Anda di halaman 1dari 10

Penghapusan Sarana dan Prasarana Pendidikan

Disusun untuk memenuhi mata kuliah


Manajemen Sarana dan Prasarana
yang dibimbing oleh Ahmad Nurabadi, M.Pd.

Oleh :
Ahmad Muhdor 170131601111
Dese Setiyowulan 170131601072
Nusaibah Wafdana 170131601059
Rafidah Azizah 170131601038
Sri Wahyuni Putri Nur Cahyani 170131601021

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN ADMINISTRASI PENDIDIKAN
PROGAM STUDI S1 ADMINISTRASI PENDIDIKAN

Februari 2019
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Penghapusan Sarana dan Prasarana Pendidikan


Kebutuhan akan sarana dan prasarana mengakibatkan adanya
pengadaan sarana dan prasarana pendidikan. Sehingga perlu juga
diadakannya penghapusan sarana dan prasarana pendidikan untuk
memberikan keadaan yang seimbang. Dikarenakan jumlah kebutuhan
sarana dan prasarana yang terus diperbaharui ataupun ditambahkan perlu
adanya penghapusan sarana dan prasarana pendidikan. Dimana ada kondisi
ataupun situasi yang mengakibatkan suatu sarana perlu dihapuskan.
Dalam Nurabadi (2014:78) menurut Imron, penghapusan perlengkapan
adalah kegiatan meniadakan barang-barang milik lembaga (bisa juga milik
negara) dari daftar inventaris dengan cara berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Sedangkan menurut Barnawi dan
Arifin (2012) , Minarti (2011) menyatakan bahwa penghapusan sarana dan
prasarana adalah proses kegiatan yang bertujuan untuk
mengeluarkan/menghilangkan sarana dan prasarana dari daftar inventaris
karena sarana dan prasarana yang bersangkutan sudah dianggap tidak
berfungsi sebagaimana yang diharapkan terutama untuk kepentingan
pelaksanaan pembelajaran di sekolah.
Dapat disimpulkan bahwa pengahapusan sarana dan prasarana
pendidikan merupakan kegiatan mengeluarkan,menghilangkan,
mengurangi dan meniadakan barang-barang yang digunakan dalam proses
pendidikan dengan prosedur yang sesuai dengan peraturan dikarenakan
barang tersebut berada pada kondisi-kondisi tertentu dan tidak dapat
berfungsi sebagaimana mestinya sehingga dapat digantikan oleh sarana
dan prasarana yang baru.
B. Tujuan Penghapusan Sarana dan Prasarana Pendidikan
Sarana dan prasarana yang dianggap sudah tidak dapat berfungsi harus
segera dihapuskan dari daftar inventaris. Sarana dan prasarana tersebut
sudah tidak bisa memberikan manfaat terhadap proses pendidikan.
Sehingga, agar proses inventarisasi barang dapat berjalan efektif maka
perlu diadakannya pengoptimalisasian terhadap inventarisasi sarana dan
prasarana. Dikarenakan, banyaknya barang inventaris yang tidak berfungsi
dapat membuat kerancuan dalam proses pemantauan sarana dan prasarana.
Dalam Nurabadi (2014:78) menurut Imron dan Bafadal menyatakan
bahwa tujuan penghapusan sarana dan prasarana sebagai salah satu
aktivitas manajemen sarana dan prasarana pendidikan adalah
1. Mengurangi dan mencegah kerugian yang lebih besar sebagai akibat dari
adanya dana yang dikeluarkan untuk pos perbaikan.
2. Mengurangi dan mencegah terjadinya pemborosan dana sebagai akibat
dari biaya pengamanan, penggudangan sarana dan prasarana yang tidak
dapat dipergunakan lagi.
3. Mengurangi beban dan kalau perlu membebaskan institusi dari
tanggungjawab pemeliharaan dan pengamanan barang-barang yang sudah
