Anda di halaman 1dari 28

RESUME BUKU

JUDUL : PENGANTAR PENDIDIKAN


PENGARANG : Prof. Dr. Umar Tirtarahardja
Drs. S. L. La Sulo
PENERBIT : Penerbit Rineka Cipta
TAHUN TERBIT : 2012
JML. HALAMAN : 320 Halaman

NAMA : Annisa Delya Nurulita


NIM : 321810098
PRODI : Pend. Bhs. Inggris
KELAS : C Pagi
MATKUL : Pengantar Pendidikan

1
BAB I
HAKIKAT MANUSIA DAN PENGEMBANGANNYA

Ciri khas manusia yang membedakannya dari hewan terbentuk dari kumpulan
terpadu (intergrated) dari apa yang disebut sifat hakikat manusia. Disebut sifat
hakikat manusia karena secara hakiki sifat tersebut hanya dimiliki oleh manusia dan
tidak terdapat pada hewan.

A. Sifat Hakikat Manusia


Sifat hakikat manusia menjadi bidang bidang kajian filsafat, khususnya
filsafat antropologi. Hal ini dikarenakan pendidikan bukan sekedar soal praktek tapi
praktek yang berlandasan dan bertujuan.
1. Pengertian Sifat Hakikat Manusia
Beberapa filosof seperti Socrates menamakan manusia itu Zoon Politicon
(hewan yang bermasyarakat), Max Scheller menggambarkan manusia sebagai Das
Kranke Tier (hewan yang sakit) (Driijarkara, 1962: 138) yang selalu gelisah dan
bermasalah.
2. Wujud Sifat Hakikat Manusia
Paham eksistensialisme mengemukakan wujud sifat manusia yaitu :
a. Kemampuan Menyadari Diri
Drijarkara (Drijarkara: 138) menyebut kemampuan “meng-Aku”, yaitu
kemampuan mengeksplorasi potensi-potensi yang ada pada aku, dan memahami
potensi-potensi tersebut sebagai kekuatan yang dapat dikembangkan sehingga aku
dapat berkembang kearah kesempurnaan diri.
b. Kemampuan Bereksistensi
Kemampuan menempatkan diri dan menerobos inilah yang disebut
kemampuan bereksistensi. Justru karena manusia memiliki kemampuan bereksistensi
inilah maka pada manusia terdapat unsur kebebasan (Drijarkara, 1962: 61-63).

2
c. Kata Hati (Conscience of Man)
Orang yang tidak memiliki pertimbangan dan kemampuan untuk mengambil
keputusan tentang baik/benar dan yang buruk/salah ataupun kemampuan dalam
mengambil keputusan tersebut hanya dari sudut pandangan tertentu (misalnya sudut
kepentingan diri), dikatakan bahwa kata hatinya tidak cukup tajam. Drijarkara
menyebutnya dengan baik yang intergral.
d. Moral
Bukankah banyak orang yang memiliki kecerdasan akal tetapi tidak cukup
memiliki moral (keberanian berbuat). Itulah sebabnya maka pendidikan moral juga
disebut dengan pendidikan kemauan, yang dituturkan oleh M.J Langeveld dinamakan
De opvoedeling omzichzelfs wil.
e. Tanggung Jawab
Tanggung jawab dapat diartikan sebagai keberanian sebagai keberanian unuk
menentukan bahwa sesuatu perbuatan sesuai dengan tuntutan kodrat manusia, dan
bahwa hanya karena itu perbuatan tersebut dilakukan, sehingga sanksi apapun yang
dituntutkan, diterima dengan penuh kesadaran dan kerelaan.
f. Rasa Kebebasan
Seseorang mengalami rasa merdeka apabila segenap perbuatannya sesuainya
dengan apa yang dikatakan oleh kata hatinya yaitu kata hati yang sesuai dengan
tuntutan kodrat manusia, karena perbuatan seperti itu tidak sulit atau siap sedia untuk
dipertanggungjawabkan dan tidak akan sedikitpun menimbulkan kekhawatiran.
g. Kewajiban dan Hak
Pemenuhan hak dan pelaksanaan kewajiban bertalian erat dengan soal
keadilan. Dalam hubungan ini mungkin dapat dikatakan bahwa keadilan terwujud bila
hak sejalan dengan kewajiban.
h. Kemampuan Menghayati Kebahagiaan
Kebahagiaan itu tidak terletak pada keadaannya sendiri secara faktual ataupun
pada rangkaian prosesnya, maupun pada perasaan yang diakibatkannya tetapi terletak
pada kesanggupan menghayati semuanya itu dengan keheningan jiwa.

3
B. Dimensi-Dimensi Hakikat Manusia serta Potensi, Keunikan, dan
Dinamikanya
1. Dimensi Keindividualan
Lysen mengartikan individu suatu keutuhan yang tidak dapat dibagi bagi.
M.J. Langeveld seorang pakar pendidikan dari Belanda mengatakan bahwa setiap
orang memiliki individualitas. Sementara Francis Galton ahli biologi dan
matematika dari Inggris mengemukakan jika dalam hidup sehari-hari dua orang
murid sekelas yang mempunyai nama sama tidak ingin untuk disamakan satu sama
lain.
2. Dimensi Kesosialan
M.J. Langeveld mengatakan setiap bayi yang lahir dikaruniai potensi
sosialitas. Bahkan menurutnya, seseorang yang saling memberi dan menerima itu
dipandang sebagai kunci sukses pergaulan
3. Dimensi Kesusilaan
Kesusilaan diartikan etika dan etiket dan persoalan tentang kesusilaan selalu
berhubungan erat dengan nilai-nilai.
4. Dimensi Keberagamaan
Ph. Kohnstamm berpendapat bahwa pendidikan agama seyogianya menjadi
tugas orang tua dalam lingkungan keluarga, karena pendidikan agama adalah
persoalan afektif dan kata hati. Pendapat Kohnstamm ini mengandung kebenaran dari
segi kualitas hubungan pendidik dengan peserta didik. Tapi untuk pengembangan
pengkajian lebih lanjut tentunya tidak juga diserahkan hanya kepada orang tua.

