Prodi : PBSI
NPM : 20882011A226013
SEJARAH SASTRA
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah. Segala puji penulis persembahkan ke hadirat Allah SWT. Dengan curahan
rahmat dan hidayah-Nya, artikel ini dapat terselesaikan. Dalam artikel ini, penulis
mencantumkan secara singkat sejarah perkembangan sastra Indonesia. Artikel ini disusun untuk
memenuhi tugas UAS perkuliah Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP Sumenep. Juga,
diharapkan artikel ini bermanfaat bagi semua yang membutuhkan.
Dalam penulisan buku ini, penulis memanfaatkan sejumlah artikel dan website sebagai
rujukan dari artikel ini.
Memang artikel ini jauh dari kata sempurna, tetapi alangkah baiknya kita mensyukuri apa
yang ada. Semoga dengan adanya artikel ini bisa bermanfaat bagi semua.
Daftar Isi ii
BAB I Pendahuluan
BAB IV Refrensi
BAB I PENDAHULUAN
a) Istilah sastra, dipakai sebagai istilah umum yang meliputi beberapa ilmu yang bersangkut-paut
dengan bahasa, filsafat, seni, sejarah, dan kebudayaan. Jadi, di fakultas sastra diadakan dan
diselidiki ilmu-ilmu sastra;
b) Istilah susastra, dipakai untuk mengacu kepada hasil kerja sastra yang konkret, jadi ada susastra
Indonesia, susastra Inggris dan sebagainya, (literature, belies-lettres);
c) Istilah kesusastraan, dipakai untuk mengacu kepada abstraksi soal-soal susastra. Jadi ada teori
kesusastraan, kritik kesusastraan dan sebagainya, (cf. masyarakat dan kemasyarakatan). 1
B. Sastra dan Kebudayaan
Dr. S. O. Robson mengatakan bahwa sastra sebenarnya apa? Ia tidak berani mengajukan
definisi, tetapi ia mengajukan usul bahwa sastra adalah sebagian dari kebudayaan, yaitu
kebudayaan dalam arti yang luas, bukan sekadar kehalusan atau kesenian. Jadi pada gilirannya
mengharuskan kita membuat definisi kebudayaan.
Yang dimaksud dengan kebudayaan adalah kelompok adat kebiasaan, pikiran, kepercayaan
dan nilai yang turun-temurun dan dipakai oleh masyarakat pada waktu tertentu untuk
menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap segala situasi yang sewaktu-waktu timbul, baik
dalam kehidupan individu maupun dalam kehidupan bermasyarakat secara keseluruhan.
Selanjutnya, Robson mengatakan bahwa barangkali penting untuk memberikan perhatian
sedikit pada definisi itu, karena ada beberapa hal yang berguna untuk pembicaraan sastra, kalau
seandainya sastra boleh dipandang sebagai bagian dari kebudayaan.2
Masyarakat lama dipayungi dan dipagari oleh folklor. Apakah yang dimaksud dengan istilah
folklor? Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia: Pusat Bahasa (Edisi IV, 2008 : 395 - 396)
tercantum pengertian folklor adapun bunyinya sebagai berikut :
1
A. M. Moeliono (1996: 270)
2
Dr. S. O. Robson (1978: 6-7)
2) Ilmu adat-istiadat tradisional dan cerita rakyat yang tidak dibukukan;
- folklor bukan lisan: folklor yang diciptakan, disebarluaskan, dan diwariskan tidak
dalam bentuk lisan (arsitektur rakyat, kerajinan tangan rakyat, pakaian dan perhiasan
tradisional, bunyi isyarat dan musik tradisional)
- folklor lisan: folklor yang diciptakan, disebarluaskan dan diwariskan dalam bentuk
lisan (bahasa rakyat, teka-teki, puisi rakyat, cerita prosa rakyat, dan nyanyian rakyat)
Masyarakat lama yang bersifat statis, lama kelamaan berubah menjadi masyarakat baru.
Faktor utama terjadinya perubahan sifat adalah sebagai berikut :
Pengaruh Agama Islam Agama Islam membawa corak yang lain, ia sangat
mengutamakan manusia, tanggung jawab dan kewajibannya masing-masing. Akan tetapi, dalam
berbagai hal, pemeluk agama Islam disamping yang menyesuaikan diri juga yang masih patuh
pada adat-istiadat masyarakat lama.
Orang yang beriman disuruh memelihara diri dan juga keluarganya dari api neraka. Allah
SWT. Berfirman : “Wahai orang-orang yang beriman peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka” 3
Sebenarnya, perubahan yang terbesar, yang terjadi di negeri ini dan yang penting untuk
memahamkan puisi baru sebagai pancaran masyarakat baru, yaitu perubahan yang disebabkan
oleh pertemuan masyarakat kita dengan masyarakat Eropa.
Seperti bangsa Timur yang lain, bangsa Indonesia dengan sengaja pula menyongsong
kebudayaan Eropa, dengan jalan memasuki sekolah yang didirikannya, membaca bukunya,
menjadi pegawai dalam perusahaannya, turut menyertai perdagangan internasional, dll. Sekolah,
berbagai-bagai didikan dan pengajaran tentang ekonomi, kesehatan, dll., perlahan-lahan
3
(Surat At-Tahrim, 66 : 6)
mengubah pikiran dan anggapan. Ikatan adat yang mengekang sudah longgar dan mata mereka
tertuju ke depan. Perubahan-perubahan tersebut di atas melahirkan masyarakat baru. Masyarakat
baru melahirkan puisi baru, puisi baru adalah pancaran masyarakat baru.