tidak dapat dipakai lagi.
4. Mengurangi beban pekerjaan inventarisasi yang secara terus menerus
harus dilakukan atau secara berkala.
5. Menghapuskan barang-barang yang out of date dari lembaga agar tidak
memboroskan tempat dan atau ruangan.
6. Agar barang-barang sekali pakai (tidak dapat di up-grade lagi) tidak
menumpuk di lembaga pendidikan.
7. Agar ada alasan juga untuk mengadakan barang baru yang lebih sesuai
dengan tuntutan kebutuhan dari pos/anggaran pengadaan.
C. Persyaratan Penghapusan Sarana dan Prasarana
Perlengkapan yang akan dihapus harus memenuhi syarat-syarat
penghapusan. Begitu juga dengan prosedurnya harus mengikuti peraturan
perundang-undangn yang berlaku. Menurut Nurabadi (2014:79)
persyaratan yang harus dipenuhi agar barang-barang di sekolah dapat
dihapus, yaitu sebagai berikut:
1. Barang-barang tersebut diklasifikasikan mengalami kerusakan berat
sehingga dipandang tidak dapat manfaat lagi.
2. Barang-barang yang akan dihapus tersebut sudah dipandang tidak
sesuai lagi dengan kebutuhan.
3. Barang-barang di sekolah tersebut sudah dipandang kuno sehingga
kalau digunakan sudah tidak efektif dan efisien lagi.
4. Barang-barang tersebut menurut aturan tertentu terkena larangan.
5. Barang-barang tersebut mengalami penyusutan yang berada di luar
kekuasaan pengurusan barang.
6. Barang-barang tersebut jumlahnya melebihi kapasitas sehingga tidak
dipergunakan lagi.
7. Barang-barang yang dari segi kualitasnya tidak seimbang dengan
kerumitan pemeliharaannya.
8. Barang-barang yang dicuri.
9. Barang-barnag yang diselewengkan.
10. Barang-barang yang terbakar atau musnah akibat adanya bencana
alam.
Pendapat lain seperti yang dikemukakan Minarti dalam Nurabadi
(2014:79) barang-barnag dapat dihapus dari daftar inventaris harus
memenuhi salah satu atau lebih syarat-syaratnya, yaitu:
1. Dalam keadaan rusak berat yang sudah dipastikan tidak dapat
diperbaiki lagi atau dipergunakan lagi.
2. Perbaikan akan menelan biaya yang sangat besar sehingga merupakan
pemborosan uang negara.
3. Secara teknis dan ekonomis kegunaan tidak seimbang dengan biaya
pemeliharaan.
4. Penyusutan di luar kekuasaan pengurusan barang (biasanya bahan
kimia).
5. Tidak sesuai lagi dengan kebutuhan masa kini, seperti mesin tulis
biasanya diganti dengan IBM atau personal computer.
6. Barang-barang yang jika disimpan lebih lama akan rusak dan tidak
dapat dipakai lagi.
7. Ada penurunan efektivitas kerja, misalnya dengan mesin tulis sebuah
konsep dapat diselesaikan dalam 5 hari, tetapi dengan mesin tulis yang
hampir rusak harus diselesaikan dalam 10 hari.
8. Dicuri, dibakar, diseleweng, musnah akibat bencana alam, dan lain
sebagainya.
D. Prosedur Penghapusan Sarana dan Prasarana
Ada dua kemungkinan penghapusan perlengkapan sekolah, yaitu
dimusnahkan dan dilelang. Pemusnahan dilakukan terhadap berbagai jenis
barang yang sudah tidak laku lagi. Menurut Barnawi dan Arifin dalam
Nurabadi (2014:81) Penghapusan barang inventaris dengan cara
pemusnahan adalah penghapusan barang inventaris yang dilakukan dengan
memperhitungkan faktor-faktor pemusnahan ditinjau dari segi uang.
Sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di
Indonesia, langkah-langkah penghapusan perlengkapan pendidikan di