C. Pengembangan Dimensi Hakikat Manusia


Manusia lahir dengan dikaruniai dimensi hakikat manusia tapi masih dalam
wujud potensi, belum teraktualisasi menjadi wujud kenyataan atau “aktualisasi”.
Dalam hal ini ada dua kemungkinan yang bisa terjadi, yaitu :

4
1. Pengembangan yang Utuh
Tingkat keutuhan perkembangan dimensi hakikat manusia ditentukan oleh
dua faktor, yaitu kualitas dimensi hakikat manusia itu sendiri secara potensial dan
kualitas pendidikan yang disediakan untuk memberikan pelayanan atas
perkembangannya. Pengembangan yang utuh dapat dilihat dari berbagai segi yaitu :
a. Dari Wujud Dimensinya
Pengembangan dimensi keindividualan, kesosialan, kesusilaan, dan
keberagamaan dikatakan utuh jika semua dimensi tersebut mendapat layanan dengan
baik, tidak terjadi pengabaian terhadap salah satunya.
b. Dari Arah Pengembangannya
Pengembangan dimensi hakikat manusia yang utuh diartikan sebagai
pembinaan terpadu terhadap dimensi hakikat manusia sehingga dapat tumbuh dan
berkembang secara selaras, mencakup yang bersifat horizontal (menciptakan
keseimbangan) dan yang bersifat vertical (menciptakan ketinggian martabat
manusia).
2. Pengembangan yang Tidak Utuh
Pengembangan yang tidak utuh berakibat terbentuknya kepribadian yang
pincang dan tidak mantap. Pengembangan semacam ini merupakan pengembangan
yang patologis (tidak sehat/sakit).

D. Sosok Manusia Indonesia Seutuhnya


Telah dirumuskan dalam GBHN mengenai arah pembangunan jangka
panjang, dinyatakan bahwa pembangunan nasional dilaksanakan didalam rangka
pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat
Indonesia.

5
BAB II
PENGERTIAN DAN UNSUR-UNSUR PENDIDIKAN

A. Pengertian Pendidikan
1. Batasan tentang Pendidikan
Batasan tentang pendidikan yang dibuat oleh para ahli beraneka ragam, dan
kandungannya berbeda satu dari yang lain. Dikemukakan beberapa batasan
pendidikan yang berbeda berdasarkan fungsinya yaitu :
a. Pendidikan sebagai Proses Transformasi Budaya
Sebagai proses transformasi budaya, pendidikan itu diartikan sebagai warisan
budaya dari satu generasi ke generasi yang lainnya.
b. Pendidikan sebagai Proses Pembentukan Pribadi
Sebagai proses pembentukan pribadi, pendidikan itu diartikan sebagai
kegiatan yang sistematis dan sistemik terarah pada terbentuknya kepribadian peserta
didik.
c. Pendidikan sebagai Proses Penyiapan Warga Negara
Sebagai proses penyiapan warga negara, pendidikan itu diartikan suatu
kegiatan yang terencana untuk membekali peserta didik agar menjadi warga negara
yang baik. Hal ini ditetapkan dalam UUD 1945 Pasal 27.
d. Pendidikan sebagai Penyiapan Tenaga Kerja
Sebagai penyiapan tenaga kerja, pendidikan itu diartikan suatu kegiatan
membimbing peserta didik sehingga memiliki bekal dasar untuk bekerja.
e. Definisi Pendidikan Menurut GBHN
Menurut GBHN 1988 memberikan batasan tentang pendidikan nasional. Pada
definisi tersebut menggambarkan terbentuknya manusia yang utuh sebagai tujuan
pendidikan.

6
2. Tujuan dan Proses Pendidikan
a. Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan memberi gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur,
pantas, benar, dan indah untuk kehidupan. Karena itu tujuan pendidikan ada dua
fungsi yaitu memberikan arah dan sesuatu yang ingin dicapai.
b. Proses Pendidikan
Proses pendidikan adalah kegiatan memobilisasi segenap komponen
pendidikan oleh pendidik terarah kepada pencapaian dalam tujuan pendidikan.
Kualitas proses pendidikan terbagi dua segi, yaitu kualitas komponen dan kualitas
pengelola. Kedua itu saling bergantung satu sama lain.
3. Konsep Pendidikan Sepanjang Hayat (PSH)
Corpley mendefinisikan PSH sebagai tujuan atau ide formal untuk
pengorganisasian dan penstrukturan pengalaman pendidikan, pengorganisasiannya
dan penstrukturan ini diperluas mengikuti seluruh rentang usia, dari usia yang paling
muda sampai paling tua.
4. Kemandirian dalam Belajar
a. Arti dan Prinsip yang Melandasi
Diartikan sebagai aktivitas belajar yang didorong atas kemauan sendiri,
pilihan sendiri, dan tanggung jawab sendiri. Sementara pada konsep dalam belajar
individu itu hanya akan sampai pada mencapai hasil keterampilan, pengembangan
penalaran, sampai pembentukan sikap sampai kemauan sendiri.
b. Alasan yang Menopang
Ada empat alasan yang dikemukakan Conny Semiawan dkk yaitu :
1) Perkembangan iptek berlangsung semakin pesat sehingga tidak mungkin lagi para
pendidik mengajarkan semua konsep dan fakta kepada peserta didik.
2) Penemuan iptek tidak mutlak benar 100%, sifatnya relatif karena teori itu mungkin
tertolak dan gugur setelah ditemukan data baru yang sanggup membuktikan
kekeliruan teori tersebut.

7
3) Para ahli psikologi umumnya sependapat, bahwa peserta didik mudah memahami
konsep-konsep yang rumit dan abstrak.
4) Dalam proses pendidikan dan pembelajaran pengembangan konsep tidak
dilepaskan dari sikap dan penanaman nilai-nilai kedalam diri peserta didik.

