Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

AQIDAH
“Implementasi Tauhid Dalam Lingkup Pribadi”

Dosen Pengampu : Dwi Fajri, S.Sos.I., M.Pd.I


Disusun oleh :
1. Haikal Fuady (2006015135)
2. Dewi Riski (2006015155)
3. Aditya Rizqi Satria (2006015185)
4. Nisrina Dwi Astuti (2006015216)
5. Figo Gilbran Ramadhan (2006015317)

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT. Yang telah memberikan
berkat dan rahmat-Nya sehingga kami, kelompok 5 dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Implementasi Tauhid Dalam Lingkup Pribadi”. Makalah ini berisi
tentang hal-hal yang berkaitan dengan penulisan kutipan meliputi pengertian
kutipan, jenis-jenis kutipan, prinsip mengutip, catatan pustaka, catatan kaki, dan
cara-cara mengutip. Tentunya, kami sebagai penulis makalah ini mengucapkan
terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu baik moral maupun
materiel.

Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat tidaklah sempurna dari
isi maupun teknik penyajiannya. Oleh karena itu, kami harapkan kepada pembaca
untuk memberikan kritik, saran maupun masukan untuk memperbaiki makalah
ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembelajaran aqidah, khususnya
dalam teknik pembuatan kutipan.

Jakarta, 3 April 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.....................................................................................................ii
Daftar Isi...............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................1
1.3 Metode Penulisan.........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
2.1 Tantangan Tauhid Dalam Membentuk Pribadi.......................................3
2.2 Tauhid sebagai Fondasi Pribadi Muslim..................................................4
2.3 Ciri- Ciri Pribadi Bertauhid.......................................................................7
2.4 Perilaku yang Mencerminkan Orang Bertauhid......................................7
2.6 Profil Pribadi dengan Tauhid yang Kokoh.............................................10
BAB 3 KESIMPULAN........................................................................................13
Daftar Pustaka......................................................................................................15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagai seorang muslimin, kita dituntut untuk mengamalkan ilmu tauhid


dalam kehidupan kita sehari-hari karena tauhid merupakan ajaran dasar
agama Islam yang di atasnya dibangun syariat-syariat agama. Menurut
bahasa, tauhid berarti mengesakan atau menganggap sesuatu itu esa atau
tunggal. Dalam ajaran Islam, yang dimaksud dengan tauhid adalah keyakinan
akan keesaan Allah SWT. Sebagai Tuhan yang telah menciptakan,
memelihara, dan menentukan segala sesuatu yang ada di alam ini.

Keyakinan seperti ini dalam ajaran tauhid disebut dengan (Rubūbiyyah).


Sebagai konsekuensi dari keyakinan ini, kita dituntut untuk melaksanakan
ibadah hanya tertuju kepada Allah SWT. Dengan kata lain hanya Allah yang
berhak disembah dan diibadati dan tidak ada mempercayai kekuatan selain
kuasa Allah SWT. Keyakinan ini disebut dengan (Ulūhiyyah). Kedua ajaran
tauhid ini (yaitu Rubūbiyyah dan Ulūhiyyah) harus kita jadikan bagian dari
hidup dan kehidupan kita, dalam menghadapi berbagai keadaan, baik dalam
menghadapi hal-hal yang menyenangkan karena memperoleh nikmat atau
dalam menghadapi hal-hal yang menyedihkan karena ditimpa oleh musibah.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari materi yang akan dibahas pada makalah ini sebagai
berikut:

1. Apa saja tantangan dalam bertauhid ?

2. Seberapa penting tauhid bagi kehidupan manusia ?


1
3. Apa saja ciri-ciri pribadi bertauhid ?
4. Bagaimana langkah-langkah untuk bertauhid ?

