Anda di halaman 1dari 22

REFERAT

DIVERTIKULITIS

Pembimbing :
dr. Boediono Soehendro, Sp B - KBD

Judul

Disusun oleh :
Lanny Winarta
11.2018.053

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
PERIODE 07 JULI 2021 – 15 AGUSTUS 2021
RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT GATOT SOEBROTO
JAKARTA

1
Daftar Isi

Judul............................................................................................................................................................1
Daftar Isi......................................................................................................................................................2
BAB I..........................................................................................................................................................3
BAB II........................................................................................................................................................4
Definisi....................................................................................................................................................4
Epidemiologi..........................................................................................................................................4
Anatomi..................................................................................................................................................4
Klasifikasi...............................................................................................................................................6
Etiologi...................................................................................................................................................7
Patofisiologi............................................................................................................................................8
Gejala klinis.........................................................................................................................................10
Anamnesis............................................................................................................................................11
Pemeriksaan fisik.................................................................................................................................11
Pemeriksaan penunjang......................................................................................................................12
Komplikasi...........................................................................................................................................14
Penatalaksanaan..................................................................................................................................16
Prognosis..............................................................................................................................................19
BAB III......................................................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................22

2
BAB I
Pendahuluan

Diverticular disease,perupakan penyakit yang jarang di diagnose awalnya, namun


sekarang merupakan salah satu dari penyebab gangguan gastro – intestinal pada pasien.
Prevalensi akan penyakit ini dimulai ditemukan kasus pada saat pertengahan abad 19 , revolusi
industri pada saat itu dengan membandingkan prevalensi pada negara barat dan timur. Dari hasil
observasi ini disimpulkan bahwa penyakit ini dikrenakan kurangnya diet serat. Dari hasil teori
ditemukan bahwa diet rendah serat dapat menimbulkan feses yang keras, peningkatan tekanan
intrakolon dan herniasi pada mukosa kolon melalui lapisan muscular menuju ke vasa rekta.

Pada akhirnya dengan kemampuan teknologi sekarang penjelasan akan penyakit ini
semakin luas dengan endoskopi fleksibel yang akurat untuk diagnosis diverticulitis dan
asimtomatik diverticulosis . penemuan ini juga memberikan berbagai terapi yang bersifat
pembedahan yang kurang agresif .

3
BAB II
Pembahasan

Definisi

Diverticula adalah kantung kecil yang mononjol di dinding dalm usus besar/kolon,
sedangkan diverticulitis merupakan kantung kantung yang menonjol di dalam bagian usus besar /
kolon mengalami perforasi, infeksi, fistula dan obstruksi dikarenakan adanya inflamasi
kronik.Pada bagian kantung diverticulitis ini dapat menembus pada lapisan luar otot. Umumnya
diverticulosis dapat terjadi di kolon daerah manapun namun sering terjadi di kolon sinistra
( kolon sigmoid atau desenden).1-3Penyakit ini dapat bersifat asimtomatik(diverticulosis) atau
akut involve atau kronik, simtomatik inflamasi pada kantung(diverticulitis).

Epidemiologi

Diverticulosis pertama kali ditemukan pada pertengahan abad ke 19 dimana pada revolusi
industry ini merupakan hal yang disayangkan dan sering dikaitkan dengan perubahan diet.
Diverticulitis sering terjadi pada negara barat namun tidak menutup kemungkinan pada negara
berkembang untuk terjadi kasus tersebut.

Insiden ini akan meningkat dengan seiring bertambah usia dan terjadi sering pada bagian
Amerika Serikat dan negara barat lainnya. Resiko pada seseorang akan terkena diverkulitis di
semasa hidupnya yaitu sekitar 10 -25%. Namun untuk perkiraan akan hal ini harus menggunakan
endoskopi rutin dan akurat. Secara tingkat insidensi pasien dengan diverticulitis ini terjadi pada
usia lebih dari 50 tahun. Ada beberapa kasus studi ditemukan diverticulitis tidak hanya terjadi
pada usia lebih dari 50 tahun, namun juga dapat terjadi pada saat usia kurang dari 50 tahun. Usia
lebih dari 50 tahun sering terjadi pada laki – laki dibanding wanita.2-5

Anatomi

Secara embriologik, kolon kanan berasal dari usus tengah, sedangkan kolon kiri sampai
dengan rectum berasal dari usus belakang. Lapisan longitudinal kolon membentuk tiga buah pita
disebut tenia, yang lebih pendek dari kolon itu sendiri sehingga kolon berlipat – lipat dan

4
berbentuk seperti sakulus yang disebut sebagai haustra. Sisi posterior kolon ascendens dan
descendens terpancang ke retroperitoneal dan sisi anteriornya terletak intraperitoneal, sedangkan
kolon transversum dan kolon sigmoideum seluruhnya terletak intraperitoneal.