B. Unsur-Unsur Pendidikan
1. Peserta Didik
Peserta didik adalah subjek atau pribagi yang otonom, yang ingin diakui
keberadaannya dalam pandangan modern.
2. Pendidik
Pendidik adalah orang yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan
pendidikan dengan sasarannya adalah peserta didik.
3. Interaksi Edukatif antara Peserta Didik dengan Pendidik
Komunikasi yang terarah kepada tujuan pendidikan yang dilakukan oleh
peserta didik dan pendidik.
4. Materi/Isi Pendidikan
Materi meliputi materi inti maupun lokal. Materi inti bersifat nasional yang
mengandung misi pengendalian dan persatuan bangsa. Materi lokal mengembangakan
kebhinnekaan kekayaan budaya sesuai dengan kondisi lingkungan.
5. Konteks yang Mempengaruhi Pendidikan
Konteks yang mempengaruhi pendidikan ada dua yaitu alat dan metode, dan
tempat peristiwa bimbingan berlangsung.

C. Pendidikan sebagai Sistem


1. Pengertian Sistem
Sistem dapat diartikan sebagai suatu kesatuan integral dari sejumlah
komponen.

8
2. Komponen dan Saling Hubungan antara Komponen dalam Sistem
Pendidikan
Toffler menganalogikan sekolah dengan sebuah pabrik. Memang sebenarnya
usaha pendidikan itu tidak dapat disamakan dengan pabrik. Tetapi jika dilihat dari
proses mekanismenya, ada persamaan antara keduanya.
3. Hubungan Sistem Pendidikan dengan Sistem lain dan Perubahan Kedudukan
dari Sistem
Suatu komponen dapat berubah status menjadi sistem, apabila komponen
tersebut dilihat secara tersendiri dan ternyata terdiri dari sejumlah sub-subsistem. Jadi
sistem pendidikan dapat dilihat dalam ruang lingkup mikro dan ruang lingkup makro.
4. Pemecahan Masalah Pendidikan Secara Sistematik
Dalam pemecahan masalah pendidikan ada beberapa cara yaitu : Cara
memandang sistem, Masalah berjenjang, Analisis sistem dalam pendidikan, Saling
hubungan antarkomponen, dan hubungan sistem dengan suprasistem.
5. Keterkaitan Antara Pengajaran dan Pendidikan
Pengajaran dan pendidikan dapat dibedakan, tetapi tidak dapat dipisahkan satu
sama lain.Karena satu sama lain saling mengisi. Pembedaan dilakukan hanya untuk
kepentingan analisis agar masing-masing dapat dipahami lebih baik.
6. Pendidikan Prajabatan (Preservice Education) dan Pendidikan dalam
Jabatan ( Inservice Education) sebagai Sebuah Sistem
Pendidikan prajabatan berfungsi memberikan bekal secara formal kepada
calon pekerja dalam bidang tertentu dalam priode waktu tertentu sedangkan
pendidikan dalam jabatan bermaksud memberikan bekal tambahan kepada orang-
orang yang telah bekerja.
7. Pendidikan Formal, Non-Formal, dan Informal sebagai Sebuah Sistem
Pendidikan Formal, nonformal, dan informal hanya dapat dibedakan tetapi
sulit dipisah-pisahkan karena keberhasilan pendidikan dalam arti terwujudnya
keluaran pendidikan yang berupa sumber daya manusia sangat tergantung kepada
sejauh mana ketiga sub-sistem tersebut berperanan.

9
BAB III
LANDASAN DAN ASAS-ASAS PENDIDIKAN SERTA
PENERAPANNYA

Landasan dan asas sangat penting, karena pendidikan merupakan pilar utama
terhadap pengembangan manusia dan masyarakat suatu bangsa tertentu. Beberapa
diantara landasan pendidikan adalah landasan filosofis, sosiologis, dan kultural, yang
memegang peranan penting dalam menentukan tujuan pendidikan.

A. Landasan Pendidikan
Pendidikan merupakan sesuatu yang universal dan berlangsung terus tak
terputus dari generasi kegenerasi. Lalu, kajian ketiga landasan yaitu landasan
filosofis, sosiologis, dan kultural, akan membekali setiap tenaga kependidikan dengan
wawasan dan pengetahuan yang tepat tentang bidang tugasnya.\
1. Landasan Filosofis
Landasan filosofis merupakan landasan yang berkaitan dengan makna atau
hakikat pendidikan, yang berusaha menelaah masalah-masalah pokok. Landasan
filosofis terhadap pendidikan dikaji terutama melalui filsafat pendidikan, yang
mengkaji masalah sekitar pendidikan dengan sudut pandang filsafat.
a. Pengertian tentang Landasan Filosofis
Pendidikan dan filsafat terdapat kaitan yang lengkap, karena filsafat
merumuskan citra tentang manusia dan masyarakat sementara pendidikan berusaha
mewujudkan citra itu
b. Pancasila sebagai Landasan Filosofis Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas)
Pancasila sebagai sumber dari segala gagasan mengenai wujud manusia dan
masyarakat yang dianggap baik, sumber dari segala sumber nilai yang menjadi
pangkal serta muara dari setiap keputusan dan tindakan dalam pendidikan.