1.3 Metode Penulisan


Metode yang kami gunakan dalam pembuatan makalah ini adalah metode
kajian pustaka, yaitu mengharuskan kami sebagai penulis untuk membaca
buku, artikel, jurnal ataupun dokumen pendukung lainnya yang terkait dengan
judul yang dibahas.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Tantangan Tauhid Dalam Membentuk Pribadi

Tantangan tauhid dalam membentuk pribadi, diantaranya:

a. Tauhid Membentuk Kepribadian Utuh

Pendidik yang dalam dirinya memiliki tauhid, orientasi jiwa dan


raganya hanya dipersembahkan kepada Allah SWT. semata, sehingga
ia memiliki kepribadian yang utuh. Keutuhan jiwa tersebut
menjadikan pendidik menjadi tenang dalam menghadapi kehidupan
baik dalam dunia pendidikan maupun kesehariannya. Begitu juga
sebaliknya kepribadian pendidik yang syirik (menyekutukan Allah)
akan terbelah pribadi dan jiwanya.

Sama halnya dengan orang musyrik yang terpecah kepribadiannya


karena memiliki beberapa Tuhan, pendidik pun demikian. Sedangkan
pendidik yang bertauhid diumpamakan budak yang hanya memiliki
seorang tuan saja, budak itu dapat mengabdikan dirinya sepenuh hati
kepada tuannya tersebut. Dapat dikatakan bahwa tauhid memiliki
pengaruh psikologis, moral, dan keselamatan jiwa pada kehidupan
pendidik, sehingga ia akan dapat mendidik peserta didiknya agar
mempunyai pribadi utuh juga.

b. Tauhid Membentuk Kepribadian Berani

Penerapan prinsip tauhid merupakan cara untuk menolak secara


matang terhadap adanya kekuatan yang datangnya tidak dari Allah.

3
Dengan tauhid pendidik mampu menghadang tantangan pendidikan
dan kehidupan yang menutupi atau mengganggu fikirannya.
Sesungguhnya obat yang mujarab untuk menyembuhkan penyakit hati
seperti rasa takut, sifat pengecut, dan putus asa adalah penerapan
prinsip tauhid dalam berpendidikan. Pendidik yang memegangi
prinsip tauhid tentu selalu mempunyai keyakinan bahwa Allah SWT
selalu berada di dekatnya, sehingga pendidik nantinya tidak akan
pernah takut pada desakan siapapun dan dimanapun.

c. Tauhid Membentuk Kepribadian Terbuka

Kepribadian yang terbuka maksudnya adalah kepribadian yang


memungkinkan pendidik menerima kebenaran dari orang lain,
sehingga pendidik tidak merasa benar sendiri. Halangan pendidik
untuk menerima kebenaran dari orang lain adalah karena keangkuhan
dan kesombongannya sendiri, hawa nafsu atau keinginan juga dapat
menjadi penghalang dirinya sendiri untuk menerima kebenaran.

d. Tauhid Membentuk Kepribadian Optimis


Pendidik yang beriman kepada Allah adalah orang yang kuat
mental dan jiwanya, sehingga ketika seorang pendidik mendapat
masalah atau cobaan, ia tetap optimis dalam menghadapinya. Pendidik
juga tidak mudah putus asa ketika menghadapi peserta didik yang
bandel dan tidak sesuai harapannya, karena ia yakin bahwa
pengharapan kepada Allah tidak akan sia-sia. Pendidik juga akan
merasa optimis dengan ketenangan setelah memahami bahwa Allah
tempat tawakal yang sejati dan menerima taubat orang-orang yang

4
telah berbuat kesalahan. Sesungguhnya rahmat Allah meliputi segala
sesuatu.

2.2 Tauhid sebagai Fondasi Pribadi Muslim

Tauhid merupakan suatu konsep keimanan dimana seorang manusia akan


dikembalikan pada Tuhannya dengan meniadakan nilai – nilai selainNya.
Perubahan yang terjadi karena tauhid adalah perubahan revolusioner pada diri
seseorang atau bangunan umat. Sebab perubahan Islam berarti peralihan dari
mengikuti manhaj makhluk menuju manhaj pencipta. Perubahan Islam berarti
meninggalkan sistem produk manusia untuk memilih sistem ciptaan Allah.

