Anda di halaman 1dari 4

Korektor 1 Korektor 2

PEMERIKSAAN
RHEUMATOID FACTOR
METODE : KUALITATIF dan SEMI KUANTITATIF

Probandus:

Nama : Ny. Nana


Umur : 54 tahun

1. TUJUAN : Untuk mengetahui adanya rheumatoid factor dalam sampel serum yang
Diperiksa.

2. PRINSIP : Uji RF-lateks adalah tes aglutinasi untuk deteksi langsung dan semikuantitatif
dari Rheumatoid Faktor dalam serum. Antigen berupa factor rheumatoid dalam
Serum bereaksi dengan suspensi partikel lateks dilapisi dengan gamma
globulin manusia membentuk aglutinasi.

3. ALAT dan BAHAN : Alat : tabung reaksi, pipet tetes, black slide test
Bahan : reagen latek
Sampel : serum

4. CARA KERJA : a. Kualitatif :


1. Masing-masing komponen/reagen dibiarkan mencapai suhu ruang.
2. Reagen dikocok perlahan untuk menghomogenkan partikel lateks.
3. Satu tetes sampel serum ditambahkan pada black slide test.
4. Satu tetes reagen latex ditambahkan disebelah sampel serum.
5. Sampel serum dan reagen diaduk memenuhi lingkaran slide.
6. Slide test digoyangkan selama 2 menit.
7. Hasil positif ditandai dengan adanya aglutinasi

Interpretasi hasil : (+) Terjadi aglutinasi dalam waktu 2 menit.


(-) Tidak terjadi aglutinasi dalam waktu 2 menit.

b. Semikualitatif :
1. Empat buah tabung serologis disiapkan, masing-masing tabung
Diberi label ½, ¼ , 1/8 ,1/16.
2. Larutan saline dipipet sebanyak 100µl dan dimasukkan pada

Imunoserologi II D-IV TLM


masing-masing tabung.
3. Tabung 1 dimasukkan 100µl sampel serum kemudian
dihomogenkan.
4. Dari tabung 1 dipipet 100µl kemudian dimasukkan ke tabung 2 dan
dihomogenkan, dan dilanjutkan hingga tabung ke-4.
5. Dari tabung ke-4 diambil 100µl dan dibuang.
6. Selanjutnya, 50µl serum dipipet dan ditambahkan 50µl campuran
tadi dan dikerjakan seperti pada uji kualitatif.
7. Hasil akhir/titer ditentukan dari pengenceran tertinggi yang masih
Menunjukkan hasil positif.

5. HASIL : Kualitatif : (+) Terbentuk aglutinasi dalam waktu 2 menit.


Semi kuantitatif : (+) Terbentuk aglutinasi sampai pengenceran ketiga

6. KESIMPULAN : Jadi pemeriksaan RF pada probandus didapatkan hasil kualitatif (+)Terbentuk


Aglutinasi dalam waktu 2 menit dan Semi kuantitatif (+) Terbentuk aglutinasi
sampai pengenceran ketiga

7. PEMBAHASAN

Rheumatoid Factor (RF) adalah auntoantibodi yang terdapat dalam darah beberapa penderita
artritis reumatoid. Faktor reumatoid bukan sebagai penyebab penyakit, tetapi digunakan sebagai
penilai/indikator (Wijayakusuma, 2007). RF adalah imunoglobulin yang bereaksi dengan molekul IgG
(Widmann, 1995). Sebagaimana ditunjukkan namanya, RF terutama dipakai untuk mendiagnosa dan
memantau rheumatoid arthritis (Sacher, 2004). Semua penderita dengan Rheumatoid Arthritis (RA)
menunjukkan antibodi terhadap IgG yang disebut faktor rheumatoid atau antiglobulin (Roitt, 1985).
Rheumatoid arthritis sendiri merupakan suatu penyakit sistemik kronis yang ditandai dengan
peradangan ringan jaringan penyambung. Sekitar 80-85% penderita RA mempunyai autoantibodi yang
dikenal dengan nama Rheumatoid faktor dalam serumnya dan menunjukkan RF positif. Faktor ini
merupakan suatu faktor anti-gammaglobulin. Kadar RF yang sangat tinggi menandakan prognosis
buruk dengan kelainan sendi yang berat dan kemungkinan komplikasi sistemik. (Price, 1999 dan
Widmann, 1995).
Prinsip pemeriksaan ini adalah reagen RF mengandung partikel latex yang dilapisi
dengan gamma globulin manusia. Ketika reagen yang dicampur dengan serum yang
mengandung RF pada level yang lebih besar dari 8,0 IU/ml maka pada partikel akan terjadi
aglutinasi. Hal ini menunjukkan reaksi positif pada sampel terhadap RF. Dan harus dilakukan
pemeriksaan secara semi kuantitatif untuk mengetahui titernya. Untuk tujuan ini sample harus
dilarutkan dengan pelarut yang tersedia dan ditest secara kualitatif. Tingkat RF dapat dihitung
dari pengenceran terakhir dengan aglutinasi yang terlihat. Sebaliknya bila pada serum yang diperiksa

Imunoserologi II D-IV TLM


menunjukkan level kurang dari 8,0 IU/ml hal ini menunjukkan reaksi negatif terhadap RF.
Reumatoid artritis memerlukan pengobatan sepanjang hidup penderita. Jenis rematik ini
merupakan bentuk artritis yang paling serius karena dapat mengakibatkan kerusakan sendi yang
berat. Selain itu jenis penyakit ini menyebabkan kelumpuhan serta komplikasi, seperti perikarditis
(radang kantung jantung), radang mata, osteroporosis, dan lesi pada paru-paru (Wijayakusuma,
2007). Dikarenakan reumatoid artritis merupakan penyakit autoimun, maka penyakit ini akan terus ada
pada penderitanya. Prinsipnya, penyakit autoimun apapun perlu dikontrol untuk meningkatkan kualitas
hidup yang lebih baik. Untuk mengontrolnya perlu memperhatikan pola hidup, diet, dan obat-obatan
yang dikonsumsi (Marisza Cardoba Foundation, 2017).

Imunoserologi II D-IV TLM


DAFTAR PUSTAKA

Gandasoebrata, R. 1985. Penuntun Laboratorium Klinik. Dian Rakyat : Jakarta

Grey, M. A., 2017. Gambaran Hasil Rheumatoid Factor (RF) pada Wanita Menopause di Desa
Sidorame Barat II Lingkungan VI Kecamatan Medan Perjuangan. Medan: Politeknik
Kesehatan Kemenkes Medan.

Harti, A. S., 2012. Pemeriksaan Rheumatoid Faktor pada Penderita Tersangka Rheumatoid
Arthritis. Jurnal Kesehatan Kusuma Husada, 3(2), p. 1.

Sacher, R. A. 2004. Tinjauan Klinis Hasil Laboratorium. Jakarta: EGC.

Nasution, Jani. 2011. Pola Aktivitas Pasien Rheumatoid Arthritis di Poliklinik Penyakit Dalam
Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan (SKRIPSI). USU. Medan.

Imunoserologi II D-IV TLM

Anda mungkin juga menyukai