10
2. Landasan Sosiologis
Nama sosiologi untuk pertama kali digunakan oleh August Comte pada tahun
1839, dimana sosiologi merupakan ilmu pengetahuan positif yang mempelajari
masyarakat.
a. Pengertian tentang Landasan Sosiologis
Sosiologi pendidikan merupakan analisis ilmiah tentang proses sosial dan
pola-pola interaksi sosial didalam sistem pendidikan.
b. Masyarakat Indonesia sebagai Landasan Sosiologis Sistem Pendidikan Nasional
(Sisdiknas)
Masyarakat dapat merupakan suatu kesatuan hidup dalam arti luas ataupun
dalam arti sempit, seperti masyarakat bangsa ataupun kesatuan kelompok kekerabatan
disuatu desa, dalam suatu marga.
3. Landasan Kultural
UU-RI No. 2 1989 Pasal 1 Ayat 2 ditegaskan bahwa yang dimaksudkan
dengan Sistem Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berakar pada
kebudayaan bangsa Indonesia dan yang berdasarkan pada Pancasila dan UUD 1945.
a. Pengertian tentang Landasan Kultural
Kebudayaan dapat dibentuk, dilestarikan, atau dikmbangkan melalui
pendidikan, baik kebudayaan yang berwujud lokal atau kelakuan dan teknologi, dapat
diwujudkan melalui proses pendidikan.
b. Kebudayaan Nasional sebagai Landasan Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas)
Menurut UU-RI No 2 1989 Pasal 1 Ayat 2 adalah Masyarakat Indonesia
menjadi pendukung kebudayaan adalah masyarakat yang majemuk, maka kebudaan
bangsa Indonesia lebih tepat disebut sebagai kebudayaan Nusantara yang beragam.
4. Landasan Psikologis
Pada umumnya landasan psikologis dari pendidikan tertuju pada pemahaman
manusia, khususnya tentang proses perkembangan dan proses belajar. Sehingga
landasan psikologis merupakan salah satu landasan yang penting dalam bidang
pendidikan.

11
a. Pengertian tentang Landasan Psikologis
Kajian dan penemuan psikologis sangat diperlukan penerapannya dalam
bidang pendidikan, umpama pengetahuan tentang aspek-aspek pribadi, urutan, dan
ciri-ciri pertumbuhan setiap aspek, dan konsep tentang cara-cara paling tepat untuk
mengembangkannya.
b. Perkembangan Peserta Didik sebagai Landasan Psikologis
Perkembangan manusia berlangsung sejak konsepsi (pertemuan ovum dan
sperma) sampai saat kemudian, sebagai perubahan maju (progesif) ataupun kadang-
kadang kemunduran (regresif). Salah satu aspek dari pengembangan manusia
seutuhnya adalah yang berkaitan dengan perkembangan kepribadian, utamanya agar
dapat diwujudkan kepribagian yang mantap dan mandiri.
5. Landasan Ilmiah dan Teknologis
Setiap perkembangan iptek harus segera diakomodasi oleh pendidikan yakni
dengan segera memasukan hasil pengembangan iptek itu ke dalam isi bahan ajaran.
Sebaliknya, pendidikan sangat dipengaruhi oleh sejumlah cabang-cabang iptek,
utamanya ilmu-ilmu perilaku (psikologi, sosiologi, antropologi).
a. Pengertian tentang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
Pengetahuan yang memenuhi kriteria dari segi ontologis, epistemologis, dan
aksiologis secara konsekuen dan penuh disiplin biasa disebut ilmu ataupun ilmu
pengetahuan, kata sifatnya adalah ilmiah atau keilmuan, sedangkan ahlinya disebut
ilmuwan.
b. Perkembangan Iptek sebagai Landasan Ilmiah
Pengembangan dan pemanfaatan iptek pada umumnya ditempuh rangkaian
kegiatan : penelitian dasar, penelitian terapan, pengembangan teknologi, dan
penerapan teknologi, serta biasanya diikuti pula dengan evaluasi ethis-politis-religius.

12
B. Asas-Asas Pokok Pendidikan
Asas pendidikan merupakan sesuatu kebenaran yang menjadi dasar atau
tumpuan berpikir, baik pada tahap perancangan maupun pelaksanaan pendidikan.
Salah satu dasar utama pendidikan adalah bahwa manusia itu dapat di-didik dan dapat
mendidik diri sendiri.
1. Asas Tut Wuri Handayani
Asas atau semboyan tut wuri handayani yang dikumandangkan oleh Ki Hadjar
Dewantara itu mendapat tanggapan positif dari Drs. R.M.P Sostrokartono (filsuf dan
ahli bahasa) dengan menambahkan dua semboyan untuk melengkapinya, yakni Ing
Ngarso Sung Tulada dan Ing Madya Mangun Karsa.
2. Asas Belajar Sepanjang Hayat
UNESCO menetapkan pendidikan seumur hidup adalah pendidikan yang
harus; Meliputi seluruh hidup setiap individu, Mengarah kepada pembentukan,
peningkatan, dan penyempurnaan secara sistematis pengetahuan, keterampilan, dan
sikap yang dapat meningkatkan kondisi hidupnya, Tujuan akhirnya adalah
mengembangkan penyadaran diri, Meningkatkan kemampuan dan motivasi untuk
belajar mandiri, Mengakui kontribusi dari semua pengaruh pendidikan yang mungkin
terjadi, termasuk yang formal, non-formal dan informal.
3. Asas Kemandirian dalam Belajar
Perwujudan asas kemandirian dalam belajar akan menempatkan guru dalam
peran utama sebagai fasilitator dan motivator, disamping peran-peran lain :
Informator, organisator, dan sebagainya. Sebagai fasilitator guru diharapkan
menyediakan dan mengatur berbagai sumber belajar sedemikian sehingga
memudahkan peserta didik berinteraksi dengan sumber-sumber tersebut.

13
BAB IV
PERKIRAAN DAN ANTISIPASI TERHADAP MASYARAKAT
MASA DEPAN

UU-RI No. 2 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 telah ditetapkan
antara lain bahwa “Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik
melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan bagi peranannya dimasa
yang akan datang.”