Perubahan Islam berarti mencampakkan hukum buatan hamba untuk


merengkuh dan mengaplikasikan hukum Allah. Perubahan inilah yang akan
memuliakan manusia, serta membawa mereka menuju rahmat, setelah hidup
penuh dengan kehinaan dan kelemahan. Sebuah transformasi total dari
penghambaan terhadap makhluk dan ciptaannya menjadi penghambaan
terhadap Allah semata. Tiada pencipta dan pengatur selain Allah. Tiada yang
berhak diibadahi selainNya. Tiada kuasa selain kuasaNya. Tiada yang
memiliki asma yang agung selain asmaNya.

“Dan di antara manusia ada orang yang mengabdi kepada Allah SWT.
dengan berada di tepi (jurang), Maka jika ia memperoleh kebajikan, tetaplah
ia dalam Keadaan itu, dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana, maka
berbaliklah ia ke belakang. Makarugilahia di duniadan di akhirat. Yang
demikian itu adalah kerugian yang nyata.“ [QS: al Hajj : 11].

Ayat ini menggambarkan perumpamaan orang yang memiliki fondasi


keislaman yang rapuh. Ia membangun fondasi pengabdiannya kepada Allah di
tepi jurang, di tanah yang mudah longsor. Sedangkan ujian dan bencana ibarat
hujan lebat. Maka ujian/bencana yang datang akan menghantam

5
keyakinannya laksana hujan lebat yang menghantam bangunan tersebut. Yang
menyebabkan bangunan itu akan mudah hancur karena tanahnya longsor.
Ujian, cobaan dan bencana yang datang akan menyebabkan ia berpaling
dari Islam. Hal ini menujukkan bahwa fondasi keislaman adalah hal yang
sangat penting bagi siapa saja yang ingin menjadi seorang muslim yang benar
di mata Allah. Fondasi keislaman tersebut mutlak diperlukan. Para ulama
sepakat bahwa inti ajaran Islam/pondasi keislaman itu ada dua, yaitu :

a. Syahadat Tauhid, yaitu mendatangkan kalimat “Lailahaillallah“,


dengan merealisasikan syarat-syarat dan rukun - rukunnya serta
komitmen dengan isi kandungannya. Fondasi pertama ini menuntut
seseorang memegang teguh ajaran tauhid. Fondasi pertama ini
diambil dari kalimat “ashadu an la ila ha illallah”.

b. Syahadat Risalah, yaitu mendatangkan kalimat “Muhammad


Rosulullah“, dengan merealisasikan syarat-syaratnya. Fondasi kedua
ini menuntut seseorang untuk mengikuti apa yang dibawa oleh
Rosulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam. Fondasi kedua ini diambil
dari kalimat “asyhadu anna Muhammadan Rosulullah“. Adapun
alasan kenapa dua perkarat ersebut disebut Ashlul Islam / fondasi
keislaman adalah karena alasan-alasan berikut ini : Hal ini disepakati
oleh para nabi. Ajaran tauhid ini disepakati oleh semua utusan-Nya.
Dan ni adalah inti ajaran mereka. Sebagaimana Firman Allah Ta’ala
Q.S. Al Anbiya : 25 Allah SWT yang berarti : “Dan Kami tidak
mengutus seorang Rasulpun sebelum engkau melainkan Kami
wahyukan kepadanya: “Bahwasanya tidak adaTuhan (yang hak
disembah) selainAku, maka sembahlah aku saja”.

Jadi, berdasarkan ayat ini semua utusan-Nya mendapat ajaran yang sama
dari Allah, yaitu La ilaha illallah. Ajaran yang disepakati oleh para Nabi
inilah yang disebut dengan “ashlul islam” atau pokok dasar islam. Karena

6
Tauhid ini menjadi inti perjanjian para Nabi dan Rosul. Sedangkan Allah
tidak mengambil perjanjian kepada para nabi kecuali perkara yang sangat
penting.

