Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PRAKTIKUM 2

PENGUKURAN DISPERSI KADAR KARBON MONOKSIDA


(CO) AKIBAT AKTIVITAS KENDARAAN BERMOTOR DI
LALU LINTAS DEPAN UIN SUNAN AMPEL SURABAYA
MENGGUNAKAN METODE GAUSSIAN

Kelompok : 1
Nama Anggota :
1. Yusuf Tirto Negoro (H75219035)
2. Syahrul Romadhoni (H95219055)
3. Dwi Rona Saniyah (H05219005)
4. Reni Regita Wahyuni (H75219029)
5. Mufidatun Wafiq (H75219027)
6. Ika Feriatus Sa’ari (H75219025)
7. Azka Auliyatul Faizah (H75219021)
8. Muhtamil Baihaqi (H05217013)

Dosen Pengampu :
Ida Munfarida, M.Si, M.T

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2021
PRAKTIKUM II

1. Tujuan
Tujuan dari percobaan ini adalah :
1.1. Mengidentifikasi polutan (karbon monoksida) dan konsentrasinya yang
terkandung di udara akibat kendaraan lalu lintas dengan metode dispersi
Gaussian.
1.2. Mengetahui arah angin, kecepatan, kelembapan udara serta suhu di lalu
lintas depan kampus UIN Sunan Ampel Surabaya.
1.3. Mengetahui model dispersi polutan (karbon monoksida) yang dihasilkan
oleh alat transportasi dengan menggunakan Software Matlab.

2. Prinsip Percobaan
Prinsip percobaan pada praktikum kali ini adalah megidentifikasi sebaran
karbon monoksida di udara ambein yang dipengaruhi oleh faktor meterologi seperti
arah angin, kecepatan, kelembapan udara serta suhu berdasarkan metode gaussian
yang berada di lalu lintas depan kampus UIN Sunan Ampel Surabaya dengan
menggunakan Software Matlab.

3. Dasar Teori
UIN Sunan Ampel Surabaya merupakan salah satu kampus di Kota Surabaya
yang tepatnya terletak di Jalan A. Yani No. 117 Kecamatan Wonocolo yang telah
menerapkan program Eco Campus. Program Eco Campus merupakan satu program
untuk mewujudkan lingkungan kampus yang ramah lingkungan, hijau, berkelanjutan
dan bagaimana cara untuk mengelola lingkungan dengan benar. Kegiatan ini
menandakan bahwa UIN Sunan Ampel Surabaya mendukung kegiatan yang berbasis
lingkungan dan perduli terhadap isu-isu lingkungan yang sedang terjadi saat ini,
seperti pemasan global yang disebaban oleh emisi kendaraan bermotor. Oleh karena
itu, kampus UIN Sunan Ampel Surabaya menghimbau untuk kegiatan-kegiatan yang
dilakukan agar tidak menjadi penyumbang pencemaran udara, agar kondisi udara di
kampus tetap bersih dan menyehatkan.

Menurut Novianus (2020), udara merupakan aspek penting dalam kehidupan


manusia yang berbentuk gas yang tidak tampak, tidak berbau, tidak berwarna maupun
berasa. Akan tetapi, pada saat ini pembangunan perkotaan, industri, dan teransportasi
dapat menyebabkan kualitas udara di area publik mengalami penurunan kualitas
udara. Menurut Yusrianti (2015), sektor transportasi memegang peranan penting
dalam pencemaran udara yang terjadi. Berbagai studi menunjukkan bahwa
transportasi merupakan sumber utama dari pencemaran udara dimana sektor
transportasi menyumbang sebesar 70% dari total pencemaran udara. Menurut
Sengkey (2011), polutan yang dikeluarkan kendaraan bermotor dapat menimbulkan
dampak negatif bagi lingkungan dan kesehatan manusia, salah satunya adalah karbon
monoksida yang merupakan bahan pencemar yang berbentuk gas. Hal tersebut sesuai,
dengan Peraturan Pemerintah RI No. 41 tahun 1999 tentang pengendalian
pencemaaran udara, pencemaran udara dapat didefinisikan sebagai masuknya atau
dimasukannya zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam udara ambien oleh
kegiatan manusia, sehingga mutu udara ambien turun sampai ke tingkat tertentu yang
menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya.

Zat pencemar yang terkadung di lalu lintas depan kampus UIN Sunan Ampel
Surabaya adalah debu dan partikulat. Menurut Huboyo (2017) partikulat adalah
padatan atau likuid di udara dalam bentuk asap, debu dan uap, yang dapat tinggal di
atmosfer dalam waktu yang lama. Menurut Inaku, dkk (2020), Partikulat pencemar
yang ada di udara dapat berupa total suspended particulate/partikel tersuspensi total
(TSP) dengan ukuran diameter partikel sampai dengan 100µm, partikel berdiameter
kurang dari 10µm (PM10), dan partikel berdiameter kurang dari 2.5µm (PM 2,5).
Menurut Kim, etall (2018), bentuk partikulat polutan udara biasanya terdiri dari inti
karbon dalam berbagai jenis organic polutan dan logam berat di permukaan. Bentuk
partikulat yang paling berbahaya (PM) termasuk PM10 (diameter aerodinamis <10
mm), halus partikel PM2.5 (<2.5 mm), dan partikel ultrafine (kurang dari 0,1 mm
atau 100 nm), yang dapat dilepaskan dari mesin diesel, gunung berapi, asbes,
pembajak jalan yang tidak beraspal, ladang yang terbakar, serat, serbuk sari, dan
spora.

