SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ABDI NUSANTARA JAKARTA 2020 TUGAS 1. Bagaimana sebaiknya hubungan bidan dan ibu dalam pelayanan kebidanan agar ibu yang kita layani puas dan dapat menurunkan angka kematian ibu dan Bayi 2. Menurut saudara apa yang harus dilakukan oleh bidan supaya semua kalangan baik kaya maupun miskin agar berbondong2 meminta pelayanan bidan JAWABAN 1. Salah satu indikator keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan adalah angka kematian ibu (AKI). Di Indonesia AKI masih tergolong cukup tinggi, yaitu sebesar 263 per 100.000 kelahiran hidup. Untuk. Sedangkan pencapaian Milennium Development Goals (MDGs) pada tahun 2015 diharapkan AKI turun 102 per 100.000 kelahiran hidup, untuk menurunkan AKI tersebut banyak upaya yang dilakukan oleh pemerintah (SDKI, 2010). Dalam rangka mewujudkan MDGs, bidan merupakan salah satu ujung tombak dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak di masyarakat, dituntut untuk selalu memberikan pelayanan terbaik dan berkualitas. Selain itu, berorientasi kepada kepuasan dan keselamatan pasien. Bahwa “dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu dan anak yang terbaik dan berkualitas, memerlukan perbaikan yang menyeluruh dan bermutu termasuk kepuasan klien dalam menerima pelayanan kesehatan”. Dengan penerapan pendekatan jaminan mutu layanan kesehatan, kepuasan pasien menjadi bagian yang integral dan menyeluruh dari kegiatan jaminan mutu layanan kesehatan. Artinya pengukuran tingkat kepuasan pasien harus menjadi kegiatan yang tak terpisahkan dari pengukuran mutu layanan kesehatan. Hal ini mencakup beberapa dimensi, diantaranya adalah sikap dan kelancaran komunikasi antara petugas kesehatan dengan pasien. Berarti pelayanan kesehatan bukan hanya pengobatan secara medis saja melainkan juga berorientasi pada sikap dan komunikasi, karena sikap dan komunikasi sangat penting dan berguna bagi pasien (Pohan, 2006). Menurut Saifuddin (2008), komunikasi yang baik antara bidan dengan ibu hamil sangat mempengaruhi kepuasan ibu dalam memperoleh pelayanan kesehatan oleh bidan, sehingga terbina rasa saling percaya antara bidan dengan ibu hamil. Rasa saling percaya ini, akan memberi dampak perubahan sikap baik bagi pemberi pelayanan maupun penerima layanan. Sesuai dengan penelitian Rambe (2013), yaitu terdapat hubungan antara komunikasi verbal dan non-verbal oleh bidan dengan tingkat kepuasan pasien, serta penelitian Erabka (2012), yaitu terdapat hubungan antara sikap dan komunikasi bidan dengan tingkat kepuasan ibu hamil dalam Antenatal care. Sedangkan sikap, sudah lama menjadi salah satu konsep yang dianggap paling penting dalam interaksi sosial. Perubahan sikap sangat dibutuhkan dalam pelayanan kesehatan karena sebagai manusia kadang-kadang kita berperan sebagai agen perubahan dan kadang-kadang sebagai subjek perubahan (Azwar, 2013). Komariah (2011), berdasarkan hasil penelitiannya yaitu terdapat hubungan antara pengetahuan, sikap dan perilaku ibu hamil tentang pemeriksaan kehamilan dengan kunjungan pemeriksaan kehamilan. Ditinjau dari pandangan pasien/masyarakat, layanan kesehatan bermutu adalah suatu layanan kesehatan yang dapat memenuhi kebutuhan yang dirasakan dan diselenggarakan dengan cara yang sopan dan santun, tepat waktu, tanggap dan mampu menyembuhkan keluhan serta mencegah berkembangnya atau meluasnya penyakit. Pandangan pasien/masyarakat ini sangat penting, karena pasien yang merasakan kepuasan akan mematuhi pengobatan dan mau datang berobat kembali (Pohan, 2006). Salah satu syarat yang paling penting dalam pelayanan kesehatan adalah pelayanan yang bermutu. Suatu pelayanan dikatakan bermutu apabila memberikan kepuasan kepada pasien. Kepuasan pasien dalam menerima pelayanan kesehatan mencakup beberapa dimensi, salah satu diantaranya adalah kelancaran komunikasi antara petugas kesehatan (termasuk bidan) dengan pasien. Hal ini berarti pelayanan kesehatan bukan hanya pengobatan secara medis saja melainkan juga berorientasi pada komunikasi karena komunikasi sangat penting dan berguna bagi pasien. Komunikasi baik antara bidan dengan ibu hamil sangat mempengaruhi kepuasan