Anda di halaman 1dari 6

Nama : Muhammad Hafiidh

NIM : 170055053

Mata Kuliah : Retorika Dan Public Speaking

Kelas : Ilmu Komunikasi B 2017

Tema : Bagaimana Menjadi Retorik Yang Handal

“Dimulai Dari Meniru Diteruskan Dengan Keberanian Dipetahankan Dengan Niat”

1. Prolog
Retorika adalah suatu gaya/seni berbicara baik yang dicapai berdasarkan bakat
alami (talenta) dan keterampilan teknis. Retorika diartikan sebagai kesenian untuk
berbicara baik, yang dipergunakan dalam proses komunikasi antar manusia. Secara
Teori Retorika Merupakan seni berbicara atau kepandaian seseorang dalam bepidato
didepan khalayak (Abidin 2013:16), Kesenian berbicara ini bukan hanya berarti
berbicara secara lancar tanpa jalan pikiran yang jelas dan tanpa isi, melainkan suatu
kemampuan untuk berbicara dan berpidato secara singkat, jelas, padat dan
mengesankan.

Berbicara semua manusia bisa berbicara kecuali yang difabel, berbicara


merupakan anugerah tuhan yang maha esa dari kecil kita sudah berbicara setiap hari kita
berbicara tapi apakah itu cukup untuk menjadi seorang retorik yang handal? Untuk
menjadi retorik yang handal kita perlu ingatan yang kuat, daya kreasi dan fantasi yang
tinggi, teknik pengungkapan yang tepat dan daya pembuktian serta penilaian yang tepat.
Ber-retorika juga harus dapat dipertanggungjawabkan disertai pemilihan kata dan nada
bicara yang sesuai dengan tujuan, ruang, waktu, situasi, dan siapa lawan bicara yang
dihadapi.

Sejarah sudah membuktikannya. Orang-orang kenamaan seperti Demosthenes,


Cicero, Napoleon Bonaparte, winston Churchill, Adolf Hitler, J.F Kennedy, Marthin
Luther King adalah orang-orang yang menjadi retoris terkenal lewat latihan yang
teratur, sistematis dan tekun.Lalu mengapa kita perlu mempelajari retorika? Sering
orang mengatakan, ”Dia tahu banyak, hanya tidak dapat mengungkapkan dengan baik.

1
Dia tidak dapat mengungkapkan pikirannya secara meyakinkan.” Sangatlah
menyedihkan, apabila orang memiliki pengetahuan yang berguna, tetapi tidak dapat
mengkomunikasikannya secara mengesankan dan meyakinkan kepada orang lain. Hal
tersebut merupakan salah satu contoh mengapa retorika itu perlu. Jadi apakah
sebenarnya retorika itu ?

Retorika adalah gabungan yang serasi antara pengetahuan, pikiran , kesenian dan
kesanggupan berbicara. Dalam bahasa percakapan atau bahasa populer, retorika berarti
pada tempat yang tepat, pada waktu yang tepat, atas cara yang lebih efektif,
mengucapkan kata – kata yang tepat, benar dan mengesankan. berarti harus dapat
berbicara jelas, singkat dan efektif agar jelas mudah dimengerti singkat untuk
mengefektifkan waktu dan sebagai tanda kepintaran karena apa gunanya berbicara
kalau tidak membawa efek ?

dalam konteks ini sebuah pepatah cina mengatakan, ”orang yang menembak
banyak, belum tentu seorang penembak yang baik. Orang yang berbicara banyak tidak
selalu berarti seorang yang pandai bicara”. Keterampilan dan kesanggupan untuk
2 menguasai seni berbicara ini dapat dicapai dengan mencontoh para rektor atau tokoh-
tokoh yang terkenal dengan mempelajari dan mempergunakan hukum – hukum retorika
dan dengan melakukan latihan yang teratur. Dalam seni berbicara dituntut juga
penguasaan bahan dan pengungkapan yang tepat melalui bahasa.

2. Isi
kita tidak perlu untuk mempersoalkan apakah berbicara itu mudah atau sulit.
Namun jika kita sepakat untuk mengatakan berbicara itu mudah, maka berbicara
dengan cerdas, mengagumkan, dan menggertarkan dapat pula menjadi mudah. Salah
satu tujuan orang berbicara adalah agar orang yang diajaknya berbicara paham akan
maksud pembicaraannya, dan dapat melakukan hal untuk persuasi (mengajak). Untuk
mencapai tujuan, berbicara dengan efektif, efisien, baik, dan benar, misalkan seorang
mahasiswa pun perlu menguasai teknik berbicara ini. Mahasiswa yang dapat berbicara
secara cerdas, mengagumkan, dan menggetarkan akan sangat bermanfaat untuk
kehidupannya di segi akademik, organisasi, masyarakat, dan pribadi.
Oleh karena itu, berbicara sangatlah penting karena yang membedakan manusia
dari hewan maupun makhluk lainnya adalah kesanggupan berbicara. Manusia adalah
makhluk yang sanggup berkomunikasi lewat bahasa dan berbicara. Tetapi yang lebih
mencirikan hakikat manusia sebagai manusia penuh adalah kepandaian dan
keterampilan dalam berbicara. Pengetahuan bahasa saja belum cukup. Kebesaran dan
kehebatan seseorang sebagai manusia juga ditentukan oleh kepandaiannya dalam
berbahasa, oleh keterampilannya dalam mengungkapkan pikiran secara tepat dan
meyakinkan.