Menurut Jassim (2017), particulate Matter 10 (PM10) terdiri dari partikel


halus berukuran kecil dari 2,5 μm dan sebagian partikel kasar yang berukuran 2,5 μm
sampai 10 μm. Partikel-partikel ini terdiri dari berbagai ukuran, bentuk, dan ratusan
bahan kimia yang berbeda. Partikulat yang terhirup masuk akan menyebabkan
peradangan dan paparan polutan yang terlalu dini pada balita serta dapat
menimbulkan kerusakan jaringan yang bersifat permanen sehingga meningkatkan
resiko terjadinya gangguan pernapasan (Azhar, dkk, 2016).

Dampak dari terjadinya pencemaran udara sangatlah menghawatirkan bagi


lingkungan maupun kesehatan manusia. Sebagai makhluk ciptaan Allah yang paling
sempurna dan sebagai khalifah dibumi sudah seharusnya kita para manusia harus
terus menjaga kelestarian lingkungan termasuk kulitas udara dan menjalin habblu
minal alam, dikarenakan bumi merupakan tempat tinggal seluruh mahluk Allah.
Alam merupakan ciptaan Allah yang bertujuan untuk dimanfaatkan sebaik-baiknya
oleh manusia, Allah memerintahkan manusia untuk tidak membuat kerusakan dibumi
setelah Allah menciptakannya dengan sempurna dan untuk mencukupi kebutuhan
mahluknya, sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 Allah berfirman :

Artinya : Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena


perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari
(akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).
Berdasarkan firman Allah diatas sudah menjadi kewajiban kita untuk tidak
membuat kerusakan dimuka bumi, agar anak cucu kita dapat merasakan nikmat-
nikmat Allah yang telah diberikan didunia.

Menurut Cahyadi (2016) partikulat (PM10) merupakan indikator untuk


pengukuran pencemaran partikulat udara dikaitkan dengan efek terhadap saluran
pernapasan, karena PM10 merupakan kelompok partikulat berukuran kecil 0-10 µm
dan dapat berasosiasi dengan zat-zat pencemar lain. Sedangkan partikulat yang kecil-
kecil ini merupakan risiko kesehatan yang terbesar diantara berbagai ukuran
partikulat karena terhirup masuk melalui saluran pernapasan sampai dengan saluran
pernapasan bagian bawah dan dideposit di paru-paru. Sumber pencemar ini dapat
juga berasal dari debu jalanan, buangan kendaraan, dan hasil pembakaran. Partikulat
mater 10 (PM10) di udara juga dipengaruhi oleh bebrapa faktor meterologi seperti
arah angin, kecepatan angin, temperature udara, dan kelembaban udara yang dapat
menyebabkan berasosiasinya (PM 10) dengan zat-zat pemcemar lain (Zheng, etall,
2017)

Pada kenyataannya lalu lintas kendaraan bermotor didepan kampus UIN


Sunan Ampel Surabaya dapat dikatakan berpotensi dalam pencemaran udara. Hal ini
berkaitan dengan penelitian (Ismiyati, dkk, 2014) menjelaskan bahwa jumlah
kendaraan dari masyarakat Indonesia dapat mengakibatkan pencemaran udara
dikarenakan jumlah kendaraan terlalu banyak yang menyebabkan semakin banyaknya
emisi pencemaran udara yang dikeluarkan oleh kendaraan bermotor. Khususnya yang
melewati lalu lintas UIN Sunan Ampel Surabaya.

Kondisi kualitas udara pada lingkungan kampus khusunya PM 10 perlu


diadakan pemantauan secara berlanjut sehingga dapat diantisipasi dampaknya.
Apabila tidak ada upaya dalam memperbaiki kualitas udara khusunya PM 10 di
lingkungan kampus UIN Sunan Ampel Surabaya dapat berpotensi buruk bagi civitas
akademik, dan akan menurunkan kualitas kesehatan dari civitas akademik secara
berkala.
4. Alat
4.1. Alat :
4.1.1. Anemometer digital by smartphone
4.1.2. Anemometer digital
4.1.3. Lux Light Meter by smartphone
4.1.4. Tally Counter
4.1.5. Note by smartphone
4.1.6. CO² Meter
4.2. Bahan :
4.2.1. Sinar matahari
4.2.2. Udara Ambien
4.2.3. Kendaraan

4. Skema Kerja
4.1. Pengukuran Temperatur

Pengukuran

- Pengaktifan alat (anemometer digital)


- Mengatur alat untuk pengukuran temperature udara
- Menempatkan ujung alat minimal 2 meter dari permukaan
tanah sesuai lokasi yang ditentukan

Hasil
- Pencatatan hasil pengukuran temperatur

4.2. Penentuan Arah dan Kecepatan Angin

Penentuan
- Pengaktifan alat anemometer digital pada aplikasi
smartphone
- Menempatkan alat sesuai lokasi yang ditentukan

Hasil
- Pencatatan hasil penentuan arah dan kecepatan mata angina

4.3. Pengukuran Intensitas Cahaya

Pengukuran
- Pengaktifan alat lux light meter pada aplikasi smartphone
- Mengkalibrasi aplikasi lux light meter ke 1,0 x
- Pengarahan smartphone terhadap sumber pencahayaan

Hasil
- Pencatatan hasil pengukuran

4.4. Menghitung Jumlah Kendaraan Lalu Lintas

Lokasi
- Penentuan lokasi (didepan Halte UIN Sunan Ampel)

Perhitungan

- Penghitungan jumlah kendaraan lalu lintas selama 60 menit


menggunakan tally counter dan note by smartphone sesuai
jenisnya, antara lain : kendaraan bermotor, kendaraan
berpenumpang, dan kendaraan berat