Tauhid ini menjadi isi perjanjian para Nabi dengan Allah SWT.
Bahwasanya para nabi mendapat tugas untuk mengemban risalah ini. Tentang
perjanjian ini Allah berfirman Q.S Al Ahzab : 7 yang berarti : “dan (ingatlah)
ketika Kami mengambil perjanjian dari nabi-nabi dan dari kamu (sendiri) dari
Nuh, Ibrahim, Musa dan Isa putra Maryam, dan Kami telah mengambil dari
mereka Perjanjian yang teguh”. Ayat ini menjelaskan tentang perjanjian Allah
dengan para nabi yang berisikan tentang perintah menyampaikan dan
menegakkan ajaran Tauhid sebagaimana yang dijelaskan kembali oleh Allah
SWT. Dalam QS: As Syura: 13 yang berarti, ”Allah SWT. Telah
mensyari’atkan bagi kalian dari Dien ini apa yang telah di wasiatkan-Nya
kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu, dan apa yang
telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa Yaitu: Tegakkanlah Dien
ini, dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya.”

Jadi, inti dari perjanjian para Nabi dan Rosul dengan Allah SWT. adalah
perintah menegakkan “La ilaha illallah”. Perjanjian inilah yang disebut
dengan istilah “The Greatest Commandemant” yang artinya Wasiat Tuhan
yang paling tinggi. Perjanjian ini juga disebut dengan istilah “mitsaqan
ghalidha” yang artinya perjanjian yang sangat kokoh. Karena tauhid ini
menjadi inti perjanjian para Nabi maka tauhid ini disebut Ashlul Islam.
Tauhidullah adalah hak Allah atas hamba-hambanya. Kewajiban pertama
yang ditetapkan atas manusia adalah syahadat lailahaillallah [mentauhidkan
Allah] dan syahadat risalah. Oleh karena itu, Tauhid adalah hal yang pertama
kali harus diketahui dan di amalkan oleh manusia. Sebelum seseorang
mengetahui perkara yang lainnya, maka yang pertama kali harus ia ketahui
adalah “La ilahaillallah”.

7
2.3 Ciri- Ciri Pribadi Bertauhid

Islam merupakan agama yang berpegang teguh pada ajaran tauhid. Sebab
tidak ada Tuhan selain Allah subhanahu wa ta’ala yang berhak disembah.
Tidak sempurna iman seseorang sebelum ia benar-benar mengesakan Allah
dan tidak menyekutukannya dengan sesuatu apapun. Sebagai umat Islam
yang senantiasa mencari keridhaan-Nya, hendaknya kita memahami betul
ciri-ciri orang yang bertauhid.

Agar kita dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Berikut ini


ditampilkan ulasannya dari beberapa sumber yang insya Allah tepercaya.
Menurut Fawaid Syarh Al Qowaidul Arba’, ciri-ciri orang yang bertauhid ada
3 yaitu :

a. Jika diberi nikmat bersyukur dengan ucapan dan amal.

b. Jika ditimpa musibah bersabar

c. Jika berbuat dosa segera istighfar/mohon ampunan Allah.

2.4 Perilaku yang Mencerminkan Orang Bertauhid


Bagi seseorang yang memegang teguh ajaran tauhid, tentu memiliki ciri-
ciri sebagai berikut:

a. Ikhlas Beribadah

Dalam menjalankan kewajiban terhadap Allah subhanahu wa


ta’ala dan menjauhi larangan-Nya, kita diharapkan untuk selalu
ikhlas. Tidak mengharapkan apapun selain ridha-Nya.

َ ِ‫َو َم ْن أَ َرا َد اآْل ِخ َرةَ َو َس َعى لَهَا َس ْعيَهَا َوهُ َو ُم ْؤ ِم ٌن فَأُولَئ‬


َ ‫ك َك‬
‫ان‬
‫َس ْعيُهُ ْم َم ْش ُكورًا‬
8
[19/‫]اإلسراء‬

“Barangsiapa menginginkan akhirat dan berusaha sungguh-


sungguh mencapainya sedangkan dirinya beriman, maka mereka
itulah yang usahanya dibalas dengan baik.”(QS. Al-Isra’ : 19).
Tanpa keikhlasan yang tertanam dalam hati, pasti berat untuk
melangkahkan kaki meraih kasih sayang-Nya. Oleh karena itu,
biasakan untuk selalu ikhlas dalam beribadah.