ibu hamil dalam mendapat pelayanan oleh bidan. Sehingga dapat diperoleh rasa saling percaya antara bidan dan pasien (Pohan, 2006). Komunikasi kebidanan merupakan faktor pendukung pelayanan kebidanan profesional yang dilaksanakan oleh bidan, dalam mengekspresikan peran dan fungsinya. Salah satu kompetensi bidan yang harus dimiliki adalah kemampuan berkomunikasi dalam pelayanan kebidanan. Kemampuan berkomunikasi akan mendasari upaya pemecahan masalah klien, mempermudah pemberian bantuan kepada klien, baik pelayanan medik maupun pelayanan psikologi yang diberikan dengan pendekatan konseling (Uripni, 2003). Dengan penerapan pendekatan jaminan mutu layanan kesehatan, kepuasan pasien menjadi bagian yang integral dan menyeluruh dari kegiatan jaminan mutu layanan kesehatan. Artinya pengukuran tingkat kepuasan pasien harus menjadi kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari pengukuran mutu layanan kesehatan. Hal ini mencakup beberapa dimensi, diantaranya adalah sikap dan kelancaran komunikasi antara petugas kesehatan dengan pasien. Kepuasan ibu hamil. Sesuai dengan teori bahwa pasien baru akan merasa puas apabila kinerja layanan kesehatan yang diperolehnya sama atau melebihi harapannya, dan sebaliknya ketidak puasan atau perasaan kecewa pasien akan muncul apabila kinerja layanan kesehatan yang diperoleh tidak sesuai dengan harapannya.
2. Pembangunan nasional merupakan upaya Bangsa Indonesia untuk mewujudkan tujuan
nasional sebagaimana tercantum pada alinea keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa, menciptakan 64 | Aspirasi Vol. 7 No. 1, Juni 2016 kesejahteraan umum, melindungi seluruh tumpah darah Indonesia dan membantu melaksanakan ketertiban dunia dan perdamaian abadi. Salah satu bagian dari pembangunan nasional adalah pembangunan di bidang kesehatan. Pembangunan kesehatan merupakan bagian dari pembangunan nasional yang dilaksanakan oleh seluruh komponen Bangsa Indonesia. Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomi. Pembangunan kesehatan dilakukan dengan menggerakkan seluruh komponen Sistem Kesehatan Nasional (SKN). Upaya kesehatan diutamakan pada berbagai kegiatan yang mempunyai daya ungkit tinggi dalam pencapaian sasaran pembangunan kesehatan utamanya penduduk rentan antara lain ibu, bayi, anak, manusia usia lanjut dan masyarakat miskin. Pelayanan kebidanan merupakan salah satu upaya kesehatan yang diberikan oleh tenaga kebidanan yang telah terdaftar dan terlisensi sesuai dengan peraturan yang berlaku untuk dapat melakukan praktik kebidanan. Pelayanan kebidanan diberikan pada wanita sepanjang masa reproduksinya yang meliputi masa pra kehamilan, kehamilan, persalinan, nifas; bayi baru lahir; dan anak usia di bawah lima tahun(balita). Hal tersebut mendasari keyakinan bahwa bidan merupakan mitra perempuan sepanjang masa reproduksinya. Sebagai pelaksana pelayanan kebidanan, bidan merupakan tenaga kesehatan yang strategis dalam menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB), dan Angka Kematian Balita (AKABA). Dari Pemaparan berikut dapat di simpulkan beberapa hal yang dapat dilakukan Bidan dalam Upaya meningkatkan Kualitas Pelayanan agar Masyarakat berbondong-bondong meminta pelayanan bidan diantaranya : a. Brand Awarenes Brand Awareness adalah kemampuan pelanggan mengidentifikasi sebuah pelayanan kesehatan, untuk meningkatkan Brand Awareness pelanggan terhadap Pelayanan Kebidanan, ada beberapa aktifitas yang harus dilakukan, misalnya memasang nama poli hamil yang diletakan di tempat yang mudah dibaca oleh pelanggan. Kemudian dibuat promosi atau leaflet tentang Tempat Pelayanan Kebidanan yang jelas dan singkat supaya pelanggan mudah mengingat. Hal ini bertujuan untuk sebelum menggunakan suatu tempat pelayanan diawali dengan mengenal lebih dulu di mana lokasi tempat pelayanan. b. Brand Association Brand Association atau Brand Identity adalah kemampuan pelanggan menghubungkan fungsi atau manfaat merek yang terkait dengan pikiran, perasaan dan citra. Juga berarti, sebagai segala sesuatu yang terhubung dengan memori pelanggan terhadap merek. Tempat pelayanan ANC pilihan responden yang terbesar adalah Bidan Praktek Swasta dengan Brand Association yang pertama karena dekat dengan rumah .Alasan kedua karena mutunya bagus yang ketiga tarifnya murah , keempat kebiasaan keluarga, dan yang terakhir sarana lengkap ada ruang bersalin. c. Brand Positioning Menurut Kartajaya (2010), untuk membangun Brand Positioning yang solid, ada beberapa hal yang dikenal dengan istilah 4 C diamond. 