Dalam perkembangan embriologik kadang terjadi gangguan rotasi usus embrional


sehingga kolon kanan dan sekum mempunyai mesentrium yang bebas. Keadaan ini
mempermudahkan terjadinya putaran atau volvulus sebagian besar usus yang sama halnya dpaat
terjadi dengan mesentrium yang panjang pada kolon sigmoideum dengan radiksnya yang sempit.

Batas antara kolon dan rectum tampak jelas karena pada rectum, ketiga tenia tidak
tampak lagi. Batas ini terletak lebih rendah daripada ketinggian promontorium, kira – kira 15cm
dari anus. Pertemuan ketiga tenia di daerah sekum menunjukan pangkal apendiks bila apendiks
tidak jelas akibat perlengketan.

Sekum, kolon asdendens dan bagian kanan kolon transversum diperdarahi oleh cabang
arteri mesentrika superior, yaitu arteri ileokolika, arteri kolika dekstra dan arteri kolika media.
Kolon transversum bagian kiri, kolon descendens, kolon sigmoideum dan sebagian besar rectum
di darahi oleh arteri mesentrika inferior melalui arteri kolka sinistra, arteri sigmoid dan arteri
hemoroidalis superior. Cabang cabang terminal dari arteri mesentrika ini bergabung dengan
arteri sekitarnya melalui arteri marginalis Drummond.

Pembuluh vena kolon berjalan pararel dengan arterinya. Aliran darah vena disalurkan
melalui vena mesentrika superior untuk kolon ascendens dan kolon transversum dan melalui
vena mesenterika inferior untuk kolon descendens, sigmoid dan rectum. Keduanya bermuara ke
dalam vena porta, tetapi vena mesenterika inferior melalui vena lienalis. Aliran vena dari kanalis
analis menuju ke vena kava inferior.3,6

5
Gambar 1 : anatomi Colon

Klasifikasi

Penggunaan klasifikasi yang sering digunakan adalah modified Hinchey untuk


mengetahui tingkat gradasi. Dimana pada bagian modified Hinchey ini tingkat gradasi 0 dan 1a
bersifat uncomplicated dan 1b hingga 4 bersifat complicated.pemakaian klasifikasi ini berfungi
untuk terapi secara pembedahan yang sesuai pada stadium tersebut.2,7

6
Gambar 2 : klasifikasi Hinchey dan penemuan CT scan

Etiologi

Secara etiologi pada penyakit ini bersifat multifactorial dan tidak diketahui sepenuhnya.
Berikut beberapa faktor yaitu kurang asupsi makanan berserat, kadar vitamin D, obesitas dan
pemakaian NSAID.

Pada kurangnya asupsi makanan berserat, sering dikaitkan dengan adanya peningkatan
tekanan intraluminal. Hal ini menyebabkan peningkatan tekanan pada dinding usus, dan
diperparah dengan adanya hiperelastosis dan perubahan struktur kolagen pada colon dikarenakan
oleh usia. Mekanisme inilah menyebabkan hilangnya integritas dinding usus dan pembentukan
diverticula. Diet asupan serat tinggi dan aktivitas fisik dapat menurunkan intraluminal. Motilitas
usus masih kurang dipahami namun pada pola motoric kolon sendiri paling umum adalah
segmentasi tonik dan kontraksi ritmik. Segmentasi tonik menciptakan cincin sempit stasioner
7
yang muncul sebagai tanda haustral. Tujuannya untuk memperlambat aliran tinja, absorbsi cairan
dan pertukaran elektrolit. Pergerakan kontraksi peristaltic propulsive ini terjadi sebanyak 6 kali
sehari dan ini peristiwa jarang terjadi. Perubahan tekanan ini dikarenakan gerakan ini yang
terjadi dalam patogenesis diverticulosis kolon.7,8

Pada vitamin D baru saja di eksplorasi akan hubungan terhadap penyakit ini. Pada studi
ini ditemukan adanya kenaikan signifikan serum vitamin D pada pasien diverticulitis
uncomplicated dibanding diverticulitis yang perlu rawat inap. Pada beberapa studi selanjutnya
ditemukan adanya kurangnya eksposur sinar ultraviolet dan diverticulitis. Namun pada studi ini
ditemukan resiko lebih besar pada orang dengan kurangnya vitamin D di dalam tubuh.8

Resiko obesitas sering dijadikan kaitan pada tingkat terjadinya diverticulitis, namun
hingga sekarang masih tidak jelas akan patofisiologi terjadinya. Namun pada hasil studi
prospektif multiple ditemukan ada kaitan obesitas dengan diverticulitis.