Quintilianus, seorang bapak ilmu retorika berkebangsaan Romawi mengatakan,


“Hanya orang yang pandai bicara adalah sungguh-sungguh manusia.” Di dalam dunia
musik ada lelucon yang berbunyi, “Bermain piano itu tidak sulit.Orang hanya
menempatkan jari yang tepat, pada saat yang tepat, di atas tangga nada yang tepat.”

Lelucon dari dunia musik diatas juga dapat dikenakan ke dalam ilmu retorika :
”Berbicara itu sama sekali tidak sulit. Orang hanya harus mengucapkan kata-kata yang
tepat, pada saat yang tepat, kepada pendengar yang tepat.Memang untuk terampil
3
dalam berbicara tidaklah semudah itu.Untuk menjadi seorang yang pandai bicara,
dibutuhkan latihan yang sistematis dan tekun.

Dari saya SD hingga SMA saya tidak begitu paham tentang seberapa penting
berbicara, walaupun sering mendengar bahwa berbicara dibutuhkan saat dunia
pekerjaan. Tapi selalu dikalahkan oleh pikiran yang bilang nanti bisa kerja dibelakang
layar tetapi ketika masuk kuliah makin sadar bahwa terlalu banyak ekpektasi harapan
yang tidak berjalan sebagaimana mestinya semakin tinggi ekspektasi kita semakin sulit
juga untuk mencapai dan juga makin banyak dinamika yang terjadi.

Ketika masuk kuliah mau ikut organisasi atau tidak kita dituntut untuk aktif
entah itu bertanya atau menjawab pertanyaan kita di push untuk berbicara dan kita
makin sadar bahwa bisa berbicara di depan umum bisa beretorika itu jadi penting
terkadang kita bingung dari mana kita memulai nya kita merasa sudah terlambat untuk
belajar dari mana lagi. Menurut Albert Bandura , manusia mempelajari sesuatu dengan
cara meniru perilaku orang lain. Mulai meniru tokoh retorik yang terkenal, Anggaplah
kamu mau belajar sesuatu hal yang super asing buat kamu. Kita belajar dari contoh,
kita belajar dari mengamati orang lain. Kalau mau jago tendangan bebas, ya kamu
ngikutin cara orang yang jago ngambil tendangan bebas. Kalau mau jago nari, kamu
akan ngikutin gerakan tari orang yang jago nari.

Asal kita tekun dan terus berlatih minimal setidaknya berani dulu dalam
menyampaikan pendapat berani bersuara dalam forum atau dalam kelas awalnya pasti
sulit kita pasti akan takut salah kita takut kalo kita takut salah ketakutan itu hanya
sebuah lingkaran yang tak ada habisnya kalo kita tidak bisa mengatasinya, percuma
kita punya bahan yang bagus sudah menulis rapi tulisan yang akan disampaikan kalo
kita tidak berani justru malah tidak tersampaikan mulai dari meniru memberanikan
membiasakan merapikan bahasa kita.

Berbicara pada dasarnya harus dimiliki oleh semua orang yang didalam
kegiatannya membutuhkan komunikasi, baik yang sifatnya satu arah maupun yang
timbal balik ataupun keduanya. Seseorang yang memiliki keterampilan berbicara yang
4 baik, akan memiliki kemudahan didalam pergaulan, baik di rumah, di kantor, maupun
di tempat lain. Dengan keterampilannya segala pesan yang disampaikannya akan
mudah dicerna, sehingga komunikasi dapat berjalan lancar dengan siapa saja.

Bisa saja kalo kita tekun dan giat menjadi retorik yang handal bukan hal yang
sulit bisa saja digunakan untuk seminar motivasi, personal branding, kampanye dan
lain sebagainya, apa lagi kemarin baru selesai pemilu sebelum pemilu masing – masing
capres pasti melakukan kampanye, semakin handal dalam beretorika maka semakin
tinggi kemungkinan untuk dipilih menjadi presiden republic Indonesia.