b. Tidak Mudah Marah

Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam kehidupan sehari-hari, ada


saja hal yang membuat emosi Anda terpancing. Mesti tidak Anda
inginkan, terkadang amarah itu muncul dan lantas meninggalkan
kekecewaan pada orang lain maupun diri Anda sendiri. Padahal
menahan diri dari emosi dan nafsu amarah adalah anjuran
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam. Berikut ini dalil
mengenai hukum marah dalam Islam yang perlu Anda ketahui.

‫صلَّى‬ َ َ‫ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ أَ َّن َر ُجاًل ق‬


َ ‫ال لِلنَّبِ ِّي‬ ِ ‫َع ْن أَبِ ْي هُ َري َْرةَ َر‬

‫ فَ َر َّد َد‬.)) ْ‫ضب‬


َ ‫ (( اَل تَ ْغ‬: ‫ال‬ ِ ‫ أَ ْو‬: ‫هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬
َ َ‫ ق‬، ‫صنِ ْي‬

ِ ‫ َر َواهُ ْالب َُخ‬.)) ْ‫ضب‬


ُّ‫اري‬ َ ‫ (( اَل تَ ْغ‬: ‫ال‬
َ َ‫ِم َرارًا ؛ ق‬

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu bahwa ada seorang laki-laki


berkata kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Berilah aku
wasiat”. Beliau menjawab, “Engkau jangan marah!” Orang itu
mengulangi permintaannya berulang-ulang, kemudian Nabi

9
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Engkau jangan
marah!” [HR al-Bukhâri].

Jika ada orang yang berbuat salah pada Anda, maka jangan
lantas marah! Pikirkanlah segala sesuatunya dengan tenang dan
tahanlah emosi Anda demi kebaikan. Bersabar dan memohon
ampunan-Nya ialah lebih baik.

c. Pandai Bersyukur

Bukan hanya dituntut untuk rajin beribadah terhadap-Nya,


seseorang yang benar-benar bertauhid juga harus pandai bersyukur.
Bersyukur atas nikmat yang diberikan oleh Allah subhanahu wa
ta’ala tidak hanya melalui ucapan, tetapi juga amal perbuatan.

2.5 Langkah-langkah Membentuk Pribadi yang Bertauhid

Pertama, cipta kondisi lingkungan baik bagi tumbuhnya ketauhidan. Aqidah-


keimanantauhid tumbuh secara berangsur dan dipengaruhi oleh lingkungan
pergaulan. Dan ini merupakan bagian alamiah dari tumbuh dan
berkembangnya manusia.

Kedua, Memikirkan keberadaan alam. Dengan indra penglihatan manusia


dapat melihat alam yang direspons oleh perasaan halus manusia.

Ketiga, Menyatukan keyakinan dan Tindakan. Keyakinan akan keesaan dan


ke-Maha-an Allah SWT.

Keempat, hubungan yang integratif antara guru dan orang tua. Meski secara
normatifadministratif, pendidikan dilakukan oleh sekolah.

Kelima, Penanaman sejak dini.

10
2.6 Profil Pribadi dengan Tauhid yang Kokoh
a. Salimul Aqidah
Aqidah yang bersih (salimul aqidah) merupakan sesuatu yang harus
ada pada setiap muslim. Dengan aqidah yang bersih, seorang muslim
akan memiliki ikatan yang kuat kepada Allah Swt dan dengan ikatan
yang kuat itu dia tidak akan menyimpang dari jalan dan ketentuan-
ketentuan-Nya.

b. Shahihul Ibadah.
Ibadah yang benar (shahihul ibadah) merupakan salah satu perintah
Rasul Saw yang penting, dalam satu haditsnya; beliau menyatakan:
‘shalatlah kamu sebagaimana kamu melihat aku shalat.‘ Dari ungkapan
ini maka dapat disimpulkan bahwa dalam melaksanakan setiap
peribadatan haruslah merujuk kepada sunnah Rasul Saw yang berarti
tidak boleh ada unsur penambahan atau pengurangan.