Hasil
- Pencatatan hasil perhitungan jumlah kendaraan lalu lintas

4.5. Pengukuran Kelembapan

Pengukuran
- Pengaktifan alat (CO² Meter)
- Mengatur alat untuk pengukuran kelembapan
- Menempatkan ujung alat minimal 2 meter dari permukaan
tanah sesuai lokasi yang ditentukan

Hasil
- Pencatatan hasil pengukuran kelembapan setiap 5 menit
sekali selama 60 menit

5. Tabel Pengamatan
5.1. Pengukuran Temperatur Udara
No Nama Kegiatan Hasil Pengamatan Gambar
1 Mengambil data - Mengaktifkan dan
mengatur alat untuk
pengukuran
temperature udara.
- Menempatkan ujung
alat minimal 2 meter
dari permukaan tanah
sesuai lokasi yang
ditentukan

2 Mencatat hasil - Temperatur udara pada


pengukuran temperatur lokasi yang ditentukan
udara adalah 31.0°C
5.2. Penentuan Arah dan Kecepatan Angin
No Nama Kegiatan Hasil Pengamatan Gambar
1 Mengambil data - Mengaktifkan alat
anemometer digital
pada aplikasi
smartphone
- Menempatkan alat
sesuai tempat yang
ditentukan untuk
dapat menentukan
hasil pengukuran

2 Mencatat hasil penetuan - Arah dan kecepatan


arah dan kecepatan angin angin pada lokasi yang
ditentukan adalah
menuju dari timur ke
barat dan dengan
kecepatan 9,3 km/h –>
2,58333 m/s

5.3. Pengukuran Intensitas Cahaya


No Nama Kegiatan Hasil Pengamatan Gambar
1 Mengambil data - Pengaktifan alat dan
Mengkalibrasi aplikasi
lux light meter ke 1,0 x
- Pengarahan
smartphone terhadap
sumber pencahayaan
untuk dapat
menentukan hasil
pengukuran

2 Mencatat hasil - Intensitas cahaya pada


pengukuran intensitas lokasi yang ditentukan
cahaya adalah 15.974 lux

5.4. Menghitung Jumlah Kendaraan Lalu Lintas


No Nama Kegiatan Hasil Pengamatan Gambar
1 Mengambil data -Menentukan lokasi (halte
UINSA) dan
menghitung jumlah
kendaraan lalu lintas
selama 60 menit dari
pukul 9.35 – 10.35
sesuai jenis, antara lain
: kendaraan bermotor,
kendaraan
berpenumpang, dan
kendaraan berat

2 Mencatat hasil - Jumlah kendaraan lalu


lintas didepan Halte
UINSA adalah
Kendaran bermotor =
965, kendaraan
berpenumpang = 246,
dan kendaraan berat 23

5.5. Pengukuran Kelembapan


No Nama Kegiatan Hasil Pengamatan Gambar
1 Mengambil data - Pengaktifan alat (CO²
Meter) dan mengatur
alat untuk mengukur
kelembapan (RH)
- Menempatkan ujung
alat minimal 2 meter
dari permukaan tanah
sesuai lokasi yang
ditentukan

2 Mencatat hasil - Pencatatan hasil


pengukuran kelembapan pengukuran dilakukan
setiap 5 menit sekali
selama 60 menit :
1.) 67.8
2.) 62.8
3.) 61.6
4.) 63.3
5.) 59.6
6.) 57.7
7.) 59.3
8.) 59.2
9.) 58.4
10.) 57.7
11.) 58.1
12.) 57.4
Dengan hasil rata-rata
= 60,2
6. Hasil & Pembahasan
Mahasiswa Teknik Lingkungan angkatan 2019 mendapatkan materi
praktikum yang kedua yaitu permodelan pada mata kuliah Pencemaran Udara dan
Kebisingan. Praktikum kedua tersebut dilaksanakan pada hari Selasa, 23 Maret 2021.
Pada pukul 09.00 WIB hingga berakhir pukul 12.00 WIB tempat praktikum
dilaksanakan di UIN Sunan Ampel tepatnya didepan halte bus. Pada praktikum ini
membahas tentang “Pengukuran Dispersi Kadar Karbon Monoksida (CO) Akibat
Aktivitas Kendaraan Bermotor di Lalu Lintas Depan UIN Sunan Ampel Surabaya
Menggunakan Metode Gaussian”.
Dengan prinsip percobaan pada praktikum kali ini adalah megidentifikasi
sebaran karbon monoksida di udara ambein yang dipengaruhi oleh faktor meterologi
seperti arah angin, kecepatan, kelembapan udara serta suhu berdasarkan metode
gaussian yang berada di lalu lintas depan kampus UIN Sunan Ampel Surabaya
dengan menggunakan Software Matlab.
Pada praktikum kali ini alat dan bahan yang perlu disiapkan adalah,
Anemometer digital by smartphone, Anemometer digital, Lux Light Meter by
smartphone, Tally Counter, Note by smartphone, CO² Meter. Langkah pertama yang
kita lakukan pada praktikum kali ini adalah menentukan lokasi yang akan digunakan
untuk pengambilan sampel. Lalu melakukan perhitungan terhadap tiga jenis
kendaraan yaitu sepeda motor, mobil berpenumpang, dan kendaraan berat dengan
menggunakan Tally Counter dan mencatat setiap jenis kendaraan yang melewati UIN
Sunan Ampel tepatnya didepan halte bus dengan menguunakan Note by smartphone
selama 60 menit.
Setelah melakukan perhitungan kendaraan bermotor, langkah selanjutnya
adalah melakukan pengukuran kecepatan angin dengan menggunakan aplikasi
anemometer by smartphone yang digunakan pada 5 menit pengamatan dengan cara
menempatkan kearah jalan raya agar mengetahui arah angin yag ada di lokasi titik
pengamatan. Setelah iu, melakukan pengkuran kecepatan angin dan intensitas cahaya
dengan menggunakan aplikasi Lux Meter. Aplikasi ini berfungsi untuk mengukur
kuat penerangan pada area tertentu yang mempunyai sensor cahaya dengan sel photo.
Cahaya yang menyinari sel photo akan diteruskan sebagai arus listrik. Semakin
banyak cahaya yang diserap oleh sel photo maka arus yang dihasilkan semakin besar.

6.1. Kondisi Lokasi Pengambilan Data


Lokasi pengambilan data dilakukan di depan halte UIN Sunan Ampel
Surabaya, dengan tujuan dilakukannya penelitian untuk mengetahui seberapa
tinggi konsentrasi karbon monoksida yang dihasilkan oleh kendaraan
bermotor, kendaran berpenumpang dan kendaraan berat yang melintas di
depan Halte UIN Sunan Ampel Surabaya.

Gambar 6.1 Lokasi Pengambilan Data


Gambar diatas merupakan titik lokasi pengambilan sampel dimana
kendaraan bermotor, kendaraan berpenumpang dan kendaraan berat melintas
didepan titik tersebut serta menentukan parameter lainnya. Menurut
pengamatan yang kami lakukan pada saat itu, lalu lintas pada jam tesebut
kendaraan yang melintas terpatau ramai lancar, dimana pada jam tersebut para
penduduk melukan berbagai aktivitas dan merupakan akses pemberhentian
kendaraan berpenumpang (Bus Suroboyo), akses menuju jalan masuk kampus
UINSA, Jalan Raya Jemursari dan Jalan Achmad Yani sehingga dapat
menjadi sumber polutan akibat kendaraan lalu lintas.
6.2. Perhitungan kendaraan
Perhitungan kedaraan bermotor yang dilakkan pada hari Selasa, 23
Maret 2021 yang dilakukan pukul 09.35 - 10.35 dimana survei yang dilakukan
hanya 1 kali. Keputusan pelakasanaa survei pada hari dan jam tersebut
dikarenakan banyak masyarakat yang melaukan aktivitas sehari-hari sehingga
banyak kendaraan yang melewati titik lokasi pengambilan sampel. Kendaraan
yang dihitung pada survei kali ini berupa kendaraan bermotor, kendaraan
berpenumpang, dan kendaraan berat yang dihitung menggunakan Tally Counter
seta mencatat hasil perhitungan pada Note by smartphone. Adapun hasil
perhitungan kendaraan yang melewati titik pengamilan data dapat diihat pada
tabel dibawah ini.
JENIS KENDARAAN JAM 09.35-10.35 WIB
SEPEDA MOTOR 965
KENDARAAN BERPENUMPANG 246
KENDARAAN BERAT 23
Tabel 6.2
6.3. Hasil Pengukuran Kecepatan Kendaraan Bermotor yang Melewati di
Depan Halte UIN Sunan Ampel Surabaya
Selain mengitung jumlah kendaraan bermotor, survei kali ini juga
menghitung Pengukuran Kecepatan Kendaraan Bermotor yang melewati di
Depan Halte UIN Sunan Ampel Surabaya dengan cara perhitungan manual
yaitu menghitung laju kendaraan setiap detiknya. Menurut Hobbs (1995)
dalam Kawalur (2013) kecepatan adaah jarak rata-rata yang dapat ditempuh
suatu kendaraan pada suatu ruas jalan dalam satu satuan tertentu, kecepatan
kendaraan dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor manusia , kendaraan dan
prasarana, serta dipengaruhi oleh aruslalu lintas, kondisi cuaca, dan kondisi
alam sekitar. Kecepatan biasanya dinyatakan dalam satuan kilometer per jam
(km/jam). Adapun hasil survei dan perhitungan kecepaan kendaraan bermotor
yang melewati di Depan Halte UIN Sunan Ampel Surabaya dapat dilihat pada
tabel dibawah ini.
JUMLAH JAM 9.35- KEND/DETIK KEC RATA
KENDARAAN 10.35 RATA
(KM/JAM
SEPEDA MOTOR 965 0,2681 25
KENDARAAN 246 0,0683 23
BERPENUMPANG
KENDARAAN 23 0,0064 20
BERAT
Tabel 6.3
6.4. Hasil Perhitungan Konsentrasi Karbon Monoksida (CO) di Udara
Ambien Depan Halte UIN Sunan Ampel Surabaya
Menurut Tri Tugaswati (2020) emisi yang dikeluarkan oleh kendaraan
bermotor mengandung berbagai senyawa kimia. Jenis bahan bakar pencemar
yang dikeluarkan oleh mesin dengan bahan bakar bensin maupun bahan bakar
solar sebenarnya sama saja, hanya berbeda proporsinya karena perbedaan cara
operasi mesin. Secara visual selalu terlihat asap dari knalpot kendaraan
bermotor dengan bahan bakar solar, yang umumnya tidak terlihat pada
kendaraan bermotor dengan bahan bakar bensin. Bahan pencemar yang
terutama terdapat didalam gas buang buang kendaraan bermotor adalah
karbon monoksida (CO). Karbon Monoksida (CO) adalah suatu gas yang
tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa diproduksi oleh pembakaran
yang tidak sempurna dari bahan-bahan yang mengandung karbon.
(Damara,2017). Pengukuran karbon monoksida (CO) dapat diuku
menggunakan alat CO analyzer dengan durasi 1 jam. Akan tetapi,
dikarenakan pada praktikum kali ini kita tidak mengguakan alat tersebut
sehingga perhitugan konsentrasi CO menggunakan metode Gaussian dengan
menggunakan data kecepatan rata-rata kendaraan bermotor yang diperoleh
sebelumnya. Adapun hasil dari pengukuran konsentrasi karbon monoksida
(CO) di udara ambien depan Halte UIN Sunan Ampel Surabaya dapat dilihat
pada tabel dibawah ini.
KEND.PENU KEND.BERA FAKTOR PENGALI TOTAL
WAKTU MOTOR
MPANG T EMISI CO (SMP) (SMP)

