Anda di halaman 1dari 5

PTERIGIUM

Pengertian
Pteregium merupakan pertumbuhan jaringan ikat pada fibrovaskuler konjungtiva
bulbar intrapalpebra dengan ektensi ke kornea yang bersifat degeneratif. Pteregium
berbentuk segi tiga dengan puncaknya di bagian sentral kornea dan dasarnya di
bagian perifer kornea, biasanya terletak di celah kelopak mata bagian nasal
ataupun temporal konjungtiva yang meluas ke kornea.

Etiologi
- Tidak jelas diduga merupakan sutu neoplasma radang dan degenerasi.
- Iritasi korronis oleh suatu debu,sinar ultra violet( cahaya matahari ) dan angin
(udara panas ) yang mengenai kongtungtiva bulbi.

Patogenesis
Secara histopalogis ditemukan epitel konjungtiva irrekuler kadang-kadang berubah
menjadi gepeng. Pada puncak pteregium, epitel kornea menarik dan pada daerah
ini membran bauman menghilang. Terdapat degenerasi stauma yang berfoliferasi
sebagai jaringan granulasi yang penuh pembulih darah. Degenerasi ini menekan
kedalam kornea serta merusak membran bauman dan stoma kornea bagian atas.

Tanda dan gejala


- Mata irritatatif, merah dan mungkin menimbulkan astigmatisme
- Kemunduran tajam penglihatan akibat pteregium yang meluas ke kornea (Zona
Optic)
- Dapat diserati keratitis Pungtata, delen (Penipisan kornea akibat kering) dan garis
besi yang terletak di ujung pteregium.

5. Terapi dan Perawatan


-Tidak ada pengobatan yang spesifik
-Pembedahan :Pengangkatan secara bedah transplantasi kornea,ketebalan parsial
diperlukan bila pteregium menarik sumbu pandangan dan mengganggu
kenyamanan. 30 – 50 % pasien pteregium kambuh lagi setelah pembedahan.
-Bersifat rekuren
-Operasi dilakukan bila terjadi kemunduran tajam penglihatan atau gangguan
kosmetik (Estetika)
-Bila meradang dapat diberikan steroid atau obat tetes mata dekongestan
- Pada keadaan residif (kemungkinan tumbuh kembali) dapat dilakukan (Beta)
(stronsium - 90), atau eksterpasi danpenyinaran sinar transplantasi mukosa mulut.
Radiasi Beta pasca operasi menurunkan angka kekambuhan namun bukannya
tanpa komplikasi
- Tetes mata Mitomycin (Bahan anti metabolik) efektif mencegah kekambuhan.
Mitomycin C adalah bahan anti myoplastik yang mempunyai efek samping seperti
infalamasi, photo phobia, pengeluaran air mata dan nyeri.
- Perawatan yang penting lindungi mata dari sinar matahari langsung, debu atau
udara panas. Gunakan juga kaca mata pelidung untuk menghindari pajanan sinar
matahari debu dan udara.

B. ASUHAN KEPERAWATAN.

1. Data Demografi

Meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dst.

2. PolaFungsional

a.Persepsi kesehatan dan penanganan kesehatan

•Keluhan Utama : Penglihatan kabur


•Riwayat penyakit :
-Sejak kapan dirasakan, sudah berapa lama
- Gambaran gejala apa yang dialami, apa yang memperburuk atau memperbaiki?
-apa yang dilakukan untuk menyembuhkan gejala.

•Penggunaan obat sekarang :

• Riwayat penyakit dahulu : Riwayat trauma pada mata

• Riwayat penyakit keluarga : Keluarga yang pernah menderita

b.Pola aktivitas: Aktivitas sedikit terganggu

c.Pola kognitif – Konseptual


-Terjadi kemunduran tajam penglihatan, pandangan kabur
-Pemeriksaan Fisik mata :

•Konjungtiva
• Visus

3. Diagnosa Keperawatan yang mungkin timbul

Preoperasi
1. Gangguan sensori perseptual berhubungan dengan gangguan penerimaan sensori
akibat pterigium.

Intervensi:
- Tentukan ketajaman mata klien, catat apakah satu / dua mata yang gejala terlibat.

-Orientasikan klien pada lingkungan sekitar

-Letakkan barang yang dibutuhkan klien di dekatnya

- Libatkan klien dan orang lain dalam pemenuhan aktivitas kehidupan sehari-hari

2. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang prosedur invasive


(bedah) yang
akan dilaksanakan.

Intervensi:
-Kaji tingkat ansietas

-Beri penjelasan tentang prosedur operasi yang akan dilaksanakan

- Beri dukungan moril berupa doa dan motivasi untuk klien


Post operasi

1. Perubahan kenyamanan (nyeri) berhubungan dengan trauma jaringan sekunder


terhadap operasi transplantasi kornea
-Kaji tingkat nyeri yang dialami oleh klien
-Ajarkan kepada klien metode distraksi / relaksasi
-Ciptakan tempat tidur yang nyaman
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian analgetik

2. Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur (invasif) bedah.


Intervensi:
-Pantau balutan setiap 2 - 4 jam
- Diskusikan dengan klien tentang pentingnya mencuci tangan sebelum mengobati
-Gunakan tehnik aseptik dalam perawatan post operatif
- Beri obat-obatan sesuai indikasi seperti obat tetes mata.

3. Resiko terhadap injury (cidera) yang berhubungan dengan perubahan ketajaman


penglihatan.
Intervensi:
-Kaji ketajaman penglihatan
- Rencanakan semua perawatan denagn klien, jelaskan rutinitas setiap hari
-Pertahankan barang-barang klien ditempat yang sama
-Bantu dalam beraktivitas sesuai dengan kebutuhan
-Anjurkan untuk menggunakan alat bantu misal tongkat
- Pertahankan penutup mata untuk meningkatkan perlindungan

4. Perubahan dalam pesepsi sensori (perseptual) sehubungan dengan luka post


operasi.
Intervensi:
-Tentukan ketajaman penglihatan
-Orientasikan klien pada lingkungan, staf, orang lain di sekitar
- Letakkan barang yang sering diperlukan dalam jangkauan sisi yang tidak
dioperasi
- Anjurkan klien untuk mengkonsumsi nutrisi yang bergizi, misalnya buah-buahan
yang berwarna kuning, seperti
pepaya, wortel dan lain-lain
- Berikan obat-obatan sesuai terapi
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai
perawatan diri dan penatalaksanaan
di rumah.
Intervensi:
- Berikan penguatan kewaspadaan secara berhati-hati berhubungan dengan
penempatan perabot rumah tangga
dan lain-lain
- Berikan penjelasan mengenai kondisi penyakit, proses sebelumnya dan sesudah
dilakukan pembedahan
- Jelaskan dan ajarkan perawatan secara teratur di pelayanan kesehatan terdekat
- Libatkan orang terdekat klien dalam melaksanakan aktivitas kehidupan sehari-
hari.

DAFTAR PUSTAKA
Bahan kuliah Medikal Bedah I, Banjarbaru
Doenges, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Penerbit: EGC,
Jakarta
Reeves, Charlene J —- (ET…al). 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Penerbit:
Salemba Medika, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai