oleh
Idatul Fitriyah
4301412036
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
iii
3.6 Metode Pengumpulan Data ........................................................................... 26
3.7 Instrumen Penelitian...................................................................................... 26
3.8 Metode Analisis Data .................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 33
iv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Analisis Kebutuhan Bahan Ajar ..................................................... 36
Lampiran 2. Peta Bahan Ajar .............................................................................. 40
Lampiran 3. Prosedur Pelaksanaan Pembelajaran .............................................. 42
Lampiran 4. Alur Pengembangan Bahan Ajar .................................................... 43
Lampiran 5. Kisi-Kisi Instrumen Penilaian Bahan Ajar ..................................... 44
Lampiran 6. Lembar Penilaian Bahan Ajar......................................................... 45
Lampiran 7. Kriteria Penilaian Bahan Ajar......................................................... 51
Lampiran 8. Lembar Validasi Instrumen Penilaian ............................................ 53
Lampiran 9. Lembar Masukan Penilai ................................................................ 54
Lampiran 10. Surat Pernyataan ........................................................................... 55
Lampiran 11. Kisi-Kisi Pedoman Wawancara .................................................... 56
Lampiran 12. Lembar Pedoman Wawancara ...................................................... 57
Lampiran 13. Lembar Validasi Pedoman Wawancara ........................................ 58
Lampiran 14. Transkrip Wawancara Guru.......................................................... 59
Lampiran 15. Transkrip Wawancara Siswa ........................................................ 63
Lampiran 16. Analisis Penyebaran Angket Siswa .............................................. 74
Lampiran 17. Analisis Observasi Pembelajaran di Kelas ................................... 76
Lampiran 18. Analisis Kebutuhan Media Pembelajaran..................................... 77
Lampiran 19. Dokumentasi ................................................................................. 85
v
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan merupakan upaya yang mendasar untuk proses pembangunan sumber
daya manusia yang berkualitas. Sekolah sebagai lembaga pendidikan menjadi salah
satu hal yang paling penting dalam proses pembangunan ini, karena dituntut perannya
untuk menciptakan lulusan yang berkualitas (Pujiono, 2014). Lulusan dari suatu
sekolah harus dipastikan memiliki kompetensi yang diperlukan untuk melanjutkan
pendidikannya secara mandiri sehingga tujuan pendidikan nasional dapat tercapai.
Tujuan pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan peserta didik agar
menjadi manusia yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, kreatif, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab (UU No. 20 tahun
2003). Tujuan pendidikan nasional ini dapat tercapai jika pelaksanaan pendidikan di
tingkat sekolah berjalan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan memperhatikan
elemen-elemen yang mendukungnya yaitu guru, siswa, sarana dan prasarana,
karyawan, dan kurikulum (Mulyasa, 2003). Kelima elemen tersebut merupakan satu
kesatuan yang menentukan keberhasilan dalam pendidikan, tetapi kurikulum menjadi
elemen yang memiliki peran yang signifikan dalam proses pembelajaran (Pujiono,
2014). Kurikulum tidak hanya dijadikan acuan dalam pembelajaran di sekolah, tetapi
kualitas kurikulum merupakan faktor penentu keberhasilan pendidikan dan terciptanya
manusia yang berkualitas dan berakhlak.
Kurikulum 2013 adalah serentetan rangkaian penyempurnaan terhadap
kurikulum yang telah dirintis dari tahun 2004 yang berbasis kompetensi lalu diteruskan
dengan Kurikulum 2006 atau yang dikenal dengan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) (Rosida, 2015). Kurikulum 2013 berfokus pada pendekatan
ilmiah/saintifik (Permendikbud No. 65 Tahun 2013), menekankan pengalaman pribadi
melalui proses mengamati, bertanya, penalaran, mencoba (pengamatan berbasis
learning) dan berkomunikasi sehingga dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa.
(Sumarti, et al., 2015).
2
Berdasarkan uji materi tahun 2013 diperoleh beberapa kondisi, yaitu: proses
pembelajaran masih berpusat pada guru, pembelajaran IPA yang berorientasi pada
buku teks, penilaian masih pada ranah kognitif, dan buku teks hanya memuat materi.
Kondisi ideal yang diharapkan adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa,
pembelajaran kontekstual, menekankan penilaian psikomotor, kognitif dan afektif
secara proporsional, dan lebih menekankan pada pembelajaran yang menghasilkan
produk-produk tertentu yang mendorong untuk melakukan penelitian sepert seperti
Problem Based Learning (PBL), Project Based Learning (PjBL), Inquiry, dan
Discovery (Sumarti, et al., 2015).
Penyempurnaan kurikulum pada Kurikulum 2013 menjadi titik terang perbaikan
sistem pendidikan di Indonesia, namun demikian dalam penerapannya tidak lepas dari
berbagai masalah diantaranya terbatasnya jumlah buku (bahan ajar) berbasis
Kurikulum 2013 yang disediakan oleh pemerintah, sebagian guru belum mampu
mengembangan bahan ajar secara mandiri, sebagian guru kesulitan dalam
mentransformasi rancangan pembelajaran Kurikulum 2013 dalam kegiatan
pembelajaran, serta proses penilaian yang rumit (Fauzi, 2015).
Bahan ajar merupakan sekumpulan konsep yang disesuaikan dengan kompetensi
(Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD)) yang harus dikuasai siswa serta
dikembangkan dan disesuaikan dengan siswa sebagai pribadi, anggota masyarakat,
dan warga negara yang produktif dan bertanggung jawab dimasa mendatang (Farisi,
2013). Keterbatasan dan kesulitan guru untuk mencari atau mengembangkan bahan ajar
yang sesuai dengan muatan kurikulum menjadi salah satu hambatan
pengimplementasian Kurikulum 2013, karena pembelajaran menjadi tidak interaktif
dan guru kurang termotivasi dalam mengajar (Pujiono, 2014). Bahan ajar yang sesuai
dengan pendekatan proses pembelajaran Kurikulum 2013 merupakan salah satu
alternatif solusi dari permasalahan yang ada.
Ilmu kimia merupakan salah satu rumpun IPA, yang diperoleh dan dikembangkan
berdasarkan eksperimen yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, dan
bagaimana gejala-gejala alam, khususnya yang berkaitan dengan komposisi, strukuktur
dan sifat, transformasi dinamika, dan energitika zat yang melibatkan keterampilan
3
(1) Kondisi ideal yang diharapkan dalam suatu proses pembelajaran yaitu
pembelajaran yang berpusat pada siswa, pembelajaran kontekstual, menekankan
penilaian afektif, kognitif, dan psikomotor secara proporsional, dan menekankan
pembelajaran yang sesuai dengan Kurikulum 2013 belum tercapai.
(2) Masih terbatasnya bahan ajar yang sesuai dengan Kurikulum 2013.
(3) Sebagian guru masih kesulitan untuk mengembangkan bahan ajar secara mandiri.
(4) Sebagian guru kesulitan dalam menuangkan rencana pembelajaran ke dalam
kegiatan pembelajaran.
(5) Sebagian guru kurang melaksanaan penilaian afektif, kognitif, dan psikomotor
secara proporsional.
(6) Sebagian guru mengalami kesulitan dalam menyampaikan materi Ikatan Kimia.
1.3 Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, permasalahan yang paling krusial untuk dapat
dipecahkan adalah keterbatasan bahan ajar yang berbasis Kurikulum 2013 dan
kesulitan dalam menyampaikan materi Ikatan Kimia. Hal tersebut disebabkan karena
masalah bahan ajar dan materi Ikatan Kimia masih sesuai dengan latar belakang
pendidikan dan kompetensi yang dimiliki oleh peneliti. Sedangkan masalah poin (1),
(3), (4), dan (5) peneliti tidak memiliki wewenang untuk menyelesaikannya karena
yang berhak menyelesaikan adalah para pemangku kepentingan dalam pendidikan,
misalnya kepada dinas, kepala sekolah, dan guru.