Pada pemakaian NSAID sering diketahui sebagai peningkatan resiko pendarahan


gastrointestinal (seperti ulkus dan diverticular) namun dapat meningkatkan resiko terjadinya
diverticulitis dan komplikasi. Pemakaian aspirin juga tidak disarankan dan dihindari kecuali pada
pasien diverkulitis akut.2,8

Patofisiologi

Diverticula kolon merupaka diverticula palsu yang sering ditemukan pada kolon sigmoid
(95%). Pada dinding otot kolon terdiri dari lapisan longitudinal dan sirkular. Pada lapisan
sirkular otot propia membentuk lembaran otot kontinu sepanjang usus besar. Pada lapisan
longitudinal membetuk 3 kondensasi diskrit yang disebut taenia. Taenia menyatu membentuk
suatu lapisan otot yang membungkus rectum. Oleh karena itu, sebagian besar dinding kolon tidak
memiliki otot longitudinal dan area inilah terbentuk diverticula . herniasi muskularis mukosa
terjadi antara taenia sepanjang arteri (vasa rekta) yang menembus dinding otot menuju
submucosa dan mukosa.2,7

8
.

Gambar 3 : morfologi kolon

Pada perubahan secara histologi ditemukan sel otot normal dengan tidak ada tanda
adanya hyperplasia atau hipertrofi namun pada lapisan muskularis propia tampak menebal.
Dimana mempunyai jumlah elastin pada taenia namun tidak terdapat di lapisan otot sirkuler.
Terjadinya distensi intermiten berulang pada kolon dapat menyebabkan peningkatan sintesis
pada komponen jaringan ikat. Ini dapat di simpulkan bahwa diet barat dengan fecal load yang
rendah dapat mendistensikan dinding usus dan menaikan penumpukan elastin.

Peran penting peningkatan pada kolagen dan elastin pada dinding kolon sangat tampak
jelas. Penumpukan elastin sering disebut sebagai elastosis, akan mengkontraksi dan menebal
pada diverticulum yang mengenai kolon. Taenia memendek dikarenakan ada hubungan fasial
antara lapisan otot longitudinal dan sirkuler , dinding kolon. Lapisan otot sirkular yang menebal
akan menonjol ke dalam lumen menyebabkan penurunan kaliber. Mesokolon juga diperpendek
akibat peradangan kronis.2-5,7

Pada diverticula nyata mempunyai semua lapisan gastrointestinal (mukosa, muskularis


propia dan adventia). Pseudodivertikulum atau disebut juga divertikula palsu memiliki khas yaitu
hanya mengenai lapisan mukosa dan submucosa. Diverticulitis dapat diartikan sebagai inflamasi
pada 1 atau lebih diverticula. Patogenesis akan penyakit ini masih belum diketahui . fekal

9
material atau partekel makanan belum dicerna dapat di kumpul dana diverticulum sehingga
menyebabkan obstruksi. Obstruksi tersebut dapat menyebabkan distensi pada diverticula
sekunder menjadi sekresi mucus dan pertumbuhan kolon bakteri normal. Vascular compromise
dan mikroperforasi atau maktroperforasi dapat terjadi . beberapa peneliti yakin bahwa
peningkatan tekanan intraluminal pada dinding diventikular dapat menyebabkan fokal nekrosis,
inflamasi dan perforasi.divertikulitis sering ringan gejala ketika lemak pada pericolic dan dinding
mesenterium perforasi kecil. Namun pada perforasi lebih besar dan lebih luas dapat
menyebabkan terbentuknya abses , rupture intestinal atau peritonitis.2-5

Gambar 4 : tampilan diverticula pada lapisan mukosa

Gejala klinis

Gejala – gejala pada pasien diverticulitis adalah nyeri abdomen yang umumnya di
kuadran kiri bawah, mual , muntah, konstipasi atau sembelit , diare, demam, flatus , kembung.