(Kend/detik) 0,6 0,76 1,93


09.35 –
10.35
0,27 0,07 0,01 0.16 0.05 0.01 0.22

Tabel 6.4

6.5. Perhitungan Konsentrasi Karbon Monoksida yang dihasilkan oleh


Kendaraan Lalu Lintas di depan Halte UIN Sunan Ampel Surabaya
Menurut Sengkey (2011) laju emisi adalah besarnya masa polutan
yang dilepaskan oleh satu kendaraan per kilo meter tempuh. Laju emisi
didapatkan dengan memasukkan variabel kecepatan kendaraan rata-rata pada
ruas jalan yang diprediksi dengan persamaan qCO = 867,92 ( v)−0,8648 ,
semakin lambat kecepatan kendaraan, semakin besar polutan yang dilepaskan
ke udara semakin besar laju emisinya (Wallah, 2011).
Berikut merupakan perhitungan laju emisi dari kendaraan lalu lintas di depan
Halte UIN Sunan Ampel Surabaya pada pukul 09.35 – 10.35 WIB.
Diketahui : Kecepatan rata-rata (V) Sepeda Motor = 25 km/jam
: Keceptan rata-rata (V) kendaraan berpenumpang = 23 km/jam
: Kecepatan rata-rata (V) kendaraan berat = 20 km/jam
1. Laju Emisi Sepeda Motor
qCO = 867,92 ( v)−0,8648
qCO = 867,92 (25)−0,8648
qCO = 53,646 gr/km
2. Laju Emisi Kendaraan Berpenumpang
qCO = 867,92 ( v)−0,8648
qCO = 67,92 (23)−0,8648
qCO = 57,657 gr/km
3. Laju Emisi Kendaraan Berat
qCO = 867,92 ( v)−0,8648
qCO = 867,92 (20)−0,8648
qCO = 65,065 gr/km
dari hasil perhitungan di atas, maka laju emisi kendaraan bermotor
yang melintas di depan halte UIN Sunan Ampel Surabaya pada pukul
09.35 – 10.35 WIB disajikan pada tabel berikut.
Kecepatan (km/jam) qCO (gr/km)
Xwak Seped Kendaraan Seped Kendaraan
Kendaraa Kendaraa
tu a Penumpan a Penumpan
n Berat n Berat
Motor g Motor g
09.35
53,64
- 25 23 20 57,658 65,065
6
10.35

(Sumber: hasil perhitungan,2021)

Kekuatan mwnurut Sengkey (2011) kekuatan sumer emisi adaah


besarnya masa polutan yang dilepaskan ke udara oleh lau lintas sebagai
sumber polusi udara dalam satuan waktu tertentu. Kekuatan emisi pada jam-
jam efektif berkegiatan padat diperoleh dengan menggunakan persamaan Q =
n × q. Perhitungan data arus lalu lintas dilakukan per satuan jam untuk periode
tertentu kemudian diihat volume lalu lintas jam sibuk (Kend/Jam). Kemudian
volume arus lalu lintas dialihkan dalam satuan mbil peumpang (smp),
tergantung dari komposisi lalu lintas yang direncanakan. Volume sauam mobl
penumpang (smp) dengan cara mengalikan berbagai komposisi kendaraan
dengan ekivalen mobil kendaraan dengan ekivalen mobil berpenumpang
masing-masing kendaraan (Monoarfa, dkk, 2013).
Berik Sepeda Kendaraan Kendaraa Faktor Pengali Total (smp)
ut Motor Penumpang n Berat Emisi CO (smp)
meru (Kend/detik) 0,6 0,76 1,59
pakan
perhit
ungan
meno
rmali
sasi
volu
me
kenda
raan
ke
satua
n
mobil
penu
mpan
g
yang
09.35
0,0
- 0,27 0,07 0,01 0,16 0,01
5
10.35 0,222925

(Sumber: hasil perhitungan,2021)


Berikut merupakan perhitungan kekuatan sumber emisi kendaraan
bermotor yang melintas didepan halte UIN Sunan Ampel Surabaya pada
pukul 09.35 – 10.35 WIB.
1. Kekuatan Emisi Sepeda Motor
Q=n×q
0,16 53,646 gr
Q= ×
detik km
Q = 8,63 gr/detik
2. Kekutan Emisi Kendaraan Berpenumpang
Q=n×q
0,05 57,658 gr
Q= ×
detik km
Q = 2,99 gr/detik
3. Kekuatan Emisi Kendaraan Berat
Q=n×q
0,01 65,065 gr
Q= ×
detik km
Q = 0,66 gr/detik
Dari hasil perhitungan diatas, maka kekuatan emisi kendaraan lalu
lintas didepan halte UIN Sunan Ampel Surabaya pada pukul 09.35 – 10.35
WIB disajikan pada tabel berikut.