A. Perkiraan Masyarakat Masa Depan


Moh. Ansyar (1992 : 6) : “Zaman kita, yang oleh Alvin Toffler disebut
Gelombang Ketiga atau yang oleh John Naisbitt disebut Zaman Pasca-Industri,
memerlukan suatu pendidikan yang berbeda dengan pendidikan pada zaman
sebelumnya.”
1. Kecenderungan Globalisasi
Kecenderungan globalisasi ada empat bidang yaitu bidang iptek, bidang
ekonomi, bidang lingkungan hidup, dan bidang pendidikan. Disamping itu
kecenderungan globalisasi juga tampak pada bidang politik, hukum, dan hak-hak
asasi manusia, paham demokrasi, dan sebagainya.
2. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek)
Perkembangan iptek yang makin cepat dalam era globalisasi merupakan salah
satu ciri utama dari masyarakat masa depan. Dan hampir dapat dipastikan bahwa
perkembangan yang makin cepat itu masih akan berlanjut dalam abad ke-21 yang
akan datang.

14
3. Perkembangan Arus Komunikasi yang Semakin Padat dan Cepat
Perkembangan komunikasi dengan arus informasi yang makin padat dan akan
dipercepat dimasa depan, mencakup keseluruhan unsur-unsur dalam proses
komunikasi tersebut.
4. Peningkatan Layanan Profesional
Manusia masa depan menuntut suatu kualitas hidup yang lebih baik, termasuk
berbagai layanan yang dibutuhkannya. Layanan yang diberikan oleh pemangku
profesi tertentu, atau layanan profesional, akan semakin penting untuk kebutuhan
masyarakat tersebut.

B. Upaya Pendidikan dalam Mengantipasi Masa Depan


Penggarapan upaya pembaruan terkait dengan semua personal yang terlibat
dalam pendidikan, utamanya guru dan siswa, meliputi baik pengetahuan dan
keterampilan maupun wawasan serta sikapnya.

1. Tuntutan bagi Manusia Masa Depan (Manusia Modern)


Manusia masa depan memiliki tantangan-tantangan yang akan dihadapi
dimasa depan seperti : Kemampuan menyesuaikan diri dan memanfaatkan peluang
globalisasi dalam berbagai bidang wawasan dan pengetahuan yang memadai tentang
iptek umpamanya melek teknologi tanpa harus menjadi pakar iptek, Kemampuan
menyaring dan memanfaatkan arus informasi yang semakin padat dan cepat, dan
Kemampuan bekerja efisien sebagai cikal bakal kemampuan profesional.
2. Upaya Mengantisipasi Masa Depan
Berdasarkan perikaraan tentang masyarakat masa depan serta profil manusia
yang diharapkan berhasil di dalam masyarakat itu maka perlu dikaji berbagai upaya
masa kini yang memungkinkan mewujudkan manusia masa depan tersebut.

15
a. Perubahan Nilai dan Sikap
Perubahan nilai dan sikap dalam rangka mengantisipasi masa depan haruslah
diupayakan sedemikian rupa sehingga dapat diwujudkan keseimbangan dan
keserasian antara aspek pelestaria dan aspek pembaruan.
b. Pengembangan Kebudayaan
Saling pengaruh dalam pengembangan kebudayaan di dunia ini, merupakan
hal yang lumrah. Dalam sejarah tercatat bagaimana puncak kebudayaan pada suatu
wilayah tertentu akan mempengaruhi kebudayaan lain di dunia ini.
c. Pengembangan Sarana Pendidikan
Dengan penetapan kerangka dasar tersebut maka pendidikan mempunyai
suatu acuan dalam penyesuaian dengan keadaaan yang selalu berubah, utamanya
perkembangan masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia dimasa yang akan datang
(UU RI No. 2 1989).

16
BAB V
PENGERTIAN, FUNGSI, DAN JENIS LINGKUNGAN
PENDIDIKAN

A. Pengertian dan Fungsi Lingkungan Pendidikan


Latar tempat berlangsungnya pendidikan itu disebut lingkuang pendidikan,
khususnya pada tiga lingkungan utama pendidikan yakni keluarga, sekolah, dan
masyarakat (Umar Tirtaraharja et. Al., 1990 : 39-40).
Secara umum fungsi lingkungan pendidikan adalah membantu peserta didik
dalam berinteraksi dengan berbagai lingkungan sekitarnya (fisik, sosial, dan budaya),
utamanya berbagai sumber daya pendidikan yang tersedia, agar dapat dicapai tujuan
pendidikan yang optimal.

B. Tripusat Pendidikan
Dalam peraturan Dasar Perguruan Nasional Taman Siswa (Putusan Kongres
X tanggal 5-10 Desember 1966) Pasal 15 ditetapkan :
(1) Untuk mencapai tujuan pendidikannya, Taman Siswa melaksanakan kerja sama
yang harmonis antara ketiga pusat pendidikan yaitu :
a. Lingkungan keluarga
b. Lingkungan pendidikan
c. Lingungan masyarakat/pemuda
(2) Sistem pendidikan tersebut dinamakan sistem “Tripusat” (Suparlan, 1984 : 110).
Bagi Taman Siswa, disamping siswa yang tetap tinggal dilingkungan keluarga,
sebagian siswa tinggal diasrama (Wisma Priya dan Wisma Rini) yang dikelola secara
kekeluargaan dengan menerapkan Sistem Among. Sedangkan pada lingkungan
masyarakat, Taman Siswa, menerapkan dengan penekanan pemupukan semangat
kebangsaan (Suparlan, 119-120).