Penelitian dilakukan di tiga kabupaten di Jawa Tengah yaitu Kabupaten
Pekalongan, Batang, dan Demak. Hal tersebut berdasarkan pada penelitian yang
dilakukan oleh Dikti tentang 100 sekolah terbaik di Indonesia. Kabupaten Pekalongan
mewakili kabupaten yang memiliki kualitas pendidikan menengah keatas, sedangkan
Batang dan Demak mewakili kualitas pendidikan menengah kebawah.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarakan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan
masalah maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
(1) Apakah modul berpendekatan konsep berbasis Kurikulum 2013 layak menurut
pakar dan guru kimia di tiga kabupaten di Jawa Tengah?
5
(1) Menjadi sumber belajar penunjang bagi siswa dalam pembelajaran kimia di
SMA/MA.
(2) Meningkatkan pemahaman konsep siswa materi Ikatan Kimia.
(3) Meningkatkan minat siswa untuk belajar Ikatan Kimia.
(4) Memudahkan guru dalam mengatur dan melaksanakan proses pembelajaran.
(5) Memudahkan siswa untuk memahami materi Ikatan Kimia.
(6) Memberikan inovasi bagi penelitian pengembangan dalam dunia pendidikan.
1.9 Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan
1.9.1 Asumsi Pemgembangan
Asumsi pengembangan dalam penelitian ini yaitu:
(1) Bahan ajar Ikatan Kimia berupa modul dapat menjadi sumber dan media belajar
bagi siswa.
(2) Dosen pembimbing memahami standar mutu modul yang baik.
(3) Peer reviewer memahami standar mutu modul yang baik.
(4) Pakar/ahli adalah dosen yang memiliki pengetahuan tentang pembelajaran dan
meteri Ikatan Kimia.
(5) Reviewer adalah guru Kimia SMA yang pernah mengajar dengan menggunakan
Kurikulum 2013 di Kabupaten Pekalongan, Batang, dan Demak.
1.9.2 Keterbatasan Bahan Ajar
Bahan ajar ini memiliki keterbatasan yaitu:
(1) Bahan ajar berupa modul yang hanya berisi materi Ikatan Kimia.
(2) Modul hanya ditinjau oleh dua orang dosen pembimbing dan tiga orang peer
reviewer untuk memberi masukan.
(3) Modul dinilai kelayakan dan kualitasnya oleh 2 orang pakar dan 6 orang guru kimia
di SMA/MA yang pernah/masih menggunakan Kurikulum 2013 di Kabupaten
Pekalongan, Batang, dan Demak, tetapi tidak diujicobakan pada siswa.
1.10 Definisi Istilah
Istilah-istilah operasional yang berkaitan dengan penelitian pengembangan ini
adalah:
7
(1) Pengembangan adalah suatu proses yang bertujuan untuk membuat suatu produk
melalui beberapa tahap, yaitu perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan
evaluasi.
(2) Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu
guru/instruktor dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar.
(3) Modul adalah adalah sebuah buku yang ditulis dengan tujuan agar peserta didik
dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru.
(4) Media cetak adalah bahan bacaan yang diproduksi secara profesional.
(5) Kurikulum 2013 adalah kurikulum berbasis kompetensi yang merupakan hasil
pengembangan dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang
menekankan pendekatan saintifik dalam proses pembelajarannya.
(6) Pendekatan konsep adalah bentuk instruksional kognitif yang memberi kesempatan
siswa berpartisipasi secara aktif dengan konsep-konsep dan menemukan prinsip sendiri
(7) Ikatan Kimia adalah salah satu materi kimia yang menjelaskan sebuah proses fisika
yang bertanggung jawab dalam interaksi gaya tarik menarik antara dua atom atau
molekul yang menyebabkan suatu senyawa diatomik atau poliatomik menjadi
stabil.
(8) Kompetensi Inti (KI) adalah adalah tingkat kemampuan untuk mencapai Standar
Kompetensi Lulusan yang harus dimiliki oleh peserta didik pada setiap tingkat,
kelas atau program.
(9) Kompetensi Dasar (KD) adalah kemampuan untuk mencapai Kompetensi Inti yang
harus diperoleh oleh peserta didik melalui pembelajaran. Kompetensi Dasar adalah
konten atau kompetensi yang terdiri atas sikap, pengetahuan, dan ketrampilan yang
bersumber pada kompetensi inti yang harus dikuasai peserta didik. Kompetensi
tersebut dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik peserta didik,
kemampuan awal, serta ciri dari suatu mata pelajaran.
(10) Indikator adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau di observasi untuk
menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian
mata pelajaran yang mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampila
8
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kurikulum 2013
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (UU Nomor 20 ahun 2003).
Kehadiran Kurikulum 2013 tidak lepas dari kurikulum sebelumnya, yaitu KTSP tahun
2006. Kurikulum 2013 sebagai penjabaran Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013
tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah yang mengisyaratkan tentang
perlunya proses pembelajaran yang dipandu dengan kaidah-kaidah pendekatan
saintifik. Adapun model penilaiannya dapat berupa penilaian berbasis tes dan nontes
(portofolio), menilai proses dan output dengan menggunakan authentic assessment,
rapor memuat penilaian kuantitatif tentang pengetahuan dan diskriptif kualitatif tentang
sikap dan keterampilan (Sariono, 2013).
2.1.1 Pendekatan Saintifik
Pendekatan saintifik merupakan pendekatan pembelajaran yang berorientasi
atau berpusat pada siswa (student centered approach). Di dalam pembelajaran dengan
pendekatan saintifik, peserta didik mengkonstruksi pengetahuan bagi dirinya. Bagi
peserta didik, pengetahuan yang dimilikinya bersifat dinamis, berkembang dari
sederhana menuju kompleks, dari ruang lingkup dirinya dan di sekitarnya menuju
ruang lingkup yang lebih luas, dan dari yang bersifat konkret menuju abstrak. Sebagai
manusia yang sedang berkembang, peserta didik telah, sedang, dan/atau akan
mengalami empat tahap perkembangan intelektual, yakni sensori motor,
praoperasional, operasional konkrit, dan operasional formal (Permendikbud, 2013).
Proses pembelajarannya menyentuh tiga ranah yaitu ranah sikap, keterampilan,
dan pengetahuan. Proses pembelajaran yang melibatkan tiga ranah tersebut dapat
digambarkan seperti pada Gambar 2.1 (Nasution, 2013).
9
Teknik dan instrument penilaian otentik dalam Kurikulum 2013 adalah sebagai
berikut.
(1) Penilaian kompetensi sikap melalui observasi, penilaian diri, penilaian “teman
sejawat”(peer evaluation) oleh peserta didik dan jurnal. Instrumen yang digunakan
untuk observasi, penilaian diri, dan penilaian antarpeserta didik adalah daftar cek
atau skala penilaian (rating scale) yang disertai rubrik, sedangkan pada jurnal
berupa catatan pendidik.
(2) Penilaian kompetensi pengetahuan untuk menilai kompetensi pengetahuan melalui
tes tulis, tes lisan, dan penugasan.
(3) Penilaian kompetensi keterampilan untuk menilai kompetensi keterampilan
melalui penilaian kinerja, yaitu penilaian yang menuntut peserta didik
mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu dengan menggunakan tes praktik,
projek, dan penilaian portofolio. Instrumen yang digunakan berupa daftar cek atau
skala penilaian (rating scale) yang dilengkapi rubrik (Abdullah, 2013).
2.2 Bahan Ajar
Bahan ajar merupakan bahan atau materi yang disusun oleh guru secara sistematis
yang digunakan siswa dalam pembelajaran. Bahan ajar dapat dikemas dalam bentuk
cetakan, noncetakan, dan dapat bersifat visual auditif (Arlitasari, et al., 2013).
2.2.1 Jenis-Jenis Bahan Ajar
Bahan ajar dibagi menjadi lima yaitu bahan ajar cetak, bahan ajar audio, bahan
ajar audio visual, bahan ajar multimedia interaktif, dan bahan ajar berbasis web
(Kemendibud, 2010). Pada pembahasan ini akan dibahas mengenai jenis-jenis bahan
ajar cetak. Bahan ajar cetak banyak diminati oleh masyarakat karena memiliki
kelebihan sebagai berikut.