Sepeda Kendaraan Kendaraan


Wakt Motor Penumpang Berat Jumlah Q
u (gr/detik)
Q (gr/detik)
09.35
- 8,63 2,99 0,66 12,28
10.35
(Sumber: hasil perhitungan,2021)
Perhitugan pennyebaran polutan serta perhitungan konsentrasi mengunakan
metode Dispersi Gaussian yang merupakan betuk persamaan matematika yang dapat
disubstitusional ke perhitungan variabel yang bersifat fisis dan dapat mmberikan
keterangan yang lebih mendetail terkait polutan pada lokasi penelitian (Damara, dkk,
2017). Menurut Ritrner, et all (2020) Model dispersi Gaussian didasarkan pada
persamaan gaussian plume untuk memperkirakan distribusi spasial konsentrasi
polutan. Model dispersi Gaussian pada awalnya dirancang sebagai alat manajemen
kualitas udara tetapi telah banyak digunakan untuk memperkirakan eksposur jangka
panjang. Untuk mengkalibrasi model dispersi, biasanya digunakan data tentang
konsentrasi polusi yang diukur di stasiun pemantauan latar belakang perkotaan di
wilayah studi. Lebih lanjut, emisi sering kali dibagi menjadi sumber diam dan
bergerak (jalur). Model dispersi memiliki keuntungan menggabungkan variasi spasial
dan temporal seperti keceptan angn, intensitas cahaya, dan kesetabilan atmosfer tanpa
perlu pemantauan ekstensif. Berdasarkan hasil pengambilan data dilapangan yang
berlokasi di depan halte UIN Sunan Ampel Surabaya didapatkan kecepatan angin
2,58 m/s, dan itensitas cahaya 15.974 lux (125.195 W/m2 ). Maka, kesetabilan
atmosfer dalam kategori lemah tidak stabil (C).
Berikut merupakan perhitungan koefisien dispersi menggunakan
persamaan McMullen untuk area perkotaan.
σy = I × (1+Jx¿ K
= 220 × (1+ 0,40 (100)¿−0,50
= 34,36 m
σz = I × (1+Jx¿ K
= 200 × (1+ 0 (100)¿−0,50
= 200 m
Konsentrasi polutan merupakan kadar zat pencemar yang dilepaskan
ke udara oleh kendaraan lalu lintas dalam satuan volume. Berikut merupakan
perhitungan konsentrasi polutan berdasarkan model dispersi Gaussian.
Diketahui : Total Kekuatan Emisi (Q) = 12,28 gr/detik
Kecepatan Angin Permukaan (μ) = 2,58 m/s
Koefisien Dispersi (σ y) = 34,36 m
Koefisien Dispersi (σ z ¿ = 200 m
Tinggi Pencemar (H) =0m
Jarak Sebaran (y) = 1 m, 2 m, 3 m, 4 m, 5
m.

1. Perhitungan Konsentrasi Polutan dengan y = 1 m


Q −H 2 − y2
C(x , y , z) = ×exp ×exp
πμ σ y σ z 2σ 2y 2 σ 2z
gr
12,28
s – ( 0 m )2
= ×exp 2 ×exp
m 2 ( 34,36 m )
(
( 3,14 ) 2,58
s )
( 34,36 m ) ( 200 m)

– ( 1 m )2
2
2 ( 200 m )
gr
= (0,000220369 ¿ × (1) × (0,999576536)
m3
gr
= 0,000220276
m3
Berdasarkan perhitungan tersebut, konsentrasi polutan pada
gr
jarak 1 meter dari titik pengambilan data adalah 0,000220276 .
m3

2. Perhitungan Konsentrasi Polutan dengan y = 2 m


Q −H 2 − y2
C(x , y , z) = ×exp ×exp
πμ σ y σ z 2σ 2y 2 σ 2z

gr
12,28
s – ( 0 m )2
= ×exp 2 ×exp
m 2 34,36 m
( )
( 3,14 ) 2,58 ( 34,36 m ) ( 200 m )
s
( )

– ( 2 m )2
2
2 ( 200 m )
gr
= (0,000220369 ¿ × (1) × (0,998307219)
m3
gr
= 0,000219996
m3
Berdasarkan perhitungan tersebut, konsentrasi polutan pada
gr
jarak 2 meter dari titik pengambilan data adalah 0,000219996 .
m3

3. Perhitungan Konsentrasi Polutan dengan y = 3 m


Q −H 2 − y2
C(x , y , z) = ×exp ×exp
πμ σ y σ z 2σ 2y 2 σ 2z

gr
12,28
s – ( 0 m )2
= ×exp 2 ×exp
m 2 ( 34,36 m )
( )
( 3,14 ) 2,58 ( 34,36 m ) ( 200 m)
s
– ( 3 m )2
2
2 ( 200 m )
gr
= (0,000220369 ¿ × (1) × (0,996195273)
m3
gr
= 0,000219530
m3
Berdasarkan perhitungan tersebut, konsentrasi polutan pada
gr
jarak 3 meter dari titik pengambilan data adalah 0,000219530 .
m3

4. Perhitungan Konsentrasi Polutan dengan y = 4 m


Q – H2 – y2
C ( x , y , z) = ×exp ×exp
πμ σ y σ z 2 σ 2y 2 σ 2z
gr
12,28
s – ( 0 m )2
= ×exp 2 ×exp
m 2 ( 34,36 m )
( )
( 3,14 ) 2,58 ( 34,36 m ) ( 200 m )
s
– ( 4 m)2
2
2 ( 200 m )
gr
= (0,000220369 ¿ × (1) × (0,993246052)
m3
gr
= 0,000218880
m3
Berdasarkan perhitungan tersebut, konsentrasi polutan pada
gr
jarak 4 meter dari titik pengambilan data adalah 0,000218880 .
m3