17
1. Keluarga
UU RI No. 2 Tahun 1989 tentang Sisdiknas menegaskan fungsi dan peranan
keluarga dalam pencapaian tujuan pendidikan yakni membangun manusia Indonesia
seutuhnya. Pendidikan keluarga merupakan bagian dari jalur pendidikan luar sekolah
yang diselenggarakan dalam keluarga dan yang memberikan keyakinan agama, nilai
budaya, nilai moral, dan keterampilan (Pasal 10 Ayat 4).
2. Sekolah
Diantara tiga pusat pendidikan, sekolah merupakan sarana yang secara
sengaja dirancang untuk melaksanakan pendidikan. Oleh karena itu, sekolah
seharusnya menjadi pusat pendidikan untuk menyiapkan manusia Indonesia sebagai
individu, warga masyarakat, warga negara, dan warga dunia di masa depan.
3. Masyarakat
Kaitan antara masyarakat dan pendidikan dapat ditinjau dari tiga segi, yakni :
a. Masyarakat sebagai penyelenggara pendidikan, baik yang dilembagakan maupun
yang tidak dilembagakan.
b. Lembaga-lembaga kemsyarakatan dan/atau kelompok sosial di masyarakat, baik
langsung maupun tidak langsung, ikut mempunyai peran dan fungsi edukatif.
c. Dalam masyarakat tersedia berbagai sumber belajar, baik yang dirancang (by
design) maupun yang dimanfaatkan (utility).

C. Pengaruh Timbal Balik antara Tripusat Pendidikan Terhadap


Perkembangan Peserta Didik
Dikaitkan dengan tiga poros kegiatan utama pendidikan (membimbing,
mengajar, dan melatih seperti tersebut Ayat 1 Pasal 1 UU RI No.2 / 1989), peranan
ketiga tripusat pendidikan itu bervariasi meskipun ketiganya melakukan tiga kegiatan
pokok dalam pendidikan tersebut. Kaitan antara tripusat pendidikan dengan tiga
kegiatan pendidikan untuk mewujudkan jati diri yang mantap, penguasaan,
pengetahuan, dan kemahiran keterampilan.

18
BAB VI
ALIRAN-ALIRAN PENDIDIKAN

A. Aliran Klasik dan Gerakan Baru dalam Pendidikan


Aliran-aliran klasik yang meliputi salah satunya aliran empirisme merupakan
benang-benang merah yang menghubungkan pemikiran-pemikiran pendidikan masa
lalu, kini, dan mungkin yang akan datang.
Gerakan gerakan baru dalam pendidikan dapat dikaji untuk memperkuat
wawasan dan pengetahuan tentang pengajaran karena merupakan pilar penting dari
pendidikan disekolah.

1. Aliran-Aliran Klasik dalam Pendidikan dan Pengaruhnya Terhadap


Pemikiran Pendidikan di Indonesia
Siswa merupakan bukan hanya reciver dan transmitter tetapi juga generator of
information. Perbedaan pandangan dalam perkembangan manusia menjadi dasar
perbedaan pandangan tentang peran pendidikan dalam manusia.
a. Aliran Empirisme
Seorang filsuf Inggris, John Locke mengembangkan teori Tabula Rasa,
dimana anak lahir didunia bagaikan kertas putih yang bersih. Aliran empiris
dipandang sebelah mata karena hanya memetingkan peranan pengalaman yang
diperoleh dari lingkungan bukan kemampuan dasar anak sejak lahir.
b. Aliran Nativisme
Filsuf dari Jerman 1788-1860 yaitu Schopenhauer, berpendapat bahwa bayi
yang dilahirkan diikuti oleh pembawaan baik dan pembawaan buruk dan karena itu
pendidikan ditentukan oleh pembawaan yang sudah dibawa sejak lahir.

19
c. Aliran Naturalisme
Filsuf Perancis J.J Rousseau (1712-1778) berpendapat bahwa semua anak
yang baru dilahirkan akan mendapat pembawaan buruk karena pembawaan baik yang
dimiliki oleh seorang anak akan menjadi rusak karena dipengaruhi lingkungan yang
diberikan oleh orang dewasa.
d. Aliran Konvergensi
Ahli pendidikan bangsa Jerman William Stern (1871-1939) berpendapat
bahwa seorang anak yang dilahirkan kedunia sudah disertai pembawaan baik maupun
pembawaan buruk arena dalam proses perkembangannya lingkungan mempunyai
peranan yang sangat penting untuknya.
e. Pengaruh Aliran Klasik terhadap pemikiran dan Praktek Pendidikan di Indonesia
Pendidikan seumur hidup dapat diwujudkan melalui belajar seumur hidup.
Hubungan tersebut sesuai dengan asas ing ngarso sung tulodo, ing madya mangun
karso, dan tut wuri handayani, serta pendekatan cara belajar siswa aktif (CSBA)
dalam kegiatan belajar mengajar.

2. Gerakan Baru Pendidikan dan pengaruhnya terhadap Pelaksanaan di


Indonesia
a. Pengajaran Alam Sekitar
Gerakan pendidikan yang mendekatkan anak dengan sekitarnya adalah
gerakan pengajaran alam sekitar, Fr. A. Finger di Jerman dengan heimatkunde
(pengajaran alam sekitar), dan J. Ligthart di Belanda dengan Het Volle-Leven
(kehidupan senyatanya) sebagai perintis gerakan ini.
b. Pengajaran Pusat Perhatian
Dirintis oleh Ovideminat Decroly dari Belgia dengan pengajarannya melalui
pusat-pusat minat, dimana anak harus di didik untuk dapat hidup dalam masyarakat
dan dipersiapkan dalam masyarakat , anak juga harus diarahkan kepada pembentukan
individu dan anggota masyarakat.

20
c. Sekolah Kerja
Kerschensteiner berpendapat bahwa kewajiban utama sekolah adalah
mempersiapkan anak-anak untuk dapat bekerja. Bukan pekerjaan otak yang
dipentingkan, melainkan pekerjaan tangan, seperti dari segala pengetahuan adat,
agama, bahasa, kesenian, ilmu pengetahuan dan lain-lain.
d. Pengajaran Proyek
Diletakkan oleh John Dewey, namun pelaksanaannya dilakukan oleh
pengikutnya W. H. Kilpatrick. Pengajaran proyek biasa pula digunakan sebagai salah
satu metode mengajar di Indonesia, antara lain dengan nama pengajaran proyek,
pengajaran unit, dan sebagainya.
e. Pengaruh Gerakan Baru dalam Pendidikan Terhadap Penyelenggaraan Pendidikan
di Indonesia
Gerakan baru dalam pendidikan berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar
disekolah, seperti muatan lokal dalam kurikulum untuk mendekatkan peserta didik
dengan lingkungannya, berkembanganya sekolah kejuruan, pemupukan semangat
kerja sama multidisiplin dalam menghadapi masalah, dan sebagainya.