10
Pada gejala dan tanda tanda diverkulitis dapat disertai adanya inflamasi dan progresi menuju
komplikasi. Komplikasi pada penyakit ini paling ditakutkan apabila terjadi abses, perforasi dan
fistula .2,3,4,6,7

Anamnesis

Pada anamnesis diverticulitis, dimana diverticula dapat terjadi inflamasi atau terinfeksi
tergantung pada lokasi yang terkena pada diverticulum. Umumnya sebanyak &0% kasus pasien
mengeluh nyeri kuadran kiri bawah dengan nyeri seperti kram dan perubahan BAB. Pada
diverticulitis kanan pada sekum atau ascending kolon dapat disertai nyeri pada kuadran kanan
bawah, dimana ini dapat dibingungkan sebagai appendicitis.

Pada pasien dengan immunokompromise baik dengan pasien menggunakan


kortikosteroid rutin atau lansia mempunyai gejala tidak khas atau bahkan tidak bergejala.
Divertikulitis pada beberapa kasus dan memiliki gejala sama sdengan penyakit lainnya, sehingga
perlu disingkirkan diagnosis lainnya seperti pada pasien mengeluh daerah nyeri perut kanan
bawah yang sering disamakan dengan appendicitis akut. Diverticulitis transverse bisa meniru
penyakit dengan ultus peptic, pankreatitis atau kolesisitis.

Pada makroperforasi dimana terjadinya isi colon keluar menuju peritoneum dan menjadi
nyeri perut generalise dan peritonitis atau dapat menyebabkan nyeri pada bagian pelvis , kuadran
kiri bawah atau kuadran kanan bawah dengan abses , nyeri abdominal terlokalisasi dan
peritonitis.2,4,7,8

Pemeriksaan fisik

Diverticulitis dapat ditemukan dengan tanda –tanda fisik yaitu nyeri abdominal
terlokalisasi, distensi abdomen, timpani abdomen pada saat perkusi, adanya massa (terbentuknya
abses), hipo atau hiperaktif bising usus, bising usus tidak ada( tanda perforasi), nyeri pada perut
generalisata; penemuan pada gangguan di saluran kemih (colovesikular / colovaginal fistula)
termasuk nyeri pada suprapubic, pneumaturia(adanya udara di dalam urin); fecaluria( feses di
dalam urin) atau keluarnya sekresi purulent vaginal.

Pemeriksaan pada diverticulitis simple sering disertai nyeri perut yang terlokalisasi
dengan demam dan nyeri abdomen pada area yang terkena. Seperti nyeri perut kiri bawah paling

11
umum yaitu nyeri dibagian kolon sigmoid, namun ada beberapa kasus nyeri perut kanan bawah
dikarenakan diverticulitis berada dikanan sehingga sering dikita apendisitis akut. Pada
komplikasi diverticulitis sering dengan formasi abses, teraba massa. Peritonitis terjadi
dikarenakan adanya perforasi bebas dari nyeri perut yang generalisata. Pada abdomen dapat
terjadi distensi dan timpani pada perkusi . suara bising usus dapat ada atau tidak ada.
Pemeriksaan ini dapat diraba dengan Rectal touche pada massa tersebut.

Penemuan fistula pada pemeriksan fisik dapat bervariasi. Seperti contoh colovesicular
fistula bisa disertai dengan gejala gangguan saluran kemih seperti nyeri bagian suprapubic,nyeri
panggul dan nyeri sudut costovertebral. Fecaluria atau pneumaturia dapat di observasi. Pada
pasien wanita dapat terjadi colovaginal fistula sehingga ditemukan adanya keluarnya secret
purulent.2-4,7

Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan darah, terutama pada akut diverticulitis ditemukan adanya leukositosis


dengan shift to the left . namun bila tidak ada leukositosis bukan berarti bukan diverticulitis
dikarenakan sebanyak 20 -40% memiliki sel darah putih yang normal. Bila pasien tersebut ada
diare dan muntah maka dilakukan pemeriksaan elektrolit. Cek SGOT dan SGPT untuk
mengetahui penyebab lainnya nyeri pada perut. Pada kultur darah disarankan pada pasien sudah
diberikan terapi antibiotic namun tidak ada perbaikan atau dengan penyakit komplikasi lainnya.