(1) Bahan tertulis biasanya menampilkan daftar isi, sehingga memudahkan bagi
seorang guru untuk menunjukkan kepada peserta didik bagian mana yang sedang
dipelajari.
(2) Biaya untuk pengadaannya relatif sedikit.
(3) Bahan tertulis cepat digunakan dan dapat dipindah-pindah secara mudah.
(4) Susunannya menawarkan kemudahan secara luas dan kreativitas bagi individu.
11
(5) Bahan tertulis relatif ringan dan dapat dibaca di mana saja
(6) Bahan ajar yang baik akan dapat memotivasi pembaca untuk melakukan aktivitas,
seperti menandai, mencatat, membuat sketsa.
(7) Bahan tertulis dapat dinikmati sebagai sebuah dokumen yang bernilai besar.
(8) Pembaca dapat mengatur tempo secara mandiri.
Sampai saat ini sudah sikenal berbagai bahan ajar cetak,diantaranya handout, buku,
modul, Lembar Kegiatan Siswa (LKS), brosur, leaflet dst.
(1) Handout
Handout adalah bahan tertulis yang disiapkan oleh seorang guru untuk
memperkaya pengetahuan peserta didik. Handout biasanya diambilkan dari beberapa
literatur yang memiliki relevansi dengan materi yang diajarkan/ KD dan materi pokok
yang harus dikuasai oleh peserta didik.
(2) Buku
Buku adalah bahan tertulis yang menyajikan ilmu pengetahuan buah pikiran dari
pengarangnya. Buku sebagai bahan ajar merupakan buku yang berisi suatu ilmu
pengetahuan hasil analisis terhadap kurikulum dalam bentuk tertulis.
(3) Modul
Modul adalah sebuah buku yang ditulis dengan tujuan agar peserta didik dapat
belajar secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru. Pembelajaran dengan modul
memungkinkan seorang peserta didik yang memiliki kecepatan tinggi dalam belajar
akan lebih cepat menyelesaikan satu atau lebih KD dibandingkan dengan peserta didik
lainnya.
(4) LKS
LKS adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta
didik. Lembar kegiatan biasanya berupa petunjuk, langkah-langkah untuk
menyelesaikan suatu tugas. Suatu tugas yang diperintahkan dalam lembar kegiatan
harus jelas KD yang akan dicapainya.
(5) Brosur
Brosur adalah bahan informasi tertulis mengenai suatu masalah yang disusun
secara bersistem atau cetakan yang hanya terdiri atas beberapa halaman dan dilipat
12
tanpa dijilid atau selebaran cetakan yang berisi keterangan singkat tetapi lengkap
tentang perusahaan atau organisasi. Dengan demikian, maka brosur dapat
dimanfaatkan sebagai bahan ajar dan agar lembaran brosur tidak terlalu banyak, maka
brosur didesain hanya memuat satu KD saja.
(6) Leaflet
Leaflet adalah bahan cetak tertulis berupa lembaran yang dilipat tapi tidak
dimatikan/dijahit. Leaflet sebagai bahan ajar harus memuat materi yang dapat
menggiring peserta didik untuk menguasai satu atau lebih KD.
2.2.2 Modul Pembelajaran
Modul adalah sebuah buku yang ditulis dengan tujuan agar peserta didik dapat
belajar secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru, sehingga modul berisi paling
tidak tentang:
(1) Petunjuk belajar (petunjuk siswa/guru)
(2) Kompetensi yang akan dicapai
(3) Content atau isi materi
(4) Informasi pendukung
(5) Latihan-latihan
(6) Petunjuk kerja, dapat berupa Lembar Kerja (LK)
(7) Evaluasi
(8) Balikan terhadap hasil evaluasi
Sebuah modul akan bermakna kalau peserta didik dapat dengan mudah
menggunakannya. Pembelajaran dengan modul memungkinkan seorang peserta didik
yang memiliki kecepatan tinggi dalam belajar akan lebih cepat menyelesaikan satu atau
lebih KD dibandingkan dengan peserta didik lainnya. Dengan demikian maka modul
harus menggambarkan KD yang akan dicapai oleh peserta didik, disajikan dengan
menggunakan bahasa yang baik, menarik, dilengkapi dengan ilustrasi (Depdiknas,
2008).
13
Makroskopik
Simbolik Mikroskopik
prinsip sendiri (Arifin & Mulyati, 2000). Konsep dapat mengalami modifikasi karena
ditemukan fakta-fakta baru sebaga contoh adalah konsep atom dan asam-basa.
Perancangan pembelajaran berpendektan konsep harus memerhatikan hal-hal
berikut (Dahar, 2003).
(1) Konsep-konsep yang akan diajarkan harus dinyatakan secara tegas dan lengkap.
(2) Prasyarat atau konsep-konsep yang telah diketahui dan diperlukan dapat digunakan
dalam proses pembelajaran.
(3) Urutan kegiatan pembelajaran seharusnya memberikan pengalaman yang
memadai, sesuai dengan konsep yang akan dipelajari maupun konsep yang telah
ada.
2.5.2 Pendekatan Keterampilan Proses Sains
Pengembangan keterampilan proses perlu dilaksanakan dalam pendekatan
pembelajaran apapun yang digunakan guru. Hal ini dilakukan karena tujuan guru
mengajar ialah membuat siswa berpikir, dan keterampilan proses itu ialah keterampilan
berpikir. Keterampilan-keterampilan proses tersebut dapat diklasifikasikan sebagai
keterampilan-keterampilan berikut.
(1) Mengamati adalah melakukan pengumpulan data tentang fenomena atau peristiwa
dengan menggunakaninderanya. Mengamati merupakan dasar bagi semua
keterampilan proses lainnya.
(2) Menafsirkan pengamatan adalah menarik kesimpulan tentatif dari data yang
dicatatnya.
(3) Meramalkan adalah prakiraan yang didasarkan pada hasil pengamatan yang
reliabel. Ramalan berarti pula mengemukaan apa yang mungkin terjadi pada
keadaan yang belum diamati berdasarkan penggunaan pola yang ditemukan sebagai
hasil pengamatan.
(4) Menggunakan alat dan bahan adalah mengetahui konsep dan mengapa mengapa
menggunakan alat dan bahan.
(5) Menerapkan konsep adalah menggunakan generalisasi yang telah dipelajarinya
pada situasi baru, atau untuk menerangkan apa yang diamatinya.
17
suhu, atau sebaliknya proses diperlambat dengan penurunan suhu yaitu dimasukkan
dalam lemari es.
(Susiwi, 2007)
2.6 Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah tentang implementasi
Kurikulum 2013. Model pembelajaran pada Kurikulum 2013 adalah model
pembelajaran dengan pendekatan saintifik (Nasution, 2013). Tetapi dalam
implementasinya banyak mengalami hambatan, mulai dari kesiapan, pemahaman, dan
perencanaan guru sampai masalah sarana dan prasarana (Pujiono, 2014). Berdasarkan
uji materi tahun 2013 didapatkan beberapa kondisi, yaitu proses pembelajaran masih
berpusat pada guru, pembelajaran IPA yang berorientasi pada buku teks, penilaian
masih pada ranah kognitif, dan buku teks hanya memuat materi (Sumarti, et al., 2015).
Dari beberapa referensi, pelaksanaan Kurikulum 2013 memang menghadapi banyak
permasalahan, banyak studi kasus maupun penelitian yang lain tentang implemetasi
kurikulum tersebut dan hal-hal yang mendukung pengimplementasiannya. Hal tersebut
sesuai dengan penelitian pengembangan ini yang berbasis Kurikulum 2013.