B. Dua “Aliran” Pokok Pendidikan di Indonesia


1. Perguruan Kebangsaan Taman Siswa
Didirikan oleh Ki Hadjar Dewantara (lahir 2 Mei 1889) dengan nama
Suryadiningrat pada 3 Juli 1932 di Yogyakarta, yakni dalam bentu yayasan,
selanjutnya didirikan Taman Indria (TK) dan Kursus Guru, selanjutnya Taman Muda
(SD), disusul Taman Dewasa merangkap Taman Guru (Mulo-Kweekschool).
2. Ruang Pendidik INS Kayu Tanam
Didirikan oleh Mohammad Sjafei (lahir di Matan, Kalbar 1895) pada 31
Oktober 1926 di Kayu Tanam (Sumatra Barat). Sekolah ini mengalami pasang surut
dengan keadaan Indonesia saat itu. Tapi Moh. Sjafei memulai lagi dengan 30 orang
siswa.

21
BAB VII
PERMASALAHAN PENDIDIKAN

A. Permasalahan Pokok Pendidikan dan Penanggulannya


1. Masalah Pemerataan Pendidikan
Masalah pemerataan pendidikan timbul apabila masih banyak warga negara
khususnya anak usia sekolah yang tidak dapat ditampung didalam sistem atau
lembaga karena kurangnya fasilitas pendidikan yang tersedia.
2. Masalah Mutu Pendidikan
Mutu pendidikan dipermasalahkan jika hasil pendidikan belum mencapai taraf
seperti yang diharapkan. Jadi mutu pendidikan pada akhirnya dilihat pada kualitas
keluarannya. Dengan kata lain apakah keluaran itu mewujudkan diri sebagai manusia-
manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya dan membangun
lingkungannya.
3. Masalah Efisiensi Pendidikan
Masalah edisiensi pendidikan mempersoalkan bagaimana suatu sistem
pendidikan mendayagunakan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan
pendidikan. Masalahnya meliputi pengangkatan, penempatan, dan pengembangan
tenaga.
4. Masalah Relevansi Pendidikan
Masalah relevansi pendidikan mencakup sejauh mana sistem pendidikan dapat
menghasilkan luaran yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan, yaitu masalah-
masalah seperti yang digambarkan dalam rumusan tujuan pendidikan nasional.

22
D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Berkembangnya Masalah Pendidikan
1. Perkembangan Iptek dan Seni
Dalam perkembangan iptek suatu teknologi baru digunakan dalam suatu
proses produksi menimbulkan kondisi ekonomi sosial baru lantaran perubahan
persyaratan kerja, penguraian jumlah tenaga kerja atau jam kerja, kebutuhan bahan-
bahan baru, sistem pelayanan baru, berkembangnya gaya hidup baru, dan perubahan-
perubahan lainnya.
Dunia seni sendiri dikembangkan melalui sistem pendidikan secara terstruktur
dan terprogram, yaitu tersedianya sarana pendidikan tersendiri disamping program-
program yang lain dalam sistem pendidikan.
2. Laju Pertumbuhan Penduduk
Bertambahnya jumlah penduduk, penyediaan prasarana dan sarana pendidikan
beserta komponen penunjang terselenggaranya pendidikan harus ditambah. Dan ini
berarti beban pembangunan nasional menjadi bertambah.
3. Aspirasi Masyarakat
Meningkatnya aspirasi terhadap pendidikan maka orang tua mendorong
anaknya untuk bersekolah, agar nantinya anak-anaknya memperoleh pekerjaan yang
lebih baik daripada orang tuanya sendiri.
4. Keterbelakangan Budaya dan Sarana Kehidupan
Keterbelakangan budaya adalah suatu istilah yang diberikan oleh sekelompok
masyarakat yang menganggap dirinya sudah maju kepada masyarakat lain pendukung
suatu budaya.
Sementara itu cara menyediakan sarana kehidupan yaitu dengan pendidikan
sebagai transformasi budaya. Sebab sistem pendidikan yang tangguh adalah yang
bertumpu pada kebudayaan nasional.

23
E. Permasalahan Aktual Pendidikan dan Penanggulangannya
1. Permasalahan Aktual Pendidikan di Indonesia
Permasalahan aktual berupa kesenjangan-kesenjangan yang pada saat kita
hadapi saat ini dan terasa mendesak untuk ditanggulangi. Beberapa masalah aktual
pendidikan dikemukakan meliputi masalah-masalah keutuhan pencapaian sasaran,
kurikulum, peranan guru, pendidikan dasar 9 tahun, dan pendayagunaan teknologi
pendidikan.
2. Upaya Penanggulangan
Ada beberapa upaya untuk menanggulangi masalah-masalah aktual seperti
berikut :
a. Pendidikan afektif perlu ditingkatkan secara terprogram tidak cukup berlangsung
hanya secara insidental.
b. Pelaksanaan ko dan ekstrakurikuler dikerjakan dengan penuh kesungguhan dan
hasilnya diperhitungkan dalam menetapkan nilai akhir atau pelulusan.
c. Pemilihan siswa atas kelompok yang akan melanjutkan belajar ke perguruan tinggi
dengan yang akan terjun ke masyarakat.
d. Pendidikan tenaga kependidikan (prajabatan dan dalam jabatan) perlu diberi
perhatian khusus.