Pendapat kedua di atas dikemukakan oleh Umar Junus. Ia menyangkutpautkan nama Sumpah
Pemuda dengan nama sastra Indonesia. Ia beranggapan bahwa sastra Indonesia baru ada sesudah
Sumpah Pemuda 1928. Tidak ada sastra tanpa bahasa, ini benar. Jadi, sastra Indonesia baru ada
sesudah ada bahasa Indonesia.
Pendapat ketiga di atas dikemukakan oleh Fachruddin Ambo Enre (1963: 19). Ia berpendapat
bahwa ditinjau dari sudut bentuk, bahasa, dan isinya, kesusastraan yang muncul pada masa-masa
duapuluhan ini jelas menunjukkan adanya pengaruh kesusastraan Barat; isinya mencerminkan
keadaan masyarakat zamannya, masyarakat Indonesia yang sedang mengalami pertumbuhan,
gaya bahasa dan perbendaharaan kata-katanya tidak lagi serupa dengan bahasa di zaman
Abdullah bi Abdulkadir Munsji. Jadi, kenyataan cukup memberikan hak kepada kita untuk
menetapkan munculnya suatu zaman baru, zaman kesusastraan Indonesia.
A. Pujangga Lama
Bentuk pengklasifikasian karya sastra Indonesia yang dihasilkan sebelum abad ke-20. Pada
masa ini karya sastra di Indonesia didominasi oleh syair, pantun, gurindam dan hikayat. Di
Nusantara, budaya melayu klasik dengan pengaruh Islam yang kuat meliputi sebagian besar
negara pantai Sumatera dan Semenanjung Malaya.
Di Sumatera bagian utara muncul karya-karya penting berbahasa Melayu, terutama karya-
karya keagamaan. Hamzah Fansuri adalah yang pertama dianatara penulis-penulis utama
angkatan pujangga lama.
B. Sastra Melayu Lama
Karya sastra di Indonesia yang dihasilkan antara tahun 1870-1942. Berkembang
dilingkungan masyarakat Sumatera seperti Langkat, Tapanuli, Minangkabau dan daerah
Sumatera lainnya.
C. Periode Sastra Indonesia Baru
Sejarah sastra Indonesia baru diperkirakan dimulai pada tahun 1920-an, dimana pada periode
ini sastra Indonesia telah mengalami akulturasi dengan Kesusastraan Barat.
Disamping itu karya di zaman ini hadir dengan nama pengarang yang dinyatakan dengan
jelas. Di mana di masa ini mulai dikenal prosa (Roman, novel, cerita pendek dan drama) dan
puisi yang mulai menggantikan kedudukan syair, pantun, gurindam dan hikayat dalam khazanah
sastra di Indonesia.
Karena perjuangannya yang sangat besar, Chairil Anwar menjadi tokoh sentral pada
periode ini. Disebut juga sebagai Angkatan Kemerdekaan karena kelahirannya
bersamaan dengan suasana proklamasi kemerdekaan Indonesia.
D. Angkatan Reformasi
Jatuhnya kekuasaan Orde Baru turut melahirkan wacana tentang Sastrawan Angkatan
Reformasi, terlebih di akhir 1990-an. Angkatan ini turut merefleksi keadaan sosial politik. Oleh
karena itu masa ini didominasi oleh lahirnya karya-karya sastra bertemakan sosial-politik.
E. Angkatan 2000
sebuah buku tebal tentang Angkatan 2000 oleh Korrie Layun Rampan telah diterbitkan oleh
Gramedia di tahun 2002. Buku tersebut menjadi penanda lahirnya Sastrawan Angkatan 2000
yang kemudian menjaring seratus lebih pelaku sastra, baik itu penyair, cerpenis, novelis hingga
kritikus sastra.
Masa ini ditandai dengan lahirnya karya sastra yang sangat berani dan vulgar yang
mendorong berkembangnya fiksi sekuler dan seksual. Salah satu yang menonjol adalah Ayu
Utami melalui karyanya yang berjudul “Saman” dan “Larung”.
Sebagai pengimbangnya lahir juga fiksi-fiksi Islami yang dilahirkan dengan eksplorasi dan
pengemasan yang Islami sehingga terkesan lebih santun dan bersih dari hal yang mengandung
citra erotis dan vulgar.
F. Saat Ini
Seiring dengan perkembangan internet, berdampak pula pada sejarah perkembangan sastra
Indonesia saat ini, banyak anggota komunitas sastra Indonesia tidak lagi mempublikasikan
karya-karyanya melalui buku, periode ini dikenal dengan nama Cyber Sastra.
Mereka lebih memilih mempublikasikan melalui dunia maya, baik yang dikelola resmi oleh
pemerintah, organisasi nirbala, maupun situs pribadi.
REFERENSI
http://digilib.unm.ac.id/
https://blogkulo.com/sejarah-sastra-indonesia/