Anda di halaman 1dari 13

MODERNISASI SOSIOLOGI HUKUM ISLAM

Disusun Oleh :
Kelompok IV
Riskia Milda
Rosanti

Dosen Pembimbing :
Mihfa Rizkiya, MH

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) TAPAKTUAN
KABUPATEN ACEH SELATAN
2021 M/ 1422 H
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan rahmat dan karunia nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Modernisasi Sosiologi Hukum Islam” dengan tepat waktu.
Tidak lupa shalawat dan berangkai salam selalu tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang merupakan inspirator terbesar dalam segala
keteladanannya. Tidak lupa penulis sampaikan terima kasih kepada Dosen
pembimbing mata kuliah yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam
pembuatan makalah ini, orang tua yang selalu mendukung kelancaran tugas kami,
Akhirnya penulis sampaikan terima kasih atas perhatiannya terhadap
makalah ini, dan penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi tim
penulis khususnya dan pembaca yang budiman pada umumnya. Tak ada gading
yang tak retak, begitulah adanya makalah ini. Dengan segala kerendahan hati,
saran-saran dan kritik yang konstruktif sangat penulis harapkan dari para pembaca
guna peningkatan pembuatan makalah pada tugas yang lain dan pada waktu
mendatang.

Tapaktuan 11 Juni 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah................................................................ 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................... 2
C. Tujuan ........................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................. 3


A. Pengertian Hukum islam ............................................................... 3
B. Hubungan Antara Sosiologi dan Hukum Islam............................. 5

BAB III PENUTUP ..................................................................................... 8


A. Kesimpulan .................................................................................. 8
B. Saran ............................................................................................ 8

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Islam merupakan rahmat bagi seluruh alam yang mempunyai nilai-nilai
universal yang menyangkut semua manusia. Islam yang berarti sikap pasrah,
kepatuhan dan ketundukan kepada Allah merupakan sikap umum yang dimiliki
oleh setiap penganutnya. Islam sesuai dengan jiwanya selalu menerima
perkembangan, karena Al-Qur’an itu sendiri itu merupakan wahyu Allah yang
bersifat universal dan up-to-date memenuhi tuntutan perkembangan zaman.
Universalisme islam tergambar pada prinsip-prinsip nilai dapat di terapkan dalam
kehidupan modern.
Pemakaian kata modern atau modernisasi selama ini sudah sangat popular,
semua kalangan terdidik (intelektual) nampaknya sudah paham dengan
peristilahan yang di maksud. Ungkapan kata itu terkait dengan makna-makna
tertentu yang bisa sama tapi bisa juga berbeda sesuai dengan eksentuasi masalah,
tujuan dan asumsi peristilahan yang digunakan terutamadalam pengambilan istilah
tersebut. Sedangkan modern dalam peristilahan arab dikenal dengan kata Tajdid
yang dalam Indonesia di artikan dengan pembaharuan. Dalam konteks pemikiran
modern dalam islam,ia merupakan suatu wacana yang mengawali perubahan
mendasar bagi islam sebagai suatu nilai ajaran dan umatnya sebagai pembuat arus
perubahan tersebut.
Pertama islam lahir, manusia telah berada di tepi jurang kehancuran dan
tenggelam dalam lumpur keterbelakangan serta kebiadaban yang tidak kenal
moral, nilai dan kesopanan. Pelita perang dan petunjuk jalan kemana mereka
harus melangkah, secara biadab, mereka tinggalkan dan di gantikan dengan
kpercayaan dalam bentuk ritual yang di palsukan oleh pemimpin yang di palsukan
oleh pemimpin kejahiliahan yang haus akan kekuasaan. Di sebutnya zaman
kegelapan karena mereka tidak tau perintah dan larangan, tidak tau kompas
sebagai pedoman kemana harus melangkah, kemana tujuan harus berjalan dan
harus berhenti. Kemudian dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan

1
tekhnologi semakin majunya zaman munculah pembaharuan-pembaharuan yang
terjadi.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah sejarah lahirnya pemikiran Islam modern ?
2. Bagaimanakah kajian modernitas dan Hukum Islam ?
3. Bagaimanakah Hukum Islam dan Tantangan Modernitas ?
4. Bagaimanakah perubahan undang-undang menuju Undang-Undang
Nomor 3 Tahun 2006 ?