Pada fistula colovesikal dicurigai, maka dilakukan periksa urinalisis ditemukan adanya
eritrosit dan leukosit di dalam urin. Namun inflamasi dan infeksi dikarenakan diverticulitis ke
ureter atau ke kandung kemih akan terdapat sel tersebut. Kultur urine digunakan untuk
menegakkan pyuria steril dikarenakan inflamasi dan infeksi polimikrobial pada fistula itu sendiri.
Pada pasien perempuan produktif disarankan untuk tes kehamilan untuk menyingkirkan
diagnosis kehamilan ektopik.

Pada pemeriksaan CT scan, disarankan pada pasien dengan kriteria nyeri perut kiri
bawah. Pemeriksaan CT scan ini dapat ditemukan adanya peningkatan densitas jaringan lunak
pada bagian lemak perikolik, indikasi inflamasi; timbulnya diverticula ; dinding usus menebal
>4mm ; masa pada jaringan lunak, adanya phlegmon atau penumpukan cairan perikolik dan
adanya abses. Pemeriksaan kontras barium enema tidak disarankan kecuali pada episode nyeri

12
abdominal akut dan harus di pertimbangkan tingkat kasus diverticulitis itu sendiri apakah ringan
– sedang , uncomplicated atau untuk mengetahui adanya fistula. Pemeriksaan rontgen sulit untuk
menegakan diagnosis, hanya dapat mengetahui obstruksi ileus dan bila ada udara di dalamnya
maka diindikasikan adanya perforasi usus.2-4,,6,7

Gambar 5 : diverticulitis pada bagian kolon kiri dengan barium enema

13
Gambar 6: Tampak diverticula di kolon sigmoid dengan CT scan

Komplikasi

Komplikasi pada diverticulitis dapat lebih berat pada pasien imunokompromise (pasien
dengan HIV, resipien transplantasi organ , penggunaan kortikosteroid jangka panjang).
Memungkinkan adanya resiko terjadinya perforasi. Berikut komplikasi – komplikasi yang terjadi
pada diverticulitis yang utama adalah terjadinya abses ; fistula perforasi atau obstruksi intestinal;
generalisata peritonitis; sepsis.

14
Abses merupakan komplikasi tersering pada akut diverticulitis dimana terjadi
penumpukan inflamasi atau phlegmon menjadi nekrotik. Umumnya pada komplikasi ini dapat
ditemukan adanya massa pada bagian fossa iliaca sinistra atau region suprapubic. Tempat yang
umum terjadinya diverticular absess adalah colon sigmoid, namun dapat terjadi di daerah
lainnya. Pada abses ini dapat dideteksi dengan menggunakan CT can atau USG. Bila pada
perikolik terdapat abses < 5 cm mka hanya perlu di drainase dan terapi antibiotika. Namun bila
>5cm maka disarankan untuk mendrainase perkutan. Drainase tidak disarankan pada pasien
dengan ukuran abses <3cm atau telah menempel ke struktur lain. Pasien bila tidak ada perbaikan
dalam 24 – 48 jam maka disarankan untuk melakukan pembedahan.

Perforasi, sering dikaitkan dengan toxikemia dan gejala peritonitis generalisata.


Mikroperforasi dapat tampak pada CT scan berupa adanya gelembung udara di luar dari dinding
usus.Pada perforasi nyata dapat tampak adanya air di bawah diafragma atau tampa ekstravasasi
media kontras atau cairan. Pada pasien akan segera dilakukan tindakan pembedahan . mortalitas
akan pembedahan ini sekitar 12 -36 % dalam 2 dekade terakhir ini.

Fistula, merupakan segmen kolon sigmoid terinflamasi yang menempel pada struktur
intraabdominal atau ke dinding abdominal. Fistula dapat timbul secara spontan sebagai akibat
dari inflamasi itu sendiri atau akibat dan intervensi bedah. Fistula sendiri dapat terjadi di ureter,
segmen kolon lainnya dan perut. Colovesikal merupakan fistula yang sering dalam fistula
diverticular. Sering terjadi pada pria dibanding wanita dikarenakan uterus berada di antara kolon
dan kandung kemih. Coloenterik merupakan fistula yang terjadi pada usus halus menempel pada
bagian diverticulum. Timbulnya fistula ini saar adanya keluarnya abses melalui dinding usus
halus, dan fistula ini bersifat asimtomatik.colovaginal merupakan fistula yang lemah, karena
pasien selalu dapat mengeluarkan flatus dan feses melalui vagina dan sering terjadi infeksi
vagina. Umumnya terjadi bila ada riwayat histerektomi sebelumya.