c. Matinul Khuluq
Akhlak yang kokoh (matinul khuluq) atau akhlak yang mulia
merupakan sikap dan prilaku yang harus dimiliki oleh setiap muslim,
baik dalam hubungannya kepada Allah maupun dengan makhluk-
makhluk-Nya. Dengan akhlak yang mulia, manusia akan bahagia dalam
hidupnya, baik di dunia apalagi di akhirat.

d. Qowiyyul Jismi
Kekuatan jasmani (qowiyyul jismi) merupakan salah satu sisi pribadi
muslim yang harus ada. Kekuatan jasmani berarti seorang muslim
memiliki daya tahan tubuh sehingga dapat melaksanakan ajaran Islam
secara optimal dengan fisiknya yang kuat. Shalat, puasa, zakat dan haji

11
merupakan amalan di dalam Islam yang harus dilaksanakan dengan fisik
yang sehat dan kuat.

e. Mutsaqqoful Fikri
Intelek dalam berpikir (mutsaqqoful fikri) merupakan salah satu sisi
pribadi muslim yang penting. Karena itu salah satu sifat Rasul adalah
fatonah (cerdas) dan Al-Qur’an banyak mengungkap ayat-ayat yang
merangsang manusia untuk berpikir.

f. Mujahadatul Linafsihi

Berjuang melawan hawa nafsu (mujahadatul linafsihi) merupakan


salah satu kepribadian yang harus ada pada diri seorang muslim, karena
setiap manusia memiliki kecenderungan pada yang baik dan yang buruk.
Melaksanakan kecenderungan pada yang baik dan menghindari yang
buruk amat menuntut adanya kesungguhan dan kesungguhan itu akan ada
manakala seseorang berjuang dalam melawan hawa nafsu.

g. Harishun Ala Waqtihi


Pandai menjaga waktu (harishun ala waqtihi) merupakan faktor
penting bagi manusia. Hal ini karena waktu itu sendiri mendapat
perhatian yang begitu besar dari Allah dan Rasul-Nya. Allah Swt banyak
bersumpah di dalam Al-Qur’an dengan menyebut nama waktu seperti
wal fajri, wad dhuha, wal asri, wallaili dan sebagainya.

h. Munazhzhamun fi Syuunihi

Teratur dalam suatu urusan (munzhzhamun fi syuunihi) termasuk


kepribadian seorang muslim yang ditekankan oleh Al-Qur’an maupun
sunnah. Oleh karena itu dalam hukum Islam, baik yang terkait dengan
masalah ubudiyah maupun muamalah harus diselesaikan dan
dilaksanakan dengan baik.

12
i. Qodirun Alal Kasbi
Memiliki kemampuan usaha sendiri atau yang juga disebut dengan
mandiri (qodirun alal kasbi) merupakan ciri lain yang harus ada pada
seorang muslim. Ini merupakan sesuatu yang amat diperlukan.
Mempertahankan kebenaran dan berjuang menegakkannya baru bisa
dilaksanakan manakala seseorang memiliki kemandirian, terutama dari
segi ekonomi. Tak sedikit seseorang mengorbankan prinsip yang telah
dianutnya karena tidak memiliki kemandirian dari segi ekonomi.

j. Nafi’un Lighoirihi.
Bermanfaat bagi orang lain (nafi’un lighoirihi) merupakan sebuah
tuntutan kepada setiap muslim. Manfaat yang dimaksud tentu saja
manfaat yang baik sehingga dimanapun dia berada, orang disekitarnya
merasakan keberadaannya karena bermanfaat besar. Maka jangan sampai
seorang muslim adanya tidak menggenapkan dan tidak adanya tidak
mengganjilkan. Ini berarti setiap muslim itu harus selalu berpikir,
mempersiapkan dirinya dan berupaya semaksimal untuk bisa bermanfaat
dalam hal-hal tertentu sehingga jangan sampai seorang muslim itu tidak
bisa mengambil peran yang baik dalam masyarakatnya.