Retorika dibangun oleh tiga fondasi utama, yakni wiraga, wirasa, dan wirama.
Pertama, seorang pembicara di depan umum perlu memperhatikan wiraga atau gerak-
gerik anggota badan. Berbicara tanpa menggunakan anggota badan yang dimilikinya
secara ekspresif akan terkesan statis, monoton, dan kurang meyakinkan. Kita bisa
menggunakan tangan kita untuk menujuk atau menekankan sesuatu tatkala
mengujarkan kata yang bersifat ekspresif. Tangan kreatif kita akan membantu
penekanan makna yang kita sampaikan sehingga orang lain mampu merasakan “nuansa
visual”.
Kedua, seorang pembicara handal perlu memperhatikan aspek wirasa. Poin
kedua ini menitikberatkan pada kemampuan penutur orang yang berbicara merasakan
apa yang dibicarakan. Aspek ini menjadi penting, karena “perasaan” akan menentukan
penyampaian informasi yang runtut, logis, dan mudah dipahami. Kasus di lapangan
menunjukan, bahwa banyak orang yang tak “menikmati” apa yang dibicarakannya.
Akibatnya, ia tak memahami runtutan informasi yang hendak disampaikannya. Karena
itu, timbul kesan “klasik”, yakni ketidakjelasan penutur dalam penyampaian informasi
ngalor ngidul tak tahu konteks pembahasan materi atau tema diskusi. Banyak orang
yang “lupa waktu” kalau berbicara di depan umum lantaran ia “terlalu menikmati” apa
yang dibicarakannya. Walau, pada konteks ini, sang penutur kurang kontekstual
(sesuai) dengan situasi-kondisi topik pembicaraan. Terlepas dari hal tersebut, wirasa
menjadi aspek penting dalam konstelasi perasaan.

Ketiga, aspek wirama yang berkaitan dengan jeda, tinggi atau rendahnya suara,
5 intonasi, ketepatan pengucapan kata, dan lain sebagainya. Aspek terakhir ini kerap
dihiraukan oleh pembicara handal sekali pun. Penutur yang menghayati arti keindahan
(estetika) tak akan berbicara tanpa memperhatikan irama di dalam penyampaiannya.
Banyak orang yang lancar berbicara di depan khalayak, namun ia sekadar
“mengucurkan kata-kata” semata. Kalau demikian kenyataannya, maka pembicaraan
itu hanyalah sambil-lalu yang “barangkali” akan dilupakan beberapa menit kemudian.
Peran tanda baca pada aspek ini begitu penting. Kapan kita harus berhenti. Kapan kita
harus jeda sebentar. Semuanya itu menjadi kesatuan utuh dalam wirama. Pada
akhirnya, semua uraian di atas hanyalah omong kosong belaka. Dengan demikian,
langkah selanjutnya untuk menjadi pembicara yang handal adalah praktik (lakukan
sekarang juga!). Tak perlu membuka teori berbicara. Kita cukup mempraktikannya
dalam berorganisasi kampus maupun di forum masyarakat umum.
3. Epilog
Bicara merupakan bentuk komunikasi manusia yang paling mendasar, yang
membedakan kita sebagai suatu spesies. Meskipun setiap hari kita berbicara, dan
sepantasnya kita berlatih agar dapat bicara lebih baik. Alasannya sederhana, jalan
menuju sukses, baik di bidang sosial maupun prefesional, biasanya dapat dilalui dengan
bicara. Bicara merupakan salah kenikmatan hidup terbesar, satu hal yang terpenting
adalah mau berbicara. Banyangkan saja dalam sehari kita dapat berapa banyak
mengucapkan ribuan kata. Mengapa kita tidak mengembangkan keterampilan bicara dan
menjadi pembicara terbaik.

Mulai dari meniru tokoh terkenal contoh gaya bicara nya mulai perlahan untuk
mempraktekkan dilingkungan sekitar kita entah itu akademik masyarakat dan juga di
tempat kerja jangan takut untuk memulai jangan berpikir teori yang ada terlalu berat
untuk dijalankan, terlalu banyak berpikir hanya membuat diri kita semakin tenggelam
akan pikiran pikiran yang bisa saja menyebabkan ketakutan, mulai aja dulu.

Referensi :
 http://repository.bakrie.ac.id/1245/1/03.%20analisis%20retorika%20Sandiaga
%20Uno%20dalam%20membentuk%20Personal%20Branding.pdf
 https://www.researchgate.net/publication/311666823_Eksplorasi_Diri_melalui_
Retorika_Sebuah_Perkenalan_Awal
 Hendrikus, Dori Wuwu. 2017. Retorika. Yogyakarta: PT. Kanisius
 Abidin, Yusuf Zainal, 2013, Pengantar Retorika, Bandung: Pustaka Setia.
 https://enis7065.wordpress.com/2014/07/06/retorika-dan-seni-berbicara/

Anda mungkin juga menyukai