Obstruksi dikarenakan diverticulitis sebanyak 10- 20%.obstruksi ini tidak sempurna.


Dimana obstruksi usus halus dapat membuat loop pada usus halus sendiri sehingga menempel
dan menginflamasi bagian kolon sigmoid. 2,7

15
Penatalaksanaan

Terapi ditentukan dari tingkat derajat keparahan penyakit tersebut. Terapi pada penyakit
ini dibagi menjadi 2 yaitu akut uncomplicated diverticulitis dan akut complicated diverticulitis.
Pada pasien dengan adanya komplikasi maka disarankan untuk melakukan pembedahan.

Gambar 7 : Tatalaksana diverticulitis

16
Uncomplicated diverticulitis

Pada tipe ini disarankan untuk pemberian diet cairan , tidak memakan makanan padat,
analgetik(bila diperlukan) dan pemberian oral antibiotic. Antibiotik harus diberikan jenis gram
negative dan anaerob terutama spesies Bacteroides. Kombinasi penggunaan antibiotika
metronidazole dan ciprofloxacin atau sprektum luas antibiotic seperti meropenem atau
amoxicillin sering digunakan. Pemberian antibiotic dapat berupa oral atau intravena namun
disrankan untuk menggunakan secara intravena. Umumnya akan terjadi perbaikan dalam 48 jam;
bila tidak ada perbaikan maka harus dievaluasi kembali tingkat berat akan penyakit ini. Setelah
perbaikan selama 4 -6 minggu dilakukan kolonoskopi dengan tujuan untuk menyingkirkan
diagnosis seperti neoplasma atau penyakit kolon lainnya. Enema dapat berguna untuk
mengetahui ada diverticula atau tidak, namun tidak dapat membedakan neoplasma.

Setelah episode akut uncomplicated diverticulitis, sebanyak 33% akan mengalami gejala
rekuren dan hanya 1 % diantaranya yang membutuhkan tatalaksana pembedahan. Disarankan
untuk melakukan pembedahan apabila terjadi kekambuhan berulang, dikarenakan dapat menjadi
komplikasi pada diverticulitis itu sendiri.

Kolektomi elektif bertujuan untuk membuang bagian segmen terkena pada kolon
(umumnya pada bagian kolon sigmoid) dan umumnya anastomosis primer pada bagian usus yang
sehat. Harus di pikirkan untuk setelah colektomi sigmoid yang telah anastomosis harus membuat
bagian atas rectum untuk meminimalisir resiko terjadinya rekuren. 3,4,7

17
Gambar 8 : antibiotic digunakan pada diverticulitis

Complicated diverticulitis

Pada complicated ini dapat didiagnosis dan terapi sesuai klasifikasi Hinchey untuk
melakukan diagnosis. Indikasi operasi pada tipe ini adalah perforasi bebas dengan peritonitis,
abses, fistula dan obstruksi.

Abses merupakan complicated diverticulitis yang terdapat pada bagian pelvis atau
pericolonik. Umumnya pasien dengan gejala nyeri perut, demam, leukositosis. Penanganan terapi
ini berdasarkan radiografi, ukuran dan lokasi dengan intra-abdominal organ lainnya. Bila besar >

18
5 cm maka dapat dilakukan perkutan drainage dengan CT atau bantuan USG. Pada abses yang
kecil tidak dapat dilakukan drainage sehingga dilakukan pemberian antibiotic dan observasi.
Sesuai dengan klasifikasi Hinchey dimana pada stadium 1 dan 2 umumnya hanya diberikan
antibiotic dan drainage perkutan umumnya membaik. Sedangkan pada Hinchey stadium 3 dan 4
umumnya perlu intervensi bedah eksplorasi terutama pasien dengan adanya generalisata
peritonitis dan adanya gejala – gejala sepsis (demam, takikardia dan hipotensi). Pada Hinchey
stadium 3 juga terdapat terapi alternative yaitu dengan menggunakan laparoskopi untuk
mengirigasi intra – abdomen dengan menggunakan larutan salin hangat di sekitar perforasi
segment tersebut.