Penelitian yang lain yang berkaitan dengan penelitian ini adalah pengembangan
bahan ajar. Banyak penelitian tentang pengembangan bahan ajar dengan berbagai
nama, model, pendekatan, dan basis dan dengan berbagai tujuan. Seperti pada
penelitian pengembangan bahan ajar inovatif Rumus Kimia dan Persamaan Reaksi
model pembelajaran PBL. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa siswa yang belajar
menggunakan bahan ajar (modul) inovatif memiliki hasil belajar lebih tinggi dibanding
dengan siswa yang belajar tanpa bahan ajar. Selain hal itu, penelitian tersebut juga
menyebutkan bahwa buku teks kimia yang diterbitkan oleh beberapa penerbit perlu
dikemas inovasinya dalam hal urutan materi dan strategi pembelajarannya agar sesuai
dengan Kurkulum 2013 (Silaban, et al., 2014). Selain dari hal tersebut, penelitian ini
berangkat dari keterbatasan bahan ajar di sekolah-sekolah dan kesulitan guru untuk
mengembangkan bahan ajar sendiri (Fauzi, 2015).
Penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan pengembangan ini adalah
tentang kesulitan para guru dan siswa untuk mempelajari materi Ikatan Kimia. Materi
19
ini merupakan salah satu materi yang memiliki sifat mikroskopik sehingga dalam
pembelajarannya sulit untuk dimulai dari hal-hal yang bersifat kontektual
(makroskopik) sehingga banyak terjadi miskonsepsi pada siswa tentang konsep-konsep
ini (Nahum, et al., 2007). Hal tersebut juga terbukti dengan penelitian identifikasi
masalah kesulitan belajar materi kimia kelas X di Propinsi Lampung. Berdasarkan
penelitian tersebut materi yang paling sulit diajarkan oleh guru di sekolah yang
berstatus SSN, Mandiri, maupun Rintisan adalah materi Ikatan Kimia dengan tingkat
kesulitan mencapai 100% (Sunyono, et al., 2009). Berbagai solusi ditawarkan dalam
berbagai penelitian misalnya dengan strategi “ERMO”, didalam penelitian tersebut
dijelaskan sebelum mempelajari ilmu kimia maka yang harus diketahui terlebih dahulu
adalah karakteristik ilmu kimia dan strategi pembelajaran konsep yang mungkin
diterapkan (Suja, 2014). Berdasarkan beberapa penelitian di atas, sebelum mempelajari
ilmu kimia maka harus dianalisis dulu karakteristik materinya kemudian kemungkinan
pendekatan yang digunakan. Pendekatan yang cocok untuk digunakan adalah
pendekatan konsep karena sesuai dengan karakteristik materinya.
2.7 Kerangka Berfikir
Kerangka berfikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.4. Penelitian
diawali dengan melakukan wawancara kepada guru dan siswa, menyebar angket
kepada siswa, observasi pelaksanaan pembelajaran, dan studi pustaka. Berdasarkan
hasil wawancara, angket, observasi, dan studi pustaka ditemukan beberapa masalah
yang disajikan dalam Gambar 2.4. permasalahan yang keusial untuk dipecahkan dan
sesuai dengan kemampuan dan kewenangan dalam penelitian ini adalah masalah
keterbatasan bahan ajar dan kesulitan menyampaikan materi Ikatan Kimia.
20
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini direncanakan sebagai penelitian pengembangan. Langkah
pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah petunjuk teknis
pengembangan bahan ajar yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan Nasional.
Poduk pengembangkan berupa modul Ikatan Kimia berpendekatan konsep berbasis
Kurikulum 2013 kemudian dilakukan penilaian untuk ditentukan kualitas dan
kelayakannya. Penelitian pengembangan ini tidak sampai dilakukan tahap uji coba
produk karena materi yang diambil adalah Ikatan Kimia, dimana materi tersebut
merupakan materi kelas X semester 1 yang sudah terlewat (expofacto).
Langkah pengembangan dalam penelitian ini dapat dilihat pada bagian alur
enelitian. Pengembangan bahan ajar ini hanya sampai diperolehnya bahan ajar yang
sudah diketahui kualitas dan kelayakannya (prototype).
3.2 Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah guru-guru mata pelajaran kimia kelas X di sekolah
yang menggunakan Kurikulum 2013, dalam hal ini sekolah yang akan diambil adalah
sekolah yang menggunakan Kurikulum 2013 di Kabupaten Pekalongan, Batang, dan
Demak.
Objek penelitian ini adalah modul materi kimia kelas X, fokus materi yang akan
diteliti adalah Ikatan Kimia karena berdasarkan hasil identifikasi masalah kesulitan
dalam pelajaran kimia kelas X di Propinsi Lampung, materi kimia yang paling sulit
diajarkan guru di sekolah yang berstatus SSN, Mandiri, dan Rintisan adalah materi
Ikata Kimia. Fokus penelitian ini adalah hasil penilaian pakar dan guru mata pelajaran
kimia mengenai kualitas dan kelayakan yang ditinjau dari materi/isi, penyajian,
bahasa, dan kegrafikan menurut standar penilaian bahan ajar BSNP.
22
Alur Penelitian
Hasil penilaian
kelayakan dan Dinilai oleh teman sejawat (peer
kualitas previewer) sebagai uji terbatas
tidak ya
Direvisi Layak?
Hasil penilaian
kelayakan dan
kualitas
disebut dengan Modul 2. Kemudian dilakukan penilaian bahan ajar oleh guru-guru
kimia di sekolah yang menggunakan Kurikulum 2013 untuk dinilai kelayakan dan
kualitasnya di Kabupaten Pekalongan, Batang, dan Demak.
Kelemahan dari pengambangan ini adalah modul tidak diimplementasikan
kepada siswa saat peoses pembelajaran untuk mengetahui keefektifan dan efisiensi dari
bahan ajar yang dikembangkan, sehingga perlu penelitian lebih lanjut untuk
mengetahui keefektifan dan efisiensinya.
3.6 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
dokumentasi dan wawancara. Metode dokumentasi dalam penelitian ini digunakan
untuk memperoleh data skor pada komponen yang diteliti. Kriteria skor komponen
penilaian yang digunakan untuk memberi penilaian telah ditetapkan oleh BSNP dengan
penjabaran seperlunya. Dalam penelitian ini, penilaian dilakukan oleh dosen
Universitas Negeri Semarang jurusan Kimia sebagai pakar, teman sejawat sebagai peer
reviewer dan guru mata pelajaran Kimia SMA. Setelah memperoleh skor tiap
komponen kemudian dilakukan analisis hasil penilaian untuk menentukan kualitas dan
kelayakan bahan ajar hasil pengembangan.
Metode wawancara digunakan untuk mendapatkan data tentang manfaat dari
bahan ajar hasil pengembangan, apakah dapat membantu guru dalam
mengimplementasikan Kurikulum 2013 dan apakah dapat membantu guru dan siswa
pada materi Ikatan Kimia. Wawancara yang dilakukan adalah wawancara terstruktur
dimana panduan wawancara telah dipersiapkan sebelumnya.
3.7 Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar penilaian dan
wawancara.
3.7.1 Lembar Penilaian
Komponen Subkomponen
Materi/isi Kesesuaian dengan KI dan KD
Keakuratan materi
Pendukung materi pembelajaran
Kemutakhiran materi
Penyajian Teknik penyajian
Pendukung penyajian
Penyajian pembelajaran
Kelengkapan pembelajaran
Bahasa Lugas
Komunikatif
Dialogis dan interaktif
28
(BSNP, 2007)
Keterangan:
ri : koefisien reliabilitas instrument
𝑠𝑡 2 : varians total
2
∑ 𝑥𝑡 2 (∑ 𝑥𝑡)
𝑠𝑡 2 = −
𝑛 𝑛2
Perhitungan uji reliabilitas skala diterima, jika hasil perhitungan rhitung > rtabel 5%.
Lembar wawancara valid jika r hitung lebih besar dari rtabel 5%.
29
Kisi-kisi wawancara dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.3.