Indonesia, seperti SLTP dan SMU, adalah sebagai berikut:
1. Kepala sekolah (bisa dengan menunjuk seseorang) mengelompokkan
perlengkapan yang akan dihapus dan meletakkannya di tempat yang
amannamun tetap di dalam lokasi sekolah.
2. Menginventarisasi perlengkapan yang akan dihapus tersebut dengan
cara mencatatat, jenis, jumlah, dan tahun pembuatan perlengkapan
tersebut.
3. Kepala sekolah mengajukan usulan pengusulan barang dan
pembentukan panitia penghapusan, yang dilampiri dengan data barang
yang rusak ( yang akan dihapusnya) ke Kantor Dinas Pendidikan
Nasional Kota/Kabupaten.
4. Setelah SK penghapusan dari Kantor Dinas Pendidikan Nasional
Kota/Kabupaten terbit, selanjutnya panitia penghapusan segera
bertugas, yaitu memeriksa kembali barang yang rusak berat, biasanya
dengan membuat Berita Acara Pemeriksaan.
5. Begitu selesai melakukan pemeriksaan, panitia mengusulkan
penghapusan barang-barang yang terdaftar di dalam Berita Acara
Pemeriksaan. Dalam rangka itu biasanya perlu adanya pengantar dari
kepala sekolahnya. Usulan itu lalu diteruskan ke kantor Pusat Jakarta.
6. Akhirnya begitu surat keputusan penghapusan dari Jakarta datang,
bisa segera dilakukan penghapusan tersebut barang-barang tersebut.
(Bafadal, 2003:63)
Pelelangan ditujukan kepada barang-barang yang mungkin masih laku
dilelang. Apabila melalui lelang, yang berhak melelang adalah kantor
lelang setempat. Sedangkan hasil lelangnya menjadi milik negara.
Menurut Barnawi dan Arifin (2012:81) penghapusan barang inventaris
dengan cara lelang merupakan penghapusan barang-barang sekolah
melalui Kantor Lelang Negara, prosesnya sebagai berikut:
1. Kepala Dinas Pendidikan membentuk panitian penjualan barang.
2. Melaksanakan sesuai dengan prosedur lelang yang telah ditetapkan.
3. Mengikuti acara pelelangan.
4. Kantor lelang membuat “Risalah Lelang” dengan mencantumkan
banyaknya, nama, barang, dan keadaan baang yang dilelang.
5. Uang hasil lelang, disetorkan ke kas negara selambat-lambatnya 3
hari kerja setelah hari lelang.
6. Biasa lelang dan lain-lain menjadi beban pembeli.
E. Tahap-Tahap Penghapusan Sarana dan Prasarana Pendidikan
Kegiatan penghapusan sarana dan prasarana harus melewati tahap-
tahap tertentu. Secara umum proses penghapusan dapat dilakukan dengan
pemusnahan dan lelang. Menurut Arikunto dan Yuliana dalam Barnawi
dan Arifin (2012:80) penghapusan barang dapat melalui tahap-tahap
berikut
1. Pemilihan barang yang dilakukan tiap tahun bersamaan dengan waktu
memperkirakan kebutuhan.
2. Memperhitungkan faktor-faktor penyingkiran dan penghapusan
ditinjau dari segi nilai uang.
3. Membuat perencanaan.
4. Membuat surat pemberitahuan kepada yang akan diadakan
penyingkiran dengan menyebutkan barang-barang yang akan
disingkirkan.
5. Melaksanakan penyingkiran dengan cara, a. Mengadakan lelang ; b.
Menghibahkan kepada badan/orang lain ; c. Membakar ; d.
Penyingkiran disaksikan oleh atasan.
6. Membuat berita acara tentang pelaksanaan penyingkiran.
F. Landasan Hukum
Menurut Zakiya dalam pelaksanaan penghapusan barang-barang
inventaris harus berlandaskan hukum berwujud sebagai keputusan
presiden, Keputusan Menteri, Instruksi presiden, Peraturan Pemerintah,
Surat Edaran Menteri/dewan pengawas Keuangan, Undang-Undan
Pembendaharaan Indonesia.