4 C tersebut adalah (1) Customer, yang dimaksud adalah brand yang diposisikan positif sehingga pelanggan punya alasan untuk membeli, dan produknya dianggap value aset. (2) Company, suatu Brand Positioning harus mencerminkan kekuatan dan keunggulan kompetitif yang dimiliki perusahaan. Berdasarkan posisi perusahaan, positioning yang dikembangkan harus mencerminkan keunggulan kompetitif dari perusahaan, semakin jelas keunggulan kompetitif semakin baik posisi penawaran di hati pelanggan. (3) Competitor, positioning harus mempunyai keunikan sehingga tidak mudah ditiru oleh pesaing, yaitu dengan cara membuat perbedaan dengan pesaing. (4) Change, positioning harus berkesinambungan dan selalu relevan dengan perubahan dalam lingkungan bisnis. Positioning harus dipertahankan, ada beberapa cara membangun positioning yang solid, perusahaan harus membuat promosi media komunikasi yang adekuat kepada masyarakat. Dengan Brand Possitioning yang sudah cukup tinggi di pikiran masyarakat tentunya merupakan langkah yang baik untuk meningkatkan jumlah kunjungan pasien ANC. Langkah yang harus dilakukan adalah selalu meningkatkan mutu pelayanan dan sekaligus promosi tentang Tempat Pelayanan Kebidanan. d. Perceived Quality Menurut Aaker dalam Kartajaya, (2010) Perceived Quality adalah persepsi pelanggan terhadap kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa sehubungan dengan tujuan yang diinginkan dibandingkan dengan alternatif lain. Perceived quality, terkait juga dengan harga dan kenyamanan dan juga dikaitkan dengan reputasi dan brand tertentu (Brand Positioning). Jika persepsi pelanggan terhadap kualitas keseluruhan jelek, loyalitas terhadap produk cenderung tidak tercapai, walaupun usaha menciptakan loyalitas sudah maksimal. Selain jam buka, hal yang perlu di evaluasi kembali adalah tentang respons time atau waktu tunggu pasien dalam menunggu pelayanan. Waktu tunggu yang biasanya terjadi adalah pasien menungggu 5-10 menit hingga pasien mendapatkan pelayanan. Sebenarnya waktu tersebut sudah sesuai dengan standar pelayanan minimal untuk waktu tunggu poliklinik, yaitu kurang dari 15 menit. Akan tetapi akan lebih baik jika pelayanan di Poli Pelayanan Kebidanan diberikan secara bermutu dan cepat sehingga memberikan nilai tambah dalam persaingan dengan tempat ANC yang lain. e. Brand Loyalty Brand loyalty dapat juga diartikan sebuah ukuran ketertarikan pelanggan terhadap suatu merek (Kartajaya, 2010). Brand loyalty adalah konsistensi yang menjadi preferensi pelanggan terhadap pembelian suatu merek yang sama pada produk yang sama (Aaker dalam Supriyanto (2009). Hal yang perlu dilakukan lagi adalah dengan meningkatkan kualitas pelayanan sehingga pelanggan, utamanya pelanggan lama yang sudah pernah memperoleh pelayanan, akan semakin loyal terhadap poli pelayanan Kebidanan. Dengan begitu, pelanggan yang sudah lama akan selalu setia dan sering dalam memanfaatkan layanan .Pelanggan yang loyal akan juga memberikan rekomendasikan kepada orang lain sehingga akan lebih banyak menarik pelanggan untuk berkunjung. f. Brand Equity Dalam ilmu pemasaran, ada tiga teori yang dipakai dalam Brand Equity; Brand Equity yang dikaitkan dengan nilai uang (financial value), Brand Equity yang dikaitkan dengan merk (brand ekstention), dan Brand Equity yang diukur dari perspektif pelanggan atau masyarakat. Teori yang dipakai dalam penelitan ini adalah Brand Equity yang diukur dari perspektif pelanggan. Brand Equity yang diukur dari perspektif masyarakat atau pelanggan lebih banyak berhubungan dengan masalah psikologis dan perilaku konsumen. Dengan melihat perilaku pengambilan keputusan pembelian atau pemakaian produk, bagian pemasaran dapat menentukan seberapa jauh persepsi Brand Equity yang dimiliki oleh pelanggan terhadap suatu merk.