C. Tujuan
1. Untuk dapat mengetahui sejarah lahirnya pemikiran Islam modern
2. Untuk dapat mengetahui kajian modernitas dan Hukum Islam
3. Untuk dapat mengetahui Hukum Islam dan Tantangan Modernitas
4. Untuk dapat mengetahui Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Lahirnya Pemikiran Islam Modern


Kata modern, modernisme, dan modernisasi berasal dari barat. Modernism
mengandung arti pikiran, aliran, gerakan dan usaha-usaha untuk mengubah
paham-paham, adat-istiadat, institusi-institusi semua itu menjadi sesuai dengan
pendapat-pendapat dan keadaan-keadaan baru yang di timbulkan oleh ilmu
pengetahuan dan tekhnologi modern. Sedangkan modernisasi adalah pergeseran
sikap dan mentalitas sebagai warga masyarakat untuk bisa hidup sesuai tuntutan
hidup masa kini. Pikiran dan aliran itu muncul antara tahun 1650 sampai tahun
1800 M, suatu masa yang terkenal dalam sejarah eropa sebagai “the age of
reason” atau “ enlightenment”, yakni masa pemujaan akal.
Sedangkan Pemikiran dalam Islam lahir jauh sesudah munculnya Islam,
setelah melalui sejarah yang panjang. Hal tersebut berangkat dari kepentingan-
kepentingan sesudah wafatnya nabi Muhammad SAW. Pada masa rasulullah
SAW, kaum muslim tidak mengalami masalah berat ketika berhadapan dengan
masalah seperti akidah, ibadah dan muamalah, karena masalah yang ada dapat
langsung dirujuk kepada Nabi Muhammad SAW.1
Namun setelah Rasulullah SAW wafat, kaum muslim mulai menghadapi
berbagai masalah. Masalah yang muncul palinng awal adalah, siapakah pengganti
rasul yang akan menjadi pemimpin umat? Pengganti Muhammad SAW sebagai
rasulullah tidak mungkinada, karena telah diketahui beliau adalah nabi akhir
zaman. Akan tetapi pengganti beliau sebagai kepala negara yang membuat banyak
perbedaan pendapat dari kalangan sahabat, dan keputusan yang diambil tidak
dapat memuaskan semua pihak. dari sinilah muncul cikal bakal munculnya
pemikiran-pemikiran baru dari kalangan sahabat. Jawaban dari masalah awal
akhirnya tercapai dengan kesepakatan yaitu ronggak kepemimpinan diserahkan
kepada Abu Bakar.
1
____________
Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam Sejarah Pemikiran dan
Gerakan (Jakarta: Bulan Bintang, 1996), hlm. 67

3
Modernisasi Islam berbeda dengan renaisans Barat. Kalau renaisans Barat
muncul dengan gerakan menyingkirkan agama, maka pembaharuan dalam Islam
adalah kebalikannya, yaitu memperkuat prinsip dan ajaran-ajaran Islam kepada
pemeluknya. Memperbaharui dan menghidupkan kembali prinsip-prinsip Islam
yang telah dilalaikan umatnya. Oleh karena itu pembaharuan dalam Islam bukan
hanya mengajak maju kedepan untuk melawan segala kebodohan dan kemelaratan
tetapi juga untuk kemajuan ajaran-ajaran agama Islam.2