Komponen Indikator
Implementasi Kurikulum Pendapat mengenai Kurkulum 2013
Pengimplementasian Kurikulum 2013
Hambatan implementasi Kurikulum
2013
Tanggapan mengenai bahan ajar dalam
implementasi Kurikulum 2013
Kesulitan dalam materi Ikatan Kimia Materi yang dianggap sulit siswa
Materi yang dianggap sulit guru
Tanggapan mengenai bahan ajar dalam
membantu mengatasu kesulitan yang
dialami guru dan siswa
Nilai yang diperoleh dari tiap kompenen selanjutnya dijumlahkan dan disajikan
dalam bentuk persen dengan rumus sebagai berikut:
𝑞
p= 𝑥 100%
𝑛
Keterangan :
p : perentase nilai
q : jumlah nilai yang di peroleh pada semua komponen
n : jumlah nilai total semua komponen
Kualitas buku dikatakan sangat baik jika hasil rata-rata persentase dari keenam
penilai antara 85 – 100%. Dikatakan baik jika hasil rata-rata mencapai 65 - 84%. Hasil
rata-rata antara 55 - 64% dikatakan cukup baik, kemudian dikatakan kurang baik jika
hasil rata-rata ketiga penilai antara 40 - 54% dan tidak baik jika hasil rata-rata antara 0
- 39%. Kriteria kualitas buku ditetapkan dalam Table 3.8.
Tabel 3.8 Kriteria Kualitas Bahan Ajar
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, L. H., 2013. Sistem Penilaian dalam Kurikulum 2013: Kajian Dokumen.
[Online] Available at:
https://www.academia.edu/5253890/Sistem_Penilaian_dalam_Kurikulum_20
13_Kajian_Dokumen [Accessed 8 Januari 2016].
Anita & Sri, 2007. Strategi Pembelajaran Kimia. Jakarta: Universitas Terbuka.
Arifin & Mulyati, 2000. Common Textbook Strategi Belajar Mengaja Kimia. Bandung:
JICA.
Arlitasari, O., Pujayanto & Budiharti, R., 2013. Pengembangan Bahan Ajar IPA
Terpadu Berbasis SALINGTEMAS dengan Tema Biomassa Sumber Energi
Alternatif Terbarukan. Jurnal Pendidi Fisika, 1(1).
BSNP, 2007. Kegiatan Penilaian Buku Teks Pelajaran Pendidikan Dasar dan
Menengah. In: Buletin BSNP. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, pp.
14-23.
Dahar, R. W., 2003. Aneka Wacana Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Bandung:
Publikasi Terbatas.
Depdiknas, 2008. Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Dirjen Managemen
Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah
Atas.
Farisi, M. I., 2013. Kurikulum Rekonstruksi dan Implikasinya Terhadap Ilmu
Pengetahuan Sosial: Analisis Dokumentasi Kurikulum 2013. Paedagogia,
16(2), pp. 144-165.
Fauzi, I., 2015. Studi Deskripsi Implementasi Kurikulum 2013 pada Pembeljaran
Fisika di Wilayah SMA Negeri Kabupaten Bantul, Yogyakarta: Pendidikan
Fisika Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Kalijaga.
Kemendibud, 2010. Juknis Pengembangan Bahan Ajar SMA. Jakarta: Kemendikbud.
Mulyasa, 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
34
Struktur Lewis
Bentuk Molekul
42
Mengumpulkan Mengeksplorasi, mencoba, berdiskusi, Jumlah dan kualitas yang sumber yang dikaji / digunakan,
Informasi/mencoba mendemontrasikn, meniru bentuk/gerak, melaku- kelengkapan informasi, validitas informasi yang dikumpulkan, dan
(experimenting) kan eksperimen, membaca sumber lain selain buku instrument/ alat yang digunakan untuk mengumpulkan data
teks, mengumpulkan data dari nara sumber melalui
angket, wawancara, dan memodifikasi
/menambah/mengembangkan
Menalar/ Mengolah informasi yang sudah dikumpulkan, Fakta/konsep/teori, menyintesis dan argumentasi serta kesimpulan
Mengasosiasikan menganalisa data dalam bentuk membuat katagori, keterkaitan antar berbagai jenis fakta/konsep/teori/pendapat;
(associating) mengasosiasi atau menghubungkan fenomena / mengembangkan interpretasi, struktur baru, argumentasi dan
informasi yang terkait dalam rangka menenemukan kesimpulan yang menunjukkan hubungan fakta/konsep/teoridari
suatu pola dan menyimpulkan dua sumber atau lebih yang tidak berentangan; mengembangkan
interpretasi, struktur baru, argumentasi dan kesimpulan dari
konsep/ teori/pendapat yang berbeda dari berbagai jenis sumber.
Mengkomunikasikan Menyajikan laporan dalam bentuk bagan, diagram, atau Menyajikan hasil kajian (dari mengamati sampai menalar) dalam
(communicating) grafik; menyusun laporan tertulis; dan menyajikan bentuk tulisan, grafis, media elektronik, multimedia dan lain-lain.
laporan meliputi proses, hasil, dan kesimpulan secara
lisan.
43
(Depdiknas, 2008)
Lampiran 5. Kisi-Kisi Instrumen Penilaian Bahan Ajar
Judul Program :Pengembangan Modul Berpendekatan Konsep sebagai Bahan Ajar Kimia
SMA/MA untuk Mendukung Implementasi Kurikulum 2013 di Tiga
Kabupaten di Jawa Tengah
Mata Pelajaran : Kimia
Materi Pokok : Ikatan Kimia
Sasaran Program : Kelas X semester 1
B. Aspek Penilaian
1. Materi/isi
Indikator Jawaban
Butir Penilaian Keterangan*)
Penilaian Ya Tidak
Kesesuaian 1. Materi lengkap
materi dengan 2. Cakupan materi luas
SK dan KD 3. Pembahasan materi dalam
Keakuratan 4. Konsep dan definisi akurat
Materi 5. Prinsip akurat.
6. Fakta dan data akurat
7. Contoh akurat
8. Soal akurat
Gambar, diagram dan ilustrasi
akurat
9. Notasi, simbol, dan ikon akurat
10. Acuan pustaka akurat
Pendukung 11. Bahan ajar dapat dinalaran
Materi (reasoning)
Pembelajaran 12. Ada keterkaitan
13. Ada komunikasi (write and talk)
14. Ada penerapan
15. Materi menarik
16. Mendorong untuk mencari
informasi lebih jauh
Kemutakhiran 17. Kesesuaian materi dengan
Materi perkembangan ilmu.
18. Gambar, diagram dan ilustrasi
aktual.
19. Menggunakan contoh kasus di
dalam dan luar Indonesia
20. Kemutakhiran pustaka.
47
2. Penyajian
Indikator Jawaban
Butir Penilaian Keterangan*)
Penilaian Ya Tidak
Teknik 1. Konsisten dalam sistematika sajian
Penyajian dalam kegiatan belajar.
2. Penyajian runtut.
Pendukung 3. Ada contoh-contoh soal dalam
Penyajian setiap kegiatan belajar.
4. Ada soal latihan pada setiap akhir
kegiatan belajar.
5. Ada kunci jawaban soal latihan.
6. Ada umpan balik soal latihan.
7. Ada pengantar materi.
8. Ada glosarium.
9. Adan Daftar Pustaka.
C. Komentar
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………….
D. Simpulan
(..................................................)
NIP.
51
1. Kriteria Kelayakan
Komponen Rentang skor Kategori
Materi/isi 16 < skor ≤ 21 Sangat layak
10 < skor ≤ 16 Layak
5 < skor ≤ 10 Cukup layak
Skor ≤ 5 Tidak layak
Penyajian 10 < skor ≤ 14 Sangat layak
7 < skor ≤ 10 Layak
3 < skor ≤ 7 Cukup layak
Skor ≤ 3 Tidak layak
Bahasa 10 < skor ≤ 13 Sangat layak
6 < skor ≤ 10 Layak
3 < skor ≤ 6 Cukup layak
Skor ≤ 3 Tidak layak
Kegrafikan 22 < skor ≤ 29 Sangat layak
15 < skor ≤ 22 Layak
7 < skor ≤15 Cukup layak
Skor ≤ 7 Tidak layak
2. Kriteria Nilai
Komponen Nilai Keterangan
Materi/Isi 10 Jika 19-21 makna dari semua kata kunci ditemukan.