5. Perhitungan Konsentrasi Polutan dengan y = 5 m


Q – H2 – y2
C ( x , y , z) = ×exp ×exp
πμ σ y σ z 2 σ 2y 2 σ 2z

gr
12,28
s – ( 0 m )2
= ×exp 2 ×exp
m 2 ( 34,36 m )
( )
( 3,14 ) 2,58 ( 34,36 m ) ( 200 m)
s
– ( 5 m )2
2
2 ( 200 m )
gr
= (0,000220369 ¿ × (1) × (0,989467021)
m3
gr
= 0,000218048
m3
Berdasarkan perhitungan tersebut, konsentrasi polutan pada
gr
jarak 5 meter dari titik pengambilan data adalah 0,000218048 .
m3
Perbandingan hasil perhitungan konsentrasi polutan dapat dilihat pada
tabel berikut.
Jarak Sebaran (m) gr
Konsentrasi CO ( )
m3
1 0,000220276
2 0,000219996
3 0,000219530
4 0,000218880
5 0,000218048
(Sumber: hasil perhitungan,2021)
Berdasarkan tabel tersebut, dapat diamati apabila semakin besar jarak
penyebaran maka konsentrasi polutan semakin kecil. Rata-rata polutan
terkumpul di sekitar jarak maksimum dari sumber emisi. Polutan akan
tersebar hingga jarak yang jauh dari sumbernya dengan konsentrasi yang
menurun setiap jaraknya.

6.6. Perbandingan Konsentrasi Karbon Monoksida dengan Baku Mutu Udara


Ambien Nasional
Didalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun
1999 menyatakan bahwa mutu emisi merupakan emisi atau polutan yang
boleh dilepaskan ke udara ambien dari suatu kegiatan. Baku mutu udara
ambien merupakan ukuran batas atau kadar zat, energi, dan/atau komponen
yang ada atau yang seharusnya ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang
keberadaannya dalam udara ambien. Penjagaan mutu udara ambien dilakukan
agar fungsi udara ambien dapat terpenuhi sebagaimana mestinya. Berikut
merupakan konsentrasi karbon monoksida dengan jarak penyebaran yang
telah dimodelkan.
Baku Mutu
Jarak Sebaran (m) Konsentrasi (μg/m3) berdasarkan
PP No. 14 Tahun 1999
1 220,276
2 219,996
3 219,53 30.000 μg/Nm3
4 218,88
5 218,048
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa konsentrasi karbon
monoksida (CO) yang menngunakan model dispersi Gaussian plum masih
berada dibawah baku mutu kualitas udara ambien. Pengukuran yang dilaukan
pada siang hari yang memiliki suhu udara yang tinggi dan jam-jam puncak
masyarakat untuk beraktifitas. Hal ini berkaitan dengan pendapat Sengkey,
dkk (2011) yan erpendapat bahwa suhu udara pada siang hari lebih memiliki
intensitas yan tinggi yang disebabkan oleh sinar matahari yang dierima oleh
bumi sehingga terjadi pemuaian udara yang menyebabkan rendahnya
konsentrasi karbon monoksida (CO) dikarenakan tejadi dispersi polutan.
6.7. Permodelan Dispersi Polutan menggunakan Software Matlab R2019b
Setelah mengetahui hasil dari perhitungan konsentrasi
karbonmonoksida (CO) sepanjang 5 meter dengan menggunakan metode
Dispersi Gaussian, selanjutnya untuk melihat pola penyebaran
karbonmonoksida (CO) dianalisis dengan simulasi komputer dengan matlab.
Aplikasi matlab digunakan untuk analisis dan komputasi numerik serta suatu
Bahasa pemrograman matematika lanjutan yang dibentuk dengan dasar
pemikiran menggunakan sifat dan bentuk matriks (Syahrorini s. & Afhas A.,
2018). Konsentrasi karbonmokosida (CO) berdasarkan hasil permodelan kali
ini dapat dilihat pada gambar dibawah ini
Hasil dari penggunaan software matlab pada analisis konsentrasi
karbonmonoksida (CO) yang menggunakan sumbu X=0.025 dan sumbu
Y=0,8 mendapatkan hasil pada titik 0 yang merupakan ttik sumber atau titik
pengambilan sampels diperkirakan sekitar 10 g/m3 ditandai dengan grafik
berwarna kuning dalam hasil permodelan. Semakin jauh jarak horizontal
(searah mata angin) dari titik sumber konsentrasi CO mengalami dispersasi
mengikuti model Gussian plump. Pada jarak 0,002 meter dari titik
pengambilan sampel konsentrasi CO diperkirakan 7 g/m3 yang ditandai
dengan warna hijau pada grafik permodelan. Pada jarak 0,005 meter dari titik
pengambilan sampel konsentrasi CO diperkirakan sekitar 5 g/m3 yang ditandai
dengan warna biru muda pada grafik permodelan. Pada jarak 0,01 meter dari
pengambilan sampel diperkirakan konsentrasi CO sekitar 3 g/m 3 yang ditandai
dengan warna biru dalam grafik permodelan. Pada jarak 5 meter dari jarak
titik pengambilan sampel konsentrasi CO diperkirakan hanya 1 g/m 3 yang
ditandai dengan warna biru tua pada grafik permodelan
Untuk jarak vertikal (tengah lurus dengan arah angin), dispersi CO
diperkirakan hanya mencapai jarak 0,65 meter dari titik pengambilan sampel.
Pada jarak vertikal 0,003 meter dari pengambilan sampe konsentrasi CO
diperkirakan 8 g/m3 yang ditandai dengan warna jingga pada grafik
permodelan. Pada jarak 0.2 meter dari titik pegambilan sampel konsentrasi
CO diperkirakan 4 g/m yang ditandai dengan warna biru muda pada grafik
permodelan. Pada jarak 0,42 meter dari titik pengambilan sampel konsentrasi
CO diperkirakan 2 g/m3 yang ditandai dengan warna biru pada grafik
permodelan.
Untuk mendapatkan kesesuaian dengan baku mutu udara ambien pada
penelitian ini maka membandingkan dengan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia tahu Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Baku Mutu Udara Ambien.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia tahu Nomor 41 Tahun
1999 baku mutu ambien nasioanal sebesar 30.000ug/Nm3 atau 3 x 1010
gram/m3. Berdasarkan peraturan tersebut maka, konsentrasi karbonmonoksida
(CO) yang berlokasi Depan Halte UIN Sunan Ampel Surabaya masih berada
dibawah baku mutu kadar karbononoksida (CO) diudara ambien.
7. Kesimpulan
Dari hasil perhitungan diatas dapat disimpilkan

1. Konsentrasi karbonmonoksida tertinggi pada jarak 5 meter dari kendaraan


bermotor, kendaraan berpenumpang, dan kendaraan berat menurut hasil
perhtungan dapat dilihat dibawah ini.