B. Kajian Modernitas dan Hukum Islam


Hukum Islam adalah hukum yang dibuat untuk kemaslahatan hidup
manusia dan oleh karenanya hukum Islam sudah seharusnya mampu memberikan
jalan keluar dan petunjuk terhadap kehidupan manusia baik dalam bentuk sebagai
jawaban terhadap suatu persoalan yang muncul maupun dalam bentuk aturan yang
dibuat untuk menata kehidupan manusia itu sendiri. Hukum Islam dituntut untuk
dapat menyahuti persoalan yang muncul sejalan dengan perkembangan dan
perubahan yang terjadi di masyarakat. Hal inilah yang menyebabkan pentingnya
mempertimbangkan modernitas dalam hukum Islam.
Hukum Islam adalah hukum yang hidup di tengah-tengah masyarakat
sedangkan masyarakat senantiasa mengalami perubahan. Perubahan masyarakat
dapat berupa perubahan tatanan sosial, budaya, sosial ekonomi dan lain-lainnya.
Bahkan menurut para ahli lingusitik dan semantik bahasa akan mengalami
perubahan setiap sembilan puluh tahun. Perubahan dalam bahasa secara lansung
atau tidak langsung mengandung arti perubahan dalam masyarakat. Perubahan
dalam masyarakat dapat terjadi disebabkan karena adanya penemuan-penemuan
baru yang merubah sikap hidup dan menggeser cara pandang serta membentuk
pola alur berfikir serta menimbulkan konsekwensi dan membentuk norma dalam
kehidupan bermasyarakat.
Oleh karena hukum Islam hidup di tengah-tengah masyarakat dan
masyarakat senantiasa mengalami perubahan maka hukum Islam perlu dan bahkan
2
____________
Yusran Asmuni, Pengantar Studi Pemikiran dan Gerakan Pembaharuan dalam Dunia
Islam (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), hlm. 50

4
harus mempertimbangkan perubahan (modernitas) yang terjadi di masyarakat
tersebut, hal ini perlu dilakukan agar hukum Islam mampu mewujudkan
kemaslahatan dalam setiap aspek kehidupan manusia di segala tempat dan waktu.
Dalam teori hukum Islam kebiasaan dalam masyarakat (yang mungkin saja timbul
sebagai akibat adanya modernitas) dapat dijadikan sebagai hukum baru (al-‘Adah
Muhakkamah) selama kebiasaan tersebut sejalan dengan prinsip-prinsip ajaran
Islam. 3
Perubahan dalam masyarakat memang menuntut adanya perubahan
hukum. Soekanto menyatakan bahwa terjadinya interaksi antara perubahan hukum
dan perubahan masyarakat adalam fenomena nyata. Dengan kata lain perubahan
masyarakat akan melahirkan tuntutan agar hukum (hukum Islam) yang menata
masyarakat ikut berkembang bersamanya.

C. Hukum Islam dan Tantangan Modernitas


Islam diyakini sebagai agama yang universal dan berlaku sepanjang masa
yang ajarannya diklaim akan selalu sesuai dengan tuntutan zaman dan tempat
(shalihun likulli zaman wa makan). Al-Qur’an menyatakan bahwa lingkup
keberlakuan ajaran Islam adalah untuk seluruh ummat manusia, dimanapun
mereka berada. Oleh karena itu Islam sudah seharusnya dapat diterima oleh setiap
manusia di muka bumi ini, tanpa ada konflik dengan situasi kondisi dimana ia
berada. 4
Islam akan berhadapan dengan masyarakat modern, sebagaimana ia telah
berhadapan dengan masyarakat bersahaja. Ketika Islam berhadapan dengan
masyarakat modern, ia dituntut untuk dapat menghadapinya. Secara sosiologis
diakui bahwa masyarakat senantiasa mengalami perubahan. Perubahan suatu
masyarakat dapat mempengaruhi pola pikir dan tata nilai yang ada dalam
masyarakat. Semakin maju cara berfikir, suatu masyarakat akan semakin terbuka

3
____________
Imam Munawwir, Posisi Islam di Tengah Pertarungan Ideologi dan
Keyakinan, (Surabaya: PT Bina Ilmu, 2007), hal. 42
4
____________
Ziauddin Sardar dan Zafar Abbas Malik, Mengenal Islam “For Beginners:
Terjamahnya  “ , (Bandung: Mizan, 2005), hal ; 79.