13
BAB III
KESIMPULAN

Perubahan yang terjadi karena tauhid adalah perubahan revolusioner pada diri
seseorang atau bangunan umat. Perubahan Islam berarti meninggalkan sistem
produk manusia untuk memilih sistem ciptaan Allah. Perubahan Islam juga dapat
berarti mencampakkan hukum buatan hamba untuk merengkuh dan
mengaplikasikan hukum Allah. Perubahan inilah yang akan memuliakan manusia,
serta membawa mereka menuju rahmat, setelah hidup penuh dengan kehinaan dan
kelemahan.

Sebuah transformasi total dari penghambaan terhadap makhluk dan


ciptaannya menjadi penghambaan terhadap Allah semata. Tiada pencipta dan
pengatur selain Allah, tiada yang berhak diibadahi selainNya, dan tiada yang
memiliki asma yang agung selain asmaNya. Q.S. Al – Hajj : 11, “Dan di antara
manusia ada orang yang mengabdi kepada Allah SWT.” Ayat ini menggambarkan
perumpamaan orang yang memiliki fondasi keislaman yang rapuh. Ia membangun
fondasi pengabdiannya kepada Allah di tepi jurang, di tanah yang mudah longsor.
Maka ujian/bencana yang datang akan menghantam keyakinannya laksana hujan
lebat yang menghantam bangunan tersebut.

Yang menyebabkan bangunan itu akan mudah hancur karena tanahnya


longsor. Ujian, cobaan dan bencana yang datang akan menyebabkan ia berpaling
dari Islam. Hal ini menujukkan bahwa fondasi keislaman adalah hal yang sangat
penting bagi siapa saja yang ingin menjadi seorang muslim yang benar di mata
Allah. Islam merupakan agama yang berpegang teguh pada ajaran tauhid.

Sebab tidak ada Tuhan selain Allah subhanahu wa ta’ala yang berhak
disembah. “Barangsiapa menginginkan akhirat dan berusaha sungguh-sungguh
mencapainya sedangkan dirinya beriman, maka mereka itulah yang usahanya
14
dibalas dengan baik”. Tanpa keikhlasan yang tertanam dalam hati, pasti berat
untuk melangkahkan kaki meraih kasih sayang-Nya. Oleh karena itu, biasakan
untuk selalu ikhlas dalam beribadah

15
DAFTAR PUSTAKA

Albatawi, J.M. 2013. Profil Pribadi Muslim [Internet]. [diakses pada 2021 April
8]. Tersedia pada : https://www.slideshare.net/mjundi/profil-pribadi-muslim

Affandi, A. 2020. Prinsip Tauhid dalam Membentuk Kepribadian Pendidik


[Internet]. [diakses pada 2021 April 8]. Tersedia pada :
https://www.kompasiana.com/ahmadaffandi/5edf8674097f360da9500992/pri
nsip-tauhid-dalam-membentuk-kepribadian-pendidik?page=all

Anonim. 2015. Ciri - Ciri Orang Yang Bertauhid Dalam Islam [Internet]. [diakses
pada 2021 April 7]. Tersedia pada : https://dalamislam.com/landasan-
agama/tauhid/ciri-ciri-orang-yang-bertauhid

Dwifajri, M. . Integrasi Pemikiran HAMKA tentang Implementasi Tauhid dalam


Kehidupan Pribadi [Internet]. [diakses pada 2021 April 8]. Tersedia pada :
pository.uhamka.ac.id/7080/1/Pemikiran%20HAMKA%20tentang
%20Implementasi%20Tauhid%20dalam%20Kehidupan%20Pribadi.pdf

Karim, A. 2019. Realisasi Tauhid Dalam Kehidupan [Internet]. [diakses pada 2021
April 10]. Tersedia pada : https://www.uin-antasari.ac.id/realisasi-tauhid-
dalam-kehidupan/

16

Anda mungkin juga menyukai