9 Jika 17-18 makna dari semua kata kunci ditemukan.
8 Jika 15-16 makna dari semua kata kunci ditemukan.
7 Jika 13-14 makna dari semua kata kunci ditemukan.
6 Jika 11-12 makna dari semua kata kunci ditemukan.
5 Jika 9-10 makna dari semua kata kunci ditemukan.
4 Jika 7-8 makna dari semua kata kunci ditemukan.
3 Jika 5-6 makna dari semua kata kunci ditemukan.
2 Jika 3-4 makna dari kata kunci dapat ditemukan.
1 Jika 1-2 makna dari kata kunci dapat ditemukan.
52
3. Kriteria Kualitas
Kualitas Rata-Rata Komponen (%)
Sangat Baik 85 - 100
Baik 65 - 84
Cukup Baik 55 - 64
Kurang Baik 40 - 54
Tidak Baik 0 - 39
53
Penilaian Keterangan
No Aspek yang dinilai
4 3 2 1
1 Bahasa dan Penulisan:
1. Menggunakan bahasa Indonesia yang baku
sesuai kaidah
2. Menggunakan bahasa yang mudah dipahami,
dan tidak menimbulkan penafsiran ganda
2 Konstruksi:
1. Terdapat kriteria penilaian
2. Terdapat identitas lembar penilaian
3. Berisi kriteria yang mengacu pada penilaian
bahan ajar
Penilaian secara umum
No Uraian A B C D
1 Penilaian secara umum terhadap format lembar
penilaian bahan ajar
Saran-saran
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
Validator
(………………..……)
54
………….,……………………2016
Reviewer
(………………………………….)
NIP.
55
SURAT PERNYATAAN
Nama :
NIP :
Instansi :
Alamat Instansi :
Alamat Rumah :
Menyatakan bahwa saya telah memberikan penilaian dan masukan terhadap “Modul
Berpendekatan Konsep sebagai Bahan Ajar Kimia SMA/MA untuk Mendukung
Implementasi Kurikulum 2013” yang disusun oleh:
…………..,………………………2016
Penilai
(……………………………………….)
NIP.
56
PEDOMAN WAWANCARA
Nama guru :
Sekolah :
Hari, tanggal :
Implementasi Kurikulum
9. Dari semua materi kelas X, biasanya nilai bab apa yang paling rendah?
10. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu tentang materi Ikatan Kimia?
11. Menurut Bapak/Ibu materi apa yang paling sulit disampaikan kepada siswa kelas X?
12. Bagaimana cara ibu mengatasi kesulitan tersebut?
13. Bagaimana pendapat ibu tentang bahan ajar hasil pengembangan? Apakah bisa
membantu kesulitan belajar siswa dan membantu guru dalam mengajar?
58
(………………..……)
59
Jawab : ceramah, diskusi, tanya jawab, eksperimen. Akan tetapi siswa lebih tertarik
dengan metode eksperimen, serta untuk meningkatkan keaktifan siswa, saya
mengajar menggunakan metode pembelajaran bervisi kuis.
21. Apakah siswa sudah bisa berfikir kritis bu?
Jawab : Belum, karena hanya beberapa siswa yang mampu berpikir kritis.
22. Bagaimana keaktifan siswa di dalam kelas ?
Jawab : keaktifan siswa bergantung pada metode yang digunakan, apabila mengajar
menggunakan metode kuis, siswa cenderung lebih aktif dalam pembelajaran.
23. Bagaimana hasil akhir atau pencapaian tujuan pembelajaran ibu tercapai ?
Jawab : Dengan melihat hasil ulangan lisan, tertulis dan praktikum.
24. Rata-rata kelas apakah sudah memenuhi standar KKM ?
Jawab : Belum.
25. Materi apa yang menurut ibu susah untuk diterima oleh siswa ? apa penyebabnya ?
Jawab : Materi asam – basa dan reaksi. Siswa cenderung susah untuk mereaksikan.
26. Media apa yang digunakan dalam KBM?
Jawab : SPU, papan tulis, kartu kation-anion, buku LKS, buku paket.
27. Apa media yang sudah ada dimanfaatkan secara optimal?
Jawab : Belum.
28. Media apa saja yang tersedia? Berapa jumlahnya?
Jawab : LCD, tetapi hanya tersedia 5 buah, laboratorium kimia.
29. Apa setiap KBM selalu menggunakan media yang sesuai? Apa kendalanya?
Jawab : Tidak, kendala pada ketersediaan sarana dan prasarana media itu sendiri. Serta
alokasi waktu.
30. Apa penggunakan media membantu ibu dan siswa dalam KBM?
Jawab : Sangat membantu.
31. Media seperti apa yang diharapkan untuk mendukung KBM?
Jawab : Media Audio-visual, modul yang menarik.
32. Masalah apa yang biasanya muncul dalam KBM?
Jawab : keaktifan siswa.
33. Bagaimana cara ibu mengetahui pemahaman siswa setelah selesai pelajaran (latihan, tugas,
resume dll.)?
62
Jawab : latihan soal, disuruh maju mengerjakan soal di papan tulis, serta ulangan harian
maupun UTS dan US.
34. Apa ada inventarisasi dan petunjuk penggunaanya?
Jawab : Ada tetapi belum lengkap.
35. Apa ada media khusus untuk menilai hasil belajar siswa?
Jawab : Ada tetapi belum di manfaatkan kembali, karena kesibukan.
36. Apa kendalanya dalam penilaian yang berjalan saat ini? Dan apa harapan ibu tentang sistem
penilaian yang berjalan saat ini?
Jawab : Sudah baik, akan tetapi perlu di tingkatkan kembali, demi tercapainya penilaian
yang efektif dan efisien.
37. Bagaimana cara ibu memotivasi siswa dalam pembelajaran kimia ?
jawab : dengan cara memberikan rewards berupa nilai serta barang yang bermanfaat
seperti bolpoint, serta memberikan kisah hidup seseorang yang dapat memotivasi siswa
untuk lebih semangat belajar.
63
M, A, Y : 26 siswa
Pertanyaan : Mulai kenal kimia sejak kapan? Adik suka kimia? Mengapa?
M : mengenal kimia sejak SD, belajar kimia dari SMP. Suka tidak suka karena
kimia akan menjadi makanan sehari-hari karena merupakan anak IPA.
A : mengenal kimia sejal SD, belajar kimia sejak SMP. Ya saya lebih suka kimia
dari pada fisika karena lebih mudah dipahami dan diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari. Saya suka kimia bergantung sama gurunya, cara mengajarnya,
materinya.
Y : mengenal kimia sejak SD mulai belajar sejak SMP. Saya suka kimia karena
bisa diterapin dalam kehidupan sehari-hari. Saya suka ya bergantung dari
materinya, cara mengajarnya bagaimana.
64
M : sama saja si mbak, tapi saya lebih suka yang ini (KTSP) karena tugasnya tidak
banyak dibandingkan kurikulum 2013, terus pulangnya juga lebih awal.
A : saya sependapat dengan M, soalnya tugasnya tidak banyak dan pulangnya lebih
awal. Bagi yang biasa pulang sore ya tidak masalah, tapi kasihan yang tidak biasa
pulang sore.
M, A, Y : pernah sekali di luar kelas, setiap bab ada praktikum di laboratorium dan ada
laporannya.
Pertanyaan :Buku apa yang biasanya digunakan untuk mkengajar? Buku paket, lks, atau
buatan guru sendiri? Adik punya bukunya?
A, Y : pinginnya pakai alat peraga biar lebih paham. Kalau ngerjain soal gak kudu di
kelas. Kadang-kadang waktunya gak cukup karena harus dikumpulin sepulang
sekolah. Punya waktu untuk mencatat, karena jika mencatat sambil
memperhatikan penjelasan guru jadinya tidak fokus.
soal. Intinya ya ada cara agar siswa punya catatan tetapi saat pelajaran lebih
fokus.