5
untuk menerima kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kenyataan ini dapat
menimbulkan masalah, terutama jika dikaitkan dengan norma-norma agama.
Akibatnya, pemecahan atas masalah tersebut diperlukan, sehingga Syariat Islam
(termasuk hukum Islam) dapat dibuktikan tidak bertentangan dengan kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi.
Gambaran tentang kemampuan syariat Islam dalam menjawab tantangan
modernitas dapat diketahui dengan mengemukakan beberapa prinsip syariat Islam
diantaranya adalah prinsip yang terkait dengan mu’amalah dan ibadah. Dalam
bidang mu’amalah hukum asal segala sesuatu adalah boleh kecuali apabila ada
dalil yang menunjukkan bahwa sesuatu itu terlarang. Sedangkan dalam bidang
ibadah hukum asalnya adalah terlarang kecuali ada dalil yang mendasarinya.
Berdasarkan prinsip di atas dapat dipahami bahwa modernisasi yang
terkait dengan segala macam bentuk mu’amalat diizinkan oleh syariat Islam
selama tidak bertentangan dengan prinsip dan jiwa syariat Islam. Berbeda dengan
bidang muamalah, hukum Islam dalam bidang ibadah tidak terbuka kemungkinan
adanya modernisasi, melainkan materinya harus berorientasi kepada nash al-
Qur’an dan Hadis yang telah mengatur secara jelas tentang tata cara pelaksanaan
ibadah tersebut. Namun modernisasi dalam bidang sarana dan prasarana ibadah
mungkin untuk dilakukan.

D. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006


Perkembangan terakhir yang menarik untuk dicermati terkait dengan
pengaruh modernitas terhadap hukum Islam adalah amandemen terhadap Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 1989 dan telah diundangkan dengan Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2006. Sebagaimana diketahui bahwa DPR RI
pada tanggal 21 Februrai 2006 sudah menyetujui Revisi Undang-undang Nomor 7
Tahun 1989 tentang Peradilan Agama. Fenomena ini merupakan awal yang baik
bagi Peradilan Agama pasca satu atap (one roof system) setelah munculnya
Undang-undang RI Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman dan
Undang-undang RI Nomor 5 Tahun 2004 tentang Mahkamah Agung.

6
Lahirnya Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 telah memunculkan
dampak yang sangat luas di lingkungan Peradilan Agama baik menyangkut
penyiapan Sumber Daya Manusianya maupun penyiapan materi hukum yang siap
pakai di lingkungan Peradilan Agama khususnya terkait dengan kewenangan baru
di bidang ekonomi syari’ah.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006, kewenangan
Peradilan Agama tidak hannya terbatas pada permasalahan perkawinan, waris,
wasiat, hibah, wakaf dan shadaqah tetapi juga menyangkut masalah zakat, infaq,
dan ekonomi syari’ah (Pasal 49). Adanya tiga tambahan kewenangan ini (zakat,
infaq, dan ekonomi syari’ah) telah secara signifikan merubah wajah peradilan
Agama di Indonesia yang telah berjalan semenjak zebelum zaman kolonial hingga
saat ini. Kalau dulu peradilan agama terkesan hannya menangani persoalan hukum
keluarga Islam, saat ini wajah peradilan agama tampak lebih mentereng yaitu
peradilan hukum keluarga Islam dan peradilan perdata Islam, bahkan belakangan
ada usulan untuk memakai nama baru “Peradilan Agama dan Niaga Syariah”.
Perubahan di atas telah secara jelas memberikan gambaran tentang adanya
pengaruh modernitas terhadap hukum Islam, munculnya Undang-undang Nomor
3 Tahun 2006 tidak dapat dilepaskan dari adanya trend dan perkembangan
perilaku masyarakat di bidang ekonomi syari’ah yang mencakup bank syari’ah,
lembaga keuangan mikro syari’ah, asuransi syari’ah, obligasi syari’ah,
pembiayaan syari’ah, pegadaian syari’ah, bisnis syari’ah dan lainlain.
Disamping dalam bidang di atas perubahan lain (dalam bidang Hukum
Perkawinan/Hukum Keluarga) yang perlu dicatat adalah bahwa Undang-undang
No. 3 Tahun 2006 dengan tegas menyebutkan bahwa Peradilan Agama berwenang
dalam hal menetapkan pengangkatan anak berdasarkan Hukum Islam (Penjelasan
Huruf a Pasal 49 Undang-Undang RI No. 3 Tahun 2006). Kewenangan baru ini
membawa implikasi serius bagi perkembangan peradilan Agama ke depan
mengingat selama ini masih ada kecenderungan pemahaman bahwa pengangkatan
anak harus melalui Peradilan Umum.
Dengan adanya kewenangan baru dalam hal pengangkatan anak
berdasarkan Hukum Islam ini juga perlu ditegaskan bahwa akibat hukum dari