24
BAB VIII
SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

A. Kelembagaan, Program, dan Pengelolaan Pendidikan


1. Kelembagaan Pendidikan
Menurut UU No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
kelembagaan pendidikan dapat dilihat dari segi jalur pendidikan dan program serta
pengelolaan pendidikan.
2. Program dan Pengelolaan Pendidikan
Program pendidikan yang termasuk jalur pendidikan sekolah terdiri atas
pendidikan umum, pendidikan kejuruan, dan pendidikan lainnya.
1. Pendidikan Umum
Pendidikan yang mengutamakan perluasan pengetahuan dan keterampilan
peserta didik dengan pengkhususan yang diwujudkan pada tingkat-tingkat akhir masa
pendidikan. Yang termasuk pendidikan umum adalah SD, SMP, SMA, dan
Universitas.
2. Pendidikan Kejuruan
Pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat bekerja pada
bidang pekerjaan tertentu. Lembaga pendidikannya seperti STM, SMTK, SMIP,
SMIK, SMEA.
Selain dua jenis program pendidikan tersebut masih ada jenis program
pendidikan yang lain yaitu pendidikan luar biasa, pendidikan kedinasan, dan
pendidikan keagamaan.

B. Upaya Pembangunan Pendidikan Nasional


1. Jenis Upaya Pembaruan Pendidikan
Pembaruan yang terjadi meliputi landasan yuridis, kurikulum dan perangkat
penunjangnya, struktur pendidikan, dan tenaga kependidikan.

25
a. Pembaruan Landasan Yuridis
Pembaruan landasan yuridis berhubungan dengan hal-hal yang bersifat
mendasar dan prinsipal, karena landasan yuridis mendasari semua kegiatan
pelaksanaan pendidikan dan mengenai hal-hal yang penting seperti komponen
struktur pendidikan, kurikulum, pengelolaan, pengawasan, dan ketenagaan.
b. Pembaruan Kurikulum
Pembaruan kurikulum dapat dilihat dari segi orientasinya, strategi,
isi/program, dan metodenya. Kurikulum baru lahir sebagai penyempurnaan dari
kurikulum lama yang belum jelas orientasinya menjadi terorientasi kepada hasil
(product oriented).
c. Pembaruan Pola Masa Studi
Perubahan pola masa studi sebagai suatu pertanda adanya pembaruan
pendidikan berupa penambahan (perpanjangan masa studi) ataupun pengurangan
(perpendekan masa studi).
d. Pembaruan Tenaga Kependidikan
Pembaruan terhadap tenaga kependidikan dipandang sangat penting karena
pembaruan pada komponen-komponen lain tanpa ditunjang oleh tenaga-tenaga
pelaksana yang kompeten tidak akan ada artinya.
2. Dasar dan Aspek Legal Pembangunan Pendidikan Nasional
Dasar dan aspek legal pembangunan pendidikan nasional berupa ketentuan-
ketentuan yuridis yang menjadi dasar, acuan, serta mengatur penyelenggaraan sistem
pendidikan nasional, seperti Pancasila, UUD 1945, GBHN, UU organik pendidikan,
peraturan pemerintah, dan lain-lain.

26
BAB IX
PENDIDIKAN DAN PEMBANGUNAN

A. Esensi Pendidikan dan Pembangunan Serta Titik Temunya


Esensi pembangunan bertumpu dan berpangkal dari manusianya, bukan pada
lingkungannya seperti perkembangan ekonomi sebagaimana telah dikemukakannya.
Pembangunan berorientasi pada pemenuhan hajat hidup manusia sesuai dengan
kodratnya sebagai manusia.
Pembangunan dalam arti yang terbatas pada bidang ekonomi dan industri
berlumlah menggambarkan esensi yang sebenarnya dari pembangunan, jika kegiatan-
kegiatan tersebut belum dapat mengatasi masalah yang hakiki yaitu terpenuhinya
hajat hidup dari rakyat banyak material dan spiritual.

B. Sumbangan Pendidikan pada Pembangunan


1. Segi Sasaran Pendidikan
Prof. Dr. Slamet Iman Santoso mengatakan tujuan pendidikan menghasilkan
manusia yang baik, dimanapun ia berada maka akan memperbaiki lingkungannya.
2. Segi Lingkungan Pendidikan
Peran pendidikan dalam lingkungan ada pada lingkungan keluarga
(pendidikan informal), lingkungan sekolah (pendidikan formal), lingkungan
masyarakat (pendidikan nonformal), ataupun dalam sistem pendidikan prajabatan dan
jabatan.
3. Segi Jenjang Pendidikan
Jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah (SM), dan pendidikan tinggi
(PT) memberikan bekal kepada para peserta didik secara bersinambungan.

27
Pendidikan dasar memberikan bekal bagi pendidikan menengah dan tinggi.
Pendidikan menengah memberikan dua macam bekal yaitu membekali peserta didik
yang ingin melanjutkan ke pendidikan tinggi (SMA) dan bekal kerja bagi yang tidak
melanjutkan sekolah (SMTA).
4. Segi Pembidangan Kerja Atau Sektor Kehidupan
Pembidangan kerja menurut sektor kehidupan meliputi antara lain bidang
ekonomi, hukum sosial politik, keuangan, perhubungan, dan komunikasi, pertanian,
pertambangan, pertahanan, dan lain-lain.

C. Pembangunan Sistem Pendidikan Nasional


1. Mengapa Sistem Pendidikan Harus Dibangun
Untuk menyongsong suasana hidup yang diperlukan itu sistem pendidikan
harus berubah. Jika tidak, maka pendidikan sebagai an agent of social change (agen
perubahan sosial) tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Strukturnya, kurikulumnya,
pengelolaannya, tenaga kependidikannya mau tidak mau harus disesuaikan dengan
tuntutan baru tersebut.
2. Wujud Pembangunan Sistem Pendidikan
Secara makro, sistem pendidikan meliputi banyak aspek yang satu sama lain
bertalian erat yaitu :
- Aspek Filosofis dan keilmuan.
- Aspek Yuridis atau perundang-undangan.
- Struktur.
- Kurikulum yang meliputi materi, metodologi, pendekatan, orientasi.

28

Anda mungkin juga menyukai