M, A, Y : ada yang bawa sendiri dan ada juga yang dari lab.
Pertanyaan :Alat2 di laboratorium menurut adik sudah lengkap? Sering digunakan atau tidak
laboratoriumnya?
M, A, Y : ada judul, tujuan, lanadasan teori, data pengamatan, analisis data dan simpulan.
Tapi laporannya singkat.
Pertanyaan :Apakah guru sering memberikan pertanyaan? Sulit atau mudah? Apa
kesempatan menjawab diberikan kepada seluruh siswa?
M, A, Y : sering memberikan pertanyaan seperti ada quiz, nanti siapa yang jawab dapat
point. Pertanyaanya ya kadang sulit kadang mudah. Yang menjawab ya
bergantung kondisi, kalau banyak yang pingin menjawab ya ditunjuk, kalau yang
pingin menjawab sedikit ya itu yang menjawab.
66
M, A, Y : ya itu mbak yang masih belum ketemu jawabannya. Masih bingung mbak untuk
apa mempelajari kimia.
Pertanyaan : Biasaya ulangan berapa kali? Ada remidi atau pengayaan? Bgm caranya?
M, A, Y : tiap bab ada ulangan. Ada remidinya tapi soalnya berbeda. Pengayaannya juga
ada.
Pertanyaan : Apa harapan adik untuk pembelajaran yang akan datang? Media yang
digunakan dalam bentuk apa?
Y : perlu adanya cara agar bisa mempunyai catatan tapi tetap fokus dalam
pelajaran.
67
Jawab : 36 siswa
Jawab : Dulunya Pak Parji, tapi ahir Februari Bapaknya pensiun. Terus dilanjutkan Bu
Dyah. Kami lebih suka cara mengajarnya Pak Parji karena Bapaknya lebih
menanamkan konsepnya kemudian siswa mengembangkan sendiri (Heru).
Kalau bu Dyah diterangin terus jadinya mudeng(Wulan, Monika, Kara).
Pertanyaan : Mulai kenal kimia sejak kapan? Adik suka kimia? Mengapa?
Jawab : Tidak ada pengaruhnya mbak. Walaupun menggunakan kurikulum 2013 tetapi
Pak Parji masih menggunakan buku lama atau buku tua sepertinya buku
kurikulum ‘84 . Mengenai kurikulum 2013 tidak mengerti dan paham mbak.
Jawab : Bu Dyah cara mengajarnya enak dan mudah dipahami, jelas dan artikulasi jelas.
Mengajarnya diselingi dengan diskusi, latihan soal, dan quiz tapi belum
menggunakan media. Kalau Pak Parji sudah sepuh jadi kurang sinkron antara
yang ditanyakan dan jawaban.
Pertanyaan :Buku apa yang biasanya digunakan untuk mkengajar? Buku paket, lks, atau
buatan guru sendiri? Adik punya bukunya?
Jawab : Bu Dyah hanya menyediakan FC-an LKS dan mencari buku-buku sendiri di
perpus.
Jawab : iya pernah tapi jarang karena materinya tidak mendukung. Kalau sama Pak
Parji bisanya disuruh praktikum di rumah. Satelah itu buat laporannya.
Pertanyaan :Alat2 di laboratorium menurut adik sudah lengkap? Sering digunakan atau tidak
laboratoriumnya?
Pertanyaan :Apakah guru sering memberikan pertanyaan? Sulit atau mudah? Apa
kesempatan menjawab diberikan kepada seluruh siswa?
Jawab : Kalau Pak Parji setiap tugas di kumpulkan menjadi satu dalam satu map tapi
untuk Bu Dyah belum tahu karena masih baru.
Pertanyaan : Apa harapan adik untuk pembelajaran yang akan datang? Media yang
digunakan dalam bentuk apa?
Jawab : Ada diskusi jadi siswa bisa bereksplorasi, menggunakan alat peraga, adanya
praktikum per bab dan pemahaman konsep yang lebih.
70
Jawab : 26 siswa
Jawab : ibu Dyah Sri Wahyuni, saya senang di ajar bu dyah, cara mengajarnya sudah
cukup mudah di mengerti (budi), saya lebih suka diajar bu dyah dari pada guru
sebelumnya(amalia), tergantung diri kita sendiri apabila kita sudah
mempersiapkan diri dari rumah untuk mengikuti pembelajaran kimia pasti akan
lebih mudah (habib)
Pertanyaan : Mulai kenal kimia sejak kapan? Adik suka kimia? Mengapa?
Jawab : sejak SMP tetapi belum terlalu mengenal karena masih dalam cakupan materi
ipa terpadu. Sedang, tidak terlalu Suka (budi), sejak SMP tetapi belum terlalu
mendalam, tidak suka karena sulit terutama materi reaksi makanan (amalia),
sudah tahu dari kecil karena bapak saya guru kimia jadi saya suka kimia (habib)
Jawab : dengan perubahan kurikulum saya rasa itu berkesan memaksa karena belum
ada kesiapan siswa lebih baik dengan kurikulum 2006 (budi), Tidak ada
pengaruhnya mbak, kurikulum 2013 tugasnya banyak (amalia), Tidak ada
pengaruhnya mbak karena pembelajarannya sama hanya pada kurikulum 2013
dititik beratkan pada keaktifan siswa (habib)
71
Jawab : Bu Dyah cara mengajarnya enak dan mudah dipahami, jelas dan artikulasi jelas.
Mengajarnya diselingi dengan diskusi, latihan soal, dan quiz tapi belum
menggunakan media.
Pertanyaan :Buku apa yang biasanya digunakan untuk mengajar? Buku paket, lks, atau
buatan guru sendiri? Adik punya bukunya?
Jawab : Bu Dyah hanya menyediakan FC-an LKS dan buku paket, tetapi buku paket
jarang digunakan
Jawab : iya pernah seperti titrasi, kemudian pengujian larutan asam basa dengan larutan
yang membawa dari rumah. Satelah itu buat laporannya. Dikumpulkan satu
minggu setelah praktikum.
Pertanyaan :Alat2 di laboratorium menurut adik sudah lengkap? Sering digunakan atau tidak
laboratoriumnya?
Pertanyaan :Apakah guru sering memberikan pertanyaan? Sulit atau mudah? Apa
kesempatan menjawab diberikan kepada seluruh siswa?
Jawab : sering, guru juga memberikan kesempatan yang sama kepada siswa untuk
bertanya.
Jawab : saya jadi tahu zat-zat yang berbahaya, kemudian saya jadi tahu bahwa peralatan
yang digunakan sehari-hari ternyata mengandung bahan kimia seperti shampo.
Pertanyaan : Apa harapan adik untuk pembelajaran yang akan datang? Media yang
digunakan dalam bentuk apa?
Jawab : sudah cukup efisien, tetapi apa bila ada kondisi tertentu misalnya menjelang
uas, jam pelajaran ditambah.
Pertanyaan : apakah selama proses pembelajaran guru pernah memanfaatkan media internet?
Jawab : pada saat penerapan kurikulum 2013 pernah, siswa diberi tugas untuk mencari
materi di internet. Akan tetapi saat penerapan kurikulum 2006 kembali
pemanfaatan media internet belum pernah dilakukan?