7
pengangkatan anak dalam Islam berbeda dengan pengangkatan anak berdasarkan
tradisi hukum Barat / Belanda melalui Pengadilan Negeri. Pengangkatan anak
dalam Islam sama sekali tidak merubah hubungan hukum, nasab dan mahram
antara anak angkat dengan orang tua dan keluarga asalnya, pengangkatan anak
dalam Islam ini tidak merubah status anak angkat menjadi anak kandung dan
status orang tua angkat menjadi status orang tua kandung, yang dapat saling
mewarisi, mempunyai hubungan keluarga seperti keluarga kandung, dan lain-lain.
Perubahan yang terjadi dalam pengangkatan anak menurut Hukum Islam adalah
perpindahan tanggungjawab pemeliharaan, pengawasan dan pendidikan dari orang
tua asli kepada orang tua angkat.5

5
____________
Hermanto, Faktor munculnya pemikiran modern dalam
Islam,  http://kang2eman.blogspot.com/2021/06/pemikiran-modern-dalam-islam.html, pada
tanggal 11 Juni 2021

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
 Kata modern, modernisme, dan modernisasi berasal dari barat. Modernism
mengandung arti pikiran, aliran, gerakan dan usaha-usaha untuk mengubah
paham-paham, adat-istiadat, institusi-institusi semua itu menjadi sesuai
dengan pendapat-pendapat dan keadaan-keadaan baru yang di timbulkan
oleh ilmu pengetahuan dan tekhnologi modern.
 Hukum Islam adalah hukum yang dibuat untuk kemaslahatan hidup
manusia dan oleh karenanya hukum Islam sudah seharusnya mampu
memberikan jalan keluar dan petunjuk terhadap kehidupan manusia baik
dalam bentuk sebagai jawaban terhadap suatu persoalan yang muncul
maupun dalam bentuk aturan yang dibuat untuk menata kehidupan
manusia itu sendiri.
 Gambaran tentang kemampuan syariat Islam dalam menjawab tantangan
modernitas dapat diketahui dengan mengemukakan beberapa prinsip
syariat Islam diantaranya adalah prinsip yang terkait dengan mu’amalah
dan ibadah.

B. Saran
Dalam penulisan makalah ini penulis yakin bahwa makalah ini jauh dari
kesempurnaan, sehingga mengharapkan kepada para pembaca untuk memberikan
kritik dan saran yang membangun agar penulis mendapatkan membelajaran baru.
Dan semoga makalah ini dapat menjadi tempat mendapatkan ilmu pengetahuan
baru.

9
DAFTAR PUSTAKA

Harun Nasution, 1996, Pembaharuan dalam Islam Sejarah Pemikiran dan


Gerakan (Jakarta: Bulan Bintang.

Hermanto, Faktor munculnya pemikiran modern dalam


Islam,  http://kang2eman.blogspot.com/2021/06/pemikiran-modern-dalam-
islam.html, pada tanggal 11 Juni 2021

Imam Munawwir, 2007, Posisi Islam di Tengah Pertarungan Ideologi dan


Keyakinan, (Surabaya: PT Bina Ilmu.

Yusran Asmuni, 2006, Pengantar Studi Pemikiran dan Gerakan Pembaharuan


dalam Dunia Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Ziauddin Sardar dan Zafar Abbas Malik, 2005 Mengenal Islam “For Beginners:
Terjamahnya  “ , Bandung: Mizan.

10

Anda mungkin juga menyukai