Pada terapi complicate diverticulitis , fistula terutama colovesikal. Pemberian terapi


secara sprektum luas antibiotic untuk menurunkan inflamasi. Kemudian dikolonoskopi untuk
melihat kolon terinfeksi dan menyingkirkan penyakit kanker kolon atau chron disease yang
disebabkan oleh fistula tersebut . reseksi elektif ini diikuti dengan area kolon dan fistula
berhubungan untuk melakukan subsequent primary anastomosis. Bila ada defek kecil pada
bagian kandung kemih, segera untuk menutup terlebih dahulu dan pasien di sarankan untuk
menggunakan kateter foley selama 7 hari untuk penyembuhan kandung kemih. Bila ada defek
besar maka diperlukan penutupan primer dengan jahitan yang dapat diserap dikombinasikan
dengan pemakaian foley kateter.

Obstruksi jarang dikaitkan dengan akut diverticulitis. Namun dapat terjadi dikarenakan
inflamasi kronik yang menyebabkan lumen kolon yang menjadi dangkal. Sering sekali, obstruksi
ini bersifat parsial namun pasien hanya memiliki gejala tanda – tanda obstruktif. Pada obstruksi
usus halus dapat dikarenakan akut diverticulitis bila bagian usus besar mengalami perlengketan
ke abses. Pada kasis ini pemberian nasogastric tube untuk dekompresi sedangkan untuk obstruksi
dikarenakan oleh infeksi dapat diberikan antibiotic atau perkutan drainage pada abses.

Prognosis

Prognosis pada pasien ini tergantung pada tingkat keparahannya ; adanya komplikasi dan
adanya gangguan medis lainnya. Pada pasien muda bisa mengalami penyakit lebih berat dan

19
dapat dikarenakan adanya keterlambatan dalam diagnosis dan terapi. Pada pasien dengan
imunokompromise dapat terjadi tingkat morbiditas dan mortalitas.

Pada pasien dengan diverticulosis sebanyak 80 – 85% dapat bersifat asimtomatik namun
sebanyak 5 % dapat menjadi diverticulitis dan 15- 25 % terjadi diverticulitis disertai adanya
komplikasi yang menyebabkan harus adanya intervensi bedah.2

20
BAB III
Penutup

Prevalensi penyakit diverticulitis telah meningkat pada bagian negara barat, namun
untuk negara kita sendiri masih belum diketahui karena belum ada penelitian studi atau data –
data lebih lanjut. Penanganan penyakit ini juga masih sangat minim untuk diketahui salah
satunya penemuan beberapa studi yang berhubungan dengan gaya hidup seseorang dengan
tingkat resiko terjadi diverticulitis. Umumnya diverticula ini tidak bergejala/ asimtomatik.

Penanganan akut diverticulitis biasanya bersifat konservatif dengan pemberian


antibiotic dan bowel rest , sangat sedikit pasien membutuhkan pembedahan emergensi. Abses
dapat diobati secara adekuat. Bila diperlukan pembedahan, kualitas tingkat pembedahan perlu
diperhatikan untuk melakukan tindakan tersebut.

21
DAFTAR PUSTAKA

1. Bondan P. Diet pada Penyakit Divertikulitis.JNH. Vol 9(1). 2021. Hal 39-41
2. Ghoulam EM. Diverticulitis. Diakses pada tanggal 22 juli 2021;
https://emedicine.medscape.com/article/173388-overview
3. Townsend B, Evers,Mattox.Sabixton Textbook of Surgery, the Biological of Modern
Surgical Practice. 20th ed. Elsevier.2017 . Hal 1330 - 4
4. Tintinalli JE. Tintiniallis Emergency Medicine A Comprehensive Study Guide. 8th ed .Mc
Graw Hill..2016 . hal 536-538
5. Strate LL,Morris AM. Epidemiology, Pathophysiology and Treatment of
Diverticulitis.AGA Institute. 2019. Diakses pada tanggal 22 juli 2021
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6716971/
6. Sjamsuhidajat, Dejong. Buku Ajar Ilmu Bedah. 4th ed . vol 3 . 2017.Jakarta;EGC. Hal 783
- 90
7. Zinner MJ, Ashley SW,HinesOJ.Maingot’s Abdominal Operations. 13th ed. Mc Graw
Hill. 2019.hal 1910-38
8. Rezapour M, Ali S, Stollman N. Diverticular disease : An update on Pathogenesis and
Management. Gut and Liver. Vol 12(2).2018. hal 125-32

22

Anda mungkin juga menyukai