73
Jawab : pelaksanaanya dilakukan dengan mengerjakan kembali soal yang memiliki tipe
yang sama dengan soal ulangan
1. 20/26 siswa suka pelajaran kimia, 6/26siswa kurang suka pelajaran kimia
2. 14/26 siswa antusias mengikuti pelajaran kimia, 12/26 siswa kurang antusias mengikuti
pelajaran kimia
3. 1/26 siswa aktif dalam mengikuti pelajaran, 25/26 siswa kurang aktif dalam mengikuti
pelajaran
4. 8/26 siswa mengulang pelajaran, 18/26 siswa tidak mengulang pelajaran
5. 23/26 siswa menyukai cara mengajar guru, 3/26 siswa kurang menyukai cara mengajar
guru
6. 15/26 siswa merasa kimia itu menyenangkan dan mengasikkan, 11/26 siswa merasa
kimia itu kurang mengasikkan dan menyenangkan
7. 1/26 siswa tidak memiliki kesulitan belajar kimia, 25/26 siswa merasa kesulitanbelajar
kimia
1. Praktikum
2. Menerangkan dengan jelas
3. Menyenangkan
4. Di luar kelas
1. RPP masih dalam persiapan, pembelajaran tanpa RPP dan tujuan yang jelas
2. Media pembelajarannya kurang, guru sudah mempersiapkan dengan LCD tapi tidak
digunakan
3. Guru kurang memperhatikan kesiapan siswa saat memulai pelajaran
4. Guru kurang ,memotivasi siswa sebelum kegiatan belajar dimulai, terlalu serius, murid
tegang
5. Teacher centre
6. Metode yg digunakan hanya ceramah tanpa media
7. Guru kurang memperhatikan siswa yg belum faham dengan materi, setelah
menyampaikan materi selesai langsung dikasih contoh soal dan latihan tanpa memberi
kesempatan siswa bertanya
77
SMA 1 N Sukorejo adalah salah satu Sekolah Standar Nasional (SSN) yang terletak di jalan
Banaran 5 Sukorejo. SMA ini sering meraih prestasi di tingkat Kabupaten, Propinsi, dan Nasional.
Guru-gurunyapun berkompeten dalam bidangnya, sarana dan prasarananya juga mendukung untuk
mengembangkan bakat dan minat siswa-siswanya. Sarana dan prasarana yang tersedia di sekolah
ini dapat dilihat pada tabel 1.
Observasi ini dilaksanakan pada hari Jumat, 27 Maret 2015 pukul 7.50 WIB sampai selesai
di kelas XI MIPA 1. Pembelajaran yang dilakukan pada hari itu adalah pembahasan soal UTS dan
dilanjutkan dengan reaksi kimia. Kegiatan pertama setelah guru membuka pelajaran adalah
membacakan hasil UTS yang dilaksanakan pada minggu sebelumnya, setelah itu guru
membagikan hasil UTS dan siswa diminta untuk mengembalikan hasil UTS tersebut setelah
ditandantangani oleh orang tua siswa. Guru melanjutkannya dengan membahas soal-soal UTS
yang dianggap sulit oleh siswa, sebagian besar siswa salah pada nomor 3 dan 4. Soal nomor 3
berisi tentang titrasi asam basa sedangkan nomor 4 berisi tentang reaksi dan perhitungan asam
basa. Setelah siswa paham dimana letak kesalahannya pada nomor 3 dan 4, guru melanjutkan
pelajaran tentang reaksi kimia. Materi reaksi kimia diulang oleh guru karena lebih dari 50% siswa
tidak dapat menuliskan reaksi kimia yang benar, karena jika siswa tidak bisa menuliskan reaksi
yang benar maka untuk perhitungannyapun tidak akan benar. Guru memulai mengulang pelajaran
dengan mengingatkan sembilan jenis reaksi dalam kimia, siswa aktif dalam menyebutkan reaksi
yang ada dan guru menuliskannya di papan tulis. Setelah itu guru memberikan motivasi kepada
siswa agar siswa belajar dan berdoa untuk mencapai kesuksesan. Pelajaran dilanjutkan dengan
diskusi tentang reaksi-reaksi kimia, guru menggunakan media yang disebut dengan “kartu ion”.
Guru memberikan instruksi bagaimana cara menggunakan kartu tersebut, setelah siswa paham,
guru membagi kelompok yang masing-masing kelompok berisi empat orang siswa. Masing-
masing kelompok diberi kartu ion, masing-masing siswa disuruh menuliskan reaksi yang dapat
terjadi dari ion-ion tersebut.Diskusi berlangsung ramai, menyenangkan, dan aktif. Guru berkeliling
melihat kelompok yang sedang berdiskusi dan sesekali memberi bantuan atau menjawab
pertanyaan siswa dalam kelompok tersebut. Setelah semua siswa bisa menuliskan reaksi yang bisa
80
terjadi pada ion tersebut, guru memberikan beberapa soal kepada siswa untuk dikerjakan. Hasil
pekerjaan siswa berupa diskusi dan jawaban soal latihan dikumpulkan pada akhir jam pelajaran
untuk dinilai sebagai nilai tugas. Sebelum guru mengakhiri pelajaran guru mengingatkan akan
dilaksanakan ulangan pada pertemuan berikutnya. Setelah itu guru mengakhiri pelajaran pada hari
tersebut. Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa pembelajaran yang terjadi pada kelas XI
MIPA 1 sudah bagus tetapi masih perlu dioptimalkan, media yang digunakan untuk juga masih
kurang, dan muridnya sudah bagus partisipasinya tetapi masih perlu ditingkatkan lagi
Metode pembelajaran yang digunakan oleh guru kimia di kelas XI IPA 1 SMA N 1 Sukorejo
sudah cukup bervariasi. Metode yang digunakan antara lain metode ceramah, tanya jawab, diskusi,
dan eksperiment. Kebanyakan siswa menyukai cara mengajar beliau dibandingkan dengan cara
mengajar guru yang lain, karena metode yang dilakukan bervariasi. Kelebihan dan kekurangn
metode mengajar yang dilaksanakan di kelas XI MIPA 1 menurut Saptorini dapat dilihat pada tabel
2.
Pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan sudah cukup efektif. Metode ceramah yang
dilaksanakan sudah cukup bagus, tetapi dalam metode ini siswa bersifat kurang aktif karena
disibukkan dengan mencatat apa yang diceramahkan guru karena kurang tersedianya media
pembelajaran (modul), sehingga siswa tidak bisa benar-benar fokus dalam memperhatikan materi
yang diceramahkan guru. Metode tanya jawab yang dilaksanakan cukup bisa memancing
partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran, selain dengan adanya point plus bagi siswa yang
menjawab, pertanyaan yang diajukan guru juga membuat siswa aktif menjawab. Metode diskusi
kadang-kadang dilaksanakan oleh guru, tetapi dasar pengetahuan yang berbeda dan motivasi siswa
untuk berpartisipasi aktif dalam diskusi menjada faktor penting dalam metode diskusi. Metode
yang terakhir digunakan adalah eksperimen. Metode ini adalah metode yang paling disenagi oleh
siswa, tetapi tidak semua materi dapat dipraktikumkan, keterbatasan waktu, dan sarana dan
prasarana membuat metode ini terkadang perlu pertimbangan khusus untuk dilaksanakan
84
Ide penulis untuk menggunakan media (yang direncanakan) untuk mengubah kekurangan
yang ada menjadi potensi atau memaksimalkan kelebihan yang ada
Berdasarkan hasil observasi dan analisis penulis atas kondisi pembelajaran kimia di kelas XI
MIPA 1 SMA N 1 Sukorejo, maka muncullah ide untuk menggunakan media inovasi (yang
direncanakan). Ide penulis ini merupakan upaya untuk mengubah kekurangan yang ada menjadi
potensi, atau memaksimalkan kelebihan yang ada.
Media inovasi yang penulis rencanakan untuk membantu guru dan siswa dalam kegiatan
belajar mengajar adalah bahan ajar yang sesuai dengan materi yaitu laju reaksi.PBahan ajar ini
berupa modul untuk mempermudah siswa Modul ini berisi materi pelajaran tentang laju reaksi
karena dari hasil wawancara dengan siswa, kebanyakan siswa tidak punya waktu untuk mencatat
dan apabila siswa mencatat sambil mendengarkan penjelasan guru maka siswa kurang fokus dalam
pelajaran, modul ini diharapkan dapat membantu siswa untuk fokus dalam pelajaran tanpa perlu
khawatir tidak mempunyai catatan yang bisa dipelajari lagi setelah berada di rumah.
85