Jarak Sebaran (m) gr


Konsentrasi CO ( )
m3
1 0,000220276
2 0,000219996
3 0,000219530
4 0,000218880
5 0,000218048

Berdasarkan hasil perhitungan yang disajiukan pada table diatas menyatakan


bahwa semakin besar jarak penyabaran maka semakin kecil konsentrasi
polutan yang dihasilkan. Polutan akan terkumpul pada jarak maksimum dari
sumber emisi dan tersebar dengan jarak yang jaug dari sumbernya dengan
konsentrasi yang menurun setiap jaraknya.
2. Hasil dari analisi arah angin, kecepatan, kelembapan udara serta suhu di lalu
lintas depan kampus UIN Sunan Ampel Surabaya dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.

Arah Angin Angin mengarah dari timur ke barat


Kecepatan 9.3 km/h = 2,58333 m/s
Kelembapan Rata-rata kelembapan 60,2 Rh
Suhu 31.0°C

3. Hasil dari perhitungan konsentrasi karbonmonoksida yang dibandingkan


dengan baku mutu udara nasional dapat dilihat pada table dibawah ini
Baku Mutu
Jarak Sebaran (m) Konsentrasi (μg/m3) berdasarkan
PP No. 14 Tahun 1999
1 220,276
2 219,996
3 219,53
30.000 μg/Nm3
4 218,88
5 218,048
Berdasarkan table diatas menyatakan bahwa konsentrasi karbonmonoksida
(CO) yang dimodelkan dengan metode Gaussian yang berlokasi didepan
Halte UIN Sunan Ampel Surabaya masih berada dibawah baku mutu kadar
karbonmonoksida dalam udara ambien. Pengukuran yang dilakukan pada
siang hari pukul 09.35-10.35 berpengaruh pada kendaraan yang melintas serta
suhu udara yang tinggi menyebabkan rendahnya konsentrasi
karbonmonoksida dikarenakan terjadi dispersi polutan (Sengkey, dkk, 2011).

4. Model dispersi karbonmonoksida oleh transportasi yang berlokasi di Depan


Halte UIN Sunan Ampel Surabaya menggunakan software matlab
mendapatkan hasil sebagai berikut.

Konsentrasi CO pada titik pengambilan sampel diperkirakan sebesar 10 g/m3


yang ditandai dengan warna kuning pada grafik permodelan. Semakin jauh
jarak horizontal dari titik sumber, konsentrasi CO megalami dispersasi,
sedagkan pada jarak vertikal dispersasi CO hanya mencapai jarak 0,65 meter
dari titik pengambilan sampel
8. Daftar Pustaka
Ismiati,. dkk. 2014. Pencemaran Udara Akibat Gas Buangan Kendaraan Bermotor.
Jurnal Manajemen Transportasi dan Logistik, 1(3), 241 – 247.
Sengkei, Sandrilina., dkk. 2011. Tingkat Pencemaran Udara CO Akibat Lalu Lintas
dengan Model Prediksi Udara Skala Mikro. Jurnal Ilmiah Media
Engineering, 1(2), 119 – 125.
Inaku, AHR & Novianus Cornelis. 2020. Pengaruh Pencemaran Udara PM 2,5 dan
PM 10 Terhadap Keluhan Pernafasan Anak di Ruang Terbuka. Jurnal
Arkesmas, 5(2), 9-14.
Kim, Dasom., et al. 2018. Air Pollutants and Early Origins of Respiratory Diseasse.
Chronic Diseasse and Translation Medicine, 4, 75 – 94.
Huboyo, HS & Endro Sutrisno. 2009. Analisis Konsentrasi Partikulat Meter 10 pada
Udara di Luar Ruang. Jurnal Teknik, 30(1), 44 – 46.
Kawalur,IC., dkk. 2013. Analisis Kecepatan yang Diinginkan Oleh Pengemudi (Studi
Kasus Ruas Jalan Manado-Bitung). Jurnal Sipil Statik. 1(4). 289-297.
Damara, Diken Yus., dkk. 2017. Analisis Dapmpak Kualitas Udara Karbon Monksida
(CO) Disekiar JL. Pemuda Akibat Kegiatan Car Free Day Menggunkana
Clinea dan Surfer. Jurnal Teknik Linkungan. 6(1). 1-10.
Monoarfa, ASE., dkk. 2013. Ekivalensi Mobil Penumpang Pada Persimpangan
Bersignal Tiga Lengan Jalan Sam Ratulangi- Jalan Babe Palar Manado.
Jurnal Sipil Statik. 1(9). 640-644
Ritter, Ralf., et all. 2020. Particel Cocentration , Dispersion Modelling and Evalation
in Southhern Sweden. SN Applied Sciences. 2(10). 13-29.
Zheng, Minfhui. 2017. Characterization of Short-Medium Chain Clorination
Parrafins in Outdoor Indoor PM 10, PM 2,5 in Beijing China.
Environtmental Pollution. 225(2). 674-680.

Anda mungkin juga menyukai