1. Perubahan Status Hukum


Perubahan status hukum adalah setiap tindakan hukum dari pemerintah
daerah yang mengakibatkan terjadinya perubahan status hukum pemilikan
atas barang. Perubahan status hukum barang disebabkan oleh tiga hal,
yaitu:
a. Penghapusan barang
b. Penjualan barang
c. Tukar menukar

2. Perubahan status hukum terhadap barang milik negara/ daerah


Pelaksanaannya dilakukan berdasarkan peraturan yang berlaku. Pada
prinsipnya penjualan barang berdasarkan atas Peraturan Pemerintah tukar
barang pada prinsipnya dapat dilaksanakan dengan dasar peraturan
Menteri.

Peraturan pemenrintah mengenai penghapusan sarana dan prasarana


terdapat pada PP no 27 tahun 2014.
Pasal 81
Penghapusan meliputi:
1. Penghapusan dari daftar barang pengguna dan atau daftar barang kuasa
pengguna
2. Penghapusan dari daftar barang milik negara atau daerah
Pasal 83
(1) Pengapusan dari Daftar Barang Milik Negara/Daerah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 81 huruf b dilakukan dalam hal Barang Milik
Negara/Daerah tersebut sudah beralih kepemilikannya, terjadi
Pemusnahan, atau karena sebab lain.
(2) Penghapusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan:
a. berdasarkan keputusan dan/atau laporan Penghapusan dari Pengguna
Barang, untuk Barang Milik Negara/Daerah yang berada pada Pengguna
Barang;
b. berdasarkan keputusan Pengelola Barang, untuk Barang Milik Negara
yang berada pada Pengelola Barang; atau
c. berdasarkan keputusan Gubernur/Bupati/Walikota, untuk Barang Milik
Daerah yang berada pada Pengelola Barang.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

Penghapusan sarana dan prasarana merupakan kegiatan pembebasan


sarana dan prasarana dari pertanggungjawaban yang berlaku dengan alasan
yang dapat dipertanggungjawabkan. Secara lebih operasional penghapusan
sarana dan prasarana adalah proses kegiatan yang bertujuan untuk
mengeluarkan/menghilangkan sarana dan prasarana dari daftar inventaris,
kerena sarana dan prasarana tersebut sudah dianggap tidak berfungsi
sebagaimana yang diharapkan terutama untuk kepentingan pelaksanaan
pembelajaran di sekolah. Penghapusan sarana dan prasarana dilakukan
berdasarkan peraturan perundangan-undangan yang berlaku.

Penghapusan sebagai salah satu fungsi manajemen sarana dan


prasarana pendidikan persekolahan harus mempertimbangkan alasan-
alasan normatif tertentu dalam pelaksanaannya. Oleh karena berbagai
pertimbangan tersebut tidak lain adalah demi efektivitas dan efisiensi
kegiatan persekolahan. Karenanya diharapkan suatu instansi pendidikan
dapat mempergunakan sarana dan prasarana secara efektif dan efisien dan
melakukan penghapusan sarana dan prasarana ketika sudah tidak berfungsi
atau sudah tidak berguna agar suatu sekolah memiliki kebutuhan sarana
dan prasarana yang efisien.

Saran

Penghapusan sarana dan prasarana membuat inventaris barang-barang


disekolah menjadi tertata rapi dengan kebutuhan barang yang berguna
saja. Harapannya kegiatan belajar mengajar di suatu sekolah dapat berjalan
dengan efektif dan efisien dengannya dilaksanakannya pengadaan,
pengelolaan, perawatan dan penghapusan sarana dan prasana, tentunya
sesuai dengan prosedur yang ada.
DAFTAR RUJUKAN
Bafadal,I. 2003. Manajemen Perlengkapan Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara,
Barnawi, dan Arifin, M. 2012.Manajemen Sarana dan Prasarana Sekolah.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Gunawan, I dan Benty, Dj.Dj.N. 2017. Manajemen Pendidikan:Suatu Pengantar
Praktik. Bandung: Alfabeta
Nurabadi, A. 2014. Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan. Malang: Fakultas
Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang.
Peraturan Pemerintah no 27 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Barang Milik
Negara/Daerah.

Ulfa, Z. 2016. Penghapusan Sarana dan Prasarana Kantor (Administrasi Sarana dan
Prasarana), (Online), (http://zakiyahulfa.blogspot.com/2016/01/penghapusan-
sarana-dan-prasana-kantor.html), diakses 06 Februari 2019.

Anda mungkin juga menyukai