorang pembicara yang profesional
harus selalu mencari berbagai upaya untuk mengembangkan keprcayaan
dirinya. Peter Urs Benders dalam buku Secrets of Power memberikan tips
untuk mengembangkan percaya diri di antaranya:
a. Saat Anda diperkenalkan, tersenyumlah dan pandanglah sekilas
semua hadirin (audiens) dan kemudian kepada orang yang
mengatakan segala yang baik dari Anda.
b. Mulailah perlahan-lahan dengan punggung dan dagu agak tegak,
kemudian percepat secara perlahan.
c. Bukalah presentasi Anda dengan melakukan sesuatu secara sungguh-
sungguh.
d. Mengakui bahwa Anda lebih tahu tentang topik tersebut daripada
pendengar Anda.
e. Pakailah pakaian yang terbaik.
f. Yang terpenting hiasi wajah dengan senyuman.

1.18 Berlatih Presentasi Bisnis

Agar presentasi bisnis mencapai sasaran perlu diperhatikan hal sebagai


berikut:
a. Identifikasi Audiens
Langkah pertama yang perlu diperhatikan dalam melakukan presentasi
bisnis adalah mengidentifikasi siapa audiens Anda. Audiens Anda bisa jadi
kalangan manajer (pemasaran, produksi, keuangan, personalia), kepala
departemen, supervisor, atau karyawan. Di samping apa posisi atau jabatan
audiens, seorang pembicara perlu juga mengantisipasi apa yang diharapkan
audiens serta bagaimana solusinya. Pemahaman terhadap audiens secara
tepat akan mempermudah si pembicara dalam melakukan presentasi bisnis.

b. Buatlah pokok-pokok pikiran presentasi bisnis


Selain menganalisis siapa audiensnya, langkah berikutnya yang perlu
diperhatikan adalah mempersiapkan pokok-pokok pikiran yang ingin
disampaikan dalam suatu presentasi bisnis. Dalam hal ini, yang perlu
diperhatikan adalah mempersiapkan poin- poin penting apa saja yang perlu
disampaikan dalam presentasi bisnis. Dengan kata lain, pokok-pokok pikiran
tersebut masih bersifat global atau umum sehingga masih diperlukan adanya
pengembangan lebih lanjut.

STIE Indonesia Membangun (inaba)


www.inaba.ac.id
c. Tulislah teks presentasi bisnis secara lengkap
Apabila pokok-pokok pikiran yang ingin disampaikan dalam presentasi bisnis
sudah disiapkan, langkah selanjutnya adalah bagaimana mengembangkan
pokok-pokok pikiran tersebut menjadi lebih rinci sehingga menjadi suatu
naskah/teks yang lengkap dan tinggal menyampaikan dalam suatu forum.
Penyiapan teks secara lengkap akan menambah percaya diri bagi
pembacanya. Namun, yang perlu diperhatikan adalah bagaimana
menyampaikan materi tersebut kepada audiens dengan cara-cara yang
menarik dan tidak membosankan. Dalam hal ini, seorang pembicara
memerlukan seni presentasi yang baik yang mampu menggugah perhatian
audiens.

d. Buatlah rangkuman teks presentasi bisnis kedalam sub-sub judul


Selain menyiapkan teks lengkap, cara lain yang bisa dilakukan adalah
membuat semacam kerangka atau rangkuman naskah secara garis
besarnya. Dalam rangkuman harus mencakup poin-poin penting yang ingin
disampaikan dan dapat dikembangkan sampai pada sub-sub judul. Cara ini
dapat dilakukan bila pembicara termasuk orang yang memiliki cukup
pengalaman dalam menghadapi publik, jadi bukanlah sebagai pemula atau
masih taraf belajar.

e. Tulislah kedalam kartu ukuran kartu pos


Cara yang terakhir dalam mempersiapkan presentasi bisnis adalah dengan
menuliskan poin-poin penting yang ingin disampaikan ke dalam kertas
berukuran kartu pos. Hal ini dapat dilakukan, khususnya bagi mereka yang
sudah berpengalaman menyampaikan presentasi di hadapan audiens. Cara
ini merupakan yang paling praktis, sederhana, dan berkesan bersifat
informal.

STIE Indonesia Membangun (inaba)


www.inaba.ac.id
1.19 Referensi

Purwanto, Djoko. 2002. Komunika Bisnis (edisi kedua). Jakarta:Penerbit


Erlangga. Purwanto, Djoko. 2011. Komunikasi Bisnis (4th ed.). Jakarta:
Erlangga

STIE Indonesia Membangun (inaba)


www.inaba.ac.id

Anda mungkin juga menyukai